SlideShare a Scribd company logo
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI I(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 135/PMK.011/2014
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 78/PMK.03/2010 TENTANG PEDOMAN PENGHITUNGAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK
YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK
DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK
Menimbang
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
a. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum,
perlu mengatur kembali ketentuan mengenai
pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tentan g
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan
bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan
Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan
yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor
21/PMK.Oll/2014;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 9 ayat (6) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tentang Pedoman
Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi
Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Penyerahan
yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak
Terutang Pajak;
!ii
Mengingat
Menetapkan
/ I_
M E NTE~! l<r~ UANGAN
I~EPU I3LII< lj1 ~~~-:SIA
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010
tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak
Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan
Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang
Tidak Terutang Pajak sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/2014;
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTER!
KEUANGAN NOMOR 78/PMK.03/2010 TENTANG
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG
MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANGPAJAK
DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan
Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak
yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan
Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
21/PMK.011/2014, diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 2A diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 2A
Pengusaha Kena Pajak yang:
a. menghasilkan Barang Kena Pajak yang atas
penyerahannya termasuk dalam Penyerahan yang
Tidak Terutang Pajak; dan
!f..
;" (,··· /1:,)
' ' ' .)~
I /tJ::::-'·t..,) .
 .t:...11........11 ),>..,:
... I ,I'
' .~'-·' 'J'!.1· •
·.''· ;,.,,.,'1 ;L;.
•, ~~ 1' ·. 't k <'
ft.tJI!:.'· •· "' ~ i
~~~~":'~~~~
MI:::NTCI<I I<EU/NG/N
HEPUBLII< IN~~N~::SI/
b. mengolah danjatau memanfaatkan lebih lanjut
Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf
a, baik melalui unit pengolahan sendiri maupuh
melalui titip olah dengan menggunakan fasilitas
pengolahan Pengusaha Kena Pajak lainnya sehingga
menjadi Barang Kena Pajak yang atas penyerahannya
termasuk dalam Penyerahan yang Terutang Pajak,
sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang
terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, Pajak
Masukan yang sudah dibayar dapat clikreditkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
2. Diantara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni Pasal 9A yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9A
Ketentuan mengenai penghitungan pengkreditan pajak
masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang
Tidak Terutang Pajak sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai
dengan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini,
berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini.
3. Mengubah Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor
78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan
Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak
yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan
Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
2 1/PMK.Oll/2014, sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
~&
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 4 -
Agar setiap ·orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 Juni 2014
Ditetapkan di Jakarta
padatanggal 18 Juni 2014
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MUHAMAD CHATIB BASRI
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 828
~~
~d~ h~• ( ' _ , '.1
(
' .).1 )
((,;;;.,:,::v....... l J
: .1·'(.:.:/• ~  ,~t . '
-<-g.'~::,;1~;·1_
·· ~ ··;.:·  ~:...··/
!,~~"~!?:
LAMP!RAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLII< INDONESIA
NOMOR 135/PMK 011/2014
TENTANG •
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTER!
KEUANGAN NOMOR 78/PMK.03/2010 TENTANG
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN BAGIPENGUSAHA KJ!:NA PAJAK YANG
MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN
PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK
MENTEHI I<EU/NGAN
REPU13LII< INDONESIA
TATA CARA PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI
PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG
PAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK
I. PENGERTIAN UMUM
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan
Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak antara lain: ·
a. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan danjatau memanfaatkan kegiatan
usaha terpadu (integrated), misalnya Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan jagung, dan juga merripunyai pabrik minyak jagung (minyak
jagung merupakan Barang Kena Pajak), yang sebagian jagung yang
dihasilkannya dijual kepada pihak lain dan sebagian lainnya diolah menjadi
m inyakjagung.
b. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan usaha jasa yang atas penyerahannya
terutang dan tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai, misalnya Pengusaha
Kena Pajak yang bergerak di bidang perhotelan, disamping melakukan usaha
jasa di bidang perhotelan, juga melakukan penyerahan j asa persewaan
ruangan untuk tempat usaha.
c. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan barang dan jasa yang
atas penyerahannya terutang dan yang tidak terutang Pajak Pertambahan
Nilai, misalnya Pengusaha Kena Pajak yang kegiatan usahanya m enghasilkan
atau menyerahkan Barang Kena Pajak berupa roti juga melakukan kegiatan
di bidang jasa angkutan umum yang merupakan jasa yang tidak dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai.
d. Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang terutang
Pajak Pertambahan Nilai dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai, misalnya pengusaha pembangunan perumahan yang
melakukan penyerahan berupa rumah mewah yang terutang Pajak
Pertambahan Nilai dan rumah sangat sederhana yang dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Untuk .Pengusaha Ken a Pajak yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak
dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana tersebut di atas,
perlakuan pengkreditan Pajak Masukan adalah sebagai berikut: .
a. Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak danjatau J asa Kena Pajak
yang nyata-nyata hanya digunakan untuk kegiatan yang terkait dengan
penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai, dapat dikreditkan
seluruhnya, seperti misalnya:
1) Pajak Masukan untuk perolehan mesin-mesin yang digunakan untuk
memproduksi minyak jagung;
2) Pajak Masukan untuk perolehan alat-alat perkantoran yang h anya
digunakan untuk kegiatan penyerahan jasa persewaan kantor;
b. Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak danjatau Jasa Kena Pajak
yang nyata-nyata hanya digunakan untuk kegiatan yang terkait dengan
penyerahan yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai atau mendapatkan
~
A .b~
' r II ' 
. ,.,._,.,..,.:~ . .I
I (r (:::::·v.) -J
'·1''.t:l-)l • " . :
1
,1- _i
-.· ];'1~1· .;: .'-/
,, )"' * -1
·,;,:,_!..':: t,;{,.'
