salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Berfikir kreatif merupakan aspek yang sesuai tujuan kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada persoalan pembelajaran matematika.
1. “Pengaruh Penerapan Pembelajaran dengan Model Treffinger terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Rasa Ingin Tahu Siswa SMP”
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. H. Wahyudin, M.Pd
Darta, M.Pd
Siti Amnah
11505016
2. Abstrak
Siti Amnah. Pengaruh Penerapan Pembelajaran dengan Model Treffinger terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Rasa Ingin Tahu Siswa SMP.
Penelitian dilakukan di SMP PGII 2 Kota Bandung yang bertujuan untuk mengetahui ada – tidaknya
perbedaan berpikir kreatif matematis dan rasa ingin tahu siswa SMP pada materi Kekongruenan dan
Kesebangunan antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Treffinger terhadap kemampuan
dan model pembelajaran langsung. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuasi eksperimen dengan
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Probability sampling dan didapat kelas IX A
sebagai kelas eksperimen dan kelas IX C sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan
yaitu desain kelompok control pretest-postest. Instrumen dalam penelitian ini adalah silabus, RPP,
LKS, lembar tes hasil belajar kognitif dan angket. Uji statistika yang digunakan adalah uji normalitas,
uji homogenitas dan uji hipotesis. Hasil pengukuran berpikir kreatif matematis dan rasa ingin tahu
berupa data yang selanjutnya dianalisis menggunakan t-test dengan bantuan program SPSS 20.0 for
Windows. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan berpikir kreatif matematis, terlihat peningkatan
rata – rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran Treffinger
lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran langsung, yakni 62,81 dan 51,77.
Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa terdapat perbedaan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu antara
siswa yang memperoleh pembelajaran Treffinger dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
langsung.
Kata kunci: Berpikir Kreatif Matematis, Rasa Ingin Tahu, Pembelajaran Treffinger,
Pembelajaran Langsung
3. Latar Belakang
Model Pembelajaran Treffinger
Pembelajaran Kontinu
Individu produktif, kreatif,
inovatif
Rasa Ingin Tahu
Berpikir Kreatif
Pendidikan
5. Metode Penelitian
• Populasi : Seluruh siswa SMP PGII 2 Kota Bandung
• Sample : Siswa Kelas IX A dan IX C.
• Metode Penelitian : Kuasi eksperimen
• Teknik Sampling : Probability sampling, Simple Random Sampling
Operasionalisasi Variabel : 1. Variabel Bebas
Model Pembelajaran
2. Variabel Terikat
Berpikir Kreatif Matematis
• Metode Analisis Instrumen : 1. Validitas
2. Reliabilitas
3. Daya Pembeda
4. Indeks Kesukaran
• Metode Analisis Data : 1. Uji Normalitas Data
2. Uji Homogenitas
3. Uji - t
6. Uji Normalitas Data Pretest
Dari hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk pada Tabel terlihat bahwa nilai signifikan
untuk kelas eksperimen adalah 0,401 dan untuk kelas kontrol adalah 0,432. Berdasarkan kriteria
pengujian, signifikan kedua kelas > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdistribusi normal.
Shapiro-Wilk
Statisti
c
df Sig.
Eksperimen .965 31 .401
Kontrol .967 31 .432
7. Dari hasil output uji homogenitas dua varians pada Tabel terlihat bahwa nilai signifikan adalah 0,100.
Karena nilai signifikannya > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki varians yang sama atau kedua kelas tersebut homogen
Uji Homogenitas Data Pretest
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
2.128a 7 16 .100
8. Uji - t Data Pretest
Pada Tabel terlihat bahwa nilai signifikan (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah 0,701. Karena nilai
signifikannya 0,05, maka H0 diterima atau dapat disimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kreatif matematis pada tes awal (pretest) antara siswa yang memperoleh
model pembelajaran Treffinger dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran langsung
Nilai
t -,386
Asymp. Sig. (2-tailed) ,701
9. Uji Normalitas Data Post test
Dari hasil output uji normalitas pada Tabel 4.5 terlihat bahwa nilai signifikan untuk kelas eksperimen
adalah 0,704 dan untuk kelas kontrol adalah 0,124. Berdasarkan kriteria pengujian, signifikansi kedua
kelas > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
Shapiro-Wilk
Statisti
c
df Sig.
