SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
PANDUAN PENYELENGGARAAN
      SISTEM KREDIT SEMESTER

                UNTUK

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH
 TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH
       ATAS/MADRASAH ALIYAH




   Badan Standar Nasional Pendidikan
                 2010
KATA PENGANTAR


Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, karunia, taufiq, dan hidayahNya, atas selesainya Panduan
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk SMP/MTs dan SMA/MA.
Penyelenggaraan SKS adalah sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 ayat (1) yang menyatakan: “Setiap
peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya”. Selanjutnya pada butir (f) dinyatakan:
“Peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak menyelesaikan pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas
waktu yang ditetapkan”.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 11
Ayat (1), (2) dan (3) mengatur bahwa: ”Beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk
lain yang sederajat dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks)”. Ayat (2)
”Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada
pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester”; Ayat (3)
”Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada
pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester”.

Penerapan SKS dalam pengelolaan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah di Indonesia saat ini merupakan suatu upaya inovatif untuk menambah
kekayaan pengelolaan pembelajaran yang selama ini hanya menggunakan satu-satunya
cara, yaitu sistem Paket. Melalui penerapan SKS ini dimungkinkan peserta didik dapat
menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya.

Panduan penyelenggaraan SKS ini disusun untuk SMP/MTs dan SMA/MA, namun demikian
panduan ini juga dapat diterapkan pada satuan pendidikan lainnya dengan melakukan
penyesuaian dan memperhatikan karakteristik satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pengembangan Panduan Penyelenggaraan SKS untuk SMP/MTs dan SMA/MA ini melalui
perjalanan yang cukup panjang dan melibatkan berbagai unsur, yaitu Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan, Perguruan Tinggi, sekolah/madrasah, dan direktorat
di lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Pendidikan Nasional. BSNP menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak atas partisipasi, dedikasi, dan kontribusi mereka sehingga
buku panduan ini dapat disusun. Semoga Panduan ini dapat digunakan sebagai acuan
dalam penyelenggaraan SKS di sekolah/madrasah, demi peningkatan kualitas pendidikan
kita.


                                                  Jakarta, 13 April 2010




                                            ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                         ii
                                                                      iii
Daftar Isi

Bab I        PENDAHULUAN                                              1
             A. Latar Belakang                                        1
             B. Tujuan                                                2
             C. Pengguna                                              2

Bab II       KEBIJAKAN, KONSEP, DAN PRINSIP SISTEM KREDIT             4
             SEMESTER
             A. Kebijakan                                             4
             B. Konsep                                                5
             C. Prinsip                                               6

Bab III      PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER                    7
             A. Persyaratan Penyelenggaraan                            7
             B. Komponen Beban Belajar                                 7
             C. Cara Menetapkan Beban Belajar                          8
             D. Beban Belajar Minimal dan Maksimal                    10
             E. Komposisi Beban Belajar                               10
             F. Kriteria Pengambilan Beban Belajar                    10
             G. Penilaian, Penentuan Indeks Prestasi, dan Kelulusan   11

Bab IV       PENUTUP                                                  14




                                       iii
BAB I
                          PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah di Indonesia saat ini merupakan suatu upaya inovatif
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pada hakikatnya, SKS merupakan
perwujudan dari amanat Pasal 12 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal tersebut mengamanatkan
bahwa “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak, antara
lain: (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya; dan (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari
ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Amanat dari pasal tersebut
selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Sebagaimana diketahui bahwa Standar Isi merupakan salah satu standar
dari delapan Standar Nasional Pendidikan.

Standar Isi mengatur bahwa beban belajar terdiri atas dua macam, yaitu: (1)
Sistem Paket, dan (2) Sistem Kredit Semester. Meskipun SKS sudah disebut
dalam Standar Isi, namun hal itu belum dimuat dan diuraikan secara rinci
karena Standar Isi hanya mengatur Sistem Paket. Selengkapnya pernyataan
tersebut adalah: “Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban
belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem
Paket dalam Standar Isi diartikan sebagai sistem penyelenggaraan program
pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program
pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas
sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan.
Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam
satuan jam pembelajaran.” Beban belajar dengan Sistem Paket hanya
memberi satu kemungkinan, yaitu seluruh peserta didik wajib menggunakan
cara yang sama untuk menyelesaikan program belajarnya. Implikasi dari hal
tersebut yaitu antara lain bahwa peserta didik yang pandai akan dipaksa
untuk mengikuti peserta didik lainnya yang memiliki kemampuan dan
kecepatan belajar standar. Sistem pembelajaran semacam itu dianggap
kurang memberikan ruang yang demokratis bagi pengembangan potensi
peserta didik yang mencakup kemampuan, bakat, dan minat.

