Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis kinerja shell and tube heat exchanger dengan variasi aliran massa di sisi shell dan tube. Mahasiswa diharapkan memahami prinsip kerja dan pengaruh jenis baffle serta laju aliran terhadap transfer panas dan efisiensi heat exchanger. Langkah-langkah meliputi pengaturan suhu masuk fluida panas dan dingin, pengukuran temperatur dan debit, serta perhitungan transfer panas, koefisien transfer panas, dan efisiens
Presentasi tentang materi alat penukar panas yaitu shell and tube exchanger pada mata kuliah perancangan alat penukar kalor. Presentasi ini mencakup langkah-langkah pengerjaan dan contoh kasus dari textbook.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.
Presentasi tentang materi alat penukar panas yaitu shell and tube exchanger pada mata kuliah perancangan alat penukar kalor. Presentasi ini mencakup langkah-langkah pengerjaan dan contoh kasus dari textbook.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin.
Buku berisi pembahasan dasar tentang aplikasi dari studi perpindahan kalor, yaitu: alat penukar kalor. Konsentrasinya adalah analisa dasar dari alat penukar kalor tersebut. Dan penulis harapkan dapat bermanfaat, sampai kritik dan saran untuk memperbaiki materi ini.
Judul prarancangan pabrik kimia teknik kimia wahyuddin S.T
Β
Prarancangan Pabrik Polypropylene Random Copolymer dari Propylene san Ethylene Kapasitas 30.000 Ton / Tahun
Prarancangan Pabrik Acetaldehyde dari Ethylene dan Oksigen dengan Proses Oksidasi 1 Tahap
Pompa adalah salah satu mesin fluida yang termasuk dalam golongan mesin kerja. Pompa berfungsi untuk memindahkan zat cair dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi karena adanya perbedaan tekanan
Buku berisi pembahasan dasar tentang aplikasi dari studi perpindahan kalor, yaitu: alat penukar kalor. Konsentrasinya adalah analisa dasar dari alat penukar kalor tersebut. Dan penulis harapkan dapat bermanfaat, sampai kritik dan saran untuk memperbaiki materi ini.
Judul prarancangan pabrik kimia teknik kimia wahyuddin S.T
Β
Prarancangan Pabrik Polypropylene Random Copolymer dari Propylene san Ethylene Kapasitas 30.000 Ton / Tahun
Prarancangan Pabrik Acetaldehyde dari Ethylene dan Oksigen dengan Proses Oksidasi 1 Tahap
Pompa adalah salah satu mesin fluida yang termasuk dalam golongan mesin kerja. Pompa berfungsi untuk memindahkan zat cair dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi karena adanya perbedaan tekanan
Cartridge Heaters β Specifications, Configuration and ApplicationsDeven Singh
Β
Types of Cartridge Heaters, Applications of Cartridge Heater, Cartridge Heater based Assemblies, Performance Options of Cartridge Heaters, Standard Cartridge Heater Configuration and lead options of cartridge heaters.
LMTD (Log Mean Temperature Difference) dan NTU (Number of Transfer Units) adalah dua konsep yang terkait dengan perpindahan panas pada heat exchanger. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua konsep tersebut:
1. LMTD (Log Mean Temperature Difference):
LMTD adalah perbedaan suhu rata-rata yang diambil dalam bentuk logaritma dari perbedaan suhu antara dua fluida yang terlibat dalam perpindahan panas pada heat exchanger. LMTD digunakan untuk menghitung laju perpindahan panas pada heat exchanger dengan menggunakan persamaan perpindahan panas log mean temperature difference (LMTD):
LMTD = (ΞT1 - ΞT2) / ln(ΞT1 / ΞT2)
di mana:
- ΞT1 adalah perbedaan suhu awal antara dua fluida.
- ΞT2 adalah perbedaan suhu akhir antara dua fluida.
LMTD digunakan dalam perhitungan desain dan evaluasi kinerja heat exchanger, serta untuk menentukan keefektifan perpindahan panas.
2. NTU (Number of Transfer Units):
NTU adalah parameter yang digunakan untuk menggambarkan ukuran efisiensi perpindahan panas pada heat exchanger. NTU berkaitan dengan laju perpindahan panas, kapasitas panas, dan luas permukaan efektif heat exchanger. NTU didefinisikan sebagai:
NTU = (UA) / Cmin
di mana:
- UA adalah produk antara koefisien perpindahan panas (U) dan luas permukaan efektif (A) heat exchanger.
- Cmin adalah kapasitas panas minimum dari dua fluida yang terlibat dalam perpindahan panas.
NTU digunakan bersama dengan efisiensi perpindahan panas (Ξ΅) untuk menghitung laju perpindahan panas aktual pada heat exchanger menggunakan persamaan perpindahan panas efektivitas-NTU:
Ξ΅ = (1 - exp(-NTU)) / (1 - Cmin / Cmax * exp(-NTU))
di mana:
- Cmax adalah kapasitas panas maksimum dari dua fluida yang terlibat dalam perpindahan panas.
NTU dan LMTD sering digunakan bersama-sama untuk analisis dan desain heat exchanger.
Penting untuk mencatat bahwa perhitungan LMTD dan NTU tergantung pada geometri, aliran fluida, sifat fluida, dan kondisi operasional heat exchanger yang spesifik. Sebaiknya Anda merujuk pada literatur teknis atau konsultasikan dengan insinyur yang berpengalaman dalam perancangan heat exchanger untuk perhitungan yang lebih detail dan akurat sesuai dengan kasus yang spesifik.
