SlideShare a Scribd company logo
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 1
Abstrak----Metode seismik tomografi merupakan suatu teknik
yang digunakan untuk mengungkap citra struktur bawah
permukaan bumi menggunakan gelombang gempa bumi.
Penelitian tomografi di lapangan panasbumi Wayang Windu
menggunakan sinar gelombang yang berasal dari injeksi fluida
pada saat proses produksi sehingga menghasilkan gelombang
seismik dengan amplitude mikro. Metodologi pengolahan data
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu optimasi model 1D dan
penentuan lokasi sumber menggunakan metode goal function
(GF), lalu dilanjutkan dengan penentuan lokasi sumber dalam
model 3D, parameterisasi, perhitungan matriks dan inverse yang
menggunakan metode iteratif LSQR. Hasil dari pengolahan data
menunjukkan model struktur bawah permukaan yaitu distribusi
anomali kecepatan dan rasio Vp/Vs. Nilai rasio Vp/Vs yang
tinggi di kedalaman 2-4 km = 1,785. Kondisi tersebut
menunjukkan suatu kemungkinan bahwa pada kedalaman
tersebut adalah zona batuan penutup (cap rock) dari zona
reservoir panas bumi Wayang. Pada kedalaman 5-8 km,
menunjukkan distribusi Vp/Vs ratio minimum. Hal tersebut
mengindikasikan adanya anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang
lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan
langsung dengan zona reservoir yang mana mencerminkan
daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan dengan kegiatan
hidrolik fracturing dan vulkanik.
Kata Kunci : seismik tomografi, microearthquake, Vp/Vs ratio
I. PENDAHULUAN
istem panasbumi merupakan sistem perpindahan panas
(konveksi) dari sumber panas ke permukaan dengan proses
sirkulasi air meteorik dengan atau tanpa air magmatik [1].
Provinsi Jawa Barat, Indonesia memiliki potensi sumber daya
alam panasbumi yang terbesar di Indonesia. Potensi
panasbumi di Jawa Barat mencapai 6000 MW [2]. Menurut
studi geologi regional, lapangan panasbumi Wayang Windu
terletak pada jalur Pegunungan Selatan Jawa merupakan hasil
subduksi antara Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng
Eurasia yang mulai terjadi pada zaman tersier [3]. Aktivitas
vulkanis pada Gunung Wayang dan Gunung Malabar sudah
berhenti, akan tetapi aktivitas magmatik belum berhenti
sehingga masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber
panasbumi [4].
Sistem panasbumi merupakan sistem perpindahan panas
dari sumber panas melalui proses konveksi air meteorik
dengan atau tanpa fluida magmatik. Pada umumnya sistem
panasbumi terdiri dari: (1) Sumber panas (heat source) (2)
Reservoir tempat sirkulasi dari fluida panasbumi. (3) Batuan
penudung (cap rock) yan berfungsi menghalangi hilangnya
uap air. (4) Daerah recharge yang berfungsi menyuplai air
pada reservoir sehingga sirkulasi air dapat terus berlangsung.
(5) Rekahan zona permeabel sebagai jalur sirkulasi fluida.
Gempa mikro atau microearthquake adalah gempa bumi
yang tidak dapat terdeteksi oleh manusia dan memiliki
magnitude yang sangat kecil. Aktivitas gempa mikro adalah
fenomena yang sering terjadi di area prospek panasbumi.
Injeksi fluida pada saat proses produksi akan menghasilkan
tekanan yang melawan formasi batuan dan menciptakan
rekahan hidrolik (hydraulyc fracture) [5]. Survei pasif seismik
di lapangan panasbumi Wayang Windu memanfaatkan
gelombang seismik yang dihasilkan dari rekahan hidrolik.
Karakteristik dari reservoir lapangan panasbumi Wayang
Windu dapat ditampilkan dengan menggunakan metode
inversi seismik tomografi. Metode ini memanfaatkan
parameter kecepatan penjalaran gelombang P (Vp) dan
gelombang S (Vs) dari gempa mikro. Pada penelitian ini,
diharapkan dengan menganalisa hasil pengamatan
karakteristik event microearthquake yang terekam oleh stasiun
perekaman, dapat diperoleh informasi distribusi anomali
kecepatan gelombang-P (Vp), gelombang-S (Vs) serta rasio
Vp/Vs yang merambat di bawah permukaan lapangan
panasbumi Wayang Windu.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Survei seismik pasif dilakukan mulai tanggal 2
Desember 2007 sampai dengan 13 Januari 2008 di lapangan
panasbumi Wayang Windu. Event microearthquake yang
diekstrak dari deret waktu kontinyu menjadi data event gempa
digunakan pada tahapan prosesing. Picking waktu tiba
gelombang P dan S, serta penentuan lokasi awal hiposenter
ditentukan dengan menggunakan Seismological Data
Processing Package, Seisplus (Geotech Instruments, LLC,
Dallas), yang mana penentuan lokasi hiposenter menggunakan
algoritma HYPOPLUS.
Penentuan lokasi sumber (Gambar 1) dan pencarian
model kecepatan 1D (Gambar 2) ditentukan dalam tiga tahap,
yaitu perhitungan tabel traveltime dalam model 1D, penentuan
lokasi dalam model 1D lalu kalkulasi matriks dan inversi.
Pada tahap perhitungan traveltime menghubungkan semua
RESERVOIR LAPANGAN PANASBUMI WAYANG WINDU
DENGAN METODE INVERSI TOMOGRAFI DARI DATA
MICROEARTHQUAKE (MEQ)
Radhiyullah Armi, Bagus Jaya Santosa
Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: radhiyullah09@mhs.physics.its.ac.id
S
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014
kombinasi dari kedalaman event dan jarak episenter terhadap
posisi receiver yang mana Z dianggap 0. Persamaan yang
digunakan dalam penentuan traveltime
menggunakan persamaan G. Nolet (1981)
traveltime perhitungan yang didapatkan, dikoreksi elevasi
stasiunnya. Pencarian event ini dihitung dengan menggunakan
persamaan goal function (GF) [7], yang
kemungkinan lokasi sumber. Pencarian goal function
menggunakan metode pencarian grid.
Gambar 1. Persebaran event microearthquake menggunakan code
LOTOS 12
Distribusi kecepatan 3 dimensi dapat didapatkan
melalui tiga tahapan, yaitu penentuan lokasi dalam model 3D
dengan menggunakan algoritma ray tracing
Fermat pada minimalisasi traveltime. Sumber gempa dan
lokasi awal yang telah didapatkan melalui optimasi model
kecepatan 1D pada tahapan sebelumnya direlokasikan kembali
menggunakan metode 3D ray tracing (bending tracing).
Selanjutnya dilakukan parameterisasi grid, anomali
kecepatan antara node diinterpolasikan secara linear u
menjadi block tetrahedral.
Gambar 2. Model kecepatan 1D
KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8
kombinasi dari kedalaman event dan jarak episenter terhadap
posisi receiver yang mana Z dianggap 0. Persamaan yang
time terhitung
[6]. Selanjutnya
perhitungan yang didapatkan, dikoreksi elevasi
stasiunnya. Pencarian event ini dihitung dengan menggunakan
yang menghasilkan
kemungkinan lokasi sumber. Pencarian goal function
Persebaran event microearthquake menggunakan code
Distribusi kecepatan 3 dimensi dapat didapatkan
melalui tiga tahapan, yaitu penentuan lokasi dalam model 3D
berdasarkan asas
. Sumber gempa dan
elalui optimasi model
kecepatan 1D pada tahapan sebelumnya direlokasikan kembali
3D ray tracing (bending tracing).
sasi grid, anomali distribusi
kecepatan antara node diinterpolasikan secara linear untuk
