Dokumen tersebut membahas penelitian tentang peningkatan minat dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada pelajaran matematika bilangan Romawi dengan menggunakan media Karbilna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media Karbilna, minat belajar siswa meningkat dari 33% menjadi 42% dan hasil belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata kelas meningkat dari 61,82 menjadi 87,27
Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah rendahnya kualitas pendidikan dan prestasi belajar siswa SDN 13 Kusambi pada pelajaran matematika. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar dan pemahaman siswa melalui pendekatan metode inkuiri model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Peneliti melakukan kajian pustaka tentang belajar matematika SD, metode inkuiri, dan hasil penelitian terdah
Teks tersebut membahas tentang pembelajaran matematika di SD, khususnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 4 Katobu pada materi pecahan dan operasinya. Berdasarkan analisis masalah, dipilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan pemahaman siswa. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi tersebut.
Teks tersebut membahas penelitian tentang penerapan metode pembelajaran discovery untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPA siswa kelas V di sebuah SD. Metode ini diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan menemukan konsep-konsep IPA secara mandiri."
Laporan ini membahas perbaikan pembelajaran IPA di SD Negeri 06 Putussibau. Tujuannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami proses tumbuhan hijau membuat makanan sendiri. Perbaikan dilakukan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang terdiri atas 24 orang.
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Operator Warnet Vast Raha
Dokumen tersebut membahas mengenai penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 17 KATOBU dalam mata pelajaran IPS dengan materi Sumber Daya Alam melalui penerapan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru dan meningkatkan kemampuan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa meningkat dengan penggunaan metode demonstrasi.
Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...Operator Warnet Vast Raha
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar bilangan bulat siswa kelas IV SDN 16 Kabawo. Hal ini didasarkan pada rendahnya prestasi hasil belajar siswa yang disebabkan guru yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Model baru diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa.
Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah rendahnya kualitas pendidikan dan prestasi belajar siswa SDN 13 Kusambi pada pelajaran matematika. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar dan pemahaman siswa melalui pendekatan metode inkuiri model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Peneliti melakukan kajian pustaka tentang belajar matematika SD, metode inkuiri, dan hasil penelitian terdah
Teks tersebut membahas tentang pembelajaran matematika di SD, khususnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 4 Katobu pada materi pecahan dan operasinya. Berdasarkan analisis masalah, dipilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan pemahaman siswa. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi tersebut.
Teks tersebut membahas penelitian tentang penerapan metode pembelajaran discovery untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPA siswa kelas V di sebuah SD. Metode ini diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan menemukan konsep-konsep IPA secara mandiri."
Laporan ini membahas perbaikan pembelajaran IPA di SD Negeri 06 Putussibau. Tujuannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami proses tumbuhan hijau membuat makanan sendiri. Perbaikan dilakukan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang terdiri atas 24 orang.
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Operator Warnet Vast Raha
Dokumen tersebut membahas mengenai penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 17 KATOBU dalam mata pelajaran IPS dengan materi Sumber Daya Alam melalui penerapan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru dan meningkatkan kemampuan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa meningkat dengan penggunaan metode demonstrasi.
Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...Operator Warnet Vast Raha
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar bilangan bulat siswa kelas IV SDN 16 Kabawo. Hal ini didasarkan pada rendahnya prestasi hasil belajar siswa yang disebabkan guru yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Model baru diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa.
Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...Operator Warnet Vast Raha
Tulisan ini membahas peningkatan prestasi belajar IPA tentang gaya pada siswa kelas IV SDN 17 KATOBU melalui penerapan metode pembelajaran demonstrasi. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajar yang semula rendah.
Laporan ini membahas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD mengenai sistem pernapasan pada manusia. Peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui 3 siklus dengan menggunakan metode STAD dan alat peraga. Hasilnya, prestasi belajar siswa meningkat dan seluruh siswa mencapai KKM.
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Laporan ini membahas upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD dalam pelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen. Perbaikan dilakukan melalui 2 siklus pelaksanaan dan menunjukkan peningkatan aktivitas siswa dan capaian belajar. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan setelah diterapkannya metode eks
proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...Noer RindHu DicHayank
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Proposal penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD melalui model STAD dengan media video pembelajaran. Penelitian ini akan dilakukan di SDN Kedunglegok 02 Purbalingga dengan subjek siswa kelas IV sebanyak 23 orang. Variabel yang diteliti adalah keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. CTL adalah pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dokumen ini juga membahas karakteristik CTL, landasan filosofis, pengertian keaktifan dan prestasi belajar
Laporan ini membahas upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 10 Lohia tentang materi energi dan penggunaannya melalui metode demonstrasi. Berdasarkan hasil observasi awal, hanya 10 dari 30 siswa yang mampu menguasai materi tersebut. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa. Hasilnya menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang mamp
Teks tersebut merupakan bagian pendahuluan dari suatu penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keberanian berpendapat siswa melalui model pembelajaran STAD pada mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Bumiayu. Pendahuluan tersebut menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian."
Proposal penelitian tindakan kelas ini membahas tentang penerapan pendekatan contextual teaching and learning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Kota Dalam. Tujuannya adalah meningkatkan aktivitas siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar siswa tentang perubahan sifat benda. Penelitian akan dilakukan dalam dua siklus dengan menggunakan metode observasi, tes, dan wawancara.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menguji model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD tentang materi keputusan bersama.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk teori kepribadian dan terapi psikoanalitik ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar bahwa klinisi menangani patologi. Pendekatan psikoanalisis juga dikenal dengan istilah psikodinamik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan-pendekatan psianalisis atau psikodinamik menganggap bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi, mekanisme defensive), yang mengganggu penyesuaian diri.
Pikoanalisis merupakan sebuah metode yang sangat berpengaruh mengobati gangguan mental, dibentuk oleh teori psikoanalitik, yang menekankan proses mental bawah sadar dan kadang-kadang digambarkan sebagai "psikologi mendalam."
Gerakan psikoanalitik berasal dari pengamatan klinis dan formulasi dari psikiater Austria yang bernama Sigmund Freud, yang menciptakan istilah itu selama 1890-an, Freud dikaitkan dengan yang lain Wina, Josef Breuer, dalam studi pasien neurotik bawah hipnosist. Freud dan Breuer mengamati bahwa, ketika sumber ide pasien dan impuls dibawa ke dalam kesadaran selama kondisi hipnosis, pasien menunjukkan perbaikan.
Norman D. Sundberg dkk (2007:190) Bagaimana Freud memikirkan tentang masalah psikologis? Hal ini dapat dilihat dari ilustrasi pemikiran awal Freud-Katharina disebuah buku terbitan 1895, Studies on Hysteria (Breuer dan Freud, hal. 125-134).Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dengan model Psycoanalytical?
2. Bangaimanakah pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis?
3. Sebutkan dan jelaskan struktur kepribadian ?
4. Bangaimanakah dinamika kepribadian ?
5. Bangaimanakah perkembangan kepribadian?
6. Bangaimanakah proses terapi dalam psikoanalitik?
7. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik dalam psikoanalitik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pegertian dari model Psycoanalytical.
2. Untuk mengetahui bangaimana pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis.
3. Untuk mengetahui struktur kepribadian .
4. Untuk mengetahui bangaimana dinamika kepribadian .
5. Untuk mengetahui bangaimana perkembangan kepribadian.
6. Untuk mengetahui bangaimana proses terapi dalam psikoanalitik.
7. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam psikoanalitik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Psycoanalytical merupakan model yang pertama yang ditemukan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan
Pembelajaran membaca dengan pertanyaan isi bacaan untuk meningkatkan ketrampilan membaca siswa kelas V SD. Tujuannya meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan menggunakan teknik pertanyaan isi bacaan. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan kemampuan membaca siswa setelah diberikan treatment pembelajaran membaca menggunakan pertanyaan isi bacaan.
bagian depan skripsi dian hartanti un pgri kediriDhiian Vankoohe
Buku skripsi ini membahas analisis kesesuaian buku teks tematik terpadu kelas IV tema 9 makananku sehat dan bergizi pada kompetensi dasar kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian buku teks tersebut dengan kompetensi dasar mata pelajaran IPA, IPS, matematika, bahasa Indonesia, dan PPKn kurikulum 2013. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...Operator Warnet Vast Raha
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya penerapan pendekatan PAKEM dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan keaktifan siswa. Pendekatan ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa dan meningkatkan hasil belajar mereka.
Pkp meningkatan hasil belajar matematika pada materi pokok menghitung kelilin...Operator Warnet Vast Raha
Laporan ini membahas upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 13 Tikep Kecamatan Tikep Kabupaten Muna pada materi menghitung keliling bangun datar dengan menggunakan metode ceramah plus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah metode ceramah plus dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Meningkatnya prestasi belajar ipa tentang gaya melalui penerapan metode pembe...Operator Warnet Vast Raha
Tulisan ini membahas peningkatan prestasi belajar IPA tentang gaya pada siswa kelas IV SDN 17 KATOBU melalui penerapan metode pembelajaran demonstrasi. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajar yang semula rendah.