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...Mirmanto
Β
Due to population growth, industry advance and rapid development, fresh and comfortable air may be difficult to get. Conditioning the air to get comfort environment may be a basic demand for people, but the prices of the device and its operation for this purpose are expensive. This research tries to solve this problem but it is just only to know the capability of the heat exchanger to transfer/ absorb heat and is not to cool the room to be below the ambient temperature. The working fluid used was clean water and the heat exchangers employed were parallel and serpentine which were made of copper pipes with a diameter of 1/4 inch and 1/2 inch (for the header). The volumetric flow rates used were 300 ml/minutes, 400 ml/minutes and 500 ml/minutes. While the heat that should be absorbed by the water from the room is 50 W, 100 W and 150 W. The results show that the effect of volumetric flow rate on heat exchanger performance and room temperature is insignificant. From the pressure drop results, the parallel pipe heat exchanger has lower pressure drops while the serpentine has higher pressure drops.
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...sumadhijono
Β
Many efforts have been made by finding potential new sources of income or by trying to develop existing technology to achieve maximum results. Mini boilers work to convert the water phase into vapor phase. The purpose of this research is to know the influence of variation of boiler pressure and gas valve openings to steam production which is produced in mini boiler especially for the needs of the feed. The steps in this study include research ideas, literature studies and field studies, designing, manufacturing of test equipment, testing, analysis of test result data, and conclusions. Variations are made using pressure (P) 1.5 bar, 2 bar, 2.5 bar and Β½, 1, 1 Β½ gas valve openings, 20 degree pipe angles, 10 pipes, 1 inch diameter pipes, 100 volumes of water. Type of burner LS 5A-M set of high pressure and high pressure on gas regulator. Test results on variations of P = 2.5 bar and 1 Β½ gas valve openings resulted in high steam production values (quality vapor = steam continue) of 8.33 kg of steam with 95.57% thermal efficiency at initial 65 minutes. While the test on the variation of P = 1.5 bar and Β½ from the gas valve opening resulted in smaller steam production value (quality vapor = steam continue) 1.04 kg vapor with thermal efficiency of 93.12% at 87 minutes initial achievement. Steam production is already qualified for evaporation needs as well as the condition of a safe mini boiler with a maximum boiler pressure of 5.1 Bar.
Keywords: Mini boiler, pressure, gas valve openings, quality vapor and Efficiency
I. TUJUAN
Mempelajari efek panas karena arus listrik dan menentukan kesetaraan kkal (kilo kalori) per jam yang sama dengan daya listrik, yang selanjutnya dapat dibuktikan atau dicari nilai-nilai konstanta.
II. TEORI
Pada fenomena tentang pertukaran kalor/panas dan kalorimeter, diperoleh kesimpulan bahwa 1 kkal adalah merupakan energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 10C.
Satuan daya dinyatakan dalam watt, baik untuk daya mekanik maupun listrik. Sedangkan hubungan antara satuan daya dan energi adalah:
1 joule/detik = 1 watt
Similar to Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger (20)
1. 1 PRAKTIKUM 1
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Single
Segmental (Baffle Spacing = 10 cm) dengan Laju Massa Sisi Shell dan Sisi Tube Konstan
(Fluida Dingin di Sisi Shell dan Fluida Panas di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat serta memiliki pemeliharaan yang mudah.
Log Mean Temperature Difference
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
Keterangan:
ππ : Temperatur masuk sisi shell (oC)
ππ : Temperatur keluar sisi shell (oC)
π‘ π : Temperatur masuk sisi tube (oC)
π‘ π : Temperatur keluar sisi tube (oC)
π : Jumlah laluan shell
Untuk Rβ 1, maka:
β= (
1 β π π
1 β π
)
1/π
π =
1ββ
β βπ
2. πΉ =
βπ 2 + 1 Γ lnβ‘(
1 β π
1 β π π
)
( π β 1)β‘lnβ‘[
2 β π(π + 1 β βπ 2 + 1)
2 β π(π + 1 + βπ 2 + 1)
]
Kesetimbangan Energi
Besar energi yang dipindahkan melalui proses perpindahan panas secara umum
dapat dijabarkan melalui persamaan berikut.
π π = πΜ π π π(ππ π
β ππ π
)
πβ = πΜ β π π(πβ π
β πβ π
)
π =
π π + πβ
2
Keterangan:
π π : Besar perpindahan panas aliran fluida dingin (Watt)
πβ : Besar perpindahan panas aliran fluida panas (Watt)
π : Besar perpindahan panas rata-rata (Watt)
ππ π : Temperatur masuk fluida dingin (oC)
ππ π : Temperatur keluar fluida dingin (oC)
πβ π : Temperatur masuk fluida panas (oC)
πβ π : Temperatur keluar fluida panas (oC)
πΜ π : Laju massa fluida dingin (kg/s)
πΜ β : Laju massa fluida panas (kg/s)
Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan panas menunjukkan kemampuan sebuah heat exchanger
untuk mentransfer panas melalui hambatan yang berbeda sesuai dengan properti dari
fluida yang dilalui meliputi temperatur, laju massa, dan geometri dari heat exchanger
tersebut. Nilai koefisien perpindahan panas pada sisi shell dan sisi tube bergantung pada
besar perpindahan panas yang terjadi.
β π =
π π
π΄ π βπ π
βπ =
πβ
π΄π βπ π
Keterangan:
π΄π : Luas area perpindahan panas sisi dalam tube (m2)
π΄ π : Luas area perpindahan panas sisi luar tube (m2)
βπ : Koefisien perpindahan panas sisi tube (w/m2.K)
β π : Koefisien perpindahan panas sisi shell (W/m2.K)
βπ π : Perbedaan temperatur rata-rata (oC)
π΄ π = ππ‘ ππ·π πΏ
π΄π = ππ‘ ππ·π πΏ
π = [
π·π
βπ π·π
+
1
β π
+
π·π ln(π·π π·π
β )
2π
+
π π·π π·π
π·π
+ π π·π ]
β1
Keterangan:
3. π π‘β : Resistansi termal (K/W)
π π·π : Fouling factor sisi tube (m2.K/W)
π π·π : Fouling factor sisi shell (m2.K/W)
π : Konduktivitas material tube (W/m.K)
π : Koefisien perpindahan panas total (W/m2.K)
Efektivitas
Efektivitas heat exchanger, Ξ΅, didefinisikan sebagai rasio antara laju
perpindahan panas aktual, π, dengan laju perpindahan panas maksimal (π πππ₯ ).
