Universitas Komputer Indonesia - Sistem Komputer (S1)
Tugas Jaringan Komputer
Kelompok 5
Feni Melati (10216039)
Futry Diviana Agnia (10216045)
Deni Himawan (10216042)
M Aditya Fathur R (10216044)
Rizal Yonansyah (10216050)
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
Subnetting IPv4 dan IPv6
1. Kelompok 5
Feni Melati (10216039)
Futry Diviana Agnia (10216045)
Deni Himawan (10216042)
M Aditya Fathur R (10216044)
Rizal Yonansyah (10216050)
SUBNETTING
IPV4 DAN IPV6
2. Subnetting
Subnetting adalah cara membagi satu jaringan
menjadi beberapa sub jaringan. Beberapa bit dari bagian
Host ID dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian
Network ID. Cara ini menciptakan sejumlah Network ID
tambahan dan mengurangi jumlah maksimum host yang ada
dalam tiap jaringan tersebut.
2
3. Subnetting IPv4
Subnet mask adalah biner 32 bit yang digunakan untuk :
■ Membedakan network ID dan host ID
o Network ID adalah bagian dari IP address yang menunjukkan di
jaringan mana komputer tersebut berada.
o Host ID menunjukkan workstation, server, router, dan semua host
TCP/IP lainnya dalam jaringan tersebut.
■ Menentukan letak suatu host, apakah berada di jaringan local atau
jaringan luar
3
5. Contoh :
Suatu subnet C memiliki kebutuhan host-ID terbesar yaitu 26
host-ID. Jika dikonversikan ke dalam bentuk biner akan dihasilkan :
11010. Sehingga disini memerlukan 5 bit. Artinya, untuk host-id, kita
membutuhkan tempat 5 bit. Sehingga diperlukan adalah :
11111111.11111111.11111111.11100000
128+64+32 = 224
Sehingga Subnet Mask adalah 255.255.255.224
5
6. Penghitungan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per
subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi perhitungan tentang
subnetting dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya bit 1 pada oktet terakhir subnet mask (2
oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet
adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu
banyaknya bit 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 25 - 2 =
30 host
3. Blok Subnet = 256 - 224 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 32. Subnet berikutnya
adalah 32 + 32 = 64, dan 64+32=96. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 32, 64, 96.
4. Alamat host dan broadcast yang valid dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Sebagai
catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka
sebelum subnet berikutnya.
Subnet 192.168.1.0 192.168.1.32 192.168.1.64 192.168.1.96
Host Pertama 192.168.1.1 192.168.1.33 192.168.1.65 192.168.1.97
Host Terakhir 192.168.1.30 192.168.1.62 192.168.1.94 192.168.1.12
6
Broadcast 192.168.1.31 192.168.1.63 192.168.1.95 192.168.1.127 6
8. CIDR
Classes Inter-Domain Routing (CIDR) adalah sebuah cara
alternative untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda
dengan system klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D,
dan kelas E, disebut juga sebagai supernetting.
Tujuan CIDR ini untuk mempermudah penulisan notasi subnet
agar lebih ringkas dibandingkan penulisan notasi subnet mask yang
sesungguhnya.
Penggunaan notasi CIDR pada classfull address pada kelas A
adalah /8 sampai dengan /15, kelas B adalah /16 sampai dengan /23,
dan kelas C adalah dari /24 sampai dengan /30, subnet mask CIDR
/31 dan /32 tidak pernah ada dalam jaringan yang nyata.
8
9. Daftar subnet yang dikelolakan adalah sebagai
berikut :
Alamat Subnet Alamat Broadcast Range IP address
192.168.0.0 192.168.0.31 192.168.0.1 s/d 192.186.0.30
192.168.0.32 192.168.0.63 192.168.0.33 s/d 192.168.0.62
192.168.0.64 192.168.0.95 192.168.0.65 s/d 192.168.0.94
192.168.0.96 192.168.0.127 192.168.0.97 s/d 192.168.0.126
192.168.0.128 192.168.0.159 192.168.0.161 s/d 192.168.0.158
192.168.0.160 192.168.0.191 192.168.0.161 s/d 192.168.0.190
192.168.0.192 192.168.0.223 192.168.0.193 s/d 192.168.0.222
192.168.0.224 192.168.0.255 192.168.0.225 s/d 192.168.0.254
9
10. VLSM
VLSM (Variable Length Subnet Mask) adalah sebuah cara
pengelolaan pengalamatan IP yang lebih terstruktur.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah
metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address
lebih dari satu subnet mask, berbeda jika menggunakan CIDR dimana
suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask saja.
