Pedoman ini dipublikasikan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) pada Desember 2017.
Pedoman ini menetapkan mekanisme pembuatan peta usulan wilayah Masyarakat Hukum Adat secara Partisipatif yang menjadi bagian dari proses Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat (MHA). Produk yang dihasilkan adalah berupa Peta Usulan Wilayah MHA yang digunakan untuk mendapatkan Pengakuan dari Pemerintah.
Pedoman ini merupakan Pedoman Bagian 1 yang berisi Mekanisme Pembuatan Peta Usulan Wilayah Masyarakat Hukum Adat. Sementara Bagian 2 berisi mengenai Mekanisme Verifikasi dan Validasi Usulan Wilayah Masyarakat Hukum Adat.
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa (2018) ini merupakan uraian lengkap dan terperinci dari keseluruhan proses kegiatan penetapan dan penegasan batas desa yang dilaksanakan oleh MCA-Indonesia pada 359 desa di 17 kabupaten selama 2015-2018.
(c) 2018, Tim Perencanaan Tata Guna Lahan Partisipatif MCA-Indonesia
Dokumen tersebut berisi pedoman tentang teknik analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial budaya dalam penyusunan rencana tata ruang. Pedoman ini memberikan panduan mengenai pengumpulan data, analisis kemampuan lahan, dan analisis kesesuaian lahan untuk penyusunan rencana tata ruang.
Dokumen ini membahas analisis isu-isu terkait kebidanan dan kandungan di RSUD Lakipadada dengan menggunakan alat analisis APKL dan USG. Isu yang mendapat peringkat tertinggi adalah rendahnya pengetahuan dan partisipasi pasien pasca salin terhadap kontrasepsi. Dokumen juga menjelaskan rencana kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang keluarga berencana melalui penyuluhan dan konseling di ruang perawatan nif
Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) di bidang penataan ruang. NSPK ini bertujuan untuk memperjelas urusan pemerintahan masing-masing tingkat pemerintahan dan menghindari tumpang tindih kewenangan serta menjadi pedoman pelaksanaan penataan ruang. Dokumen ini juga membahas tentang proses penyusunan NSPK bidang penataan ruang provinsi Kalimantan Utara.
Dokumen tersebut membahas proses penetapan dan penegasan batas desa secara partisipatif melalui pemetaan partisipatif berbasis masyarakat (PPBD). PPBD melibatkan masyarakat desa dalam menentukan batas desa dengan menggabungkan pengetahuan lokal dan teknologi kartografi modern. Prosesnya melibatkan pembentukan tim pelaksana desa dan musyawarah desa untuk mencapai kesepakatan tentang batas desa.
Panduan Teknis Penetapan dan Penegasan Batas Desa (2018) ini merupakan uraian lengkap dan terperinci dari keseluruhan proses kegiatan penetapan dan penegasan batas desa yang dilaksanakan oleh MCA-Indonesia pada 359 desa di 17 kabupaten selama 2015-2018.
(c) 2018, Tim Perencanaan Tata Guna Lahan Partisipatif MCA-Indonesia
Dokumen tersebut berisi pedoman tentang teknik analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial budaya dalam penyusunan rencana tata ruang. Pedoman ini memberikan panduan mengenai pengumpulan data, analisis kemampuan lahan, dan analisis kesesuaian lahan untuk penyusunan rencana tata ruang.
Dokumen ini membahas analisis isu-isu terkait kebidanan dan kandungan di RSUD Lakipadada dengan menggunakan alat analisis APKL dan USG. Isu yang mendapat peringkat tertinggi adalah rendahnya pengetahuan dan partisipasi pasien pasca salin terhadap kontrasepsi. Dokumen juga menjelaskan rencana kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang keluarga berencana melalui penyuluhan dan konseling di ruang perawatan nif
Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) di bidang penataan ruang. NSPK ini bertujuan untuk memperjelas urusan pemerintahan masing-masing tingkat pemerintahan dan menghindari tumpang tindih kewenangan serta menjadi pedoman pelaksanaan penataan ruang. Dokumen ini juga membahas tentang proses penyusunan NSPK bidang penataan ruang provinsi Kalimantan Utara.
Dokumen tersebut membahas proses penetapan dan penegasan batas desa secara partisipatif melalui pemetaan partisipatif berbasis masyarakat (PPBD). PPBD melibatkan masyarakat desa dalam menentukan batas desa dengan menggabungkan pengetahuan lokal dan teknologi kartografi modern. Prosesnya melibatkan pembentukan tim pelaksana desa dan musyawarah desa untuk mencapai kesepakatan tentang batas desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Muh Saleh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
SPM Bidang Kesehatan untuk Provinsi :
1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana daerah provinsi;
2. Pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa daerah provinsi;
Rencana Kerja (RENJA) Kecamatan Jenangan Tahun 2023 membahas rencana program dan kegiatan Kecamatan Jenangan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan Kabupaten Ponorogo. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, tujuan, sasaran, dan dasar hukum penyusunan RENJA Kecamatan Jenangan berdasarkan peraturan dan rencana pembangunan tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten.
Dokumen tersebut membahas mengenai pengendalian evaluasi pembangunan daerah, yang mencakup pengertian pengendalian dan evaluasi, siklus perencanaan pembangunan daerah, arah dari perencanaan pengendalian dan evaluasi, serta beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah."
Peraturan ini mengatur tentang pedoman penetapan dan penegasan batas desa di Indonesia, termasuk pembentukan tim penetapan dan penegasan batas desa di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta tugas dan tanggung jawab masing-masing tim.
Sekelumit tentang Renstra OPD menurut Permendagri 86/2017Rusman R. Manik
Dokumen tersebut membahas sistematika dan keterkaitan antara Renstra Perangkat Daerah dengan RPJMD menurut Permendagri 86/2017, termasuk perubahan sistematika, pemetaan permasalahan, dan daftar periksa pengendalian dan evaluasi penyusunan Renstra OPD."