π =
π
π πππ₯
π =
π
π πππ₯
=
π π + πβ
2
β
πΆ πππ( πβ,π β π π,π)
Keterangan:
π : Efektivitas
πΆ π : Kapasitas kalor fluida dingin (J/K)
πΆβ : Kapasitas kalor fluida panas (J/K)
π : Besar perpindahan panas aktual (Watt)
π πππ₯ : Besar perpindahan panas maksimal (Watt)
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
4. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 10 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
Shell in Shell outTube out
Tube in
5. e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Fluida panas dan fluida dingin dikondisikan pada laju aliran yang sama.
Debit
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta
analisis kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan
faktor yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
6. 1 PRAKTIKUM 2
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Single
Segmental (Baffle Spacing = 10 cm) dengan Laju Massa Sisi Shell dan Sisi Tube Konstan
(Fluida Panas di Sisi Shell dan Fluida Dingin di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat, fleksibel, serta pemeliharaan dan perawatan yang
mudah.
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
7. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 10 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
Shell in Shell outTube out
Tube in
8. f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Fluida panas dan fluida dingin dikondisikan pada laju aliran yang sama.
Debit
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta
analisis kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan
faktor yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
9. 1 PRAKTIKUM 3
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Triple
Segmental dengan Laju Massa Sisi Shell dan Sisi Tube Konstan (Fluida Dingin di Sisi
Shell dan Fluida Panas di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat, fleksibel, serta pemeliharaan dan perawatan yang
mudah.
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
10. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 4,33 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
Shell in Shell outTube out
Tube in
11. d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Fluida panas dan fluida dingin dikondisikan pada laju aliran yang sama.
Debit
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta
analisis kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan
faktor yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
12. 5. Bandingkan dan analisis hasil yang diperoleh dengan variasi sebelumnya saat
menggunakan baffle single segemental !
13. 1 PRAKTIKUM 4
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Triple
Segmental dengan Laju Massa Sisi Shell dan Sisi Tube Konstan (Fluida Panas di Sisi
Shell dan Fluida Dingin di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat, fleksibel, serta pemeliharaan dan perawatan yang
mudah.
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
14. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 10 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
Shell in Shell outTube out
Tube in
15. d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Fluida panas dan fluida dingin dikondisikan pada laju aliran yang sama.
Debit
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta
analisis kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan
faktor yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
16. 5. Bandingkan dan analisis hasil yang diperoleh dengan variasi sebelumnya saat
menggunakan baffle single segemental !
17. 1 PRAKTIKUM 5
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Single
Segmental (Baffle Spacing = 10 cm) dengan Variasi Laju Massa di Sisi Shell (Fluida
Dingin di Sisi Shell dan Fluida Panas di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat serta memiliki pemeliharaan yang mudah.
Log Mean Temperature Difference
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
Keterangan:
ππ : Temperatur masuk sisi shell (oC)
ππ : Temperatur keluar sisi shell (oC)
π‘ π : Temperatur masuk sisi tube (oC)
π‘ π : Temperatur keluar sisi tube (oC)
π : Jumlah laluan shell
Untuk Rβ 1, maka:
β= (
1 β π π
1 β π
)
1/π
π =
1ββ
β βπ
18. πΉ =
βπ 2 + 1 Γ lnβ‘(
1 β π
1 β π π
)
( π β 1)β‘lnβ‘[
2 β π(π + 1 β βπ 2 + 1)
2 β π(π + 1 + βπ 2 + 1)
]
Kesetimbangan Energi
Besar energi yang dipindahkan melalui proses perpindahan panas secara umum
dapat dijabarkan melalui persamaan berikut.
π π = πΜ π π π(ππ π
β ππ π
)
πβ = πΜ β π π(πβ π
β πβ π
)
π =
π π + πβ
2
Keterangan:
π π : Besar perpindahan panas aliran fluida dingin (Watt)
πβ : Besar perpindahan panas aliran fluida panas (Watt)
π : Besar perpindahan panas rata-rata (Watt)
ππ π : Temperatur masuk fluida dingin (oC)
ππ π : Temperatur keluar fluida dingin (oC)
πβ π : Temperatur masuk fluida panas (oC)
πβ π : Temperatur keluar fluida panas (oC)
πΜ π : Laju massa fluida dingin (kg/s)
πΜ β : Laju massa fluida panas (kg/s)
Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan panas menunjukkan kemampuan sebuah heat exchanger
untuk mentransfer panas melalui hambatan yang berbeda sesuai dengan properti dari
fluida yang dilalui meliputi temperatur, laju massa, dan geometri dari heat exchanger
tersebut. Nilai koefisien perpindahan panas pada sisi shell dan sisi tube bergantung pada
besar perpindahan panas yang terjadi.
β π =
π π
π΄ π βπ π
βπ =
πβ
π΄π βπ π
Keterangan:
π΄π : Luas area perpindahan panas sisi dalam tube (m2)
π΄ π : Luas area perpindahan panas sisi luar tube (m2)
βπ : Koefisien perpindahan panas sisi tube (w/m2.K)
β π : Koefisien perpindahan panas sisi shell (W/m2.K)
βπ π : Perbedaan temperatur rata-rata (oC)
π΄ π = ππ‘ ππ·π πΏ
π΄π = ππ‘ ππ·π πΏ
π = [
π·π
βπ π·π
+
1
β π
+
π·π ln(π·π π·π
β )
2π
+
π π·π π·π
π·π
+ π π·π ]
β1
Keterangan:
19. π π‘β : Resistansi termal (K/W)
π π·π : Fouling factor sisi tube (m2.K/W)
π π·π : Fouling factor sisi shell (m2.K/W)
π : Konduktivitas material tube (W/m.K)
π : Koefisien perpindahan panas total (W/m2.K)
Efektivitas
Efektivitas heat exchanger, Ξ΅, didefinisikan sebagai rasio antara laju
perpindahan panas aktual, π, dengan laju perpindahan panas maksimal (π πππ₯ ).