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Model Kecepatan 1 Dimensi
Pada gambar 4.5 menampilkan hasil perhitungan model
kecepatan 1 dimensi. Pada hasil tersebut melewati proses tiga
kali iterasi yang mana menghasilkan nilai RMS 0.1307, nilai
tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai RMS
sebelumnya yaitu 0.1360. Dari hasil penentuan model
kecepatan 1 dimensi, terdapat kontras nilai kecepatan pada
kedalaman 0-40 km. Pada kedalaman 0
gelombang P (Vp) = 2.694627 km/s dan kecepatan gelombang
S (Vs) = 1.633392 km/s, lalu terjadi peningkatan nilai
kecepatan pada kedalaman 5 km, dengan Vp = 6.063570
km/sdan Vs = 3.700346 km/s. Selanjutnya terus meningkat
pada kedalaman 10 km, dengan Vp = 6.843659 km/s dan Vs =
4.195239 km/s. Sehingga penulis dapat menyimpulkan jumlah
lapisan dalam range 0-40 km terdiri atas tiga lapisan
B. Analisa Distribusi Kecepatan 3 Dimensi
Setelah melalui tahapan parameterisasi dan
picking gelombang P menjadi 1629 dan gelombang S menjadi
989 serta jumlah event menjadi 225.
gambar 6 merupakan distribusi dari hasil inversi kecepatan
gelombang P dan gelombang S. Dari has
anomali terkonsentrasi pada area yang berdekatan dengan
sumur injeksi MBB-1. Sebagaiamana telah diterangkan
Gambar 3. Diagram alir metodologi
Interpretasi
Studi Pustaka
Pengumpulan Data MEQ Lap. Wayang Windu
Picking tP dan tS
Input: -Koordinat Stasiun
-tP dan tS
Model 1D dan lokasi
sumber gempa
Lokasi sumber gempa
dalam model 3D
Inversi simultan kecepatan
gel-P dan gel-S dan koreksi
sumber
Anomali gel-P dan gel-S
Model anomali kecepatan
dalam penampang 3D
Analisa Data
2
PEMBAHASAN
Analisa Model Kecepatan 1 Dimensi
Pada gambar 4.5 menampilkan hasil perhitungan model
kecepatan 1 dimensi. Pada hasil tersebut melewati proses tiga
i iterasi yang mana menghasilkan nilai RMS 0.1307, nilai
tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai RMS
sebelumnya yaitu 0.1360. Dari hasil penentuan model
kecepatan 1 dimensi, terdapat kontras nilai kecepatan pada
40 km. Pada kedalaman 0 km, kecepatan untuk
gelombang P (Vp) = 2.694627 km/s dan kecepatan gelombang
S (Vs) = 1.633392 km/s, lalu terjadi peningkatan nilai
kecepatan pada kedalaman 5 km, dengan Vp = 6.063570
km/sdan Vs = 3.700346 km/s. Selanjutnya terus meningkat
10 km, dengan Vp = 6.843659 km/s dan Vs =
4.195239 km/s. Sehingga penulis dapat menyimpulkan jumlah
40 km terdiri atas tiga lapisan.
Analisa Distribusi Kecepatan 3 Dimensi
Setelah melalui tahapan parameterisasi dan inversi, jumlah
picking gelombang P menjadi 1629 dan gelombang S menjadi
di 225. Pada gambar 5 dan
merupakan distribusi dari hasil inversi kecepatan
gelombang P dan gelombang S. Dari hasil yang didapatkan,
nsentrasi pada area yang berdekatan dengan
Sebagaiamana telah diterangkan
. Diagram alir metodologi penelitian
Penentuan Parameter,
Mode kecepatan, parameter
lokasi, inversi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014
sebelumnya, daerah penelitian adalah area produksi
panasbumi yang mana dalam periode waktu tertentu, akan
diinjeksikan air ke dalam reservoir untuk menjaga produ
dari pembangkit listrik. Dan dengan tambahan recharge dari
arah barat yaitu Gunung Bedil dan Gunung Wayang dan
bagian selatan dari Gunung Windu [8].
Dari distribusi kecepatan gelombang S memberikan
informasi bahwa pada kedalam 2000-5000 m terdapat anom
negatif. Hal ini sangat beralasan dikarenakan di lapangan
panasbumi Wayang Windu adalah lapangan produktif yang
beraktifitas secara berkelanjutan dalam rangka recharging
fluida. Karakter dari penjalaran gelombang P dan S adalah
sangat berbeda. Ketika suatu penjalaran gelombang melewati
medium yang bersifat fluida, maka gelombang S tidak dapat
melaluinya, sedangkan gelombang P dapat merambat pada
medium fluida.
Pada gambar 7 dan gambar 8 adalah hasil dari
yang disusun pada gambar 4. Pada sayatan-sayatan ini diatur
hingga pada kedalaman 10 km. Namun pada kedalaman
km, tidak ditemukan anomali apapun. Adapun hal ini
disebabkan kedalaman event gempa micro paling dalam
setelah perhitungan hyposenter di lapangan panasbumi
Wayanh Windu adalah 7866.703 m. Pada penampang vertikal
baik pada kecepatan gelombang P (Vs) maupun kecepatan
gelombang S (Vs), event gempa yang terjadi pada kedalaman
tertentu akan menampilkan event di penampang vertikal
dengan jarak terdekat 100 m dan jarak terjauh 2000 m
lateral. Penulis menemukan nilai yang relatif kecil pada model
gelombang P dan gelombang S anomali negatif pada
kedalaman sekitar 2 km.
4.4 Analisa Struktur Vp/Vs
Model tomografi yang didapatkan berdasarkan waktu
traveltime terdiri dari model anomali kecepatan gelombang
P(Vs) dan S (Vs). Dari kedua model tersebut diturunkan
model tomografi Vp/Vs (Gambar 9 dan 10)
ditampilkan dalam sayatan horizontal di kedalaman
4, 5, 6, 7 dan 8 km (Gambar 10). Dari model yang didapatkan
menjelaskan bahwa hampir semua model menunjukkan posisi
yang sangat jelas dari nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di
kedalaman 2-4 km, nilai rasio Vp/Vs tertinggi adalah 1,785.
Hal ini menguatkan kemungkinan bahwa pada kedalaman 2
km adalah zona reservoir panasbumi Wayang
berdasarkan pada teori hubungan antara rasio Vp/Vs dengan
saturasi air, bahwa semakin tinggi nilai rasio Vp/Vs semakin
tinggi pula saturasi airnya.
Namun, pada kedalaman 5-8 km menunjukkan nilai rasio
Vp/Vs yang rendah, dengan harga terendah Vp/Vs=1.695.
Dan juga didapatkan harga anomali yang rendah untuk
gelombang P dan anomali negatif untuk gelombang S.
Sehingga menurut studi terdahulu, anomali tersebut berkaitan
dengan keberadaan daerah lemah seperti sesar atau strukt
KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8
sebelumnya, daerah penelitian adalah area produksi
panasbumi yang mana dalam periode waktu tertentu, akan
untuk menjaga produksi
dari pembangkit listrik. Dan dengan tambahan recharge dari
arah barat yaitu Gunung Bedil dan Gunung Wayang dan
Dari distribusi kecepatan gelombang S memberikan
5000 m terdapat anomali
negatif. Hal ini sangat beralasan dikarenakan di lapangan
adalah lapangan produktif yang
beraktifitas secara berkelanjutan dalam rangka recharging
fluida. Karakter dari penjalaran gelombang P dan S adalah
uatu penjalaran gelombang melewati
medium yang bersifat fluida, maka gelombang S tidak dapat
melaluinya, sedangkan gelombang P dapat merambat pada
adalah hasil dari cross section
sayatan ini diatur
hingga pada kedalaman 10 km. Namun pada kedalaman 9-10
apapun. Adapun hal ini
disebabkan kedalaman event gempa micro paling dalam
setelah perhitungan hyposenter di lapangan panasbumi
7866.703 m. Pada penampang vertikal
baik pada kecepatan gelombang P (Vs) maupun kecepatan
gelombang S (Vs), event gempa yang terjadi pada kedalaman
tertentu akan menampilkan event di penampang vertikal
dengan jarak terdekat 100 m dan jarak terjauh 2000 m secara
lateral. Penulis menemukan nilai yang relatif kecil pada model
gelombang P dan gelombang S anomali negatif pada
Model tomografi yang didapatkan berdasarkan waktu
