Dokumen tersebut merangkum laporan praktikum modul plate heat exchanger yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa. Praktikum ini bertujuan untuk menghitung koefisien pindah panas keseluruhan pada pelat dengan variasi laju alir fluida panas dan dingin."
Laporan ini membahas percobaan mengenai heat exchanger pipa ganda untuk menghitung koefisien perpindahan panas, faktor kekotoran, efektivitas, dan perbandingan untuk aliran searah dan berlawanan arah."
Kalor ada dalam dua bentuk, yaitu kalor sensible dan kalor laten. Kalor sensible menyebabkan perubahan suhu tanpa perubahan fase, sedangkan kalor laten diperlukan untuk mengubah fase zat pada suhu yang sama. Rumus untuk menghitung kalor sensible dan laten diberikan beserta contoh soalnya.
Buku ini memberikan contoh soal penyelesaian alat penukar kalor (heat exchanger) untuk pipa ganda dan shell dan tube, meliputi teori dasar tentang koefisien perpindahan kalor, perbedaan temperatur rata-rata logaritma, dan metode efektivitas-NTU."
Dokumen tersebut membahas tentang double pipe heat exchanger, yaitu jenis penukar panas yang terdiri dari dua pipa konsentris dimana satu fluida mengalir di dalam pipa dan fluida lainnya mengalir di ruang antar pipa. Dokumen juga menjelaskan prinsip kerja, kelebihan, dan kekurangannya.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah simulasi proses menggunakan perangkat lunak HYSYS dan beberapa contoh aplikasi simulasi proses termasuk pemanasan, pendinginan, reaksi, dan pemisahan.
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
Modul perpindahan panas konduksi steady sate-one dimensional ini adalah penjabaran atau penjelasan sederhana untuk persamaan-persamaan matematika yang berlaku pada perpindahan panas konduksi untuk benda padat.
Laporan ini membahas percobaan mengenai heat exchanger pipa ganda untuk menghitung koefisien perpindahan panas, faktor kekotoran, efektivitas, dan perbandingan untuk aliran searah dan berlawanan arah."
Kalor ada dalam dua bentuk, yaitu kalor sensible dan kalor laten. Kalor sensible menyebabkan perubahan suhu tanpa perubahan fase, sedangkan kalor laten diperlukan untuk mengubah fase zat pada suhu yang sama. Rumus untuk menghitung kalor sensible dan laten diberikan beserta contoh soalnya.
Buku ini memberikan contoh soal penyelesaian alat penukar kalor (heat exchanger) untuk pipa ganda dan shell dan tube, meliputi teori dasar tentang koefisien perpindahan kalor, perbedaan temperatur rata-rata logaritma, dan metode efektivitas-NTU."
Dokumen tersebut membahas tentang double pipe heat exchanger, yaitu jenis penukar panas yang terdiri dari dua pipa konsentris dimana satu fluida mengalir di dalam pipa dan fluida lainnya mengalir di ruang antar pipa. Dokumen juga menjelaskan prinsip kerja, kelebihan, dan kekurangannya.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah simulasi proses menggunakan perangkat lunak HYSYS dan beberapa contoh aplikasi simulasi proses termasuk pemanasan, pendinginan, reaksi, dan pemisahan.
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
Modul perpindahan panas konduksi steady sate-one dimensional ini adalah penjabaran atau penjelasan sederhana untuk persamaan-persamaan matematika yang berlaku pada perpindahan panas konduksi untuk benda padat.
Heat exchanger adalah alat yang memindahkan panas dari satu medium ke medium lain tanpa kontak langsung. Terdapat berbagai jenis heat exchanger seperti shell and tube, plate, dan spiral yang masing-masing memiliki kelebihan dan aplikasi tertentu seperti pada pembangkit listrik, industri kimia, dan pengolahan limbah.
Pengeringan adalah proses penghilangan air dari bahan melalui penguapan dengan bantuan panas dan aliran udara. Proses ini penting untuk mengawetkan dan memperpanjang umur simpan produk pertanian dan makanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju pengeringan antara lain luas permukaan, suhu, kecepatan udara, tekanan udara, dan kelembaban udara. Metode pengeringan umumnya dikelompokkan menjadi batch dan kontinu.
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
Modul ini berisi contoh soal penyelesaian siklus pembangkit daya termasuk siklus Otto, Diesel, Dual, dan Rankine. Juga membahas analisis manual dasar tentang heat exchanger, sistem uap, dan sistem pendinginan. Buku ini ditujukan untuk mahasiswa teknik, pengajar, dan masyarakat umum yang membutuhkan. [ringkasan 3 kalimat]
Proses ekstraksi padat-cair (leaching) dilakukan untuk memisahkan zat terlarut dari padatan. Dokumen ini menjelaskan prosedur percobaan leaching daun teh hijau di laboratorium untuk mengurangi kadar kafein menggunakan uap air sebagai pelarut. Beberapa parameter seperti suhu, tekanan, dan kekeruhan larutan diukur untuk mengevaluasi proses.