π =
π
π πππ₯
π =
π
π πππ₯
=
π π + πβ
2
β
πΆ πππ( πβ,π β π π,π)
Keterangan:
π : Efektivitas
πΆ π : Kapasitas kalor fluida dingin (J/K)
πΆβ : Kapasitas kalor fluida panas (J/K)
π : Besar perpindahan panas aktual (Watt)
π πππ₯ : Besar perpindahan panas maksimal (Watt)
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
20. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 10 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
Shell in Shell outTube out
Tube in
21. e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Variasi debit dilakukan pada sisi shell sementara sisi tube dikondisikan konstan.
Debit Tube
(LPM)
Debit Shell
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
6
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
Tube
(kg/s)
Laju
massa
Shell
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta analisis
kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan faktor
yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
22. 1 PRAKTIKUM 6
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Single
Segmental (Baffle Spacing = 10 cm) dengan Variasi Laju Massa di Sisi Tube (Fluida
Panas di Sisi Shell dan Fluida Dingin di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat serta memiliki pemeliharaan yang mudah.
Log Mean Temperature Difference
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
Keterangan:
ππ : Temperatur masuk sisi shell (oC)
ππ : Temperatur keluar sisi shell (oC)
π‘ π : Temperatur masuk sisi tube (oC)
π‘ π : Temperatur keluar sisi tube (oC)
π : Jumlah laluan shell
Untuk Rβ 1, maka:
β= (
1 β π π
1 β π
)
1/π
π =
1ββ
β βπ
23. πΉ =
βπ 2 + 1 Γ lnβ‘(
1 β π
1 β π π
)
( π β 1)β‘lnβ‘[
2 β π(π + 1 β βπ 2 + 1)
2 β π(π + 1 + βπ 2 + 1)
]
Kesetimbangan Energi
Besar energi yang dipindahkan melalui proses perpindahan panas secara umum
dapat dijabarkan melalui persamaan berikut.
π π = πΜ π π π(ππ π
β ππ π
)
πβ = πΜ β π π(πβ π
β πβ π
)
π =
π π + πβ
2
Keterangan:
π π : Besar perpindahan panas aliran fluida dingin (Watt)
πβ : Besar perpindahan panas aliran fluida panas (Watt)
π : Besar perpindahan panas rata-rata (Watt)
ππ π : Temperatur masuk fluida dingin (oC)
ππ π : Temperatur keluar fluida dingin (oC)
πβ π : Temperatur masuk fluida panas (oC)
πβ π : Temperatur keluar fluida panas (oC)
πΜ π : Laju massa fluida dingin (kg/s)
πΜ β : Laju massa fluida panas (kg/s)
Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan panas menunjukkan kemampuan sebuah heat exchanger
untuk mentransfer panas melalui hambatan yang berbeda sesuai dengan properti dari
fluida yang dilalui meliputi temperatur, laju massa, dan geometri dari heat exchanger
tersebut. Nilai koefisien perpindahan panas pada sisi shell dan sisi tube bergantung pada
besar perpindahan panas yang terjadi.
β π =
π π
π΄ π βπ π
βπ =
πβ
π΄π βπ π
Keterangan:
π΄π : Luas area perpindahan panas sisi dalam tube (m2)
π΄ π : Luas area perpindahan panas sisi luar tube (m2)
βπ : Koefisien perpindahan panas sisi tube (w/m2.K)
β π : Koefisien perpindahan panas sisi shell (W/m2.K)
βπ π : Perbedaan temperatur rata-rata (oC)
π΄ π = ππ‘ ππ·π πΏ
π΄π = ππ‘ ππ·π πΏ
π = [
π·π
βπ π·π
+
1
β π
+
π·π ln(π·π π·π
β )
2π
+
π π·π π·π
π·π
+ π π·π ]
β1
Keterangan:
24. π π‘β : Resistansi termal (K/W)
π π·π : Fouling factor sisi tube (m2.K/W)
π π·π : Fouling factor sisi shell (m2.K/W)
π : Konduktivitas material tube (W/m.K)
π : Koefisien perpindahan panas total (W/m2.K)
Efektivitas
Efektivitas heat exchanger, Ξ΅, didefinisikan sebagai rasio antara laju
perpindahan panas aktual, π, dengan laju perpindahan panas maksimal (π πππ₯ ).
π =
π
π πππ₯
π =
π
π πππ₯
=
π π + πβ
2
β
πΆ πππ( πβ,π β π π,π)
Keterangan:
π : Efektivitas
πΆ π : Kapasitas kalor fluida dingin (J/K)
πΆβ : Kapasitas kalor fluida panas (J/K)
π : Besar perpindahan panas aktual (Watt)
π πππ₯ : Besar perpindahan panas maksimal (Watt)
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
25. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 10 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
Shell in Shell outTube out
Tube in
26. e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Variasi debit dilakukan pada sisi tube sementara sisi shell dikondisikan konstan.
Debit Shell
(LPM)
Debit Tube
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
6
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
Shell
(kg/s)
Laju
massa
Tube
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta
analisis kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan
faktor yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
27. 1 PRAKTIKUM 7
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Triple
Segmental dengan Variasi Laju Massa di Sisi Shell (Fluida Dingin di Sisi Shell dan
Fluida Panas di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat, fleksibel, serta pemeliharaan dan perawatan yang
mudah.
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
28. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 10 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
Shell in Shell outTube out
Tube in
29. d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Variasi debit dilakukan pada sisi shell sementara sisi tube dikondisikan konstan.