mali kecepatan gelombang
P(Vs) dan S (Vs). Dari kedua model tersebut diturunkan
). Masing-masing
ditampilkan dalam sayatan horizontal di kedalaman 0, 1, 2, 3,
Dari model yang didapatkan
menjelaskan bahwa hampir semua model menunjukkan posisi
yang sangat jelas dari nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di
4 km, nilai rasio Vp/Vs tertinggi adalah 1,785.
Hal ini menguatkan kemungkinan bahwa pada kedalaman 2-4
ayang Windu. Hal ini
berdasarkan pada teori hubungan antara rasio Vp/Vs dengan
saturasi air, bahwa semakin tinggi nilai rasio Vp/Vs semakin
8 km menunjukkan nilai rasio
dengan harga terendah Vp/Vs=1.695.
Dan juga didapatkan harga anomali yang rendah untuk
negatif untuk gelombang S.
Sehingga menurut studi terdahulu, anomali tersebut berkaitan
dengan keberadaan daerah lemah seperti sesar atau struktur
bawah permukaan hasil kegiatan tektonik [9][10
Vp/Vs ratio minimum merupakan anomali di sekitar Vp/Vs
ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan
yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana
mencerminkan daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan
dengan kegiatan hidrolik fracturing
daerah pinggiran Vp/Vs ratio minimum dikelilingi oleh pusat
pusat gempa.
Gambar 4. Garis cross section untuk menampilkan penampang vertikal
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Event gempa micro dengan jumlah 225 dilakukan
inversi secara simultan menggunakan code LOTOS 12,
dengan n picking gelombang P
gelombang S= 989. Dengan batas wilayah penenlitia
107.5980 sampai 107.6584 dan dari
7.123920.
b. Nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2
1,785 sehingga menguatkan kemungkinan pada kedalaman
tersebut adalah zona batuan penutup (cap rock) dari zo
reservoir panas bumi Wayang Windu.
dapat ditemukan pada kedalaman 5
anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang lebih besar karena anomali
di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona
reservoir yang mana mencerminkan daerah lemah (kurang
padat) yang berkaitan dengan kegiatan
vulkanik. Umumnya daerah pinggiran
dikelilingi oleh pusat-pusat gempa.
3
kaan hasil kegiatan tektonik [9][10]. Anomali
merupakan anomali di sekitar Vp/Vs
ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan
yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana
urang padat) yang berkaitan
hidrolik fracturing dan vulkanik. Umumnya
daerah pinggiran Vp/Vs ratio minimum dikelilingi oleh pusat-
untuk menampilkan penampang vertikal
SIMPULAN
dari penelitian yang telah dilakukan adalah
Event gempa micro dengan jumlah 225 dilakukan
inversi secara simultan menggunakan code LOTOS 12,
P= 1629 dan n picking
989. Dengan batas wilayah penenlitian dari
107.5980 sampai 107.6584 dan dari -7.206900 sampai -
Nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2-4 km =
1,785 sehingga menguatkan kemungkinan pada kedalaman
batuan penutup (cap rock) dari zona
reservoir panas bumi Wayang Windu. Vp/Vs ratio minimum
dapat ditemukan pada kedalaman 5-8 km. Yang merupakan
yang lebih besar karena anomali
di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona
inkan daerah lemah (kurang
padat) yang berkaitan dengan kegiatan hidrolik fracturing dan
vulkanik. Umumnya daerah pinggiran Vp/Vs ratio minimum
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014
Gambar 5. Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan
horizontal berurutan
KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8
Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan
berurutan pada kedalaman 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 km
4
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014
Gambar 6.
horizontal
KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8
Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan
horizontal berurutan pada kedalaman 0, 1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8 km
5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014
Gambar 7. Anomali kecepatan gelombang P dalam penampang
vertikal
KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8
Anomali kecepatan gelombang P dalam penampang
Gambar 8. Distribusi anomali kecepatan gelombang S dalam
penampang vertikal
Gambar 4.9 Distribusi nilai Poisson Vp/Vs
vertikal
6
Distribusi anomali kecepatan gelombang S dalam
penampang vertikal
Vp/Vs dalam penampang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014
Gambar 4.10 Distribusi nilai Poisson
horizontal berurutan
KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8
Distribusi nilai Poisson Vp/Vs dalam penampang
berurutan pada kedalaman 0, 1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8 km
7
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 8
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Star Energy
Geotermal Wayang Windu yang memberikan kesempatan
untuk mengerjakan penelitian tugas akhir.
PUSTAKA
[1] Hochstein, M. P.; Browne P.R.L.,(2000) : Surface Manifestations of
Gethermal System With Volcanic. In: Encyclopedia Volcanoes, pp. 835-
855.
[2] http://www.dim.esdm.go.id, 2010
[3] Pulunggono, A., Martodjojo, S., 1994. Perubahan Tektonik Paleogen-
Neogen Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Prosiding
Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa, Kumpulan Makalah Seminar
Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa Sejak Akhir Mesozoik hingga
Kuarter, Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, h.37-
61.
[4] Elfina, 2010.“Studi Alterasi Hidrotermal Pada Sumur MB-1, MB-2,
MB-3, dan WR di Lapangan Panasbumi Wayang Windu Bagian Utara,
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat”, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
[5] Abrenica, A. B., “Hydrothermal Alteration and Fluid Inclusion Studies
in The Northern Wayang Windu Geothermal Field, West Java,
Indonesia”, Proceeding of the World Geothermal Congress, 2010.
[6] Nolet, G., 1981. Linearized inversion of (teleseismic) data, inThe
Solution of the Inverse Problem in Geophysical Interpretation,pp. 9–37,
ed. Cassinis, R. Plenum, New York, USA
[7] Bogie, I., Kusumah Y. I., Wisnandary, M.C., 2008. Overview of the
Wayang Windu geothermal field, west java, Indonesia.
ScienceDirect.Geothermics, 347-365
[8] Steck, L.K., Thurber, C.H., Fehler, M.C., Lutter, W.J., Robbert,
P.M., Baldrige, W.S., Stafford, D.G., dan Sessions, R. (1998):
Crust and Upper Mantle P-Wave Velocity Structure Beneath Valles
Caldera, New Mexico: Result from the James Teleseismic
Tomography Experiment, J. Geophys. Res., 103, 24.301–24.320.
[9] Aki, K. dan Lee, W.H.K. (1976): Determination of Three-
Dimensional Velocity Anomalies Under a Seismic Array Using
First P Arrival Times from Local Earthquakes, A Homogeneous
Initial Model, J. Geophys. Res., 81, 23, 4381–4399
[10] Thurber, C. (1983): Earthquake Locations and Three-Dimensional
Crustal Structure in the Coyote Lake Area, Central California, J.
Geophys. Res., 88, B10, 8226–8236.

