SlideShare a Scribd company logo
HUKUM ACARA
PEMBERHENTIAN PRESIDEN
ISTILAH
 Pemakzulan adalah merupakan proses pemberhentian seorang pejabat
publik dalam masa jabatannya, atau sebelum masa jabatan tersebut
berakhir.
 impeachment, yaitu pendakwaan atas suatu perbuatan tertentu yang dapat
menjadi alasan pemberhentian.
 Kasus impeachment Presiden Amerika Bill Clinton ini bermula dari
tuduhan terhadap Clinton yang telah melakukan perbuatan tidak bermoral
terhadap karyawan Gedung Putih Monica Lewinsky.
 Akhir dari proses impeachment ini adalah Clinton dibebaskan (acquited)
oleh Senat dengan suara mutlak dan tetap menduduki jabatan Presiden
Amerika Serikat
PEMBERHENTIAN PRESIDEN SEBELUM AMANDEMEN UUD 1945
 Tidak diatur dalam Batang Tubuh UUD 1945 Ketentuan pasal-pasal UUD
1945 sebelum perubahan hanya mengatur tentang pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden oleh MPR dengan suara terbanyak [Pasal 6 ayat (2)] dan
tentang penggantian jabatan Presiden oleh Wakil Presiden dalam hal
Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya (Pasal 8).
 Ketentuan lebih lanjut mengenai persidangan istimewa diatur dengan
Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978 yang menyatakan bahwa Presiden
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya dengan alasan “Presiden
sungguh melanggar haluan negara yang ditetapkan oleh Undang-Undang
Dasar atau oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.
 Presiden yang diberhentikan dalam masa jabatannya, yaitu Presiden
Soekarno dan Presiden Abdurrahman Wahid
1. Presiden Sukarno
Presiden Soekarno diberhentikan oleh MPR dengan cara “mencabut
kekuasaan pemerintahan negara” karena pertanggungjawaban yang
disampaikan mengenai kebijakan terkait dengan pemberontakan kotra-revolusi
G-30-S/PKI, yang dikenal dengan pidato Nawaksara dan Pelengkap
Nawaksara, tidak dapat diterima oleh MPRS pada tahun 1967.
2, Presiden Abdurahman Wahid
Presiden Abdurrahman Wahid diberhentikan oleh MPR pada tahun 2001
melalui Ketetapan MPR Nomor II/MPR/2001 tentang Pertanggungjawaban
Presiden KH. Abdurrahman Wahi.
Pemberhentian ini juga dimulai dengan dibentuknya Panitia Angket Kasus
Dana Milik Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (YANATERA) Bulog dan
Kasus Dana Bantuan Sultan Brunei Darussalam oleh DPR dan Menyimpulkan
bahwa “Patut Diduga Bahwa Presiden Abdurrahman Wahid
Berperan dalam Pencairan dan Penggunaan Dana Yanatera Bulog” dan
adanya inkosistensi pernyataan abdurahman wahid masalah bantuan sultan
brunai kepada masyarakat.
PEMBERHENTIAN PRESIDEN PASCA
AMANDEM UUD 1945
 Pengaturan tentang pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
Perubahan UUD 1945 merupakan salah satu instrumen mewujudkan pemerintahan
presidensiil. Hal itu sesuai dengan salah satu kesepakatan dasar tentang arah
perubahan UUD 1945, yaitu memurnikan dan memperkuat sistem presidensiil. Salah
satu karakteristik sistem presidensiil adalah pemisahan kekuasaan yang melahirkan
hubungan sejajar antara eksekutif dan parlemen.
 AMANDEMEN MEMPERTEGAS MASA JABATAN PRESIDEN 2 PERIODE DAN
MEMPERTEGAS SISTEM PRESIDENSIIL.
ALASAN DIBERHENTIKAN
 Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila
terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila
terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
ADA 3 ALASAN
1. ALASAN PELANGGARAN HUKUM berupa; (a) pengkhianatan terhadap negara; (b)
korupsi; (c) penyuapan; (d) tindak pidana berat lainnya;
2. perbuatan tercela.
3. TIDAK MEMENUHI SYARAT SEBAAGAI PRESIDEN/WAPRES
1.PENGHIANATAN NEGERA
 Pengkhianatan terhadap negara adalah tindak pidana terhadap keamanan negara yang sebagian besar telah
diatur dalam KUHP. Selain itu terdapat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang Kejahatan Terhadap
Keamanan Negara yang mengubah beberapa ketentuan di dalam KUHP.
 dalam Titel I Buku II KUHP. Kejahatan-kejahatan tersebut meliputi:
 a. Makar terhadap kepala negara (Pasal 104);
