Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
PPT NOVA.pptx
1. PERATURAN PERTARUNGAN PENCAK SILAT
DOSEN PENGAMPU : AFRIMA DERI M.PD
DISUSUN OLEH :
NOVAAPRILLAH ( 2285201037 )
MATA KULIAH : PENCAK SILAT
2. PENGERTIAN PENCAK SILAT
Dalam kamus bahasa Indonesia, pencak silat merupakan permainan
(keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang,
dan membela diri. Pencak silat juga diartikan oleh menurut beberapa ahli sebagai
berikut:
Pencak silat adalah gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai dengan
perasaan, sehingga merupakan penguasaan gerak efektif dan terkendali serta sering
dipergunakan dalam latihan sabung atau pertandingan.
Pencak silat adalah sebagai fitrah manusia untuk membela diri dan sebagai unsur yang
menghubungkan gerakan, dan pikiran (olah gerak dan olah pikir).
Dari beberapa definisi tersebut, maka pencak silat dapat diartikan sebagai
hasil budaya manusia Indonesia untuk membela, mempertahankan eksistensi dan
integritas terhadap lingkungan hidup, alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan
hidup guna peningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
3. PERATURAN PENCAK SILAT
Ketentuan Umum
Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang
saling berhadapan utuk mencapai prestasi dengan cara melakukan
pembelaan (hindaran, elakan dan tangkisan), melakukan serangan
pada sasaran (serangan tangan dan kaki), menjatuhkan lawan, atau
mengunci lawan. Pertandingan dilakukan dalam 3 babak, dengan
masing-masing babak selama 2 menit dan istirahat antarbabak
selama 1 menit. Pertandingan pencak silat dipimpin oleh satu orang
wasit dan lima orang juri. Ketentuan pertandingan adalah sebagai
berikut.
Setiap pembelaan dan serangan harus berpola dari sikap awal,
pasangan langkah, serta adanya koordinasi dalam melakukan
serangan atau pembelaan.
Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai
dengan berbagai cara ke arah sasaran, sebanyak-banyaknya 4 jenis
serangan.
Mematuhi ketentuan mengenai sasaran, larangan-larangan, dan
kaidah pencak silat dan ketentuan-ketentuan perwasitan pada
umumnya.
Ketentuan Kemenangan
Kemenangan dianggap sah apabila memenuhi salah satu persyaratan
sebagai berikut.
Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri memenangkan
salah satu pesilat dengan jumlah angka lebih banyak dari pada lawannya.
Menang teknik, jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan
karena menyatakan diri tidak dapat melanjutkan pertandingan atau
kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan atas
keputusan dokter pertandingan.
permintaan pelatih.
Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah dan tidak
sadar sampai hitungan wasit ke-10 dalam waktu 10 detik.
Menang diskualifikasi jika lawan mendapat peringatan ke-3 setelah
peringatan ke-2, atau lawan melakukan pelanggaran berat sehingga
diberikan hukuman langsung diskualifikasi, atau melakukan pelanggaran
tingkat pertama sehingga lawan cedera dan tidak dapat melanjutkan
pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.
Menang karena pertandingan tidak seimbang.
Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau
mengundurkan diri.
4. PERATURAN PENCAK SILAT
Ketentuan Penilaian
Penilaian dalam olahraga pencak silat akan diberikan kepada pesilat dengan
ketentuan sebagai berikut.
Nilai 1 (satu) untuk elakan atau tangkisan yang berhasil yang langsung disusul
oleh serangan yang masuk pada sasaran, atau teknik jatuhan yang berhasil dan
serangan tangan yang masuk.
Nilai 2 (dua) untuk serangan kaki yang masuk pada sasaran.
Nilai 3 (tiga) untuk menjatuhkan lawan.
Nilai 4 (empat) untuk mengunci lawan.
Selain hal diatas, diberikan juga kerapian teknik yaitu penilaian atas kaidah-
kaidah permainan pencak silat dengan nilai terendah 2 (dua) dan nilai tertinggi
5 (lima) pada setiap babak.
Sasaran yang boleh diserang adalah bagian tubuh, kecuali leher. Dada, perut,
pinggang kiri dan kanan, punggung, tungkai, dan lengan dapat dijadikan
sasaran serangan menjatuhkan dan mengunci lawan, namun tidak mempunyai
nilai sebagai serangan perkenaan.
5. TEKNIK PENCAK SILAT
Serangan
Pukulan depan, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal. Arah lintasannya lurus ke depan, dengan titik sasaran atas, tengah, dan bawah.
Pukulan samping, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal. Lintasannya ke arah samping badan dengan posisi tangan mengepal.
Pukulan sangkol, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal. Lintasannya dari bawah ke atas dengan kepalan tangan terbalik dan diarahkan ke sasaran kemaluan.
