1. PENTINGKAH SEKOLAH??? (By: Deddy Corbuzier)
Sekitar empat tahun yang lalu saya mengadakan seminar di sebuah sekolah ternama,
dan hasilnya amat sangat mengguncang sekolah tersebut, karna setelah itu banyak
guru dan kepala sekolah yang datang kepada saya mengatakan bahwa, apa yang saya
sampaikan tidak pantas disampaikan kepada murid yang datang pada saat itu, karna
saya lebih pro ke murid daripada ke sekolah tersebut.
Tapi saya akan mengatakan lagi hal ini ke anda supaya anda dapat mendengarkan apa
yang saya sampaikan pada saat itu walaupun dalam waktu yang singkat karna hanya
dalam bentuk suara rekaman suara saya.
Pertama, saya ingin mengatakan dulu bahwa sekolah itu, “penting”. Ok?
Jadi, bukan mengatakan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan sampe ke sana
larinya. Tapi saya ingin mengatakan bahwa, walaupun sekolah itu penting,, namun
banyak hal yang salah di dalam sekolah; terutama, di Indonesia.
Mengapa?
Begini saja... Anda pasti tau bahwa banyak sekali anak2 yang jelek nilai sekolahnya
atau tidak baik di sekolahnya, tapi besarnya bisa sukses. Sedangkan anak2 yang
sukses di sekolah, saya tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi
banyak sekali yang akhirnya kerja, menjadi pegawai biasa. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Karna masa depan tidak ditentukan oleh sekolah.
Kalo anda liat dari, apa sih yang ingin dibentuk oleh sekolah?
Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak2nya menjadi guru.
2. Jadi, guru matematika, ingin membuat anak2nya menjadi guru matematika. Guru
sejarah ingin membuat anak2nya yang belajar, menjadi guru sejarah. Begitu juga
dengan guru2 lainnya.
Anehnya, kalo kita ambil seorang guru, ambil saja, guru matematika. Lalu, kita beri test
tentang geografi, saya berani yakin bahwa dia tidak menguasai geografi. Atau guru
kimia, kita test seni rupa, saya yakin guru kimia tersebut tidak bisa melakukan test seni
rupa, atau nilainya jelek.. Atau guru seni rupa, kita test olahraga, pasti dia juga tidak
bisa olahraga dengan nilai baik.
Lalu mengapa, kalau guru2 tersebut tidak bisa melakukan hal lain dengan nilai baik,
tapi murid2nya dipaksakan mendapatkan semua nilainya baik. Aneh kan???
Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid
harus menguasai semua mata pelajaran.
Ya, mungkin untuk dasar, katanya.
Tapi, toh ternyata ketika sudah dewasa sang guru pun sadar bahwa dia tidak
menggunakan atau tidak memerlukan semua ilmu/pelajaran yang diberikan pada saat
dia kecil. Iya tidak???
Karna, pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa sempurna dalam segala hal, begitu
juga murid2.
Murid2 tidak bisa menguasai semua hal secara baik. Banyak sekali pelajaran2 yang
diberikan dan tidak digunakan ketika dewasa.
3. Contohnya begini saja, mempelajari peta buta. Saya sampai sekarang tidak tau kenapa
saya harus mempelajari peta buta ketika saya kecil. Saya tidak menjadi ahli geografi,
saya juga tidak menjadi tour guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu
mempelajari itu? Kalo saya ingin menjadi seorang tour guide atau saya ingin menjadi
seorang ahli geografi, mungkin saya harus mempelajari hal tersebut.
Atau, menghafalkan nama2 gubernur, menghafalkan nama2 walikota, yang sedangkan
walikota atau gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.
Jadi, sangat amat tidak masuk akal, menurut saya. Saya tidak tahu sekarang masih
atau tidak harus menghafal nama2 tersebut. Dulu saat saya masih sekolah, di SMP
atau SMA saya lupa, guru akuntan saya mengatakan pada saya, karna nilai akuntan
saya jelek.
“Kalau nilai akuntansi kamu jelek, Ded, kamu tidak akan bisa menjadi orang sukses.”
O ya? Ternyata saya bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang bekerja pada
saya. Itu adalah fakta..
Sekarang, begini sajalah, apa sih yang harus dirubah? Sekolahnya?
Mungkin sistemnya.
Mengapa tidak sejak kecil ketika anak masih dari sekolah SD, kita lihat dulu berapa
lama, apa yang dia suka. Lalu kita bagi kelasnya. Kalau anak tersebut suka
4. matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, kalau anak tersebut suka
sejarah, berikan dia pelajaran sejarah lebih banyak.
Jadi seperti orang kuliah tapi sejak kecil. Jadi sejak kecil anak itu sudah dijuruskan
kepada apa yang dia suka, bukan dijejalkan dengan semua pelajaran yang dia suka
atau tidak suka, harus bisa dan harus hafal. Ada anak dengan rengking satu yang bisa
menghafalkan semuanya, tapi begitu dia menjadi dewasa, pikirannya telah terkotaki,
kreativitasnya telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan.
Kenapa?
Karna yang dipakai hanya otak kiri, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal,
menghafal.