Lokakarya ini membahas rencana aksi penerapan dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Daerah Semarang. Dokumen tersebut menjelaskan tentang analisis status pencapaian SPM saat ini, identifikasi kebutuhan untuk mencapai SPM, serta program dan anggaran yang dibutuhkan untuk penerapan SPM selama 5 tahun ke depan."
PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PEMETAAN
SUMBERDAYA DESA BERBASIS SPASIAL
Oleh Bito Wikantosa
Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan
Peta desa dalam bentuk peta citra harus memenuhi spesifikasi teknis tertentu seperti datum horizontal, proyeksi, skala, ketelitian, dan unsur-unsur yang harus ditampilkan. Peta citra harus menampilkan batas-batas administrasi, infrastruktur, perairan, dan sarana prasarana secara detail.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar ...Muh Saleh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
SPM Bidang Kesehatan untuk Provinsi :
1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana daerah provinsi;
2. Pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa daerah provinsi;
Rencana Kerja (RENJA) Kecamatan Jenangan Tahun 2023 membahas rencana program dan kegiatan Kecamatan Jenangan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan Kabupaten Ponorogo. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, tujuan, sasaran, dan dasar hukum penyusunan RENJA Kecamatan Jenangan berdasarkan peraturan dan rencana pembangunan tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten.
Dokumen tersebut membahas mengenai pengendalian evaluasi pembangunan daerah, yang mencakup pengertian pengendalian dan evaluasi, siklus perencanaan pembangunan daerah, arah dari perencanaan pengendalian dan evaluasi, serta beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah."
Peraturan ini mengatur tentang pedoman penetapan dan penegasan batas desa di Indonesia, termasuk pembentukan tim penetapan dan penegasan batas desa di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta tugas dan tanggung jawab masing-masing tim.
Sekelumit tentang Renstra OPD menurut Permendagri 86/2017Rusman R. Manik
Dokumen tersebut membahas sistematika dan keterkaitan antara Renstra Perangkat Daerah dengan RPJMD menurut Permendagri 86/2017, termasuk perubahan sistematika, pemetaan permasalahan, dan daftar periksa pengendalian dan evaluasi penyusunan Renstra OPD."
Lokakarya ini membahas rencana aksi penerapan dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Daerah Semarang. Dokumen tersebut menjelaskan tentang analisis status pencapaian SPM saat ini, identifikasi kebutuhan untuk mencapai SPM, serta program dan anggaran yang dibutuhkan untuk penerapan SPM selama 5 tahun ke depan."
PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PEMETAAN
SUMBERDAYA DESA BERBASIS SPASIAL
Oleh Bito Wikantosa
Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan
Peta desa dalam bentuk peta citra harus memenuhi spesifikasi teknis tertentu seperti datum horizontal, proyeksi, skala, ketelitian, dan unsur-unsur yang harus ditampilkan. Peta citra harus menampilkan batas-batas administrasi, infrastruktur, perairan, dan sarana prasarana secara detail.
Bahan Tayang Persiapan RDTR OSS Subdit Wil 1 [Autosaved].pdfARIEF RAHMAN
Dokumen tersebut membahas proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota tahun 2021 yang meliputi pengolahan data dan analisis, perumusan konsepsi, serta penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang RDTR."
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
Rangkuman dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang penyusunan rencana tata ruang wilayah dan kebijakannya, (2) Materi yang dibahas antara lain kedudukan rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota serta prosedur persetujuan rencana tata ruang, (3) Dokumen ini juga membahas tentang perspektif anggaran berbasis kinerja dan rencana pembang
Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mengatur tentang pedoman penetapan dan penegasan batas desa secara kartometrik dan survei lapangan, meliputi tahapan penetapan batas desa melalui pengumpulan dokumen, pemilihan peta dasar, dan pembuatan garis batas di atas peta, serta tahapan penegasan batas desa melalui penelitian dokumen, pelacakan batas di lapangan, pemasangan pilar batas, dan pembuatan peta batas
Dokumen tersebut membahas rencana penyusunan peta dasar dan tematik untuk penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perbatasan Kawasan Strategis Nasional di beberapa lokasi, mencakup pendekatan, metodologi, dan tahapan pelaksanaannya."
Kerangka acuan kerja ini membahas survei dan penetapan ruas jalan di Kabupaten Kutai Barat untuk mendapatkan informasi lengkap tentang kondisi jalan yang ada guna perencanaan pembangunan jalan di masa depan. Termasuk ruang lingkup pekerjaan, lokasi, personil, dan sistem pelaporan.
rtbl PENDEKATAN, METODOLOGI & PROGRAM KERJA.docardhanes002
Dokumen ini memberikan ringkasan metodologi dan pendekatan yang akan digunakan dalam penyusunan Rencana Teknis Batas Kawasan. Metodologi tersebut meliputi tahap persiapan melalui observasi awal dan kajian dokumen, serta tahap pelaksanaan melalui survei lanjutan dan identifikasi potensi-masalah untuk menyusun konsep rencana kawasan.
Peraturan Presiden ini mengubah Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan kebijakan satu peta pada skala 1:50.000. Perubahan mencakup perluasan cakupan peta, perubahan struktur kelembagaan, dan penyesuaian dengan kebijakan Satu Data Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara penyusunan rencana induk penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan yang meliputi pengumpulan data, evaluasi sistem yang ada, perencanaan penanganan sampah, program pengembangan, dan kriteria pelayanan."
Buku Saku Pengendalian Perencanaan NUSP2Bagus ardian
Pemutahiran data baseline permukiman kumuh meliputi validasi dan pemutahiran data lingkungan dan individu berdasarkan survei lapangan dan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi faktor penyebab kumuh secara akurat.
Rangkuman dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas metode dan tahapan yang akan dilakukan dalam kegiatan perencanaan wilayah, termasuk analisis, perancangan kebutuhan data, dan jadwal kegiatan.
2. Data yang dibutuhkan terbagi atas data primer yang dihimpun melalui observasi, kuesioner, wawancara, pemetaan dan foto, serta data sekunder dari dokumen dan internet.