More Related Content

What's hot

01. pertemuan i
01. pertemuan i01. pertemuan i
01. pertemuan i
praptome
 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
praptome
 
Tugas 3: Rancangan Misi Wahana Antariksa Menuju Mars
Tugas 3: Rancangan Misi Wahana Antariksa Menuju MarsTugas 3: Rancangan Misi Wahana Antariksa Menuju Mars
Tugas 3: Rancangan Misi Wahana Antariksa Menuju Mars
Sayogyo Rahman Doko
 
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Fajar Perdana
 
Soal relativitas
Soal relativitasSoal relativitas
Soal relativitasSuko Wibowo
 
Kuliah Semester V : Seismologi
Kuliah Semester V : SeismologiKuliah Semester V : Seismologi
Kuliah Semester V : Seismologi
FitrianiOxavia
 
Metode gaya berat
Metode gaya beratMetode gaya berat
Metode gaya berat
M Rifa'i
 
Petunjuk praktikum pesawat atwood
Petunjuk praktikum pesawat atwoodPetunjuk praktikum pesawat atwood
Petunjuk praktikum pesawat atwood
AtinaSalsabila
 
Ralativitas Khusus
Ralativitas KhususRalativitas Khusus
Ralativitas Khususnurwani
 
Relativitas
RelativitasRelativitas
Relativitas
Fauzia1112
 
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkap
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkapKumpulan rumus Fisika Smp lengkap
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkap
Sulistiyo Wibowo
 
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Hendra Trisurya
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]
Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]
Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]
Marfizal Marfizal
 
Siap uji teori praktek fisika
Siap uji teori praktek fisikaSiap uji teori praktek fisika
Siap uji teori praktek fisikaTino Salvatore
 
Kinematika relativitas
Kinematika relativitasKinematika relativitas
Kinematika relativitas
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Relativitas
RelativitasRelativitas
Relativitas
Reza Putra
 

What's hot (19)

01. pertemuan i
01. pertemuan i01. pertemuan i
01. pertemuan i
 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
 
Iii. teori dasar
Iii. teori dasarIii. teori dasar
Iii. teori dasar
 
Tugas 3: Rancangan Misi Wahana Antariksa Menuju Mars
Tugas 3: Rancangan Misi Wahana Antariksa Menuju MarsTugas 3: Rancangan Misi Wahana Antariksa Menuju Mars
Tugas 3: Rancangan Misi Wahana Antariksa Menuju Mars
 
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
Pengolahan Data Gaya Berat KARSAM 2012
 
Soal relativitas
Soal relativitasSoal relativitas
Soal relativitas
 
Kuliah Semester V : Seismologi
Kuliah Semester V : SeismologiKuliah Semester V : Seismologi
Kuliah Semester V : Seismologi
 
Metode gaya berat
Metode gaya beratMetode gaya berat
Metode gaya berat
 
Paper_Unpublished_QHE
Paper_Unpublished_QHEPaper_Unpublished_QHE
Paper_Unpublished_QHE
 
Petunjuk praktikum pesawat atwood
Petunjuk praktikum pesawat atwoodPetunjuk praktikum pesawat atwood
Petunjuk praktikum pesawat atwood
 
Ralativitas Khusus
Ralativitas KhususRalativitas Khusus
Ralativitas Khusus
 
Relativitas
RelativitasRelativitas
Relativitas
 
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkap
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkapKumpulan rumus Fisika Smp lengkap
Kumpulan rumus Fisika Smp lengkap
 
Pesawat atwood
Pesawat atwoodPesawat atwood
Pesawat atwood
 
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
Fisika Modern "Transformasi Lorenzt"
 
Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]
Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]
Mekanika fluida 1 pertemuan 10 [autosaved]
 
Siap uji teori praktek fisika
Siap uji teori praktek fisikaSiap uji teori praktek fisika
Siap uji teori praktek fisika
 
Kinematika relativitas
Kinematika relativitasKinematika relativitas
Kinematika relativitas
 
Relativitas
RelativitasRelativitas
Relativitas
 

Viewers also liked

Classificació cursa d'orientació parc de la bombilla 5é i 6é
Classificació cursa d'orientació parc de la bombilla 5é i 6éClassificació cursa d'orientació parc de la bombilla 5é i 6é
Classificació cursa d'orientació parc de la bombilla 5é i 6éceipsantmiquellliria
 
Miniboletín ouzande
Miniboletín ouzandeMiniboletín ouzande
Miniboletín ouzandebngaestrada
 
Teletrabajo carlely 001
Teletrabajo  carlely 001Teletrabajo  carlely 001
Teletrabajo carlely 001jepave
 
Libro11211312
Libro11211312Libro11211312
Libro11211312mackraker
 
Tic segunda unidad
Tic segunda unidadTic segunda unidad
Tic segunda unidadmedianipao
 
Onlineworks01 job advertisement
Onlineworks01 job advertisementOnlineworks01 job advertisement
Onlineworks01 job advertisement
onlineworks01
 
Didacticakarina
DidacticakarinaDidacticakarina
Didacticakarinapurpura9
 
Epej 2009 Motivação Luiz Piovesana
Epej 2009   Motivação   Luiz PiovesanaEpej 2009   Motivação   Luiz Piovesana
Epej 2009 Motivação Luiz Piovesana
Luiz Piovesana
 
02
0202
02orvy
 
São promessas, senhor! São promessas!
São promessas, senhor! São promessas!São promessas, senhor! São promessas!
São promessas, senhor! São promessas!
Pedro Jerónimo
 
MOD6AN - Aula 04
MOD6AN - Aula 04MOD6AN - Aula 04
MOD6AN - Aula 04
Neca Boullosa
 
In exuflação mcânica em cuidados intensivos
In exuflação mcânica em cuidados intensivosIn exuflação mcânica em cuidados intensivos
In exuflação mcânica em cuidados intensivosRoberto Mendes
 
07
0707
07orvy
 

Viewers also liked (20)

Classificació cursa d'orientació parc de la bombilla 5é i 6é
Classificació cursa d'orientació parc de la bombilla 5é i 6éClassificació cursa d'orientació parc de la bombilla 5é i 6é
Classificació cursa d'orientació parc de la bombilla 5é i 6é
 