Debit Tube
(LPM)
Debit Shell
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
6
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
Tube
(kg/s)
Laju
massa
Shell
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta
analisis kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan
faktor yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
5. Bandingkan dan analisis hasil yang diperoleh dengan variasi sebelumnya saat
menggunakan baffle single segemental !
30. 1 PRAKTIKUM 8
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Triple
Segmental dengan Variasi Laju Massa di Sisi Tube (Fluida Panas di Sisi Shell dan
Fluida Dingin di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat, fleksibel, serta pemeliharaan dan perawatan yang
mudah.
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
31. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 10 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
Shell in Shell outTube out
Tube in
32. d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Variasi debit dilakukan pada sisi shell sementara sisi tube dikondisikan konstan.
Debit Shell
(LPM)
Debit Tube
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
6
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
Shell
(kg/s)
Laju
massa
Tube
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta
analisis kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan
faktor yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
5. Bandingkan dan analisis hasil yang diperoleh dengan variasi sebelumnya saat
menggunakan baffle single segemental !
33. 1 PRAKTIKUM 9
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Single
Segmental (Baffle Spacing = 5 cm) dengan Laju Massa Sisi Shell dan Sisi Tube Konstan
(Fluida Dingin di Sisi Shell dan Fluida Panas di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat serta memiliki pemeliharaan yang mudah.
Log Mean Temperature Difference
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
Keterangan:
ππ : Temperatur masuk sisi shell (oC)
ππ : Temperatur keluar sisi shell (oC)
π‘ π : Temperatur masuk sisi tube (oC)
π‘ π : Temperatur keluar sisi tube (oC)
π : Jumlah laluan shell
Untuk Rβ 1, maka:
β= (
1 β π π
1 β π
)
1/π
π =
1ββ
β βπ
34. πΉ =
βπ 2 + 1 Γ lnβ‘(
1 β π
1 β π π
)
( π β 1)β‘lnβ‘[
2 β π(π + 1 β βπ 2 + 1)
2 β π(π + 1 + βπ 2 + 1)
]
Kesetimbangan Energi
Besar energi yang dipindahkan melalui proses perpindahan panas secara umum
dapat dijabarkan melalui persamaan berikut.
π π = πΜ π π π(ππ π
β ππ π
)
πβ = πΜ β π π(πβ π
β πβ π
)
π =
π π + πβ
2
Keterangan:
π π : Besar perpindahan panas aliran fluida dingin (Watt)
πβ : Besar perpindahan panas aliran fluida panas (Watt)
π : Besar perpindahan panas rata-rata (Watt)
ππ π : Temperatur masuk fluida dingin (oC)
ππ π : Temperatur keluar fluida dingin (oC)
πβ π : Temperatur masuk fluida panas (oC)
πβ π : Temperatur keluar fluida panas (oC)
πΜ π : Laju massa fluida dingin (kg/s)
πΜ β : Laju massa fluida panas (kg/s)
Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan panas menunjukkan kemampuan sebuah heat exchanger
untuk mentransfer panas melalui hambatan yang berbeda sesuai dengan properti dari
fluida yang dilalui meliputi temperatur, laju massa, dan geometri dari heat exchanger
tersebut. Nilai koefisien perpindahan panas pada sisi shell dan sisi tube bergantung pada
besar perpindahan panas yang terjadi.
β π =
π π
π΄ π βπ π
βπ =
πβ
π΄π βπ π
Keterangan:
π΄π : Luas area perpindahan panas sisi dalam tube (m2)
π΄ π : Luas area perpindahan panas sisi luar tube (m2)
βπ : Koefisien perpindahan panas sisi tube (w/m2.K)
β π : Koefisien perpindahan panas sisi shell (W/m2.K)
βπ π : Perbedaan temperatur rata-rata (oC)
π΄ π = ππ‘ ππ·π πΏ
π΄π = ππ‘ ππ·π πΏ
π = [
π·π
βπ π·π
+
1
β π
+
π·π ln(π·π π·π
β )
2π
+
π π·π π·π
π·π
+ π π·π ]
β1
Keterangan:
35. π π‘β : Resistansi termal (K/W)
π π·π : Fouling factor sisi tube (m2.K/W)
π π·π : Fouling factor sisi shell (m2.K/W)
π : Konduktivitas material tube (W/m.K)
π : Koefisien perpindahan panas total (W/m2.K)
Efektivitas
Efektivitas heat exchanger, Ξ΅, didefinisikan sebagai rasio antara laju
perpindahan panas aktual, π, dengan laju perpindahan panas maksimal (π πππ₯ ).
π =
π
π πππ₯
π =
π
π πππ₯
=
π π + πβ
2
β
πΆ πππ( πβ,π β π π,π)
Keterangan:
π : Efektivitas
πΆ π : Kapasitas kalor fluida dingin (J/K)
πΆβ : Kapasitas kalor fluida panas (J/K)
π : Besar perpindahan panas aktual (Watt)
π πππ₯ : Besar perpindahan panas maksimal (Watt)
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
36. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 5 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
Shell in Shell outTube out
Tube in
37. f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Fluida panas dan fluida dingin dikondisikan pada laju aliran yang sama.
Debit
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta
analisis kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan
faktor yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
5. Bandingkan dan analisis hasil yang diperoleh dengan variasi sebelumnya saat baffle
spacing 10 cm !
38. 1 PRAKTIKUM 10
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Single
Segmental (Baffle Spacing = 5 cm) dengan Laju Massa Sisi Shell dan Sisi Tube Konstan
(Fluida Panas di Sisi Shell dan Fluida Dingin di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat serta memiliki pemeliharaan yang mudah.
