Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaranYos F. da-Lopes
Β
Beberapa parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya pencemaran lingkungan, serta mengetahui tingkat pencemaran itu. Contoh parameter-parameter yang digunakan sebagai indikator pencemaran lingkungan adalah Parameter Kimia, Parameter Biokimia, Parameter Fisik, Parameter Biologi.
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...Asramid Yasin
Β
http://ojs.uho.ac.id/index.php/green/article/view/6053
ABSTRAK
Makroinvertebrata berperan penting dalam suatu perairan dan telah lama digunakan sebagai bioindikator kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tingkat pencemaran air Sungai Wanggu dengan menggunakan makroinvertebrata. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai September 2017. Sedangkan parameter yang diamati yaitu fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi (suhu, TSS, kekeruhan dan kecepatan arus). Parameter kimia meliputi (pH, COD, BOD dan DO). Sedangkan parameter biologi yaitu (makroinvertebrata). Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa untuk parameter fisikβkimia perairan, yaitu suhu 340C, 310C dan 350C, TSS 9,26 mg l-1, 13,49 mg l-1 dan 11,53 mg l-1. Kekeruhan 2,15 NTU, 1,86 NTU dan1,95 NTU. Kecepatan arus 35,06 ms-1, 4,77 ms-1 dan 40,48 ms-1. PH 7,16, 7,45 dan 7,78. COD 2,15 mg l-1, 6,38 mg l-1 dan 4,72 mg l-1. BOD 1,09 mg l-1, 1,39 mg l-1 dan 1,18 mg l-1. DO 7,42 mg l-1, 6,95 mg l-1 dan 7,26 mg l-1. Parameter biologi yaitu makroinvertebrata menghasilkan nilai FBI yaitu pada stasiun-I 4,42 dengan kriteria baik, stasiun-II 4,82 kriteria baik dan pada stasiun-III dengan nilai 7,32 dengan kriteria buruk sekali. Dengan demikian kualitas perairan agak tercemar dan tercemar sangat berat.
Kata kunci: Makroinvertebrata,Sungai Wanggu, Kualitas Air
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan air oleh masyarakat cukup tinggi. Sebagian besar masyarakat
memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama mandi dan
mencuci. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian dari
masyarakat menggunakannya untuk usaha pengolahan ikan dan menggunakan air
tersebut untuk mencuci dan memasak makanan sehingga diperlukan air yang tidak
tercemar (sulistyani, 2012: 1).
Indeks pencemaran merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan status mutu air suatu sumber air. Status mutu air menunjukkan tingkat
kondisi mutu air sumber air dalam kondisi cemar atau kondisi baik dengan
membandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Kualitas air dipengaruhi
oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan atau sumber air yang
terdekat sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan
aktivitas manusia yang ada di dalamnya. Perubahan kondisi kualitas air pada aliran
sungai merupakan dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada. Salah satu
parameter dari indeks pencemeran adalah kandungan oksigen yang terdapat di dalam
perairan atau sering disebut dengan Biological Oxygen Demand (BOD) (Sujiwo,
dkk., 2012: 67).
Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk konversi mikroba atau mengoksidasi senyawa organik dalam limbah cair oleh
mikroba pada suhu 20Β°C selama waktu inkubasi 5 hari. Chemical Oxygen Demand
(COD) adalah jumlah yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa rganik dalam
1
2. 2
limbah cair. Di dalam air terdapat sejumlah oksigen yang terkandung di dalamnya
atau biasa disebut dengan Dissolved Oxygen (DO) (Suharto, 2011: 321-324).
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan percobaan untuk menentukan nilai BOD,
COD dan DO pada sampel air danau mawang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah berapa kadar Dissolved Oxygen
(DO), Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demind (COD) pada
sampel air danau mawang serta membandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai
standar DO, COD dan BOD air bersih?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Dissolved Oxygen
(DO), Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demind (COD) pada
sampel air danau mawang serta membandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai
standar DO, COD dan BOD air bersih.
3. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Air bersih dan air tercemar
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tiga
per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup
lebih dari 4-5 hari tanpa meminum air. Air juga merupakan zat yang paling parah
akibat pencemaran. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan
melalui air (Wandrivel, 2012: 129).
Secara alamiah tidak pernah djumpai dalam keadaan betul-betul murni.