Akhirnya, bukan pintar, bukan cerdik, tapi jago menghafal. Menghafal rumus
matematika, menghafal sejarah, menghafal peta buta, dan sebagainya.Dan biasanya
anak2 tersebut pelajaran olahraganya atau pelajaran seni rupanya jelek karna otak
kanannya tidak dipakai.
Anak saya sekolah di sekolah internasional, dan sejak kecil, sejak SD, anak saya
sudah diarahkan ke pelajaran mana yang dia lebih suka dan kelasnya lebih banyak.
Jadi, kelasnya banyak dan anaknya sendiri yang datang ke kelas bukan gurunya yang
datang ke kelas untuk mengajar anaknya.
Lalu bagaimana merubah itu semua???
5. Memang susah karna sekolah pasti tidak akan ingin merubah. Butuh tahunan untuk
merubah itu.
Saya harap satu saat bisa. Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan suara
saya ini orangtua, dengarkan ini baik2.
Apabila yang mendengarkan suara saya ini adalah anak2, minta orangtua anda untuk
mendengarkan suara saya, sebentar saja.
Kalau seandainya orangtua mendukung apa yang paling anak sukai dalam mata
pelajaran, mungkin dia akan menjadi anak yang lebih berhasil nanti kedepanya.
Bagaimana caranya?
Begini, pelajaran matematika merah, pelajaran seni rupa bagus, kenapa yang harus di
lesi di rumah pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru matematika untuk
memberi les tambahan matematika?
Tidak perlu kan? Kenapa tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak
saya pelajaran matematikanya jelek dan pelajaran seni rupanya bagus, saya tentu akan
meleskan anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah mulai dikembangkan sejak
kecil.Bukan memaksakan hal yang memang mereka tidak suka.
Kalau seni rupanya jelek, sejarahnya bagus, biarkan pelajaran seni rupanya jelek,
pelajaran sejarahnya dibantu orangtuanya di rumah untuk lebih dikembangkan.
Memang ada pelajaran2 yang kalau nilai anda jelek maka anda tidak lulus ujian atau
tidak naik kelas.
Ya, kalo pelajaran2 seperti itu dibantu supaya mendapatkan nilai secukupnya, cukup
untuk lulus & naik kelas tentunya. Tidak perlu sembilan, tidak perlu sepuluh.
6. ingat! nilai pelajaran anda tidak menentukan masa depan anda, nilai UAS anda tidak
menentukan masa depan anda, anda rengking satu di kelas bukan berarti anda akan
berhasil menjadi manusia kelak ketika anda dewasa, sama sekali tidak berhubungan
menurut saya.
Kuncinya adalah orangtua di sini. Orangtua harus mendukung apa yang anak suka.
Kalau ada pelajaran yang jelek, pelajaran yang baik, dukung pelajaran yang baik...
Jangan memaksakan terhadap anak dari yang asalnya pelajarannya jelek menjadi
bagus, nilainya sembilan atau sepuluh, tidak penting!
Tidak perlu takut untuk mendapatkan nilai jelek!
Tidak perlu takut untuk tidak naik kelas!
Tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur!
Ada lho, anak yang sampai bunuh diri karna dia tidak naik kelas, justru itu yang hancur
masa depannya.
Saya, pernah tidak naik kelas. Masalah? Tidak sama sekali.
Orangtua saya marah? Tidak sama sekali pada saat itu. Kebetulan orangtua saya
berpikiran luar biasa dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa seperti itu.
7. Tapi itulah yang saya harapkan dari para orangtua di Indonesia. Memberikan dukungan
pada anak2nya, tidak memarahi anak pada saat nilai anaknya jelek, tidak menghakimi
pada saat tidak semua pelajaran nilai sang anak mendapatkan yang terbaik. Kita harus
mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka.
Ingat sekali lagi bahwa,
Masa depan anda tidak tergantung pada pintar tidaknya anda di sekolah
Masa depan anda tidak tergantung pada anda naik kelas atau tidak naik kelas
Masa depan anda juga tidak tergantung dari nilai rapor anda.
Masa depan anda sebenarnya tergantung pada kemampuan anda bersosialisasi,
Masa depan anda tergantung pada cara dan sikap anda dalam menambah
pengetahuan anda setiap harinya dari mana saja. Dari majalah, dari internet, bari buku,
dari cerita dari pengalaman2 orang, dari mana saja yang anda sukai.
Saya punya teman yang waktu kecilnya dikenal jelek karna suka main game, dan
sekarang, dia menjadi pemilik toko game terbesar di Indonesia. Kaya raya.
Masa depan anda, tidak tergantung dari nilai sekolah anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk mendapatkan merah di sekolah anda.
Kadang2, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.
8. (Saya Deddy Corbuzier)
Sumber:
Diketik oleh kang Ahmad Basyir dari rekaman Deddy yang berjudul “Pentingkah
Sekolah???”
Rekaman diambil dari situs:
http://soundcloud.com/rina-mariana-99/sets/deddy-corbuzier-pentingkah/
Bagi yang ingin mendengarkan rekamannya juga, silahkan kunjungi situs tersebut atau
click link di bawah ini untuk dapat langsung mendownload:
https://dl.dropbox.com/u/109420511/Pentingkah%20sekolah.m4a