Dokumen tersebut membahas parameter-parameter untuk mengukur tingkat pencemaran lingkungan, termasuk parameter kimia, biokimia, fisik dan biologi. Parameter-parameter tersebut digunakan sebagai indikator untuk mengetahui adanya pencemaran dan seberapa parah tingkat pencemaran yang terjadi. Dokumen ini juga membahas faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan, baik karena campur tangan manusia maupun faktor alam.
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...Anggi Nurbana Wahyudi
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Kubota Kasui Indonesia (Perusahaan Ahli Pengolahan Limbah dan Kontraktor EPC WWTP/IPAL)
Adopsi sistem biologi dalam IPAL untuk mengolah Nitrogen, Amonia, Ammonium, Nitrit, Nitrat dalam Air
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...Anggi Nurbana Wahyudi
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Kubota Kasui Indonesia (Perusahaan Ahli Pengolahan Limbah dan Kontraktor EPC WWTP/IPAL)
Adopsi sistem biologi dalam IPAL untuk mengolah Nitrogen, Amonia, Ammonium, Nitrit, Nitrat dalam Air
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Contoh Bagaimana Melakukan Cara Pengambilan Sampel Sampling Air, Langkah-Langkah yang benar Cara Pengambilan Sampel Sampling Air apa itu Sampel Sampling Air
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Komponen Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Contoh Bagaimana Melakukan Cara Pengambilan Sampel Sampling Air, Langkah-Langkah yang benar Cara Pengambilan Sampel Sampling Air apa itu Sampel Sampling Air
Permasalahan Lingkungan Mendasari Pengelolaan Lingkungan HidupIda Ayu Lochana Dewi
Permasalahan lingkungan telah disadari sebagai dampak dari aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan pada akhirnya memberikan dampak lanjutan pada kinerja pemenuhan kebutuhan manusia.
Kesesuaian Rumput Raja (Panicum maximum Jacq.) dan Alang-Alang (Imperata cyli...Yos F. da-Lopes
Informasi tentang perilaku serangga pada tananam inang alternatif penting dalam strategi manajemen resistensi serangga. Untuk itu, penelitian di rumah kaca dan laboratorium dilakukan untuk mengetahui preferensi oviposisi O. furnacalis pada rumput raja, alang-alang, dan jagung serta pertumbuhan dan perkembangannya pada rumput raja sebagai inang alternatif yang disukai untuk oviposisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya jagung paling disukai oleh O. furnacalis untuk oviposisi dibandingkan pada tanaman inang alternatifnya dengan urutan: jagung > rumput raja > alang-alang. Ketika tidak ada tanaman jagung (21 HST), rumput raja (21 HST) maupun alang-alang (21 HST) memberikan respon positif terhadap oviposisi: rumput raja (proporsi = 0,731; OPI = 46,17) > alang-alang (proprosi = 0,60; OPI = 19,94). Ketika ada tanaman jagung (21 HST), rumput raja (21 HST) dan alang-alang (21 HST) memberikan respon negatif terhadap oviposisi dibandingkan dengan jagung namun respon ini relatif terhadap umur tanaman. Pada umur 35 HST, rumput raja memberikan respon positif bagi O. furnacalis untuk oviposisi (proporsi = 0,692; OPI = 37,57) dibandingkan pada jagung (proporsi = 0,301; OPI = -38,780) dan alang-alang (proporsi = 0.174; OPI = -65,183). Hasil ini mengindikasikan bahwa pada kondisi tertentu tanaman inang alternatif tersebut dapat dimanfaatkan oleh O. furnacalis untuk bertahan hidup. Rumput raja mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan larva O. furnacalis hingga dewasa. Meskipun ada penghambatan berat larva (± 19%) dan penurunan berat pupa (± 29%) dibandingkan dengan pada jagung, keberhasilan hidup larva pada rumput raja relatif sama dengan pada jagung dan pakan buatan yaitu di atas 80%. Stadium larva (7-14 hari) dan stadium pupa (5-7 hari) O. furnacalis yang makan pada batang rumput raja relatif sama dengan yang makan pada batang jagung dan pakan buatan. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat sinkronisasi antara kemunculan dewasa pada rumput raja dan kemunculan dewasa pada jagung sehingga kemungkinan perkawinan antara dewasa dari tanaman jagung dan rumput raja dapat terjadi. Seks ratio dewasa yang terbentuk memberikan perbandingan yang relatif normal antara jantan dan betina (1:1 pada jagung dan pakan buatan; mendekati 1:2 pada rumput raja). Hasil penelitian ini dapat menjadi data awal untuk penelitian selanjutnya tentang potensi rumput raja sebagai refugia bagi O. furnacalis dalam strategi manajemen resistensi.
