Subnetting dan supernetting digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan alamat IP karena pertumbuhan jaringan yang pesat. Subnetting membagi satu alamat jaringan menjadi beberapa subnet, sedangkan supernetting menggabungkan beberapa jaringan menjadi satu supernet. Keduanya memanfaatkan bit-bit pada alamat IP untuk membedakan antara ID jaringan dan ID host.
3. Original IP address scheme
Setiap jaringan fisik diberi sebuah network address
yang unik
Setiap host di dalam sebuah jaringan mempunyai
network address sebagai prefix dari individual
address
3
(prefix) (Individual address)
5. Para perancang TCP/IP tidak menyangka akan
pesatnya pertumbuhan (growth) jumlah jaringan
(dan hostnya) yang terhubung ke Internet
5
6. Jumlah jaringan yang sangat banyak akan
membebani Internet
Overhead administratif akan sangat banyak hanya
untuk me-manage network address
Tabel ruting di dalam router akan sangat besar
(membebani Internet ketika terjadi pertukaran
informasi tabel ruting yang sangat besar)
Alokasi alamat akan habis
Khususnya alokasi kelas B akan cepat habis untuk jaringan
skala menengah
6
7. Menghemat pemberian network prefix
Network prefix yang sama harus dipakai
bersama oleh sejumlah jaringan fisik
(subnetting)
Untuk menghemat penggunaan alamat kelas
B, harus digunakan kelas C
7
12. CLASS
OKTET
PERTAMA
SUBNET MASK
DEFAULT
PRIVATE ADDRESS
A 1-127 255.0.0.0 10.0.0.0-10.255.255.255
B 128-191 255.255.0.0 172.16.0.0-172.31.255.255
C 192-223 255.255.255.0 192.168.0.0-192.168.255.255
Class A - 255.0.0.0 - 11111111.00000000.00000000.00000000
Class B - 255.255.0.0 - 11111111.11111111.00000000.00000000
Class C - 255.255.255.0 - 11111111.11111111.11111111.00000000
13. Keterangan gambar
Jaringan dengan satu alamat kelas B tetapi memiliki lebih dari satu jaringan fisik
Hanya router lokal (R1) yang mengetahui adanya beberapa jaringan fisik
Router yang berada di Internet (in the rest of Internet) merutekan seluruh trafik ke jaringan di atas seolah-olah jaringan
tersebut hanya terdiri dari satu buah jaringan
13
All traffic
to 141.14.0.0
18. Digunakan subnet mask 32-bit
Bit diset “1” : mesin dalam jaringan
menganggap bit-bit pada IP address yang sesuai
sebagai subnet prefix
Bit diset “0” : mesin mengganggap IP address
yang sesuai sebagai host identifier
Contoh : subnet mask 11111111 11111111
11111111 00000000 menyatakan bahwa 3
oktet pertana dari IP addres adalah
subnet prefix (identifikasi jaringan)
sedangkan oktet ke empat
mengidentifikasi host dalam jaringan
tersebut
18
21. 21
What is the subnetwork address if the destination address is
200.45.34.56 and the subnet mask is 255.255.240.0?
Example 15
Solution
We apply the AND operation on the address and the subnet
mask.
Address ➡ 11001000 00101101 00100010 00111000
Subnet Mask ➡ 11111111 11111111 11110000 00000000
Subnetwork Address ➡ 11001000 00101101 00100000 00000000.
23. 23
In subnetting, we need the first address
of the subnet and the subnet mask to
define the range of addresses.
In supernetting, we need the first
address of the supernet and the
supernet mask to define the range of
addresses.
Note:
24. Penulisan IP address umumnya adalah dengan
192.168.1.2.
Namun adakalanya ditulis dengan
192.168.1.2/24, apa ini artinya?
Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan
subnet mask 255.255.255.0.
/24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit
subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau
dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000
(255.255.255.0)
26. Jumlah subnet = 2n-2
n = jumlah bit yang melebihi default subnet mask
Jumlah total host = Jumlah subnet x jumlah host
dalam setiap subnet
Subnet dengan semua “1” atau “0” dilarang
Host address yang sudah direserve : “0” semua
(network ID) dan “1” semua (broadcast address)
26
27. Network ID tidak boleh sama dengan 127
Network ID 127 secara default digunakan sebagai alamat
loopback yakni IP address yang digunakan oleh komputer
untuk menunjuk dirinya sendiri
Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 255
Network ID atau host ID 255 akan diartikan sebagai alamat
broadcast. ID ini merupakan alamat yang mewakili seluruh
jaringan.