Pukulan lingkar, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal. Lintasannya melingkar dari luar ke dalam, dengan titik sasaran rahang dan rusuk. Posisi tangan mengepal
menghadap ke bawah dan perkenaannya seluruh buku-buku jari.
Tebasan, yaitu serangan yang dilakukan dengan menggunakan satu atau dua telapak tangan yang terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan luar. Arah lintasannya dari luar ke dalam atau dari atas ke
bawah, dengan sasaran muka, leher, bahu, atau pinggang.
Tebangan, yaitu serangan yang menggunakan satu atau dua telapak tangan terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan dalam. Lintasannya dari dalam ke luar atau dari luar ke dalam, dengan arah
sasaran leher.
Sangga, yaitu serangan dengan satu atau dua telapak tangan terbuka. Bagian perkenaannya adalah pangkal telapak tangan dalam. Lintasannya dari bawah ke atas, dengan sasaran dagu dan hidung.
Tamparan, dilakukan dengan telapak tangan dalam yang kelima jari tangannya merapat satu dengan lainnya. Lintasannya dari luar ke dalam, dengan sasaran telinga.
Kepret, yaitu serangan dengan telapak tangan luar yang kelima jari tangannya merapat satu dengan lainnya. Lintasan dari dalam ke luar atau bawah ke atas, dengan sasaran muka atau kemaluan.
Tusukan, yaitu serangan dengan menggunakan jari tangan, dengan posisi jari merapat. Arahnya lurus ke depan, dengan sasaran mata dan tenggorokan.
Totokan, yakni serangan dengan menggunakan tangan setengah meng-genggam yang perkenaannya ruas kedua dari buku jari-jari. Arahnya lurus ke depan dengan sasaran mata dan tenggorokan.
Patukan, yaitu serangan dengan menggunakan lima jari tangan yang menguncup dan sedikit ditarik ke belakang. Sasarannya adalah mata.
Cengkeraman, yakni serangan yang menggunakan kelima jari tangan mencengkeram. Lintasannya dari arah luar ke dalam atau ke segala arah, dengan sasaran muka.
Gentusan, yakni serangan yang menggunakan sisi tangan bagian dalam. Posisi telapak tangan mengepal. Sasarannya, yaitu leher dan pelipis.
Dobrakan, yakni serangan yang menggunakan kedua telapak tangan terbuka dengan sasaran dada.
Sikuan, yakni serangan yang menggunakan siku tangan dengan arah lintasan ke atas, bawah, depan, samping, dan belakang. Ada beberapa jenis sikuan, antara lain sikuan atas, sikuan tusuk, sikuan
samping, dan sikuan belakang.
6. TEKNIK PENCAK SILAT
Belaan
Belaan adalah suatu usaha mempertahankan diri yang dapat dilakukan baik melalui tangan maupun kaki pada saat
menerima serangan. Macam-macam belaan antara lain adalah sebagai berikut.
Pembuangan, yaitu teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa dengan jalan membuang tenaga serangan
lawan.
Pelepasan kuncian, yaitu usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan dilakukan dengan cara menggunakan
satu atau dua tangan.
Elakan atau hindaran adalah suatu kondisi untuk menghindari dan mengelak dari berbagai serangan lawan. Elakan
mempunyai unsur kuda-kuda, sikap tubuh, dan sikap tangan. Jenis-jenis elakan antara lain sebagai berikut.
Elakan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan salah satu kaki ke belakang atau ke samping
sehingga posisi tubuh berubah (miring).
Egosan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan kedua kaki sampai posisi tubuh berubah
(merunduk).
Kelitan, yakni cara menghindari serangan lawan tanpa memindahkan posisi kaki. Kelitan dilakukan hanya
menjauhkan serangan dari anggota badan yang terancam serangan tersebut.
7. TEKNIK PENCAK SILAT
Tangkisan
Tangkisan tepis
Tangkisan gedik
Tangkisan kelit
Tangkisan siku
Tangkisan jepit atas
Tangkisan jepit bawah
Tangkisan potong
Tangkisan sangga
Tangkisan galang
Tangkisan kepruk
Tangkisan kibas
Tangkisan lutut menggunakan gerakan lutut setinggi pinggang dengan lintasan dari dalam ke luar.
8. SARANA DAN PRASARANA PENCAK SILAT
Pakaian Pencak Silat
Dalam pertandingan pencak silat, ada
ketentuan yang mengatur penggunaan
pakaian yang wajib ditaati oleh pesilat agar
tidak menimbulkan cedera. Ketentuannya
adalah pesilat wajib mengenakan pakaian
seragam standar pencak silat berwarna polos
(umumnya hitam), memakai ikat kepala, kain
samping, dan bisa dilengkapi dengan
memakai badge logo IPSI (Ikatan Pencak
Silat Indonesia) di dada sebelah kiri. Pesilat
juga wajib menggunakan pelindung dada
(body protector), pelindung kemaluan, dan
pelindung sendi demi keselamatan.
