SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
PILOT PLANT
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013
MODUL
PEMBIMBING

: Pencampuran dan Pengadukan
: Rintis Manfaati, ST. MT

Praktikum

: 11 April 2013

Penyerahan

: 18 April 2013

Oleh :
Kelempok VII (Tujuh)
Agi Iqbal Velayas

(111411032)

Iffa Ma’rifatunnisa

[111411046]

Kelas : 2B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
I.

Tujuan


Menggambarkan pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam tangki



Menggambarkan pola aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk



Membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam
pencampuran sampai homogen



II.

Menentukan daerah rezim aliran dalam operasi pengadukan.

Landasan Teori
Pencampuran (mixing) adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak
dimana bahan satu menyebar ke bahan yang lain dan sebaliknya, sedangkan bahanbahan tersebut sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih. Prinsip percobaan
pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau
lebih komponen yang mempunyai sifat yang berbeda.
Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan, keadaan
produk atau bahkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran.
Derajat keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang diambil selama
pencampuran. Jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui komponen lain
secara random, maka dikatakan pencampuran telah berlangsung dengan baik.
Variabel-variabel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah komposisi
bahan, reaktor yang digunakan, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan, densitas,
dan viskositas bahan. Semakin lama pengadukan, maka campuran akan semakin
homogen. Homogenitas campuran berpengaruh pada viskositas dan densitas campuran.
Besar kecilnya viskositas tergantung pada densitas.
a. Tangki Pencampuran (Mixing)
Alat pencampur fasa padat ke fasa cair jenis ini diperuntukkan untuk memperoleh
campuran dengan viskositas rendah, biasanya berupa tangki pencampur beserta
perlengkapannya. Dimensi tangki/vessels, jenis pengaduk/impeller, kecepatan putar
pengaduk, jenis pengaduk, jumlah penyekat/buffle, letak impeller beserta
dimensinya bergantung dari kapasitas dan jenis dari bahan yang dicampurkan.
b. Bagian-bagian Alat Pencampur
o Tangki/vessel  wadah untuk pencampuran berbentuk silinder dengan bagian
bawah melengkung/dome atau datar
o Penyekat/buffle  berbentuk batang yang diletakkan dipinggir tangki berguna
untuk menghindari vortex dan digunakan untuk mempolakan aliran menjadi
turbulen. Jumlah buffle biasanya 3, 4 atau 6 buah dengan ukuran 1/12 diameter
tangki.
o Pengaduk/impeller  digunakan untuk mengaduk campuran, jenis dari impeller
beragam disesuaikan pada sifat dari zat yang akan dicampurkan. Jenis-jenis
impeller yang umumnya digunakan adalah : Tree-blades/marine impeller
digunakan untuk pencampuran dengan bahn dengan viscositas rendah dengan
putaran yang tinggi, Turbine with flat vertical blades impeller digunakan untuk
cairan kental dengan viscositas tinggi, Horizontal plate impeller digunakan
untuk zat berserat dengan sedikit terjadinya pemotongan, Turbine with blades
are inclined impeller paling cocok digunakan untuk tangki yang dilengkapi jaket
pemanas, Curve bade Turbines impeller efektif untuk bahan berserat tanpa
pemotongan dengan viskositas rendah, Flate plate impeller digunakan untuk
pencampuran emulsi, Cage beaters impart impeller cocok digunakan untuk
pemotongan dan penyobekan, Anchore paddle impeller digunakan campuran
dengan viscositas sangat tinggi berupa pasta.
c. Ukuran dan Letak (Impeller)
Ukuran impeller biasanya berkisar antara 0,3-0,6 kali diameter tangki, sedangkan
letak impeller tergantung pada dimensi vessel viscositas campuran yang diaduk.
Tata letak dari impeller seperti pada tabel dibawah ini :
Viscosity
CP

Max Level
H/Dt

Jumlah
Impeller

< 25.000
< 25.000
> 25.000
> 25.000

1,4
2,1
0,8
1,6

1
2
1
2

Letak Impeller
Bawah
H/3
Dt/3
H/3
Dt/3

Atas
2/3 h
2/3 h

h adalah tinggi vessel s dan Dt adalah diameter vessel s
Letak impeller untuk tangki dengan menggunakan buffle biasanya di tengah/center
karena pola turbulensi yang dikehendaki akan terbentuk dengan adanya buffle.
Untuk tangki tanpa menggunakan buffle, letak pengaduk sangat mempengaruhi pola
aliran yang dihasilkan. Biasanya untuk menghindari adanya vortex aliran fluida
karena pengadukan tangki tanpa buffle meletakkan pengaduk tidak tepat
ditengah/tidak senter dengan tangki.
d. Waktu Pencampuran
Impeller yang berputar akan menghasilkan efek pencampuran, biasanya putaran
tinggi

menghasilkan

aliran

lebih

bergolak

sehingga

menghasilkan

efek

pencampuran lebih efektif. Adanya buffle akan mengakibatkan aliran berbelok arah
dari tepi dinding menuju pusat tangki, sehingga menyebabkan efek pencampuran
bertambah efektif. Waktu pencampuran secara umum, diberikan oleh Norwood dan
Metzner adalah :
ft = tT (nDa2)2/3 g1/6 = ntT

2

1/2

1/6
2

H1/2 Dt
Untuk pengaduk propeller,
ft = tT (nDa2)2/3 g1/6 = ntT

3/2

1/2

1/6
2

H1/2 Dt
Dimana :
Da

= Diameter pengaduk (m)

Dt

= Diameter tangki (m)

H

= Tinggi tangki (m)

ntT

= Mixing time factor

g

= Percepatan gravitasi (m/s2)

n

= Kecepatan putar (rpm)

ft

= Blending time factor

Korelasi Waktu Pencampuran
III. Alat dan Bahan

Tachometer
Peralatan Penunjang
 Stopwatch
 Tachometer
 Termometer
 Gelas kimia 250, 1000 mL
 Gelas ukur 50 mL, 2000 mL
 Pipet ukur 5 mL, 10 mL
 Bola isap
 Ember