~~~r.~t(
MENTER! KEU/NG/N
HEI=>U[ILII< INDONESIA
- 2 -
fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat
dikreditkan seluruhnya, misalnya:
1) Pajak Masukan untuk pembelian truk yang digunakan untuk jas.a
angkutan umum, karena jasa angkutan umum bukan merupakan Jasa
Kena Pajak yang atas penyerahannya tidak terutang Pajak Pertambahan
Nilai;
2) Pajak Masukan untuk pembelian bahan baku yang ·digunakan untuk
membangun rumah sangat sederhana, karena atas penyerahan rumah
sangat sederhana dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
c. Sedangkan Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak yang belum dapat dipastikan penggunaannya untuk Penyerahan
yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak,
pengkreditannya menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, misalnya:
1) Pajak Masukan untuk perolehan truk yang digunakan baik untuk
perkebunan jagung maupun untuk pabrik minyak jagung, yang sebagian
jagung tersebut dijual kepada pihak lain dan tidak diolah sendiri oleh
pemilik kebun jagung menjadi minyak jagung;
2) Pajak Masukan untuk perolehan komputer yang digunakan baik untuk
kegiatan penyerahan jasa perhotelan maupun untuk kegiatan
pe'nyerahan jasa persewaan kantor.
II. CONTOH PENGHITUNGAN
Contoh 1:
1) Pengusaha Kena Pajak B adalah perusahaan yang bergerak di bidang
industri pembuatan sepatu.
2) Pada bulan Januari 2014, Pengusaha Kena Pajak B tersebut membeli
generator listrik yang dimaksudkan untuk digunakan seluruhnya untuk
kegiatan pabrik dengan nilai perolehan sebesar Rp100.000.000,00 dengan
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp10.000.000;00.
3) Pajak Masukan atas perolehan generator listrik sebesar Rp10.000.000,00
secara keseluruhan dikreditkan pada Masa Pajak Januari 2014.
4) Masa manfaat generator listrik tersebut sebenarnya adalah 5 (lima) tahun,
tetapi untuk penghitungan kembali Pajak Masukan ini, masa manfaat
generator listrik tersebut ditetapkan 4 (empat) tahun, sehingga alokasi
pengkreditan Pajak Masukan untuk setiap tahunnya adalah sebesar:
Rp10.000.000,00
---------- - - ----------- = Rp2.500 .000,00
4
5) Selama tahun 2014 ternyata generator listrik tersebut digunakan:
~~
b,.1 • '
J'~" ('. 1 ··
( ,.,,:,_·:·:·v  ·)
.J( 1,,.,., ·~': ) / . _:
., ' ~..·-
._..:·lt~ ~ !- , • ,, , • & 5I
''<-"I.· .,,-.,>-
~~~~~
MENTER! I<EUANGAN
HEPUBLII< INDONESIA
- 3 -
a. untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2014:
1. 10% untuk perumahan karyawan dan direksi;
ii. 90% untuk kegiatan pabrik, dan
b. untuk bulan Juli sampai dengan Desember 2014:
i. 20% untuk perumahan karyawan dan direksi;
n. 80% untuk kegiatan pabrik.
Berdasarkan data tersebut di atas, rata-rata penggunaan generator listrik
untuk kegiatan pabrik adalah:
90% + 80%
---------------- = 85%
2
6) Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk tahun
buku 2014 dapat dilakukan paling lambat pada Masa Pajak Maret 2015.
Pengusaha Kena Pajak B melakukan penghitungan kembali Pajak Masukan
pada Masa Pajak Februari 2015. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
untuk tahun buku 2014 seharusnya sebesar:
Rp10.000.000,00
85% X ---------------------- = Rp2.125.000,00
4
7) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi
Pajak Masukan untuk Masa Pajak Februari 201 5 adalah sebesar:
Rp2.500.000,00 - Rp2.125.000,00 = Rp375.000,00
8) Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas
dilakukan sampai dengan masa manfaat generator listrik berakhir.
Contoh 2:
1) Pengusaha Kena Pajak D adalah perusahaan yang menghasilkan jagung,
dan memproses jagung tersebut m enjadi minyak jagung yang merupakan
Barang Kena Pajak, dengan titip olah menggunakan fasilitas pengolahan
Pengusah a Kena Pajak E. Selanjutnya, Pengusaha Kena Pajak D hanya
menjual minyak jagung.
2) Pada bulan Maret 2014, Pengusaha Kena Pajak D membayar jasa titip
olah kepada Pengusaha Kena Pajak E sebesar Rp25.000.000,00 dengan
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp2.500.000,00.
3) Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena
Pajak D pada masa Maret 2014 adalah sebesar Rp2 .500.000,00
~~
Contoh 3:
,n I'•
(
''' ""· ·· ,. ' . • .._~ •I· ; 
. '(( /;:/~')). )
'-··:1·,! J' ·~ t "• /.
, I·,· I~··> I  - / ' -
· ~ ···  " ,/
.,_ .. ·' ~"'
. Tft!ll
-1 t I ~   
MENTEnl I<EUANGAN
REPUOLII< INDONESIA
- 4 -
1) Pengusaha Kena Pajak N adalah perusahaan integrated (terpadu) yang
bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak jagung. Sebagian
jagung yang dihasilkannya diolah lebih lanjut menjadi minyak jagung dan
sebagian lainnya dijual kepada pihak lain.
2) Pada bulan April 20 14, Pengusaha Kena Pajak N membeli truk yang
digunakan baik untuk perkebunan jagung maupun untuk pabrik minyak
jagung dengan harga perolehan sebesar Rp200.000.000,00 dan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar Rp20 .000.000,00.
3) Berdasarkan data-data yang dimiliki, diperkirakan persentase rata-rata
jumlah penyerahan minyak jagung terhadap penyerahan seluruhnya adalah
sebesar 70%, sedangkan 30% merupakan penyerahan jagung kepada pihak
lain.
4) Berdasarkan data tersebut maka Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
dalam SPT Masa PPN Masa Pajak April 2014 sebesar:
Rp20.000.000,00 x 70% = Rp14.000.000,00
5) Selanjutnya diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun buku
2014 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari penjualan jagung
kepada pihak lain sebesar Rp40.000.000.000,00 dan penjualan minyak
jagung sebesar Rp60.000.000.000,00.
6) Masa manfaat truk sebenarnya adalah 5 (lima) tahun, tetapi untuk tujuan
penghitungan Pajak Masukan berdasarkan Peraturan Menteri ini
ditetapkan 4 (empat) tahun.
7) Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang dapat
dikreditkan selama tahun buku 2014 yang dilakukan pada Masa Pajak
Maret 2015 adalah:
Rp60.000.000.000,00 Rp20.000.000,00
------ - ---- - ------ -------- - --- X ------ --- ------------ ----- = Rp3. 000.000 '00
Rp100.000.000 .000,00 4
8) Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun buku sesuai
masa manfaat truk tersebut adalah:
Rp 14.000.000,00
----------------------- = Rp 3.500.000,00
4
9) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi
Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2015 adalah sebesar:
Rp3.500.000,00- Rp3.000.000,00 = Rp500.000,00
10) Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas
dilakukan setiap tahun sampai dengan masa manfaat truk berakhir.
~ ~
Contoh 4:
1 Jlhl/.., ,· ' ' .
(. (,'('.~6::;:::i)·: ,•
)~ ';'. =r:' ( -
' ... • ..t . ..
~-. ~~- ,11 •. ·/
!, .. .. .//, I ' ) ... . . ~> ,,• .. . ~"'V
'''-~,.,.~..h~..~-·
..-,-. ': l ~ 
MENTI:f~ l f<EUANGAN
RI::PUnLII< INDONESIA
- 5 -
1) Kelanjutan dari contoh 3, diketahui bahwa total peredaran usaha selama
tahun buku 2015 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari
penjualan jagung sebesar Rp10.000.000.000,00 dan penjualan minyak
jagung sebesar Rp90.000.000.000,00.
2) Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang dapat
dikreditkan selama tahun buku 2015 yang dilakukan pada Masa Pajak
Maret 2016 adalah:
Rp90.000.000.000,00 Rp20.000 .000,00
------------------------------- X ------------- -------- ------ = Rp4. 500.000'00
Rp100.000.000 .000,00 4
3) Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun buku sesuai
masa manfaat truk tersebut adalah:
Rp14.000.~~~~~-~ = Rp3.500.000,00
-------------
4
4 ) Jadi Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan
menambah Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2016 adalah sebesar:
Rp4.500.000,00 - Rp3.500.000,00 = Rpl.OOO.OOO,OO
Contoh 5:
1) Kelanjutan dari contoh 4, diketahui bahwa total peredaran usaha selama
tahun buku 2016 adalah ~p100 . 000.000.000 ,00 , yang bera sa l dari
penjualan j agung sebesar Rp30.000.000.000,00 dan penjualan minyak
jagung sebesar Rp70.000.000.000,00.
2) Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang dapat
dikreditkan selama tahun buku 2016 yang dilakukan pada Masa Pajak
Maret 2017 adalah:
Rp70.000.000.000,00 Rp20.000.000,00
------ - ----------------------- X ------- - -------------- ---- = Rp3-500-000,00
RplOO.OOO.OOO.OOO,OO 4
3) Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun buku sesuai
masa m anfaat truk tersebut adalah :
Rpl4.000.000,00
------------ -------~-- - = Rp3.500.000,00
4
4) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali a dalah sebesar:
Rp3.500.000,00 - Rp3.500.000,00 = RpO,OO
~~
II f/1,
( ' ., '•,),
(
' ·,
>(:~t:i!iv)' ··j··i ...... · I-) .
 ; ·;·: •. J
·.. . ·-,
.h.. ll ~ ../~·. ~ . /. '
4 ~~-~1~;.~1).:1
,,, i •. t . ,.
MENTE I~ I I<EU/NGAN
I~EPUBU I< INDOI'JESI/
- 6 -
Contoh 6:
1)
2)
Kelanjutan dari contoh 5, diketahui bahwa total peredaran usaha selama
tahun buku 2017 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari
penjualan jagung sebesar Rp50.000.000.000,00 dan penjualan minyak
jagung sebesar Rp50.000.000.000,00.
Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang dapat
dikreditkan selama tahun buku 2017 yang dilakukan pada Masa Pajak
Maret 2018 adalah:
Rp 50.000.000.000,00 Rp20.000.000,00
-------------------- ---------- X ------------- -- - --------- = Rp2.500.000'00
Rp 100.000.000.000,00 4
3) Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun buku sesuai
masa manfaat truk tersebut adalah:
Rp14.000.0~~~~~-- = Rp3.500.000,00
--------------
4
4) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi
Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2018 adalah sebesar:
Rp3 :500.000,00- Rp2.500.000,00 = Rpl.OOO.OOO,OO
5) Penghitungan Pajak Masukan sebagaimana perhitungan di atas tidak perlu
lagi dilakukan pacta tahun 20 19.
Contoh 7:
1) Pengusaha Kena Pajak N tersebut pacta contoh 3, pada bulan Mei 2014
membeli bahan bakar solar untuk truk yang digunakan baik untuk sektor
perkebunan dan distribusi jagung kepada pihak lain maupun untuk sektor
pabrikasi dan distribusi minyak jagung sebesar Rp50.000.000,00 dan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar Rp5.000.000,00;
2) Pengusaha Kena Pajak dimaksud mengkreditkan Pajak Masukan tersebut
berdasarkan perkiraan persentase perbandingan jumlah penyerahan yang
terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya sebesar 70%, sehingga
Pajak Masukan yang dikreditkan dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Mei
20 14 adalah sebesar:
Rp5.000.000,00 x 70% = Rp3 .500.000,00
3) Selanjutnya diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun buku
2014 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari penjualan jagung
sebesar Rp40.000.000.000,00 dan penjualan minyak jagung sebesar
Rp60.000.000.000,00.
~
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
4) Pen ghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan bahan bakar solar
untuk truk yang dapat dikreditkan selama tahun buku 2014 yang
dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015 adalah:
Rp60.000.000.000,00
------------------------------- x Rp5 .000.000,00 = Rp3.000.000,00
Rp100.000.000.000,00
5) Pajak Masukan atas perolehan bahan bakar solar untuk truk yang telah
dikreditkan pada Masa Pajak Mei tahun 2014 adalah Rp3.500 .000,00.
6) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi
Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2015 adalah sebesar:
Rp3.500.000,00 - Rp3.000.000,00 = Rp500.000,00
Contoh 8:
1) Sarna dengan contoh 7, namun diketahui total peredaran usaha selama
tahun buku 2014 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari
penjualan jagung sebesar Rp10.000.000.000,00 dan penjualan minyak
jagung sebesar Rp90.000.000.000,00.
2) Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan bahan bakar solar
untuk truk yang dapat dikreditkan selama tahun buku 2014 yang
dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015 adalah:
Rp90.000.000.000,00
------------------------------- x Rp5.000.000,00 = Rp4.500.000,00
Rp 100.000.000.000,00
3) Pajak Masukan atas perolehan bahan bakar solar untuk truk yang telah
dikreditkan pada Masa Pajak Mei tahun 2014 adalah Rp3.500 .000,00.
4) Jadi, Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan
menambah Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2015 adalah sebesar:
Rp4.500.000,00- Rp3.500.000,00 = Rpl.OOO.OOO,OO
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MUHAMAD CHATIB BASRI
'
KEP
-ll

More Related Content

What's hot

ppt Ppn pajak pertambahan nilai dan cara menghitungnya
ppt Ppn pajak pertambahan nilai dan cara menghitungnyappt Ppn pajak pertambahan nilai dan cara menghitungnya
ppt Ppn pajak pertambahan nilai dan cara menghitungnya
Rayse Aulia
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
Icha Icha
 
141pmk 032015per.pdf - jasa lain pph 23
141pmk 032015per.pdf - jasa lain pph 23141pmk 032015per.pdf - jasa lain pph 23
141pmk 032015per.pdf - jasa lain pph 23
Vania Sutanto
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajak
karomah95
 
32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk
KantorHukum1
 
Contoh Kasus PPh Pasal 22
Contoh Kasus PPh Pasal 22Contoh Kasus PPh Pasal 22
Contoh Kasus PPh Pasal 22Muhammad Amri
 
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
Badan Kebijakan Fiskal
 
Pph pasal 22
Pph pasal 22Pph pasal 22
Pph pasal 22
Maulina Sahara
 
Pph 22 dan ppn bendahara
Pph 22 dan ppn bendaharaPph 22 dan ppn bendahara
Pph 22 dan ppn bendaharairmans36
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakasrikartini
 
40~pmk.03~2017 per
40~pmk.03~2017 per40~pmk.03~2017 per
40~pmk.03~2017 per
Setiyanto Setiyanto
 
Petunjuk Praktis Kewajiban Perpajakan Bendahara BOS
Petunjuk Praktis Kewajiban Perpajakan Bendahara BOSPetunjuk Praktis Kewajiban Perpajakan Bendahara BOS
Petunjuk Praktis Kewajiban Perpajakan Bendahara BOS
Tobagus Makmun
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM
Icha Icha
 
Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22
Asep suryadi
 
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) in Bahasa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) in BahasaPajak Pertambahan Nilai (PPN) in Bahasa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) in Bahasa
Yesica Adicondro
 
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakDasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Bbe Mee
 
Pasal 22
Pasal 22Pasal 22
Pasal 22
maulmaulidaa
 
Pertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajakPertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajak
Defina Sulastiningtiyas
 
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahPajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahraSinduaji
 

What's hot (20)

ppt Ppn pajak pertambahan nilai dan cara menghitungnya
ppt Ppn pajak pertambahan nilai dan cara menghitungnyappt Ppn pajak pertambahan nilai dan cara menghitungnya
ppt Ppn pajak pertambahan nilai dan cara menghitungnya
 
Presentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBMPresentasi PPN dan PPnBM
Presentasi PPN dan PPnBM
 
141pmk 032015per.pdf - jasa lain pph 23
141pmk 032015per.pdf - jasa lain pph 23141pmk 032015per.pdf - jasa lain pph 23
141pmk 032015per.pdf - jasa lain pph 23
 
PPN Faktur Pajak
PPN   Faktur PajakPPN   Faktur Pajak
PPN Faktur Pajak
 
32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk
 
Contoh Kasus PPh Pasal 22
Contoh Kasus PPh Pasal 22Contoh Kasus PPh Pasal 22
Contoh Kasus PPh Pasal 22
 
Acong
AcongAcong
Acong
 
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
 
Pph pasal 22
Pph pasal 22Pph pasal 22
Pph pasal 22
 
Pph 22 dan ppn bendahara
Pph 22 dan ppn bendaharaPph 22 dan ppn bendahara
Pph 22 dan ppn bendahara
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajak
 
40~pmk.03~2017 per
40~pmk.03~2017 per40~pmk.03~2017 per
40~pmk.03~2017 per
 
Petunjuk Praktis Kewajiban Perpajakan Bendahara BOS
Petunjuk Praktis Kewajiban Perpajakan Bendahara BOSPetunjuk Praktis Kewajiban Perpajakan Bendahara BOS
Petunjuk Praktis Kewajiban Perpajakan Bendahara BOS
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM
 
Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22
 
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) in Bahasa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) in BahasaPajak Pertambahan Nilai (PPN) in Bahasa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) in Bahasa
 
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakDasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
 
Pasal 22
Pasal 22Pasal 22
Pasal 22
 
Pertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajakPertemuan 8 pajak
Pertemuan 8 pajak
 
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahPajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
 

Similar to Pmk1350112014

Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
Juwita W'tio
 
Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__
Mone_Dompu
 
PER :44/PJ/2015 :::: TENTANG PERUBAHAN KE EMPAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JEND...
PER :44/PJ/2015  :::: TENTANG PERUBAHAN KE EMPAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JEND...PER :44/PJ/2015  :::: TENTANG PERUBAHAN KE EMPAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JEND...
PER :44/PJ/2015 :::: TENTANG PERUBAHAN KE EMPAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JEND...