Log Mean Temperature Difference
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
Keterangan:
ππ : Temperatur masuk sisi shell (oC)
ππ : Temperatur keluar sisi shell (oC)
π‘ π : Temperatur masuk sisi tube (oC)
π‘ π : Temperatur keluar sisi tube (oC)
π : Jumlah laluan shell
Untuk Rβ 1, maka:
β= (
1 β π π
1 β π
)
1/π
π =
1ββ
β βπ
39. πΉ =
βπ 2 + 1 Γ lnβ‘(
1 β π
1 β π π
)
( π β 1)β‘lnβ‘[
2 β π(π + 1 β βπ 2 + 1)
2 β π(π + 1 + βπ 2 + 1)
]
Kesetimbangan Energi
Besar energi yang dipindahkan melalui proses perpindahan panas secara umum
dapat dijabarkan melalui persamaan berikut.
π π = πΜ π π π(ππ π
β ππ π
)
πβ = πΜ β π π(πβ π
β πβ π
)
π =
π π + πβ
2
Keterangan:
π π : Besar perpindahan panas aliran fluida dingin (Watt)
πβ : Besar perpindahan panas aliran fluida panas (Watt)
π : Besar perpindahan panas rata-rata (Watt)
ππ π : Temperatur masuk fluida dingin (oC)
ππ π : Temperatur keluar fluida dingin (oC)
πβ π : Temperatur masuk fluida panas (oC)
πβ π : Temperatur keluar fluida panas (oC)
πΜ π : Laju massa fluida dingin (kg/s)
πΜ β : Laju massa fluida panas (kg/s)
Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan panas menunjukkan kemampuan sebuah heat exchanger
untuk mentransfer panas melalui hambatan yang berbeda sesuai dengan properti dari
fluida yang dilalui meliputi temperatur, laju massa, dan geometri dari heat exchanger
tersebut. Nilai koefisien perpindahan panas pada sisi shell dan sisi tube bergantung pada
besar perpindahan panas yang terjadi.
β π =
π π
π΄ π βπ π
βπ =
πβ
π΄π βπ π
Keterangan:
π΄π : Luas area perpindahan panas sisi dalam tube (m2)
π΄ π : Luas area perpindahan panas sisi luar tube (m2)
βπ : Koefisien perpindahan panas sisi tube (w/m2.K)
β π : Koefisien perpindahan panas sisi shell (W/m2.K)
βπ π : Perbedaan temperatur rata-rata (oC)
π΄ π = ππ‘ ππ·π πΏ
π΄π = ππ‘ ππ·π πΏ
π = [
π·π
βπ π·π
+
1
β π
+
π·π ln(π·π π·π
β )
2π
+
π π·π π·π
π·π
+ π π·π ]
β1
Keterangan:
40. π π‘β : Resistansi termal (K/W)
π π·π : Fouling factor sisi tube (m2.K/W)
π π·π : Fouling factor sisi shell (m2.K/W)
π : Konduktivitas material tube (W/m.K)
π : Koefisien perpindahan panas total (W/m2.K)
Efektivitas
Efektivitas heat exchanger, Ξ΅, didefinisikan sebagai rasio antara laju
perpindahan panas aktual, π, dengan laju perpindahan panas maksimal (π πππ₯ ).
π =
π
π πππ₯
π =
π
π πππ₯
=
π π + πβ
2
β
πΆ πππ( πβ,π β π π,π)
Keterangan:
π : Efektivitas
πΆ π : Kapasitas kalor fluida dingin (J/K)
πΆβ : Kapasitas kalor fluida panas (J/K)
π : Besar perpindahan panas aktual (Watt)
π πππ₯ : Besar perpindahan panas maksimal (Watt)
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
41. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 5 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
Shell in Shell outTube out
Tube in
42. f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Fluida panas dan fluida dingin dikondisikan pada laju aliran yang sama.
Debit
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta analisis
kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan faktor
yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
5. Bandingkan dan analisis hasil yang diperoleh dengan variasi sebelumnya saat baffle
spacing 10 cm !
43. 1 PRAKTIKUM 11
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Single
Segmental (Baffle Spacing = 5 cm) dengan Variasi Laju Massa di Sisi Shell (Fluida
Dingin di Sisi Shell dan Fluida Panas di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat serta memiliki pemeliharaan yang mudah.
Log Mean Temperature Difference
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
Keterangan:
ππ : Temperatur masuk sisi shell (oC)
ππ : Temperatur keluar sisi shell (oC)
π‘ π : Temperatur masuk sisi tube (oC)
π‘ π : Temperatur keluar sisi tube (oC)
π : Jumlah laluan shell
Untuk Rβ 1, maka:
β= (
1 β π π
1 β π
)
1/π
π =
1ββ
β βπ
44. πΉ =
βπ 2 + 1 Γ lnβ‘(
1 β π
1 β π π
)
( π β 1)β‘lnβ‘[
2 β π(π + 1 β βπ 2 + 1)
2 β π(π + 1 + βπ 2 + 1)
]
Kesetimbangan Energi
Besar energi yang dipindahkan melalui proses perpindahan panas secara umum
dapat dijabarkan melalui persamaan berikut.
π π = πΜ π π π(ππ π
β ππ π
)
πβ = πΜ β π π(πβ π
β πβ π
)
π =
π π + πβ
2
Keterangan:
π π : Besar perpindahan panas aliran fluida dingin (Watt)
πβ : Besar perpindahan panas aliran fluida panas (Watt)
π : Besar perpindahan panas rata-rata (Watt)
ππ π : Temperatur masuk fluida dingin (oC)
ππ π : Temperatur keluar fluida dingin (oC)
πβ π : Temperatur masuk fluida panas (oC)
πβ π : Temperatur keluar fluida panas (oC)
πΜ π : Laju massa fluida dingin (kg/s)
πΜ β : Laju massa fluida panas (kg/s)
Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan panas menunjukkan kemampuan sebuah heat exchanger
untuk mentransfer panas melalui hambatan yang berbeda sesuai dengan properti dari
fluida yang dilalui meliputi temperatur, laju massa, dan geometri dari heat exchanger
tersebut. Nilai koefisien perpindahan panas pada sisi shell dan sisi tube bergantung pada
besar perpindahan panas yang terjadi.