Berbeda dengan Sistem Paket, beban belajar dengan SKS memberi
kemungkinan untuk menggunakan cara yang lebih variatif dan fleksibel
sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik. Oleh karena itu,
penerapan SKS diharapkan bisa mengakomodasi kemajemukan potensi
peserta didik. Melalui SKS, peserta didik juga dimungkinkan untuk
menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari periode belajar yang

                                    1
ditentukan dalam setiap satuan pendidikan. SKS dalam Standar Isi diartikan
sebagai sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap
semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada
sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks).
Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam
penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.”

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sesuai dengan kewenangan
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan perlu menyusun “Panduan Penyelenggaraan
SKS untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)”. Pentingnya
panduan tersebut juga ditegaskan dalam Standar Isi bahwa: Panduan
tentang sistem kredit semester diuraikan secara khusus dalam dokumen
tersendiri.



B. Tujuan
Panduan Penyelenggaraan SKS yang disusun oleh BSNP bertujuan untuk
menjelaskan hal-hal yang bersifat umum mengenai SKS sebagai berikut:

1. Kebijakan, konsep, dan prinsip penyelenggaraan SKS yang berlaku bagi
   setiap satuan pendidikan.
2. Persyaratan penyelenggaraan, komponen beban belajar; cara
   menetapkan beban belajar; beban belajar minimal dan maksimal;
   komposisi beban belajar; criteria pengambilan beban belajar; penilaian,
   penentuan indeks prestasi, dan kelulusan.

Sedangkan hal-hal yang bersifat khusus dan operasional yang tidak diatur
dalam panduan ini dapat dimuat secara lebih rinci dalam panduan teknis
yang disusun oleh setiap unit kerja teknis di lingkungan Kementerian
Pendidikan Nasional sesuai dengan kewenangannya. Dengan adanya
panduan yang disusun oleh BSNP diharapkan seluruh pemangku
kepentingan pendidikan akan memiliki kesamaan persepsi dalam
penyelenggaraan SKS.



C. Pengguna
Penjabaran SKS secara operasional yang disesuaikan dengan karakteristik
dan kebutuhan satuan pendidikan dilakukan oleh masing-masing unit kerja
sesuai dengan kewenangannya, baik di lingkungan Kementerian Pendidikan
Nasional maupun di lingkungan dinas pendidikan provinsi dan
kabupaten/kota.


                                    2
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 16 Ayat (5) mengamanatkan perlunya disusun model
kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan menggunakan sistem paket dan
model kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan menggunakan sistem
kredit semester.

Berdasarkan amanat tersebut, dalam rangka penerapan SKS diatur hal-hal
sebagai berikut:

1. Pusat Kurikulum membuat model-model penyelenggaraan SKS bagi
   satuan pendidikan.
2. Direktorat teknis persekolahan membuat dan melaksanakan program
   pembinaan penerapan SKS sesuai dengan karakteristik masing-masing
   satuan pendidikan.
3. Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota membuat dan
   melaksanakan program koordinasi dan supervisi penerapan SKS di setiap
   satuan pendidikan.




                                   3
BAB II
           KEBIJAKAN, KONSEP, DAN PRINSIP
              SISTEM KREDIT SEMESTER


A. Kebijakan
Penyusunan buku panduan penyelenggaraan sistem SKS berlandaskan
pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
   Nasional pada Pasal 12 Ayat 1 (b) menyatakan bahwa: “Setiap peserta
   didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
   pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya”.
   Selanjutnya pada butir (f) menyatakan bahwa: “Peserta didik pada setiap
   satuan pendidikan berhak menyelesaikan pendidikan sesuai dengan
   kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan
   batas waktu yang ditetapkan”.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
   Pendidikan dalam Pasal 11 mengatur bahwa:

   • Ayat (1) Beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang
     sederajat dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks);
   • Ayat (2) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk
     lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori standar dapat
     dinyatakan dalam satuan kredit semester;
   • Ayat (3) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk
     lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori mandiri
     dinyatakan dalam satuan kredit semester; dan
   • Ayat (4) Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan
     yang menerapkan sistem sks ditetapkan dengan Peraturan Menteri
     berdasarkan usul dari BSNP.

3. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
   Standar Nasional Pendidikan lebih mempertegas Pasal 11 Ayat (1), (2)
   dan (3) yang pada intinya menyatakan bahwa:

   1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memfasilitasi satuan
      pendidikan yang berupaya menerapkan sistem satuan kredit semester
      karena sistem ini lebih mengakomodasikan bakat, minat, dan
      kemampuan peserta didik. Dengan diberlakukannya sistem ini maka
      satuan pendidikan tidak perlu mengadakan program pengayaan
      karena sudah tercakup (built in) dalam sistem ini.
   2) Pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah
      memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke
      dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi

                                    4
Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar. Terhadap
      sekolah/madrasah yang telah masuk dalam kategori mandiri,
      Pemerintah mendorongnya untuk secara bertahap mencapai taraf
      internasional.
   3) Pemerintah mendorong dan memfasilitasi diberlakukannya sistem
      satuan kredit semester (sks) karena kelebihan sistem ini sebagaimana
      dijelaskan dalam penjelasan ayat (1).
   4) Terkait dengan itu SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat,
      dan SMA/MA/SMLB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat
      dapat menerapkan sistem sks. Khusus untuk SMA/MA/SMLB,
      SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat yang berkategori mandiri
      harus menerapkan sistem sks jika menghendaki tetap berada pada
      kategori mandiri.

4. Beban belajar sebagaimana yang dimaksudkan dalam Lampiran
   Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
   Standar Isi yaitu sebagai berikut:

   1) Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
      menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem
      paket atau sistem kredit semester.
   2) Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan
      SMK/MAK kategori standar menggunakan sistem paket atau dapat
      menggunakan sistem kredit semester.
   3) Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori mandiri
      menggunakan sistem kredit semester.



B. Konsep

Acuan untuk merumuskan konsep SKS yaitu sebagaimana yang dimuat
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam
peraturan tersebut dinyatakan bahwa: Sistem Kredit Semester adalah
sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti
setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata
pelajaran pada Sistem Kredit Semester dinyatakan dalam satuan kredit
semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran
tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan
mandiri tidak terstruktur. Dalam panduan ini “Sistem Kredit Semester”
disingkat dengan “SKS” dan “satuan kredit semester” disingkat dengan
“sks”.




                                    5
D. Prinsip

Mengacu pada konsep SKS, penyelenggaraan SKS di SMP/MTs dan
SMA/MA berpedoman pada prinsip sebagai berikut:

a. Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang
   diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
   minatnya.
b. Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat
   mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar yang
   ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar.
c. Peserta didik didorong untuk memberdayakan dirinya sendiri dalam
   belajar secara mandiri.
d. Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan
   lebih fleksibel.
e. Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih program studi dan mata
   pelajaran sesuai dengan potensinya.
f. Peserta didik dapat pindah (transfer) kredit ke sekolah lain yang sejenis
   yang menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil dapat
   dipindahkan ke sekolah yang baru.
g. Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih memadai
   secara teknis dan administratif.
h. Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi
   kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang mencakup
   pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
i. Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai dengan
   kemampuan, bakat, dan minatnya.




                                     6
BAB III
 PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER


A. Persyaratan Penyelenggaraan

Satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS berpedoman pada
ketentuan sebagai berikut:

1. SMP/MTs kategori standar dan kategori mandiri dapat melaksanakan
   SKS.
2. SMA/MA kategori standar dapat melaksanakan SKS.
3. SMA/MA kategori mandiri dan bertaraf internasional wajib melaksanakan
   SKS.

Penyelenggaraan SKS pada setiap satuan pendidikan dilakukan secara
fleksibel dan variatif dengan tetap mempertimbangkan ketuntasan minimal
dalam pencapaian setiap kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam Standar Isi.



B. Komponen Beban Belajar

Acuan untuk menetapkan komponen SKS yaitu sebagaimana yang dimuat
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa: Beban
belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam
satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam
pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam
kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Atas dasar itu, komponen-komponen beban belajar dalam SKS sama
dengan Sistem Paket yang pengertiannya sebagai berikut:

1. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses
   interaksi antara peserta didik dengan pendidik.
2. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
   pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh
   pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian
   penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.
3. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
   berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang
   dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu
   penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.