3. Hasil analisis data a
Masterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan BaratRyadhi EthniCitizen
Dalam upaya untuk mengatasi berbagai kendala dalam implementasi perhutanan sosial, telah dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2023 tentang Perencanaan Terpadu
Percepatan Pengelolaan Perhutanan Sosial yang mana salah satu target percepatan
pengembangan usaha perhutanan sosial adalah percepatan pembentukan dan
pengembangan Integrated Area Development (IAD). Melalui pendekatan tersebut diharapkan akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat hingga menimbulkan multiplier
effect, yang merencanakan kegiatan ekonomi pada sektor pengolahan berbahan baku produk yang berasal dari kegiatan Perhutanan Sosial.
Keputusan Bupati Kerinci No 410/Kep 31/2023 tanggal 2 Maret 2023 tentang Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat di Kabupaten Kerinci untuk mengimplementasikan Permendagri 52 tahun 2014 tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat dalam rangka mempercepat proses usulan penetapan Hutan Adat Temedak MHA Rio Gilang Desa Keluru oleh MenLHK sesuai Permenlhk 9/2021 tentang Perhutanan Sosial yang menjadi Hutan Adat Pertama yang diakui oleh Pemerintah Daerah pada tahun 1992, dan melengkapi usulan penetapan Hutan Adat Depati Nyato Desa Talang Kemuning & Desa Bintang Marak
Surat Mendagri No. 552/1392/SJ tentang Dukungan Pengembangan Usaha Perhutanan...Ryadhi EthniCitizen
Pemerintah mengumumkan paket stimulus ekonomi baru untuk menyelamatkan bisnis dan pekerjaan. Stimulus ini meliputi insentif pajak, bantuan langsung untuk UMKM, serta subsidi upah bagi perusahaan yang menahan PHK. Langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kembali dan menekan angka pengangguran.
Peta Indikatif dan Areal Perhutanan Sosial (PIAPS) merupakan peta yang memuat kawasan hutan yang diperuntukkan bagi Perhutanan Sosial atau Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat.
Peta IAPS ini direvisi setiap 6 bulan oleh Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan dan Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan.
Untuk mendapatkan Peta IAPS revisi I ini bagi wilayah Sumatera, silahkan sedot di http://bit.ly/2zSXSSj
Dokumen tersebut memberikan panduan singkat tentang program Perhutanan Sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengelola hutan secara berkelanjutan. Program ini memungkinkan masyarakat untuk mengelola hutan negara seluas 12,7 juta hektar dengan 5 skema pengelolaan hutan yang berbeda. Pemerintah daerah diminta untuk memfasilitasi pelaksanaan program ini.
The document lists links to PIAPS files for each province in Indonesia. It divides the provinces into regions covered by different BPSKL offices and provides a Google Drive link for the PIAPS file of each province. There are 33 provinces listed in total across Sumatra, Java-Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Papua regions.
Kumpulan Peraturan Perhutanan Sosial ini berisi berbagai turunan Permenlhk 83/2016 mengenai Perhutanan Sosial. Dokumen ini dirangkum oleh BPSKL Wilayah Sumatera dan didistribusikan melalui Media Sosial.
Usulan Sitasi:
BPSKL Wilayah Sumatera. 2017. Kumpulan Peraturan Perhutanan Sosial. BPSKL Wil. Sumatera, Dirjen PSKL, KemenLHK. Jakarta
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan sampah di lokasi wisata alam, termasuk langkah-langkah yang perlu dilakukan seperti pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan sampah serta manfaat yang dapat dihasilkan. Dibahas pula peran berbagai pihak seperti pengelola, pemerintah, dan pengunjung dalam mengelola sampah agar lokasi wisata alam tetap bersih dan lestari.
Ensiklopedi Fotografi edisi 2 memberikan gambaran tentang masyarakat Kalumpang di Sulawesi Barat. Masyarakat Kalumpang adalah masyarakat agraris yang bergantung pada pertanian padi ladang dan kebun kopi serta kakao. Mereka juga dikenal dengan tenun tradisional Sekomandi. Wilayah Kalumpang dibatasi oleh dua sungai besar dan terbagi atas 13 desa.
PP 57 Tahun 2016: Perubahan PP 71/2014 Perlindungan dan Pengelolaan GambutRyadhi EthniCitizen
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sampai dengan bulan Oktober 2015, mencapai luasan 1,7 (satu koma tujuh) juta hektar. Salah satu penyebab kebakaran hutan dan lahan akibat kesalahan dalam pengelolaan lahan gambut untuk kegiatan usaha. (Halaman 17 dalam I. UMUM paragraf 1)
Terlepas dari Pro Kontranya, #Karhutla menjadi alasan utama dalam revisi PP 71/2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Gambut.
PP 71/2014 dapat dibaca di http://bit.ly/2h64OS5 dan Lampirannya di http://bit.ly/2h94LW9
Perdirjen PSKL mengenai Permohonan Hak Pengelolaan Hutan Desa ini merupakan aturan teknis dari PermenLHK 83/2016 tentang Perhutanan Sosial dimana salah satunya adalah dalam skema Hutan Desa
Peraturan Menteri ini merupakan revisi penggabungan dari kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat mengenai Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat dan Kemitraan.
For discussion about this subject, please contact us
Sebagai salah satu langkah untuk memasyarakatkan penggunaan GPS dalam berbagai kebutuhan khususnya pemetaan, akhirnya Panduan Sederhana ini dapat diselesaikan. Panduan ini juga disiapkan bagi percepatan proses-proses pemetaan ruang dan wilayah masyarakat baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh para pengguna pemula.
Panduan ini lebih banyak berisikan gambar-gambar yang menunjukkan langkah-langkah penggunaan GPS sebagai alat navigasi dibandingkan teks-teks yang teoritis. Sehingga panduan ini tidak mencantumkan referensi-referensi layaknya sebuah buku panduan akademis kecuali Guideline dari alat navigasi yang digunakan pada panduan ini.