Miniboletín ouzande
Miniboletín ouzandeMiniboletín ouzande
Miniboletín ouzande
 
Holas
HolasHolas
Holas
 
title1
title1title1
title1
 
Teletrabajo carlely 001
Teletrabajo  carlely 001Teletrabajo  carlely 001
Teletrabajo carlely 001
 
Dou rdc 19 2011 2
Dou rdc 19 2011 2Dou rdc 19 2011 2
Dou rdc 19 2011 2
 
Practica
PracticaPractica
Practica
 
29-6-81
29-6-8129-6-81
29-6-81
 
Libro11211312
Libro11211312Libro11211312
Libro11211312
 
Lk
LkLk
Lk
 
Tic segunda unidad
Tic segunda unidadTic segunda unidad
Tic segunda unidad
 
Onlineworks01 job advertisement
Onlineworks01 job advertisementOnlineworks01 job advertisement
Onlineworks01 job advertisement
 
Didacticakarina
DidacticakarinaDidacticakarina
Didacticakarina
 
Epej 2009 Motivação Luiz Piovesana
Epej 2009   Motivação   Luiz PiovesanaEpej 2009   Motivação   Luiz Piovesana
Epej 2009 Motivação Luiz Piovesana
 
02
0202
02
 
Plano 2
Plano 2Plano 2
Plano 2
 
São promessas, senhor! São promessas!
São promessas, senhor! São promessas!São promessas, senhor! São promessas!
São promessas, senhor! São promessas!
 
MOD6AN - Aula 04
MOD6AN - Aula 04MOD6AN - Aula 04
MOD6AN - Aula 04
 
In exuflação mcânica em cuidados intensivos
In exuflação mcânica em cuidados intensivosIn exuflação mcânica em cuidados intensivos
In exuflação mcânica em cuidados intensivos
 
07
0707
07
 

Similar to Paper geothermal wayang windu i t b

Bahan power point kelompok 4
Bahan power point kelompok 4Bahan power point kelompok 4
Bahan power point kelompok 4
ULUL AZMI
 
64 119-1-sm
64 119-1-sm64 119-1-sm
64 119-1-sm
fitrimn
 
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVDAnalisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Teguh Budiman
 
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionSkripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionAkbar Dwi Wahyono
 
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Satriyani Satriyani
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)
afifsalim12
 
Week 07.pptx
Week 07.pptxWeek 07.pptx
Week 07.pptx
I2II20I5IAudiAnandaP
 
Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal
FajriTio1
 
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-KumeringIdentifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
Teguh Budiman
 
JURNAL SKRIPSI DEWO KUSUMO
JURNAL SKRIPSI DEWO KUSUMOJURNAL SKRIPSI DEWO KUSUMO
JURNAL SKRIPSI DEWO KUSUMODewo Kusumo
 
758 1735-1-sm
758 1735-1-sm758 1735-1-sm
758 1735-1-sm
TeukuFurqan3
 
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptxPPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
CheasarSeptian
 
Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)
Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)
Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)
Anisa Aulia Sabilah
 
375889254-Contoh-PPT-Seminar-Proposal.pptx
375889254-Contoh-PPT-Seminar-Proposal.pptx375889254-Contoh-PPT-Seminar-Proposal.pptx
375889254-Contoh-PPT-Seminar-Proposal.pptx
septiakusumaningrum1
 
geometeri
geometerigeometeri
geometeri
Asdi Cupak
 
15008054 widya-yunita
15008054 widya-yunita15008054 widya-yunita
15008054 widya-yunita
BMKG
 
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...Emanuel Manek
 
STOC (Storm Surge and Tsunami Simulator in Oceans and Coastal Areas)
STOC (Storm Surge and Tsunami Simulator in Oceans and Coastal Areas)STOC (Storm Surge and Tsunami Simulator in Oceans and Coastal Areas)
STOC (Storm Surge and Tsunami Simulator in Oceans and Coastal Areas)
Putika Ashfar Khoiri
 
Metode peta
Metode petaMetode peta

Similar to Paper geothermal wayang windu i t b (20)

163 308-1-sm
163 308-1-sm163 308-1-sm
163 308-1-sm
 
Bahan power point kelompok 4
Bahan power point kelompok 4Bahan power point kelompok 4
Bahan power point kelompok 4
 
64 119-1-sm
64 119-1-sm64 119-1-sm
64 119-1-sm
 
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVDAnalisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
Analisis Data Gaya Berat Danau Ranau dengan Grav3D dan SVD
 
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversionSkripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
Skripsi Elastik Impedansi dan LMR inversion
 
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
Jurnal pemodelan anomali gravitasi menggunakan metode inversi 2 d (dua dimens...
 
Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)Survey Hidrografi (Ganes permata)
Survey Hidrografi (Ganes permata)
 
Week 07.pptx
Week 07.pptxWeek 07.pptx
Week 07.pptx
 
Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal Eksplorasi geothermal
Eksplorasi geothermal
 
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-KumeringIdentifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
Identifikasi Sesar Lokal Semangko-Kumering
 
JURNAL SKRIPSI DEWO KUSUMO
JURNAL SKRIPSI DEWO KUSUMOJURNAL SKRIPSI DEWO KUSUMO
JURNAL SKRIPSI DEWO KUSUMO
 
758 1735-1-sm
758 1735-1-sm758 1735-1-sm
758 1735-1-sm
 
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptxPPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
PPT GRAVITY GRADIOMETRY 3.pptx
 
Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)
Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)
Remote Sensing Technologies & Data Processing Algorithms (Krapivin et al. 2015)
 
375889254-Contoh-PPT-Seminar-Proposal.pptx
375889254-Contoh-PPT-Seminar-Proposal.pptx375889254-Contoh-PPT-Seminar-Proposal.pptx
375889254-Contoh-PPT-Seminar-Proposal.pptx
 
geometeri
geometerigeometeri
geometeri
 
15008054 widya-yunita
15008054 widya-yunita15008054 widya-yunita
15008054 widya-yunita
 
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
ANALISIS SEISMOGRAM TIGA KOMPONEN TERHADAP MOMENT TENSOR GEMPA BUMI DI MANOKW...
 