Post Test
Eksperimen
.976 31 .704
Post Test
Kontrol
.946 31 .124
10. Dari hasil output uji homogenitas dua varians pada Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai signifikan adalah
0,474. Karena nilai signifikannya > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol berasal dari populasi-populasi dengan varians yang sama atau kedua kelas tersebut homogen.
Uji Homogenitas Data Post Test
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
.959 6 23 .474
11. Uji - t Data Post Test
Pada Tabel terlihat bahwa nilai signifikan (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah 0,701. Karena nilai
signifikannya 0,05, maka H0 diterima atau dapat disimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kreatif matematis pada tes awal (pretest) antara siswa yang memperoleh
model pembelajaran Treffinger dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran langsung
Nilai
t 4.459
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
12. Daftar Hasil Uji Normalitas Skor Angket Rasa
Ingin Tahu
Dari hasil output uji normalitas pada Tabel terlihat bahwa nilai signifikan untuk kelas eksperimen adalah
0,377 dan untuk kelas kontrol adalah 0,610. Berdasarkan kriteria pengujian, signifikansi kedua kelas >
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Eksperimen .964 31 .377
Kontrol .973 31 .610
13. Dari hasil output uji homogenitas dua varians pada Tabel terlihat bahwa nilai signifikan adalah 0,171.
Karena nilai signifikannya > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol
berasal dari populasi-populasi dengan varians yang sama atau kedua kelas tersebut homogen.
Homogenitas Dua VariansAngket Rasa InginTahu
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
1.735 7 16 .171
14. Output Uji-t Angket Rasa Ingin Tahu
Setelah dilakukan pengolahan data melalui Uji-t, tampilan output SPSS dapat dilihat pada Tabel
4.10. Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai signifikan (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah 0,009.
Karena nilai signifikannya < 0,05, maka H0 ditolak atau Terdapat perbedaan rasa ingin tahu
antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Treffinger dengan siswa yang memperoleh
model pembelajaran langsung
Nilai
t 2.715
Asymp. Sig. (2-
tailed)
.009
15. Kesimpulan
A. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis pada tes akhir (posttest) antara siswa yang
memperoleh model pembelajaran Treffinger dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran
langsung
2. Terdapat perbedaan rasa ingin tahu antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Treffinger dengan
siswa yang memperoleh model pembelajaran langsung
16. Saran
A. Untuk di Lapangan
Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa. Suasana belajar yang menyenangkan dan Lembar Kerja Siswa
yang menuntut siswa untuk aktif dalam mengkonstruksi sendiri pemahamannya memudahkan
siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
A. Untuk Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan model pembelajaran Treffinger diterapkan pada materi lainnya
karena mengingat pada kesempatan kali ini peneliti hanya memberikan model pembelajaran
Treffinger kepada siswa SMP kelas IX dengan materi pokok kekongruenan dan kesebangunan.
Selain itu disarankan untuk melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
Treffinger ini terhadap kompetensi matematika yang lain atau bahkan melakukan penelitian
mengenai penerapan model pembelajaran Treffinger jika dipadankan dengan pendekatan
pembelajaran lainnya selain kemampuan berpikir kreatif, seperti pemecahan masalah. Model
pembelajaran Treffinger disusun berdasarkan sintaks – sintaks yang telah disesuaikan untuk
menemukan solusi kreatif pada soal – soal non rutin. Maka model Treffinger mampu merangsang
daya pikir siswa untuk membentuk pengetahuan mereka sendiri dalam memecahkan masalah –
masalah. Selain itu, dorongan dari peneliti sebagai guru sangat diperlukan sehingga siswa dapat
termotivasi dalam kegiatan pembelajaran