Ketika air mengembun di udara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut telah
menyerap debu atau meartkan oksigen, karbonmonoksida dan berbagai jenis. gas
lainnya. Kemudian air tersebt, baik yang di atas maupun di bawah permukaan tanah
waktu mengalur menuju berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan
berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik lainnya. Selain itu,
sejumlah kecil hasil uraian zat organik seperti nitrit, nitrat, amoniak dan karbon
dioksida akan larut ke dalamnya (Achmad, 2010: 21).
Air yang digunakan oleh manusia adalah air tawar dan air tanah murni. Pada
daerah kering sebagian kebutuhan air berasal dari lautan, suatu sumber yang akan
menjadi penting setelah persediaan air tawar dunia relatif berkurang dibandingkan
kebutuhan. Air merupakan pelarut yang sangat baik untuk bahan, sehingga
merupakan media transfor utama bagi zat-zat makan dan produk buangan atau
sampah yang dihasilkan proses kehidupan. Oleh karena itu, air yang ada di bumi
tidak pernah terdapat dalam keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa atau mineral
atau unsur lain yang terdapat di dalamnya (Achmad, 2004: 19).
3
4. 4
Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan
apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi, kimia dan radioaktif
(Wandrivel, 2012: 129).
Indeks pencemaran merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan status mutu air suatu sumber air. pengendalian pencemaran air
merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
terjadinya pencemaran air serta pemulihan kualitas air sesuai kondisi alaminya
sehingga kualitas air terjaga sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat yang
akan mengkonsumsinya (Sujiwo, dkk., 2012: 67-68).
Menurut Sujiwo, dkk. (2012: 69), mengatakan bahwa upaya pengendalian
pencemaran air adalah sebagai berikut :
1. Perilaku masyarakat menyumbang terjadinya pencemaran air sungai.
2. Belum optimalnya koordinasi antar intansi yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya air dan pengendalian pencemaran air
3. Diperlukan instrumen di tingkat kebijakan yang dapat dijadikan pedoman program
pengendalian pencemaran air.
4. Perlunya kegiatan nyata di lapangan baik berupa pembangunan system sanitasi
masyarakat maupun konservasi vegetatif
Beberapa air yang keluar dari mata air cukup jernih. Beberapa ada yang
berasa asin, tetapi beberapa ada yang tidak asin. Air tanah yang pada saat direbus,
akan menghasilkan kerak di sekitar panci. Hal tersebut kemungkinan menandakan
kesadahan ar yang cukup tinggi. Oleh karena itu, air harus diendapkan dan disaring
untuk air minum atau memasak. Gejala kesadahan yang tinggi juga dapat diihat dari
5. 5
sabun yang sulit berbusa. Tingkat kesadahan yang tinggi juga berdampak pada pompa
air yang relatif cepat aus (Sulistyani, dkk. 2012: 34).
Pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem lumpur aktif, mikroba
aerob merupakan organiame yang berperan sangat menonjol. Untuk memperbaiki
peran mikroba dalam pengolahan limbah, terlebih dahulu harus diketahui kandungan
limbah baik menyangkut parameter kualitas limbah yang berpengaruh terhadap
kehidupan mikroba aerob maupun parameter yang diduga mampu dipengaruhi oleh
mikroba tersebut. Parameter kualitas limbah yang berpengaruh terhadap kehidupan
mikroba aerob, adalah suhu, pH, nutrien, dan DO, sedangkan parameter kualitas
limbah yang menggambarkan aktivitas mikroba adalah perubahan kadar BOD
(Komarawidjaja, 2007: 23).
Menurut Suharto (2011: 318), mengatakan bahwa ada 3 klasifikasi dan
kaakteristik dari limbah cair, yaitu:
1. Limbah cair dan limbah dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik
seperti sayur, buah-buahan dan sebagainya.
2. Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan terlarut,
konsentrasi logam berat sangat tinggi serta senyawa organik sangat tinggi dalam
limbah cair.
3. Limbah cair dari industri dengan nilai COD sangat tinggi namun nilai BOD yang
rendah.
B. Dissolved Oxygen (DO)
6. 6
Dissolved Oxygen (DO) merupakan jumlah oksigen yang terdapat di dalam
perairan. Semakin banyak okigen yang terkandung mka aan semakin baik kualitas air
serta biota laut yang hidup di dalam perairan akan semakin banyak dan menunjang
kehidupan mereka (Suharto, 2011: 324).
