Sejarah dakwah Rasulullah SAW terbagi ke dalam dua periode, yakni Mekah dan Madinah. Semasa di Madinah, ada sejumlah strategi dakwah Rasulullah SAW yang diterapkan kepada masyarakat.
Perjuangan dakwah periode Madinah yang dilakukan Rasulullah SAW tidaklah mudah. Di tempat baru semasa hijrah ini, tak sedikit fitnah didapati Rasulullah SAW selama menyebarkan ajaran Islam.
Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam, ketidaksukaan Yahudi, kebencian kaum munafik, dan permusuhan kaum Quraisy kerap kali menimbulkan perseteruan yang berujung pada peperangan di masyarakat Madinah.
Berbagai persoalan semasa berdakwah di kota yang dulu dikenal dengan Yatsrib ini berhasil diatasi oleh Rasulullah SAW. Pada puncaknya, beliau berhasil menaklukkan Kota Madinah dan menjadikannya bagian dari wilayah kekuasaan Islam.
Mayoritas penduduk Madinah merupakan para pendatang yang bermukim di wilayah tersebut. Mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Arab dan Yahudi. Bangsa Arab bermigrasi dari wilayah selatan. Sedangkan, bangsa Yahudi datang dari wilayah utara.
Bangsa Arab lebih mendominasi wilayah Madinah mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj. Meskipun dari bangsa yang sama, kedua kelompok tersebut sering terlibat dalam pertikaian dan peperangan untuk berebut kekuasaan di Madinah.
Sementara itu, bangsa Yahudi lebih dikenal sebagai kelompok yang sombong. Mereka menganggap kelompoknya sebagai bangsa pilihan Tuhan.
Kedua kelompok yang mendiami Madinah ini saling berebut pengaruh dan kekuasaan. Bahkan, keduanya saling mengancam untuk berperang dan saling usir dari Madinah.
Kedatangan Rasulullah SAW di Madinah pada 12 Rabi'ul Awwal tahun pertama Hijriah merupakan awal dari dimulainya dakwah. Ada empat substansi metode dakwah yang dilakukan Rasulullah pada periode Madinah yang meliputi pembinaan akidah, ibadah, dan mu'amalah kaum muslim, pembinaan ukhuwah untuk menyatukan kaum muslim. Pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah dakwah, dan memetakan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas Madinah.
Pada akhirnya, Rasulullah SAW berhasil menaklukkan Madinah dan memiliki pengikut yang setia untuk sama-sama menyembah Allah SWT. Berikut strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah hingga akhirnya membawa keberhasilan:
Membangun Masjid sebagai Pusat Kegiatan Dakwah
Rasulullah SAW membangun dua masjid yang dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah di Madinah, yaitu Masjid Quba' yang dibangun saat kedatangan pertamanya dan Masjid Nabawi yang kemudian dijadikan untuk mendidik para sahabatnya dan mengatur pemerintahan.
Melakukan Perjanjian dengan Kaum Yahudi Madinah
Selama dakwah di Madinah, Rasulullah SAW melakukan perjanjian untuk memperkokoh posisi kaum muslimin dari gangguan penduduk asli, bangsa Arab, maupun Yahudi. Hal ini juga dilakukan tak lain untuk menjaga stabilitas di Madinah.
Perjanjian tersebut kemudian melahirkan Piagam Madinah. Piagam ini berisi sepuluh bab, di antaranya pembentukan ummat, hak asasi m
2. Substansi-substansi tersebut dapat dilihat dari perubahan yang dibawa
oleh Rasulullah SAW meliputi atas segala segi dan bidang kehidupan, antara
lain:
1) At-Tauhid (keesaan)
Pada zaman jahiliyah, bangsa arab menyembah patung, dan berhala.
Mereka tenggelam dalam kemusyrikan dan hidupnya saling terpecah
belah. Kemudian datanglah Rasulullah SAW membawa risalah Al-Qur’an yang
menjelaskan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah SWT
yang telang menciptakan seluruh isi alam ini. Kitab Al-Qur’an telah
menghidupkan jiwa dan merubah kepercayaan mereka, hingga mereka
menyembah Allah SWT.
2) Al-Ikhfa (persaudaraan)
Persaudaraan merupakan adasar yang penting dalam masyarakat
Islam. Setelah bangsa arab memilih Islam, mereka mengganti identitas baru
yaitu ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam). Atas dasar ini pula kaum
muhajirin dan ansor dipersaudarakan.
3. 3) Al-Musyawwanah (persamaan)
Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa sekuruh manusia
adalah keturunan Adam yang diciptakan dari tanah. Seorang Arab
tidak lebih mulia dari seorang yang bukan Arab, begitu pun
sebaliknya. Orang yang paling mulia adalah orang yan bertaqwa
kepada Allah SWT. Atas dasar inilah setiap warga masyarakat
memiliki hak kemerdekaan, dan kebebasan.
4) At-Tasamuh (toleransi)
Hal ini bias kita lihat pada piagam Madinah, dimana umat Islam
berdampingan dengan kaum yahudi atau bangsa apapun di dunia
atas dasar saling menghormati dengan pemeluk agama lain.
4. A. MEMBINA PERSAUDARAAN ANTARA
KAUM ANSOR DAN MUHAJIRIN
Nabi Muhammad Saw. senantiasa menganjurkan
persaudaraan antara kedua sahabat, dan melarang semangat
kesukuan, sehingga bersatu menjadi kokoh dan kuat. Dengan
mempersatukan kedua sahabat atas dasar suatu agama, berarti
merupakan satu kekuatan yang kokoh.
Nabi juga mempersatukan antara golongan Yahudi dari
Bani Qoinuqo, Bani Nadhir dan Bani Quraidah. Terhadap
golongan Yahudi, Nabi membentuk suatu perjanjian yang
melindungi hak-hak azasi manusia, yang dikenal dengan piagam
Madinah.
5. B. MEMBENTUK MASYARAKAT YANG
BERLANDASKAN AJARAN ISLAM
A. KEBEBASAN BERAGAMA
Kebebasan beragama bertujuan untuk memberikan ketenangan pada
penganutnya dan memberikan jaminan kebebasan kepada kaum muslimin Yahudi
dan Nasrani dalam menganut kepercayaan mereka.
B. AZAN, SALAT, ZAKAT, DAN PUASA
Ketika Nabi Muhammad SAW berada di Madinah, bila waktu salat tiba,
orang-orang di Madinah berkumpul untuk melaksanakan salat tanpa menunggu
panggilan.
Pernah suatu waktu, Kaum Anshar berpikir untuk menggunakan terompet
seperti Yahudi, namun Rasulullah tidak setuju dengan hal tersebut. Ada usulan,
mengumandangkan waktu salat dengan menabuh genta.
6. c. Prinsip-prinsip kemanusiaan
Umat islam harus berpegang pada Al Quran dan sunnah seperti apa yang
disampaikan dalam pidatonya antara lain
- Larangan menumpahkan dara kecuali dengan hak
- Larangan mengambil harta orang lain dengan batil
- Perintah untuk memperlakukan istri dengan bail
- dll
7. C. MENGAJARKAN PENDIDIKAN
POLITIK, EKONOMI, DAN SOSIAL
Menurut buku 100 tokoh paling berpengaruh di
dunia sepanjang sejarah, nabi Muhammad saw lah satu
satunya orang yang sangat berhasil dalam menjalankan
politik, sosial dan ekonomi menurut keagamaan dan
keduniaan