Bertambahanya jumlah penduduk tanpa kesadaran pengelolaan limbah yang baik, membuat volume limbah semakin menumpuk sehingga berdampak buruk bagi lingkungan hidup manusia. Salah satu solusi mengatasi persoalan tersebut ialah dengan pengelolaan limbah, salah satu diantaranya adalah mengubah beberapa jenis limbah menjadi pupuk organik, Pengunaan pupuk organic merupakan salah satu cara untuk mengembalikan kesuburan tanah dan hasil tanaman akan lebih sehat dikonsumsi karena berasal dari bahan-bahan alami. Pupuk organik dapat berupa padat dan cairan yang digunakan dengan takaran yang berbeda-beda tergantung jenis komoditasnya.
Manajemen Panen dan Pasca Panen Tanaman Kakao Di Pusat Pembelajaran Kakao (Cl...Yos F. da-Lopes
Mutu produk olahan kakao selain ditentukan oleh proses produksi dari bahan jadi tersebut, juga ditentukan oleh proses panen dan penanganan pasca panen. Pentingnya peran panen dan penanganan pasca panen dalam menjaga kesehatan tanaman serta menjamin muta produk biji kakao,
Teknik Seleksi Benih dan Bibit Cengkeh (Syzygium aromaticum L) di Kebun Benih...Yos F. da-Lopes
Salah teknik budidaya untuk menghasilkan tanaman cengkehyang berproduksi tinggi baik kuantitas maupun kualitasadalah melalui seleksi benih dan seleksi bibit yang baik dan benar. Hal ini dikarenakan benih cengkeh merupakan benih rekalsitran, yaitu benih yang cepat rusak apabila diturunkan kadar airnya, dan tidak tahan disimpan pada suhu dan kelembaban rendah, karena itu, benih perlu perlakuan khusus untuk keberhasilan dalam penyediaan bibit yang bermutu untuk ditanam atau dibudidayakan. Seleksi benih yang baik belum menjamin bahwa semua bibit dihasilkan dari benih itu akan baik pula. Dengan demikian, seleksi bibit juga harus dilakukan sebelum ditanam.Untuk dapat melakukan seleksi benih dan seleksi bibit dengan baik dan benar perlu pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang memadai.
Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kakao Melalui Pemangkasan Pemupukan Panen Seri...Yos F. da-Lopes
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) Merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di Indonesia khususnya yang sampai saat ini komoditas kakao tersebut masih memiliki prospek yang cukup baik di pasar Internasional.