Roko Subagya
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8Rekno Wr
 
Fasilitas PPN dan PPnBM.pptx
Fasilitas PPN dan PPnBM.pptxFasilitas PPN dan PPnBM.pptx
Fasilitas PPN dan PPnBM.pptx
AchmadFudholi1
 
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.pptSlide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
INDIRAARUNDINASARISA
 
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.pptSlide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
Indrartotriansyah
 
Uu no 28 tahun 2007 + penjelasan
Uu no 28 tahun 2007 + penjelasanUu no 28 tahun 2007 + penjelasan
Uu no 28 tahun 2007 + penjelasan
Yesica Adicondro
 
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdfUU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
CVLOMBOKENERGI
 
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdfUU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
agusrianiginting1
 
Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)
University pekalongan
 
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdfPMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
CalvinBudiKusuma1
 
Buku Ajar Pengantar Kepabeanan dan Cukai Fix (Autosaved).pdf
Buku Ajar Pengantar Kepabeanan dan Cukai Fix (Autosaved).pdfBuku Ajar Pengantar Kepabeanan dan Cukai Fix (Autosaved).pdf
Buku Ajar Pengantar Kepabeanan dan Cukai Fix (Autosaved).pdf
SariYanti22
 
Kasus Indosat Tbk (Kelompok 2) - Maksi Trisakti
Kasus Indosat Tbk (Kelompok 2) - Maksi TrisaktiKasus Indosat Tbk (Kelompok 2) - Maksi Trisakti
Kasus Indosat Tbk (Kelompok 2) - Maksi Trisakti
Dinny Gamalasari
 
Tugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakanTugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakan
Zievilia Alayy
 
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu MigasPP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
EMLI Indonesia
 
PPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun SendiriPPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun SendiriCatatan Ekstens
 

Similar to Pmk1350112014 (20)

Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
 
Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__
 
PER :44/PJ/2015 :::: TENTANG PERUBAHAN KE EMPAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JEND...
PER :44/PJ/2015  :::: TENTANG PERUBAHAN KE EMPAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JEND...PER :44/PJ/2015  :::: TENTANG PERUBAHAN KE EMPAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JEND...
PER :44/PJ/2015 :::: TENTANG PERUBAHAN KE EMPAT ATAS PERATURAN DIREKTUR JEND...
 
Ppn & p pn bm
Ppn & p pn bmPpn & p pn bm
Ppn & p pn bm
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8
 
Fasilitas PPN dan PPnBM.pptx
Fasilitas PPN dan PPnBM.pptxFasilitas PPN dan PPnBM.pptx
Fasilitas PPN dan PPnBM.pptx
 
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.pptSlide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
 
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.pptSlide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
Slide-AKT-305-Pertemuan-4-Penyerahan-BKP-JKP.ppt
 
Uu no 28 tahun 2007 + penjelasan
Uu no 28 tahun 2007 + penjelasanUu no 28 tahun 2007 + penjelasan
Uu no 28 tahun 2007 + penjelasan
 
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdfUU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
UU 7TAHUN 2021 HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN.pdf
 
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdfUU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 7 Tahun 2021.pdf
 
Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)
 
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdfPMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
PMK Nomor 131 Tahun 2018.pdf
 
Buku Ajar Pengantar Kepabeanan dan Cukai Fix (Autosaved).pdf
Buku Ajar Pengantar Kepabeanan dan Cukai Fix (Autosaved).pdfBuku Ajar Pengantar Kepabeanan dan Cukai Fix (Autosaved).pdf
Buku Ajar Pengantar Kepabeanan dan Cukai Fix (Autosaved).pdf
 
Kasus Indosat Tbk (Kelompok 2) - Maksi Trisakti
Kasus Indosat Tbk (Kelompok 2) - Maksi TrisaktiKasus Indosat Tbk (Kelompok 2) - Maksi Trisakti
Kasus Indosat Tbk (Kelompok 2) - Maksi Trisakti
 
Tugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakanTugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakan
 
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu MigasPP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
PP Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pajak Pengasilan Hulu Migas
 
Ppn dan ppnbm
Ppn dan ppnbmPpn dan ppnbm
Ppn dan ppnbm
 
PPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun SendiriPPN Kegiatan Membagun Sendiri
PPN Kegiatan Membagun Sendiri
 
Tugas fhartika
Tugas fhartikaTugas fhartika
Tugas fhartika
 

More from Efry Ghani

Tanamanhutan
TanamanhutanTanamanhutan
Tanamanhutan
Efry Ghani
 
1556 5939-1-pb study ekowisata
1556 5939-1-pb study ekowisata1556 5939-1-pb study ekowisata
1556 5939-1-pb study ekowisata
Efry Ghani
 
Modul 4 perencanaan program oms pro hiv-usaid
Modul 4 perencanaan program oms pro hiv-usaidModul 4 perencanaan program oms pro hiv-usaid
Modul 4 perencanaan program oms pro hiv-usaid
Efry Ghani
 
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotorAnalisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotorEfry Ghani
 
Keuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahKeuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahEfry Ghani
 
Tutorial windows-server-2003
Tutorial windows-server-2003Tutorial windows-server-2003
Tutorial windows-server-2003Efry Ghani
 
Modul c-revisi
Modul c-revisiModul c-revisi
Modul c-revisiEfry Ghani
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerahEfry Ghani
 
Buku pprg keuangan
Buku pprg keuanganBuku pprg keuangan
Buku pprg keuanganEfry Ghani
 
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01Efry Ghani
 
Revitalisasi proses desentralisasi
Revitalisasi proses desentralisasiRevitalisasi proses desentralisasi
Revitalisasi proses desentralisasiEfry Ghani
 

More from Efry Ghani (15)

Tanamanhutan
TanamanhutanTanamanhutan
Tanamanhutan
 
1556 5939-1-pb study ekowisata
1556 5939-1-pb study ekowisata1556 5939-1-pb study ekowisata
1556 5939-1-pb study ekowisata
 
Modul 4 perencanaan program oms pro hiv-usaid
Modul 4 perencanaan program oms pro hiv-usaidModul 4 perencanaan program oms pro hiv-usaid
Modul 4 perencanaan program oms pro hiv-usaid
 
Kepuasan wp
Kepuasan wpKepuasan wp
Kepuasan wp
 
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotorAnalisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
Analisis koordinasi pelayanan pemungutan pajak kendaraan bermotor
 
138 293-1-pb
138 293-1-pb138 293-1-pb
138 293-1-pb
 
Keuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerahKeuangan pusat-dan-daerah
Keuangan pusat-dan-daerah
 
Tutorial windows-server-2003
Tutorial windows-server-2003Tutorial windows-server-2003
Tutorial windows-server-2003
 
Modul c-revisi
Modul c-revisiModul c-revisi
Modul c-revisi
 
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
2908473 modul-2-manajemen-keuangan-daerah
 
Buku pprg keuangan
Buku pprg keuanganBuku pprg keuangan
Buku pprg keuangan
 
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
Sistempengawasanadministrasipublik 110526040422-phpapp01
 
Revitalisasi proses desentralisasi
Revitalisasi proses desentralisasiRevitalisasi proses desentralisasi
Revitalisasi proses desentralisasi
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
138
138138
138
 

Recently uploaded

PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
JOHANNESSIMANJUNTAK8
 
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan PublikPentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
MuhamadIkbalThola1
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
teraspky798
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
PemerintahanNagariKu1
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
HasmiSabirin1
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
kemendagatang
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Mirza Sohirin
 

Recently uploaded (17)

PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
 
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan PublikPentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
 

Pmk1350112014

  • 1. MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI I(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135/PMK.011/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 78/PMK.03/2010 TENTANG PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tentan g Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 21/PMK.Oll/2014; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak; !ii
  • 2. Mengingat Menetapkan / I_ M E NTE~! l<r~ UANGAN I~EPU I3LII< lj1 ~~~-:SIA Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/2014; MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 78/PMK.03/2010 TENTANG PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANGPAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.011/2014, diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 2A diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 2A Pengusaha Kena Pajak yang: a. menghasilkan Barang Kena Pajak yang atas penyerahannya termasuk dalam Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak; dan !f..
