2. • َّلَص ِ َّ
َّللا َلوُس َر َّنَأ َرَمُع ْنَع
ََس َو ِهْيَلَع همَّالل ى
َّل
َم
ِ َََّيَِلمِِّ ُلََََمْعَ ْ
ْا ََََمَّمِن َلََََق
َََم ََََم اَ ِ
َرَْام َِلَُكِل َو
ى َو
• “DARI UMAR RADHIYALLAHU ‘ANHU, BAHWA
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA
SALLAM BERSABDA, “AMAL ITU TERGANTUNG
NIATNYA, DAN SESEORANG HANYA
MENDAPATKAN SESUAI NIATNYA”.
• Rasulullah bersabda:”banyak amal
perbuatan yang berbentuk amal
dunia,lalu menjadi amal akhirat
karena bagusnya niat,dan banyak
pula amal yang berbentuk amal
akhirat,kemudian menjadi amal dunia
karena jeleknya niat.”
3. Urgensi Adab Penuntut Ilmu
Adab dalam menuntut ilmu adalah sebab yang menolong mendapatkan ilmu.
أن قِّل اْدب تعلم
العلم تتعلم “Belajarlah adab sebelum belajar ilmu.”
Adab dalam menuntut ilmu adalah sebab yang menolong berkahnya ilmu.
Imam Al Ajurri rahimahullah setelah menjelaskan beberapa adab penuntut ilmu beliau mengatakan:
“(hendaknya amalkan semua adab ini) hingga Allah menambahkan kepadanya pemahaman tentang
agamanya” (Akhlaqul Ulama [45], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [12]).
Adab merupakan ilmu dan amal.
Al Laits bin Sa’ad rahimahullah mengatakan:
Kalian lebih membutuhkan adab yang sedikit, dari pada ilmu yang banyak” (Syarafu Ash-habil
Hadits [122], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).
4. Beberapa Adab-adab
Penuntut Ilmu
1) Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu.
2) Hendaknya memiliki percaya diri yang kuat.
3) Perhatian dan fokus utamanya adalah mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk
akhiratnya.
4) Makan-makanan dengan kadar sedikit saja,dari makanan yang halal dan jauh dari
syubhat.
5) Membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran hati,agar hati bisa menerima ilmu yang
baik.
6) Memanfaatkan dengan baik waktu-waktu senggang dan waktu-waktu ketika badan
fit.
7) Memutuskan dan menghilanngkan hal-hal yang menyibukkan sehingga lalai dari
menuntut ilmu.
8) Hendaknya senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu.
9) Segera menghadiri majlis sebelum guru hadir.
10) Jika menghadiri majlis ilmu,namun gurunya belum datang maka tunggulah.
5. Adab Belajar,Mengkaji Ulang,dan
Diskusi dalam Kitab Washoya Al-Abaa’
Lil Abnaa’
• Wahai anakku, apabila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu, maka ajaklah
beberapa orang teman sekolahmu untuk muthala’ah (belajar) bersama, mungkin
temanmu dapat menolongmu dalam memahami sesuatu. Bila engkau telah memahami
pelajaranmu, jangan kau tinggalkan begitu saja buku pelajaranmu. Tetaplah belajar
bersama dengan teman-temanmu seperti engkau sedang menghadapi pelajaran
dihadapan para didikmu.
• Wahyai anakku, berlaku sopanlah terhadap temanmu dalam belajar. Bila engkau lebih
cepat memahami masalah, jangan sekali-kali engkau menghina temanmu (baik
dengan kata-kata atau perbuatan) dengan menunjukkan kebolehanmu dalam
membahas atau memahami suatu masalah.
• Wahai anakku, jauhkan dirimu dari berdebat (mujadalah) dan bersitegang dalam
perkara yang batil (salah). Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah amanah dan
barang siapa menggunakan ilmu pengetahuan ke arah kebathilan, berarti dia menyia-
nyiakan amanah dari Allah SWT.
• Wahai anakku, perbanyaklah mudzakarah (mengkaji ulang) berbagai pelajaran yang
telah engkau dapatkan. Sesungguhnya petaka (afat) bagi ilmu pengetahuan adalah
lupa. Ketahuilah!, sesungguhnya engkau adalah orang yang terpandang di
6. • Wahai anakku, hindari olehmu, jangan sampai mdzakarahmu hanya menghafal kata-kata tanpa tahu arti dan maknanya.
Berusahalah untuk mengerti arti dan maksud yang terkandung didalamnya untuk kemudian kau tanamkan dalam hati.
Karena ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yang engkau fahami, bukan sesuau yang engkau hafal.
• Wahai anakku, bila engkau dan temen-temanmu berkumpul untuk berdiskusi dan saling mengemukakan pandapat dalam
berbagai masalah, jangan sekali-kali engkau memutus pembicaraan seseorang yang sedang mengajukan argumentasinya,
dan jangan engkau tergsa-gesa menjawab masalah sebelum jelas duduk persoalanya. Jangan sekali-kali engkau membantah
suatu masalah tanpa alasan kuat, dan jangan engkau memperdebat permasalahan dengan yang tidak haq (benar). Jangan
menunjukkan kemuliaan pribadi (pangkat, titel, dsb.) kepada lawan bicaramu. Jangan meninggalkan ruang munadharah
(diskusi) sebelum diskusi selesai, hanya karena kalah bicara dan jangan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati
lawan bicaramu, serta menyalahkannya bila memberi jawaban yang kurang tepat (jangan sombong bila menang dan jangan
putus asa bila kalah, itulah watak ilmuwan).
• Wahai anakku, munadharah (diskusi ) sesama pelajar dalam membahas masalah ilmiyah, banyak membawa manfaat,
diantaranya: memperkuat pengertian, memperlancar pembicaraan, membantu mengambil i’tibar (pelajaran ) dari suatu
masalah dalam menambah keberanian diri. Tetapi wahai anakku, semua itu tidak akan memberi manfaat atas dirimu baik
dalam pandangan Allah ataupun umat manusia, kecuali bila engkau memiliki adab yang mulia, menjahui kat-kata yang tak
layak diucapkan dan bicaralah dengan perkataan yang haq sekalipun terhadap dirimu sendiri. Janganlah engkau takut pada
celaan orang, selam engkau berpijak pada AL-Haq.
7. • Hilyatul Auliya(6/330),dinukil dari Min Washaya Al Ulama
LiThalabatil Ilmi(17).
• Akhlaqul Ulama[45]dinukil dari Min Washaya Al Ulama
LiThalabatil Ilmi(12).
• Syarafu Ash-Habil Hadits(122),dinukil dari Min Washaya
Al Ulama liThalabatil Ilmi(17).
• Washoya Al-Abaa’ Lil Abnaa’.