1. Rabu, 21 November 2012
Bab 6
Dakwah Nabi Periode Mekkah
A. SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
1. Masyarakat Arab Jahiliah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat
Arab jahiliah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Kebodohan
masyarakat Arab waktu itu, terdapat dalam bidang agama, moral, dan hukum,
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah
menyimpang jauh dan ajaran agama Tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul
terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau
agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka
letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT) yang jumlahnya mencapai 300
lebih. Di antara berhala-berhala yang termashyur bernama: Ma’abi, Hubal,
Khuza’ah, Lata, Uzza, dan Manat.
Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab jahiliah yang menyembah
malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in serta menyembah matahari,
bulan, dan jin yang diperbuat oleh sebagian masyarakat di luar kota Mekah.
Dalam bidang moral, masyarakat Arab jahiliah telah menempuh cara-cara yang
sesat, seperti:
a. Bila terjadi peperangan antarkabilah, maka kabilah yang kalah perang akan
dijadikan budak oleh kabilah yang menang perang.
b. Menempatkan perempuan pada kedudukan rendah. Dalam masyarakat Arab
jahiliah perempuan tidak berhak mewarisi harta peninggalan suaminya, ayahnya,
atau anggota keluarga yang lain. Bahkan seorang wanita (istri) boleh diwarisi
oleh anak tirinya atau anggota keluarga lain dan suaminya yang telah mati.
c. Memiliki kebiasaan buruk, yakni berjudi dan meminum minuman keras.
Kejahiliahan mereka dalam bidang hukum antara lain anggapan mereka bahwa
judi, bermabuk-mabukan, berzina, mencuri, merampok, dan membunuh, bukan
merupakan perbuatan yang salah.
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perilaku masyarakat Arab jahiliah itu
buruk, tetapi ada pula yang baiknya. Seperti: memiliki keberanian dan
kepahlawanan, suka menghormati tamu, murah hati, dan mempunyai harga diri.
Juga dalam bidang perdagangan, ada sebagian masyarakat Arab jahiliah yang
2. sudah memiliki kemajuan. Misalnya, para pedagang dari kabilah Quraisy,
berdagang pada musim panas ke negeri Syam (sekarang Suriah, Libanon,
Palestina, dan Yordania) dan pada musim dingin ke Yaman (lihat Q.S. Quraisy,
106: 1—4). Mereka memperdagangkan bulu domba, unta, kulit binatang, dan tali.
B. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang tidak membiarkan umat manusia, khususnya masyarakat Arab berada
dalam kebodohan sepanjang zaman. Lalu Dia mengutus seorang nabi dan rasul
yang terakhir yakni Nabi Muhammad SAW. Pengangkatan Muhammad sebagai
nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum
hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau
genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter
sebelah utara kota Mekah dan berada di lerengnya (kira-kira berjarak 20 m dari
puncaknya).
Muhammad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai
dengan turunnya Malaikat Jibril pada tanggal 17 Ramadan 610 M, untuk
menyampaikan wahyu yang pertama yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5 (coba
kamu cari dan pelajari). Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam
sejarah Islam dinamakan Nuzul A1-Qur’an.
Setibanya di rumah, Nabi Muhammad SAW menceritakan kepada istrinya,
Khadijah, peristiwa yang dialaminya. Sebenarnya Khadijah mempercayai segala
apa yang diceritakan suaminya, tetapi ia ingin mengetahui bagaimana pendapat
Waraqah bin Naufal, saudara. Sepupunya terhadap peristiwa yang dialami
suaminya. Waraqah adalah seorang pemikir yang telah berusia lanjut, beragama
Nasrani, yang telah menyalin kitab Injil dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Arab.
Setelah Waraqah bin Naufal mengetahui semua peristiwa yang dialami oleh
Nabi Muhammad SAW, ia berkata, “Itu adalah Namus (Jibril) yang pernah
datang kepada Nabi Isa. Alangkah baiknya kalau aku masih muda dan masih
hidup sewaktu kamu diusir oleh kaummu.” Nabi Muhammad SAW berkata,
“Apakah kaumku akan mengusirku?” Jawab Waraqah, “Ya, tidak seorangpun
datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa (ajaran Islam), yang tidak
dimusuhi. Jika sekiranya aku masih hidup pada masa itu, tentu aku akan
menolongmu dengan sekuat tenagaku.” (H.R. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim).
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)
turun pula Surah Al-Muddassir: 1—7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi
Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
3. Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode
Mekah) selama 13 tahun (610—622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan
kepada beliau, wahyu berupa A1-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89
surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah
Makkiyyah.