DISTRIBUSI KELOMPOK TELUR PENGGEREK JAGUNG ASIA Ostrinia furnacalis (LEPIDOPT...Yos F. da-Lopes
Penggerek Jagung Asia, Ostrinia furnacalis Guenée (Asian Corn Borer, ACB), dikenal sebagai hama penting tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Pada fase generatif, keputusan pengelolaan jagung didasarkan kepadatan massa telur serangga hama ini. Dengan demikian, studi penyebaran massa telur ACB dilakukan pada tanaman jagung di Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian (KP4) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 10 Desember sampai 18 Desember 2011. Penyampelan dilakukan terhadap jumlah massa telur pada setiap tanaman sampel. Pola sebaran dianalisis menggunakan rasio varians terhadap mean, indeks Morisita, dan parameter binomial negatif (k). Sebaran mengelompok terutama ditemukan pada kebun, termasuk sebaran vertikal dan sebaran horizontal. Selama periode penyampelan, derajat pengelompokkan cenderung menurun (nilai-k meningkat, Indeks Morisita menurun) dan ada kemungkinan bergerak menuju acak sesuai kondisi lingkungan. Tidak ada perbedaan kepadatan populasi pada bagian pinggir dan bagian tengah kebun tetapi derajat pengelompokkan yang lebih tinggi ditemukan pada bagian pinggir kebun (k = 7,54; IM = 1,14) daripada bagian tengah kebun (k = 4.77; IM = 1,21). Informasi tentang penyebaran massa telur ACB ini dapat digunakan untuk menjelaskan biologi dan ekologi serangga tersebut dan pengembangan strategi manajemen hama yang efektif.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
Kerusakan lingkungan hidup bila terus berlangsung, pada suatu ketika akan menimbulkan malapetaka besar bagi kehidupan manusia. Berbagai organisasi lingkungan hidup baik yang berskala internasional, nasional, dan daerah, tidak henti-hentinya menyuarakan penyelamatan lingkungan hidup untuk keselamatan manusia di masa kini maupun di masa akan datang. Di samping organisasi lingkungan hidup, pemerintah di masing-masing negara pun telah banyak melakukan berbagai usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, termasuk diantaranya Indonesia.
Pencemaran atau polusi adalah Segala perubahan yang tidak dikehendakipada sifat - sifat udara, air, tanah,atau makanan yang dapatmempengaruhi keselamatan makhlukhidup. Zat pencemar disebut Polutan.
Konsep bioindikator dan contoh bioindokator (ppt)Yos F. da-Lopes
Bioindikator berasal dari dua kata yaitu bio dan indicator:
Bio artinya mahluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan mikroba. Indicator artinya variable yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Jadi bioindikator adalah komponen biotik (mahluk hidup) yang dijadikan sebagai indikator. Bioindikator juga merupakan indikator biotis yang dapat menunjukkan waktu dan lokasi, kondisi alam (bencana alam), serta perubahan kualitas lingkungan yang telah terjadi karena aktifitas manusia.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
3. PARAMETER PENCEMARAN
Contoh parameter-parameter yang digunakan
sebagai indikator pencemaran lingkungan adalah
• Parameter Kimia
• Parameter Biokimia
• Parameter Fisik
• Parameter Biologi
Untuk mengukur tingkat pencemaran disuatu
tempat digunakan parameter pencemaran.
Parameter pencemaran digunakan sebagai
indikator (petunjuk) terjadinya pencemaran
dan tingkat pencemaran yang telah terjadi.
4. PARAMETER KIMIA
Parameter Kimia
digunakan untuk
mengetahui kadar
CO2, pH,
keasaman,
alkalinitas, fosfor,
kadar logam, dan
logam berat.
A. Pengukuran pH air
Air sungai dalam kondisi alami yang
belum tercemar memiliki rentangan pH
6,5 – 8,5.
Karena pencemaran, pH air dapat
menjadi lebih rendah dari 6,5 atau
lebih tinggi dari 8,5.
Bahan-bahan organik organik
biasanya menyebabkan kondisi air
menjadi lebih asam.
Kapur menyebabkan kondisi air
menjadi lebih alkali (basa).
Jadi, perubahan pH air tergantung
kepada bahan pencemarnya.
5. LANJUTAN: Parameter Kimia
Gas CO2 juga dapat larut
ke dalam air.
B.
Pengukura
n Kadar
CO2
• Kadar CO2 terlarut sangat dipengaruhi oleh
suhu, pH, dan banyaknya organisme yang hidup
dalam air.
• Semakin banyak organisme di dalam air,
semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut
(kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan air
yang berfotosintesis).
• Kadar gas CO2 dapat diukur dengan cara
6. LANJUTAN: Parameter Kimia
C. Pengukuran Kadar Oksigen
Terlarut.