STOC (Storm Surge and Tsunami Simulator in Oceans and Coastal Areas)
STOC (Storm Surge and Tsunami Simulator in Oceans and Coastal Areas)STOC (Storm Surge and Tsunami Simulator in Oceans and Coastal Areas)
STOC (Storm Surge and Tsunami Simulator in Oceans and Coastal Areas)
 
Metode peta
Metode petaMetode peta
Metode peta
 

Recently uploaded

COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
AzrilAld
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
muhhaekalsn
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 

Recently uploaded (10)

COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 

Paper geothermal wayang windu i t b

  • 1. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 1 Abstrak----Metode seismik tomografi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengungkap citra struktur bawah permukaan bumi menggunakan gelombang gempa bumi. Penelitian tomografi di lapangan panasbumi Wayang Windu menggunakan sinar gelombang yang berasal dari injeksi fluida pada saat proses produksi sehingga menghasilkan gelombang seismik dengan amplitude mikro. Metodologi pengolahan data terdiri dari beberapa tahapan, yaitu optimasi model 1D dan penentuan lokasi sumber menggunakan metode goal function (GF), lalu dilanjutkan dengan penentuan lokasi sumber dalam model 3D, parameterisasi, perhitungan matriks dan inverse yang menggunakan metode iteratif LSQR. Hasil dari pengolahan data menunjukkan model struktur bawah permukaan yaitu distribusi anomali kecepatan dan rasio Vp/Vs. Nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2-4 km = 1,785. Kondisi tersebut menunjukkan suatu kemungkinan bahwa pada kedalaman tersebut adalah zona batuan penutup (cap rock) dari zona reservoir panas bumi Wayang. Pada kedalaman 5-8 km, menunjukkan distribusi Vp/Vs ratio minimum. Hal tersebut mengindikasikan adanya anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana mencerminkan daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan dengan kegiatan hidrolik fracturing dan vulkanik. Kata Kunci : seismik tomografi, microearthquake, Vp/Vs ratio I. PENDAHULUAN istem panasbumi merupakan sistem perpindahan panas (konveksi) dari sumber panas ke permukaan dengan proses sirkulasi air meteorik dengan atau tanpa air magmatik [1]. Provinsi Jawa Barat, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam panasbumi yang terbesar di Indonesia. Potensi panasbumi di Jawa Barat mencapai 6000 MW [2]. Menurut studi geologi regional, lapangan panasbumi Wayang Windu terletak pada jalur Pegunungan Selatan Jawa merupakan hasil subduksi antara Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia yang mulai terjadi pada zaman tersier [3]. Aktivitas vulkanis pada Gunung Wayang dan Gunung Malabar sudah berhenti, akan tetapi aktivitas magmatik belum berhenti sehingga masih dapat dimanfaatkan sebagai sumber panasbumi [4]. Sistem panasbumi merupakan sistem perpindahan panas dari sumber panas melalui proses konveksi air meteorik dengan atau tanpa fluida magmatik. Pada umumnya sistem panasbumi terdiri dari: (1) Sumber panas (heat source) (2) Reservoir tempat sirkulasi dari fluida panasbumi. (3) Batuan penudung (cap rock) yan berfungsi menghalangi hilangnya uap air. (4) Daerah recharge yang berfungsi menyuplai air pada reservoir sehingga sirkulasi air dapat terus berlangsung. (5) Rekahan zona permeabel sebagai jalur sirkulasi fluida. Gempa mikro atau microearthquake adalah gempa bumi yang tidak dapat terdeteksi oleh manusia dan memiliki magnitude yang sangat kecil. Aktivitas gempa mikro adalah fenomena yang sering terjadi di area prospek panasbumi. Injeksi fluida pada saat proses produksi akan menghasilkan tekanan yang melawan formasi batuan dan menciptakan rekahan hidrolik (hydraulyc fracture) [5]. Survei pasif seismik di lapangan panasbumi Wayang Windu memanfaatkan gelombang seismik yang dihasilkan dari rekahan hidrolik. Karakteristik dari reservoir lapangan panasbumi Wayang Windu dapat ditampilkan dengan menggunakan metode inversi seismik tomografi. Metode ini memanfaatkan parameter kecepatan penjalaran gelombang P (Vp) dan gelombang S (Vs) dari gempa mikro. Pada penelitian ini, diharapkan dengan menganalisa hasil pengamatan karakteristik event microearthquake yang terekam oleh stasiun perekaman, dapat diperoleh informasi distribusi anomali kecepatan gelombang-P (Vp), gelombang-S (Vs) serta rasio Vp/Vs yang merambat di bawah permukaan lapangan panasbumi Wayang Windu. II. METODOLOGI PENELITIAN Survei seismik pasif dilakukan mulai tanggal 2 Desember 2007 sampai dengan 13 Januari 2008 di lapangan panasbumi Wayang Windu. Event microearthquake yang diekstrak dari deret waktu kontinyu menjadi data event gempa digunakan pada tahapan prosesing. Picking waktu tiba gelombang P dan S, serta penentuan lokasi awal hiposenter ditentukan dengan menggunakan Seismological Data Processing Package, Seisplus (Geotech Instruments, LLC, Dallas), yang mana penentuan lokasi hiposenter menggunakan algoritma HYPOPLUS. Penentuan lokasi sumber (Gambar 1) dan pencarian model kecepatan 1D (Gambar 2) ditentukan dalam tiga tahap, yaitu perhitungan tabel traveltime dalam model 1D, penentuan lokasi dalam model 1D lalu kalkulasi matriks dan inversi. Pada tahap perhitungan traveltime menghubungkan semua RESERVOIR LAPANGAN PANASBUMI WAYANG WINDU DENGAN METODE INVERSI TOMOGRAFI DARI DATA MICROEARTHQUAKE (MEQ) Radhiyullah Armi, Bagus Jaya Santosa Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: radhiyullah09@mhs.physics.its.ac.id S
  • 2. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014 kombinasi dari kedalaman event dan jarak episenter terhadap posisi receiver yang mana Z dianggap 0. Persamaan yang digunakan dalam penentuan traveltime menggunakan persamaan G. Nolet (1981) traveltime perhitungan yang didapatkan, dikoreksi elevasi stasiunnya. Pencarian event ini dihitung dengan menggunakan persamaan goal function (GF) [7], yang kemungkinan lokasi sumber. Pencarian goal function menggunakan metode pencarian grid. Gambar 1. Persebaran event microearthquake menggunakan code LOTOS 12 Distribusi kecepatan 3 dimensi dapat didapatkan melalui tiga tahapan, yaitu penentuan lokasi dalam model 3D dengan menggunakan algoritma ray tracing Fermat pada minimalisasi traveltime. Sumber gempa dan lokasi awal yang telah didapatkan melalui optimasi model kecepatan 1D pada tahapan sebelumnya direlokasikan kembali menggunakan metode 3D ray tracing (bending tracing). Selanjutnya dilakukan parameterisasi grid, anomali kecepatan antara node diinterpolasikan secara linear u menjadi block tetrahedral. Gambar 2. Model kecepatan 1D KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 kombinasi dari kedalaman event dan jarak episenter terhadap posisi receiver yang mana Z dianggap 0. Persamaan yang time terhitung [6]. Selanjutnya perhitungan yang didapatkan, dikoreksi elevasi stasiunnya. Pencarian event ini dihitung dengan menggunakan yang menghasilkan kemungkinan lokasi sumber. Pencarian goal function Persebaran event