 b. Makar untuk memasukkan Indonesia di bawah kekuasaan asing (Pasal 106);
 c. Makar untuk menggulingkan pemerintah (Pasal 107);
 d. Pemberontakan (Pasal 108);
 e. Pemufakatan jahat dan/atau penyertaan untuk melakukan kejahatan yang dimaksud Pasal 104, Pasal 106,
Pasal 107, dan Pasal 108 KUHP;
 f. Mengadakan hubungan dengan negara asing yang bermusuhan dengan Indonesia (Pasal 111);
 g. Mengadakan hubungan dengan negara asing dengan tujuan agar negara asing membantu suatu penggulingan
terhadap pemerintah di Indonesia (Pasal 111 bis);
 h. Menyiarkan surat-surat rahasia (Pasal 112 – Pasal 116);
 i. Kejahatan mengenai bangunan-bangunan pertahanan negara (Pasal 117–Pasal 120);
 j. Merugikan negara dalam perundingan diplomatik (Pasal 121);
 k. Kejahatan yang biasa dilakukan oleh mata-mata musuh (Pasal 122 – Pasal 125);
 l. Menyembunyikan mata-mata musuh (Pasal 126); dan
 m. Menipu dalam hal menjual barang-barang keperluan tentara.
2. Pelanggaran hukum berupa korupsi dan
penyuapan
 Tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang terdiri dari:
1) Perbuatan secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara;
2) Perbuatan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.
Kasus bank century wapres budiono dan sri mulyani
3. Tindak pidana berat lainnya
 Berdasarkan Pasal 1 angka 10 PMK Nomor 21 Tahun 2009 dinyatakan
bahwa tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
4. Perbuatan tercela
 perbuatan tercela, yang walaupun bukan pelanggaran pidana, tetapi
merupakan perbuatan yang dianggap tercela oleh masyarakat, agama
dan adat dan tidak seharusnya dilakukan oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden. Apabila perbuatan dimaksud dilakukan, akan merusak
citra dan kehormatan Presiden dan/atau Wakil Presiden.
5. TIDAK MEMENUHI SYARAT SEBAGAI PRESIDEN
PERSYARATAN SEHAT JASMANI DAN ROHANI DAN SYARAT
ADMINISTRASI sperti bertakwa kepada Tuhan, pendidikan SMA usia 40
tahun, tidak pernah dijatuhi pidana,bukan anggota PKI
Mekanisme pemberhentian
 Mekanisme pemberhentian Presiden diatur dalam Pasal 7B UUD 1945.
(1) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah
Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya
2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang
paripurna yang dihadri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) MK akan memeriksa dugaan yang pelanggaran yang dialkukan oleh presiden sidang
90 hari.
(3) Jika terbukti MPR mengadakan sidaang yang dihadiri sekurangnya ¾ dari jumlah
anggota dan setuju 2/3 dari jumlah hadir.
 Persidangan dilakukan oleh Pleno Hakim MK yang dihadiri sekurang-kurangnya 7
(tujuh) hakim konstitusi dan dipimpin oleh Ketua MK. Persidangan ditentukan melalui
6(enam) tahap, yaitu:
a. Tahap I : Sidang Pemeriksaan Pendahuluan
b. Tahap II : Tanggapan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
c. Tahap III : Pembuktian oleh DPR
d. Tahap IV : Pembuktian oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
e. Tahap V : Kesimpulan DPR maupun Presiden dan/atau Wakil Presiden
f. Tahap VI : Pengucapan Putusan
3 lembaga dalam pemberhentian presiden
 1. DPR melakukan dua tahapan yaitu pertama, melakukan pendakwaan
(impeachment) untuk disampaikan ke Mahkamah Konstitusi; kedua, meneruskan usul
pemberhentian jika terbukti ke MPR DPR ke MPR ini lebih merupakan proses politik,
karena DPR adalah lembaga politik.
 2. Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili dan memutus dakwaan
terhadap Presiden dan/atau Wakil Presiden oleh DPR yang merupakan forum
previligatum dan lebih bersifat sebagai proses yuridis.
 3. MPR merupakan lembaga terakhir penentu atas status Presiden dan/Wakil
Presiden setelah proses DPR dan Mahkamah Konstitusi selesai. mengambil keputusan
dalam dua pilihan, yaitu memberhentikan atau tidak memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden meskipun telah terbukti bersalah yang dibuktikan dalam persidangan
Mahkamah Konstitusi.
 ***

