Penalaran dan salah nalar adalah proses berpikir manusia untuk menghubungkan data dan menarik kesimpulan. Salah nalar dapat terjadi karena kesalahan dalam menafsirkan data, kesalahan struktur kalimat, emosi, atau ketidaktahuan. Ada beberapa jenis salah nalar seperti generalisasi yang terlalu luas, kesalahan hubungan sebab akibat, kesalahan analogi, dan kesalahan relevansi antara premis dan kes
Korupsi di Indonesia sudah ‘membudaya’ sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Periodisasi korupsi di Indonesia secara umum dapat dibagi dua, yaitu periode pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan
Refleksi diri yang baik terdiri atas enam poin utama. (1)Deskripsi pengalaman belajar yang tidak ada kaitannya dengan isu,(2)Deskripsi pengalaman belajar yang sesuai tetapi tidak ada refleksi diri,(3)Lesson learned yang telah diidentifikasi tanpa menunjukkan hubungan yang eksplisit melalui bukti pendukung lesson learned,(4)Mengandalkan penilaian diri seutuhnya tanpa memasukkan bukti eksternal pendukung,(5)Secara eksplisit merujuk pada pengalaman sebelumnya yang relevan dengan isu dan menjelaskan bagaimana pengalaman tersebut berpengaruh pada situasi saat ini,(6)Analisis, termasuk bukti eksternal pendukung lesson learned, hubungan dengan pengalaman sebelumnya, dan implikasi yang timbul untuk masa yang akan datang.
Korupsi di Indonesia sudah ‘membudaya’ sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Periodisasi korupsi di Indonesia secara umum dapat dibagi dua, yaitu periode pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan
Refleksi diri yang baik terdiri atas enam poin utama. (1)Deskripsi pengalaman belajar yang tidak ada kaitannya dengan isu,(2)Deskripsi pengalaman belajar yang sesuai tetapi tidak ada refleksi diri,(3)Lesson learned yang telah diidentifikasi tanpa menunjukkan hubungan yang eksplisit melalui bukti pendukung lesson learned,(4)Mengandalkan penilaian diri seutuhnya tanpa memasukkan bukti eksternal pendukung,(5)Secara eksplisit merujuk pada pengalaman sebelumnya yang relevan dengan isu dan menjelaskan bagaimana pengalaman tersebut berpengaruh pada situasi saat ini,(6)Analisis, termasuk bukti eksternal pendukung lesson learned, hubungan dengan pengalaman sebelumnya, dan implikasi yang timbul untuk masa yang akan datang.
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Wulandari Rima Kumari
The purpose of this study is to determine the significance of the influence of the leadership, organizational culture and work environment to employee performance and job satisfaction as an intervening variable. The research population is all employees in the District of the City of Tarakan, with a sample of 128 employees. Data analysis method used in this research is path analysis.The research findings show that leadership, organizational culture and work environment had positive and significant impact on employee performance. The second discovery revealed that the leadership, work environment and job satisfaction held significant positive effect on employee performance, whereas the organizational culture had significant negative effect on employee performance. Results of path analysis showed that:(1) Job satisfaction is proven as an intervening variable between leadership a direct influence on employee performance is more dominant than the indirect effect. (2) Job satisfaction is proven as an intervening variable indirect influence of organizational culture on employee performance is more dominant than the direct effect. (3) Job satisfaction is proven as an intervening variable indirect influence among the working environment is more dominant than the direct effect.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Islam. Jakarta: Departemen Agama RI.
Aminuddin, dkk. 2005. Islam Pengetahuan dan Teknologi. Bandung: PT. Ghalia Indonesia.
Imtihana, Aida, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi umum. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Wulandari Rima Kumari
The purpose of this study is to determine the significance of the influence of the leadership, organizational culture and work environment to employee performance and job satisfaction as an intervening variable. The research population is all employees in the District of the City of Tarakan, with a sample of 128 employees. Data analysis method used in this research is path analysis.The research findings show that leadership, organizational culture and work environment had positive and significant impact on employee performance. The second discovery revealed that the leadership, work environment and job satisfaction held significant positive effect on employee performance, whereas the organizational culture had significant negative effect on employee performance. Results of path analysis showed that:(1) Job satisfaction is proven as an intervening variable between leadership a direct influence on employee performance is more dominant than the indirect effect. (2) Job satisfaction is proven as an intervening variable indirect influence of organizational culture on employee performance is more dominant than the direct effect. (3) Job satisfaction is proven as an intervening variable indirect influence among the working environment is more dominant than the direct effect.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni Dalam Islam. Jakarta: Departemen Agama RI.