Bahan






Tepung kanji
NaOH 2M
Indikator p.p.
H2SO4 2M
Air Suling
IV. Prosedur Kerja
Waktu Pengadukan Tanpa Menggunakan Tepung Kanji (Air saja)

Masukkan 15 liter air suling
ke dalam tangki

Atur kecepatan putaran pengaduk lalu tambahkan 5
mL indikator p.p & menentukan suhu, massa jenis,
dan viskositas larutan

Tambahkan 30 mL NaOH 2M

Catat waktu apabila perubahan warna campuran
(merah muda) telah merata

Netralkan campuran dengan
menambahkan 30 mL H2SO4 2M
dan hidupkan stopwatch

Catat waktu penetralan &
menentukan kembali massa jenis,
suhu, dan viskositas larutan

Mengulanginya dengan variasi
kecepatan pengadukan
Waktu Pengadukan dengan Menggunakan Tepung Kanji
500 gram tepung kanji dilarutkan
dalam 2 liter air panas

Keluarkan 2 liter air di dalam reaktor. Kemudian masukan
larutan kanji ke dalam reaktor dengan kondisi pengaduk terus
berputar.

Tambahkan 5 mL indikator p.p &
menentukan suhu, massa jenis, dan
viskositas larutan

Tambahkan 30 mL NaOH 2M dan
mengatur kecepatan pengaduk

Catat waktu apabila perubahan warna campuran
(merah muda) telah merata.

Netralkan campuran dengan
menambahkan 30 mL H2SO4 2M
dan hidupkan stopwatch

Catat waktu penetralan &
menentukan kembali massa jenis,
suhu, dan viskositas larutan

Mengulanginya dengan variasi kecepatan pengadukan
V.

Data Pengamatan
 Tipe pengaduk yang digunakan : Tree Blade / marine Propeller

 Diameter tangki (Dt)

: 32,2 cm (0,322 m)

 Diameter pengaduk (Da)

: 10,73 cm (0,1073 m)  (3 x 32,2 cm)

 ρ air

: 1000 kg/m3

 ρ tepung kanji

: 1500 kg/m3

 Tinggi tangki (H)

: 65 cm (0,65 m)

1

Waktu Pengadukan
 Tanpa tepung kanji
Skala
2,5
2,9

RPM
151,35
167,10

t1(detik)
5
4

t2(detik)
8
3

T(oC)
27
27

Viskositas (cP)
1,5
1,3

Viskositas (Poise)
0,015
0,013

T(oC)
27
27

Viskositas (cP)
9,3
11,2

Viskositas (Poise)
0,093
0,112

 Menggunakan tepung kanji
Skala
2,5
2,9

RPM
148,50
168,35

t1(detik)
4
3

t2(detik)
15
10

VI. Pengolahan Data
a. Menghitung Reynold Number pengaduk
 Tanpa tepung kanji (air saja) :
Untuk 151,35 RPM  Nre = D2 N ρ
µ
= (0,1073)2 x 151,35 x 1000
0,015 x 20
= 5808,46
Untuk 167,10 RPM  Nre = D2 N ρ
µ
= (0,1073)2 x 167,10 x 1000
0,013 x 20
= 7399,50
 Menggunakan larutan tepung kanji :
Untuk 148,50 RPM  Nre = D2 N ρ
µ
= (0,1073)2 x 148,50 x 1500
0,093 x 20
= 1378,81
Untuk 168,35 RPM  Nre = D2 N ρ
µ
= (0,1073)2 x 168,35 x 1500
0,112 x 20
= 1297,94

b. Menghitung blending time
 Tanpa menggunakan larutan kanji (air saja) :
3/2

Untuk 151,35 RPM  ft = ntT

1/2

1/6
2

0,1073 3/2 0,322 1/2
10
1/6
0,322
0,65
151,352 	0,1073

= 330

= 17,85
3/2

Untuk 167,10 RPM  ft = ntT

1/2

1/6
2

0,1073 3/2 0,322 1/2
10
1/6
0,322
0,65
167,102 	0,1073

= 290

= 15,18
 Menggunakan larutan tepung kanji:
Untuk 148,50 RPM  ft = ntT
= 980

3/2

1/2

1/6
2

0,1073 3/2 0,322 1/2
10
1/6
0,322
0,65
148,502 	0,1073

= 53,35
Untuk 168,35 RPM  ft = ntT
= 1000

3/2

1/2

1/6
2

0,1073 3/2 0,322 1/2
10
1/6
2
0,322
0,65
168,35 	0,1073

= 52,21

Grafik yang diperoleh (tanpa tepung kanji)

t1 terhadap Reynold Number
Reynold Number (Nre)

1600
1400
1200
1000
800
600

Series1

400
200
0
0

1

2

3

4

5

Waktu (sekon)

t2 terhadap Reynold Number
Reynold Number (Nre)

1600
1400
1200
1000
800
600

Series1

400
200
0
0

5

10
Waktu (sekon)

15

20
ft terhadap Reynold Number
Reynold Number (Nre)

1600
1400
1200
1000
800
600

Series1

400
200
0
0

10

20

30

40

50

60

Waktu (sekon)

Grafik yang diperoleh (menggunakan tepung kanji)

t1 terhadap Reynold Number
Reynold Number (Nre)

8000
7000
6000
5000
4000
3000

Series1

2000
1000
0
0

1

2

3
Waktu (sekon)

4

5

6
t2 terhadap Reynold Number
Reynold Number (Nre)

8000
7000
6000
5000
4000
3000

Series1

2000
1000
0
0

2

4

6

8

10

Waktu (sekon)

ft terhadap Reynold Number
Reynold Number (Nre)