Laporan ini membahas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD mengenai sistem pernapasan pada manusia. Peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui 3 siklus dengan menggunakan metode STAD dan alat peraga. Hasilnya, prestasi belajar siswa meningkat dan seluruh siswa mencapai KKM.
Berikut ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat:
Laporan ini membahas upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD dalam pelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen. Perbaikan dilakukan melalui 2 siklus pelaksanaan dan menunjukkan peningkatan aktivitas siswa dan capaian belajar. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan setelah diterapkannya metode eks
proposal Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model STAD dengan Medi...Noer RindHu DicHayank
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Proposal penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD melalui model STAD dengan media video pembelajaran. Penelitian ini akan dilakukan di SDN Kedunglegok 02 Purbalingga dengan subjek siswa kelas IV sebanyak 23 orang. Variabel yang diteliti adalah keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. CTL adalah pendekatan pembelajaran yang menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dokumen ini juga membahas karakteristik CTL, landasan filosofis, pengertian keaktifan dan prestasi belajar
Laporan ini membahas upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 10 Lohia tentang materi energi dan penggunaannya melalui metode demonstrasi. Berdasarkan hasil observasi awal, hanya 10 dari 30 siswa yang mampu menguasai materi tersebut. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa. Hasilnya menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang mamp
Teks tersebut merupakan bagian pendahuluan dari suatu penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keberanian berpendapat siswa melalui model pembelajaran STAD pada mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Bumiayu. Pendahuluan tersebut menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian."
Proposal penelitian tindakan kelas ini membahas tentang penerapan pendekatan contextual teaching and learning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Kota Dalam. Tujuannya adalah meningkatkan aktivitas siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar siswa tentang perubahan sifat benda. Penelitian akan dilakukan dalam dua siklus dengan menggunakan metode observasi, tes, dan wawancara.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menguji model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD tentang materi keputusan bersama.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk teori kepribadian dan terapi psikoanalitik ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar bahwa klinisi menangani patologi. Pendekatan psikoanalisis juga dikenal dengan istilah psikodinamik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan-pendekatan psianalisis atau psikodinamik menganggap bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi, mekanisme defensive), yang mengganggu penyesuaian diri.
Pikoanalisis merupakan sebuah metode yang sangat berpengaruh mengobati gangguan mental, dibentuk oleh teori psikoanalitik, yang menekankan proses mental bawah sadar dan kadang-kadang digambarkan sebagai "psikologi mendalam."
Gerakan psikoanalitik berasal dari pengamatan klinis dan formulasi dari psikiater Austria yang bernama Sigmund Freud, yang menciptakan istilah itu selama 1890-an, Freud dikaitkan dengan yang lain Wina, Josef Breuer, dalam studi pasien neurotik bawah hipnosist. Freud dan Breuer mengamati bahwa, ketika sumber ide pasien dan impuls dibawa ke dalam kesadaran selama kondisi hipnosis, pasien menunjukkan perbaikan.
Norman D. Sundberg dkk (2007:190) Bagaimana Freud memikirkan tentang masalah psikologis? Hal ini dapat dilihat dari ilustrasi pemikiran awal Freud-Katharina disebuah buku terbitan 1895, Studies on Hysteria (Breuer dan Freud, hal. 125-134).Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dengan model Psycoanalytical?
2. Bangaimanakah pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis?
3. Sebutkan dan jelaskan struktur kepribadian ?
4. Bangaimanakah dinamika kepribadian ?
5. Bangaimanakah perkembangan kepribadian?
6. Bangaimanakah proses terapi dalam psikoanalitik?
7. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik dalam psikoanalitik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pegertian dari model Psycoanalytical.
2. Untuk mengetahui bangaimana pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis.
3. Untuk mengetahui struktur kepribadian .
4. Untuk mengetahui bangaimana dinamika kepribadian .
5. Untuk mengetahui bangaimana perkembangan kepribadian.
6. Untuk mengetahui bangaimana proses terapi dalam psikoanalitik.
7. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam psikoanalitik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Psycoanalytical merupakan model yang pertama yang ditemukan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan
Pembelajaran membaca dengan pertanyaan isi bacaan untuk meningkatkan ketrampilan membaca siswa kelas V SD. Tujuannya meningkatkan kemampuan membaca siswa dengan menggunakan teknik pertanyaan isi bacaan. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan kemampuan membaca siswa setelah diberikan treatment pembelajaran membaca menggunakan pertanyaan isi bacaan.
bagian depan skripsi dian hartanti un pgri kediriDhiian Vankoohe
Buku skripsi ini membahas analisis kesesuaian buku teks tematik terpadu kelas IV tema 9 makananku sehat dan bergizi pada kompetensi dasar kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian buku teks tersebut dengan kompetensi dasar mata pelajaran IPA, IPS, matematika, bahasa Indonesia, dan PPKn kurikulum 2013. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...Operator Warnet Vast Raha
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya penerapan pendekatan PAKEM dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan keaktifan siswa. Pendekatan ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa dan meningkatkan hasil belajar mereka.
Pkp meningkatan hasil belajar matematika pada materi pokok menghitung kelilin...Operator Warnet Vast Raha
Laporan ini membahas upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 13 Tikep Kecamatan Tikep Kabupaten Muna pada materi menghitung keliling bangun datar dengan menggunakan metode ceramah plus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah metode ceramah plus dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dokumen ini menjelaskan tentang sistem bilangan Romawi dan aturannya. Bilangan Romawi terdiri dari huruf I, V, X, L, C, D, M yang mewakili angka 1, 5, 10, 50, 100, 500, dan 1000. Bilangan Romawi hanya boleh ditulis secara berturut-turut maksimal tiga kali dan huruf yang berada di sebelah kiri menandakan pengurangan bilangan. Contoh penulisan bilangan Romawi 289 adalah CCLXXXIX.
Dokumen ini menjelaskan tentang bilangan Romawi dan aturannya. Bilangan Romawi terdiri dari huruf I, V, X, L, C, D, M yang mewakili angka 1, 5, 10, 50, 100, 500, 1000. Bilangan Romawi hanya boleh ditulis secara berturut-turut maksimal tiga kali dan pengurangan dilakukan dengan menempatkan angka di sebelah kiri angka yang lebih besar. Contoh penulisan bilangan Romawi 289 adalah CCLXXX
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN 10 Lohia tentang materi sifat-sifat bangun datar melalui penggunaan alat peraga. Hasil belajar siswa yang rendah pada materi tersebut menjadi fokus perbaikan dengan mengembangkan pembelajaran yang menggunakan alat bantu visual.
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah dan perkembangan bilangan, mulai dari konsep awal bilangan hingga sistem bilangan modern. Ia menjelaskan bahwa bilangan awalnya hanya digunakan untuk hitungan sederhana, kemudian berkembang menjadi sistem bilangan dengan basis tertentu seperti basis 10, 20, 60. Dokumen juga menyebutkan tokoh-tokoh penting dalam sejarah bilangan seperti Pythagoras, Al-Kashi, Fermat.
[Ringkasan]
Silabus pembelajaran mata pelajaran matematika kelas IV semester II ini membahas 6 kompetensi dasar yang mencakup materi bilangan bulat, operasi hitung bilangan, pecahan, lambang bilangan romawi, dengan alokasi waktu total 24 jam pelajaran. Pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan tugas, dengan penilaian berupa laporan pekerjaan siswa. Karakter yang diharapkan adalah disiplin, hormat, tekun dan tanggung jawab.
Ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat adalah:
1. Dokumen tersebut membahas perbaikan pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan di kelas 3 SD dengan menggunakan alat peraga.
2. Perbaikan dilakukan dalam 2 siklus dengan merencanakan, pelaksanaan, dan refleksi setiap siklusnya.
3. Hasil refleksi menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan minat
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisYadi Pura
Dokumen tersebut membahas tentang kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran matematika. Terdapat pengertian berpikir kritis sebagai kemampuan menggunakan logika untuk membuat, menganalisis, mengevaluasi, dan mengambil keputusan, sedangkan berpikir kreatif adalah kegiatan membangun ide atau gagasan baru. Contoh soal berpikir kritis dan kreatif matematika untuk siswa SMP dan SMA
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang peningkatan hasil belajar siswa SD dalam memahami materi pecahan dan urutannya dengan menggunakan media pita transparansi. Peneliti menemukan bahwa guru sebelumnya tidak menggunakan media dalam pengajaran, sehingga siswa kesulitan memahami konsep pecahan. Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas guru dan siswa serta hasil bel
Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Alian dalam pelajaran matematika. Minat belajar siswa meningkat dari 69,95% menjadi 84,95% dan rata-rata nilai ujian siswa meningkat dari 55,03 menjadi 78,55 setelah menerapkan metode pembelajaran berbasis masalah.