Siklus dasar dan konsep teknik pendingin pada sistem kerja mesin pendingin (r...Ir. Najamudin, MT
Siklus Dasar dan Konsep Teknik Pendingin Prinsip pesawat pendingin yang banyak digunakan adalah “Sistem Kompresi”.Kompresi tersebut dapat dihasilkan dengan tenaga Kompresor. Refrigerant (Media Pendingin) pada system Kompresi tersebut bekerja pada dua fasa yaitu cair dan uap.Refrigrant di uapkan kemudian diembunkan, sedangkan pengkompresian terjadi pada fasa uap, sehingga system disebut “Vapor Compression System”. Siklus Refrigran Carnot. Prinsipnya disini mesin menyerap panas pada suhu rendah dan melepaskan panas pada suhu tinggi. Siklus Refrigrant” memerlukan tenaga dari luar untuk bekerja misalnya yang didapat dari kompresor.
Dokumen tersebut membahas mengenai alat penukar panas (heat exchanger) yang berfungsi untuk memindahkan panas antara dua fluida. Jenis-jenis alat penukar panas dijelaskan seperti penukar panas pipa rangkap, penukar panas cangkang dan buluh, serta penukar panas pelat dan bingkai. Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas juga dibahas.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar perpindahan panas melalui konduksi, konveksi, dan radiasi serta aplikasinya dalam industri. Dibahas pula mekanisme perpindahan panas pada berbagai koordinat seperti bidang datar, silinder, dan bola."
Laporan praktikum pompa sentrifugal menjelaskan tujuan, alat, dan teori dasar pompa sentrifugal. Tujuannya adalah memahami karakteristik dan menentukan kapasitas serta efisiensi pompa. Alat yang digunakan adalah pompa sentrifugal lengkap dengan flowmeter dan pressure transmitter. Teori dasar menerangkan prinsip kerja, jenis, karakteristik, dan komponen pompa sentrifugal.
Laporan praktikum aliran fluida praktikum instruksional i (1)RafidimSeptian
This document is a laboratory report on fluid flow experiments from the Instructional Practicum I course at the University of Lampung. It discusses fluid flow fundamentals, the objectives of the experiment which were to characterize flow measurement devices, pipe systems, pressure losses due to friction, and flow regimes. It provides background on Reynolds number, laminar and turbulent flow, and introduces various concepts related to fluid flow in pipes.
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai pengeringan. Pengeringan adalah proses penghilangan air dalam suatu bahan dengan cara pemanasan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan seperti luas permukaan, perbedaan suhu, kecepatan aliran udara, kelembaban udara, dan lama pengeringan. Ada berbagai jenis alat pengering seperti rotary dryer, tray dryer, spray dryer, dan thin film dry
Dokumen tersebut membahas tentang pengering terowongan (tunnel dryer) yang merupakan alat pengeringan berkelanjutan dimana bahan yang akan dikeringkan diangkut secara berkelanjutan melalui terowongan panjang sambil terpapar udara panas untuk menghilangkan kadar airnya. Tunnel dryer mampu mengeringkan jumlah bahan yang besar secara berkelanjutan.
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis kinerja shell and tube heat exchanger dengan variasi aliran massa di sisi shell dan tube. Mahasiswa diharapkan memahami prinsip kerja dan pengaruh jenis baffle serta laju aliran terhadap transfer panas dan efisiensi heat exchanger. Langkah-langkah meliputi pengaturan suhu masuk fluida panas dan dingin, pengukuran temperatur dan debit, serta perhitungan transfer panas, koefisien transfer panas, dan efisiens
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...Mirmanto
Due to population growth, industry advance and rapid development, fresh and comfortable air may be difficult to get. Conditioning the air to get comfort environment may be a basic demand for people, but the prices of the device and its operation for this purpose are expensive. This research tries to solve this problem but it is just only to know the capability of the heat exchanger to transfer/ absorb heat and is not to cool the room to be below the ambient temperature. The working fluid used was clean water and the heat exchangers employed were parallel and serpentine which were made of copper pipes with a diameter of 1/4 inch and 1/2 inch (for the header). The volumetric flow rates used were 300 ml/minutes, 400 ml/minutes and 500 ml/minutes. While the heat that should be absorbed by the water from the room is 50 W, 100 W and 150 W. The results show that the effect of volumetric flow rate on heat exchanger performance and room temperature is insignificant. From the pressure drop results, the parallel pipe heat exchanger has lower pressure drops while the serpentine has higher pressure drops.
Heat exchanger adalah alat yang memindahkan panas dari satu medium ke medium lain tanpa kontak langsung. Terdapat berbagai jenis heat exchanger seperti shell and tube, plate, dan spiral yang masing-masing memiliki kelebihan dan aplikasi tertentu seperti pada pembangkit listrik, industri kimia, dan pengolahan limbah.