8000
7000
6000
5000
4000
3000

Series1

2000
1000
0
0

5

10
Waktu (sekon)

15

20
VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan proses pengadukan danpencampuran yang
bertujuan untuk menentukkan pola aliran yang dibentuk pada pengadukan dalam tangki,
mengambarkan pola aliran dalam berbagai kecepatan pengadukan, menentukkan
bilangan reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam berbagai variasi pengadukan
serta menentukkan daerah rezim aliran operasi pengadukan. Percobaan tersebut
dilakukan dengan mengamati pengadukan pada air dan campuran tepung kanji pada
kondisi pengadukan yang berbeda-beda.
Variasi pengadukan dilakukan dengan cara mengubah kecepatan putaran
pengadukan pada tangki. Dalam pengamatan pengadukan air dilakukan dua variasi
kecepatan pengadukan. Pada pengadukan pertama pada pengaduk ditambahkan 15 liter
air (tanpa tepung kanji) kemudian pemutar diatur dengan kecepatan 151, 35 rpm (skala
2,5) pada percobaan pertama dan 167,10 (skala 2,9) pada percobaan kedua. Untuk
setiap percobaan kedalam tangki ditambahkan pp sebanyak 5 ml. Selanjutnya pada
tangki dimasukkan NaOH 30 ml bersamaan dengan pencatatan waktu hingga seluruh
larutan merata berwarna merah muda. Setelah terjadi perubahan warna pada larutan
dari putih jernih menjadi merah muda, larutan kemudian dinetralkan dengan
ditambahkanlarutan H2SO4 sebanyak 30 ml di ikuti pula dengna pencatatan waktu.
Sehingga dari percobaan pertama dan kedua pengadukan air (tanpa tepung kanji)
diperoleh hasil pencatatan waktu sebesar 6,5 sekon (hasil duplo) dan 3,5 sekon (hasil
duplo) dengan viskositas masing-masing percobaan adalah 0,015 poise dan 0,013 poise.
Pada percobaan pengadukan campuran tepung kanji dan air dilakukan dua variasi
kecepatan pengadukan yang berbeda . Air pada praktikum sebelumnya dikeluarkan
kurang lebih 2 Liter, kemudian pada tangki ditambahkan 2 Liter larutan kanji.
Percobaan pertama pemutar diatur dengan kecepatan 148,5 rpm (skala 2,5) sedangkan
pada percobaan kedua 168,35 rpm (skala 2,9). Untuk setiap percobaan kedalam tangki
ditambahkan pp sebanyak 5 ml. Selanjutnya pada tangki dimasukkan NaOH 30 ml
bersamaan dengan pencatatan waktu hingga seluruh larutan merata berwarna merah
muda. Setelah terjadi perubahan warna pada larutan dari putih jernih menjadi merah
muda, larutan kemudian dinetralkan dengan ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 30
ml di ikuti pula dengan pencatatan waktu. Sehingga dari percobaan pertama dan kedua
pengadukan air (tanpa tepung kanji) diperoleh hasil pencatatan waktu sebesar 9,5 sekon
(hasil duplo) dan 6,5 sekon (hasil duplo) dengan viskositas masing-masing percobaan
adalah 0,093 poise dan 0,112 poise.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
Pengadukan dengan menggunakan air
Kecepatan Putar (rpm)

Reynold Number (Nre)

Pola Aliran

151,35

5808,46

Turbulent ( >2000)

167,10

7399,50

Turbulent ( >2000)

Pengadukan dengan menggunakan tepung kanji
Kecepatan Putar (rpm)

Reynold Number (Nre)

Pola Aliran

148,5

1378,81

Laminer (< 2000)

168,35

1297,94

Laminer (<2000)

Berdasarkan literatur, bahwa semakin besar kecepatan putaran pengaduk maka
Reynold Number (Nre) maka semakin besar pula jadi antara kecepatan putaran dan
Reynold Number (Nre) berbanding lurus. pada parktikum kali ini pada pengadukan
dengan bahan air memiliki Reynold number lebih dari 2000 sehingga pola aliran yang
dihasilkan adalah turbulent sedangkan pada penadukan dengan menggunakan larutan
tepung kanji pola aliran yang dihasilkan adalah laminer. Dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa semakin viskositas bahan yang digunakan pada pencampuran maka
akan semakin mudah proses pengadukan dan waktu pengadukan pun akan semakin
cepat. Untuk kasus pengadukan dengan tepung kanji pola aliran laminer disebabkan
kecepatan pemutar sangat kecil soleh karena itu sebaiknya pada pencampuran dengan
viskositas yang tinggi diperlukan pengadukan yang lebih cepat agar proses pengadukan
dan waktu pengadukan lebih efektif
Selain itu pengaruh Bilangan Reynolds terhadap waktu pengadukan dan blending
time yaitu semakin tinggi bilangan reynold maka waktu pengadukan semakin cepat
sehingga nilai mixing time factor akan semakin kecil. Nilai mixing time factor akan
berbanding lurus dengan nilai blending time sehingga akan berbanding terbalik dengan
Bilangan Reynolds. Dari percobaan diperoleh blending time pada larutan air saja (tanpa
kanji) pada kecepatan pengadukan 151,35 rpm adalah 17,85 sedangkan pada kecepatan
167,10 rpm adalah 15,18. Untuk blending time pengadukan dengan menggunakan
larutan kanji pada kecepatan pengadukan 148,50 rpm adalah 53,35 sedangkan pada
kecepatan 168,35 adalah 52,21
VIII. Kesimpulan
Proses pencampuran menghasilkan dua fase dimana diperoleh saat nilai
viskositas didapat dengannilai yang sama atau beda tidak terlalu jauh
Variabel-variabel yang mempengaruhi proses pencampuran dan pengadukan
adalah komposisi bahan, reaktor yang digunakan, kecepatan pengadukan, waktu
pengadukan, densitas dan viskositas bahan. Semakin lama pengadukan maka
campuran akan semakin homogen. Homogenitas campuran berpengaruh pada
viskositas dan denstias campuran.
Untuk bahan dengan viskositas yang tinggi diperlukan kecepatan pengadukan
yang lebih besar sehingga proses pengadukan dan waktu pengadukan lebih
efektif.
Semakin besar harga NRe maka semakin singkat waktu pencampurannya.
Semakin besar harga NRe maka semakin kecil energi yang dibutuhkan dalam
proses pengadukan
Mixing time factor berbanding lurus dengan blending time factor, tetapi
berbanding terbalik dengan Reynold Number
Jika menggunakan air (tanpa kanji), pola aliran dalam berbagai kecepatan
putaran pengaduk adalah sebagai berikut :
Kecepatan Putar (rpm)