β π =
π π
π΄ π βπ π
βπ =
πβ
π΄π βπ π
Keterangan:
π΄π : Luas area perpindahan panas sisi dalam tube (m2)
π΄ π : Luas area perpindahan panas sisi luar tube (m2)
βπ : Koefisien perpindahan panas sisi tube (w/m2.K)
β π : Koefisien perpindahan panas sisi shell (W/m2.K)
βπ π : Perbedaan temperatur rata-rata (oC)
π΄ π = ππ‘ ππ·π πΏ
π΄π = ππ‘ ππ·π πΏ
π = [
π·π
βπ π·π
+
1
β π
+
π·π ln(π·π π·π
β )
2π
+
π π·π π·π
π·π
+ π π·π ]
β1
Keterangan:
45. π π‘β : Resistansi termal (K/W)
π π·π : Fouling factor sisi tube (m2.K/W)
π π·π : Fouling factor sisi shell (m2.K/W)
π : Konduktivitas material tube (W/m.K)
π : Koefisien perpindahan panas total (W/m2.K)
Efektivitas
Efektivitas heat exchanger, Ξ΅, didefinisikan sebagai rasio antara laju
perpindahan panas aktual, π, dengan laju perpindahan panas maksimal (π πππ₯ ).
π =
π
π πππ₯
π =
π
π πππ₯
=
π π + πβ
2
β
πΆ πππ( πβ,π β π π,π)
Keterangan:
π : Efektivitas
πΆ π : Kapasitas kalor fluida dingin (J/K)
πΆβ : Kapasitas kalor fluida panas (J/K)
π : Besar perpindahan panas aktual (Watt)
π πππ₯ : Besar perpindahan panas maksimal (Watt)
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
46. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 5 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
a. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
b. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
c. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
d. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
e. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
Shell in Shell outTube out
Tube in
47. f. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
g. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
h. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
i. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
j. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Variasi debit dilakukan pada sisi shell sementara sisi tube dikondisikan konstan.
Debit Tube
(LPM)
Debit Shell
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
6
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
Tube
(kg/s)
Laju
massa
Shell
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta analisis
kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan faktor
yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
5. Bandingkan dan analisis hasil yang diperoleh dengan variasi sebelumnya saat baffle
spacing 10 cm !
48. 1 PRAKTIKUM 12
1.1 Judul Praktikum
Analisis Performa Shell-And-Tube Heat Exchanger dengan Baffle Jenis Single
Segmental (Baffle Spacing = 5 cm) dengan Variasi Laju Massa di Sisi Tube (Fluida
Dingin di Sisi Shell dan Fluida Panas di Sisi Tube)
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
a. Memahami prinsip kerja shell-and-tube heat exchanger.
b. Mengetahui pengaruh laju aliran massa terhadap nilai perpindahan panas, koefisien
perpindahan panas, dan efektivitas.
c. Mengetahui pengaruh jenis baffle terhadap karateristik aliran dan performa shell-
and-tube heat exchanger secara keseluruhan.
1.3 Teori Penunjang
Shell-and-tube heat exchanger merupakan alat penukar kalor yang paling sering
digunakan dalam industri karena mampu beroperasi pada temperatur dan tekanan tinggi.
Shell-and-tube heat exchanger terdiri atas tiga komponen utama, yaitu shell, tube, dan
baffle. Shell dan tube berfungsi sebagai tempat mengalir fluida panas dan fluida dingin,
sementara baffle berfungsi untuk meningkatkan perpindahan panas antarfluida dengan
menghambat aliran dalam shell. Selain itu shell-and-tube heat exchanger memiliki
karakteristik konstruksi yang kuat serta memiliki pemeliharaan yang mudah.
Log Mean Temperature Difference
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
(βπlnβ‘
)ππ =
βπ2 β βπ1
lnβ‘(βπ2 /βπ1 )
βπ π = πΉ(βπππ) ππ
Keterangan:
ππ : Temperatur masuk sisi shell (oC)
ππ : Temperatur keluar sisi shell (oC)
π‘ π : Temperatur masuk sisi tube (oC)
π‘ π : Temperatur keluar sisi tube (oC)
π : Jumlah laluan shell
Untuk Rβ 1, maka:
β= (
1 β π π
1 β π
)
1/π
π =
1ββ
β βπ
49. πΉ =
βπ 2 + 1 Γ lnβ‘(
1 β π
1 β π π
)
( π β 1)β‘lnβ‘[
2 β π(π + 1 β βπ 2 + 1)
2 β π(π + 1 + βπ 2 + 1)
]
Kesetimbangan Energi
Besar energi yang dipindahkan melalui proses perpindahan panas secara umum
dapat dijabarkan melalui persamaan berikut.
π π = πΜ π π π(ππ π
β ππ π
)
πβ = πΜ β π π(πβ π
β πβ π
)
π =
π π + πβ
2
Keterangan:
π π : Besar perpindahan panas aliran fluida dingin (Watt)
πβ : Besar perpindahan panas aliran fluida panas (Watt)
π : Besar perpindahan panas rata-rata (Watt)
ππ π : Temperatur masuk fluida dingin (oC)
ππ π : Temperatur keluar fluida dingin (oC)
πβ π : Temperatur masuk fluida panas (oC)
πβ π : Temperatur keluar fluida panas (oC)
πΜ π : Laju massa fluida dingin (kg/s)
πΜ β : Laju massa fluida panas (kg/s)
Koefisien Perpindahan Panas
Koefisien perpindahan panas menunjukkan kemampuan sebuah heat exchanger
untuk mentransfer panas melalui hambatan yang berbeda sesuai dengan properti dari
fluida yang dilalui meliputi temperatur, laju massa, dan geometri dari heat exchanger
tersebut. Nilai koefisien perpindahan panas pada sisi shell dan sisi tube bergantung pada
besar perpindahan panas yang terjadi.