More Related Content

What's hot

Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Idik Saeful Bahri
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenMochammad Ridwan
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
Meita Purnamasari
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
nurul khaiva
 
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Ibanez Sofadella
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Fenti Anita Sari
 
GRATIFIKASI
GRATIFIKASIGRATIFIKASI
GRATIFIKASI
93220872
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
Dian Oktavia
 
Ppt surat kuasa
Ppt surat kuasaPpt surat kuasa
Ppt surat kuasa
Caelarsyi
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
yudikrismen1
 
Definisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidanaDefinisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidana
Abi Zakaria N
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Kardoman Tumangger
 
Permasalahan pemilu di indonesia
Permasalahan pemilu di indonesiaPermasalahan pemilu di indonesia
Permasalahan pemilu di indonesia
Election Commision
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
villa kuta indah
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara
nurul khaiva
 
Bagan proses pembentukan_dan_perubahan
Bagan proses pembentukan_dan_perubahanBagan proses pembentukan_dan_perubahan
Bagan proses pembentukan_dan_perubahan
Dhani Irawan
 

What's hot (20)

Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
 
Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
Ptun
PtunPtun
Ptun
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
 
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
 
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Pendidikan anti korupsi - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
 
GRATIFIKASI
GRATIFIKASIGRATIFIKASI
GRATIFIKASI
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Ppt surat kuasa
Ppt surat kuasaPpt surat kuasa
Ppt surat kuasa
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Definisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidanaDefinisi hukum acara pidana
Definisi hukum acara pidana
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Permasalahan pemilu di indonesia
Permasalahan pemilu di indonesiaPermasalahan pemilu di indonesia
Permasalahan pemilu di indonesia
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara8. lembaga lembaga negara
8. lembaga lembaga negara
 
Bagan proses pembentukan_dan_perubahan
Bagan proses pembentukan_dan_perubahanBagan proses pembentukan_dan_perubahan
Bagan proses pembentukan_dan_perubahan
 

Similar to PEMBERHENTIAN PRESIDEN.pptx

Bedah uud
Bedah uudBedah uud
Bedah uudelthnad
 
Amandemen uud 45 nkri
Amandemen uud 45 nkriAmandemen uud 45 nkri
Amandemen uud 45 nkri
ekowingsinaga022
 
Tugas dan wewenang dari lembaga negara
Tugas dan wewenang dari lembaga negaraTugas dan wewenang dari lembaga negara
Tugas dan wewenang dari lembaga negara
Ningrum Handayani
 
Presiden & wakil presiden
Presiden & wakil presidenPresiden & wakil presiden
Presiden & wakil presiden
Belum Kerja
 
Uu tahun 2003 no. 24 tentang mahkamah konstitusi
Uu tahun 2003 no. 24 tentang mahkamah konstitusiUu tahun 2003 no. 24 tentang mahkamah konstitusi
Uu tahun 2003 no. 24 tentang mahkamah konstitusi
Legal Akses
 
Uu tahun 2003 no. 13 tentang ketenagakerjaan
Uu tahun 2003 no. 13 tentang ketenagakerjaanUu tahun 2003 no. 13 tentang ketenagakerjaan
Uu tahun 2003 no. 13 tentang ketenagakerjaan
Legal Akses
 
Kebebasan Menyampaikan Perbedaan Pendapat
Kebebasan Menyampaikan Perbedaan PendapatKebebasan Menyampaikan Perbedaan Pendapat
Kebebasan Menyampaikan Perbedaan Pendapat
Universitas Trisakti
 