Reynold Number (Nre)

Pola Aliran

151,35

5808,46

Turbulent ( >2000)

167,10

7399,50

Turbulent ( >2000)

Jika tidak menggunakan tepung kanji , pola aliran dalam berbagai kecepatan
putaran pengaduk adalah sebagai berikut :
Kecepatan Putar (rpm)

Reynold Number (Nre)

Pola Aliran

148,5

1378,81

Laminer (< 2000)

168,35

1297,94

Laminer (<2000)

Pengaduk jenis Three blade marine propeller menghasilkan pola aliran aksial.
Pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam tangki adalah sebagai berikut :
Tangki Dengan Posisi Pengaduk Senter dan Tanpa Baffle

VIII. Daftar Pustaka
Djauhari, A., 2002, ”Peralatan Kontak dan Pemisah Antar Fasa”, Diktat Kuliah, hal 5559, Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi, 2004, “Agitasi dan Pencampuran”, Jurusan
Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung
McCabe, W. L., Smith, J.C. and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical
Engineering” 5 rd., hal 257-260, McGraw-Hill, Singapore

More Related Content

What's hot (20)

Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)Koagulasi dan-flokulasi (1)
Koagulasi dan-flokulasi (1)
 
Fluidisasi
FluidisasiFluidisasi
Fluidisasi
 
Distilasi
DistilasiDistilasi
Distilasi
 
viskositas
viskositasviskositas
viskositas
 
VISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELDVISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELD
 
Batch Reactor
Batch ReactorBatch Reactor
Batch Reactor
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
 
Ppt reaktor
Ppt reaktorPpt reaktor
Ppt reaktor
 
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
 
Ion Exchange
Ion ExchangeIon Exchange
Ion Exchange
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
Laporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum PemurnianLaporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum Pemurnian
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
Atk 1 pertemuan 1 dan 2
Atk 1 pertemuan 1 dan 2Atk 1 pertemuan 1 dan 2
Atk 1 pertemuan 1 dan 2
 
Persentasi Alat Industri Kimia (Size Reduction)
Persentasi Alat Industri Kimia (Size Reduction)Persentasi Alat Industri Kimia (Size Reduction)
Persentasi Alat Industri Kimia (Size Reduction)
 
Screening
ScreeningScreening
Screening
 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum Asidimetri
 
Destilasi batch
Destilasi batchDestilasi batch
Destilasi batch
 

Viewers also liked

Laporan Mixing and Blending
Laporan Mixing and Blending Laporan Mixing and Blending
Laporan Mixing and Blending Nugraha Teguh
 
Laporan praktikum waktu pencampuran
Laporan praktikum waktu pencampuranLaporan praktikum waktu pencampuran
Laporan praktikum waktu pencampuranivan sidabutar
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuranITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuranFransiska Puteri
 
Laporan dinamika tangki kelompok 2
Laporan dinamika tangki kelompok 2Laporan dinamika tangki kelompok 2
Laporan dinamika tangki kelompok 2Rima Puspitasari
 
Plat heat exchanger
Plat heat exchangerPlat heat exchanger
Plat heat exchangerIffa M.Nisa
 
Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryerFluidized bed dryer
Fluidized bed dryerIffa M.Nisa
 

Viewers also liked (9)

Laporan Mixing and Blending
Laporan Mixing and Blending Laporan Mixing and Blending
Laporan Mixing and Blending
 
Laporan praktikum waktu pencampuran
Laporan praktikum waktu pencampuranLaporan praktikum waktu pencampuran
Laporan praktikum waktu pencampuran
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuranITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: pencampuran
 
Sabtu
SabtuSabtu
Sabtu
 
tangki berpengaduk
tangki berpengaduktangki berpengaduk
tangki berpengaduk
 
Presentasi,,,
Presentasi,,,Presentasi,,,
Presentasi,,,
 
Laporan dinamika tangki kelompok 2
Laporan dinamika tangki kelompok 2Laporan dinamika tangki kelompok 2
Laporan dinamika tangki kelompok 2
 
Plat heat exchanger
Plat heat exchangerPlat heat exchanger
Plat heat exchanger
 
Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryerFluidized bed dryer
Fluidized bed dryer
 

Similar to Mixing

Pengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuranPengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuranElizabethCo1
 
presentasi gkm swapthing
presentasi gkm swapthingpresentasi gkm swapthing
presentasi gkm swapthingRudy Pamungkas
 
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptxPerencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptxanisa321586
 
Centrifuge (Fungsinya,Jenisnya,dan kalibrasinya)
Centrifuge (Fungsinya,Jenisnya,dan kalibrasinya)Centrifuge (Fungsinya,Jenisnya,dan kalibrasinya)
Centrifuge (Fungsinya,Jenisnya,dan kalibrasinya)dimar aji
 
Sentrifus.pdf
Sentrifus.pdfSentrifus.pdf
Sentrifus.pdfDennisa13
 
51092993 viskometer-rotator-dan-vortex-mixer-presentasi-marga
51092993 viskometer-rotator-dan-vortex-mixer-presentasi-marga51092993 viskometer-rotator-dan-vortex-mixer-presentasi-marga
51092993 viskometer-rotator-dan-vortex-mixer-presentasi-margaNia Part
 
Perencanaan ubi jalar ungu
Perencanaan ubi jalar unguPerencanaan ubi jalar ungu
Perencanaan ubi jalar ungussuserf63ae2
 
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITASKURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITASTri Setyo Ningsih
 