Sebagai sebuah Panduan Sederhana sangat memungkinkan adanya banyak kekurangan dalam penjelasan mengenai intisari yang diharapkan. Namun Panduan ini memang ditujukan bagi masyarakat yang hanya membutuhkan GPS sebagai alat navigasi untuk menghasilkan Koordinat dan Jalur yang dilaluinya.
Dokumen tersebut membahas proses Penetapan dan Penegasan Batas Desa secara partisipatif di Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju. Terdapat sosialisasi segmen batas luar kecamatan, pembangunan sistem penataan batas, dan mitigasi sengketa batas melalui pelacakan kartometrik. Proses ini melibatkan berbagai pihak untuk mencapai kesepakatan penetapan batas desa secara harmonis.
Buku ini merupakan panduan sederhana kepada kelompok masyarakat Tim Pelaksana Desa yang akan melakukan tugas pengukuran batas desa menggunakan teknologi GPS.
Pemanfaatan GPS di masa depan di masyarakat akan semakin dibutuhkan.
Panduan Sederhana ini dapat juga menjadi rujukan dalam penggunaan
GPS kepada pihak pihak lain yang juga membutuhkan panduan penggunaan
GPS untuk pengukuran batas wilayah yang dilakukan secara partisipatif.
Kumpulan foto-foto landscape, aktivitas sosial dan flora fauna yang dishoot di wilayah Kerinci sselama tahun 2013 hingga 2015 yang ditampilkan dalam layout sederhana.
Edisi Jelajah Batas kali ini merefleksikan semangat
masyarakat Kecamatan Kalumpang yang ikut
berperan aktif dan berkontribusi dalam Program
Penetapan dan Penegasan Batas Desa yang dilaksanakan
atas kerja sama Pemerintah Kabupaten
Mamuju dengan MCA-Indonesia.
Jelajah Batas merupakan wahana penyebaran informasi kegiatan Program Pemetaan dan Perencanaan Partisipatif yang di inisiasi oleh tenaga pendamping teknis
Kecamatan Kalumpang di Kabupaten Mamuju Sulawesi
Barat.
Adapun tujuan dari pelaksanaan Program Pemetaan
dan Perencanaan Partisipatif adalah untuk Menghasilkan peta yang disertai dengan koordinat sesuai
Permendagri 27 tahun 2006 tentang Penetapan dan
Penegasan Batas Desa; Melibatkan masyarakat secara
utuh sehingga ada rasa memiliki; melestarikan dan
memperkuat pengetahuan lokal/tradisional (melalui
penggalian sejarah desa); menentukan batas wilayah
adat; meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
mengelola dan melindungi ruang; membantu proses
penyelesaian konflik dalam sengketa atas ruang.
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfZainul Ulum
Sekelumit cerita tentang ekspresi kegelisahan kaum muda desa atas kondisi negara, yang memilih menyalakan lilin-lilin kecil sebisanya daripada mengutuk kegelapan yang memiskinkannya selama beberapa generasi
1. i
Pedoman pemetaan wilayah masyarakat hukum adat
Bagian 1: Mekanisme pembuatan peta usulan wilayah
masyarakat hukum adat
Pusat Standardisasi dan Kelembagaan IG
Badan Informasi Geospasial - 2017
2. ii
Daftar isi
Daftar isi ................................................................................................................................ ii
1 Ruang lingkup..................................................................................................................4
2 Istilah dan definisi ............................................................................................................4
3 Tim pembuatan peta usulan wilayah MHA .......................................................................5
4 Mekanisme pembuatan peta usulan wilayah MHA...........................................................6
Lampiran A (normatif) Format Berita Acara Pengumpulan dan Penelitian Dokumen MHA.....9
Lampiran B (normatif) Format Berita Acara Data Dasar dan Data Spasial Pendukung
Lainnya................................................................................................................................11
Lampiran C (informatif) Prinsip penarikan garis batas secara kartometrik............................13
Lampiran D (normatif) Format Berita Acara Deskripsi Usulan Wilayah MHA........................17
Lampiran E (normatif) Spesifikasi Penyajian Peta Usulan Wilayah MHA .............................19
Bibliografi.............................................................................................................................25
3. iii
Prakata
Pedoman pemetaan wilayah masyarakat hukum adat bagian 1: pembuatan peta usulan
wilayah masyarakat hukum adat merupakan bagian pertama dari rangkaian pedoman
pemetaan wilayah masyarakat hukum adat (MHA) yang terdiri atas 2 bagian.
Pedoman ini menetapkan mekanisme pembuatan peta usulan wilayah masyarakat hukum
adat secara partisipatif. Standar ini merupakan acuan yang dapat diimplementasikan dalam
kegiatan pembuatan peta wilayah masyarakat hukum adat (MHA) sebagai proses
pengakuan dan perlindungan masarakat hukum adat. Produk yang dihasilkan dari kegiatan
pemetaan ini adalah peta usulan wilayah MHA. Peta usulan dapat digunakan dalam
pengajuan wilayah MHA kepada pemerintah daerah.
Pedoman ini mengatur penyusunan tim pembuatan peta usulan wilayah MHA dan
mekanisme pembuatan peta usulan wilayah MHA yang terdiri atas pengumpulan dan
penelitian dokumen, pemilihan data dasar dan pendukung, pembuatan peta usulan,
penyajian peta, penyimpanan, dan pelaporan. Pedoman ini dilengkapi dengan contoh format
berita acara yang diperlukan sebagai dokumentasi pelaksanaan setiap tahapan serta
spesifikasi penyajian peta sebagai panduan dalam penyajian peta usulan wilayah MHA.
Pedoman pemetaan wilayah masyarakat hukum adat bagian 1: pembuatan peta usulan
wilayah masyarakat hukum adat ini disusun dengan memperhatikan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam proses pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat.
4. 4
Pedoman pemetaan wilayah masyarakat hukum adat
bagian 1: Mekanisme pembuatan peta usulan wilayah masyarakat hukum adat
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan mekanisme pembuatan peta usulan wilayah masyarakat hukum
adat (MHA) secara partisipatif.