PKN BAB 5 KELAS 8
PKN BAB 5  KELAS 8 PKN BAB 5  KELAS 8
PKN BAB 5 KELAS 8 Raechan Anam
 
PERBANDINGAN_UUD_1945_SEBELUM_DAN_SESUDA.pdf
PERBANDINGAN_UUD_1945_SEBELUM_DAN_SESUDA.pdfPERBANDINGAN_UUD_1945_SEBELUM_DAN_SESUDA.pdf
PERBANDINGAN_UUD_1945_SEBELUM_DAN_SESUDA.pdf
perencanaanperpajaka
 
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negaraPpt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Doris Agusnita
 
Tgs 1
Tgs 1Tgs 1
Tgs 1
Shilen KTv
 
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKNUU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
Sei Enim
 
Undang undang 1945.docx
Undang undang 1945.docxUndang undang 1945.docx
Undang undang 1945.docx
FransSitorus3
 
Lembaga negara
Lembaga negaraLembaga negara
Lembaga negara
DwikySatria2
 
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptxppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ZaxyKentBL11
 
Uu nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang b
Uu nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bUu nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang b
Uu nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang b
Indonesia Anti Corruption Forum
 

Similar to PEMBERHENTIAN PRESIDEN.pptx (20)

Bedah uud
Bedah uudBedah uud
Bedah uud
 
Amandemen uud 45 nkri
Amandemen uud 45 nkriAmandemen uud 45 nkri
Amandemen uud 45 nkri
 
2003 24 mahkamah konstitusi
2003 24 mahkamah konstitusi2003 24 mahkamah konstitusi
2003 24 mahkamah konstitusi
 
Tugas dan wewenang dari lembaga negara
Tugas dan wewenang dari lembaga negaraTugas dan wewenang dari lembaga negara
Tugas dan wewenang dari lembaga negara
 
Kewarganegaraan
KewarganegaraanKewarganegaraan
Kewarganegaraan
 
Presiden & wakil presiden
Presiden & wakil presidenPresiden & wakil presiden
Presiden & wakil presiden
 
Uu tahun 2003 no. 24 tentang mahkamah konstitusi
Uu tahun 2003 no. 24 tentang mahkamah konstitusiUu tahun 2003 no. 24 tentang mahkamah konstitusi
Uu tahun 2003 no. 24 tentang mahkamah konstitusi
 
Uu tahun 2003 no. 13 tentang ketenagakerjaan
Uu tahun 2003 no. 13 tentang ketenagakerjaanUu tahun 2003 no. 13 tentang ketenagakerjaan
Uu tahun 2003 no. 13 tentang ketenagakerjaan
 
Kebebasan Menyampaikan Perbedaan Pendapat
Kebebasan Menyampaikan Perbedaan PendapatKebebasan Menyampaikan Perbedaan Pendapat
Kebebasan Menyampaikan Perbedaan Pendapat
 
PKN BAB 5 KELAS 8
PKN BAB 5  KELAS 8 PKN BAB 5  KELAS 8
PKN BAB 5 KELAS 8
 
PERBANDINGAN_UUD_1945_SEBELUM_DAN_SESUDA.pdf
PERBANDINGAN_UUD_1945_SEBELUM_DAN_SESUDA.pdfPERBANDINGAN_UUD_1945_SEBELUM_DAN_SESUDA.pdf
PERBANDINGAN_UUD_1945_SEBELUM_DAN_SESUDA.pdf
 
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negaraPpt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
 
Tgs 1
Tgs 1Tgs 1
Tgs 1
 
UUD 1945
UUD 1945UUD 1945
UUD 1945
 
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKNUU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
UU No.28 th 1999 Bersih dan bebas dari KKN
 
Undang undang 1945.docx
Undang undang 1945.docxUndang undang 1945.docx
Undang undang 1945.docx
 
UUD 1945
UUD 1945UUD 1945
UUD 1945
 
Lembaga negara
Lembaga negaraLembaga negara
Lembaga negara
 
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptxppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
ppt BAB 2KLS XI SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA.pptx
 
Uu nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang b
Uu nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bUu nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang b
Uu nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang b
 