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara LH No.Kep-03/MenKLH/10/ 1995,
tentang baku mutu air limbah industri, bahwa parameter suhu, pH, SS dan BOD
sesudah mengalami pengolahan pada unit pengolah system Lumpur aktif telah
memenuhi baku mutu air limbah industri. Menurut Baku Mutu tersebut, kadar
maksimum baku mutu pH 6-9, SS 50 mg/l, BOD 60 mg/l dan COD 150 mg/l. Dengan
mengacu kepada baku mutu limbah cair industri tekstil tersebut, maka parameter pH,
SS, BOD5 dan COD telah memenuhi baku mutu.
C. Chemical Oxygen Demind (COD)
Nilai COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengkonversi
senyawa-senyawa organik dalam air limbah. COD digunakan sebagai alat ukur
pencemaran dalam limbah cair. Sedangkan Dissolved Oxygen (DO) merupakan
jumlah oksigen yang terdapat di dlam perairan (Suharto, 2011: 324).
Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak dari
buangan dari penggunaan lahan yang ada. Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi
lahan pertanian, tegalan dan permukiman serta meningkatnya aktivitas industri akan
memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai.
Selain itu, berbagai aktivitas manusia dalammemenuhi kebutuhan hidupnya yang
berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah
yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air. Berbagai aktivitas
penggunaan lahan di wilayah DAS Blukar seperti aktivita permukiman, pertanian dan
7. 7
industri diperkirakan telah mempengaruhi kualitas air Sungai Blukar. Aktivitas
permukiman dan pertanian menyebar meliputi segmen tengah DAS. Hasil
pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan untuk menunjukkan parameter COD
(Agustiningsih, 2012: 64).
D. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk konversi mikroba ataumengoksidasi senyawa organik dalam limbah cair oleh
mikroba pada suhu 20Β°C selama waktu inkubasi 5 hari. Parameter BOD digunakan
untuk mengetahui karakteristik senyawa kimia organik dalam limbah cair. Nilai BOD
harus dilakukan pda suhu 20Β°C karena pada waktu pengambilan cuplikan limbah cair
di Inggris pada suhu 20Β°C dan lokasi pegambilan cuplikan limbah kmia berwujud cair
sampai menuju ke panai diperlukan waktu 5 hari. (Suharto, 2011 321).
Oksidasi biologi diperlukan untuk mengurangi senyawa kimia organik dalam
limbah cair. Pada kondisi suhu optimal, maka miroba dapat tumbuh dan berkembang
biak secara maksimal dengan menggunakan substrat senyawa kimia organik dalam
limbah cair. Pertumbuhan mikroba pada fase logaritmik dinyatakan degan rumus:
N = NO.eΒ΅.t
dengan N adalah jumlah sel mikroba sesaat dengan No adalah jumlah sel mikroba
awal, t adaah waktu dan Β΅ adalah laju spesifik pertumbuhan sel mikroba. Reaksi
kimia oksidasi senyawa organik dalam limbah cair dapat oleh bakteri, dengan
mekanisme reaksinya adalah senyawa organik + O2 Bakteri CO2 + H2O + Energi +
bahan seluler dalam air limbah (Suharto, 2011 321).
E. Metode winkler
8. 8
Metode winkler merupakan suatu analisa berdasarkan titrasi iodometri.
Metode volumetri atau titrimetri adalah bagian dari analisis kimia kuantitatif untuk
menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur
banyaknya larutan standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan analit
(zat yang akan ditentukan) reaksi komponen dan analit dengan titran dinyatakan
dengan persamaan umum:
aA Produk
dimana βaβ adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri dengan
βtβ molekul pereaksi atau titran (T) atau βaβ dan βtβ menggambarkan koefisien reaksi
dalam persamaan reaksi setaranya. Analit adalah komponen dari larutan sampel yang
hendak diketahui kuantitasnya. Titran merupakan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya yang dikenal dngan laruan standar, larutan ini juga disebut dengan
titran baku (Chadijah, 2012 :175).