2 Istilah dan definisi
2.1
batas
tanda pemisah antara wilayah yang bersebelahan baik berupa batas alam maupun batas
buatan
2.2
batas alam
unsur alami seperti igir gunung/bukit, lembah, sungai, pantai, dan danau yang dinyatakan
atau ditetapkan sebagai batas desa/kelurahan
2.3
batas buatan
unsur buatan manusia seperti pilar batas, jalan, rel kereta api, dan saluran irigasi yang
dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas desa/kelurahan.
2.4
citra resolusi tinggi
citra yang dihasilkan dari perekaman satelit atau wahana lainnya yang memiliki resolusi
spasial tinggi dan telah dikoreksi geometrik
2.5
data dasar
peta rupabumi Indonesia dan/atau citra resolusi tinggi
2.6
delineasi batas
proses penarikan dan penggambaran garis batas
2.7
digitisasi
proses konversi data geospasial atau data non-geospasial dari sistem grafis (media cetak)
ke sistem digital dengan format tertentu yang dapat dilakukan dengan cara line digitizing
atau scanning/pemindaian
5. 5
2.8
identifikasi MHA
proses identifikasi keberadaan MHA berdasarkan sejarah MHA, wilayah adat, hukum adat,
harta kekayaan dan/atau benda-benda adat, serta kelembagaan/sistem pemerintahan adat
2.9
kartometrik
penelusuran/penarikan garis batas pada peta dan pengukuran/perhitungan posisi titik, garis,
jarak, dan luas cakupan wilayah dengan menggunakan peta dasar dan informasi geospasial
lainnya sebagai pendukung.
2.10
masyarakat hukum adat
MHA
kelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu
karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan
lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik,
sosial, dan hukum
2.11
tumpang susun
tumpang susun adalah operasi dalam sistem infromasi geografis yang menggabungkan satu
layer data spasial di atas layer lain untuk mengidentifikasi hubungan antar fitur di dalamnya
2.12
peta
gambaran unsur alam dan/atau unsur buatan; baik yang berada di atas maupun di bawah
permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala, penomoran,
proyeksi, dan georeferensi tertentu
2.13
peta usulan wilayah MHA
peta yang memuat cakupan wilayah masyarakat hukum adat yang diusulkan oleh
masyarakat hukum adat kepada pemerintah daerah
2.14
sistem referensi nasional
suatu sistem koordinat nasional yang konsisten dan kompatibel dengan sistem koordinat
global
CATATAN Sistem referensi nasional yang berlaku di Indonesia adalah sistem referensi geospasial
Indonesia
3 Tim pembuatan peta usulan wilayah MHA
Peta usulan wilayah MHA dibuat secara partisipatif oleh MHA dan difasilitasi oleh:
a. Perguruan tinggi setempat;
b. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat; dan/atau
c. Institusi pemerintah di bidang kehutanan dan/atau pertanahan.
6. 6
4 Mekanisme pembuatan peta usulan wilayah MHA
Pembuatan peta usulan wilayah MHA dilaksanakan dengan beberapa tahapan sebagai
berikut.
a. Pengumpulan dan penelitian dokumen MHA
b. Pemilihan data dasar dan data spasial pendukung lainnya
c. Pembuatan peta usulan wilayah MHA
d. Penyajian peta
e. Penyimpanan data
f. Pelaporan
4.1 Pengumpulan dan penelitian dokumen MHA
Dokumen yang dikumpulkan dan diteliti terdiri atas:
a. Dokumen yang berisi deskripsi MHA
- Dokumen historis MHA
- Dokumen sosial budaya dan kearifan lokal MHA
- Dokumentasi dan narasi pengetahuan lokal MHA
b. Dokumen terkait batas wilayah administrasi
- Dokumen yuridis batas wilayah administrasi desa
- Dokumen terkait batas wilayah administrasi lainnya
Tahapan pengumpulan dan penelitian dokumen MHA dilengkapi dengan berita acara yang
ditandatangani oleh ketua MHA dan ketua fasilitator dengan format terlampir pada Lampiran
A.
4.2 Pemilihan data dasar dan data spasial pendukung lainnya
Data dasar yang digunakan dalam pembuatan peta usulan wilayah MHA adalah sebagai
berikut.
a. Peta Rupabumi Indonesia minimal skala 1 : 50.000, selanjutnya disebut Peta RBI
b. Citra resolusi tinggi dengan spesifikasi teknis mempunyai resolusi spasial paling
rendah 4 meter dan sudah dilakukan orthorektifikasi
c. Apabila peta Rupabumi Indonesia dan citra resolusi tinggi tersedia, maka dapat
digunakan keduanya.
Data spasial pendukung lainnya yang digunakan dalam pembuatan peta usulan wilayah
MHA adalah sebagai berikut.
a. Data Digital Elevation Model (DEM);
b. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah;
c. Peta dasar pertanahan;
d. Peta pajak bumi dan bangunan;
e. Peta pendaftaran tanah;
f. Peta laut.
Pemilihan data dasar dan data spasial pendukung lainnya dilengkapi dengan berita acara
yang ditandatangani oleh ketua MHA dan ketua fasilitator dengan format terlampir pada
Lampiran B.
7. 7
4.3 Pembuatan peta usulan wilayah MHA
Pembuatan peta usulan wilayah MHA dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
a. Tumpang susun
Seluruh data spasial baik data dasar maupun data spasial pendukung lainnya
dilakukan tumpang susun (overlay) menggunakan perangkat lunak sistem informasi
geografis (SIG).
Seluruh data tersebut dipastikan sudah berada dalam satu sistem referensi nasional
yang berlaku. Data spasial yang belum mempunyai sistem referensi nasional, harus
dilakukan transformasi koordinat mengacu ke sistem referensi nasional yang
berlaku.