1.Kadar oksigen terlarut
dalam air yang alami
berkisar 5 – 7 ppm (part
per million atau satu per
sejuta; 1 ml oksigen
yang larut dalam 1 liter
air dikatakan memiliki
kadar oksigen 1 ppm).
Penurunan kadar oksigen
terlarut dapat disebabkan
oleh tiga hal:
• Proses oksidasi (pembokaran)
bahan-bahan organik.
• Proses reduksi oleh zat-zat yang
dihasilkan bakteri anaerob dari
dasar perairan.
• Proses pernapasan organisme yang
hidup di dalam air, terutama pada
malam hari.
7. PARAMETER BIOKIMIA
Parameter
kimia yang
dilakukan
melalui
kegiatan
pernapasan
jasad renik
dikenal sebagai
parameter
biokimia.
• Contohnya adalah pengukuran
BOD atau KOB
• BOD digunakan untuk
mengukur banyaknya
pencemaran organik.
• Bahan pencemar organik (daun,
bangkai, karbohidrat, protein)
dapat diuraikan oleh bakteri air.
• Bakteri memerlukan oksigen
untuk mengoksidasikan zat-zat
organik tersebut, akibatnya
kadar oksigen terlarut di air
semakin berkurang.
8. PARAMETER BIOKIMIA
Semakin banyak bahan pencemar organik yang ada
diperairan, semakin banyak oksigen yang digunakan,
sehingga mengakibatkan semakin kecil kadar oksigen
terlarut.
Banyaknya oksigen terlarut yang diperlukan bakteri untuk
mengoksidasi bahan organik disebut sebagai Konsumsi Oksigen
Biologis (KOB / COD) atau Biological Oksigen Demand, yang biasa
disingkat BOD.
Angka BOD ditetapkan dengan menghitung selisih antara oksigen
terlarut awal dan oksigen terlarut setelah air sampel disimpan
selama 5 hari pada suhu 20 °C, karenanya BOD ditulis secara
lengkap BOD205 atau BOD5 saja.
9. PARAMETER FISIK
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa,
bau, kekeruhan, dan kandungan bahan radiokatif
• Perubahan sifat fisik air menjadi keruh atau sangat keruh dipas-
tikan sudah terjadi pencemaran air akibat partikel tersuspensi
atau terlarut dalam air.
• Perubahan kekeruhan air sangat mudah diamati pada perairan
sungai akibat aktivitas manusia di sepanjang daerah aliran su-
ngai ataupun faktor hidrometeorologi.
• Kekeruhan air yang tinggi jelas berpengaruh negatif terhadap
kehidupan biota perairan, dan terganggunya penggunaan air
untuk kebutuhan manusia.
Kekeruhan
10. PARAMETER FISIK
• Demikian juga timbulnya bau dari air khususnya
bau telur busuk (belerang) merupakan indikator
sudah terjadinya penguraian bahan organik
dalam air dalam kondisi anaerobik, karena sudah
dihasilkan gas hidrogen sulfida (H2S).
• Oleh sebab itu, bila kita melintas di sekitar
lingkungan perairan dan tercium bau belerang,
sudah dapat dipastikan bahwa perairan tersebut
telah mengalami pencemaran berat dan sudah
berkembang mikroba pengurai tanpa oksigen.
Timbulnya Bau
11. PARAMETER FISIK
• Bila air berubah warnanya menjadi merah, hijau atau kuning, sudah
dapat dipastikan bahwa perairan sudah mengalami pencemaran akibat
limbah industri yang mengandung zat warana atau akibat limbah
domestik dan limbah pertanian yang mengandung limbah organik yang
menyebabkan penyuburan yang berlebihan (Eutrophication), sehingga
terjadi ledakan populasi fitoplankton jenis tertentu (blooming algae) yang
menyebabkan perubahan warna air.