Materi dakwah Rasulullah SAW di awal kenabiannya berupa ajaran Islam,
yang terkandung dalam 89 Surah Makkiyyah dan hadis yakni wahyu Allah SAW
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak tertulis dalam
lembaran Al-Qur’an.
C. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di
awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
1. Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa saja dan
makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain
Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan pelajari QS. A1-Ikhlãs, 112: 1-4).
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah
SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam
perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling besar
(lihat Q.S An-Nisã’, 4: 48).
2. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir
kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan
di alam kuhur dan di alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan
senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang
menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di
alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang
memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT
dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur
dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai macam siksaan.
(Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11!)
3. Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya
dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya apabila
selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa atau
4. meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila
durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan
alangkah ruginva orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10).
4. Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan
persaudaraan landasan bagi terwujudnya persatuan.
Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka
dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan rida
Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di
antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti rnencintai dirinya.” (H.R.
Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan.
Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang
teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat Islam yang mampu
disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa, yakni
para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca dan pelajari Q.S. Al-Mã’un,
107: 1-7).
D. STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar
masyarakat Arab meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan
hukum. Sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi
Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah
mengamalkan seluruh ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan
sesuai dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW, tentu mereka akan
memperoleh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan di
akhirat.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang
luhur tersebut sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa
masyarakat Arab jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan
tradisi warisan leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia berperang dan rela
mati dalam mempertahankannya. Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi
5. ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di
lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya.
Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW
tersebut adalah : Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun
ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang
tinggal serumah dengannya, waktu masuk Islam ia baru berusia 10 tahun), Zaid
bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M), Abu
Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dan tahun 573-
634 M), dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban
Rasulullah SAW, tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat Islam), maka Abu
Bakar Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak
orang. Karena budi bahasanya yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas, dan
pandai bergaul telah meneladani Rasuliillah SAW, yakni berdakwah secara
sembunyi-sembunyi.
Usaha dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa
orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :
- Abdul Amar dan Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik si Amar.
Karena Islam melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah
SAW menjadi Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba Allah SWT, Yang
Maha Pengasih.
- Abu Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari.
- Utsman bin Affan.
- Zubair bin Awam.
- Sa’ad bin Ahu Waqqas.
- Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi,
yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal
Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah Secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian,
yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu
dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an
Surah 26: 214-216 (coba kamu cari dan pelajari).
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain
sebagai berikut :
6. a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri
jamuan makan dan mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya
hidayah Allah SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum
menerima Islam sebagai agama mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari
kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan
keislamannya, pada waktu itu dengan tegas menyatakan keislamannya. Mereka
adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
b. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang
berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul Bukit Shafa,
yang letaknya tidak jauh dan Ka’bah.
Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar segera
meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah
atau menghambakan diri kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta
dan Pemelihara alam semesta. Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan
yang disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia di
dunia dan di akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan
mendapat murka Allah SWT, sengsara di dunia dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada
kelompok yang menolak disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok yang diam
saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi berteriak-teriak
bahwa Muhammad orang gila, seraya ia berkata “Celakalah engkau
Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” Sebagai balasan
terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang berisi kutukan
Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab, 111: 1-5 (coba kamu cari
dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri
masuk Islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin
Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul
Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian sedangkan Umar bin
Khattab (581-644 M), tidak lama setelah sebagian kaum Muslimin berhijrah ke
Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
c. Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di
luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang
masuk Islam antara lain :
- Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar, yang bertempat tinggal di
sebelah barat laut Mekah atau tidak jauh dari laut Merah, menyatakan diri di
hadapan Rasulullah SAW masuk Islam. Keislamannya itu kemudian diikuti oleh
kaumnya.
7. - Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus yang
bertempat tinggal di wilayah barat kota Mekah, menyatakan diri masuk Islam di
hadapan Rasulullah SAW. Keislamannya itu diikuti oleh bapak, istri,
keluarganya, serta kaumnya.
- Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (Madinah), yang datang
ke Mekah untuk berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah SWT,
para penduduk Yatsrib, secara bergelombang telah masuk Islam di hadapan
Rasulullah SAW. Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku
Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13
orang dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan menemui
Rasulullah SAW, umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73
orang di antaranya 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula berziarah ke Mekah,
orang-orang Yatsrib yang belum masuk Islam. Di antaranya Abu Jabir Abdullah
bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan diri masuk Islam di
hadapan Rasulullah SAW.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga
ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah . Isi
Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa
mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Walaupun untuk itu
mereka harus mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa. Selain itu, mereka
memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke
Yatsrib.