Hasil overlay seluruh data spasial disajikan dalam format digital dan format cetak
sebagai media untuk melakukan delineasi usulan garis batas wilayah MHA.
b. Delineasi usulan garis batas wilayah MHA
Delineasi usulan garis batas wilayah MHA dilakukan secara kartometrik dengan
prinsip penarikan garis batas disajikan pada Lampiran C. Ketentuan teknis delineasi
usulan garis batas wilayah MHA adalah sebagai berikut.
- Garis batas wilayah MHA ditarik berdasarkan hasil identifikasi MHA yang
dihasilkan dari tahapan penelitian dokumen MHA pada poin 4.1, pada data
spasial hasil overlay pada poin 4.3.a
- Delineasi dapat dilakukan di atas peta cetak atau pada data digital secara
on-screen
- Hasil delineasi yang dilakukan di atas peta cetak selanjutnya dilakukan
digitisasi
- Garis batas wilayah MHA yang sudah dalam format digital diberikan data
atribut garis batas wilayah MHA
- Hasil delineasi usulan garis batas wilayah MHA dituangkan dalam berita
acara deskripsi usulan wilayah MHA yang ditandatangani oleh Ketua MHA
dan Ketua Fasilitator dengan format terlampir pada Lampiran D.
4.4 Penyajian peta
Penyajian peta usulan wilayah MHA dilakukan sesuai dengan spesifikasi penyajian peta
pada Lampiran E. Peta usulan wilayah MHA dibuat dalam format cetak dan digital.
4.5 Penyimpanan data
Seluruh dokumen baik dalam bentuk deskripsi maupun spasial yang digunakan dan
dihasilkan pada pembuatan peta usulan wilayah MHA disimpan dalam folder dengan urutan
sebagai berikut.
a. Folder dokumen deskripsi MHA
b. Folder data dasar
c. Folder data spasial pendukung lainnya
d. Folder peta usulan wilayah MHA:
8. 8
- Format softcopy: peta usulan wilayah MHA dengan format penyimpanan data
SIG vektor
- Format hardcopy: pindaian peta usulan wilayah MHA
4.6 Pelaporan
Laporan kegiatan pembuatan peta usulan wilayah MHA berisi dokumentasi proses dan hasil
kegiatan. Laporan minimal mencakup penjelasan mengenai:
a. Pengumpulan dan penelitian dokumen MHA
b. Pemilihan data dasar dan data spasial pendukung lainnya
c. Pembuatan peta usulan wilayah MHA
d. Penyajian peta
e. Penyimpanan data
Laporan dilampiri dokumen sebagai berikut.
a. Pindaian berita acara pengumpulan dan penelitian dokumen MHA
b. Pindaian berita acara pemilihan data dasar dan data spasial pendukung lainnya
c. Pindaian berita acara (deskripsi) usulan garis batas wilayah MHA
d. Pindaian peta usulan wilayah MHA
9. 9
Lampiran A
(normatif)
Format Berita Acara Pengumpulan dan Penelitian Dokumen MHA
BERITA ACARA
PENGUMPULAN DAN PENELITIAN DOKUMEN MHA
Nomor……………….(1)
Pada hari ini …… (2), tanggal ....... (3) bulan ……(4) tahun …..(5) bertempat di…………….(6)
telah dilaksanakan pengumpulan dan penelitian dokumen-dokumen MHA, dengan hasil sebagai berikut:
1. Dokumen MHA yang digunakan adalah:
1. ………………………………………(7)
2. ………………………………………(7)
3. dan seterusnya
2. Dokumen terkait batas wilayah administrasi yang digunakan adalah:
1. ………………………………………(8)
2. ………………………………………(8)
3. dan seterusnya
3. Usulan wilayah MHA hasil penelitian dokumen MHA adalah sebagai berikut:
1. ………………………………………...(9)
2. ………………………………………...(9)
3. dan seterusnya
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya
Mengetahui, Mengetahui,
Ketua MHA
…….. (10)
Ketua Fasilitator
……. (11)
…………………………………… ……………………………………
10. 10
Keterangan pengisian berita acara
(1) Diisi nomor berita acara,
(2) Cukup jelas
(3) Cukup jelas
(4) Cukup jelas
(5) Cukup jelas
(6) Cukup jelas
(7) Diisi nama dan jenis dokumen yang berisi deskripsi MHA yang digunakan
(8) Diisi nama dan jenis dokumen terkait batas wilayah administrasi yang digunakan
(9) Diisi nama identifikasi usulan wilayah MHA hasil penelitian dokumen MHA
(10) Diisi nama jelas dan tanda tangan ketua MHA
(11) Diisi nama jelas dan tanda tangan ketua fasilitator
11. 11
Lampiran B
(normatif)
Format Berita Acara Data Dasar dan Data Spasial Pendukung Lainnya
BERITA ACARA
DATA DASAR DAN DATA SPASIAL PENDUKUNG LAINNYA
Nomor……………….(1)
Pada hari ini …… (2), tanggal ....... (3) bulan …… (4) tahun …..(5) bertempat di…………….(6)
telah dilaksanakan pemilihan peta dasar dan data spasial pendukung lainnya untuk pembuatan peta usulan
wilayah MHA, dengan hasil sebagai berikut:
1. Data dasar yang digunakan adalah:
1. ………………………………………(7)
2. ………………………………………(7)
3. dan seterusnya
2. Data spasial pendukung lainnya adalah sebagai berikut:
1. ………………………………………...(8)
2. ………………………………………...(8)
3. dan seterusnya
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya
Mengetahui, Mengetahui,
Ketua MHA
…….. (9)
Ketua Fasilitator
……. (10)
…………………………………… ……………………………………
12. 12
Keterangan pengisian berita acara
(1) Diisi nomor berita acara,
(2) Cukup jelas
(3) Cukup jelas
(4) Cukup jelas
(5) Cukup jelas
(6) Cukup jelas
(7) Diisi nama dan jenis data dasar yang digunakan
(8) Diisi nama dan jenis data spasial pendukung lainnya yang digunakan
(9) Diisi nama jelas dan tanda tangan ketua MHA
(10) Diisi nama jelas dan tanda tangan ketua fasilitator
13. 13
Lampiran C
(informatif)
Prinsip penarikan garis batas secara kartometrik
Garis batas dapat digambarkan berdasarkan penanda alam, penanda buatan, dan penanda
batas lainnya yang disepakati. Prinsip-prinsip penarikan garis batas adalah sebagai berikut.