Proposal ini membahas rencana penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika materi himpunan siswa kelas VII MTs Negeri Lebaksiu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa yang semula rendah.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara minat belajar matematika dan prestasi belajar matematika siswa SMA Negeri 4 Takengon. Hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan positif antara minat belajar matematika dan prestasi belajar matematika. Metode penelitian menggunakan skala minat belajar dan nilai rata-rata matematika untuk mengukur variabel, serta analisis korelasi produk moment untuk menganalisis hubungan k
Teks tersebut merupakan karya tulis ilmiah yang membahas upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 17 Katoobu dalam mata pelajaran IPS dengan materi sumber daya alam dan kegiatan ekonomi melalui metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dan kemampuan siswa.
Teks tersebut merupakan karya tulis ilmiah yang membahas upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 17 Katoobu dalam mata pelajaran IPS dengan materi sumber daya alam dan kegiatan ekonomi melalui metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dan kemampuan siswa.
Teks tersebut merupakan karya tulis ilmiah yang membahas upaya meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN 17 Katoobu dalam mata pelajaran IPS dengan materi sumber daya alam dan kegiatan ekonomi melalui metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dan kemampuan siswa.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang permasalahan rendahnya hasil belajar siswa SDN Suruh dalam mata pelajaran matematika khususnya operasi hitung bilangan bulat.
2. Peneliti mengusulkan penggunaan metode pembelajaran PQ4R untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan
Dokumen tersebut merupakan karya tulis ilmiah yang membahas perbaikan pembelajaran matematika khususnya bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas IV SD. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bilangan bulat."
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaM Wahyudi Haidar
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP REAKSI REDUKSI OKSIDASI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA REDOKS DI KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Ciapus 02 Bogor. Metode yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan memberikan perlakuan model pembelajaran discovery learning pada satu kelas dan model konvensional pada kelas lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan penerapan model discovery learning terhadap peningkatan
1. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Dasar-Dasar Perbankan melalui model Problem Based Learning.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang diajar dengan Problem Based Learning lebih tinggi dari kelas kontrol yang diajar secara konvensional.
3. Disarankan agar guru akuntansi menggunakan metode Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar s
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang penerapan metode pembelajaran Think-Pair-Share untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP 1 Swadhipa Natar pada mata pelajaran biologi. 2. Beberapa masalah yang diidentifikasi adalah metode pembelajaran yang digunakan guru yang masih berpusat pada guru dan kurangnya keaktifan siswa. 3. Tujuan penelitian ini adal
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
1. 1
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI BILANGAN ROMAWI MENGGUNAKAN
MEDIA KARBILNA PADA SISWA KELAS IV SDN BATOK 01
KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Mohamad Ridwan1
Abstrak
Pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang
Kabupaten Madiun pada materi bilangan romawi selama ini masih berpusat pada guru., belum
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik maupun
karakteristik mata pelajaran yang disampaikan. Selain itu, faktor dari kinerja guru yang belum
maksimal dan kurangnya keterlibatan serta aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
mengakibatkan minat dan hasil belajar siswa yang belum sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa menggunakan media KARBILNA yaitu berupa Kartu Bilangan Warna pada materi
bilangan romawi yang diajarkan di dalam kelas. Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran
selama dua siklus dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi pada setiap
siklusnya, minat dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I, minat belajar
siswa sebesar 33% meningkat pada siklus II menjadi 42%. Tingkat keberhasilan belajar siswa
dilihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I meningkat dari 61,82(62%) menjadi 67,64 (68%).
Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 87,27 (87%). Dengan
menggunakan media KARBILNA dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika
materi bilangan rimawi pada siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten
Madiun Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
Kata Kunci: Matematika, Minat dan Hasil Belajar Siswa, Media Belajar Karbilna
PENDAHULUAN
Kinerja guru dan aktifitas siswa dalam keterlibatnnya pada saat proses pembelajaran
berlangsung di dalam kelas, memiliki dampak pada minat dan hasil belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Kinerja guru dan aktifitas siswa serta minat belajar siswa yang
tinggi akan mempunyai dampak pada ketuntasan hasil belajar siswa yang sesuai dengan
KKM yang ditetapkan. Sebaliknya, jika kinerja guru dan aktifitas siswa serta minat siswa
dalam proses pembelajaran kurang maka hasil belajar siswapun tidak optimal dan proses
pembelajaran tidak tuntas. Keadaan nyata yang tejadi di lapangan membuktikan bahwa
kinerja guru, aktifitas dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, serta minat yang
kurang mengakibatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran
matematika materi bilangan romawi tidak tuntas. Jika merujuk pada Undang-undang nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 20 bahwa pembelajaran
1 Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Terbuka, NIM 824363388, Email: ridwan.poerbo.sapoetro@gmail.com
2. 2
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar, maka hal ini belum secara keseluruhan terwujud dalam kegiatan KBM
yang ada khususnya pada siswa kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran matematika
materi biolangan romawi.
Dari hasil tes individu pada saat ulangan harian materi bilangan romawi tersebut, nilai
rata-rata siswa masih dibawah KKM yang ditetapkan yaitu nilai 70 yaitu sebesar 61,82.
Dari 11 siswa yang ada pada kelas IV diketahui sebanyak 3 siswa (27%) tuntas dalam
pembelajaran, sebaliknya sebanyak 8 anak (73%0 tidak tuntas dan masih dibawah KKM
yang ditetapkan. Ketidaktuntasan hasil belajar tersebut setelah dilakukan refleksi,
diakibatkan karena minat belajar siswa rendah, tidak menggunakan media belajar, model
pembelajaran yang monoton dan bersifat konvensional dalam hal ini guru sebagai pusat
pembelajaran serta kinerja guru yang asal mengajar dan aktifitas siswa dalam
keterlibatannya pada proses pembelajaran masih kurang. Dengan kondisi demikian maka,
pada perbaikan pembelajatan yang dilakukan selama 2 siklus, pembelajaran matematika
pada materi bilangan romawi siswa kelas IV digunakan media KARBILNA untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Fokus penelitian pada minat dan hasil belajar
siswa serta meningktkan faktor pendukunya seperti kinerja guru dan aktifitas siswa.
Karbilna singkatan dari Kartu Bilangan Warna yaitu berupa potongan kartu berwarna
pasangan yang terdiri dari angka romawi dan angka asli. Dengan cara memasangkan sesuai
dengan warnanya dan penggunaannya dengan cara bermain maka diharapkan minat dan
hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah 1) Apakah dengan media KARBILNA dapat
meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada pelajaran matemetika
bilangan romawi?, 2) Apakah dengan media belajar KARBILNA dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 pada pelajaran matemetika bilangan romawi? . Tujuan
dari penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran
didalam kelas, mendiskripsikan dan menganalisa minat dan hasil belajar siswa pada
pelajaran matemtika bilangan romawi, meningkatkan minat belajar serta hasil belajar siswa
kelas IV SDN Batok 01 pada mata pelajaran matematika materi bilangan romawi dari nilai
rata-rata kelas 61,82 menjadi nilai sesuai dengan KKM atau lebih besar dari KKM yang
ditentukan yaitu 70 dengan menggunakan media Karbilna. Adapun manfaat dari penelitian
ini bagi siswa untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, minat belajar
siswa dan hasil belajar siswa. Bagi guru sebagai tolak ukur dalam peningkatan kinerjanya
3. 3
sebagai pendidik, meningkatkan profesionalitas, dan sebagai acuan dalam penelitian
selanjutnya. Bagi sekolah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan yang ada, dan
sebagai referensi bagi guru lain dalam melaksanakan penelitian.
KAJIAN PUSTAKA
Minat Belajar
Adanya suatu kemauan atau minat pada diri seorang siswa, akan membantu
tercapainya sebuah tujuan yang diharapkan. Begitu juga dengan minat belajar yang ada
pada diri siswa atau peserta didik. Tanpa adanya minat, maka sebaliknya sesuatu yang
diharapkan itu tidak akan tercapai dengan hasil yang baik. Minat belajar siswa merupakan
faktor internal dari diri siswa sendiri. Karena dengan adanya minat, maka kemauan dan
keinginan untuk belajar pun ada. Sehingga dengan mengikuti suatu proses pembelajaran
yang diiringi dengan minat tinggi, maka hasil belajar juga akan mendapatkan hasil yang
optimal.