                                    7
C. Cara Menetapkan Beban Belajar

Penetapan beban belajar sks untuk SMP/MTs dan SMA/MA harus mengacu
pada ketentuan sebagaimana yang ditetapkan dalam Sistem Paket sebagai
berikut:

1. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada:
   a) SMP/MTs berlangsung selama 40 menit;
   b) SMA/MA berlangsung selama 45 menit.
2. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
   bagi peserta didik pada SMP/MTs/SMPLB maksimum 50% dari jumlah
   waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.
3. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
   bagi peserta didik pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK maksimum 60% dari
   jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan.

Dengan demikian, cara menetapkan beban belajar sks untuk SMP/MTs dan
SMA/MA masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Beban Belajar sks untuk SMP/MTs
Sebelum menetapkan beban belajar sks untuk SMP/MTs yaitu memadukan
semua komponen beban belajar, baik untuk Sistem Paket maupun untuk
SKS, sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 1.

            Tabel 1: Penetapan Beban Belajar sks di SMP/MTs
                      berdasarkan pada Sistem Paket

           Kegiatan                     Sistem Paket         Sistem SKS
Tatap Muka                             40 menit               40 menit
Penugasan Terstruktur               50% x 40 menit =           40 menit
Kegiatan Mandiri                       20 menit               40 menit
          Jumlah                       60 menit               120 menit

Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk
menetapkan beban belajar 1 sks yaitu dengan formula sebagai berikut:




Dengan demikian, beban belajar sks untuk SMP/MTs dengan mengacu pada
rumus tersebut dapat ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban
belajar 1 sks pada SKS sama dengan beban belajar 2 jam pembelajaran
pada Sistem Paket. Agar lebih jelas lagi, dalam Tabel 2 disajikan contoh
konversi kedua jenis beban pembelajaran tersebut.




                                    8
Tabel 2: Contoh Konversi Beban Belajar di SMP/MTs

                 Sistem Paket                  SKS
              2 jam pembelajaran               1 sks
              4 jam pembelajaran               2 sks
              6 jam pembelajaran               3 sks
              8 jam pembelajaran               4 sks


2. Penetapan Beban Belajar sks untuk SMA/MA

Sebelum menetapkan beban belajar sks untuk SMA/MA yaitu memadukan
semua komponen beban belajar, baik untuk Sistem Paket maupun untuk
SKS, sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 3.

            Tabel 3: Penetapan Beban Belajar sks di SMA/MA
                     berdasarkan pada Sistem Paket

          Kegiatan                    Sistem Paket        Sistem SKS
Tatap muka                              45 menit            45 menit
Penugasan terstruktur                60% x 45 menit =       45 menit
Kegiatan mandiri                        27 menit            45 menit
           Jumlah                       72 menit           135 menit

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk
menetapkan beban belajar 1 sks yaitu dengan formula sebagai berikut:




Dengan demikian, beban belajar sks untuk SMA/MA dengan mengacu pada
rumus tersebut dapat ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban
belajar 1 sks pada SKS sama dengan beban belajar 1.88 jam pembelajaran
pada Sistem Paket. Agar lebih jelas lagi, dalam Tabel 4 disajikan contoh
konversi kedua jenis beban pembelajaran tersebut.

           Tabel 4: Contoh Konversi Beban Belajar di SMA/MA

                 Sistem Paket                  SKS
             1.88 jam pembelajaran             1 sks
             3.76 jam pembelajaran             2 sks
             5.64 jam pembelajaran             3 sks
             7.52 jam pembelajaran             4 sks




                                     9
D. Beban Belajar Minimal dan Maksimal

Agar proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan yang menggunakan
SKS dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien perlu ditetapkan batas
minimal dan maksimal beban belajar sks sebagai berikut:

1. Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik SMP/MTs yaitu
   minimal 102 sks dan maksimal 114 sks selama periode belajar 6
   semester.
2. Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik SMA/MA yaitu
   minimal 114 sks dan maksimal 126 sks selama periode belajar 6
   semester pada program IPA, IPS, Bahasa, dan Keagamaan.



E. Komposisi Beban Belajar

Komposisi beban belajar ini hanya berlaku untuk SMA/MA. Pengaturan
komposisi ini disesuaikan dengan kompleksitas program penjurusan di
SMA/MA. Dengan adanya komposisi beban belajar diharapkan agar
penyelenggaraan SKS di SMA/MA dapat dilaksanakan secara variatif dan
fleksibel. Penentuan komposisi beban belajar dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan mengacu pada batas minimal atau maksimal yang
ditetapkan dalam sub bagian D. Tabel 5 memberikan contoh pengaturan
komposisi beban belajar sebagai berikut.