Lapangan Pencak Silat
Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan,
ukuran lapangan pencak silat adalah dengan luas
10 m2, panjang dan lebar 10 m, lingkaran tengah
dengan diameter 3 m, dan lingkaran kedua dengan
diameter 8 m. Lapangan pencak silat dilantai dan
dilapisi matras tebal ukuran 10 m x 10 m dengan
ketebalan 5 cm dan warna dasar hijau terang,
dilengkapi garis putih setebal 5 cm, dan bidang
berbentuk lingkaran. Perlengkapan yang
dibutuhkan pada pertandingan pencak silat adalah
meja dan kursi pertandingan, meja dan kursi wasit
juri, formulir pertandingan dan alat tulis menulis,
jam pertandingan, gong, bel, lampu babak, lampu
isyarat berwarna merah, biru dan kuning, bendera
kecil berwarna merah dan biru, serta timbangan
9. INFORMASI LAIN TENTANG PENCAK SILAT
Sifat dan Ciri Pencak Silat
Pencak silat memiliki, sifat dan ciri yang unik sehingga
membedakannya dengan olahraga bela diri lainnya. Sifat
pencak silat ialah halus, lentuk dan lemas dengan kekerasan
sesaat, tidak membutuhkan ruangan yang luas, gerakan
tangan halus dan selaras, langkah ringan ke segala penjuru,
tidak banyak bersuara, pernafasan wajar, banyak permainan
rendah, dan tendangan sedang-sedang.
Ciri-ciri umum pencak silat antara lain adalah menggunakan
seluruh bagian dan anggota tubuh dari ujung jari tangan dan
kaki hingga kepala, dilakukan dengan tangan kosong atau
dengan senjata, namun tidak memerlukan senjata tertentu
sehingga benda apapun dapat dijadikan senjata. Sedangkan
ciri-ciri khusus pencak silat ialah sikap tenang, menggunakan
kelentukan, kelincahan, dan kecepatan, saat timing dan
sasaran yang tepat dengan gerak yang cepat untuk menguasai
lawan (bukan dengan kekuatan), menggunakan prinsip
timbang badan (permainan posisi dengan memindahkan titik
berat badan), memanfaatkan setiap serangan lawan dengan
tenaga lawan, dan mengeluarkan tenaga sendiri sedikit
mungkin (menghemat dan menyimpan tenaga).
Perbedaan Pencak Silat dengan Karate dan
Taekwondo
Secara garis besar, terdapat setidaknya tiga ilmu bela diri
di Indonesia yang paling banyak dipelajari, diantaranya
adalah pencak silat, karate, dan taekwondo. Berdasarkan
daerah asalnya, pencak silat merupakan seni bela diri
asli dari Nusantara, sedangkan karate berasal dari Jepang
dan taekwondo berasal dari Korea. Di Indonesia, induk
organisasi pencak silat adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia), induk organisasi karate yaitu FORKI
(Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), sementara
induk organisasi taekwondo ialah FTI (Federasi
Taekwondo Indonesia). Perbedaan paling mencolok
antara pencak silat dengan karate dan taekwondo terletak
pada unsur yang diutamakan, dimana pencak silat
mengutamakan konsentrasi, karate mengandalkan
kekuatan, dan taekwondo memfokuskan pada kecepatan.
10. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencak silat merupakan olahraga bela diri
yang menuntut kosentrasi, kelincahan, dan pertahanan diri yang baik. Permainan pencak silat
membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk memainkannya dan dapat dilakukan oleh
pria maupun wanita. Dalam permainan pencak silat, pesilat wajib menguasai berbagai macam
teknik, mulai dari pukulan, sikuan, elakan, hingga tangkisan guna tercapainya hasil yang
maksimal dan sesuai harapan, serta terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi agar tidak
gugur.
Olahraga pencak silat merupakan warisan dari kebudayaan asli Nusantara yang harus senantiasa
kita jaga dan lestarikan agar tidak pudar. Olahraga pencak silat harus diperkenalkan sedini
mungkin guna menghasilkan bibit-bibit penerus budaya dan atlet yang berpotensi. Untuk itu,
atlet-atlet pencak silat Indonesia perlu mengajarkan aspek-aspek mengenai olahraga pencak
silat sejak anak usia dini agar dapat membagikan wawasannya dan mengangkat nama baik
bangsa Indonesia. Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam olahraga pencak silat yang
mau melestarikan kebudayaan asli Nusantara, dapat mengangkat nama baik bangsa Indonesia,
serta dapat membuat olahraga pencak silat terus berkembang sampai ke dunia internasional.