VLSM memiliki manfaat untuk mengurangi jumlah alamat yang
terbuang.
Untuk lebih mudahnya sebagai contoh, kita akan menghitung
alamat IP menggunakan VLSM dengan topologi sebagai berikut:
10
11. ■ Pertama, kita cari host yang paling banyak digunakan. yaitu pada LAN4 dengan 58 Host,
LAN1 (26 Host), LAN2 (10 Host), LAN3 (10 Host), dan masing2 WAN 2 Host. Disini
diberikan IP 192.168.1.0/24, dan kita akan membaginya dengan VLSM.
11
12. 1. Menghitung IP untuk LAN4 ( 58 Host )
Jika kita menggunakan /24 tentunya terlalu banyak Host yang tersisa
(tidak digunakan), Karena kita hanya butuh 58 Host. Kita tentukan subnet
mask yang memiliki host lebih dari 58, dilihat dari tabel diatas yang
terpenuhi adalah /26 (62 Host) dengan subnet 255.255.255.192.
12
13. Network IP Range Broadcast
192.168.1.0 192.168.1.1 - 192.168.1.62 192.168.1.63
192.168.1.64 192.168.1.65 - 192.168.1.126 192.168.1.127
192.168.1.128 192.168.1.129 - 192.168.1.190 192.168.1.191
192.168.1.192 192.168.1.193 - 192.168.1.254 192.168.1.255
Berikut adalah peluang alamat IP yang digunakan dari /26 (Perhatikan 2-
bit MSB pada oktet terakhir)
13
/26 = 11111111.11111111.11111111.11000000
14. Jadi, untuk 58 Host kita menggunakan IP Address
192.168.1.0/26
Network 192.168.1.0
IP Range 192.168.1.1 - 192.168.1.62
Broadcast 192.168.1.63
14
15. Kita tentukan subnet mask yang memiliki 26 host lebih, dilihat dari tabel
subnetting diatas yang terpenuhi adalah /27 (30 Host) dengan subnet
255.255.255.224.
Karena diLAN4 telah menggunakan IP 192.168.1.0/26 , maka kita akan
menggunakan IP dibawahnya yang belum digunakan yaitu 192.168.1.64/26.
seperti cara sebelumnya kita akan mengubah subnet mask nya menjadi
255.255.255.224.
2. Menghitung IP untuk LAN1 ( 26 Host )
15
16. Network IP Range Broadcast
192.168.1.64 192.168.1.65 - 192.168.1.94 192.168.1.95
192.168.1.96 192.168.1.97 - 192.168.1.126 192.168.1.127
192.168.1.128 192.168.1.129 - 192.168.1.158 192.168.1.159
192.168.1.160 192.168.1.161 - 192.168.1.190 192.168.1.191
Berikut kemungkinan IP yang digunakan (/27):
16
11111111.11111111.11111111.11100000
17. Jadi, untuk 26 Host kita menggunakan IP Address
192.168.1.0/27
Network 192.168.1.64
IP Range 192.168.1.65 - 192.168.1.94
Broadcast 192.168.1.95
17
18. 3. Menghitung IP untuk LAN2 & LAN3 ( 10
Host )
Kita tentukan subnet mask yang memiliki 10 host lebih, dilihat dari tabel
subnetting diatas yang terpenuhi adalah /28 (14 Host) dengan subnet
255.255.255.240.
Karena di LAN1 telah menggunakan IP 192.168.1.64/27, maka kita akan
menggunakan IP dibawahnya yang belum digunakan yaitu 192.168.1.96/27.
seperti cara sebelumnya kita akan merubah subnet mask nya menjadi
255.255.255.240.