                Tabel 5: Contoh Komposisi Beban Belajar

                                                    Komposisi Beban
            Komponen Kurikulum
                                                        Belajar
1. Mata pelajaran                                        80%
2. Muatan Lokal                                          10%
3. Pengembangan Diri                                     10%



Dengan adanya komposisi ini sangat dimungkinkan bagi peserta didik untuk
memperkirakan pemilihan mata pelajaran yang diikutinya di setiap semester.



F.   Kriteria Pengambilan Beban Belajar

Pengambilan beban belajar dalam setiap semester oleh peserta didik
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Fleksibilitas dalam SKS yaitu peserta didik diberi keleluasaan untuk
     menentukan beban belajar pada setiap semester.
  2. Pengambilan beban belajar oleh peserta didik didampingi oleh
     Pembimbing Akademik (Academic Adviser).
                                   10
3. Kriteria yang digunakan untuk menentukan beban belajar bagi
      peserta didik yaitu:
      a. semester 1 mengambil mata pelajaran sesuai dengan Standar Isi;
      b. semester berikutnya mempertimbangkan Indeks Prestasi (IP) yang
      diperoleh pada semester sebelumnya.
   4. Peserta didik wajib menyelesaikan semua mata pelajaran yang
      tertuang dalam Standar Isi.
   5. Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata pelajaran secara
      tuntas dengan prinsip ”on and off”, yaitu suatu mata pelajaran bisa
      diberikan hanya pada semester tertentu dengan mempertimbangkan
      ketuntasan kompetensi pada setiap semester.



G. Penilaian, Penentuan Indeks Prestasi, dan Kelulusan

Pengaturan mengenai penilaian, penentuan indeks prestasi, dan kelulusan
adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini.

1. Penilaian

   Penilaian setiap mata pelajaran menggunakan skala 0 - 10 dengan
   berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20
   Tahun 2007 tentang Standar Penilaian untuk satuan pendidikan dasar
   dan menengah.

2. Penentuan Indeks Prestasi (IP)

   a. SMP/MTs
      1) Semua peserta didik menempuh semua mata pelajaran yang
         sama pada semester 1 sesuai dengan Standar Isi.
      2) IP dihitung dengan rumus sebagai berikut:

                                                ∑ N x sks
                                       IP =
                                               Jumlah  sks

           Keterangan:
                IP : Indeks Prestasi
                ΣN : Jumlah mata pelajaran
                sks : satuan kredit semester yang diambil untuk setiap mata pelajaran
                Jumlah sks : jumlah sks dalam satu semester
      3)   Peserta didik pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil
           sejumlah mata pelajaran dengan jumlah sks berdasarkan IP
           semester sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:

               a)     IP < 5.0 dapat mengambil maksimal 8 sks.
               b)     IP 5.0 – 5.9 dapat mengambil maksimal 10 sks.

                                          11
c)      IP 6.0 – 6.9 dapat mengambil maksimal 16 sks.
           d)      IP 7.0 – 8.5 dapat mengambil maksimal 24 sks.
           e)      IP > 8.5 dapat mengambil maksimal 32 sks.

  b. SMA/MA
       1) Semua peserta didik menempuh semua mata pelajaran yang
          sama pada semester 1 sesuai dengan Standar Isi.
       2) IP dihitung dengan rumus sebagai berikut:
                                             ∑ N x sks
                                  IP =
                                            Jumlah  sks

          Keterangan:
          IP : Indeks Prestasi
          ΣN : Jumlah mata pelajaran
          sks : satuan kredit semester yang diambil untuk setiap mata pelajaran
          Jumlah sks : jumlah sks dalam satu semester


       3) Peserta didik pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil
          sejumlah mata pelajaran dengan jumlah sks berdasarkan IP
          semester sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:

          a) IP < 5.0 dapat mengambil maksimal 10 sks.
          b) IP 5.0 – 5.9 dapat mengambil maksimal 14 sks.
          c) IP 6.0 – 6.9 dapat mengambil maksimal 20 sks.
          d) IP 7.0 – 8.5 dapat mengambil maksimal 28 sks.
          e) IP > 8.5 dapat mengambil maksimal 36 sks.
       4) Penjurusan dapat dilaksanakan mulai semester pertama tahun
          pertama.