1 Menggunakan penanda batas alam
Bentuk alam yang umum digunakan sebagai penanda batas antara lain sungai, watershed
dan danau. Prinsip penarikan garis batas pada penanda batas alam antara lain:
1.1 Sungai
Garis batas disungai merupakan garis khayal/imajiner pada as sungai dan/atau tepi sungai.
Ilustrasi garis batas menggunakan penanda batas alam berupa sungai dapat dilihat pada
gambar B.1.
Gambar C.1.Garis putus-putus berwarna merah menunjukkan garis batas pada as sungai
dan warna biru menunjukkan garis batas pada tepi sungai.
1.2 Watershed
Pada umumnya batas yang menghubungkan antar gunung menggunakan watershed.
Ilustrasi garis batas menggunakan penanda batas alam berupa watershed dapat dilihat pada
Gambar B.2.
Gambar C.2. Ilustrasi garis batas menggunakan watershed
14. 14
CATATAN Warna Hijau, Merah, dan Biru dalam gambar B.2 merupakan garis watershed. Garis
watershed yang akan digunakan sebagai batas merupakan hasil kesepakatan antar kedua desa
nantinya.
1.3 Danau/kawah
a) Jika seluruh danau/kawah masuk kesalah satu wilayah, maka tepi danau/kawah
menjadi batas antara dua wilayah. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar B.3.
Gambar C.3. kondisi garis batas dimana seluruh danau/kawah masuk kesalah satu wilayah.
b) Jika garis batas memotong danau/kawah, maka garis batas pada danau adalah garis
khayal yang menghubungkan antara dua titik kartometrik yang merupakan
perpotongan garis batas dengan tepi danau/kawah. Jika batasnya adalah pertemuan
lebih dari dua batas wilayah maka dilakukan pengukuran titik koordinat batas pada
danau/kawah (titik simpul) secara kartometrik.
c) Metode yang digunakan adalah metode garis tengah/median line atau metode lain
yang disepakati oleh wilayah yang berbatasan. Ilustrasi pada gambar B.4 menjadi
contoh penarikan batas wilayah yang membagi danau dengan metode garis tengah.
i
ii
Gambar C.4. metode garis tengah/median line
i merupakan kondisi garis batas yang ditarik dengan metode sama jarak, terletak di
garis tengah danau dan membagi danau menjadi 3, sedangkan ii merupakan kondisi
garis batas yang ditarik dengan metode sama jarak dan terletak di garis tengah
danau dan membagi danau menjadi lebih dari 3.
15. 15
2 Menggunakan penanda batas buatan
Unsur buatan yang umum digunakan sebagai penanda batas wilayah antara lain: jalan, jalan
kereta api, saluran irigasi dan kanal. Untuk batas jalan, jalan kereta api, saluran irigasi, dan
kanal, dapat digunakan as (sumbu) atau tepinya sebagai tanda batas wilayah.
2.1 Jalan
a) As Jalan
Untuk daerah yang dibatasi jalan, as jalan dapat digunakan sebagai batas antara dua
wilayah yang berbatasan. Titik awal dan akhir batas yang berpotongan dengan jalan
serta titik perpotongan batas yang berada pada pertigaan jalan dilakukan pengukuran
titik-titik koordinat batas secara kartometrik. Gambar B.5 merupakan contoh
menggunaan as jalan sebagai penanda batas.
Gambar C.5.Titik perpotongan batas yang berada pada pertigaan jalan dilakukan pemberian
titik kartometrik
b) Tepi Jalan atau bahu jalan
Tepi jalan juga dapat digunakan sebagai batas antara dua wilayah yang berbatasan.
Titik awal dan akhir batas yang berpotongan dengan jalan serta titik perpotongan batas
yang berada pada pertigaan jalan dilakukan pengukuran titik-titik koordinat batas secara
kartometrik. Contoh penggunaan tepi jalan sebagai batas disajikan dalam Gambar B.6.
Gambar C.6. Titik perpotongan batas yang berada pada pertigaan jalan dilakukan pemberian
titik kartometrik
16. 16
2.2 Jalan Kereta Api
Prinsip yang sama dengan penarikan garis batas pada jalan juga digunakan untuk
wilayah yang dipisahkan oleh jalan kereta api (Gambar B.7)
Gambar C.7. Jalan Kereta Api Sebagai Batas Wilayah
2.3 Saluran Irigasi
Untuk daerah yang dibatasi oleh saluran irigasi prinsip penegasan batas sama dengan
prinsip penegasan batas pada sungai.
17. 17
Lampiran D
(normatif)
Format Berita Acara Deskripsi Usulan Wilayah MHA
BERITA ACARA
DESKRIPSI USULAN WILAYAH MHA
Nomor……………….(1)
Pada hari ini …… (2), tanggal ....... (3) bulan ……(4) tahun …..(5) bertempat di…………….(6) telah
dilaksanakan delineasi usulan garis batas wilayah MHA, dengan hasil sebagai berikut:
Deskripsi usulan wilayah masyarakat hukum adat ……….. (7) adalah sebagai berikut:
Dimulai dari……………………………………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………………………………
….……………………………………………………………………………………………...…………
………………… (8), segmen ini telah/belum disepakati.