Pengeringan adalah proses penghilangan air dari bahan melalui penguapan dengan bantuan panas dan aliran udara. Proses ini penting untuk mengawetkan dan memperpanjang umur simpan produk pertanian dan makanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju pengeringan antara lain luas permukaan, suhu, kecepatan udara, tekanan udara, dan kelembaban udara. Metode pengeringan umumnya dikelompokkan menjadi batch dan kontinu.
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
Modul ini berisi contoh soal penyelesaian siklus pembangkit daya termasuk siklus Otto, Diesel, Dual, dan Rankine. Juga membahas analisis manual dasar tentang heat exchanger, sistem uap, dan sistem pendinginan. Buku ini ditujukan untuk mahasiswa teknik, pengajar, dan masyarakat umum yang membutuhkan. [ringkasan 3 kalimat]
Proses ekstraksi padat-cair (leaching) dilakukan untuk memisahkan zat terlarut dari padatan. Dokumen ini menjelaskan prosedur percobaan leaching daun teh hijau di laboratorium untuk mengurangi kadar kafein menggunakan uap air sebagai pelarut. Beberapa parameter seperti suhu, tekanan, dan kekeruhan larutan diukur untuk mengevaluasi proses.
Siklus dasar dan konsep teknik pendingin pada sistem kerja mesin pendingin (r...Ir. Najamudin, MT
Siklus Dasar dan Konsep Teknik Pendingin Prinsip pesawat pendingin yang banyak digunakan adalah “Sistem Kompresi”.Kompresi tersebut dapat dihasilkan dengan tenaga Kompresor. Refrigerant (Media Pendingin) pada system Kompresi tersebut bekerja pada dua fasa yaitu cair dan uap.Refrigrant di uapkan kemudian diembunkan, sedangkan pengkompresian terjadi pada fasa uap, sehingga system disebut “Vapor Compression System”. Siklus Refrigran Carnot. Prinsipnya disini mesin menyerap panas pada suhu rendah dan melepaskan panas pada suhu tinggi. Siklus Refrigrant” memerlukan tenaga dari luar untuk bekerja misalnya yang didapat dari kompresor.
Dokumen tersebut membahas mengenai alat penukar panas (heat exchanger) yang berfungsi untuk memindahkan panas antara dua fluida. Jenis-jenis alat penukar panas dijelaskan seperti penukar panas pipa rangkap, penukar panas cangkang dan buluh, serta penukar panas pelat dan bingkai. Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas juga dibahas.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar perpindahan panas melalui konduksi, konveksi, dan radiasi serta aplikasinya dalam industri. Dibahas pula mekanisme perpindahan panas pada berbagai koordinat seperti bidang datar, silinder, dan bola."
Laporan praktikum pompa sentrifugal menjelaskan tujuan, alat, dan teori dasar pompa sentrifugal. Tujuannya adalah memahami karakteristik dan menentukan kapasitas serta efisiensi pompa. Alat yang digunakan adalah pompa sentrifugal lengkap dengan flowmeter dan pressure transmitter. Teori dasar menerangkan prinsip kerja, jenis, karakteristik, dan komponen pompa sentrifugal.
Laporan praktikum aliran fluida praktikum instruksional i (1)RafidimSeptian
This document is a laboratory report on fluid flow experiments from the Instructional Practicum I course at the University of Lampung. It discusses fluid flow fundamentals, the objectives of the experiment which were to characterize flow measurement devices, pipe systems, pressure losses due to friction, and flow regimes. It provides background on Reynolds number, laminar and turbulent flow, and introduces various concepts related to fluid flow in pipes.
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai pengeringan. Pengeringan adalah proses penghilangan air dalam suatu bahan dengan cara pemanasan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan seperti luas permukaan, perbedaan suhu, kecepatan aliran udara, kelembaban udara, dan lama pengeringan. Ada berbagai jenis alat pengering seperti rotary dryer, tray dryer, spray dryer, dan thin film dry
Dokumen tersebut membahas tentang pengering terowongan (tunnel dryer) yang merupakan alat pengeringan berkelanjutan dimana bahan yang akan dikeringkan diangkut secara berkelanjutan melalui terowongan panjang sambil terpapar udara panas untuk menghilangkan kadar airnya. Tunnel dryer mampu mengeringkan jumlah bahan yang besar secara berkelanjutan.