  • 3. ;" (,··· /1:,) ' ' ' .)~ I /tJ::::-'·t..,) . .t:...11........11 ),>..,: ... I ,I' ' .~'-·' 'J'!.1· • ·.''· ;,.,,.,'1 ;L;. •, ~~ 1' ·. 't k <' ft.tJI!:.'· •· "' ~ i ~~~~":'~~~~ MI:::NTCI<I I<EU/NG/N HEPUBLII< IN~~N~::SI/ b. mengolah danjatau memanfaatkan lebih lanjut Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a, baik melalui unit pengolahan sendiri maupuh melalui titip olah dengan menggunakan fasilitas pengolahan Pengusaha Kena Pajak lainnya sehingga menjadi Barang Kena Pajak yang atas penyerahannya termasuk dalam Penyerahan yang Terutang Pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, Pajak Masukan yang sudah dibayar dapat clikreditkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. 2. Diantara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 9A yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 9A Ketentuan mengenai penghitungan pengkreditan pajak masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini. 3. Mengubah Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2 1/PMK.Oll/2014, sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. ~&
  • 4. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 4 - Agar setiap ·orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 Juni 2014 Ditetapkan di Jakarta padatanggal 18 Juni 2014 MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MUHAMAD CHATIB BASRI MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 828 ~~
  • 5. ~d~ h~• ( ' _ , '.1 ( ' .).1 ) ((,;;;.,:,::v....... l J : .1·'(.:.:/• ~ ,~t . ' -<-g.'~::,;1~;·1_ ·· ~ ··;.:· ~:...··/ !,~~"~!?: LAMP!RAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLII< INDONESIA NOMOR 135/PMK 011/2014 TENTANG • PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 78/PMK.03/2010 TENTANG PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGIPENGUSAHA KJ!:NA PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK MENTEHI I<EU/NGAN REPU13LII< INDONESIA TATA CARA PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK I. PENGERTIAN UMUM Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak antara lain: · a. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan danjatau memanfaatkan kegiatan usaha terpadu (integrated), misalnya Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan jagung, dan juga merripunyai pabrik minyak jagung (minyak jagung merupakan Barang Kena Pajak), yang sebagian jagung yang dihasilkannya dijual kepada pihak lain dan sebagian lainnya diolah menjadi m inyakjagung. b. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan usaha jasa yang atas penyerahannya terutang dan tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai, misalnya Pengusaha Kena Pajak yang bergerak di bidang perhotelan, disamping melakukan usaha jasa di bidang perhotelan, juga melakukan penyerahan j asa persewaan ruangan untuk tempat usaha. c. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan barang dan jasa yang atas penyerahannya terutang dan yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai, misalnya Pengusaha Kena Pajak yang kegiatan usahanya m enghasilkan atau menyerahkan Barang Kena Pajak berupa roti juga melakukan kegiatan di bidang jasa angkutan umum yang merupakan jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. d. Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, misalnya pengusaha pembangunan perumahan yang melakukan penyerahan berupa rumah mewah yang terutang Pajak Pertambahan Nilai dan rumah sangat sederhana yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Untuk .Pengusaha Ken a Pajak yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak sebagaimana tersebut di atas, perlakuan pengkreditan Pajak Masukan adalah sebagai berikut: . a. Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak danjatau J asa Kena Pajak yang nyata-nyata hanya digunakan untuk kegiatan yang terkait dengan penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai, dapat dikreditkan seluruhnya, seperti misalnya: 1) Pajak Masukan untuk perolehan mesin-mesin yang digunakan untuk memproduksi minyak jagung; 2) Pajak Masukan untuk perolehan alat-alat perkantoran yang h anya digunakan untuk kegiatan penyerahan jasa persewaan kantor; b. Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak danjatau Jasa Kena Pajak yang nyata-nyata hanya digunakan untuk kegiatan yang terkait dengan penyerahan yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai atau mendapatkan ~
  • 6. A .b~ ' r II ' . ,.,._,.,..,.:~ . .I I (r (:::::·v.) -J '·1''.t:l-)l • " . : 1 ,1- _i -.· ];'1~1· .;: .'-/ ,, )"' * -1 ·,;,:,_!..':: t,;{,.' ~~~r.~t( MENTER! KEU/NG/N HEI=>U[ILII< INDONESIA - 2 - fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan seluruhnya, misalnya: 1) Pajak Masukan untuk pembelian truk yang digunakan untuk jas.a angkutan umum, karena jasa angkutan umum bukan merupakan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai; 2) Pajak Masukan untuk pembelian bahan baku yang ·digunakan untuk membangun rumah sangat sederhana, karena atas penyerahan rumah sangat sederhana dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. c. Sedangkan Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang belum dapat dipastikan penggunaannya untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak, pengkreditannya menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, misalnya: 1) Pajak Masukan untuk perolehan truk yang digunakan baik untuk perkebunan jagung maupun untuk pabrik minyak jagung, yang sebagian jagung tersebut dijual kepada pihak lain dan tidak diolah sendiri oleh pemilik kebun jagung menjadi minyak jagung; 2) Pajak Masukan untuk perolehan komputer yang digunakan baik untuk kegiatan penyerahan jasa perhotelan maupun untuk kegiatan pe'nyerahan jasa persewaan kantor. II. CONTOH PENGHITUNGAN Contoh 1: 1) Pengusaha Kena Pajak B adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan sepatu. 