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1Health Polytechnic of Bandung
 
Termodinamika (12) d pompa_panas
Termodinamika (12) d pompa_panasTermodinamika (12) d pompa_panas
Termodinamika (12) d pompa_panasjayamartha
 
Evaluasi Sediaan Dry Sirup Eritromicin
Evaluasi Sediaan Dry Sirup EritromicinEvaluasi Sediaan Dry Sirup Eritromicin
Evaluasi Sediaan Dry Sirup Eritromicinzipiklan
 
PERENCANAAN_SUMUR_BOR_PNPM.pptx
PERENCANAAN_SUMUR_BOR_PNPM.pptxPERENCANAAN_SUMUR_BOR_PNPM.pptx
PERENCANAAN_SUMUR_BOR_PNPM.pptxClanaOne
 
Kelompok 2 Desain Tangki Koagulasi Flukolasi.pptx
Kelompok 2 Desain Tangki Koagulasi Flukolasi.pptxKelompok 2 Desain Tangki Koagulasi Flukolasi.pptx
Kelompok 2 Desain Tangki Koagulasi Flukolasi.pptxRealme8i1
 

Similar to Mixing (20)

Pengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuranPengadukan dan pencampuran
Pengadukan dan pencampuran
 
Sentrifugasi
SentrifugasiSentrifugasi
Sentrifugasi
 
Chapter ii 4
Chapter ii 4Chapter ii 4
Chapter ii 4
 
presentasi gkm swapthing
presentasi gkm swapthingpresentasi gkm swapthing
presentasi gkm swapthing
 
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptxPerencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
Perencanaan Pemilihan Pompa Sentrifugal untuk Penyaluran Air Bersih.pptx
 
Centrifuge (Fungsinya,Jenisnya,dan kalibrasinya)
Centrifuge (Fungsinya,Jenisnya,dan kalibrasinya)Centrifuge (Fungsinya,Jenisnya,dan kalibrasinya)
Centrifuge (Fungsinya,Jenisnya,dan kalibrasinya)
 
Sentrifus.pdf
Sentrifus.pdfSentrifus.pdf
Sentrifus.pdf
 
51092993 viskometer-rotator-dan-vortex-mixer-presentasi-marga
51092993 viskometer-rotator-dan-vortex-mixer-presentasi-marga51092993 viskometer-rotator-dan-vortex-mixer-presentasi-marga
51092993 viskometer-rotator-dan-vortex-mixer-presentasi-marga
 
Perencanaan ubi jalar ungu
Perencanaan ubi jalar unguPerencanaan ubi jalar ungu
Perencanaan ubi jalar ungu
 
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITASKURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
 
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
Laporan praktikum mekanika fluida ( hydraulic bench ) itb modul 1
 
Termodinamika (12) d pompa_panas
Termodinamika (12) d pompa_panasTermodinamika (12) d pompa_panas
Termodinamika (12) d pompa_panas
 
BDPE-02 Stasiun Perebusan.pptx
BDPE-02 Stasiun Perebusan.pptxBDPE-02 Stasiun Perebusan.pptx
BDPE-02 Stasiun Perebusan.pptx
 
Evaluasi Sediaan Dry Sirup Eritromicin
Evaluasi Sediaan Dry Sirup EritromicinEvaluasi Sediaan Dry Sirup Eritromicin
Evaluasi Sediaan Dry Sirup Eritromicin
 
1.04 filtrasi
1.04 filtrasi1.04 filtrasi
1.04 filtrasi
 
Tugas klompok teknik sentrifugasi
Tugas klompok teknik sentrifugasiTugas klompok teknik sentrifugasi
Tugas klompok teknik sentrifugasi
 
PERENCANAAN_SUMUR_BOR_PNPM.pptx
PERENCANAAN_SUMUR_BOR_PNPM.pptxPERENCANAAN_SUMUR_BOR_PNPM.pptx
PERENCANAAN_SUMUR_BOR_PNPM.pptx
 
Dasar teori
Dasar teoriDasar teori
Dasar teori
 
Amali 6
Amali 6Amali 6
Amali 6
 
Kelompok 2 Desain Tangki Koagulasi Flukolasi.pptx
Kelompok 2 Desain Tangki Koagulasi Flukolasi.pptxKelompok 2 Desain Tangki Koagulasi Flukolasi.pptx
Kelompok 2 Desain Tangki Koagulasi Flukolasi.pptx
 

More from Iffa M.Nisa

More from Iffa M.Nisa (10)

Falling film evaporator
Falling film evaporatorFalling film evaporator
Falling film evaporator
 
Leaching
LeachingLeaching
Leaching
 
Anaerobik digester
Anaerobik digesterAnaerobik digester
Anaerobik digester
 
Spray drayer 5
Spray drayer 5Spray drayer 5
Spray drayer 5
 
Kecepatan reaksi
Kecepatan reaksiKecepatan reaksi
Kecepatan reaksi
 
P h metri
P h metriP h metri
P h metri
 
Ion exchange
Ion exchangeIon exchange
Ion exchange
 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugal
 
Grinding and sizing
Grinding and sizingGrinding and sizing
Grinding and sizing
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 