3. Kelulusan

  a. Peserta didik dapat memanfaatkan semester pendek hanya untuk
     mengulang mata pelajaran yang gagal.
  b. Peserta didik SMA/MA dinyatakan lulus pada mata pelajaran utama
     dalam program studi apabila telah mencapai KKM 7.0. Sedang untuk
     mata pelajaran lain diatur oleh masing-masing satuan pendidikan
     dengan KKM minimum 6.0 yang secara bertahap meningkat menjadi
     7.0 atau diatasnya.
  c. Peserta didik SMP/MTs dinyatakan lulus pada mata pelajaran
     apabila telah mencapai KKM 7.0. Satuan pendidikan dapat

                                       12
menetapkan KKM di bawah 7.0, minimum 6.0 yang secara bertahap
   meningkat menjadi 7.0 atau diatasnya.
d. Kelulusan     peserta    didik  dari    satuan   pendidikan    yang
   menyelenggarakan SKS dapat dilakukan pada setiap akhir semester.
e. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan sesuai dengan
   Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
   Nasional Pendidikan Pasal 72 ayat (1) Peserta didik dinyatakan lulus
   dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
   1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
   2) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
      mata pelajaran      kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
      mulia, kelompok mata pelajaran kewarganewaraan dan
      kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok
      mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan;
   3) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
      pengetahuan dan teknologi; dan
   4) lulus Ujian Nasional.




                                13
BAB IV
                             PENUTUP

Dengan dikeluarkannya Pedoman Penyelenggaraan SKS bagi SMP/MTs
dan SMA/MA kategori mandiri dan bertaraf internasional, diharapkan bisa
menyamakan persepsi, pemikiran, upaya, langkah-langkah, dan koordinasi
serta supervise dalam penjaminan mutu.

Kementerian Pendidikan Nasional bersama-sama dengan Dinas Pendidikan
provinsi dan kabupaten/kota diharapkan memberikan layanan kepada satuan
pendidikan yang melaksanakan SKS dengan dukungan kebijakan,
perencanaan,      pengorganisasian     pelaksanaan     pengkoordinasian,
pemantauan, dan pengevaluasian.




                                  14

More Related Content

What's hot

Smk12 fisikateknologi-endarko
Smk12 fisikateknologi-endarkoSmk12 fisikateknologi-endarko
Smk12 fisikateknologi-endarkoDian Fery Irawan
 
Instrumen akreditasi pkbm ban pnf 2014
Instrumen akreditasi pkbm ban pnf 2014Instrumen akreditasi pkbm ban pnf 2014
Instrumen akreditasi pkbm ban pnf 2014Wirdahayati Dahlan
 
Akreditasi smk instrmn assesor
Akreditasi smk instrmn assesorAkreditasi smk instrmn assesor
Akreditasi smk instrmn assesorEko Supriyadi
 
Program kerja un 2012 revisi
Program kerja un 2012 revisiProgram kerja un 2012 revisi
Program kerja un 2012 revisiHeli Muhenah
 
3 data pendukung_smp-mts-instrumenpuldata-akreditasi
3 data pendukung_smp-mts-instrumenpuldata-akreditasi3 data pendukung_smp-mts-instrumenpuldata-akreditasi
3 data pendukung_smp-mts-instrumenpuldata-akreditasiSri Budi Sukiyanto
 
39447297 panduan-bukti-fisik-akreditasi 2
39447297 panduan-bukti-fisik-akreditasi 239447297 panduan-bukti-fisik-akreditasi 2
39447297 panduan-bukti-fisik-akreditasi 2massaiful
 
Pkg kayang n t tg bengkel vle
Pkg kayang n t tg   bengkel vlePkg kayang n t tg   bengkel vle
Pkg kayang n t tg bengkel vlePerlis Fuat
 
Buku 1 naskah akademik akreditasi program studi diploma
Buku 1 naskah akademik akreditasi program studi diplomaBuku 1 naskah akademik akreditasi program studi diploma
Buku 1 naskah akademik akreditasi program studi diplomaevin1978
 
Permendikbud nomor 158 th 2014 penyelenggaraan sks pada dikdasmen
Permendikbud nomor 158 th 2014  penyelenggaraan sks pada  dikdasmenPermendikbud nomor 158 th 2014  penyelenggaraan sks pada  dikdasmen
Permendikbud nomor 158 th 2014 penyelenggaraan sks pada dikdasmenMGMPBING SMPKABSER
 