Seperti yang diungkapkan oleh Soediyanto, (dikuitp oleh Pramono Tukimin;
2001), menyebutkan bahwa minat adalah suatu keinginan atau keadaan dimana seseorang
menaruh perhatian pada seseuatu dan disertai hasrat untuk mengetahu, memperlajari dan
membuktikannya. Lebih lanjut Slameto dalam Anik Pujiati dan Nurhayati ( 2012),
menyatakan bahwa minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan kata lain, minat merupakan suatu rasa
lebih senang dalam diri seseorang dalam memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
objek tertentu. Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa minat
belajar adalah suatu keinginan atau kemauan seorang siswa untuk melakukan kegiatan
belajar. Jika siswa mempunyai minat belajar yang tinggi maka secara tidak langsung
membawa pengaruh pada nilai hasil belajar siswa.
Terkait dengan penelitian yang dilaksanakan selaam dua siklus pada proses
pembelajaran matematika materi bilangan romawi pada siswa kelas IV SDN Batok 01
Kecamatan Gemarang KabupatenMadiun Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014, maka
minat belajar siswa diteliti dan diamati berdasarkan hasil angket yang telah dibagikan
kepada siswa. Dengan berbagai pernyataan positif dan negatif, maka dapat diketahui sejauh
mana minat siswa tersebut dalam mengikuti proses pebelajaran matematika materi bilangan
romawi menggunakan media belajar berupa Karbilna dengan hasil skor yang diperoleh dari
pengisian angket tersebut.
Hasil Belajar
4. 4
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada penelitian ini yang menjadi
fokus perbaikan adalah minat dan hasil belajar siswa. Adanya minat belajar siswa yang
tinggi maka hasil beajar siswapun juga akan meningkat. Hasil belajar diperoleh pada saat
siswa mengikuti proses pembelajaran atau telah menerima materi pelajaran kemudian
diadakan suatu tes atau evaluasi baik secara kelompok maupun invidu berupa tes tulis atau
tes non tulis. Tes tulis bisa diberikan berupa kumulan soal-soal yang terkait dengan materi
pelajaran, sedangkan tes non tulis dapat berupa pertanyaan lisan dari guru ataupun
pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tersebut dalam mengikuti atau menerima
materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.
Hasil belajar berhubungan juga dengan penguasaan materi yang harus dimiliki
oleh siswa maupun guru sebagai seorang pengajar dan pelaku proses pembelajaran di dalam
kelas. Karena tanpa penguasaan materi yang baik, tentunya hasil belajar akan tidak
memuaskan. Menurut Dimyati dan Mudjiono ( 1999), hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesikannya bahan pelajaran.
Oemar Hamalik dalam Isriyanto ( 2010 ), hasil belajar adalah bila seseorang telah
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Belajar dan mengajar merupakan
konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bellajar merujuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi
interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja
harus bisa mendapatkan hasil dan bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya
intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima
perlakukan dari pengajar (guru),
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil penilaian guru terhadap siswa setelah siswa menjalani berbagai uji
kompetensi terkait hasil pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan hasil
5. 5
belajar siswa bisa berupa instrumen tes tulis baik kelompok maupun individu, tes lisan,
observasi dan sebagainya. Dalam penelitian perbaikan pembelajatan ini, maka hasil belajar
siswa didasarkan pada perolehan penilaian atau skor akhir dari tes tertulis yang diberikan
oleh peneliti atau guru setelah menyampaikan materi pembelajaran matematika materi
bilangan romawi.
Karakteristik Matematika
Pelajaran matematika oleh sebagian siswa masih dianggap sebagai mata pelajaran
yang menyulitkan dan menakutkan. Banyak hasil belajar setelahnya mendapatkan hasil
yang belum memuaskan. Dari nilai evaluasi yang masih dibawah KKM, minat belajar yang
kurang, atau kurang pahamnya siswa terhadap materi yang disampaikan. Jika dilihat dari
sudut pandang mata pelajaran matemtika sendiri, maka mata pelajaran matematika
sebenarnya merupakan mata pelajaran yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari –
hari. Namun kenyataanya banyak orang yang tidak menyadari bahkan para peserta didik
seklipun. Siswa atau peserta didik terpaku pada rumus atau simbol – simbol yang bersifat
abstrak. Yang membutuhkan penjelasan dan contoh yang konkret sehingga mudah diterima
dan dipahami oleh siswa atau peserta didik. Oleh sebab itu maka mata pelajaran matemtika
mempunyai karakteritik atau ciri khusus yang membedakan antara mata pelajaran
matemtika dan mata pelajaran lainnya.
Musetyo (2013) menyatakan bahwa matematika mempunyai ciri – ciri yaitu a)
abstrak, b) dedukif, c) konsisten, d) hierarkis dan d) logis. Lebih jauh Sumardyono (2004)
menyebutkan bahwa matemtika mempunyai karakteristik sebagai a) memiliki kajian objek
yang abstrak, b) bertumpu pada kesepakatan, c) berpola pikir deduktif, d) konsisten dalam
sistemnya, e) memiliki simbol yang kosong dari arti, f) memperhatikan semesta
pembicaraan. Dengan demikian maka matematika dapat disimpulkan sebagai mata
pelajaran yang bersifat abstrak, konsisten, deduktif, konsiten dan memiliki simbol – sombol
dari arti. Sehingga pada pembelajaran matemtika khususnya di jenjang sekolah dasar
memerlukan sebuah strategi dan model pembelajaran yang mudah diserap dan dipahami
oleh peserta didik
Mengenal Bilangan Romawi
Bilangan romawi terdiri dari 7 angka dasar bilangan romawi yaitu terdiri dari huruf
alphabet I, V, X, L, C, D, dan M. Masing – masing simbol tersebut memiliki arti simbol
numerik yaitu 1, 5, 10, 50, 100, 500 dan 1.000. Bilangan romawi saat ini sering dipakai.
Misalnya pada tulisan Abad XXI artinya jika dibaca adalah abad ke 21. Banyak sekali
6. 6
angka – angka romawi, namun pada umumnya yang digunakan untuk pembelajaran di
sekolah dasar adalah 7 buah angka dasar romawi sperti yang diuraikan diatas. Seperti
peneliti kutip dari http://www.bimbingan.org/sejarah-tentang-angka-romawi.htm (diakses
pada tanggal 31 maret 2014) disebutkan bahwa sejarah tentang angka romawi tidak lepas
dari peradaban romawi itu sendiri. Awal penggunaan angka tersebut dari bangsa Etruscan.
Lebih lanjut, Sumardyono (2013) menyatakan bahwa sistem angka romawi tidak mengenal
angka nol dan tidak menggunakan nilai tempat. Oleh sebab itu maka, guru herus benar –
benar memanfaatkan media belajar alat peraga dengan baik dan sesuai dengan materi yang
disampaikan. Sehingga siswa dengan mudah untuk menerima penjelasan guru. Selain itu
guru juga harus bisa menguasai materi sebelum disampaikan kepada siswa.
Menyatakan Bilangan Cacah ke Bilangan Romawi atau Sebaliknya
Dalam pembelajaran angka romawi di kelas 4 sekolah dasar seperti yang sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetsni dasar serta indikatornya maka bilangan romawi
disampaikan dengan menyatakan bilangan cacah ke bilangan romawi atau sebaliknya.
Selain itu siswa kelas IV SD diharapkan dapat mengapilkasikannya dalam kehidupan sehari
– hari. Aturan – aturan yang berlaku dalam menyatakan bilangan asli ke romawi dan
sebaliknya yaitu dengan tiga aturan yang berlaku, yaitu a) aturan penjumlahan, b) aturan
Pengurangan, dan c) aturan Gabungan.
Aturan penjumlahan, yaitu angka romawi tidak boleh berjajar maksimal 3 angka
yang sama. Contoh 30, maka bilangan asli tersebut dijabarkan dari bilangan dasar yaitu 10
+ 10 + 10 = X + X + X = XXX. Sebaliknya untuk aturan pengurangan pada bilangan
romawi berlaku , jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil terletak di kiri, maka
lambang-lambang Romawi tersebut dikurangkan. Pengurangan paling banyak satu angka.
Contoh : 69, maka angka tersebut dijabarkan terlebih dulu menjadi 50 + 10 + 9. 50 = L, 10
= X dan 9 berasal dari 10 – 1 = X – I. Maka di bilangan romawi menjadi LXIX. Kemudian
untuk aturan gabungan dalam bilangan romawi terdiri dari 2 aturan, yaitu penjumlahan dan
pengurangan. Didahuukan untuk bilangan romawi yang besar kemudian dijumlahkan
dengan gabungan bilangan pengurangan. Contoh :
MCMXCVII = M + ( M – C ) + ( C – X ) + V + I + I
= 1000 + ( 1000 – 100 ) + ( 100 – 10 ) + 5 + 1 + 1
= 1000 + 900 + 90 + 5 + 1 + 1
= 1997
Media Belajar / Media Pembelajaran
7. 7
Pengertian Media Belajar
Media belajar sangat diperlukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membantu
menyampaikan sebuah materi pelajaran. Oleh karena pemilihan media belajar yang sesuai
dengan materi belajar dan karakteritik peserta didik sangat diperhatikan. Sehingga tidak
terjadi kesalahan dan kesulitan dalam menggunakannya. Dalam penggunaan media belajar
dapat digunakan berbagai alat peraga sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang ingin
disampaikan. Media belajar dapat berupa buku teks pelajaran, alat peraga, atau audio visual.