Mixing

  • 1. PILOT PLANT SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 MODUL PEMBIMBING : Pencampuran dan Pengadukan : Rintis Manfaati, ST. MT Praktikum : 11 April 2013 Penyerahan : 18 April 2013 Oleh : Kelempok VII (Tujuh) Agi Iqbal Velayas (111411032) Iffa Ma’rifatunnisa [111411046] Kelas : 2B PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013
  • 2. I. Tujuan  Menggambarkan pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam tangki  Menggambarkan pola aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk  Membuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam pencampuran sampai homogen  II. Menentukan daerah rezim aliran dalam operasi pengadukan. Landasan Teori Pencampuran (mixing) adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak dimana bahan satu menyebar ke bahan yang lain dan sebaliknya, sedangkan bahanbahan tersebut sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih. Prinsip percobaan pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat yang berbeda. Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan, keadaan produk atau bahkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran. Derajat keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran. Jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran telah berlangsung dengan baik. Variabel-variabel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah komposisi bahan, reaktor yang digunakan, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan, densitas, dan viskositas bahan. Semakin lama pengadukan, maka campuran akan semakin homogen. Homogenitas campuran berpengaruh pada viskositas dan densitas campuran. Besar kecilnya viskositas tergantung pada densitas. a. Tangki Pencampuran (Mixing) Alat pencampur fasa padat ke fasa cair jenis ini diperuntukkan untuk memperoleh campuran dengan viskositas rendah, biasanya berupa tangki pencampur beserta perlengkapannya. Dimensi tangki/vessels, jenis pengaduk/impeller, kecepatan putar pengaduk, jenis pengaduk, jumlah penyekat/buffle, letak impeller beserta dimensinya bergantung dari kapasitas dan jenis dari bahan yang dicampurkan. b. Bagian-bagian Alat Pencampur o Tangki/vessel  wadah untuk pencampuran berbentuk silinder dengan bagian bawah melengkung/dome atau datar
  • 3. o Penyekat/buffle  berbentuk batang yang diletakkan dipinggir tangki berguna untuk menghindari vortex dan digunakan untuk mempolakan aliran menjadi turbulen. Jumlah buffle biasanya 3, 4 atau 6 buah dengan ukuran 1/12 diameter tangki. o Pengaduk/impeller  digunakan untuk mengaduk campuran, jenis dari impeller beragam disesuaikan pada sifat dari zat yang akan dicampurkan. Jenis-jenis impeller yang umumnya digunakan adalah : Tree-blades/marine impeller digunakan untuk pencampuran dengan bahn dengan viscositas rendah dengan putaran yang tinggi, Turbine with flat vertical blades impeller digunakan untuk cairan kental dengan viscositas tinggi, Horizontal plate impeller digunakan untuk zat berserat dengan sedikit terjadinya pemotongan, Turbine with blades are inclined impeller paling cocok digunakan untuk tangki yang dilengkapi jaket pemanas, Curve bade Turbines impeller efektif untuk bahan berserat tanpa pemotongan dengan viskositas rendah, Flate plate impeller digunakan untuk pencampuran emulsi, Cage beaters impart impeller cocok digunakan untuk pemotongan dan penyobekan, Anchore paddle impeller digunakan campuran dengan viscositas sangat tinggi berupa pasta. c. Ukuran dan Letak (Impeller) Ukuran impeller biasanya berkisar antara 0,3-0,6 kali diameter tangki, sedangkan letak impeller tergantung pada dimensi vessel viscositas campuran yang diaduk. Tata letak dari impeller seperti pada tabel dibawah ini : Viscosity CP Max Level H/Dt Jumlah Impeller < 25.000 < 25.000 > 25.000 > 25.000 1,4 2,1 0,8 1,6 1 2 1 2 Letak Impeller Bawah H/3 Dt/3 H/3 Dt/3 Atas 2/3 h 2/3 h h adalah tinggi vessel s dan Dt adalah diameter vessel s Letak impeller untuk tangki dengan menggunakan buffle biasanya di tengah/center karena pola turbulensi yang dikehendaki akan terbentuk dengan adanya buffle. Untuk tangki tanpa menggunakan buffle, letak pengaduk sangat mempengaruhi pola aliran yang dihasilkan. Biasanya untuk menghindari adanya vortex aliran fluida karena pengadukan tangki tanpa buffle meletakkan pengaduk tidak tepat ditengah/tidak senter dengan tangki.
  • 4. d. Waktu Pencampuran Impeller yang berputar akan menghasilkan efek pencampuran, biasanya putaran tinggi menghasilkan aliran lebih bergolak sehingga menghasilkan efek pencampuran lebih efektif. Adanya buffle akan mengakibatkan aliran berbelok arah dari tepi dinding menuju pusat tangki, sehingga menyebabkan efek pencampuran bertambah efektif. Waktu pencampuran secara umum, diberikan oleh Norwood dan Metzner adalah : ft = tT (nDa2)2/3 g1/6 = ntT 2 1/2 1/6 2 H1/2 Dt Untuk pengaduk propeller, ft = tT (nDa2)2/3 g1/6 = ntT 3/2 1/2 1/6 2 H1/2 Dt Dimana : Da = Diameter pengaduk (m) Dt = Diameter tangki (m) H = Tinggi tangki (m) ntT = Mixing time factor g = Percepatan gravitasi (m/s2) n = Kecepatan putar (rpm) ft = Blending time factor Korelasi Waktu Pencampuran