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis kinerja shell and tube heat exchanger dengan variasi aliran massa di sisi shell dan tube. Mahasiswa diharapkan memahami prinsip kerja dan pengaruh jenis baffle serta laju aliran terhadap transfer panas dan efisiensi heat exchanger. Langkah-langkah meliputi pengaturan suhu masuk fluida panas dan dingin, pengukuran temperatur dan debit, serta perhitungan transfer panas, koefisien transfer panas, dan efisiens
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...Mirmanto
Due to population growth, industry advance and rapid development, fresh and comfortable air may be difficult to get. Conditioning the air to get comfort environment may be a basic demand for people, but the prices of the device and its operation for this purpose are expensive. This research tries to solve this problem but it is just only to know the capability of the heat exchanger to transfer/ absorb heat and is not to cool the room to be below the ambient temperature. The working fluid used was clean water and the heat exchangers employed were parallel and serpentine which were made of copper pipes with a diameter of 1/4 inch and 1/2 inch (for the header). The volumetric flow rates used were 300 ml/minutes, 400 ml/minutes and 500 ml/minutes. While the heat that should be absorbed by the water from the room is 50 W, 100 W and 150 W. The results show that the effect of volumetric flow rate on heat exchanger performance and room temperature is insignificant. From the pressure drop results, the parallel pipe heat exchanger has lower pressure drops while the serpentine has higher pressure drops.
Operasi Teknik Kimia I membahas percobaan perpindahan panas pada alat penukar panas jenis Plate and Frame. Tujuan percobaan adalah melihat fenomena perpindahan panas secara konveksi dan menentukan koefisien perpindahan panas. Hasil percobaan menunjukkan nilai koefisien perpindahan panas untuk aliran counter current dan co-current pada suhu 350°C masing-masing sebesar 89,5 W/m2°C dan 89,52 W/m2°
Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger) adalah peralatan yang digunakan untuk mentransfer kalor antara dua fluida dengan temperatur berbeda melalui proses pertukaran kalor. Terdapat berbagai jenis Alat Penukar Kalor yang dikelompokkan berdasarkan proses pertukaran kalor, jumlah fluida, konstruksi, dan pengaturan aliran fluida. Prinsip kerja utama Alat Penukar Kalor adalah memfasilitasi kontak antara dua fluida dengan temperatur ber
Dokumen tersebut membahas tentang penukar panas, termasuk tipe-tipenya, koefisien perpindahan panas keseluruhan, analisis penukar panas menggunakan metode LMTD dan efektivitas-NTU, serta faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih penukar panas seperti laju perpindahan panas, biaya, daya pompa, ukuran, dan jenis penukar panas.
Dokumen ini membahas tentang modul Falling Film Evaporator yang dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Praktikum dilakukan oleh kelompok VI untuk mengoperasikan peralatan Falling Film Evaporator, memilih temperatur dan tekanan optimum, menghitung koefisien perpindahan panas, dan menerapkan koefisien penggunaan uap sebagai sumber panas. Dokumen ini juga membahas teori dasar Falling Film Evaporator beserta langkah-langkah
Perencanaan Unit Mesin Pendingin Untuk Kebutuhan Pengkondisian Udara Pada Ged...Hendra Dinata
Abstract
Mesin pendingin merupakan salah satu elemen untuk kenyamanan dalam menunjang kegiatan di dalam gedung (terutama di gedung rektorat politeknik sekayu). Pemilihan unit Pengkondisian udara disesuaikan dengan ukuran ruangan, semakin besar ruangan yang harus didinginkan maka semakin besar pula kapasistas sistem pengkondisian udara yang digunakan. Pada gedung rektorat politeknik sekayu jenis sistem refrigerasi dan yang digunakan adalah unit chiller dengan sistem all-water system.
Dari perhitungan beban pendingin maka didapat kapasitas pendinginan di gedung rektorat politeknik sekayu sebesar 137.4 kW atau 39 TR, Temperatur ruangan yang di kondisikan 24℃ berdasarkan rekomendasi ASHRAE Handbook of Fundamentals (Heat Transfer) antara 75°F atau sekitar 23°C pada kelembaban 50% sampai 78°F atau sekitar 26°C pada kelembaban 70%. Sedangkan temperatur udara luar 35℃ berdasarkan temperatur puncak di indonesia. Dengan jenis refrigeran yang digunakan refrigran campuran ( mixtures) Zeotropic yaitu R-10A dengan komposisi R 32 (50%) dan R 125 (50%). Temperatur pada set point evaporator chiller 7℃ sehingga di rencanakan temperatur refrigrant secondary yang memasuki FCU atau AHU 15℃. Pada analisa siklus refrigerasi kompresi uap plotting P-h diagram menggunakan software coolpack dan untuk pemilihan unit chiller berdasarkan airwell wesper catalog chiller 2014
Keywords: COP, Recirculating, Refrigerasi
Dokumen ini membahas tentang sistem pendingin dan pemanas, termasuk prinsip kerja siklus pendinginan, komponen mesin pendingin, refrigeran yang baik, hukum termodinamika kedua, perbedaan antara refrigerator dan pompa kalor, serta siklus Carnot sebagai siklus pendinginan dan pemanasan paling efisien.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.
Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan efisiensi pengolahan limbah industri secara anaerobik dengan mengukur kadar COD dan MLVSS sebelum dan sesudah proses. Hasilnya menunjukkan penurunan COD dari 4111 mg/L menjadi 1302 mg/L dan 1596 mg/L masing-masing untuk Reaktor 1 dan 2, serta kadar MLVSS sebesar 26875 mg/L dan 31000 mg/L.
Laporan ini membahas tentang modul destilasi batch pada laboratorium satuan operasi semester genap tahun ajaran 2012/2013. Tujuan percobaan adalah memisahkan campuran air dan ethanol, membuat kurva kalibrasi indeks bias dan fraksi mol, mengukur perubahan konsentrasi destilat dan residu, menghitung kadar ethanol, serta menentukan karakteristik kolom fraksionasi. Metode yang digunakan meliputi persiapan alat dan bahan, skema alat,
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum analisis instrumen tentang pengukuran pH menggunakan pH meter. Laporan tersebut memuat tujuan praktikum, dasar teori, alat dan bahan, prosedur kerja, data pengamatan, dan kesimpulan dari hasil pengukuran pH beberapa larutan seperti NaOH, HCl, boraks, air, dan pembuatan larutan dapar.
1. LABORATORIUM PILOT PLANT
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014
MODUL
: PLATE HEAT EXCHANGER
PEMBIMBING
: Ir. Bambang Soeswanto
Praktikum
Penyerahan
(Laporan)
: 3 Desember 2013
: 10 Desember 2013
Oleh :
Kelompok
:
IV (empat)
Nama
:
1. Iffa Ma’rifatunnisa
(111411046)
2. Imam Prasetya Utama
(111411047)
3. Muhamad Lazuardi H
(111411048)
4. Mira Rahmi Fauziyyah
(111411049)
5. Nadita Yuliandini
(111411050)
Kelas
:
3B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Alat perpindahan panas ada berbagai tipe dan model yang banyak ragamnya. Secara garis
besar terbagi menjadi tiga macam, yaitu double pipe, shell and tube dan plate heat exchange.
Masing masing jenis digunakan berdasarkan keperluan dan pertimbangan teknis dan
ekonominya, begitu pula dengan ukuran kapasitasnya.
Penukar panas jenis Plate Heat Exchange sangat efektif dalam memindahkan kalor, luas
permukaan pindah panas yang besar, juga drop tekanan yang rendah. Kelebihan lain yang
menonjol adalah kontruksinya yang tersusun berjajar dan kemudahannya bongkar untuk
membersihkan apabila ada kotoran. Satu kelemahan dari PHE adalah operasinya tidak dapat
digunakan untuk tekanan tinggi dikarenakan strukturnya yang mengandalkan sekat(seal
karet) tidak mampu menahan tekanan tinggi dari kebocoran.
Penggunaan paling populer adalah untuk industri minuman seperti juice dan susu pada
saat sterilisasi.
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh laju alir fluida terhadap koefisien pindah panas keseluruhan (U)
2. Menghitung koefisien pindah panas keseluruhan (U) pada pelat menggunakan persamaan
neraca energi dan menggunakan empiris.
3. Menghitung efisiensi kalor yang dilepas fluida panas terhadap kalor yang diterima fluida
dingin
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam peralatan PHE, panas dipindahkan dengan semua cara, namun yang dominan
terjadi dengan dua cara secara simultan, yaitu dengan konduksi dan konveksi. Perpindahan
kalor secara konduksi, perpindahan ini biasanya terjadi pada benda padat, panas merambat
dari satu bagian kebagian lain secara merambat tanpa ada material yang berpindah
Perpindahan kalor secara konveksi, Perpindahan ini terjadi karena adanya aliran massa
yang berpindah. Aliran massa tersebut bisa terjadi secara difusi maupun adanya tenaga dari
luar. Tenaga dari luar tersebut bisa berupa pengadukan maupun fluida mengalir.
Penukar panas pada PHE terdiri dari susunan lempeng sesuai dengan luas permukaan
yang diperlukan.
Kelebihan Plate Heat Exchanger (PHE) dibanding penukar panas jenis lain adalah
kemudahan dalam perawatan dan pembersihan dengan berbagai macam fluida. Selain itu juga
mudah melakukan modifikasi terhadap luas permukaan, baik itu menambah maupun
mengurangi.
Menghitung Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U)
a. Menggunakan Neraca Energi
4. Q = . .△
=
.△
Harga Q dapat dihitung dari :
Q = (M.Cp.△T)1 .. Kalor yang diberikan fluida panas
= (M.Cp.△T)2 .. Kalor yang diterima fluida dingin
Efisiensi kalor yang dipertukarkan :
=
( .
( .