Tergantung bagaima guru memilih dan menerapkan media tersebut untuk pembelajaran di
dalam kelas. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang diartikan sebagai
semua benda (dapat berupa manusia, objek atau benda mati) sebagai perantara di mana
digunakan dalam proses pembelajaran (Sitanggang, 2013:4).
Lebih lanjut Sukayati dan Suhajana (2009) menyatakan bahwa media pembelajaran
diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran.
Berdasar fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Dalam penyampaian
suatu mata pelajaran di kelas, masih banyak para yang tidak menggunakan alat perga
sebagai media pembelajaran. Masih banyak juga para guru yang menggunakan pengelolaan
kelas secara klasikal. Artinya, semua siswa diperlakukan sama untuk menerima materi
pembelajaran. Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, maka media pembelajaran
atau media belajar adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk guru dalam
memyampaikan sebuah materi pelajaran agar siswa atau peserta didik mampu menerima
serta tercapai tujuan pembelajaran yang disampaikan.
Media Belajar Karbilna
Alat peraga ini merupakan salah satu alat peraga matematika yang dikembangkan
dari kartu bilangan. Penggunaan alat peraga kartu bilangan pada mata pelajaran matematika
sangat efektif. Karbilna ini mudah dibuat dan didesain sesuai dengan kebutuhan guru untuk
mengajar. Selain itu karbilna membantu mengingat dan menghafal bilangan romawi dengan
mudah dan dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Tidak memerlukan waktu
banyak dalam menyusunnya. Kartu Bilangan Warna atau peneliti menyebutnya dengan
Karbilna, merupakan sebuah alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan materi
pokok bilangan romawi pada mata peajaran matemtika untuk siswa kelas IV SDN Batok 01
Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun semester II tahun pelajaran 2013/2014.
Untuk langkah – langkah membuat 1 set Karbilna adalah sebagai berikut:
1. Siapkan potongan kertas berwarna ukuran 8 x 5 cm. Setiap warna terdiri 8 potongan.
8. 8
2. Warna bisa disesuaikan dengan kebutuhan, misal merah, kuning, hijau, biru, abu – abu,
putih, orange.
3. Setiap warna mewakili bilangan dasar romawi dan bilangan aslinya.
4. Kemudian setiap warna dibagi menjadi 8 bagian, masing – masing 4 bagian untuk
bilangan aslinya dan 4 bagian untuk bilangan romawi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jumlah kartu untuk setiap siswa pada tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah Kartu Setiap Siswa
No Warna
Bilangan Jumlah
Romawi Asli kartu
1 Coklat I 1 8
2 Abu-abu V 5 8
3 Violet/Ungu X 10 8
4 Kuning L 50 8
5 Merah C 100 8
6 Hijau D 500 8
7 Biru muda M 1000 8
JUMLAH KARTU 56
Gambar 1. Contoh Karbila
Adapun langkah-langlah dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika
dengan menggunakan media Karbilna ini adalah :
1. Membagi kelas dalam beberapa kelompok, 3 – 5 kelompok. Satu kelompok 4 – 5
siswa.
2. Guru menjelaskan terlebih dahulu konsep bilangan romawi dengan mengenalkan dasar
bilangan romawi serta aturan – aturan yang berlaku.
3. Guru membagikan Karbilna yang telah dipisahkan antara bilangan romawi dengan
bilangan aslinya.
4. Guru memberikan contoh bilangan romawi.
5. Guru meminta siswa untuk mengubah ke bilangan asli dari bilangan romawi tersebut.
9. 9
6. Dengan menggunakan Karbilna, guru melibatkan siswa untuk mencari bilangan
romawi dalam kartu.
7. Kemudian siswa diminta menyusun angka romawi yang sudah terdapat di Karbilna
seperti yang dituliskan oleh guru.
8. Siswa diminta untuk mencari kartu bilangan asli dengan memperhatikan warna yang
sama dengan kartu bilangan romawi.
9. Dari susunan kartu bilangan asli tersebut, guru meminta siswa untuk menjumlahkan
atau mengurangi sesuai dengan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan.
10. Dari urutan tersebut guru menjelaskan kepada siswa untuk membaca bilangan asli atau
sebaliknya dengan benar.
Langkah – langkah pembelajaran diatas dapat disesuaikan menurut kondisi dan
situasi kelas yang ada. Kelebihan dari media Karbilna ini selain murah dan mudah, siswa
merasa senang dan gembira pada saat mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Selain
itu, media belajar ini dapat mengasah ketrampilan dan kreatfitas siswa dalam berpikir.
Sedangkan kelemahan dari media belajar Karbilna ini antara lain membutuhkan banyak
kertas warna, tidak dapat digunakan pada materi pelajaran lain, mudah rusak dan sobek dan
perlu penjelasan dengan benar dari guru sebelum digunakan.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Penelitian perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media Karbilna ini
dilaksanakan dengan subyek penelitian sejumlah 11 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki-laki
dan 6 siswa perempuan. Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada siswa
kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun pada semester II tahun
pelajaran 2013/2014 selama 2 bulan dimulai pada bulan Maret – April 2014. Penelitian
terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014 dan siklus II
dilaksanakan pada tanggal 03 April 2014. Pada penelitian ini guru berkolaborasi dengan
teman sejawat sebagai observator yang akan membantu mengamati, merefleksikan serta
menyimoulkan hasil penelilitian.
Prosedur penelitian mengacu pada penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
menggunakan beberapa tahapan yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi dan 4)
refleksi. Pada tahap perencanaan, guru bersama dengan teman sejawat menetapkan topik
dan bahasan serta materi yang akan diajarkan. Dalam penelitian ini materi yang akan
disampaikan sesuai dengan pokok permasalahan yaitu pada materi biangan romawi.
Selanjutnya, guru bersama dengan teman sejawat menentukan model dan media
10. 10
pembelajaran, menentukan waktu pelaksanaan tindakan, menyusun materi ajar, menyusun
instrumen penilaian dan menetapkan kriteria keberhasilan atau ketuntasan, serta
penyusunan RPP untuk pedoman pelaksanaan pembelajaran. pada tahapan tindakan terdiri
dari kegiatan tatap muka, observasi dan evaluasi. Kemudian pada tahap observasi dilakukan
analisis data sesuai dengan instrumen yang telah disusun sebelumnya. Langkah terakhir
yaitu refleksi, melakukan kajian terkait semua kejadian-kejadian yang mengakibatkan
berhasil atau tidaknya perbaikan pembelajaran dan menyimpulkan hasil penelitian tersebut.
Data yang dikumpulkan menggunakan instrumen observasi yaitu untuk mengamati
kinerja guru dan aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelaharan di dalam kelas.
Kinerja guru diobservasi dan dicatat dengan menggunakan lembar pengamatan kinerja guru
yang terdiri dari 6 aspek mewakili 18 indikator yang ada. Kriteria guru didasarkan pada
prosentase kemunculan indikator dengan kriteria kurang, cukup, baik dan amat baik.
Indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu kinerja guru baik atau amat baik. Kriteria
kinerja guru dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Prosentase Kriteria Kinerja Guru
Skala Prosentase Sebutan
< 61 % Kurang
61 % - 70 % Cukup
71 % - 80 % Baik
> 80 % Amat Baik
Aktifitas siswa dicatat pada lembar observasi aktifitas siswa dengan 10 indikator yang
ada. Kriteria keberhasilan yang digunakan adalah dengan menggunakan rata-rata skor hasil
pengamatan. Pengamatan aktifitas siswa dinilai pada berapa jumlah siswa yang melakukan
aktifitas setiap indikator yang ada. Indikator pengamatan yang dimaksud yaitu, 1) siswa
memperhatikan penjelasan guru, 2) siswa mengikuti perintah guru dengan baik, 3) siswa
aktif dalam diskusi kelompok, 4)siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang
disampaikan, 5) siswa aktif dalam bertanya kepadaguru, 6) kerjasama siswa dalam
kelompok, 7) siswa sunguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dengan metode
yang digunakan oleh guru, 8)tanggung jawab, disiplin dan jujur dalam proses
pembelajaran, 9) siswa disiplin dalam kehadiran, ketepatan waktu dan pengerjaan tugas,
dan 10) menanggapi dan menguraikan pendapat atas hasil kerja teman kelompok. Kriteria
11. 11
penilian atau penskoran terhadap indikator adalah skor 1 jika siswa aktif berjumlah
kurang dari 5 anak, skor 2 jika siswa aktif berjumlah 6 – 7 anak, skor 3 jika siswa aktif
berjumlah 8 – 10 anak, dan skor 4 jika siswa aktif berjumlah > 10 anak. Sedangkan
kriteria yang digunakan untuk mengukur aktifitas siswa yaitu rendah, cukup, tinggi dan
sangat tinggi. Indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu aktifitas siswa tinggi atau
sangat tinggi. Kriteria aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Kriteria Aktifitas Siswa
No Rata – rata Keterangan keaktifan siswa
1 1,00 – 1,99 Rendah
2 2,00 – 2,99 Cukup
3 3,00 – 3,99 Tinggi
4 4,00 Sangat Tinggi
Instrumen penilaian minat siswa menggunakan lembar angket yang diberikan kepada
siswa setelah pembelajaran selesai. Penilaian angket didasarkan pada skor rata-rata hasil
perhitungan angket setiap siswa kemudian dimabil rata-rata kelas. Adapun kriteria yang
digunakan untuk mengukur minat siswa yaitu sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan
sangat tinggi. Kriteria minat siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Kriteria Minat Siswa
No Nilai
Rata – Rata % Keterangan
1 1.00 - 1.99. < 20% - 39% Sangat Rendah
2 2.00 - 2.99 40% - 59% Rendah
3 3.00 - 3.99 60% - 79% Cukup
4 4.00 - 4.99 80% - 99 % Tinggi
5 5.00 100% Sangat Tinggi
Sedangkan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa digunakan lembar tes individu
sebanyak 10 soal. Dari hasil nilai setiap siswa kemudian dijumlahkan dan dimabil nilai rata-rata
kelas dengan kriteria jika nilai rata-rata kelas > (lebih besar atau sama dengan) KKM
yaitu 70, maka pembelajaran dinyatakan tuntas. Adapun kriteria penilaian untuk tes
individu seperti pada tabel berikut :
Tabel 5. Kriteria Penilaian Tes Individu
NO
SOAL PENILAIAN SKOR
A
1 – 5 Benar dan Lengkap 3
12. 12
Benar tidak lengkap 2
Salah 1
Tidak dijawab 0
SKOR MAKSIMAL A 15
B
6 – 10 Benar 2
Salah 1
Tidak Dijawab 0
SKOR MAKSIMAL B 10
NILAI AKHIR ( A + B ) X 4 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Siklus I
Kinerja Guru
Pada perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I, hasil observasi yang
telah dicatat pada lembar pengamatan kinerja guru didapatkan hanya 8 indikator atau
sebesar 44% yang muncul, sedangkan 10 indikator atau sebesar 56% belum nampak. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini,
Tabel 6. Jumlah Kemunculan Indikator Kinerja Guru
Siklus I
No Aspek yang dinilai Jml Indikator
yg Muncul % Jml Indikator
Tidak Muncul %
1 Penguasaan Materi 2 11% 1 6%
2 Sistematika penyajian 2 11% 1 6%
3 Penerapan Metode 1 6% 2 11%
4 Penggunaan Media 1 6% 2 11%
5 Performance 2 11% 1 6%
6 Pemberian Motivasi 0 0% 3 17%
Jumlah 8 44% 10 56%
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penerapan metode, penggunaan media dan
pemberian motifasi perlu ditingkatkan. Begitu juga dengan penguasaan materi, sistematika
penyajian, serta performance guru juga lebih ditingkatkan. Dengan demikian maka hasil
kinerja guru pada siklus I kinerja guru masih kurang dan belum sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan
Aktifitas Siswa
13. 13
Faktor pendukung lainnya dalam penelitian ini adalah aktifitas siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran di dalam kelas. Hasil rata-rata skor yang diperoleh berdasarkan lembar
pengamatan aktifitas siswa adalah sebesar 2,30. Skor rata-rata tersebut berada pada kriteria
cukup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil skor setiap indikator pada tabel berikut :
Tabel 7. Jumlah Indikator sesuai Perolehan Skor
Siklus I
No Skor Σ Indikator
1 1 1
2 2 5
3 3 4
4 4 0
Jml 10
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa dari 10 indikator, yang mendapatkan skor 3 artinya
jumlah siswa yang melakukan aktifitas sesuai dengan indikator sebanyak 8 -10 siswa, hanya
4 indikator saja yaitu indikator 3, 8, 9 dan 10. Sedangkan 6 indikator lainnya perlu
ditingkatkan. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu aktifitas siswa tinggi atau sangat
tinggi, maka pada siklus I ini aktifitas siswa belum sesuai dengan kriteria dan perlu
peningkatan pada siklus selanjutnya.
Minat Belajar Siswa
Salah satu pokok permasalahn pada penelitian ini adalah pada minat belajar siswa.
Pada pembelajaran siklus I, minat siswa berdasarkan angket yang telah dibagikan dan
kemudian direkapitulasi dan diambil rata-rata secara klasikal mendapat skor rata-rata
sebesar 3,32 atau 33% dengan kriteria cukup. Dari skor rata-rata tersebut dapat dirinci
sebanyak 5 siswa ( 45 %) mendapatkan nilai rata-rata 2.00 – 2.99 dengan kriteria rendah, 4
siswa ( 36% ) mendapatkan nilai rata – rata 3,00 – 3.99 dengan kriteria cukup, sedangkan
yang mendapatkan nilai Tinggi dengan nilai 4.00 – 4.99 hanya 2 anak (18%). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Jumlah Perolehan Rata – Rata Minat per Siswa
Siklus I
No Nilai
Rata – Rata Keterangan Jml %
1 1.00 - 1.99. Sangat Rendah 0 0%
2 2.00 - 2.99 Rendah 5 45%
3 3.00 - 3.99 Cukup 4 36%
14. 14
4 4.00 - 4.99 Tinggi 2 18%
5 5.00 Sangat Tinggi 0 0%
Berdasarkan tabel diatas maka minat siswa perlu ditingkatkan agar memenuhi kriteria tinggi
atau sangat tinggi dengan rentang skor rata-rata 4.00 – 5.00.
Hasil Belajar Siswa
Pokok permasalah kedua pada penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah terkait
dengan hasil belajar siswa. Dengan media Karbilna, maka pada pembelajaran siklus I ini
hasil belajar dari 11 siswa sebanyak 4 anak (36%) sudah sesuai dengan KKM yang
ditetapkan atau sudah tuntas. Sebaliknya sebanyak 7 anak (64%) masih di bawah KKM
yang ditetapkan atau tidak tuntas. Hasil yang dicapai tersebut kemudian direkapitulasi dan
diambil rata-rata seluruh kelas mendapatkan nilai sebesar 67,64 atau sebesar 68%,
meningkat sebanyak 5,82 atau sebesar 5,64% dari nilai pra siklus yaitu 61,82. Dari hasil
rata-rata kelas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada siklus I pembelajaran belum
tuntas dan perlu perbaikan pada siklus II. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 9. Jumlah Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus I
No Ketuntasan Jml
Siswa %
1 Tuntas ( Nilai > 70 ) 4 siswa 36 %
2 Tidak Tuntas ( nilai < 70 ) 7 siswa 64 %
Jumlah 11 Siswa 100 %
Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan oleh guru dan teman sejawat, bahwa
ketidaktuntasan hasil belajar siswa serta minat siswa yang cukup hal ini dikarenakan kinerja
guru dalam proses mengajar belum maksimal. Guru masih menjadi pusat pembelajaran bagi
siswa dan hanya menggunakan media belajar tidak melibatkan siswa. Dari kinerja guru
tersebut aktifitas siswapun masih kurang. Walaupun siswa terlihat sungguh dalam
mengikuti pembelajaran tetapi masih banyak siswa yang belum memperhatikan penjelasan
guru dengan baik, masih banyak siswa yang bergurau dengan temannya, serta aktifitas
dalam kelompok juga masih kurang. Siswa belum sepenuhnya berinetraksi dengan guru
dalam hal menjawab pertanyaan ataupun mengajukan pertanyaan kepada guru. Begitu juga
dengan aktifitas siswa dalam menanggapi dan mengutarakan hasil pekerjaan, belum nampak
pada proses pembelajaran siklus I.