Larutan yang sedang dititrasi biasanya dalam suatu botol erlenmeyer, harus
secara lembut digoyangkan sementara titran diberikan. Satu cara untuk
melaksanakannya sambil tetap dapat mengendalikan kran-tutup dan untuk
memudahkan pembacaan buret adalah dengan menghadap pada buret dengan
kran-tutup di sebelah kanan dan menjalankan kran-tutup dengan tangan kiri dari
sebelah kiri buret sambil mengolang-aling larutan dengan tangan kanan. Ibu jari dan
jari telunjuk diselubungkan tangkai kran-tutup untuk memutarnya dan digunakan
tekanan ke dalam untuk memperhatikan kran-tutup pada lubangnya. Kedua jari-jari
terakhir mendorong pada ujung buret untuk mengimbangi tekanan ke dalam
(Chadijah, 2012: 158-159).
9. 9
Titrasi langsung dikerjakan dengan titrasi menggunakan larutan standar
iodine. Metode ini dikenal sebagai metode iodimetri. Sebaliknya titrasi tidak
langsung melibatkan titrasi iodine yang diproduksi dalam reaksi dengan larutan
standar tiosulfat. Metode ke dua ini dikenal dengan metode iodometri. Prinsip umum
metode iodometri, di mana bebas seperti halogen lain dapat menangkap elektron dari
zat pereduksi, sehingga iod sebagai oksidator. Ion I- siap memberikan elektron
dengan adanya zat penangkap elektron sehingga I- bertindak sebagai zat pereduksi.
Metode iodometri dalam analisis volumetri didasarkan pada proses oksidasi reduksi
yang melibatkan I2 + 2e ο 2I- (Widodo dan Lusiana, 2010: 129).
10. 10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Percobaan ini telah dilaksanakan pada hari Jumβat tanggal 4 Desember 2016
pukul 13.00-16.30 WITA di Laboratorium Anorganik Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret asam 50 mL, botol
winkler 300 mL, pemanas air, pipet skala 5 mL, gelas ukur 100 mL, erlenmeyer 250
mL, gelas kimia 100 mL, statif dan klem, corong, batang pengaduk, bulp dan botol
semprot.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air danau mawang,
aquadest (H2O), asam oksalat (H2C2O4) asam sulfat (H2SO4) pekat, asam sulfat
(H2SO4) 4 N, alkali iodida azida (NaOH-KI), indikator amilum ((C6H10O5)n),
kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, kertas saring, mangan sulfat (MnSO4) 40%
dan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N.
10
11. 11
C. Prosedur Kerja
1. Penentuan DO (Dissolved oxygen)
a. Penentuan DO5
Mengambil sampel air danau mawang 5 hari sebelum praktikum
menggunakan botol winkler tanpa gelembung. Kemudian menambahkan 2 mL larutan
MnSO4 40% sampai hampir menyentuh dasar botol winkler dan mendiamkan larutan
selama beberapa menit untuk menghomogenkan. Selanjutnya menambahkan 2 mL
alkali iodida, kemudian mendiamkan hingga muncul endapan berwarna coklat dan
memindahkan larutan ke dalam gelas kimia. Menambahkan 2 mL H2SO4 pekat
hingga endapan larut, lalu mengambil 100 mL dan memindahkan larutan ke dalam
erlenmeyer 250 mL. Menitrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,025 N hingga
berubah warna dari kuning tua sampai kuning muda. Lalu menambahkan 5 tetes
indikator amilum (biru tua), melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru
muda hilang dan mencatat catat volume titrasi yang digunakan.
b. Penentuan DO0
Mengambil sampel air danau mawang pada saat praktikum menggunakan
botol winkler tanpa gelembung. Kemudian menambahkan 2 mL larutan MnSO4 40%
sampai hampir menyentuh dasar botol winkler dan mendiamkan larutan selama
beberapa menit untuk menghomogenkan. Selanjutnya menambahkan 2 mL alkali
iodida, kemudian mendiamkan hingga muncul endapan berwarna coklat dan
memindahkan larutan ke dalam gelas kimia. Kemudian menambahkan 2 mL
H2SO4 pekat hingga endapan larut, lalu mengambil 100 mL dan memindahkan
larutan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian larutan yang berada di dalam
12. 12
erlenmeyer siap untuk dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,025N hingga
berubah warna dari kuning tua sampai kuning muda. Lalu menambahkan 5 tetes
indikator amilum (biru tua), melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru
muda hilang dan mencatat catat volume titrasi yang digunakan.