Network ID dan host ID tidak boleh sama dengan 0
IP address dengan host ID 0 diartikan sebagai alamat
network, digunakan untuk menunjuk suatu jaringn
bukan suatu host.
Host ID harus unik dalam suatu network.
Dalam suatu network tidak boleh ada dua host yang sama.
28. Contoh
10001100.10110011.11011100.11001000 (140.179.220.200) IP Address
11111111.11111111.11100000.00000000 (255.255.224.000) Subnet Mask
Pada contoh di atas digunakan 3 bit tambahan untuk subnet mask
Maka ada 23-2 = 6 subnet yang masing-masing berisi 213-2=8190 host
Host addres yang dapat di-assign pada setiap subnet adalah yang berada di
antara subnet address dan broadcast address
10001100.10110011.11000000.00000000 (140.179.192.000) Subnet Address
10001100.10110011.11011111.11111111 (140.179.223.255) Broadcast Address
Masing-masing subnet adalah :
10001100.10110011.00100000.00000000 : subnet 1 (140.179.32.0)
10001100.10110011. 01000000.00000000: subnet 2 (140.179.64.0)
10001100.10110011. 01100000.00000000: subnet 3 (140.179.96.0)
10001100.10110011. 10000000.00000000: subnet 4 (140.179.128.0)
10001100.10110011. 10100000.00000000: subnet 5 (140.179.160.0)
10001100.10110011. 11000000.00000000: subnet 6 (140.179.192.0)
10001100.10110011.00000000.00000000 : dilarang (subnet id 0 semua)
10001100.10110011. 11100000.00000000: dilarang (net id 1 semua)
Jumlah total host yang mungkin adalah 6x8190 = 49140
28
29. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan
sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26
berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet
terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet
terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan
dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah
host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet
berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet
lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita
langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka
setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya
30. Subnet 192.168.1.0 192.168.1.64 192.168.1.128 192.168.1.192
Host Pertama 192.168.1.1 192.168.1.65 192.168.1.129 192.168.1.193
Host Terakhir 192.168.1.62 192.168.1.126 192.168.1.190 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.63 192.168.1.127 192.168.1.191 192.168.1.255
SILAHKAN COBA UNTUK SUBNET MASK CLASS C LAINNYA
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
31. Subnet Mask
Nilai
CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
Subnet Mask
Nilai
CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
CIDR /17 sampai /24 caranya sama
persis dengan subnetting Class C,
hanya blok subnetnya kita masukkan
langsung ke oktet ketiga, bukan
seperti Class C yang “dimainkan” di
oktet keempat
CIDR /25 sampai /30
(kelipatan) blok subnet kita
“mainkan” di oktet
keempat, tapi setelah
selesai oktet ketiga berjalan
maju (coeunter) dari 0, 1, 2,
3, dst
32. Penghitungan:
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya
binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah
Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y
adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya
binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host
per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya
adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi
subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
Alamat host dan broadcast yang valid?
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti
11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0)
36. Perbedaannya dengan Class C dan B
adalah di OKTET mana kita mainkan blok
subnet.
Class C di oktet ke 4 (terakhir),
Class B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir),
Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir).
subnet mask yang bisa digunakan untuk
subnetting class A adalah semua subnet mask
dari CIDR /8 sampai /30
37. Penghitungan:
Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet
lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
Alamat host dan broadcast yang valid?
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti
11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0)
40. 40
Tabel ruting konvensional hanya mengandung
informasi (network address, next hop address)
Network address mengacu pada IP address dari jaringan
yang dituju (misalnya N) sedangkan next hop address
adalah alamat router berikutnya yang digunakan untuk
mengirimkan datagram ke N
Tabel ruting dengan subnet mask :
(subnet mask, network address,next hop
address)
Router menggunakan subnet mask untuk meng-ekstrak
subnet id dari IP address tujuan. Hasilnya dibandingkan
dengan entry network address. Jika sesuai, maka
datagram dikirimkan melalui router yang ada di next
hop address
41. 41
Subnetting ditemukan pada tahun 80-an
Tahun 1993 semakin disadari bahwa untuk
menghemat IP address tidak boleh hanya
mengandalkan teknik subnetting
Lahirlah Classless addressing (supernet
addressing/supernetting)