Dokumen tersebut membahas perbedaan antara pasar modal konvensional dan syariah. Pasar modal konvensional memperdagangkan saham, obligasi, dan instrumen derivatif seperti opsi, sedangkan pasar modal syariah hanya memperdagangkan saham dan obligasi syariah yang sesuai prinsip syariah. Perbedaan utama terletak pada kriteria saham emiten yang diperdagangkan, di mana pasar modal syariah hanya memperdagangkan saham emiten yang tidak melanggar prinsip sy
Bahan ini guna memenuhi mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnnya. Adapun materi yang dibahas mengenai pegadaian yang merupakan salah satu lembaga keuangan yang ada di Indonesia, jenis pegadaian yang terbagi dua macam yaitu pegadaian konvensional dan pegadaian syariah.
Dan juga dibahas mengenai perbedaan diantara keduanya.
Bahan ini guna memenuhi mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnnya. Adapun materi yang dibahas mengenai pegadaian yang merupakan salah satu lembaga keuangan yang ada di Indonesia, jenis pegadaian yang terbagi dua macam yaitu pegadaian konvensional dan pegadaian syariah.
Dan juga dibahas mengenai perbedaan diantara keduanya.
Etika Bisnis Islam Konvensional - Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiya Yogyakarta - Mata Kuliah Filsafat dan Etika Bisnis Islam - Dosen Dr. Gunawan Budiyanto, M.P.
pasar modal yang ada selama ini diakui mengandung berbagai hal yang menyimpang dari prinsip-prinsip Syariah.seperti riba, maisir dan gharar (tak jelas wujudnya)
2. A. Pengertian Pasar Modal
Pasar Modal adalah tempat transaksi jual beli instrument kredit jangka panjang.
Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, yang dimaksud pasar modal
adalah suatu pasar yang mempunyai kegiatan melakukan penawaran umum dan
perdagangan efek yang melibatkan perusahaan publik serta lembaga yang
berkaitan dengan efek.
Pasar modal merupakan tempat perusahaan mencari dana segar untuk
mengingkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan.
Dana segar yang berasal dari masyarakat disebut juga investor.
Sebagai institusi keuangan modern, pasar modal tidak terlepas dari berbagai
kelemahan dan kesalahan. Salah satunya adalah tindakan spekulasi yang dilakukan
oleh sebagian investor, karena dalam berinvestasi di pasar modal, setiap investor
harus selalu memperhatikan perubahan pasar, membuat berbagai analisis dan
perhitungan, serta mengambil tindakan spekulasi di dalam pembelian maupun
penjualan saham. Aktivitas inilah yang membuat pasar modal tetap aktif. Aktifitas
diatas tidak selalu menguntungkan akan tetapi ada kerugian-kerugian yang di dapat.
3. B. Pengertian Pasar Modal Konvensional dan Pasar Modal Syariah
Dalam pasar modal konvensional para investor melakukan berbagai tehnik analisis
dalam menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu perusahaan
menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi maka semakin tinggi pula
permintaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Pada pasar
modal pelakunya dapat berupa perseorangan maupun organisasi / perusahaan. Bentuk
yang paling umum dalam investasi pasar modal adalah saham dan obligasi. Saham dan
obligasi dapat berubah-ubah nilainya karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Saat ini
pasar modal di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia atau yang disingkat BEI dan Bursa
Efek Surabaya atau yang disingkat BES.
Sedangkan,
Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain. Di Indonesia, prinsipprinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah
maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi
prinsip-prinisp syariah. Saat ini pasar modal syariah di Indonesia adalah Jakarta Islamic
Indeks (JII).
4. C. Sejarah Pasar Modal Konvensional dan Pasar Modal Syariah
a. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesiamerdeka. Pasar
modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada
tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada
sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan
seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal
mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang
dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah RepublikIndonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi
bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun
1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring
dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
5. b. Sejarah Jakarta Islamic Indeks (JII).
Momentum berkembangnya pasar modal berbasis syariah di Indonesia dimulai pada
tahun 1997, yakni dengan diluncurkannya Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT.
Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Jakarta (kini telah bergabung
dengan Bursa Efek Surabaya, menjadi Bursa Efek Indonesia) berkerjasama dengan PT.
Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal
3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya
secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan
saham-saham yang dapat dijadikan sarana berivestasi dengan penerapan prinsip syariah
Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah
dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002.
Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan dilanjutkan dengan penerbitan
obligasi syariah lainnya. Pasar modal berbasis syariah di Indonesia secara resmi
diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU
antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
6. D. Produk-Produk Yang Di Perdagangkan di Modal Konvensional Dan
Pasar Modal Syariah.