.△ )
.△ )
100 %
Q
= Laju Alir Kalor (Watt)
A
= Luas Permukaan (m2)
U
= Koefisien Pindah panas Keseluruhan (W/m2.K)
△Tlm = Perbedaan Suhu logaritmik (K)
△
=
△
−△
△
△
△T1 = Thi – Tco
△T2 = Tho – Tci
b. Menghitung (U) Menggunakan Persamaan Empiris
Untuk satu (1) lempeng
=
1
1
△
ℎ +
+1 ℎ
5. △X = Tebal Lempeng (m); hi,ho = Koefisien pindah panas konveksi insde dan outside
(W/m2.K) dan K = Koefisien Konduksi (W/m.K)
Harga △X dapat diukur dari alat, harga K bahan SS-204 dapat diperoleh dari buku
referensi dan hi dan ho dihitung dari persamaan empiris.
Dari buku referensi Christie John Geankoplis :
Untuk Nre ≤ 3. 105 ( Laminar )
= 0,664
,
/
.
Untuk Nre ≥ 3. 105 ( Turbulen )
= 0,0366
=
= ℎ /
,
.
/
=
Harga ν, L diperoleh dari percobaan, kemudian memasukkan harga sifat fisik air yang
diperoleh dari buku referensi, dapat dihitung hi dan ho.
6. BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Seperangkat alat Plate Heat Exchanger
Gelas beaker plastik 2000 mL
Gelas kimia 1000 mL
Termometer
Stopwatch
Air
3.2 Prosedur Kerja
Kalibrasi alat pengukur laju alir fluida panas dan dingin
Menyalakan
kompor pemanas
Menghidupkan
pompa fluida panas
(P1) dan mengatur
keran air panas (V1)
Tunggu hingga konstan,
kemudian menampung
air panas yang mengalir
keluar pipa selama
waktu tertentu
Melakukan hal yang
sama untuk fluida
dingin (tidak perlu
dipanaskan)
Membuat grafik
hubungan antara laju
alir pada rotameter
dan laju alir yang
dihitung
Mengatur
kembali keran
air panas (V1)
7. Pengamatan Suhu dan Laju Alir Cairan
Menyalakan
kompor pemanas
Melakukan percobaan
dengan laju alir air
panas tetap dan air
dingin berubah serta
sebaliknya
Menghidupkan
pompa air panas
dan mengatur
keran air panas
Tunggu hingga
konstan dan
mencatat suhu air
panas
Membaca Tci,
Tco, Thi dan Tho
Menyalakan
pompa air dingin
dan mengatur
keran air dingin
8. BAB IV
PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengamatan
Kalibrasi Pengukur Laju Alir Air Panas
Pembacaan Rotameter
Waktu
Volume Air Panas
Laju Alir Hasil Pengukuran
(L/jam)
(detik)
(mL)
(mL/jam)
1
100
18,85
0,5
26,53
2
200
9,79
0,5
51,1
3
300
5,78
0,5
86,5
4
400
4,49
0,5
111
5
500
3,91
0,5
127
6
600
3,65
0,5
136
No
Kalibrasi Pengukur Laju Alir Air Dingin
Pembacaan Rotameter
Waktu
Volume Air Panas
Laju Alir Hasil Pengukuran
(L/jam)
(detik)
(mL)
(mL/jam)
1
100
20,52
0,5
24,36
2
200
11,61
0,5
43,07
3
300
7,97
0,5
62,74
4
400
4,63
0,5
107,991
5
500
4,17
500
121,4
6
600
3,23
0,5
154,798
No
Laju Fluida Panas Tetap dan Fluida Dingin Berubah
No
Fluida Panas (Laju Tetap)
Fluida Dingin (Laju Berubah)
Laju Alir
Laju Alir
Thi
Tho
Laju Alir
Laju Alir
Tci
Tco
(L/jam)
(L/s)
(oC)
(oC)
(L/jam)
(L/s)
(oC)
(oC)
1
300
0,08333333
55
47
100
0,027777778
41
46
2
300
0,08333333
56
45
200
0,055555556
38
46
3
300
0,08333333
55
44
300
0,083333333
39
45
23. 4.3 Kurva Kalibrasi
Laju Alir Panas
0,6
Laju Alir Panas (m3/h)
0,5
0,4
0,3
Rotameter
0,2
Act
0,1
6E-16
-0,1
0
2
4
6
8
Percobaan
Laju Alir Dingin
Laju Alir Dingin (m3/h)
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
Rotameter
0,2
Act
0,1
0
0
2
4
Percobaan
6
8
24. 4.4 Kurva U vs Laju Alir
Perhitungan Secara Neraca Energi
Laju alir air panas tetap, air dingin berubah
U VS Laju Alir Panas Tetap
250
U (W/m2.K)
200
150
U 300
100
U 500
50
0
0
200
400
600
800
Laju Alir (Liter/jam)
Laju alir air dingin tetap, air panas berubah
U VS Laju Alir Dingin Tetap
80
70
60
U (W/m2.K)
50
40
30
U 300
20
U 500
10
0
0
200
400
Laju Alir (Liter/jam)
600
800
25. Perhitungan Secara Empiris
Laju alir air panas tetap, air dingin berubah
U (W/m2.K)
U VS Laju Alir Panas Tetap
89,500
89,000
88,500
88,000
87,500
87,000
86,500
86,000
85,500
85,000
84,500
88,774 88,820
