Dokumen tersebut merangkum solusi perhitungan VLSM untuk mengalokasikan alamat IP pada jaringan dengan 5 subnet dan kebutuhan jumlah host yang berbeda-beda. Solusi yang dijelaskan meliputi perhitungan subnetting untuk memenuhi kebutuhan jumlah host setiap subnet secara efisien dengan menggunakan variabel length subnet mask.
Seperti yang kita ketahui bahwa definisi atau arti kata dari routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket paket jaringan ke network lain / jaringan lain yang tidak terhubung langsung dengan si router melalui internetwork. dan routing static adalah sebuah router yang tabel routingnya dikonfigurasi manual oleh administrator jaringannya . Maka routing dinamis adalah kebalikannya dari routing static tersebut. Karena routing dinamis adalah sebuah router yang tabel routing'nya dikonfigurasi otomatis oleh protokol routing yang telah dipilih sebelumnya .
Seperti yang kita ketahui bahwa definisi atau arti kata dari routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket paket jaringan ke network lain / jaringan lain yang tidak terhubung langsung dengan si router melalui internetwork. dan routing static adalah sebuah router yang tabel routingnya dikonfigurasi manual oleh administrator jaringannya . Maka routing dinamis adalah kebalikannya dari routing static tersebut. Karena routing dinamis adalah sebuah router yang tabel routing'nya dikonfigurasi otomatis oleh protokol routing yang telah dipilih sebelumnya .
Universitas Komputer Indonesia - Sistem Komputer (S1)
Tugas Jaringan Komputer
Kelompok 5
Feni Melati (10216039)
Futry Diviana Agnia (10216045)
Deni Himawan (10216042)
M Aditya Fathur R (10216044)
Rizal Yonansyah (10216050)
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan Edisi 2I Putu Hariyadi
Â
Panduan Praktikum Administrasi Jaringan Edisi 2 yang membahas tentang instalasi dan konfigurasi hypervisor Proxmox pada VirtualBox, instalasi dan konfigurasi Virtual Machine (VM) dan Container serta Server Internet/Intranet.
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan - Proxmox VE 8.0.pdfI Putu Hariyadi
Â
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan (ASJ) ini didalamnya membahas tentang instalasi dan konfigurasi Proxmox Virtual Environment (PVE) versi 8.0 pada Oracle VirtualBox dan MikroTik CHR sebagai Virtual Machine (VM) serta CentOS 9 Stream sebagai Container yang difungsikan sebagai Internet Server. Selain itu juga dibahas Backup & Restore, Firewall pada PVE 8.0 dan pengamanan PVE dari Brute Force menggunakan Fail2ban.
Panduan Praktikum Pemrograman Sistem JaringanI Putu Hariyadi
Â
Pembahasan pada panduan praktikum ini difokuskan pada praktikum penerapan Network Development Operations (NetDevOps) khususnya menggunakan Continuous Integration/Continuous Deployment (CI/CD) pipelines untuk mengkonfigurasi dan memanajemen infrastruktur jaringan berbasis MikroTik.
Panduan Praktikum Cloud Computing Berbasis OpenStack Versi 2.0I Putu Hariyadi
Â
Panduan Praktikum Cloud Computing Berbasis OpenStack versi 2.0 ini membahas tentang pengenalan Cloud Computing dan OpenStack. Selain itu juga membahas praktik mengadministrasi OpenStack baik melalui Horizon Dashboard maupun Command Line Interface (CLI) sesuai dengan ketentuan pada soal studi kasus berbasis skenario.
Pembahasan Solusi Soal Uji Kompetensi Keahlian (UKK) SMK TKJ Paket 4 Kurikulum 2013 Tahun 2023 tentang Troubleshooting Keamanan Jaringan Pada Jaringan WAN
Instalasi dan Konfigurasi VirtualBox Guest Additions pada VM CyberOps Worksta...I Putu Hariyadi
Â
Instalasi dan Konfigurasi VirtualBox Guest Additions pada VM CyberOps Workstation untuk mendukung praktik course CyberOps Associate dari Cisco Networking Academy
Pembahasan Solusi Soal UAS Praktikum Manajemen Keamanan InformasiI Putu Hariyadi
Â
Pembahasan Solusi Soal Ujian Akhir Semester (UAS) Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022 untuk Praktikum Manajemen Keamanan Informasi (MKI) pada program studi Teknologi Informasi, Universitas Bumigora.