Setelah terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu, kemudian Rasulullah SAW
menyuruh para sahabatnya yakni orang-orang Islam yang bertempat tinggal di
Mekah, untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Para sahabat Nabi SAW
melaksanakan suruhan Rasulullah SAW tersebut. Mereka berhijrah ke Yatsrib
secara diam-diam dan sedikit demi sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan
sebanyak 150 orang umat Islam penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., dan Ali bin.
Abu Thalib masih tetap tinggal di Mekah, menunggu perintah dari Allah SWT
untuk berhijrah. Setelah datang perintah dari Allah SWT, kemudian Rasulullah
SAW berhijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., meninggalkan kota Mekah
tempat kelahirannya menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW ini terjadi
pada awal bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrh (622 M). Sedangkan Ali bin
Abu Thalib, tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW, karena beliau
disuruh Rasulullah SAW untuk mengembalikan barang-barang orang lain yang
8. dititipkan kepadanya. Setelah perintah Rasulullah SAW itu dilaksanakan,
kemudian Ali bin Abu Thalib menvusul Rasulullah SAW berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah
Kaum kafir Quraisy menolak dakwah Rasulullah SAW, setelah berdakwah
itu dilakukan secara terang-terangan, yakni semenjak tahun ke-4 kenabian. Prof.
Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan
sebab-sebab kaum kafir Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni :
a. Rasulullah SAW mengajarkan tentang adanya persamaan hak dan kedudukan
antara semua orang. Mulia tidaknya seseorang tergantung ketakwaannya kepada
Allah SWT. Orang miskin yang bertakwa, di hadapan Allah SWT Iebih mulia
daripada orang kaya yang durhaka (lihat Q.S. Al Hujurãt, 49: 13).
Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan
ajaran persamaan hak ini. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta
dalam masyarakat. Mereka ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan
ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
b. Islam mengajarkan adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan
alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa maka di alam kuburnya
akan memperoleh kenikmatan dan di alam akhiratnya akan masuk surga.
Sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka dan banyak berbuat jahat,
maka di alam kuburnya akan disiksa. Dan di alam akhiratnya akan masuk neraka.
Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam tersebut, karena mereka
merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
c. Kaum kafir Quraisy menolak ajaran Islam karena mereka merasa berat
meninggalkan agama dan tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur mereka.
Mereka berkata, “Cukuplah bagi kami apa yang telah kami terima dari nenek
moyang kami.” (Q.S. AI-Mã’idah, 5: 104)
d. Islam melarang menyembah berhala, memperjualbelikan berhala-berhala, dan
melarang penduduk Mekah dan luar Mekah berziarah memuja berhala, padahal
itu semua mendatangkan keuntungan di bidang ekonomi terhadap kaum kafir
Quraisy. Oleh karena itulah, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha
menghentikan dakwah Rasulullah SAW.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah
Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain :
- Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu
Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleb para
pemiliknya atau tuannya di luar batas perikemanusiaan. Bahkan, Az-Zanirah
disiksa hingga mengalami kebutaan dan Ummu Amr binti Yasir, budak milik Bani
Makhzum disiksa oleh tuannya sampai mati.
9. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., tidak tega melihat saudara-saudaranya seiman
disiksa seperti itu, lalu beliau memerdekakan beberapa orang dari mereka
termasuk Bilal, dengan cara memberikan sejumlah uang tebusan kepada
tuannya.
- Setiap keluarga dari kalangan kaum kafir Quraisy diharuskan menyiksa anggota
keluarganya yang telah masuk Islam, sehingga ia kembali menganut agama
keluarganya (agama Watsani).
- Nabi Muhammad SAW sendiri dilempari kotoran oleh Ummu Jamil (istri Abu
Lahab) dan dilempari isi perut kambing oleh Abu Jahal. Nama asli Abu Jahal
adalah Amr Abu al-Hakam yang artinya Amr, bapak juru damai. Umat Islam
mengganti nama itu menjadi Abu Jahal yang artinya bapak kebodohan.
- Kaum kafir Quraisy meminta Abu Thalib, paman dan pelindung Rasulullah
SAW, agar Rasulullah SAW menghentikan dakwahnya. Namun tatkala Abu
Thalib menyampaikan keinginan kaum kafir Quraisy tersebut Rasulullah SAW
bersabda : “Wahai pamanku demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di
tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan
dakwah agama Allah ini hingga aku menang, atau aku binasa karenanya.”
- Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar
permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir
Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam
menganut agama kaum kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap
berhala.