Permendikbud tahun2014 nomor158
Permendikbud tahun2014 nomor158Permendikbud tahun2014 nomor158
Permendikbud tahun2014 nomor158Erlita Izzatunnisa
 
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikanPermen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikanSofyan Saputra
 

What's hot (19)

Smk12 fisikateknologi-endarko
Smk12 fisikateknologi-endarkoSmk12 fisikateknologi-endarko
Smk12 fisikateknologi-endarko
 
Instrumen akreditasi pkbm ban pnf 2014
Instrumen akreditasi pkbm ban pnf 2014Instrumen akreditasi pkbm ban pnf 2014
Instrumen akreditasi pkbm ban pnf 2014
 
Akreditasi smk instrmn assesor
Akreditasi smk instrmn assesorAkreditasi smk instrmn assesor
Akreditasi smk instrmn assesor
 
Program kerja un 2012 revisi
Program kerja un 2012 revisiProgram kerja un 2012 revisi
Program kerja un 2012 revisi
 
3 data pendukung_smp-mts-instrumenpuldata-akreditasi
3 data pendukung_smp-mts-instrumenpuldata-akreditasi3 data pendukung_smp-mts-instrumenpuldata-akreditasi
3 data pendukung_smp-mts-instrumenpuldata-akreditasi
 
Manual mutu stkip bbm
Manual mutu stkip bbmManual mutu stkip bbm
Manual mutu stkip bbm
 
39447297 panduan-bukti-fisik-akreditasi 2
39447297 panduan-bukti-fisik-akreditasi 239447297 panduan-bukti-fisik-akreditasi 2
39447297 panduan-bukti-fisik-akreditasi 2
 
Buku kebijakan mutu
Buku kebijakan mutuBuku kebijakan mutu
Buku kebijakan mutu
 
Bagian 2 (37 hal)
Bagian 2 (37 hal)Bagian 2 (37 hal)
Bagian 2 (37 hal)
 
Pkg kayang n t tg bengkel vle
Pkg kayang n t tg   bengkel vlePkg kayang n t tg   bengkel vle
Pkg kayang n t tg bengkel vle
 
Buku 1 naskah akademik akreditasi program studi diploma
Buku 1 naskah akademik akreditasi program studi diplomaBuku 1 naskah akademik akreditasi program studi diploma
Buku 1 naskah akademik akreditasi program studi diploma
 
AKREDITASI TK/RA
AKREDITASI TK/RAAKREDITASI TK/RA
AKREDITASI TK/RA
 
Laporan Ujikom
Laporan UjikomLaporan Ujikom
Laporan Ujikom
 
Permendikbud nomor 158 th 2014 penyelenggaraan sks pada dikdasmen
Permendikbud nomor 158 th 2014  penyelenggaraan sks pada  dikdasmenPermendikbud nomor 158 th 2014  penyelenggaraan sks pada  dikdasmen
Permendikbud nomor 158 th 2014 penyelenggaraan sks pada dikdasmen
 
Permendikbud tahun2014 nomor158
Permendikbud tahun2014 nomor158Permendikbud tahun2014 nomor158
Permendikbud tahun2014 nomor158
 
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikanPermen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
 
Proker Uji Kompetensi Tahun 2012
Proker Uji Kompetensi Tahun  2012Proker Uji Kompetensi Tahun  2012
Proker Uji Kompetensi Tahun 2012
 
Standar mutu stkip bbm
Standar mutu stkip bbm   Standar mutu stkip bbm
Standar mutu stkip bbm
 
Pedoman ukk 2021-dikonversi
Pedoman ukk 2021-dikonversiPedoman ukk 2021-dikonversi
Pedoman ukk 2021-dikonversi
 

Similar to Panduan sks-sm pdan-sma

Panduan sks bersih 23042013 rev iwan
Panduan sks bersih 23042013 rev iwanPanduan sks bersih 23042013 rev iwan
Panduan sks bersih 23042013 rev iwanasep mulyana
 
Proposal penelitian (metlit)
Proposal penelitian (metlit)Proposal penelitian (metlit)
Proposal penelitian (metlit)8flames
 
6067498 Panduan Penyusunan Program Kerja Rintisan Skmssn 1
6067498 Panduan Penyusunan Program Kerja Rintisan Skmssn 16067498 Panduan Penyusunan Program Kerja Rintisan Skmssn 1
6067498 Panduan Penyusunan Program Kerja Rintisan Skmssn 15a1p0l
 