2) Pada bulan Januari 2014, Pengusaha Kena Pajak B tersebut membeli generator listrik yang dimaksudkan untuk digunakan seluruhnya untuk kegiatan pabrik dengan nilai perolehan sebesar Rp100.000.000,00 dengan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp10.000.000;00. 3) Pajak Masukan atas perolehan generator listrik sebesar Rp10.000.000,00 secara keseluruhan dikreditkan pada Masa Pajak Januari 2014. 4) Masa manfaat generator listrik tersebut sebenarnya adalah 5 (lima) tahun, tetapi untuk penghitungan kembali Pajak Masukan ini, masa manfaat generator listrik tersebut ditetapkan 4 (empat) tahun, sehingga alokasi pengkreditan Pajak Masukan untuk setiap tahunnya adalah sebesar: Rp10.000.000,00 ---------- - - ----------- = Rp2.500 .000,00 4 5) Selama tahun 2014 ternyata generator listrik tersebut digunakan: ~~
  • 7. b,.1 • ' J'~" ('. 1 ·· ( ,.,,:,_·:·:·v ·) .J( 1,,.,., ·~': ) / . _: ., ' ~..·- ._..:·lt~ ~ !- , • ,, , • & 5I ''<-"I.· .,,-.,>- ~~~~~ MENTER! I<EUANGAN HEPUBLII< INDONESIA - 3 - a. untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2014: 1. 10% untuk perumahan karyawan dan direksi; ii. 90% untuk kegiatan pabrik, dan b. untuk bulan Juli sampai dengan Desember 2014: i. 20% untuk perumahan karyawan dan direksi; n. 80% untuk kegiatan pabrik. Berdasarkan data tersebut di atas, rata-rata penggunaan generator listrik untuk kegiatan pabrik adalah: 90% + 80% ---------------- = 85% 2 6) Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk tahun buku 2014 dapat dilakukan paling lambat pada Masa Pajak Maret 2015. Pengusaha Kena Pajak B melakukan penghitungan kembali Pajak Masukan pada Masa Pajak Februari 2015. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk tahun buku 2014 seharusnya sebesar: Rp10.000.000,00 85% X ---------------------- = Rp2.125.000,00 4 7) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Februari 201 5 adalah sebesar: Rp2.500.000,00 - Rp2.125.000,00 = Rp375.000,00 8) Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas dilakukan sampai dengan masa manfaat generator listrik berakhir. Contoh 2: 1) Pengusaha Kena Pajak D adalah perusahaan yang menghasilkan jagung, dan memproses jagung tersebut m enjadi minyak jagung yang merupakan Barang Kena Pajak, dengan titip olah menggunakan fasilitas pengolahan Pengusah a Kena Pajak E. Selanjutnya, Pengusaha Kena Pajak D hanya menjual minyak jagung. 2) Pada bulan Maret 2014, Pengusaha Kena Pajak D membayar jasa titip olah kepada Pengusaha Kena Pajak E sebesar Rp25.000.000,00 dengan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp2.500.000,00. 3) Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak D pada masa Maret 2014 adalah sebesar Rp2 .500.000,00 ~~
  • 8. Contoh 3: ,n I'• ( ''' ""· ·· ,. ' . • .._~ •I· ; . '(( /;:/~')). ) '-··:1·,! J' ·~ t "• /. , I·,· I~··> I - / ' - · ~ ··· " ,/ .,_ .. ·' ~"' . Tft!ll -1 t I ~ MENTEnl I<EUANGAN REPUOLII< INDONESIA - 4 - 1) Pengusaha Kena Pajak N adalah perusahaan integrated (terpadu) yang bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak jagung. Sebagian jagung yang dihasilkannya diolah lebih lanjut menjadi minyak jagung dan sebagian lainnya dijual kepada pihak lain. 2) Pada bulan April 20 14, Pengusaha Kena Pajak N membeli truk yang digunakan baik untuk perkebunan jagung maupun untuk pabrik minyak jagung dengan harga perolehan sebesar Rp200.000.000,00 dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp20 .000.000,00. 3) Berdasarkan data-data yang dimiliki, diperkirakan persentase rata-rata jumlah penyerahan minyak jagung terhadap penyerahan seluruhnya adalah sebesar 70%, sedangkan 30% merupakan penyerahan jagung kepada pihak lain. 4) Berdasarkan data tersebut maka Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN Masa Pajak April 2014 sebesar: Rp20.000.000,00 x 70% = Rp14.000.000,00 5) Selanjutnya diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun buku 2014 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari penjualan jagung kepada pihak lain sebesar Rp40.000.000.000,00 dan penjualan minyak jagung sebesar Rp60.000.000.000,00. 6) Masa manfaat truk sebenarnya adalah 5 (lima) tahun, tetapi untuk tujuan penghitungan Pajak Masukan berdasarkan Peraturan Menteri ini ditetapkan 4 (empat) tahun. 7) Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang dapat dikreditkan selama tahun buku 2014 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015 adalah: Rp60.000.000.000,00 Rp20.000.000,00 ------ - ---- - ------ -------- - --- X ------ --- ------------ ----- = Rp3. 000.000 '00 Rp100.000.000 .000,00 4 8) Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah: Rp 14.000.000,00 ----------------------- = Rp 3.500.000,00 4 9) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2015 adalah sebesar: Rp3.500.000,00- Rp3.000.000,00 = Rp500.000,00 10) Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas dilakukan setiap tahun sampai dengan masa manfaat truk berakhir. ~ ~