• Bila yang mengalami ledakan populasi (blooming) adalah jenis alga
hijau (Chlorophyceae) maka warna air akan berubah menjadi hijau
• Bila yang blooming adalah alga merah (Rhodophyceae) maka warna
air menjadi merah seperti darah, dan bila yang blooming adalah alga
keemasan (Chrysophyceae) maka warna air menjadi kuning.
• Perubahan warna air akibat zat warna tidak berlangsung laama hanya
hitungan jam karena zat warna tersebut segera hanyut ke daerah hilir.
• Berbeda dengan perubahan warna air akibat blooming algae, akan terjadi
dalam beberapa hari hingga populasi fitoplankton mati sesuai siklus
hidupnya.
Perubahan Warna
12. PARAMETER BIOLOGI
Di alam terdapat hewan-
hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme yang
peka dan ada pula yang
tahan terhadap kondisi
lingkungan tertentu dan
akan tetap hidup.
Parameter biologi
meliputi ada atau
tidaknya bahan
organik/mikroorg
anisme seperti
bakteri coli, virus,
bentos dan
plakton.
13. Contoh Parameter Biologi
Keadaan siput air dan planaria di sungai atau perairan
menunjukkan bahwa air di sungai tersebut belum tercemar
• Siput air dan Planaria merupakan contoh hewan yang peka
pencemaran.
• Sungai yang mengandung siput air dan planaria
menunjukkan sungai tersebut belum mangalami pencemaran.
• Sebaliknya cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing
yang tahan hidup dan bahkan berkembang baik di lingkungan
yang kaya bahan organik, meskipun species hewan yang lain
telah mati.
• Ini berarti keberadaan cacing tersebut dapat dijadikan
indikator adanya pencemaran zat organik.
• Organisme yang dapat dijadikan petunjuk pencemaran
dikenal sebagai indikator biologis.
14. PERUBAHAN LINGKUNGAN
• Perubahan lingkungan dapat terjadi karena
campur tangan manusia dan dapat pula karena
faktor alami.
• Dampak dari perubahannya belum tentu sama,
namun akhirnya manusia juga yang mesti
memikul serta mengatasinya.
Perubahan lingkungan mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan.
15. PERUBAHAN LINGKUNGAN KARENA
CAMPUR TANGAN MANUSIA
Contoh Perubahan lingkungan karena
campur tangan manusia, diantaranya
adalah:
Penebangan hutan secara liar
Pembangunan pemukiman pada
daerah subur
Pembangunan jalan kampung dan
desa secara betonisasi
Dampak negatif penerapan
intensifikasi pertanian
Penggnaan pupuk,
pestisida, pertanian
tipe monokultur
18. PERUBAHAN LINGKUNGAN KARENA
FAKTOR ALAM
Perubahan lingkungan
secara alami disebabkan
oleh bencana alam.
Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya
alam, agar lingkungan tetap lestari, harus
diperhatikan tatanan/tata cara lingkungan itu sendiri.
Manusia mampu merombak,
memperbaiki, dan mengkondisikan
lingkungan seperti yang dikehendakinya
19. UNDANG-UNDANG
LINGKUNGAN HIDUP
Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan hidup disahkan oleh Presiden
Republik Indonesia pada tanggal 11 Maret 1982.
Undang-undang ini berisi 9 Bab terdiri dari 24 pasal.
Undang-undang lingkungan hidup antara lain berisi hak,
kewajiban, wewenang dan ketentuan pidana yang meliputi
berikut ini.
1. Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat.
2. Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan dan
mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemaran
lingkungan
3. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan serta dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta tersebut
diatur dengan perundang-undangan.
4. Barang siapa yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya
melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya
20. Upaya pengelolaan limbah yang saat ini tengah
digalakkan adalah:
Recycling atau daur
ulang. Benda-benda
yang sebelumnya
tidak bermanfaat dan
menjadi sampah
diolah menjadi
barang-barang baru
yang memiliki
manfaat dan
kegunaan baru.
Pemanfaatan tenaga
surya, tenaga angin
(untuk
memasak,tenaga
gerak, dll)
Pemisahan sampah
organik dan non-
organik