  • 5. III. Alat dan Bahan Tachometer Peralatan Penunjang  Stopwatch  Tachometer  Termometer  Gelas kimia 250, 1000 mL  Gelas ukur 50 mL, 2000 mL  Pipet ukur 5 mL, 10 mL  Bola isap  Ember Bahan      Tepung kanji NaOH 2M Indikator p.p. H2SO4 2M Air Suling
  • 6. IV. Prosedur Kerja Waktu Pengadukan Tanpa Menggunakan Tepung Kanji (Air saja) Masukkan 15 liter air suling ke dalam tangki Atur kecepatan putaran pengaduk lalu tambahkan 5 mL indikator p.p & menentukan suhu, massa jenis, dan viskositas larutan Tambahkan 30 mL NaOH 2M Catat waktu apabila perubahan warna campuran (merah muda) telah merata Netralkan campuran dengan menambahkan 30 mL H2SO4 2M dan hidupkan stopwatch Catat waktu penetralan & menentukan kembali massa jenis, suhu, dan viskositas larutan Mengulanginya dengan variasi kecepatan pengadukan
  • 7. Waktu Pengadukan dengan Menggunakan Tepung Kanji 500 gram tepung kanji dilarutkan dalam 2 liter air panas Keluarkan 2 liter air di dalam reaktor. Kemudian masukan larutan kanji ke dalam reaktor dengan kondisi pengaduk terus berputar. Tambahkan 5 mL indikator p.p & menentukan suhu, massa jenis, dan viskositas larutan Tambahkan 30 mL NaOH 2M dan mengatur kecepatan pengaduk Catat waktu apabila perubahan warna campuran (merah muda) telah merata. Netralkan campuran dengan menambahkan 30 mL H2SO4 2M dan hidupkan stopwatch Catat waktu penetralan & menentukan kembali massa jenis, suhu, dan viskositas larutan Mengulanginya dengan variasi kecepatan pengadukan
  • 8. V. Data Pengamatan  Tipe pengaduk yang digunakan : Tree Blade / marine Propeller  Diameter tangki (Dt) : 32,2 cm (0,322 m)  Diameter pengaduk (Da) : 10,73 cm (0,1073 m)  (3 x 32,2 cm)  ρ air : 1000 kg/m3  ρ tepung kanji : 1500 kg/m3  Tinggi tangki (H) : 65 cm (0,65 m) 1 Waktu Pengadukan  Tanpa tepung kanji Skala 2,5 2,9 RPM 151,35 167,10 t1(detik) 5 4 t2(detik) 8 3 T(oC) 27 27 Viskositas (cP) 1,5 1,3 Viskositas (Poise) 0,015 0,013 T(oC) 27 27 Viskositas (cP) 9,3 11,2 Viskositas (Poise) 0,093 0,112  Menggunakan tepung kanji Skala 2,5 2,9 RPM 148,50 168,35 t1(detik) 4 3 t2(detik) 15 10 VI. Pengolahan Data a. Menghitung Reynold Number pengaduk  Tanpa tepung kanji (air saja) : Untuk 151,35 RPM  Nre = D2 N ρ µ = (0,1073)2 x 151,35 x 1000 0,015 x 20 = 5808,46
  • 9. Untuk 167,10 RPM  Nre = D2 N ρ µ = (0,1073)2 x 167,10 x 1000 0,013 x 20 = 7399,50  Menggunakan larutan tepung kanji : Untuk 148,50 RPM  Nre = D2 N ρ µ = (0,1073)2 x 148,50 x 1500 0,093 x 20 = 1378,81 Untuk 168,35 RPM  Nre = D2 N ρ µ = (0,1073)2 x 168,35 x 1500 0,112 x 20 = 1297,94 b. Menghitung blending time  Tanpa menggunakan larutan kanji (air saja) : 3/2 Untuk 151,35 RPM  ft = ntT 1/2 1/6 2 0,1073 3/2 0,322 1/2 10 1/6 0,322 0,65 151,352 0,1073 = 330 = 17,85 3/2 Untuk 167,10 RPM  ft = ntT 1/2 1/6 2 0,1073 3/2 0,322 1/2 10 1/6 0,322 0,65 167,102 0,1073 = 290 = 15,18  Menggunakan larutan tepung kanji: Untuk 148,50 RPM  ft = ntT = 980 3/2 1/2 1/6 2 0,1073 3/2 0,322 1/2 10 1/6 0,322 0,65 148,502 0,1073 = 53,35
  • 10. Untuk 168,35 RPM  ft = ntT = 1000 3/2 1/2 1/6 2 0,1073 3/2 0,322 1/2 10 1/6 2 0,322 0,65 168,35 0,1073 = 52,21 Grafik yang diperoleh (tanpa tepung kanji) t1 terhadap Reynold Number Reynold Number (Nre) 1600 1400 1200 1000 800 600 Series1 400 200 0 0 1 2 3 4 5 Waktu (sekon) t2 terhadap Reynold Number Reynold Number (Nre) 1600 1400 1200 1000 800 600 Series1 400 200 0 0 5 10 Waktu (sekon) 15 20
  • 11. ft terhadap Reynold Number Reynold Number (Nre) 1600 1400 1200 1000 800 600 Series1 400 200 0 0 10 20 30 40 50 60 Waktu (sekon) Grafik yang diperoleh (menggunakan tepung kanji) t1 terhadap Reynold Number Reynold Number (Nre) 8000 7000 6000 5000 4000 3000 Series1 2000 1000 0 0 1 2 3 Waktu (sekon) 4 5 6
  • 12. t2 terhadap Reynold Number Reynold Number (Nre) 8000 7000 6000 5000 4000 3000 Series1 2000 1000 0 0 2 4 6 8 10 Waktu (sekon) ft terhadap Reynold Number Reynold Number (Nre) 8000 7000 6000 5000 4000 3000 Series1 2000 1000 0 0 5 10 Waktu (sekon) 15 20
  • 13. VII. Pembahasan Pada praktikum kali ini, dilakukan proses pengadukan danpencampuran yang bertujuan untuk menentukkan pola aliran yang dibentuk pada pengadukan dalam tangki, mengambarkan pola aliran dalam berbagai kecepatan pengadukan, menentukkan bilangan reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam berbagai variasi pengadukan serta menentukkan daerah rezim aliran operasi pengadukan. Percobaan tersebut dilakukan dengan mengamati pengadukan pada air dan campuran tepung kanji pada kondisi pengadukan yang berbeda-beda. Variasi pengadukan dilakukan dengan cara mengubah kecepatan putaran pengadukan pada tangki. Dalam pengamatan pengadukan air dilakukan dua variasi kecepatan pengadukan. Pada pengadukan pertama pada pengaduk ditambahkan 15 liter air (tanpa tepung kanji) kemudian pemutar diatur dengan kecepatan 151, 35 rpm (skala 2,5) pada percobaan pertama dan 167,10 (skala 2,9) pada percobaan kedua. Untuk setiap percobaan kedalam tangki ditambahkan pp sebanyak 5 ml. Selanjutnya pada tangki dimasukkan NaOH 30 ml bersamaan dengan pencatatan waktu hingga seluruh larutan merata berwarna merah muda. Setelah terjadi perubahan warna pada larutan dari putih jernih menjadi merah muda, larutan kemudian dinetralkan dengan ditambahkanlarutan H2SO4 sebanyak 30 ml di ikuti pula dengna pencatatan waktu. Sehingga dari percobaan pertama dan kedua pengadukan air (tanpa tepung