Pengelolaan pakan perlu dilakukan pada usaha budidaya karena pakan merupakan biaya terbesar dalam budidaya. Apabila pengelolaan pakan dilakukan dengan tepat maka budidaya dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga menghasilkan keuntungan yang baik. Pakan udang yang digunakan untuk budidaya terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam (plankton) yang dimakan ketika udang masih kecil dan belum menggunakan pakan buatan. Pada saat udang masih ditetaskan di hatchery, udang umumnya diberi makan plankton dari jenis artemia. Pakan buatan adalah pakan yang digunakan untuk menggantikan pakan alami sehingga dapat memacu pertumbuhan udang. Pakan akan menentukan nilai FCR dimana berapa jumlah pakan yang diperlukan untuk menjadikan 1 kg daging udang. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan MBW udang untuk menentukan bentuk dan ukuran pakan.
Ikan sidat (anguila sp) merupakan komoditas perikanan yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Kebutuhan pasar ikan sidat di Indonesia tidak hanya di dominasi oleh pasar lokal namun juga mancanegara.
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Monitoring pertumbuhan dan populasi udang diperlukan untuk mengetahui laju pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, sekaligus untuk membandingkan pertumbuhan antar kolam. Monitoring pertumbuhan dilakukan dengan sampling udang di kolam menggunakan jala. Udang yang terjala kemudian disortir sesuai ukuran yang seragam kemudian ditimbang dan dihitung jumlahnya. Sampling mulai dapat dilakukan pada usia 40 hari dan kemudian dapat dilakukan setiap minggu sekali.
Pengelolaan pakan perlu dilakukan pada usaha budidaya karena pakan merupakan biaya terbesar dalam budidaya. Apabila pengelolaan pakan dilakukan dengan tepat maka budidaya dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga menghasilkan keuntungan yang baik. Pakan udang yang digunakan untuk budidaya terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam (plankton) yang dimakan ketika udang masih kecil dan belum menggunakan pakan buatan. Pada saat udang masih ditetaskan di hatchery, udang umumnya diberi makan plankton dari jenis artemia. Pakan buatan adalah pakan yang digunakan untuk menggantikan pakan alami sehingga dapat memacu pertumbuhan udang. Pakan akan menentukan nilai FCR dimana berapa jumlah pakan yang diperlukan untuk menjadikan 1 kg daging udang. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan MBW udang untuk menentukan bentuk dan ukuran pakan.
Ikan sidat (anguila sp) merupakan komoditas perikanan yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Kebutuhan pasar ikan sidat di Indonesia tidak hanya di dominasi oleh pasar lokal namun juga mancanegara.
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Monitoring pertumbuhan dan populasi udang diperlukan untuk mengetahui laju pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, sekaligus untuk membandingkan pertumbuhan antar kolam. Monitoring pertumbuhan dilakukan dengan sampling udang di kolam menggunakan jala. Udang yang terjala kemudian disortir sesuai ukuran yang seragam kemudian ditimbang dan dihitung jumlahnya. Sampling mulai dapat dilakukan pada usia 40 hari dan kemudian dapat dilakukan setiap minggu sekali.
Latar Belakang Pengolahan ikan
Karena ikan memiliki kelemahan yakni mudah membusuk. Ikan relatif lebih cepat mengalami pembusukan daripada daging unggas dan mamalia lainya. Apabila ikan terlalu banyak berontak pada saat ditangkap maka akan banyak kehilangan glikogen dan glukosa sehingga kandungan asam laktat ikan menjadi rendah. Dengan demikian nilai pH-nya relatif mendekati normal. Nilai pH yang mendekati normal ini sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri, sehingga ikan segar harus segera diolah dengan baik agar layak untuk dikonsumsin
Tujuan :
meningkatkan jangka waktu kelayakan ikan untuk dikonsumsi
agar bahan makanan dapat bertahan lebih lama dan terhindar dari pembusukkan.
Apa itu angka kecukupan gizi dan bagaimana cara perhitungannya dalam memenuhi kebutuhan gizi tergantung pda jenis kelamin dan usia dengan faktor koreksi aktivitas fisik
1. Pemanfaatan Limbah Padat Tapioka (onggok)
Sebagai Bahan Tambahan Penganti Nasi
Dalam Pembuatan Bekasam Ikan Mas
(Cyprinus carpio)
2. Latar Belakang dan Masalah
Kesediaan onggok sangat melimpah sepanjang tahun
Onggok yang dihasilkan semakin melimpah seiring meningkatnya
produksi tapioka dan menimbulkan masalah lingkungan jika
tidak dimanfaatkan
Onggok memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi protein,
lemak, serat dan air.
Mengingat sifat alamiah dari ikan yang mudah busuk dan rusak,
perlu diusahakan beberapa cara pengolahan untuk
memperpanjang daya guna ikan misalnya pengolahan menjadi
bekasam.
Onggok yang masih mengandung karbohidrat diharapkan dapat
menggantikan nasi, beras sangrai atau tape ketan dalam
pembuatan bekasam.
3. Bahan dan Alat
Bahan
Alat
:
1. Onggok kering
2. Ikan mas
3. Garam
4. Air
1. Panci
2. Centong kayu
3. Toples
4. Pisau
5. Alat pemberat
6. Baskom
= 100 gram
= 1000 gram
= 100 gram
= ±1 liter
4. Cara Kerja
Onggok dilarukan dengan air dan direbus
sampai mendidih
Pendinginan onggok
Fermentasi
Bekasam ikan
Dimasak atau
dipasarkan
Ikan dicuci bersih
5. 1. Onggok 100 g sudah ditumbuk halus
2. Ikan mas
3. Garam
4. Kayu bakar /arang
Biaya yang dibutuhkan untuk membuat bekasam
1000 Gram
Rp 200
Rp 24000
Rp 200
Rp 1000
Jumlah Rp 25400
6. 1. Rasa tidak kalah dengan produk berbahan
gula
2. Lebih murah
3. Mudah dibuat
4. Bahan baku tersedia sepanjang tahun
5. Bahan baku tersedia melimpah
6. Bahan baku murah dan mudah di dapat
7. Dapat disimpan lama
8. Memanfaatkan limbah menjadi produk
yang lebih bernilai
9. Dapat mengurangi pencemaran lingkungan
Keunggulan produk ini