88,547
88,065 88,019 88,187 88,245
87,525
87,089
U 300
86,537
U 500
85,614
85,072
0
100
200
300
400
500
600
700
Laju Alir (Liter/jam)
Laju alir air dingin tetap, air panas berubah
U VS Laju Alir Dingin Tetap
87,000
86,834
86,55886,62986,454
86,12486,227
85,946
86,500
U (W/m2. K)
86,000
85,500
85,45385,489
85,000
84,915
84,500
U 300
U 500
84,378
84,000
83,840
83,500
0
200
400
Laju Alir (liter/jam)
600
800
26. 4.5 Kurva Efisiensi VS Laju Alir
Laju alir panas tetap, dingin berubah
Efisiensi VS Laju Alir Panas Tetap
160
140
Efisiensi %
120
100
80
60
U 500
40
U 300
20
0
0
200
400
600
800
Laju Alir (L/Jam)
Laju alir dingin tetap, panas berubah
Efisiensi VS Laju Alir
140
120
Efisiensi %
100
80
60
U 300
40
U 500
20
0
0
200
400
Laju Alir (L/Jam)
600
800
27. V. PEMBAHASAN
Oleh Iffa Ma’rifatunnisa
NIM 111411046
Pada praktikum kali ini dilakukan perpindahan panas pada fluida berupa cairan
dimana air panas dan air dingin dialirkan melalui aliran yang berbeda dan dikontakan secata
counter current pada Plate Heat Exchanger (PHE). Perpindahan panas yang terjadi
merupakan perpindahan panas secara tidak langsung karena kedua cairan tidak bercampurdi
dalam PHE.
Pada PHE terjadi perpindahan panas secara konveksi-konduksi. Kalor yang dilepas
oleh air panas diserap oleh lempengan kemudian diberikan pada air dingin (konduksi),
kemudian panas dari air dingin tersebar di dalam air dingin (konveksi).
Pada percobaan dilakukan variasi laju alir sebesar 300 L/Jam dan 500 L/Jam. Variasi
ini dilakukan untuk mengetahui performa PHE.
Dari hasil percobaan diperoleh nilai
Koefisien pindah panas dan efisiensi yang diolah dalam grafik dengan menggunakan
persamaan Neraca Energi dan persamaan Empiris.
Sesuai dengan teori, bahwa perpindahan panas dapat terjadi akibat adanya driving
force berupa perbedaan suhu, tekanan, atau konsentrasi. Pada percobaan ini, perpindahan
panas pada PHE terjadi akibat adanya perbedaan suhu antara air panas dan air dingin. Adanya
perbedaan suhu tersebut menyebabkan perpindahan panas dari air panas ke air dingin
sehingga terjadi kenaikan suhu air dingin keluar dan penurunan suhu air panas keluar. Laju
alir air panas maupun air dingin akan berpengaruh pada perpindahan kalor yang terjadi.
Harga Koefisien pindah panas keseluruhan (U) berdasarkan persamaan Neraca Energi
dan Empiris cukup jauh perbandingannya baik pada laju alir panas tetap maupun pada laju
alir dingin tetap. Dibawah ini merupakan salah satu perbandingan nilai koefisien pada
percobaan dengan nilai Laju alir dingin tetap dan panas berubah.
28. U (W/m2. K)
U VS Laju Alir (Empiris)
87,000
86,500
86,000
85,500
85,000
84,500
84,000
83,500
U 300
U 500
0
200
400
600
800
Laju Alir (liter/jam)
U (W/m2.K)
U VS Laju Alir (NE)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
U 300
U 500
0
200
400
600
800
Laju Alir (Liter/jam)
Berdasarkan literatur yang diperoleh laju nilai koefisien pindah panas keseluruhan (U)
berbanding lurus dengan laju alir fluida. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan percobaan.
Dari data grafik didapatkan bahwa hasil koefisien pindah panas (U) secara NE hasilnya lebih
fluktuatif dan cenderung memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan perhitungan secara
empiris yang cenderung setiap kenaikan laju alir mengalami peningkatan. Selain itu
perbandingnan nilai U maksimal yang dihasilkan cukup jauh yaitu berdasarkan perhitungan
secara Neraca Energi pada laju alir dingin tetap 300 L/Jam dan 500 L/Jam secara berturutturut adalah 54, 544 dan 73,35, sedangkan berdasarkan perhitungan secara Empiris pada laju
alir dingin tetap 300 L/Jam dan 500 L/Jam secara berturut-turut adalah 86, 454 dan 86,834.