Aminuddin, dkk. 2005. Islam Pengetahuan dan Teknologi. Bandung: PT. Ghalia Indonesia.
Imtihana, Aida, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi umum. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. PENALARAN-SALAH NALAR
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data
atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Salah nalar dapat terjadi di
dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan
pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan,
struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
Dalam proses berpikir sering sekali kita keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan,
kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kesalahan karena gagasan, struktur
kalimat, kecerobohan, atau ketidaktahuan.
Macam–macam Salah Nalar
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya, oleh karena itu
dalam berkomunikasi perlu kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia secara
cermat. Sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan. Ada beberapa macam salah
nalar, yakni sebagai berikut:
Salah nalar induktif, berupa:
a. kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas.
b. kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat.
c. kesalahan analogi.
Deduksi yang salah:
Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi
persyaratan.
Contoh dari Deduksi yang salah:
a. Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
b. Perekonomian Indonesia sangat berkembang.
A. Generalisasi yang Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak
seimbang dengan besarnya generalisasi tersebut sehingga kesimpulan yang diambil
menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan kurangnya data yang
dijadikan dasar generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas untuk mengumpulkan dan
menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan
yang terbatas.
2. Premis adalah kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan simpulan di dalam
logika. Sementara itu yang dimaksud dengan generalisasi adalah perihal membuat suatu
gagasan lebih sederhana dari pada yang sebenarnya. Contoh Generalisasi yang terlalu
luas sebagai berikut:
a. Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais
sejati.
b. Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
Ada dua bentuk kesalahan generalisasi yang biasa muncul. Dua bentuk kesalahan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau
evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi
bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor
penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan
lingkungan belajar, dan sebagainya.
2. Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau
peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini
sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu kelompok, keluarga,
ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu
atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh:
Semua pejabat pemerintah melakukan tindakan korupsi. Benarkah pernyataan tersebut?
Silahkan Anda jawab.
B. Kekeliruan kausalitas (sebab-akibat)
Kekeliruan kausalitas terjadi karena kekeliruan menentukan dengan tepat sebab dari
suatu peristiwa atau hasil (akibat) dari suatu peristiwa atau kejadian. Contoh dari
kekeliruan kausalitas (sebab-akibat) adalah sebagai berikut:
a. Saya tidak bisa berenang karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat
berenang.
b. Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan
3. C. Kerancuan Analogi
a. Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain. Analogi adalahpersamaan atau persesuaian
antara dua benda atau hal yg berlainan, kiasan. Contoh dari kerancuan analogi
adalah sebagai berikut:
b. Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik.
c. Pada hari senin Patriana kuliah mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa
Patriana kuliah juga mengendarai sepeda motor. Pada hari rabu patriana kuliah
pasti mengendarai sepeda motor.
d. Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin devisi.
D. Kesalahan Relevansi
Kesalahan ini akan terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika dengan
kesimpulan. Misalnya, bukti peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan
atau tidak menunjang konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika sebuah argumen
bergantung pada premis yang tidak relevan dengan konklusi, maka tidak mungkin
dibangun kebenarannya. Terdapat beberapa jenis kesesatan relevansi yang umum
dikenal, berikut penjelasannya:
a. Argumentum ad hominem: terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima
atau menolak suatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi
karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
Contoh:
1) Carl Sagan adalah seorang pemakai ganja, maka karya-karyanya ngawur.
Jimi Hendrix meninggal karena overdosis, jadi musiknya jelek.
2) 'Jangan terus mengumbar retorika teori kelas, padahal diam-diam punya
perusahaan yang tanahnya ribuan hektare.'
b. Argumentum ad verecundiam: terjadi karena orang yang mengemukakannya
adalah orang yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi bukan terjadi karena
penalaran logis.
Contoh:
Pada kenyataannya, ketika diselidiki lebih jauh, terkait suatu hal para ahli
seringkali memiliki pendapat yang berbeda-beda.
c. Argumentum ad baculum (menampilkan kekuasaan): terjadi apabila orang
menolak atau menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis,
melainkan karena ancaman atau terror (bisa juga karena faktor
kekuatan/kekuasaan).
4. Sebagai contoh, komunisme adalah paham yang pasti buruk karena pemerintah
NKRI menyatakan demikian.
d. Argumentum ad populum (menampilkan emosi): artinya ialah ditujukan untuk
massa/rakyat. Pembuktian secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan
prinsip menggugah perasaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya
akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Contoh sederhananya seperti
demonstrasi dan propaganda.