Usul tersebut ditolak oleh Nabi SAW, karena menurut ajaran Islam
mencampuradukkan akidah dan ibadah Islam dengan akidah dan ibadah bukan
Islam, termasuk perbuatan haram dan merupakan dosa besar (silakan baca dan
pahami Q.S. Al-Kafirun 109 : 1-6).
Menghadapi tantangan dan kekerasan kaum kafir Quraisy terhadap orang-orang
Islam, selain Nabi SAW bersabar, bertawakal dan berdoa, beliau
menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4
orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di
negeri itu suka memberikan jaminan keamanan kepada orang-orang yang meminta
perlindungan kepadanya. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi
pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang yang hijrah ke Habasyah ini kembali ke
Mekah, karena mereka menduga Mekah keadaannya sudah normal, dengan
masuk Islamnya seorang bangsawan Quraisy yang gagah berani yakni Umar bin
Khattab.
Namun dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal, pimpinan kaum
kafir Quraisy memerintahkan agar setiap keluarga dan kabilah Quraisy
10. meningkatkan tekanan dan siksaannya terhadap anggota keluarganya yang masuk
Islam.
Menghadapi situasi yang demikian, akhirnya Rasulullah SAW menyuruh
para sahabatnya, untuk yang kedua kalinya agar kembali hijrah ke Habasyah.
Jumlah para sahabat yang berhijrah pada saat itu sebanyak 83 orang laki-laki dan
18 orang wanita, di bawah pimpinan Ja’far bin Abu Thalib. Di negeri Habasyah
ini selain memperoleh jaminan keamanan dan Raja Negus, para sahabat Nabi
SAW juga memiliki kebebasan untuk melaksanakan peribadahan sesuai dengan
ajaran Islam.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW
dan pelindungnya wafat dalam usia 87 tahun. Empat hari setelah itu istri
tercintanya Khadijah juga wafat dalam usia 65 tahun. Dalam sejarah Islam tahun
wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).
Wafatnya Abu Thalib sebagai pemimpin Bani Hasyim, menyebabkan Abu
Lahab seorang kafir yang sangat keras dalam memusuhi Nabi SAW,
menggantikan kedudukan Abu Thalib sebagai pemimpin. Semenjak itu Rasulullah
SAW tidak lagi memperoleh perlindungan dari kaum kerabatnya yakni Bani
Hasyim.
Allah SWT senantiasa melindungi Nabi Muhammad SAW dari berbagai
malapetaka. Tidak lama setelah Bani Hasyim dipimpin Abu Lahab, Mut’im bin
Adi pemimpin kaum Naufal menyatakan perlindungannya terhadap Nabi SAW.
Bahkan menjelang peristiwa hijrah tahun 622 M, umat Islam Yatsrib telah
bersumpah setia akan melindungi Rasulullah SAW beserta para pengikutnya.
KISAH TELADAN
Dakwah Rasulullah SAW Ke Thaif
Setelah Abu Thalib (paman Rasulullah SAW) dan Khadijah (istri
Rasulullah SAW) wafat, tepatnya tahun ke-10 dari kenabian (620 M), Rasulullah
SAW dengan ditemani anak angkatnya Zaid bin Haritsah pergi ke Thaif yang
terletak di sebelah timur kota Mekah.
Maksud Rasulullah SAW berkunjung ke Thaif adalah untuk menyeru para
pemimpin Bani Sakif dan kaumnya agar masuk Islam dan memberikan
perlindungan kepada Nabi SAW dan umat Islam, dari tekanan dan kekerasan
kaum kafir Quraisy.
Rasulullah SAW menemui tiga orang bersaudara pemimpin Bani Sakif,
yakni Abdul Jalil, Mas’ud, dan Habib, yang ketiga-tiganya putra dan ‘Amru bin
11. Umair. Beliau menjelaskan maksud kunjungannya, seperti tersebut di atas
kepada tiga pemimpin Bani Sakif itu. Namun mereka bertiga bukan hanya
menolak seruan dakwah Rasulullah SAW, tetapi secara diam-diam menyuruh
anak-anak dan para budak agar berteriak mengusir Nabi Muhammad SAW dan
Zaid bin Haritsah supaya segera meniriggalkan kota Thaif. Selain itu mereka
mengejek, mengolok-olok, dan melempari Rasulullah SAW dengan batu sehingga
kakinya berdarah.
Menanggapi sikap keras pemimpin-pemimpin dan kaum Bani Sakif seperti
itu, Rasulullah SAW tidak menaruh rasa dendam sedikit pun. Bahkan beliau
berdoa, “Ya Allah berilah mereka petunjuk, karena mereka termasuk orang-orang
yang belum paham.”