PEMBERHENTIAN PRESIDEN.pptx

  • 2. ISTILAH  Pemakzulan adalah merupakan proses pemberhentian seorang pejabat publik dalam masa jabatannya, atau sebelum masa jabatan tersebut berakhir.  impeachment, yaitu pendakwaan atas suatu perbuatan tertentu yang dapat menjadi alasan pemberhentian.  Kasus impeachment Presiden Amerika Bill Clinton ini bermula dari tuduhan terhadap Clinton yang telah melakukan perbuatan tidak bermoral terhadap karyawan Gedung Putih Monica Lewinsky.  Akhir dari proses impeachment ini adalah Clinton dibebaskan (acquited) oleh Senat dengan suara mutlak dan tetap menduduki jabatan Presiden Amerika Serikat
  • 3. PEMBERHENTIAN PRESIDEN SEBELUM AMANDEMEN UUD 1945  Tidak diatur dalam Batang Tubuh UUD 1945 Ketentuan pasal-pasal UUD 1945 sebelum perubahan hanya mengatur tentang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden oleh MPR dengan suara terbanyak [Pasal 6 ayat (2)] dan tentang penggantian jabatan Presiden oleh Wakil Presiden dalam hal Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya (Pasal 8).  Ketentuan lebih lanjut mengenai persidangan istimewa diatur dengan Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978 yang menyatakan bahwa Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya dengan alasan “Presiden sungguh melanggar haluan negara yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.  Presiden yang diberhentikan dalam masa jabatannya, yaitu Presiden Soekarno dan Presiden Abdurrahman Wahid
  • 4. 1. Presiden Sukarno Presiden Soekarno diberhentikan oleh MPR dengan cara “mencabut kekuasaan pemerintahan negara” karena pertanggungjawaban yang disampaikan mengenai kebijakan terkait dengan pemberontakan kotra-revolusi G-30-S/PKI, yang dikenal dengan pidato Nawaksara dan Pelengkap Nawaksara, tidak dapat diterima oleh MPRS pada tahun 1967. 2, Presiden Abdurahman Wahid Presiden Abdurrahman Wahid diberhentikan oleh MPR pada tahun 2001 melalui Ketetapan MPR Nomor II/MPR/2001 tentang Pertanggungjawaban Presiden KH. Abdurrahman Wahi. Pemberhentian ini juga dimulai dengan dibentuknya Panitia Angket Kasus Dana Milik Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (YANATERA) Bulog dan Kasus Dana Bantuan Sultan Brunei Darussalam oleh DPR dan Menyimpulkan bahwa “Patut Diduga Bahwa Presiden Abdurrahman Wahid Berperan dalam Pencairan dan Penggunaan Dana Yanatera Bulog” dan adanya inkosistensi pernyataan abdurahman wahid masalah bantuan sultan brunai kepada masyarakat.
  • 5. PEMBERHENTIAN PRESIDEN PASCA AMANDEM UUD 1945  Pengaturan tentang pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam Perubahan UUD 1945 merupakan salah satu instrumen mewujudkan pemerintahan presidensiil. Hal itu sesuai dengan salah satu kesepakatan dasar tentang arah perubahan UUD 1945, yaitu memurnikan dan memperkuat sistem presidensiil. Salah satu karakteristik sistem presidensiil adalah pemisahan kekuasaan yang melahirkan hubungan sejajar antara eksekutif dan parlemen.  AMANDEMEN MEMPERTEGAS MASA JABATAN PRESIDEN 2 PERIODE DAN MEMPERTEGAS SISTEM PRESIDENSIIL.
  • 6. ALASAN DIBERHENTIKAN  Pasal 7A Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. ADA 3 ALASAN 1. ALASAN PELANGGARAN HUKUM berupa; (a) pengkhianatan terhadap negara; (b) korupsi; (c) penyuapan; (d) tindak pidana berat lainnya; 2. perbuatan tercela. 3. TIDAK MEMENUHI SYARAT SEBAAGAI PRESIDEN/WAPRES