Pembahasan Solusi Soal Ujian Akhir Semester (UAS) matakuliah Troubleshooting & Maintaining Computer Network (TSHOOT) pada program studi Ilmu Komputer, Universitas Bumigora untuk tahun akademik 2021/2022.
Soal Packet Tracer Troubleshooting - ITNSA LKS SMK Tingkat Provinsi NTB 2021I Putu Hariyadi
Â
Soal Packet Tracer Troubleshooting (TSHOOT) untuk lomba Information Technology Network System Administration (ITNSA) pada LKS SMK Tingkat Provinsi NTB tahun 2021
Soal Network Actual & Future Network - ITNSA LKS SMK Tingkat Provinsi NTB 2021I Putu Hariyadi
Â
Soal Network Actual & Future Network untuk lomba Information Technology Network System Administration (ITNSA) pada LKS SMK Tingkat Provinsi NTB tahun 2021
Fundamental gerakan pramuka merupakan dasar dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pramuka
Fundamental Gerakan Pramuka meliputi :
1. Definisi dari istilah Pramuka, Pendidikan Kepramukaan, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka
2. Tujuan Gerakan Pramuka ( Karakter, Keterampilan, Kebangsaan)
3. Kurikulum Pendidikan Kepramukaan ( SKU, SKK, SPG )
4. PDK dan MK (PDK= Prinsip Dasar Kepramukaan , MK= Metode Kepramukaan )
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
6. Pengembangan Karakter SESOSIF
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
8. Indikator Ketercapaian Tujuan ( Happy, Healthy, Helpful, Handycraft )
9. Tujuan Akhir (Hidup Bahagia, Mati Bahagia )
Tentang Fundamental Gerakan Pramuka tersebut dapat dijabarkan sbb :
1. Definisi
a. Pramuka adalah setiap warga negara Indonesia yang secara sukarela aktif dalam pendidikan Kepramukaan serta berusaha mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
b. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
c. Kepramukaan adalah proses pendidikan nonformal di luar lingkungan sekolah dan diluar linkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka denga Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK Kwarnas No. 231 Tahun 2017)
d. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan
b. 8 MK (Metode Kepramukaan), meliputi:
1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2. Belajar sambil melakukan;
3. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4. Kegiatan yang menarik dan menantang;
5. Kegiatan di alam terbuka;
6. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
8. Satuan terpisah antara putra dan putri.
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan digunakan Sistem Among.
Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia.
Sistem Among memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri dengan bimbingan orang dewasa melalui prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan; dan
Tutwuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan ke arah kemandirian yang lebih baik.
. Pengembangan Karakter SESOSIF
Di dalam SKU, SKK, dan SPG mengandung inti SESOSIF, yaitu : Spiritual, Emosional, Sosial, Intelektual, dan Fisik.
Yang kesemuanya itu ditumbuhkembangkan dalam diri seorang pramuka. Keterpaduan kelima area pengembangan diri itu akan mengantarkan sang Pramuka menjadi generasi bangsa yang unggul.
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Â
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Pembahasan Solusi Perhitungan VLSM untuk Lab 11.10.1 Packet Tracer - Design and Implement a VLSM Addressing
1. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 1
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
PEMBAHASAN SOLUSI PERHITUNGAN VLSM UNTUK
LAB 11.10.1 PACKET TRACER - Design and Implement a VLSM Addressing
CCNA Introduction to Networks (ITN) versi 7.02
Oleh I Putu Hariyadi (admin@iputuhariyadi.net)
Buat skema pengalamatan Variable Length Subnet Mask (VLSM) menggunakan alamat subnet
192.168.203.0/24 dari desain jaringan seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Adapun kebutuhan jumlah subnet dan host per subnet-nya adalah sebagai berikut:
a. 1 subnet dengan 32 hosts (LAN WS-2).
b. 1 subnet dengan 21 hosts (LAN ES-1).
c. 1 subnet dengan 19 hosts (LAN WS-1).
d. 1 subnet dengan 14 hosts (LAN ES-2).
e. 1 subnet untuk WAN Link router East-West.