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Ketua MHA
…….. (9)
Ketua Fasilitator
……. (10)
…………………………………… ……………………………………
18. 18
Keterangan pengisian
(1) Diisi nomor berita acara
(2) Cukup jelas
(3) Cukup jelas
(4) Cukup jelas
(5) Cukup jelas
(6) Cukup jelas
(7) Diisi nama masyarakat hukum adat, dalam hal ini adalah sebagai pemohon
(8) Diisi deskripsi usulan wilayah MHA hasil delineasi
(9) Diisi nama jelas dan tanda tangan ketua MHA
(10) Diisi nama jelas dan tanda tangan ketua fasilitator
19. 19
Lampiran E
(normatif)
Spesifikasi Penyajian Peta Usulan Wilayah MHA
E.1 Sistem referensi nasional
Sistem referensi nasional yang digunakan di dalam peta usulan wilayah MHA adalah Sistem
Referensi Geospasial Indonesia (SRGI) 2013.
E.2 Proyeksi peta dan sistem grid peta
Proyeksi peta usulan wilayah MHA yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator
(UTM). Proyeksi dan pembagian zona grid mengacu pada sferoid yang telah
dispesifikasikan dalam SRGI 2013.
E.3 Skala dan ukuran peta
Skala peta usulan wilayah MHA adalah skala 1:50.000 atau skala yang lebih besar
disesuaikan dengan cakupan wilayah masyarakat hukum adat, mempertimbangkan
penyajian seluruh wilayah masyarakat hukum adat dalam satu muka peta (area wise).
Peta usulan wilayah MHA disajikan pada kertas dengan ukuran A0.
E.4 Ketelitian geometri peta
Ketelitian horizontal peta usulan wilayah MHA adalah 0,5 mm x bilangan skala, mengacu
pada SNI 8202: 2015 tentang Ketelitian Peta Dasar.
E.5 Pengaturan tata letak peta
Standar pengaturan tata letak peta usulan wilayah MHA terbagi menjadi dua yaitu muka
peta dan informasi. Standar tata letak peta usulan wilayah MHA digambarkan pada Gambar
E.1 sebagai berikut:
20. 20
Gambar E.1 – Tata letak peta usulan wilayah MHA
E.5.1 Tata letak muka peta
Muka peta usulan wilayah MHA ditunjukkan pada angka 12, berisikan unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Grid dan atau gratikul;
b. Usulan wilayah MHA;
c. Status kawasan hutan;
d. Unsur peta dasar:
- Garis pantai;
- Perairan;
- Toponim: nama wilayah administrasi (provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
desa/kelurahan), nama kampung dll;
- Batas wilayah administrasi: provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
desa/kelurahan;
- Transportasi dan utilitas;
- Bangunan dan fasilitas umum: kantor pemerintahan, pendidikan, kesehatan
dll;
- Penutup lahan: permukiman, hutan dll.
Pengaturan tata letak peta (simbolisasi unsur dan teks) untuk keperluan cetak mengikuti
kaidah kartografis sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pada poin D.4.2 sedangkan
untuk keperluan digital mengikuti kaidah kartografis yang disimpan sebagai fitur independen
mengikuti kaidah penyimpanan dalam geodatabase.
21. 21
E.5.2 Tata letak informasi peta
E.5.2.1 Judul Peta
Judul peta memuat informasi mengenai jenis peta. Jenis huruf yang dugunakan adalah Arial
bold, Ukuran huruf 24, Warna Black, CAPITAL.
PETA USULAN WILAYAH
MASYARAKAT HUKUM ADAT
E.5.2.2 Nama Masyarakat Hukum Adat
Menampilkan nama MHA. Nama MHA Jenis huruf Arial bold, Ukuran huruf 36 warna Black,
CAPITAL.
Contoh:
KASEPUHAN …
E.5.2.3 Orientasi Arah dan Skala Peta
Menampilkan tanda petunjuk arah dan skala peta yang ditampilkan dalam bentuk text dan
garis.
E.5.2.4 Diagram Lokasi
Diagram lokasi memberikan informasi tentang lokasi usulan wilayah masyarakat hukum adat
yang dipetakan.
22. 22
E.5.2.5 Petunjuk Letak Peta
Petunjuk letak peta memberikan informasi tentang tata letak peta yang disajikan dalam
beberapa lembar peta berdasarkan indeks yang telah disusun. Kolom petunjuk letak peta
ditampilkan apabila suatu wilayah MHA disajikan dalam beberapa nomor lembar peta (NLP).
Petunjuk letak peta menunjukkan wilayah MHA yang digambarkan dalam peta dan posisinya
terhadap wilayah administrasi lainnya.
Ketentuan warna:
- Usulan wilayah masyarakat hukum adat yang digambarkan dalam peta diberikan warna
olivine yellow R233 G255 B190
E.5.2.6 Proyeksi, sistem grid dan datum
Menerangkan tentang proyeksi, sistem grid dan datum yang digunakan dalam penyajian
peta.
23. 23
E.5.2.7 Logo dan alamat instansi
Menerangkan logo MHA dan fasilitator pembuat peta usulan wilayah MHA
E.5.2.8 Keterangan
Menerangkan legenda yang digunakan dalam peta usulan wilayah MHA
E.5.2.9 Kolom tanda tangan
Peta ditandatangani oleh:
- Ketua MHA
- Fasilitator (perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, instansi pemerintah
di bidang kehutanan dan/pertanahan)
E.5.2.10 Sumber data dan riwayat peta
Sumber data dan riwayat peta menerangkan tentang data dan dokumen – dokumen lainnya
yang digunakan dalam pembuatan peta usulan wilayah MHA.
25. 25
Bibliografi
[1] Undang – undang nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
[2] Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 6 tahun 2012 tentang Penyediaan,
Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit
Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi
[3] Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 52 tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan
dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat
[4] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 32 tahun 2015 tentang
Hutan Hak
[5] Peraturan DirjenPSKL – KLHK nomor 1 tahun 2016 tentang Tata Cara Verikasi dan
Validasi Hutan Hak
[6] Peraturan Menteri ATR/BPN nomor 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan
Hak Komunal
[7] Permendagri nomor 45 tahun 2016 tentang Pedoman Penetapan dan Penegasan
Batas Desa
[8] Naskah akademis pengakuan pemetaan wilayah MHA
[9] SNI 8202:2015 tentang Ketelitian Peta Dasar