15. 15
Hasil Penelitian Siklus II
Kinerja Guru
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka diadakan perbaikan pembelajaran pada
siklus II. Dimulai dengan kinerja guru pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, hasil
pengamatan atau observasi yang telah dilakukan dan dicatat dalam instrumen pengamatan
kinerja guru oleh teman sejawat menunjukan bahwa kinerja guru mengalami peningkatan
dibanding dengan proses pembelajaran pada siklus I. Dari 6 aspek yang mewakili 18
indikator penilaian kinerja guru, tercatat sebanyak 17 indikator (94%) sudah muncul atau
nampak pada kinerja guru. Sebaliknya hanya 1 indikator (6%) tidak nampak dan perlu
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 10. Jumlah Kemunculan Indikator Kinerja Guru
Siklus II
No Aspek yang dinilai Jml Indikator
Muncul % Jml Indikator
Tidak Muncul %
1 Penguasaan Materi: 3 17% 0 0%
2 Sistematika penyajian: 3 17% 0 0%
3 Penerapan Metode: 3 17% 0 0%
4 Penggunaan Media: 3 17% 0 0%
5 Performance: 2 11% 1 6%
6 Pemberian Motivasi: 3 17% 0 0%
JUMLAH 17 94% 1 6%
Berdasarkan hasil seperti dalam tabel diatas, sudah nampak semua indikator muncul
pada perbaikan pembelajaran siklus II. Namun, hanya ada 1 indikator yang pada aspke
performance yang belum muncul dan perlu diperbaiki untuk proses pembelajaran
selanjutnya. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, maka kinerja guru pada siklus II
ini amat baik.
Aktifitas Siswa
Faktor pendukung berikutnya adalah aktifitas siswa. Pada proses pembelajaran siklus
II ini, aktifitas siswa setelah diamati atau dilakukan observasi serta dicatat dengan
menggunakan lembar pengamatan aktifitas siswa yang dilakukan oleh teman sejawat
mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,30 dengan perincian seperti pada tabel berikut :
Tabel 11. Jumlah Indikator sesuai Perolehan Skor
16. 16
Siklus II
No Skor Σ Indikator
1 1 0
2 2 2
3 3 3
4 4 5
Jml 10
Dari hasil pada tabel diatas terlihat 3 indikator yang mendapatkan skor 3, artinya
jumlah siswa yang melakukan aktifitas sesuai dengan indikator sebanyak 8-10 siswa.
Sedangkan 5 indikator mendapatkan skor 4, artinya seluruh siswa melakukan aktfitas sesuai
dengan indikator tersebut, dan hanya dua indikator yang dilakukan oleh 6-7 siswa. Dengan
hasil skor rata-rata tersebut, maka sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, aktifitas
siswa tinggi dalam proses pembelajaran siklus II.
Minat Belajar Siswa
Mengacu pada siklus I, maka pokok permasalahan pada penelitian ini yang pertama
adalah minat siswa. Berdasarkan hasil angket yang telah dibagikan kepada siswa dan telah
direkapitulasi, maka minat siswa mendapatkan nilai rata-rata skor sebesar 4,17. Dari hasil
tersebut dapat dirinci bahwa 11 siswa yang ada sebanyak 0 siswa (0%) mempunyai minat
sangat rendah, sebanyak 1 siswa (9%) mempunyai minat rendah, sebanyak 2 anak (18%)
mempunyai cukup, 7 anak (64%) mempunyai minat tinggi dan 1 anak (9%) mempunyai
minat sangat tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Jumlah Perolehan Rata – Rata Minat per Siswa
Siklus II
No
Nilai
Rata rata
Keterangan Siklus II
Jml %
1 1.00 - 1.99. Sangat Rendah 0 0%
2 2.00 - 2.99 Rendah 1 9%
3 3.00 - 3.99 Cukup 2 18%
4 4.00 - 4.99 Tinggi 7 64%
5 5.00 Sangat Tinggi 1 9%
JUMLAH 11 100%
Mengacu pada tabel diatas, maka minat siswa pada proses pembelajaran siklus II ini sudah
tinggi, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
17. 17
Hasil Belajar Siswa
Pokok permasalahan kedua yang diperbaiki pada siklus II ini adalah hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran matematika bilangan romawi dengan menggunakan media
Karbilna. Hasil yang diperoleh setalah dilakukan tes individu seperti halanya pada siklus I,
dari 11 siswa sebanyak 10 siswa (91%) mendapatkan nilai > KKM (70) atau tuntas.
Sebalinya sebanyak 1 siswa (9%) masih dibawah KKM tidak tuntas karena faktor lain dan
memang mempunyai prestasi belajar rendah serta perlu bimbingan khusus. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat jumlah ketuntasan belajar siswa pada tabel berikut :
Tabel 13. Jumlah Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Siklus II
No Uraian Jml %
1 Tuntas ( Nilai > 70 ) 10 Siswa 91%
2 Tidak Tuntas ( nilai < 70 ) 1 Siswa 9%
Jumlah 11 100 %
Dengan melihat jumlah ketuntasan belajar siswa tersebut, dan nilai rata-rata kelas yang
telah sesuai dengan KKM yang ditentukan yaitu > 70, maka hasil belajar siswa pada siklus
II dinyatakan tuntas.
Dari hasil refleksi yang telah dilakukan oleh teman sejawat dan guru, keberhasilan
atau ketuntasan hasil belajar siswa serta minat belajar siswa yang tinggi disebabkan karena
adanya peningkatkan kinerja guru pada siklus II walaupun ada kinerja guru yaitu pada
performance yang harus lebih ditingkatkan dan diperbaiki untuk pembelajaran berikutnya.
Selain itu aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah tinggi, dengan
banyaknya siswa yang melakukan aktifitas sesuai dengan indikator yang ada yaitu antara 7
hingga 11 anak sudah aktif. Sehingga kinerja guru yang baik dan aktifitas siswa yang tinggi
menghasilkan minat belajar siswa yang tinggi dan hasil belajar siswa yang tuntas.
Pembahasan
Proses perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I ini dengan
meggunakan media belajar kartu biilangan warna pada mata pelajaran matemtika materi
bilangan romawi, dinilai dari instrumen yang terdiri lembar pengamatan kinerja guru,
lembar pengamatan aktifitas siswa, lembar angket minat belajar siswa dan hasil belajar
siswa. Kinerja guru, yang diamati dan dipantau selama proses pembelajaran berlangsung
oleh observer menggunakan lembar pengamatan kinerja guru, jika dilihat dari hasil analisis
18. 18
menunjukkan bahwa kinerja guru belum begitu memuaskan. Catatan atau hasil pengamatan
menunjukkan bahwa dari 18 indikator yang mewakili 6 aspek belum sepenuhnya muncul
atau ada. Hal ini disebabkan dari kurangnya perencanaan dan kesiapan dari berbagai hal
pada guru sebelum mengajar. Terdapat 8 indikator saja, sebaliknya 10 indikator belum ada.
Namun setelah diadakan perbaikan pada siklus II dengan perencanaan yang baik,
penyusunan perangkat pembelajaran ( RPP, Materi, Media belajar), dan strategi mengajar,
maka dapat dilihat bahwa kinerja guru sudah mengalami peningkatan dan jauh lebih baik
dari siklus sebelumnya. Pada siklus II ini, berdasarkan 18 indikator yang menjadikan tolak
ukur dalam observasi menunjukkan bahwa semua indikator yang mewakili 6 aspek semua
telah muncul atau ada. Akan tetapi pada siklus II ini, masih ada beberapa hal yang perlu
diperbaiki lagi untuk pembelajaran selanjutnya. Salah satu contohnya adalah kesesuaian
waktu antara pembelajaran dan jadwal yang telah ada. Sehingga dengan waktu yang sesuai
dan cukup selain dapat mencapai tujuan yang diinginkan juga tidak akan mengurangi jam
pelajaran pada mata pelajaran lain. Dengan munculnya 18 indikator sesuai dengan lembar
pegamatan dan hasil observasi, maka pada siklus II ini kinerja guru tidak perlu diadakan
perbaikan, dan siklus II dinyatakan sebagai siklus pemantapan.
Tabel 14. Kemunculan Indikator Kinerja Guru per Siklus
No Indikator Siklus I Siklus II
1 Ada 8 17
2 Tidak Ada 10 1
Aktifitas siswa pada pembelajaran sikkus I berdasarkan hasil lembar pengamatan
mendapatkan rata-rata skor sebesar 2,30 dengan kriteria cukup. Maka, berdasarkan kriteria
yang ditentukan aktifitas siswa belum maksimal dan perlu diperbaiki dan ditingkatkan pada
siklus II. Dengan menggunakan media belajar yang sama, dan kinerja guru yang lebih baik
ternyata pada siklus II akifitas siswa meningkat. Terlihat dari hasil observasi yang
dilakukan dengan memakai lembar pengamatan, mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,30.
Dengan demikian pada siklus II aktifitas siswa meningkat sebesar 43,5 % dari siklus I.
Rata-rata tersebut jika dikonversikan dengan tabel kriteria, maka aktitifitas siswa pada
siklus II ini sudah tinggi.
Sesuai dengan target yang ingin dicapai peneliti untuk aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran ini, maka pada siklus II ini aktifitas siswa sudah sesuai dengan harapan.