microearthquake menggunakan code Distribusi kecepatan 3 dimensi dapat didapatkan melalui tiga tahapan, yaitu penentuan lokasi dalam model 3D berdasarkan asas . Sumber gempa dan elalui optimasi model kecepatan 1D pada tahapan sebelumnya direlokasikan kembali 3D ray tracing (bending tracing). sasi grid, anomali distribusi kecepatan antara node diinterpolasikan secara linear untuk III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Model Kecepatan 1 Dimensi Pada gambar 4.5 menampilkan hasil perhitungan model kecepatan 1 dimensi. Pada hasil tersebut melewati proses tiga kali iterasi yang mana menghasilkan nilai RMS 0.1307, nilai tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai RMS sebelumnya yaitu 0.1360. Dari hasil penentuan model kecepatan 1 dimensi, terdapat kontras nilai kecepatan pada kedalaman 0-40 km. Pada kedalaman 0 gelombang P (Vp) = 2.694627 km/s dan kecepatan gelombang S (Vs) = 1.633392 km/s, lalu terjadi peningkatan nilai kecepatan pada kedalaman 5 km, dengan Vp = 6.063570 km/sdan Vs = 3.700346 km/s. Selanjutnya terus meningkat pada kedalaman 10 km, dengan Vp = 6.843659 km/s dan Vs = 4.195239 km/s. Sehingga penulis dapat menyimpulkan jumlah lapisan dalam range 0-40 km terdiri atas tiga lapisan B. Analisa Distribusi Kecepatan 3 Dimensi Setelah melalui tahapan parameterisasi dan picking gelombang P menjadi 1629 dan gelombang S menjadi 989 serta jumlah event menjadi 225. gambar 6 merupakan distribusi dari hasil inversi kecepatan gelombang P dan gelombang S. Dari has anomali terkonsentrasi pada area yang berdekatan dengan sumur injeksi MBB-1. Sebagaiamana telah diterangkan Gambar 3. Diagram alir metodologi Interpretasi Studi Pustaka Pengumpulan Data MEQ Lap. Wayang Windu Picking tP dan tS Input: -Koordinat Stasiun -tP dan tS Model 1D dan lokasi sumber gempa Lokasi sumber gempa dalam model 3D Inversi simultan kecepatan gel-P dan gel-S dan koreksi sumber Anomali gel-P dan gel-S Model anomali kecepatan dalam penampang 3D Analisa Data 2 PEMBAHASAN Analisa Model Kecepatan 1 Dimensi Pada gambar 4.5 menampilkan hasil perhitungan model kecepatan 1 dimensi. Pada hasil tersebut melewati proses tiga i iterasi yang mana menghasilkan nilai RMS 0.1307, nilai tersebut lebih baik dibandingkan dengan nilai RMS sebelumnya yaitu 0.1360. Dari hasil penentuan model kecepatan 1 dimensi, terdapat kontras nilai kecepatan pada 40 km. Pada kedalaman 0 km, kecepatan untuk gelombang P (Vp) = 2.694627 km/s dan kecepatan gelombang S (Vs) = 1.633392 km/s, lalu terjadi peningkatan nilai kecepatan pada kedalaman 5 km, dengan Vp = 6.063570 km/sdan Vs = 3.700346 km/s. Selanjutnya terus meningkat 10 km, dengan Vp = 6.843659 km/s dan Vs = 4.195239 km/s. Sehingga penulis dapat menyimpulkan jumlah 40 km terdiri atas tiga lapisan. Analisa Distribusi Kecepatan 3 Dimensi Setelah melalui tahapan parameterisasi dan inversi, jumlah picking gelombang P menjadi 1629 dan gelombang S menjadi di 225. Pada gambar 5 dan merupakan distribusi dari hasil inversi kecepatan gelombang P dan gelombang S. Dari hasil yang didapatkan, nsentrasi pada area yang berdekatan dengan Sebagaiamana telah diterangkan . Diagram alir metodologi penelitian Penentuan Parameter, Mode kecepatan, parameter lokasi, inversi
  • 3. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014 sebelumnya, daerah penelitian adalah area produksi panasbumi yang mana dalam periode waktu tertentu, akan diinjeksikan air ke dalam reservoir untuk menjaga produ dari pembangkit listrik. Dan dengan tambahan recharge dari arah barat yaitu Gunung Bedil dan Gunung Wayang dan bagian selatan dari Gunung Windu [8]. Dari distribusi kecepatan gelombang S memberikan informasi bahwa pada kedalam 2000-5000 m terdapat anom negatif. Hal ini sangat beralasan dikarenakan di lapangan panasbumi Wayang Windu adalah lapangan produktif yang beraktifitas secara berkelanjutan dalam rangka recharging fluida. Karakter dari penjalaran gelombang P dan S adalah sangat berbeda. Ketika suatu penjalaran gelombang melewati medium yang bersifat fluida, maka gelombang S tidak dapat melaluinya, sedangkan gelombang P dapat merambat pada medium fluida. Pada gambar 7 dan gambar 8 adalah hasil dari yang disusun pada gambar 4. Pada sayatan-sayatan ini diatur hingga pada kedalaman 10 km. Namun pada kedalaman km, tidak ditemukan anomali apapun. Adapun hal ini disebabkan kedalaman event gempa micro paling dalam setelah perhitungan hyposenter di lapangan panasbumi Wayanh Windu adalah 7866.703 m. Pada penampang vertikal baik pada kecepatan gelombang P (Vs) maupun kecepatan gelombang S (Vs), event gempa yang terjadi pada kedalaman tertentu akan menampilkan event di penampang vertikal dengan jarak terdekat 100 m dan jarak terjauh 2000 m lateral. Penulis menemukan nilai yang relatif kecil pada model gelombang P dan gelombang S anomali negatif pada kedalaman sekitar 2 km. 4.4 Analisa Struktur Vp/Vs Model tomografi yang didapatkan berdasarkan waktu traveltime terdiri dari model anomali kecepatan gelombang P(Vs) dan S (Vs). Dari kedua model tersebut diturunkan model tomografi Vp/Vs (Gambar 9 dan 10) ditampilkan dalam sayatan horizontal di kedalaman 4, 5, 6, 7 dan 8 km (Gambar 10). Dari model yang didapatkan menjelaskan bahwa hampir semua model menunjukkan posisi yang sangat jelas dari nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2-4 km, nilai rasio Vp/Vs tertinggi adalah 1,785. Hal ini menguatkan kemungkinan bahwa pada kedalaman 2 km adalah zona reservoir panasbumi Wayang berdasarkan pada teori hubungan antara rasio Vp/Vs dengan saturasi air, bahwa semakin tinggi nilai rasio Vp/Vs semakin tinggi pula saturasi airnya. Namun, pada kedalaman 5-8 km menunjukkan nilai rasio Vp/Vs yang rendah, dengan harga terendah Vp/Vs=1.695. Dan juga didapatkan harga anomali yang rendah untuk gelombang P dan anomali negatif untuk gelombang S. Sehingga menurut studi terdahulu, anomali tersebut berkaitan dengan keberadaan daerah lemah seperti sesar atau strukt KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 sebelumnya, daerah penelitian adalah area produksi panasbumi yang mana dalam periode waktu tertentu, akan untuk menjaga produksi dari pembangkit listrik. Dan dengan tambahan recharge dari arah barat yaitu Gunung Bedil dan Gunung Wayang dan Dari distribusi kecepatan gelombang S memberikan 5000 m terdapat anomali negatif. Hal ini sangat beralasan dikarenakan di lapangan adalah lapangan produktif yang beraktifitas secara berkelanjutan dalam rangka recharging fluida. Karakter dari penjalaran gelombang P dan S adalah uatu penjalaran gelombang melewati medium yang bersifat fluida, maka gelombang S tidak dapat melaluinya, sedangkan gelombang P dapat merambat pada adalah hasil dari cross section sayatan ini diatur hingga pada kedalaman 10 km. Namun pada kedalaman 9-10 apapun. Adapun hal ini disebabkan kedalaman event gempa micro paling dalam setelah perhitungan hyposenter di lapangan panasbumi 7866.703 m. Pada penampang vertikal baik pada kecepatan gelombang P (Vs) maupun