1. Produk Pasar Modal Konvensional
a. Saham
Saham pada dasarnya adalah bukti pemilikan atas suatu
berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
perusahaan
Saham terbagi atas dua jenis, yaitu :
> Saham Biasa adalah yang paling dikenal masyarakat.
> Saham Preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa
tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.
7. b. Obligasi
Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik
kertas tersebut telah membeli hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi.
Penerbit membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang
telah ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang tersebut
pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah
bunga yg terutang.
c. Obligasi Konversi (Convertible Bond)
Obligasi konversi, sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa. Hanya
saja, obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu bisa ditukar dengan saham biasa. Pada
obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi.
8. 2. Produk Pasar Modal Syariah
a. Saham Syariah
Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal
kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip syariah, penyertaan modal
dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip
syariah, seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan seperti
bir, dan lain-lain. Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak
diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa
pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinisp syariah.
Melalui indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk
mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
9. b. Obligasi Syariah
Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syari’ah yang mewajibkan
Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syari’ah berupa bagi
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Tidak
semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah.
c. Reksa Dana Syariah
Reksa Dana Syariah merupakan Reksa Dana yang mengalokasikan seluruh
dana/portofolio kedalam instrument syariah seperti saham-saham yang tergabung dalam
Jakarta Islamic Indeks (JII), obligasi syariah, dan berbagai instrument keuangan syariah
lainnya.
Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat
yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya
memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.
Selain itu Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal
untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai
Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya di investasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi
10. E. Perbedaan Pasar Modal konvensional dan Pasar Modal Syariah
Perbedaan Pasar Modal Syariah dengan Konvensional dilihat dari berbagai aspek. Yaitu, dari segi
Indeks saham konvensional dan Indeks saham Islam, Instrumen yang diperdagangkan, dan
Mekanisme transaksinya.
a. Indeks saham konvensional dan Indeks saham Islam
Indeks Islam tidak hanya dapat dikeluarkan oleh pasar modal syariah saja tetapi juga oleh
pasar modal konvensional.
Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks Islam adalah indeks
konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa dengan mengabaikan aspek halal
haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku
(legal). Akibatnya bukanlah suatu persoalan jika ada emiten yang menjual sahamnya di bursa
bergerak di sektor usaha yang bertentangan dengan Islam atau yang memiliki sifat merusak
kehidupan masyarakat.
Garis pemisah antara indeks Islam dan indeks konvensional.
o
Pertama, jika indeks Islam dikeluarkan oleh suatu institusi yang bernaung dalam pasar modal
konvensional, maka perhitungan indeks tersebut berdasarkan kepada saham-saham yang
digolongkan memenuhi kriteria-kriteria syariah sedangkan indeks konvensional memasukkan
semua saham yang terdaftar dalam bursa efek tersebut.
o
Kedua, jika indeks Islam dikeluarkan oleh institusi pasar modal syariah, maka indeks tersebut
didasarkan pada seluruh saham yang terdaftar di dalam pasar modal syariah yang sebelumnya
sudah diseleksi oleh pengelola.
11. b. Instrumen
Dalam pasar modal konvensional instrumen yang diperdagangkan adalah suratsurat berharga (securities) seperti saham, obligasi, dan instrumen turunannya
(derivatif) opsi, right, waran, dan Reksa Dana.
Dalam pasar modal syariah, instrumen yang diperdagangkan adalah saham,
obligasi syariah dan Reksa Dana Syariah, sedangkan opsi, waran dan right tidak
termasuk instrumen yang dibolehkan.
c. Mekanisme transaksi
Dalam konteks pasar modal syariah, menurut Alhabshi, idealnya pasar modal
syariah itu tidak mengandung transaksi ribawi, transaksi yang meragukan (gharar),
dan saham perusahaan yang bergerak pada bidang yang diharamkan.
Dalam pasar modal konvensional investor dapat membeli atau menjual saham
secara langsung dengan menggunakan jasa broker atau pialang. Keadaan ini
memungkinkan bagi para spekulan untuk mempermainkan harga. Akibatnya
perubahan harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar bukan karena nilai intrinsik
saham itu sendiri.
12. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa perbedaan pasar modal syariah dengan pasar modal
konvensional dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya. Sedangkan
perbedaan indeks saham Islam dengan indeks saham konvensional terletak pada
kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip syariah. secara
menyeluruh konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak
jauh berbeda. Karena instrumen utama yang diperdagangkan dalam pasar modal
syariah dan pasar modal konvensional adalah saham.