Hal ini menunjukan bahwa proses perpindahan panas berjalan kurang baik. Perolehan nilai
yang fluktuatif tersebut dapat disebabkan karena pengukuran suhu yang kurang tepat pada suhu
masuk dan suhu yang keluar baik pada pengukuran suhu panas maupun pengukuran suhu
dingin. Selain itu, berdasarkan literatur juga semakin besar laju alir maka akan semakin besar
29. pula nilai koefisien pindah panas. Pada percobaan berdasarkan perhitungan NE pada laju alir
panas tetap hal tersebut tidak sesuai dengan literatur yang diperoleh. Hal in dapat disebabkan
karena adanya panas yang hilang sewaktu perpindahan masih dalam perjalanan menuju PHE
dan pengukuran suhu yang kurang tepat saat percobaan.
Efisiensi yang dihasilkan pada percobaan sangat bervariasi. Efisiensi paling tinggi yang
dicapi terjadi pada laju alir 500 L/Jam. Pada laju alir panas tetap efisiensi tertingginya adalah
133, 53 sedangkan pada laju alir dingin tetap efisiesnsi tertingginya adalah 118, 45. sedangkan pada
laju alir 300 L/Jam efisiensi tertinggi pada laju alir panas tetap adalah 116, 00 dan pada laju alir
dingin tetap adalah 103, 55. Semakin besar laju alir maka akan semakin besar efisiensi yang
didapatkan. Walaupun begitu pada percobaan untuk laju alir panas tetap 300 L/Jam hasil efisiensinya
cenderung fluktuatif dan tidak mengalami peningkatan efisiensi untuk setiap kenaikan laju alir.
Ketidaksesuain hasil percobaan dengan literatur dapat disebabkan karena adanya panas yang
hilang akibat adanya kontak anatara PHE dengan udara luar . Selain itu hal tersebut dapat disebabkan
karena kerak atau karat pada PHE yang menghambat perpindahan panas sehingga menyebabkan
efisiensi alat menjadi kurang bagus.
Untuk menanggulangi permasalahn-permasalahn tersebut maka diperlukan ketelitian dalam
pembacaan skala temperatur supaya hasil pengukuran tidak banyak melakukan penyimpangan,
perawatan pada PHE dengan melakukan pemeriksaan dan penggantian gasket,nserta pembersihan
plate danpembersihan saluran cairan . Hal tersebut dilakukan supaya efisiensi yang dihasilkan baik
dan performa alat dalam melakukan perpindahan panas berjalan optimal.
30. VI. KESIMPULAN
Nilai U maksimal yang dihasilkan cukup jauh yaitu berdasarkan perhitungan secara
Neraca Energi pada laju alir dingin tetap 300 L/Jam dan 500 L/Jam secara berturutturut adalah 54, 544 dan 73,35, sedangkan berdasarkan perhitungan secara Empiris
pada laju alir dingin tetap 300 L/Jam dan 500 L/Jam secara berturut-turut adalah 86,
454 dan 86,834
Pada percobaan ini, perpindahan panas pada PHE terjadi akibat adanya perbedaan
suhu antara air panas dan air dingin. Adanya perbedaan suhu tersebut menyebabkan
perpindahan panas dari air panas ke air dingin sehingga terjadi kenaikan suhu air
dingin keluar dan penurunan suhu air panas keluar
Ketidaksesuain hasil percobaan dengan literatur dapat disebabkan karena adanya
panas yang hilang akibat adanya kontak anatara PHE dengan udara luar . Selain itu
hal tersebut dapat disebabkan karena kerak atau karat pada PHE yang menghambat
perpindahan panas sehingga menyebabkan efisiensi alat menjadi kurang bagus.
Besarnya kalor yang diberikan fluida panas dan kalor yang diterima fluida dingin
tergantung pada besarnya driving force berupa perbedaan suhu antara kedua fluida
tersebut juga laju alir masing-masing fluida.
besarnya koefisien perpindahan panas tergantung pada kalor yang diterima fluida
dingin dan perbedaan suhu yang ditunjukan dengan nilai ∆TLMTD..
31. DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengajar Jurusan Teknik Kimia.1996. Panduan Praktikum Operasi Teknik Kimia
II.Bandung:Pusat pengembangan Pendidikan Politeknik
Geankoplis, Christi J. Transport Processes and Unit Operations : third edition. 1993, 1983,
1978. Prentice-Hall,Inc.
Reklaitis."Introduction to Material and Energy Balances"
32. LAMPIRAN
a.
Gambar Skematis aliran plate heat excanger
fluida dingin
b.
Gambar Isometric plate eat excanger
fluida panas
fluida panas
keluar
fluida dingin masuk
fluida panas masuk
fluida dingin keluar
33. Gambar skematis aliran plate
Passing through
Inlet/Outlet
Leak chamber
Gasket
Area perpindahan
panas
Distribution
area
suspensien
Gambar alat PHE
Gasket