  • 9. Contoh 4: 1 Jlhl/.., ,· ' ' . (. (,'('.~6::;:::i)·: ,• )~ ';'. =r:' ( - ' ... • ..t . .. ~-. ~~- ,11 •. ·/ !, .. .. .//, I ' ) ... . . ~> ,,• .. . ~"'V '''-~,.,.~..h~..~-· ..-,-. ': l ~ MENTI:f~ l f<EUANGAN RI::PUnLII< INDONESIA - 5 - 1) Kelanjutan dari contoh 3, diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun buku 2015 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari penjualan jagung sebesar Rp10.000.000.000,00 dan penjualan minyak jagung sebesar Rp90.000.000.000,00. 2) Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang dapat dikreditkan selama tahun buku 2015 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2016 adalah: Rp90.000.000.000,00 Rp20.000 .000,00 ------------------------------- X ------------- -------- ------ = Rp4. 500.000'00 Rp100.000.000 .000,00 4 3) Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah: Rp14.000.~~~~~-~ = Rp3.500.000,00 ------------- 4 4 ) Jadi Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan menambah Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2016 adalah sebesar: Rp4.500.000,00 - Rp3.500.000,00 = Rpl.OOO.OOO,OO Contoh 5: 1) Kelanjutan dari contoh 4, diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun buku 2016 adalah ~p100 . 000.000.000 ,00 , yang bera sa l dari penjualan j agung sebesar Rp30.000.000.000,00 dan penjualan minyak jagung sebesar Rp70.000.000.000,00. 2) Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang dapat dikreditkan selama tahun buku 2016 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2017 adalah: Rp70.000.000.000,00 Rp20.000.000,00 ------ - ----------------------- X ------- - -------------- ---- = Rp3-500-000,00 RplOO.OOO.OOO.OOO,OO 4 3) Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun buku sesuai masa m anfaat truk tersebut adalah : Rpl4.000.000,00 ------------ -------~-- - = Rp3.500.000,00 4 4) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali a dalah sebesar: Rp3.500.000,00 - Rp3.500.000,00 = RpO,OO ~~
  • 10. II f/1, ( ' ., '•,), ( ' ·, >(:~t:i!iv)' ··j··i ...... · I-) . ; ·;·: •. J ·.. . ·-, .h.. ll ~ ../~·. ~ . /. ' 4 ~~-~1~;.~1).:1 ,,, i •. t . ,. MENTE I~ I I<EU/NGAN I~EPUBU I< INDOI'JESI/ - 6 - Contoh 6: 1) 2) Kelanjutan dari contoh 5, diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun buku 2017 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari penjualan jagung sebesar Rp50.000.000.000,00 dan penjualan minyak jagung sebesar Rp50.000.000.000,00. Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang dapat dikreditkan selama tahun buku 2017 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2018 adalah: Rp 50.000.000.000,00 Rp20.000.000,00 -------------------- ---------- X ------------- -- - --------- = Rp2.500.000'00 Rp 100.000.000.000,00 4 3) Alokasi Pajak Masukan atas perolehan truk untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah: Rp14.000.0~~~~~-- = Rp3.500.000,00 -------------- 4 4) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2018 adalah sebesar: Rp3 :500.000,00- Rp2.500.000,00 = Rpl.OOO.OOO,OO 5) Penghitungan Pajak Masukan sebagaimana perhitungan di atas tidak perlu lagi dilakukan pacta tahun 20 19. Contoh 7: 1) Pengusaha Kena Pajak N tersebut pacta contoh 3, pada bulan Mei 2014 membeli bahan bakar solar untuk truk yang digunakan baik untuk sektor perkebunan dan distribusi jagung kepada pihak lain maupun untuk sektor pabrikasi dan distribusi minyak jagung sebesar Rp50.000.000,00 dan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp5.000.000,00; 2) Pengusaha Kena Pajak dimaksud mengkreditkan Pajak Masukan tersebut berdasarkan perkiraan persentase perbandingan jumlah penyerahan yang terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya sebesar 70%, sehingga Pajak Masukan yang dikreditkan dalam SPT Masa PPN Masa Pajak Mei 20 14 adalah sebesar: Rp5.000.000,00 x 70% = Rp3 .500.000,00 3) Selanjutnya diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun buku 2014 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari penjualan jagung sebesar Rp40.000.000.000,00 dan penjualan minyak jagung sebesar Rp60.000.000.000,00. ~
  • 11. MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 7 - 4) Pen ghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan bahan bakar solar untuk truk yang dapat dikreditkan selama tahun buku 2014 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015 adalah: Rp60.000.000.000,00 ------------------------------- x Rp5 .000.000,00 = Rp3.000.000,00 Rp100.000.000.000,00 5) Pajak Masukan atas perolehan bahan bakar solar untuk truk yang telah dikreditkan pada Masa Pajak Mei tahun 2014 adalah Rp3.500 .000,00. 6) Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2015 adalah sebesar: Rp3.500.000,00 - Rp3.000.000,00 = Rp500.000,00 Contoh 8: 1) Sarna dengan contoh 7, namun diketahui total peredaran usaha selama tahun buku 2014 adalah Rp100.000.000.000,00, yang berasal dari penjualan jagung sebesar Rp10.000.000.000,00 dan penjualan minyak jagung sebesar Rp90.000.000.000,00. 2) Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan bahan bakar solar untuk truk yang dapat dikreditkan selama tahun buku 2014 yang dilakukan pada Masa Pajak Maret 2015 adalah: Rp90.000.000.000,00 ------------------------------- x Rp5.000.000,00 = Rp4.500.000,00 Rp 100.000.000.000,00 3) Pajak Masukan atas perolehan bahan bakar solar untuk truk yang telah dikreditkan pada Masa Pajak Mei tahun 2014 adalah Rp3.500 .000,00. 4) Jadi, Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali dengan menambah Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2015 adalah sebesar: Rp4.500.000,00- Rp3.500.000,00 = Rpl.OOO.OOO,OO MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MUHAMAD CHATIB BASRI ' KEP -ll