Total jumlah subnet yang dibutuhkan adalah 5 (lima) subnet dengan pembagian 4 (empat) subnet
untuk LAN dan 1 (satu) subnet untuk WAN Link.
Selain itu terdapat beberapa ketentuan pada soal lab tersebut yaitu antara lain:
a. Subnet-subnet sebagai hasil perhitungan VLSM yang dialokasikan harus contiguous
(bersebelahan) dan tidak ada ruang alamat yang tidak digunakan diantara subnet.
b. Menyediakan subnet yang paling efisien untuk koneksi point-to-point antar router.
c. Menerapkan alamat IP pertama dari subnet yang sesuai untuk dua jalur (link) LAN dan
jalur WAN dari router East.
d. Menerapkan alamat IP pertama dari subnet yang sesuai untuk dua jalur (link) LAN dari
router West.
e. Menerapkan alamat IP terakhir dari subnet yang sesuai untuk jalur WAN dari router West.
2. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 2
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
f. Menerapkan alamat IP kedua dari subnet yang sesuai untuk setiap switch dan
memastikan interface manajemen dari switch tersebut dapat diakses oleh hosts di seluruh
LAN.
g. Menerapkan alamat IP terakhir dari subnet yang sesuai untuk setiap hosts (PC).
Solusi:
ï‚· Alamat subnet 192.168.203.0/24 merupakan alamat Class C yang memiliki 24 bit Network ID
dan 8 bit HostID.
ï‚· Perhitungan dimulai dari jumlah kebutuhan host terbanyak.
A. 1 subnet dengan 32 hosts (LAN WS-2)
Menentukan jumlah bit HostID yang harus dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan 32 hosts
menggunakan rumus:
2^? - 2 >= jumlah host yang diminta.
2^? - 2 >= 32 hosts.
2^6 - 2 >= 32 hosts yaitu menghasilkan 62 hosts per subnet.
Sehingga 6 bit hostid harus dicadangkan (tidak boleh diambil untuk subnetting).
Jumlah bit HostID yang dapat diambil untuk subnetting adalah:
Total bit HostID - jumlah bit HostID yang dicadangkan = 8 - 6 = 2 bit, sehingga hanya 2 bit
HostID yang dapat diambil untuk subnetting.
Disubnet 2 bit.
1. Akan terbentuk berapa subnet baru?
2^x, dimana x adalah jumlah bit HostID yang diambil untuk subnetting.
2^2 = 4 subnet baru.
2. Ada berapa host per subnet?
2^y-2, dimana y adalah jumlah bit HostID sisa setelah dikurangi dengan jumlah bit HostID
yang diambil untuk subnetting.
y = Total bit hostid - jumlah bit HostID yang diambil.
3. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 3
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
y = 8 bit HostID - 2 bit HostID yang diambil = 6 bit HostID sisa.
2^y - 2 = 2^6 - 2 = 62 host per subnet.
3. Subnet apa saja yang valid?
a. Default subnetmask:
255.255.255.0
 konversi decimal HostID ke biner
00000000
 disubnet 2 bit
11000000
 konversi biner ke decimal
128+64 = 192
b. Subnetmask baru: 255.255.255.192 (/26)
c. Block size/Kelipatan (Magic Number): 256 - subnetmask baru = 256 - 192 = 64
Subnet 1 : 192.168.203.0/26 (Dialokasikan untuk LAN WS-2)
IP Pertama : 192.168.203.1  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.62  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.63  Step 2: -1
Subnet 2 : 192.168.203.64/26 (Disubnetting kembali untuk 1 subnet dengan 21
hosts (LAN ES-1))
IP Pertama : 192.168.203.65  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.126  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.127  Step 2: -1
Subnet 3 : 192.168.203.128/26 (Disubnetting kembali untuk 1 jaringan dengan 14
hosts (LAN ES-2))
IP Pertama : 192.168.203.129  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.190  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.191  Step 2: -1
Subnet 4 : 192.168.203.192/26 (Sisa)
4. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 4
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
IP Pertama : 192.168.203.193  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.254  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.255  Step 2: -1
Ketentuan menemukan setiap alamat subnet, alamat IP Pertama, Terakhir dan Broadcast adalah
sebagai berikut:
 Subnet pertama selalu dimulai dari 0 (subnet zero) ketika proses subnetting dilakukan.