2. Penentuan COD
Memasukkan 100 mL sampel kedalam erlenmeyer 250 mL. Menambahkan 5
mL H2SO4 pekat dan 10 mL larutan KMnO4 lalu memanaskannya hingga mendidih.
Selanjutnya menitrasi selagi panas dengan larutan KMnO4 0,05N hingga larutan
berwarna merah muda dan mencatat hasil volume titrasi.
3. Penentuan BOD
Memasukkan sampel ke dalam botol winkler lalu ditutup hingga tidak ada
gelembung udara. Menginkubasi sampel pada suhu 20Β°C di ruang gelap selama 5
hari. Menentukan DO5 sesuai cara penentuan DO0.
13. 13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Penentuan DO0
1) Hasil pengamatan DO0
Tabel IV.1. Penentuan DO0
Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
Sampel air + MnSO4
40%
Ditambahkan alkali
iodida azida
Larutan bening
Larutan keruh, terbentuk
endapan
Ditambah asam sulfat
(H2SO4)
Larutan orange, endapan
larut kembali
13
14. 14
Dititrasi dengan
Na2S2O3
Larutan kuning muda
Ditambahkan amilum
Larutan berwarna biru
Dititrasi Na2S2O3
Larutan bening
2) Penentuan DO5
Tabel IV.2. Penentuan DO5
Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar
Sampel air + MnSO4
40%
Larutan bening
15. 15
Ditambahkan alkali
iodida azida
Larutan keruh terbentuk
endapan
Ditambahkan asam
sulfat
Larutan orange, endapan
larut kembali
Dititrasi dengan
Na2S2O3
Larutan kunig muda
Ditambah amilum
Larutan tidak berwarna biru
tua
Dititrasi Na2S2O3
Larutan bening
16. 16
b. Penentuan COD
Tabel. IV.3. Penentuan COD
Perlakuan Hasil pengamatan Gambar
100 mL sampel + 5
mL H2SO4 4N
Larutan bening
+10 mL KMnO4 Warna larutan dari jernih
menjadi ungu
Memanaskan hingga
mendidih selama 5
menit
Warna larutan bening
Menambahkan 10 mL
H2C2O4 0,05 N
Larutan ungu bening
Larutan dititrasi selagi
panas dengan
KMnSO4
Larutan ungu
18. 18
2) Untuk DO5
DO5 =
V Na2 S2 O3 ΓN Na2 S2O3 ΓBe O2 Γ1000
V Sampel
DO5 =
0,0011 πΏΓ0,025
ππππ
π
Γ8
π
ππππ
Γ1000 ππ /π
0,1 πΏ
DO5 = 2,2 mg/L
DO5 = 2,2 ppm
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD =
V KMnO4 ΓN KMnO4 ΓBE KMnO4 Γ1000
V Sampel
COD =
0,0029 πΏΓ0,05
ππππ
π
Γ31,6
π
ππππ
Γ1000 ππ/π
0,1 πΏ
COD = 45,82 mg/L
COD = 45,82 ppm
c. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD = (DO0 β D05)
BOD = (4,2 mg/L β 2,2 mg/L)
BOD = 2 mg/L
B. Pembahasan
Penentuan Dissolved Oxygen (DO), di mana pengambilan sampel dilakukan
dengan cara H-5 dari hari praktikum sebagai DO5 dan pengambilan sampel saat hari
praktikum sebagai DO0. Perlakuan awal yang dilakukan ialah memasukkan sampel ke
dalam botol winkler yang bertutup dengan cara mencelupkan botol dalam air
kemudian menutupnya agar tidak terdapat gelembung udara yang dapat
mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel. Kemudian menambahkan larutan
mangan sulfat (MnSO4)40% dalam botol yang berisi sampel, penambahan
19. 19
MnSO4 ini berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 yang kemudian akan
teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Selanjutnya menambahkan larutan alkali iodida
azida (NaOH-KI) dengan cara yang sama yaitu memasukkan ujung pipet ke dalam
larutan agar tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol karena larutan
ini sangat beracun. Penambahan pereaksi alkali iodida ini berfungsi sebagai
katalisator karena zat organik sangat sukar bereaksi kemudian larutan di biarkan
beberapa saat hingga terbentuk endapan coklat. Setelah terbentuk endapan coklat,
Penambahan larutan asam sulfat (H2SO4) yang berfungsi untuk melarutkan
endapan dengan sempurna. Setelah endapan larut, dilanjutkan dengan menitrasi
larutan dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan berwarna
kuning kemudian menambahkan indikator amilum (kanji) hingga berwarna biru.