kanji) diperoleh hasil pencatatan waktu sebesar 6,5 sekon (hasil duplo) dan 3,5 sekon (hasil duplo) dengan viskositas masing-masing percobaan adalah 0,015 poise dan 0,013 poise. Pada percobaan pengadukan campuran tepung kanji dan air dilakukan dua variasi kecepatan pengadukan yang berbeda . Air pada praktikum sebelumnya dikeluarkan kurang lebih 2 Liter, kemudian pada tangki ditambahkan 2 Liter larutan kanji. Percobaan pertama pemutar diatur dengan kecepatan 148,5 rpm (skala 2,5) sedangkan pada percobaan kedua 168,35 rpm (skala 2,9). Untuk setiap percobaan kedalam tangki ditambahkan pp sebanyak 5 ml. Selanjutnya pada tangki dimasukkan NaOH 30 ml bersamaan dengan pencatatan waktu hingga seluruh larutan merata berwarna merah muda. Setelah terjadi perubahan warna pada larutan dari putih jernih menjadi merah muda, larutan kemudian dinetralkan dengan ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 30 ml di ikuti pula dengan pencatatan waktu. Sehingga dari percobaan pertama dan kedua pengadukan air (tanpa tepung kanji) diperoleh hasil pencatatan waktu sebesar 9,5 sekon
  • 14. (hasil duplo) dan 6,5 sekon (hasil duplo) dengan viskositas masing-masing percobaan adalah 0,093 poise dan 0,112 poise. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut: Pengadukan dengan menggunakan air Kecepatan Putar (rpm) Reynold Number (Nre) Pola Aliran 151,35 5808,46 Turbulent ( >2000) 167,10 7399,50 Turbulent ( >2000) Pengadukan dengan menggunakan tepung kanji Kecepatan Putar (rpm) Reynold Number (Nre) Pola Aliran 148,5 1378,81 Laminer (< 2000) 168,35 1297,94 Laminer (<2000) Berdasarkan literatur, bahwa semakin besar kecepatan putaran pengaduk maka Reynold Number (Nre) maka semakin besar pula jadi antara kecepatan putaran dan Reynold Number (Nre) berbanding lurus. pada parktikum kali ini pada pengadukan dengan bahan air memiliki Reynold number lebih dari 2000 sehingga pola aliran yang dihasilkan adalah turbulent sedangkan pada penadukan dengan menggunakan larutan tepung kanji pola aliran yang dihasilkan adalah laminer. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semakin viskositas bahan yang digunakan pada pencampuran maka akan semakin mudah proses pengadukan dan waktu pengadukan pun akan semakin cepat. Untuk kasus pengadukan dengan tepung kanji pola aliran laminer disebabkan kecepatan pemutar sangat kecil soleh karena itu sebaiknya pada pencampuran dengan viskositas yang tinggi diperlukan pengadukan yang lebih cepat agar proses pengadukan dan waktu pengadukan lebih efektif Selain itu pengaruh Bilangan Reynolds terhadap waktu pengadukan dan blending time yaitu semakin tinggi bilangan reynold maka waktu pengadukan semakin cepat sehingga nilai mixing time factor akan semakin kecil. Nilai mixing time factor akan berbanding lurus dengan nilai blending time sehingga akan berbanding terbalik dengan Bilangan Reynolds. Dari percobaan diperoleh blending time pada larutan air saja (tanpa kanji) pada kecepatan pengadukan 151,35 rpm adalah 17,85 sedangkan pada kecepatan 167,10 rpm adalah 15,18. Untuk blending time pengadukan dengan menggunakan
  • 15. larutan kanji pada kecepatan pengadukan 148,50 rpm adalah 53,35 sedangkan pada kecepatan 168,35 adalah 52,21
  • 16. VIII. Kesimpulan Proses pencampuran menghasilkan dua fase dimana diperoleh saat nilai viskositas didapat dengannilai yang sama atau beda tidak terlalu jauh Variabel-variabel yang mempengaruhi proses pencampuran dan pengadukan adalah komposisi bahan, reaktor yang digunakan, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan, densitas dan viskositas bahan. Semakin lama pengadukan maka campuran akan semakin homogen. Homogenitas campuran berpengaruh pada viskositas dan denstias campuran. Untuk bahan dengan viskositas yang tinggi diperlukan kecepatan pengadukan yang lebih besar sehingga proses pengadukan dan waktu pengadukan lebih efektif. Semakin besar harga NRe maka semakin singkat waktu pencampurannya. Semakin besar harga NRe maka semakin kecil energi yang dibutuhkan dalam proses pengadukan Mixing time factor berbanding lurus dengan blending time factor, tetapi berbanding terbalik dengan Reynold Number Jika menggunakan air (tanpa kanji), pola aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk adalah sebagai berikut : Kecepatan Putar (rpm) Reynold Number (Nre) Pola Aliran 151,35 5808,46 Turbulent ( >2000) 167,10 7399,50 Turbulent ( >2000) Jika tidak menggunakan tepung kanji , pola aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk adalah sebagai berikut : Kecepatan Putar (rpm) Reynold Number (Nre) Pola Aliran 148,5 1378,81 Laminer (< 2000) 168,35 1297,94 Laminer (<2000) Pengaduk jenis Three blade marine propeller menghasilkan pola aliran aksial. Pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam tangki adalah sebagai berikut :
  • 17. Tangki Dengan Posisi Pengaduk Senter dan Tanpa Baffle VIII. Daftar Pustaka Djauhari, A., 2002, ”Peralatan Kontak dan Pemisah Antar Fasa”, Diktat Kuliah, hal 5559, Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi, 2004, “Agitasi dan Pencampuran”, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung McCabe, W. L., Smith, J.C. and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical Engineering” 5 rd., hal 257-260, McGraw-Hill, Singapore