Dengan demikian siklus II untuk aktifitas siswa merupakan siklus pemantapan dan tidak
perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
19. 19
Tabel 15. Rata-rata Skor Aktifitas Siswa per Siklus
No Pembelajaran Rata -Rata Skor Keterangan
1 Siklus I 2,30 Cukup
2 Siklus II 3,30 Tiggi
Minat belajar siswa yang dapat dilihat dari hasil angket, pada siklus I setelah di
rekapitulasi mendapatkan skor rata-rata sebesar 3,32 dengan krieria rendah. Kemudian
setelah diadakan perbaikan pada siklus II dengan menggunakan media belajar berupa kartu
bilangan warna, minat siswa meningkat sebesar 26% dari siklus I menjadi 4,17 dengan
kriteria tinggi. Dapat dilihat bahwa minat siswa dengan menggunakan media kartu bilangan
warna pada pembelajaran matematika materi bilangan romawi menjadi lebih baik.
Peningkatan minat belajar siswa ini, tentunya akan membawa dampak atau pengaruh pada
hasil belajar siswa.
Tabel 16.Rata-rata Skor Minat Siswa per Siklus
Pembelajara
n
Skor Rata
Rata
Keteranga
n Kenaikan
Siklus I 3,32 Cukup Siklus II 4,17 Tinggi 26%
Grafik 1. Rata-rata Skor Minat Siswa per Siklus
Hasil belajar siswa setelah siklus II juga mengalami kenaikan perolehan nilai tes
individu dibanding dengan pra siklus dan siklus I. Jika pada pra siklus nilai rata- rata kelas
hanya sebesar 61,82. Pada pra siklus atau kondisi awal ini proses pembelajaran masih
menggunakan model konvensional dan tanpamedia belajar apapun, kinerja guru juga masih
rendah, dan aktifitas siswa masih monoton. Dari hasil pra siklus I, kemudian diadakan
perbaikan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, proses pembelajaran matematika
20. 20
menggunakan salah satu ciri dari model pemelajaran koperatif, yaitu dengan memanffatkan
kelompok dan penggunaan media belajar yang konkret. Selain itu aktifitas kinerja guru dan
siswa juga akan berpengaruh sehingga minat dan hasil belajar siswa diharapkan mengalami
peningkatan dibanding siklus sebelumnya (pra siklus).
Pada siklus I, setelah menggunakan media belajar berupa kartu bilangan warna
pada mata pelajaran matematika materi pokok bilangan romawi, rata-rata nilai belajar siswa
sebesar 67,64. Menunjukkan bahwa dengan menggunakan media belajar kartu bilangan
warna nilai belajar siswa meningkat. Namun, hasil tersebut belum sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal yang ditentukan. Dengan hasil pada siklus I yang belum maksimal
maka diadakan perbaikan kembali pada siklus II. Dengan perbaikan pembelajaran yang
lebih baik dan pemanfaatan media kartu bilangan yang maksimal, maka siklus II ini rata –
rata nilai belajar siswa meningkat menjadi 87,27. Sehingga dengan perolehan tersebut
kreteria ketuntasan belajar sudah terpenuhi. Dengan demikian maka siklus II ini sebagai
siklus pemantapan dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Tabel 17. Nilai Rata – rata Hasil Belajar Per Siklus
Pembelajaran Rata - Rata Keterangan
Pra siklus 61,82 Tidak Tuntas
Siklus I 67,64 Tidak Tuntas
Siklus II 87,27 Tuntas
Grafik 2. Nilai Rata – rata Hasil Belajar Per Siklus
Dari hasil instrumen penilaian yang digunakan selama perbaikan pembelajaran
yang dilaksanakan selama dua siklus, maka pembelajaran matematika dengan menggunakan
21. 21
media belajar kartu bilangan warna dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas
IV SDN Batok 1 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun materi bilangan romawi.
SIMPULAN DAN SARAN
Proses pembelajaran yang dilaksanakan sebelum perbaikan pembelaajran, yaitu
pada saat pra siklus, menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa sebesar 61,82 dengan
perincian sebanyak 8 anak belum tuntas dan hanya 3 anak yang sudah tuntas. Melihat hasil
pada pra siklus maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa. Minat dan hasil belajar siswa secara tidak langsung dipengaruhi
oleh kinerja guru dalam proses pembelajaran, serta aktifitas siswa dalam megikuti proses
pembelajaran di dalam kelas. Selain itu model dan metode serta media belajar yang
digunakan belum maksimal. Dengan diadakan perbaikan selama 2 siklus, maka dapat
diambil beberapa simpulan, yaitu pada siklus I kinerja guru masih kurang, dari 18 indikator
hanya 8 indikator yang menjadi alat ukur nampak pada kinerja guru. Aktifitas siswa masih
tergolong cukup, artinya belum banyak siswa yang aktifitasnya sesuai dengan lembar
pengamatan sebagai instrumen penilaian sebesar 2,30
Minat belajar siswa sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini, pada siklus I
menggunakan media belajar berupa kartu bilangan warna, hanya mendapatkan rata-rata skor
sebesar 3,32 (cukup). Begitu juga dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat
dengan nilai 67,64 dengan perincian sebanyak 4 siswa tuntas dan 7 anak siswa belum
tuntas. Dengan hasil pada siklus I tersebut, maka perlu diadakan perbaikan lagi pada siklus
II. Maka, hasil dari siklus II ini dari aktifitas guru meningkat menjadi 17 indikator yang
sudah nampak, sedangkan 1 indikator perlu perbaikan. Aktifitas siswa juga meningkat
dengan perolehan rata-rata skor sebesar 3,30. Pada siklus II ini, penggunaan media kartu
bilangan warna juga masih diguakan sehingga ada peningkatan lagi pada minat belajar
siswa dengan rata-rata skor 4,17. Penigkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa. Nilai rata-rata
hasil belajar siswa kelas IV dengan menggunakan kartu bilangan warna pada materi
pelajaran matematika bilangan romawi mendapatkan nilai 87,27.
Maka sesuai dengan target peneliti, bahwa minat belajar siswa dapat mencapai skor
3,00 – 5,00 dengan kriteria tinggi – sangat tinggi, pada siklus II ini minat belajar siswa telah
tercapai. Sedangkan untuk hasil belajar siswa, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
bahwa nilai belajar siswa lebih besar atau sama dengan KKM ( > 70), maka hasil belajar
siswa dinyatakan tuntas. Dengan demikian siklus II ini sebagai siklus pemantapan dan dapat
menjawab persoalan yang menjadi ruang lingkup penelitian. Oleh karena itu, dengan
22. 22
menggunakan media belajar berupa kartu bilangan warna (KARBILNA), dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang
Kabupaten Madiun pada mata pelajaran matematika materi bilangan romawi semester II
tahun pelajaran 2013/2014.
Untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas pada suatu mat
pelajaran, hendaknya guru harus dapat menggunakan model, metode dan media belajar
yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Paradigma lama yang
menyatakan bahwa pembelajaran terpusat pada guru, harus dirubah menjadi pembelajaran
yang terpusat pada murid, dimana guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Dengan
adanya kinerja guru, aktifitas siswa dalam proses pembelajaran secara tidak langsung akan
berdampak pada minat dan hasil belajar siswa. Minat yang tinggi pada siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, maka hasil belajarpun juga akan tercapai sesuai dengan
kriteria yang ditentukan.Untuk ketuntasan minat dan hasil belajar siswa, khusunya pada
mata pelajaran matematika materi bilangan romawi kelas IV, kartu bilangan warna ini dapat
dijadikan sebagai media atau alat peraga dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro.T.M.dkk. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Dirjendikdas.(2009).Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD. Jakarta.
Depdiknas.
Harijanto,M (2012). Konstruksi Tes Sebagai Alat Ukur Hasil Belajar Di Sekolah Dasar.
___________
Haryanto (2012). Klasifikasi Media Pembelajaran. Diakses tanggal 21 April 2014.
http://belajarpsikologi.com/?s=Pengertian+MEdia+Pembelajaran&x=0&y=0.
Isriyanto. (2010). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 10 Muntok Mata
Pelajaran Matematika Tentang Sudut Siku-Siku, Sudut Lancip,Dan Sudut Tumpul
Dengan MenggunakanMedia Gambar. Pangkal Pinang. UPBJJ Univeristas Terbuka.
Tukimin. (2001). Konstribusi Kreatifitas terhadap Minat belajar matematika beprestasi
tinggi siswa kelas 1 SMK YPKK 1 Sleman Yogyakarta, Yogyakarta. UBJJ UT.
Sitanggang, A. (2013). Alat Peraga Matematika Sederhana Untuk Sekolah Dasar. Sumatera
Utara. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.
Supinah, dkk (2009). Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Sleman.
PPPPTK Matemtika.
Sutirman,M.Pd. (2013). Media dan Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta.Graha
Ilmu.
23. 23
Taufik, Agus. (2012). Pendidikan Anak di SD. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wardhani.dkk (2011). Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.