2. 1. Ketimpangan Pembangunan (Kritetrian Bank Dunia)
Berdasarkan kriteria bank dunia ketimpangan distribusi pendapatan diukur dengan menghituing persentase
jumlah pendapatan masyarakat dari kelompok yang berpendapatan rendah dibandingkan dengan dengan total
pendapatan penduduk. Kriteria ini membagi pendapatan (income) suatu masyarakat diurutkan dari paling rendah
ke paling tinggi, yang dibagi dalam 3 katagori yaitu:
a. Jumlah proporsi yang diterima oleh 40% penduduk lapisan rendah.
b. Jumlah proporsi yang yang diterima 40% penduduk lapisan sedang.
c. Jumlah proporsi yang diterima 20% penduduk lapisan tinggi.
3. 1. Ketimpangan Pembangunan (indeks GINI RATIO)
Rasio Gini atau koefisien adalah alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk. Ini didasarkan pada
kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variable
tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif
penduduk
Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang
angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Koefisien Gini
dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dan kurva Lorenz dibagi
dengan luas separuh bidang di mana kurva Lorenz itu berada.
4. Nilai Koefisien Distribusi Pendapatan
<0,4 Tingkat ketimpangan rendah
0.4-0,5 Tingkat Ketimpangan Sedang
>o,5 Tingkat Ketmpangan Tinggi
dapat dikatakan bahwa suatu distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini
mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika
nilai Koefisien Gininya makin mendekati satu. Perhatikan tabel berikut:
Tabel: Patokan Nilai Koefisien Gini
5. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.25/MEN/IX/2009 Tentang Tingkat Pengembangan Pemukiman Transmigrasi, gini rasio merupakan ukuran
pemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan dalam 10 kelas pendapatan (decille).
Rumus Gini Ratio:
GR = 1 - ∑fi [Yi + Yi-1]
Ket : fi = jumlah persen (%) penerima pendapatan kelas ke i. Yi = jumlah
kumulatif (%) pendapatan pada kelas ke i.
Nilai GR terletak antara nol sampai dengan satu.
Bila GR = 0, ketimpangan pendapatan merata sempurna, artinya setiap orang menerima pendapatan yang sama
dengan yang lainnya.
Bila GR = 1 artinya ketimpangan pendapatan timpang sempurna atau pendapatan itu hanya diterima oleh satu
orang atau satu kelompok saja.
6. 1. Ketimpangan Pembangunan (Indek Williansom)
Menurut (Hartono, 2008). Ketimpangan pembangunan antar daerah dengan
pusat dan antar daerah satu dengan daerah lain merupakan suatu hal yang
wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal pelaksanaan
pembangunan antar daerah. (Williamson, 1965, dalam Hartono, 2008).
Ketimpangan yang paling lazim dibicarakan adalah ketimpangan ekonomi.
Dalam ketimpangan ,ada Ketimpangan pembangunan ekonomi antar daerah
secara absolut maupun ketimpangan relatif antara potensi dan tingkat
kesejahteraan tersebut dapat menimbulkan masalah dalam hubungan antar
daerah. Falsafah pembangunan ekonomi yang dianut pemerintah jelas tidak
bermaksud membatasi arus modal (bahkan yang terbang ke luar negeri saja
hampir tidak dibatasi
7. Menurut Todaro (2004), Ketimpangan antar wilayah dalam
kenyataannya tidak dapat dihilangkan dalam proses pembangunan
suatu daerah. Dengan adanya ketimpangan, maka akan mendorong
daerah yang terbelakang untuk dapat berusaha meningkatkan
kualitas pembangunannya agar tidak tertinggal dengan daerah
yang sudah maju. Selain dampak positif dari adanya ketimpangan
dalam pembangunan, adapun dampak negatif yang ditimbulkan
yaitu dengan semakin tingginya ketimpangan antar wilayah maka
akan semakin terjadi inefisiensi ekonomi, sehingga melemahkan
stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi
pada umumnya dianggap tidaklah adil
8. Hubungan Ketimpangan Wilayah dan Tingkat Kemiskinan
Miller (Arsyad, 2006) berpendapat bahwa walaupun pendapatan sudah
mencapai tingakat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah
dibandingkan dengan masyarakat disekitarnya, maka orang tersebut masih
berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemiskinan lebih banyak
ditentukan oleh keadaan sekitarnya dari pada lingkungan orang yang
bersangkutan. Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan
masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan
9. Kemiskinan dan ketimpangan pembanguanan layaknya satu unsur yang tak dapat
dipisahkan. Kemiskinan ada diakibatkan karena adanya ketimpangan social dalam suatu
wilayah. Dimana sebagian besar pendapatan suatu negara hanya dapat dinikmati oleh
segelintir orang dan lainnya hanya mendapatkan porsi yang kecil atau malah tidak
mendapatkannya.
Datt dan Ravvalin (1990) menekankan bahwa salah satu pengetasan kemiskinan disuatu
daerah adalah dengan menghilangkan ketimpangan antarwilayah yang terjadi, karena
ketimpangan tersebutlah yang pada akhirnya mendorong terciptanya kemiskinan.
10. 1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznet dalam Tambunan (2014) memiliki korelasi
yang kuat terhadap kemiskinan, pertumbuhan ekonomi pada tahap awal menyebabkan
tingkat kemiskinan cenderung meningkat namun pada saat mendekati tahap akhir
terjadi pengurangan tingkat kemiskinan secara berkesinambungan.