kecepatan gelombang S (Vs), event gempa yang terjadi pada kedalaman tertentu akan menampilkan event di penampang vertikal dengan jarak terdekat 100 m dan jarak terjauh 2000 m secara lateral. Penulis menemukan nilai yang relatif kecil pada model gelombang P dan gelombang S anomali negatif pada Model tomografi yang didapatkan berdasarkan waktu mali kecepatan gelombang P(Vs) dan S (Vs). Dari kedua model tersebut diturunkan ). Masing-masing ditampilkan dalam sayatan horizontal di kedalaman 0, 1, 2, 3, Dari model yang didapatkan menjelaskan bahwa hampir semua model menunjukkan posisi yang sangat jelas dari nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di 4 km, nilai rasio Vp/Vs tertinggi adalah 1,785. Hal ini menguatkan kemungkinan bahwa pada kedalaman 2-4 ayang Windu. Hal ini berdasarkan pada teori hubungan antara rasio Vp/Vs dengan saturasi air, bahwa semakin tinggi nilai rasio Vp/Vs semakin 8 km menunjukkan nilai rasio dengan harga terendah Vp/Vs=1.695. Dan juga didapatkan harga anomali yang rendah untuk negatif untuk gelombang S. Sehingga menurut studi terdahulu, anomali tersebut berkaitan dengan keberadaan daerah lemah seperti sesar atau struktur bawah permukaan hasil kegiatan tektonik [9][10 Vp/Vs ratio minimum merupakan anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana mencerminkan daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan dengan kegiatan hidrolik fracturing daerah pinggiran Vp/Vs ratio minimum dikelilingi oleh pusat pusat gempa. Gambar 4. Garis cross section untuk menampilkan penampang vertikal IV. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: a. Event gempa micro dengan jumlah 225 dilakukan inversi secara simultan menggunakan code LOTOS 12, dengan n picking gelombang P gelombang S= 989. Dengan batas wilayah penenlitia 107.5980 sampai 107.6584 dan dari 7.123920. b. Nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2 1,785 sehingga menguatkan kemungkinan pada kedalaman tersebut adalah zona batuan penutup (cap rock) dari zo reservoir panas bumi Wayang Windu. dapat ditemukan pada kedalaman 5 anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana mencerminkan daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan dengan kegiatan vulkanik. Umumnya daerah pinggiran dikelilingi oleh pusat-pusat gempa. 3 kaan hasil kegiatan tektonik [9][10]. Anomali merupakan anomali di sekitar Vp/Vs ratio yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona reservoir yang mana urang padat) yang berkaitan hidrolik fracturing dan vulkanik. Umumnya daerah pinggiran Vp/Vs ratio minimum dikelilingi oleh pusat- untuk menampilkan penampang vertikal SIMPULAN dari penelitian yang telah dilakukan adalah Event gempa micro dengan jumlah 225 dilakukan inversi secara simultan menggunakan code LOTOS 12, P= 1629 dan n picking 989. Dengan batas wilayah penenlitian dari 107.5980 sampai 107.6584 dan dari -7.206900 sampai - Nilai rasio Vp/Vs yang tinggi di kedalaman 2-4 km = 1,785 sehingga menguatkan kemungkinan pada kedalaman batuan penutup (cap rock) dari zona reservoir panas bumi Wayang Windu. Vp/Vs ratio minimum dapat ditemukan pada kedalaman 5-8 km. Yang merupakan yang lebih besar karena anomali di bawah permukaan yang berkaitan langsung dengan zona inkan daerah lemah (kurang padat) yang berkaitan dengan kegiatan hidrolik fracturing dan vulkanik. Umumnya daerah pinggiran Vp/Vs ratio minimum
  • 4. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014 Gambar 5. Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan horizontal berurutan KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan berurutan pada kedalaman 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 km 4
  • 5. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014 Gambar 6. horizontal KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 Distribusi anomali kecepatan gelombang P dalam sayatan horizontal berurutan pada kedalaman 0, 1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8 km 5
  • 6. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014 Gambar 7. Anomali kecepatan gelombang P dalam penampang vertikal KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 Anomali kecepatan gelombang P dalam penampang Gambar 8. Distribusi anomali kecepatan gelombang S dalam penampang vertikal Gambar 4.9 Distribusi nilai Poisson Vp/Vs vertikal 6 Distribusi anomali kecepatan gelombang S dalam penampang vertikal Vp/Vs dalam penampang
  • 7. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014 Gambar 4.10 Distribusi nilai Poisson horizontal berurutan KNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 Distribusi nilai Poisson Vp/Vs dalam penampang berurutan pada kedalaman 0, 1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8 km 7
  • 8. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-8 8 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Star Energy Geotermal Wayang Windu yang memberikan kesempatan untuk mengerjakan penelitian tugas akhir. PUSTAKA [1] Hochstein, M. P.; Browne P.R.L.,(2000) : Surface Manifestations of Gethermal System With Volcanic. In: Encyclopedia Volcanoes, pp. 835- 855. [2] http://www.dim.esdm.go.id, 2010 [3] Pulunggono, A., Martodjojo, S., 1994. Perubahan Tektonik Paleogen- Neogen Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Prosiding Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa, Kumpulan Makalah Seminar Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa Sejak Akhir Mesozoik hingga Kuarter, Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, h.37- 61. [4] Elfina, 2010.“Studi Alterasi Hidrotermal Pada Sumur MB-1, MB-2, MB-3, dan WR di Lapangan Panasbumi Wayang Windu Bagian Utara, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat”, Institut Teknologi Bandung, Bandung. [5] Abrenica, A. B., “Hydrothermal Alteration and Fluid Inclusion Studies in The Northern Wayang Windu Geothermal Field, West Java, Indonesia”, Proceeding of the World Geothermal Congress, 2010. [6] Nolet, G., 1981. Linearized inversion of (teleseismic) data, inThe Solution of the Inverse Problem in Geophysical Interpretation,pp. 9–37, ed. Cassinis, R. Plenum, New York, USA [7] Bogie, I., Kusumah Y. I., Wisnandary, M.C., 2008. Overview of the Wayang Windu geothermal field, west java, Indonesia. ScienceDirect.Geothermics, 347-365 [8] Steck, L.K., Thurber, C.H., Fehler, M.C., Lutter, W.J., Robbert, P.M., Baldrige, W.S., Stafford, D.G., dan Sessions, R. (1998): Crust and Upper Mantle P-Wave Velocity Structure Beneath Valles Caldera, New Mexico: Result from the James Teleseismic Tomography Experiment, J. Geophys. Res., 103, 24.301–24.320. [9] Aki, K. dan Lee, W.H.K. (1976): Determination of Three- Dimensional Velocity Anomalies Under a Seismic Array Using First P Arrival Times from Local Earthquakes, A Homogeneous Initial Model, J. Geophys. Res., 81, 23, 4381–4399 [10] Thurber, C. (1983): Earthquake Locations and Three-Dimensional Crustal Structure in the Coyote Lake Area, Central California, J. Geophys. Res., 88, B10, 8226–8236.