Untuk menemukan subnet-subnet berikutnya lakukan penambahan dengan nilai block
size atau kelipatannya.
 Step 1: IP Pertama diperoleh dengan cara alamat subnet itu sendiri di oktet ke-empatnya
ditambah dengan 1 (+1).
 Step 2: IP Broadcast diperoleh dengan cara alamat subnet berikutnya dikurangi dengan 1
(-1).
 Step 3: IP Terakhir diperoleh dengan cara alamat IP Broadcast dikurangi dengan 1 (-1).
B. 1 subnet dengan 21 hosts (LAN ES-1)
Alamat subnet 2: 192.168.203.64/26 akan disubnet lagi untuk memenuhi kebutuhan 1
jaringan dengan 21 hosts (Variable Length Subnet Mask - VLSM).
Jumlah bit HostID yang tersedia untuk alamat subnet ini adalah 32 - nilai decimal subnetmask
dari format bit count = 32 - 26 = 6 bit HostID.
Menentukan jumlah bit HostID yang harus dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan 21 hosts
menggunakan rumus:
2^? - 2 >= jumlah host yang diminta.
2^? - 2 >= 21 hosts.
2^5 - 2 >= 21 hosts yaitu menghasilkan 30 hosts per subnet.
Sehingga 5 bit hostid harus dicadangkan (tidak boleh diambil untuk subnetting).
Jumlah bit HostID yang dapat diambil untuk subnetting adalah:
Total bit HostID - jumlah bit HostID yang dicadangkan = 6 - 5 = 1 bit, sehingga hanya 1 bit
HostID yang dapat diambil untuk subnetting.
5. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 5
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
Disubnet 1 bit.
1. Akan terbentuk berapa subnet baru?
2^x, dimana x adalah jumlah bit HostID yang diambil untuk subnetting.
2^1 = 2 subnet baru.
2. Ada berapa host per subnet?
2^y-2, dimana y adalah jumlah bit HostID sisa setelah dikurangi dengan jumlah bit HostID
yang diambil untuk subnetting.
y = Total bit hostid - jumlah bit HostID yang diambil.
y = 6 bit HostID - 1 bit HostID yang diambil = 5 bit HostID sisa.
2^y - 2 = 2^5 - 2 = 30 host per subnet.
3. Subnet apa saja yang valid?
a. Default subnetmask:
255.255.255.192
 konversi decimal HostID ke biner
11000000
 disubnet 1 bit
11100000
 konversi biner ke decimal
128+64+32 = 224
b. Subnetmask baru: 255.255.255.224 (/27)
c. Block size/Kelipatan (Magic Number): 256 - subnetmask baru = 256 - 224 = 32
Subnet 1 : 192.168.203.64/27 (Dialokasikan untuk LAN ES-1)
IP Pertama : 192.168.203.65  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.94  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.95  Step 2: -1
Subnet 2 : 192.168.203.96/27 (Dialokasikan untuk 1 subnet dengan 19 hosts (LAN
WS-1))
IP Pertama : 192.168.203.97  Step 1: +1
6. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 6
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
IP Terakhir : 192.168.203.126  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.127  Step 2: -1
Alamat subnet 2 yaitu 192.168.203.96/27 langsung diambil karena jumlah hosts yang tersedia
pada subnet tersebut dapat mengakomodir kebutuhan C yaitu untuk mengalamati 1 jaringan
dengan 19 hosts (LAN WS-1).
D. 1 subnet dengan 14 hosts (LAN ES-2)
Alamat Subnet 3: 192.168.203.128/26 pada perhitungan di bagian A akan disubnet lagi untuk
memenuhi kebutuhan 1 jaringan dengan 14 hosts (Variable Length Subnet Mask - VLSM).