Contoh:
Seorang bisa mengklaim bahwa merokok adalah hobi yang sehat, karena jutaan
orang melakukannya. Namun, mengetahui bahaya merokok, kita malah
mengatakan bahwa merokok bukanlah hobi yang sehat meskipun fakta bahwa
jutaan orang melakukannya.
e. Argumentum ad misericordian (menampilkan rasa kasihan): disebabkankarena
adanya rasa belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk
menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya
berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
Contoh:
kita bisa jadi menentang perilaku korupsi, namun kita malah membiarkan tukang
parkir menagih uang parkir ke kita tanpa memberikan karcis parkir sebagai bukti
pembayaran. Pada dasarnya perilaku tukang parkir ini adalah korupsi juga, namun
tidak dipermasalahkan karena yang melakukannya dianggap sebagai "orang
kecil".
f. Post hoc propter hoc: terjadi karena orang menganggap sesuatu sebagai sebab,
padahal bukan. Pada suatu urutan peristiwa, orang menunjukkan apa yang terjadi
lebih dahulu adalah penyebab peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal bukan.
Contoh:
"Ayam berkokok sebelum matahari terbit, oleh karena itu ayam menyebabkan
matahari naik"
"Jokowi mendarat di Jedah, Badai menyebabkan Crane jatuh di Mesjidil Haram,
oleh karena itu kedatangan Jokowi menyebabkan jamaah haji tewas"
g. Petitio principii: berarti mengajukan pertanyaan dengan mengamsusikan
kebenaran dari apa yang berusaha untuk dibuktikan, dalam upaya untuk
membuktikannya. Dikenal dengan pernyataan berupa pengulangan prinsip
dengan prinsip.
Contoh:
5. Belajar logika berarti mempelajari cara berpikir tepat, karena di dalam berpikir
tepat ada logika..
Guru: "Kelas dimulai jam 7:30 kenapa kamu datang jam 8:30?"
Murid: "Ya, karena saya terlambat.."
Kesesatan petitio principii juga dikenal karena pernyataan berupa pengulangan
prinsip dengan prinsip.
h. Argumentum ad ignorantiam (argumen dari keridaktahuan): kesalahan terjadi
ketika berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum
terbukti salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar.
Contoh 1: Saya belum pernah lihat dewa, setan, dan hantu; sudah pasti mereka
tidak ada.
Contoh 2: Karena tidak ada yang berdemonstrasi, saya anggap semua
masyarakat setuju kenaikan BBM.
Contoh 3: Diamnya pemerintah atas tuduhan konspirasi, berarti sama saja
menjawab "ya". (padahal belum tentu)
Pernyataan di atas merupakan sesat pikir karena belum tentu bila seseorang tidak
mengetahui sesuatu itu ada/tidak bukan berarti sesuatu itu benar-benar tidak ada.
i. Ignorantia elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan
konklusi.
Contoh:
1. Kasus pembunuhan umat minoritas difokuskan pada agamanya, bukan pada
tindak kekerasannya.
2. Seorang pejabat berbuat dermawan; sudah pasti dia tidak tulus/mencari muka.
3. Saya tidak percaya aktivis mahasiswa yang naik mobil pribadi ke kampus.
4. Sia-sia bicara politik kalau mengurus keluarga saja tidak becus.
Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran maksud.
6. Contoh Penyebab yang Salah Nalar:
a. Hendra mendapat kenaikan jabatan setelah iamemperhatikan dan mengurusi makam
leluhurnya.
b. Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
Faktor- faktor yang menyebabkan salah nalar :
1. Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain.
Contoh Analogi yang Salah:
a. Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya
dengan baik.
b. Pada hari senin Patriana kuliah mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa
Patriana kuliah juga mengendarai sepedamotor. Pada hari rabu patriana kuliah
pasti mengendarai sepeda motor.
c. Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin divisi.
2. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang
dengan tugas yang diembannya.
Contoh Argumentasi Bidik Orang
a. Kusdi kesulitan membuat tugas makalah bahasa Indonesia karena tidak
mempunyai materi bahasa Indonesia.
b. Deliana tidak bias menikah lagi karena ia sudah janda.
3. Meniru yang Sudah Ada
Salah nalar jenis ini berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita
lakukan kalau orang lain melakukan hal itu.
Contoh meniru yang sudah ada:
a. Kita bisa melakukan korupsi karena pejabat pemerintah melakukannya.
b. Saat Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia Slamet mencotek,
karena pada mata kuliah Statistik Fitriawati juga mencontek.
4. Pemerataan Para Ahli.
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan
pandangan yang sama. Hal ini akan mengakibatkan kekeliruan mengambil
kesimpulan.
Contoh Penyamarataan Para Ahli:
a. Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia adalah Diska, Sarjanah Ekonomi.
b. Sarifah pandai membuat kue, ia adalah lulusan SMEA.