Indikator kanji ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion I- yang ada
pada larutan alkali iodida.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah DO0 pada sampel sebesar 2,2
ppm. Hal tersebut membuktikan bahwa air tersebut mengandung oksigen yang dapat
dikonsumsi, sesuai menurut (Salmin: 2012), mengatakan bahwa kadar oksigen
terlarut minimum 2 ppm. Pada uji Dissolved Oxygen (DO5), sebesar 4,2 mg/L yaitu
sampel yang digunakan diambil 5 hari sebelum percoban ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan oksigen terlarut dalam sampel tersebut. Pada perlakuan uji
Dissolved Oxygen (DO5) sama dengan perlakuan uji DO0, sedangkan berdasarkan
standar baku mutu nilai DO yaitu 6 mg/L (Sepryani, 2016: 38).
20. 20
Sedangkan pada uji Chemical Oxygen Demand (COD) perlakuan awal yang
dilakukan yaitu memasukkan sampel air danau mawang ke dalam erlenmeyar,
kemudian menambahkan asam sulfat (H2SO4) yang berfungsi untuk mengasamkan
larutan serta berperan dalam pembentukan garam sulfat dan KMnO4 pada larutan
sehingga larutan yang berfungsi sebagai pengoksidator yang nantinya menyebabkan
larutan berubah warna menjadi ungu, kemudian memanaskan larutan hingga
mendidih dalam beberapa menit. Pemanasan ini bertujuan agar reaksi dapat
berlangsung cepat dan baik. Selanjutnya larutan dititrasi dengan menggunakan
KMnO4 yang ditandai dengan perubahan warna bening ke merah jingga.
Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh kadar uji Chemical Oxygen Demand
(COD) sebesar 45,82 ppm. Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 nilai maksimum
COD yang diperbolehkan adalah 10 mg/L (Sepryani, 2016: 38). . Nilai COD tersebut
tidak memenuhi syarat baku mutu. Tingginya kadar COD ini mengindikasikan
semakin besarnya pencemaran.
Nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) dapat diketahui dengan
mengurangi nilai DO0 yang diperoleh dengan DO5, berdasarkan hasil perhitungan
nilai BODnya yaitu 2 mg/L. Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 nilai maksimum
BOD yang diperbolehkan adalah 2 mg/L ( Sepryani, 2016: 38). Hal ini berarti masih
dapat dikonsumsi karena belum melampaui batas maksimum.
21. 21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah
1. Penentuan Dissolved Oxygen (DO) digunakan DO0 dengan nilai diperoleh 4,2
mg/L dan DO5 yaitu 2,2 mg/L, COD yaitu 45,82 mg/L dan untuk BOD yaitu 2
mg/L.
2. Nilai DO, COD dan BOD untuk air bersih batas maksimumnya berdasarkan
Pengaturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 yaitu untuk DO sebesar 6 mg/L,
COD sebesar 10 mg/L dan BOD sebesar 2 mg/L.
B. Saran
Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya
menggunakan sampel air laut agar dapat membandingkan nilai DO, COD dan BOD
pada sampel air limbah sungai.
21
22. 22
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi, 2004.
Chadijah, Sitti. Pemisahan Kimia. Makassar: Alauddin University Press, 2014.
Komarawidjaja, Wage. Degradasi BOD dan COD pada Sistem Lumpur Aktif
Pengolahan Limbah Cair Tekstil. Teknik lingkungan., 8, no.1 (2007):
h. 22-27.
Sulistyani, dkk. Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah Sekitar Panta Kecamatan
Rembang Provinsi Jawa Tengah. Sains Dasar. 1, no.1 (2012): h.33-38..
Suharto. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Andi, 2011.
Widodo, Didik Setiyo dan Retno Ariadi Lusiana. Kimia Analisis Kuantitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Wandrivel, Rido. βKualitas Air Minum yang Di produksi Depot Air Minum isi Ulang
Di kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi.
Kesehatan Andalas. 1, no. 3 (2012): h. 129-133.