Jumlah bit hostid tersedia untuk alamat subnet ini adalah 32 - nilai decimal subnetmask dari
format bit count = 32 - 26 = 6 bit HostID
Menentukan jumlah bit HostID yang harus dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan 14 hosts
menggunakan rumus:
2^? - 2 >= jumlah host yang diminta.
2^? - 2 >= 14 hosts.
2^4 - 2 >= 14 hosts.
Sehingga 4 bit hostid harus dicadangkan (tidak boleh diambil untuk subnetting).
Jumlah bit HostID yang dapat diambil untuk subnetting adalah:
Total bit HostID - jumlah bit HostID yang dicadangkan = 6 - 4 = 2 bit, sehingga hanya 2 bit
HostID yang dapat diambil untuk subnetting.
Disubnet 2 bit.
1. Akan terbentuk berapa subnet baru?
2^x, dimana x adalah jumlah bit HostID yang diambil untuk subnetting.
2^2 = 4 subnet baru.
2. Ada berapa host per subnet?
2^y-2, dimana y adalah jumlah bit HostID sisa setelah dikurangi dengan jumlah bit HostID
yang diambil untuk subnetting.
7. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 7
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
y = Total bit hostid - jumlah bit HostID yang diambil.
y = 6 bit HostID - 2 bit HostID yang diambil = 4 bit HostID sisa.
2^y - 2 = 2^4 - 2 = 14 host per subnet.
3. Subnet apa saja yang valid?
a. Default subnetmask:
255.255.255.192
 konversi decimal HostID ke biner
11000000
 disubnet 2 bit
11110000
 konversi biner ke decimal
128+64+32+16 = 240
b. Subnetmask baru: 255.255.255.240 (/28)
c. Block size/Kelipatan (Magic Number): 256 - subnetmask baru = 256 - 240 = 16
Subnet 1 : 192.168.203.128/28 (Dialokasikan untuk LAN ES-2)
IP Pertama : 192.168.203.129  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.142  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.143  Step 2: -1
Subnet 2 : 192.168.203.144/28 (Disubnetting kembali untuk WAN Link router East
- West (2 hosts))
IP Pertama : 192.168.203.145  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.158  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.159  Step 2: -1
Subnet 3 : 192.168.203.160/28 (Sisa)
IP Pertama : 192.168.203.161  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.174  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.175  Step 2: -1
Subnet 4 : 192.168.203.176/28 (Sisa)
8. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 8
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
IP Pertama : 192.168.203.177  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.190  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.191  Step 2: -1
E. 1 subnet untuk WAN Link router East – West
Jumlah hosts yang paling efisien untuk koneksi WAN point-to-point antar router East – West
adalah 2 hosts.
Alamat Subnet 2: 192.168.203.144/28 akan disubnet lagi untuk memenuhi kebutuhan WAN
Link router East - West dengan 2 hosts (Variable Length Subnet Mask - VLSM).
Jumlah bit HostID tersedia untuk alamat subnet ini adalah 32 - nilai decimal subnetmask dari
format bit count = 32 - 28 = 4 bit hostid.
Menentukan jumlah bit HostID yang harus dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan 2 hosts
menggunakan rumus:
2^? - 2 >= jumlah host yang diminta.
2^? - 2 >= 2 hosts.
2^2 - 2 >= 2 hosts.
Sehingga 2 bit hostid harus dicadangkan (tidak boleh diambil untuk subnetting).
Jumlah bit HostID yang dapat diambil untuk subnetting adalah:
Total bit HostID - jumlah bit HostID yang dicadangkan = 4 - 2 = 2 bit, sehingga hanya 2 bit
HostID yang dapat diambil untuk subnetting.
Disubnet 2 bit.
1. Akan terbentuk berapa subnet baru?
2^x, dimana x adalah jumlah bit HostID yang diambil untuk subnetting.
2^2 = 4 subnet baru.
2. Ada berapa host per subnet?
2^y-2, dimana y adalah jumlah bit HostID sisa setelah dikurangi dengan jumlah bit HostID
yang diambil untuk subnetting.
9. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 9
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
y = Total bit hostid - jumlah bit HostID yang diambil.
y = 4 bit HostID - 2 bit HostID yang diambil = 2 bit HostID sisa.
2^y - 2 = 2^2 - 2 = 2 host per subnet.
3. Subnet apa saja yang valid?
a. Default subnetmask:
255.255.255.240
 konversi decimal HostID ke biner
11110000
 disubnet 2 bit
11111100
 konversi biner ke decimal
128+64+32+16+8+4 = 252
b. Subnetmask baru: 255.255.255.252 (/30)
c. Block size/Kelipatan (Magic Number): 256 - subnetmask baru = 256 - 252 = 4
Subnet 1 : 192.168.203.144/30 (Dialokasikan untuk WAN Link router East - West)
IP Pertama : 192.168.203.145  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.146  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.147  Step 2: -1
Subnet 2 : 192.168.203.148/30 (Sisa)
IP Pertama : 192.168.203.149  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.150  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.151  Step 2: -1
Subnet 4 : 192.168.203.152/30 (Sisa)
IP Pertama : 192.168.203.153  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.154  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.155  Step 2: -1
10. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 10
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
Subnet 4 : 192.168.203.156/30 (Sisa)
IP Pertama : 192.168.203.157  Step 1: +1
IP Terakhir : 192.168.203.158  Step 3: -1
IP Broadcast : 192.168.203.159  Step 2: -1
Berdasarkan hasil perhitungan subnetting tersebut maka dapat dirangkum alamat subnet yang
akan dialokasikan untuk setiap LAN, seperti terlihat pada tabel berikut:
No. Alamat Subnet Subnetmask Prefix Keterangan
1. 192.168.203.0 255.255.255.192 /26 Dialokasikan untuk LAN WS-2
2. 192.168.203.64 255.255.255.224 /27 Dialokasikan untuk LAN WS-1
3. 192.168.203.96 255.255.255.224 /27 Dialokasikan untuk LAN ES-2
4. 192.168.203.128 255.255.255.240 /28 Dialokasikan untuk LAN ES-1
5. 192.168.203.144 255.255.255.252 /30 Dialokasikan untuk WAN Link router
East - West
Sedangkan alokasi pengalamatan pada setiap interface dari perangkat jaringan, seperti terlihat
pada tabel berikut:
No. Perangkat Interface Alamat IP Subnetmask Default
Gateway
1. East G0/0 192.168.203.129 255.255.255.240 -
2. G0/1 192.168.203.97 255.255.255.224 -
3. S0/0/0 192.168.203.145 255.255.255.252 -
4. West G0/0 192.168.203.65 255.255.255.224 -
5. G0/1 192.168.203.1 255.255.255.192 -
6. S0/0/0 192.168.203.146 255.255.255.252 -
7. ES-1 VLAN 1 192.168.203.130 255.255.255.240 192.168.203.129
8. ES-2 VLAN 1 192.168.203.98 255.255.255.224 192.168.203.97
9. WS-1 VLAN 1 192.168.203.66 255.255.255.224 192.168.203.65
10. WS-2 VLAN 1 192.168.203.2 255.255.255.192 192.168.203.1
11. E1-22 FastEthernet0 192.168.203.142 255.255.255.240 192.168.203.129
12. E2-47 FastEthernet0 192.168.203.126 255.255.255.224 192.168.203.97
13. W1-201 FastEthernet0 192.168.203.94 255.255.255.224 192.168.203.65
14. W2-87 FastEthernet0 192.168.203.62 255.255.255.192 192.168.203.1
Desain jaringan yang memuat alokasi pengalamatan IP berdasarkan tabel tersebut, seperti
terlihat pada gambar berikut:
11. WWW.IPUTUHARIYADI.NET 11
LAB 11.10.1 PACKET TRACER –DESIGN AND IMPLEMENT A VLSM ADDRESSING
Semoga bermanfaat. Apabila terdapat pertanyaan, silakan disampaikan melalui email
admin@iputuhariyadi.net. Terimakasih.