18
19. Berikut kemungkinan IP yang digunakan (/28):
11111111.11111111.11111111.11110000
Network IP Range Broadcast
192.168.1.96 192.168.1.97 - 192.168.1.110 192.168.1.111
192.168.1.112 192.168.113 - 192.168.1.126 192.168.1.127
192.168.1.128 192.168.1.129 - 192.168.1.142 192.168.1.143
192.168.1.144 192.168.1.145 - 192.168.1.158 192.168.1.159
19
20. Jadi, Karena ada 2 LAN yang butuh 10 Host kita menggunakan IP
address 192.168.1.96/28 dan 192.168.1.112/28
Network 192.168.1.96
IP Range 192.168.1.97 - 192.168.1.110
Broadcast 192.168.1.111
Network 192.168.1.112
IP Range 192.168.1.113 - 192.168.1.126
Broadcast 192.168.1.127
20
21. 4. Menghitung WAN untuk LAN2 dan LAN3 ( 2 Host )
Kita tentukan subnet mask yang memiliki 2 host atau lebih,
dilihat dari tabel subnetting diatas yang terpenuhi adalah /30 (2
Host) dengan subnet 255.255.255.252.
Karena diLAN sebelumnya telah menggunakan IP
192.168.1.96/28 dan 192.168.1.112/28, maka kita akan
menggunakan IP dibawahnya yang belum digunakan yaitu
192.168.1.128/28. seperti cara sebelumnya kita akan merubah
subnet mask nya menjadi 255.255.255.252.
21
22. Berikut kemungkinan IP yang digunakan (/30):
11111111.11111111.11111111.11111100
Network IP Range Broadcast
192.168.1.128 192.168.1.129 - 192.168.1.130 192.168.1.131
192.168.1.132 192.168.1.133 - 192.168.1.134 192.168.1.135
192.168.1.136 192.168.1.137 - 192.168.1.138 192.168.1.139
192.168.1.140 192.168.1.141 - 192.168.1.142 192.168.1.143
192.168.1.144 192.168.1.145 - 192.168.1.146 192.168.1.147
22
23. Jadi, Karena ada 3 WAN yang butuh 2 Host kita menggunakan IP
address 192.168.1.128/30, 192.168.1.132/30 dan
192.168.136/30
Network 192.168.1.128
IP Range 192.168.1.129 - 192.168.1.130
Broadcast 192.168.1.131
Network 192.168.1.132
IP Range 192.168.1.133 - 192.168.1.134
Broadcast 192.168.1.135
Network 192.168.1.136
IP Range 192.168.1.137 - 192.168.1.138
Broadcast 192.168.1.139
23
24. Subnetting IPV6
IPv6 (Internet Protocol version 6) adalah versi terbaru Internet
Protocol (IP) dan merupakan pengembangan dari IPv4 yang kini telah
melewati masa jayanya.
Notasi Alamat dan Prefix Alamat IPv6 Peningkatan ukuran IP
dari 32 bit menjadi 128 bit membuat ruang IP menjadi lebih besar,
bilangan yang digunakan IPv6 adalah heksadesimal.
Pada dasarnya, proses subnetting IPv6 sama saja dengan di
IPv4. IPv6 bilangan yang digunakan itu adalah heksadesimal
24
25. Format Penulisan
Jika alamat IPv4 berjumlah 32 bit (binary digit), maka alamat
IPv6 berjumlah 128 bit atau empat kali lipatnya. Dengan jumlah
sebanyak itu, maka representasi 128 digit biner yang tepat adalah
menggunakan bilangan heksadesimal, dan bukan desimal seperti IPv4.
25
26. Format Penulisan
Satu alamat IPv6 terdiri dari 8 segmen (sedangkan di IPv4 4 oktet)
dan tiap segmen terdiri dari 16 bit dan direpresentasikan 4 digit
heksadesimal. Tiap segmen dipisahkan oleh tanda titik dua ‘:’.
Untuk kesehatan mata, terdapat cara untuk mempersingkat penulisan
alamat:
■ Pertama
Jika ada satu atau lebih nol di depan tiap segmen, maka nol tersebut
dapat dihilangkan, contohnya ’00dc’ dapat ditulis menjadi ‘dc’ saja.
26
27. Format Penulisan
■ Kedua
o Jika ada satu atau lebih segmen yang bernilai nol semua, dapat
dihapus dan diganti dengan titik dua ganda ‘::’, contohnya
2001:0db8:0000:0000:0000:ff00:0042:8329 menjadi
2001:0db8::ff00:0042:8329. Contoh lagi:
0000:0000:0000:0000:0000:0000:0000:0001 menjadi ::1.