  • 7. 1.PENGHIANATAN NEGERA  Pengkhianatan terhadap negara adalah tindak pidana terhadap keamanan negara yang sebagian besar telah diatur dalam KUHP. Selain itu terdapat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang Kejahatan Terhadap Keamanan Negara yang mengubah beberapa ketentuan di dalam KUHP.  dalam Titel I Buku II KUHP. Kejahatan-kejahatan tersebut meliputi:  a. Makar terhadap kepala negara (Pasal 104);  b. Makar untuk memasukkan Indonesia di bawah kekuasaan asing (Pasal 106);  c. Makar untuk menggulingkan pemerintah (Pasal 107);  d. Pemberontakan (Pasal 108);  e. Pemufakatan jahat dan/atau penyertaan untuk melakukan kejahatan yang dimaksud Pasal 104, Pasal 106, Pasal 107, dan Pasal 108 KUHP;  f. Mengadakan hubungan dengan negara asing yang bermusuhan dengan Indonesia (Pasal 111);  g. Mengadakan hubungan dengan negara asing dengan tujuan agar negara asing membantu suatu penggulingan terhadap pemerintah di Indonesia (Pasal 111 bis);  h. Menyiarkan surat-surat rahasia (Pasal 112 – Pasal 116);  i. Kejahatan mengenai bangunan-bangunan pertahanan negara (Pasal 117–Pasal 120);  j. Merugikan negara dalam perundingan diplomatik (Pasal 121);  k. Kejahatan yang biasa dilakukan oleh mata-mata musuh (Pasal 122 – Pasal 125);  l. Menyembunyikan mata-mata musuh (Pasal 126); dan  m. Menipu dalam hal menjual barang-barang keperluan tentara.
  • 8. 2. Pelanggaran hukum berupa korupsi dan penyuapan  Tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang terdiri dari: 1) Perbuatan secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara; 2) Perbuatan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara. Kasus bank century wapres budiono dan sri mulyani
  • 9. 3. Tindak pidana berat lainnya  Berdasarkan Pasal 1 angka 10 PMK Nomor 21 Tahun 2009 dinyatakan bahwa tindak pidana berat lainnya adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
  • 10. 4. Perbuatan tercela  perbuatan tercela, yang walaupun bukan pelanggaran pidana, tetapi merupakan perbuatan yang dianggap tercela oleh masyarakat, agama dan adat dan tidak seharusnya dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. Apabila perbuatan dimaksud dilakukan, akan merusak citra dan kehormatan Presiden dan/atau Wakil Presiden. 5. TIDAK MEMENUHI SYARAT SEBAGAI PRESIDEN PERSYARATAN SEHAT JASMANI DAN ROHANI DAN SYARAT ADMINISTRASI sperti bertakwa kepada Tuhan, pendidikan SMA usia 40 tahun, tidak pernah dijatuhi pidana,bukan anggota PKI
  • 11. Mekanisme pemberhentian  Mekanisme pemberhentian Presiden diatur dalam Pasal 7B UUD 1945. (1) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. (2) MK akan memeriksa dugaan yang pelanggaran yang dialkukan oleh presiden sidang 90 hari. (3) Jika terbukti MPR mengadakan sidaang yang dihadiri sekurangnya ¾ dari jumlah anggota dan setuju 2/3 dari jumlah hadir.
  • 12.
  • 13.  Persidangan dilakukan oleh Pleno Hakim MK yang dihadiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hakim konstitusi dan dipimpin oleh Ketua MK. Persidangan ditentukan melalui 6(enam) tahap, yaitu: a. Tahap I : Sidang Pemeriksaan Pendahuluan b. Tahap II : Tanggapan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden c. Tahap III : Pembuktian oleh DPR d. Tahap IV : Pembuktian oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden e. Tahap V : Kesimpulan DPR maupun Presiden dan/atau Wakil Presiden f. Tahap VI : Pengucapan Putusan
  • 14. 3 lembaga dalam pemberhentian presiden  1. DPR melakukan dua tahapan yaitu pertama, melakukan pendakwaan (impeachment) untuk disampaikan ke Mahkamah Konstitusi; kedua, meneruskan usul pemberhentian jika terbukti ke MPR DPR ke MPR ini lebih merupakan proses politik, karena DPR adalah lembaga politik.  2. Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili dan memutus dakwaan terhadap Presiden dan/atau Wakil Presiden oleh DPR yang merupakan forum previligatum dan lebih bersifat sebagai proses yuridis.  3. MPR merupakan lembaga terakhir penentu atas status Presiden dan/Wakil Presiden setelah proses DPR dan Mahkamah Konstitusi selesai. mengambil keputusan dalam dua pilihan, yaitu memberhentikan atau tidak memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden meskipun telah terbukti bersalah yang dibuktikan dalam persidangan Mahkamah Konstitusi.  ***