β π =
π π
π΄ π βπ π
βπ =
πβ
π΄π βπ π
Keterangan:
π΄π : Luas area perpindahan panas sisi dalam tube (m2)
π΄ π : Luas area perpindahan panas sisi luar tube (m2)
βπ : Koefisien perpindahan panas sisi tube (w/m2.K)
β π : Koefisien perpindahan panas sisi shell (W/m2.K)
βπ π : Perbedaan temperatur rata-rata (oC)
π΄ π = ππ‘ ππ·π πΏ
π΄π = ππ‘ ππ·π πΏ
π = [
π·π
βπ π·π
+
1
β π
+
π·π ln(π·π π·π
β )
2π
+
π π·π π·π
π·π
+ π π·π ]
β1
Keterangan:
50. π π‘β : Resistansi termal (K/W)
π π·π : Fouling factor sisi tube (m2.K/W)
π π·π : Fouling factor sisi shell (m2.K/W)
π : Konduktivitas material tube (W/m.K)
π : Koefisien perpindahan panas total (W/m2.K)
Efektivitas
Efektivitas heat exchanger, Ξ΅, didefinisikan sebagai rasio antara laju
perpindahan panas aktual, π, dengan laju perpindahan panas maksimal (π πππ₯ ).
π =
π
π πππ₯
π =
π
π πππ₯
=
π π + πβ
2
β
πΆ πππ( πβ,π β π π,π)
Keterangan:
π : Efektivitas
πΆ π : Kapasitas kalor fluida dingin (J/K)
πΆβ : Kapasitas kalor fluida panas (J/K)
π : Besar perpindahan panas aktual (Watt)
π πππ₯ : Besar perpindahan panas maksimal (Watt)
1.4 Skema
Skema modul shell-and-tube heat exchanger praktikum ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Reservoir Panas
Pompa Air Panas
T
F
Flowmeter 1
Shell-And-Tube Heat Exchanger
Reservoir Dingin
Pompa Air Dingin
T
F
Flowmwter 2
51. Spesifikasi Unit:
Parameter Nilai
Shell ID 16 cm
Panjang tube 50 cm
Panjang header 10 cm
Tube OD 12,7 mm
Tube ID 11,54 mm
Jumlah tube 30
Tebal baffle 2 mm
Jarak antarbaffle 5 cm
Baffle Cut 31,25 %
Konfigurasi tube Staggered 30o
Pitch 25 mm
1.5 Langkah-Langkah Percobaan
k. Menghubungkan kabel power modul dengan stop kontak.
l. Menyalakan sistem dengan memutar switch pada panel.
m. Menyalakan komponen AC untuk mendinginkan fluida dingin hingga temperatur 8o
C.
n. Menyalakan heater dengan menekan tombol pada panel untuk memanaskan fluida
panas hingga temperatur 75o C.
o. Setelah temperatur fluida dingin dan fluida panas sesuai, kemudian pompa dinyalakan
dengan menekan tombol push button pada panel.
Shell in Shell outTube out
Tube in
52. p. Fluida panas akan masuk ke sisi tube, dan fluida dingin masuk ke sisi shell.
q. Pengaturan debit fluida dilakukan dengan memutar valve sedemikian rupa sehingga
didapatkan debit fluida sesuai kebutuhan. Debit fluida dapat diamati pada flowmeter
yang terhubung pada pipa aliran sebelum masuk ke unit heat exchanger.
r. Tunggu selama 3-5 menit agar berlangsung perpindahan panas antarfluida, kemudian
catat temperatur masuk dan keluar dari sisi shell dan sisi tube.
s. Setelah pengambilan data temperatur dan debit selesai, matikan tombol heater dan
pompa pada panel untuk melakukan pengujian dengan variasi debit yang berbeda.
t. Lakukan drain air pada heat exchanger dengan membuka kran yang terdapat pada
bagian bawah unit. Setelah semua fluida terkuras dari heat exchanger barulah bisa
dilakukan pengujian ulang dengan mengulangi langkah ke-3.
1.6 Tabel Data Praktikum
Data praktikum yang diperoleh ditampilkan sesuai dengan tabel di bawah ini.
Variasi debit dilakukan pada sisi shell sementara sisi tube dikondisikan konstan.
Debit Shell
(LPM)
Debit Tube
(LPM)
Laju massa
(kg/s)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
π» π,π
(oC)
F
βTm
(oC)
6
2 29 60
4 29 60
6 29 60
8 29 60
10 29 60
1.7 Tabel Data Percobaan
Sajikan data hasil perhitungan dan pengolahan data seperti pada tabel di bawah
ini.
Laju
massa
Shell
(kg/s)
Laju
massa
Tube
(kg/s)
π» π,π
(o
C)
π» π,π
(o
C)
F
βTm
(o
C)
Qcold
(Watt)
Qhot
(Watt)
hi
(W/m2
.K)
ho
(W/m2
.K)
U
(W/m2
.K)
Q
(Watt)
Qmax
(Watt)
Efektivitas
1.8 Pembahasan
1. Buatlah kurva hubungan laju aliran massa dengan Q, U, dan efektivitas serta
analisis kurva yang terbentuk.
2. Analisis nilai Qcold dan Qhot. Apakah ada perbedaan nilai? Jika ada jelakskan
faktor yang berpengaruh !
3. Bagaimana hubungan antara hi dan ho dengan nilai U, jelaskan !
4. Bagaimana pengaruh laju massa terhadap nilai efektivitas, jelaskan !
5. Bandingkan dan analisis hasil yang diperoleh dengan variasi sebelumnya saat baffle
spacing 10 cm !