o Ini hanya berlaku sekali saja, yang berarti jika ada dua bagian yang
bernilai nol, maka cara ini tidak dapat digunkaan karena akan
mengakibatkan kebingungan dalam menentukan jumlah segmen
yang bernilai nol, contohnya
2001:0000:0000:0db8:0000:0000:0000:0000 tidak dapat
disingkat menjadi 2001::0db8::, namun hanya bisa disingkat
2001::0db8:0000:0000:0000:0000 atau 2001:0000:0000:0db8::
27
28. Subnetting IPV6
Sebelum masuk ke subnetting, ada beberapa poin penting dalam
konversi biner-heksadesimal dan kaitannya dengan IPv6:
■ Pertama
Anggota bilangan heksadesimal yaitu angka 0 hingga 9 serta huruf
A hingga F. Jika pada desimal nilai setelah 9 adalah 10 (dua digit, puluhan
dan satuan), maka pada heksadesimal 10 sama dengan A, 11=B, dst
hingga 15=F. Lalu setelahnya diulang lagi dengan puluhan (berniai 1) dan
satuan (bernilai 0).
28
29. ■ Kedua
Tiap satu digit heksadesimal ekivalen dengan 4 digit biner, contohnya
F pada heksadesimal sama dengan 1111 pada biner. Contoh lainnya 1 pada
heksadesimal sama dengan 0001 (atau cukup ‘1’ saja) pada biner.
■ Ketiga
Maka jika terdapat tiga digit heksadesimal, misalnya FA6, kita dapat
memecahnya terlebih dahulu, lalu mengkonversi ke biner untuk tiap digintya,
sehingga F=1111, A=1010, dan 6=0110. Maka biner dari FA6 yaitu
111110100110 (atau pada desimal sama dengan 4.006). Perlu diperhatikan
bahwa tiga bagian pemecahan itu bukan berarti mereka masing-masing
independen, melainkan satu kesatuan.
Dengan cara ini, kita hanya perlu bermain di maksimal 4 digit biner
saja. Coba bandingkan dengan desimal, karena bukan power of 2, kita harus
mengkonversi keseluruhan nilainya.
29
30. ■ Keempat
Seperti yang telah disebutkan, IPv6 terdiri 8 segmen yang tiap
segmennya terdiri 4 digit heksadesimal. Tiap segmen bernilai maksimal
FFFF (desimal = 65.535).
■ Kelima
Tidak ada broadcast ID pada IPv6, sehingga seluruh rentangnya
dapat digunakan untuk host dan tidak perlu di ‘kurang dua’ seperti pada
IPv4.
Untuk menghindari ambigu, mulai dari sini bilangan biner akan saya
beri tanda (2) di akhir bilangan tersebut; (10) untuk desimal; dan (16) untuk
heksadesimal.
30
31. IPv6 selalu memiliki prefix /64 dengan porsi seperti gambar di atas. Kita
tidak bisa mengganggu gugat (setidaknya) 48 bit pertama yang merupakan
alamat yang diberikan oleh ISP. Sedangkan sisanya yang berjumlah 80 digit
(panjang bit IPv6, yaitu 128 – 48 bit = 80) dapat kita gunakan untuk subnetting.
Lalu, 16 bit berikutnya setelah 48 bit pertama yaitu subnet ID. Area ini
dapat kita gunakan untuk memberikan ‘nama’ pada tiap subnet yang kita buat.
Jika kita menggunakan seluruh alamat yang tersedia di segmen ini, berarti kita
dapat memiliki 65.535 subnet (216).
31
33. Daftar Pustaka
1. Anonim. 2016, 16 Oktober. Pengenalan dan Tutorial Subneting pada IPv6.
https://blog.aldebaran.web.id/2016/10/16/pengenalan-dan-tutorial-subnetting-pada-ipv6/ di akses
tanggal 8 Desember 2018.
2. Habibur, Arya. 2017, 29 Agustus. APA YANG DI MAKSUD DENGAN NETWORK ID HOST ID .
https://aryahabibur.blogspot.com/2017/09/jelaskan-apa-yang-dimaksud-dengan.html di akses tanggal
8 Desember 2018.
3. Pramono, Eko. 2015, 10 Oktober. Subnetting dengan VLSM, [ppt].
http://elearning.amikom.ac.id/index.php/download/materi/555006-MT039-
1/2015/10/20151010_SUBNETTING%20DENGAN%20VLSM.ppt di akses tanggal 8 Desember 2018.
4. Winarno Sugeng, Theta Dinnarwaty P. 2015. Jaringan Komputer dengan TCP/IP. Bandung: Modula.