Buku standart SPMI
Buku standart SPMIBuku standart SPMI
Buku standart SPMIspmi
 
1. PERSIAPAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pdf
1. PERSIAPAN  IMPLEMENTASI  KURIKULUM MERDEKA.pdf1. PERSIAPAN  IMPLEMENTASI  KURIKULUM MERDEKA.pdf
1. PERSIAPAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pdfIcaLalityaKusuma
 
01-Kurikulum Merdeka (PPG).pptx
01-Kurikulum Merdeka (PPG).pptx01-Kurikulum Merdeka (PPG).pptx
01-Kurikulum Merdeka (PPG).pptxrayyan nafiz
 
02. juknis analisis standar isi isi __0104
02. juknis analisis standar isi  isi __010402. juknis analisis standar isi  isi __0104
02. juknis analisis standar isi isi __0104martininurfalina
 
13. juknis pd layanan konseling (isi-revisi)_0104
13. juknis pd  layanan konseling (isi-revisi)_010413. juknis pd  layanan konseling (isi-revisi)_0104
13. juknis pd layanan konseling (isi-revisi)_0104Suaidin -Dompu
 
05 pengembangan ktsp allium
05 pengembangan ktsp  allium05 pengembangan ktsp  allium
05 pengembangan ktsp alliumFashihul Makmun
 
Lampiran i Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan garuda
Lampiran i Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan garudaLampiran i Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan garuda
Lampiran i Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan garudaNayantaka Husna Hartono
 
Panduan Umum KTSP
Panduan Umum KTSPPanduan Umum KTSP
Panduan Umum KTSPGuru Online
 
Lampiran i pedoman pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan garuda
Lampiran i pedoman pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan garudaLampiran i pedoman pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan garuda
Lampiran i pedoman pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan garudaAepsaenawa
 
Lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
Lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikanLampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
Lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikanAri Tanjung
 
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran1
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran1Permen tahun2013 nomor81a_lampiran1
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran1Irma Muthiara Sari
 
Manual Prosedur SPMI
Manual Prosedur SPMIManual Prosedur SPMI
Manual Prosedur SPMIspmi
 
02. juknis analisis standar isi (isi)) 0104
02. juknis analisis standar isi (isi)) 010402. juknis analisis standar isi (isi)) 0104
02. juknis analisis standar isi (isi)) 0104Suaidin -Dompu
 
02. lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
02. lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan02. lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
02. lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikanOtto Ono Gallery
 

Similar to Panduan sks-sm pdan-sma (20)

Panduan sks bersih 23042013 rev iwan
Panduan sks bersih 23042013 rev iwanPanduan sks bersih 23042013 rev iwan
Panduan sks bersih 23042013 rev iwan
 
Juknis penetapan nilai kkm
Juknis penetapan nilai kkmJuknis penetapan nilai kkm
Juknis penetapan nilai kkm
 
Proposal penelitian (metlit)
Proposal penelitian (metlit)Proposal penelitian (metlit)
Proposal penelitian (metlit)
 
6067498 Panduan Penyusunan Program Kerja Rintisan Skmssn 1
6067498 Panduan Penyusunan Program Kerja Rintisan Skmssn 16067498 Panduan Penyusunan Program Kerja Rintisan Skmssn 1
6067498 Panduan Penyusunan Program Kerja Rintisan Skmssn 1
 
Buku standart SPMI
Buku standart SPMIBuku standart SPMI
Buku standart SPMI
 
1. PERSIAPAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pdf
1. PERSIAPAN  IMPLEMENTASI  KURIKULUM MERDEKA.pdf1. PERSIAPAN  IMPLEMENTASI  KURIKULUM MERDEKA.pdf
1. PERSIAPAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
01-Kurikulum Merdeka (PPG).pptx
01-Kurikulum Merdeka (PPG).pptx01-Kurikulum Merdeka (PPG).pptx
01-Kurikulum Merdeka (PPG).pptx
 
02. juknis analisis standar isi isi __0104
02. juknis analisis standar isi  isi __010402. juknis analisis standar isi  isi __0104
02. juknis analisis standar isi isi __0104
 
13. juknis pd layanan konseling (isi-revisi)_0104
13. juknis pd  layanan konseling (isi-revisi)_010413. juknis pd  layanan konseling (isi-revisi)_0104
13. juknis pd layanan konseling (isi-revisi)_0104
 
05 pengembangan ktsp allium
05 pengembangan ktsp  allium05 pengembangan ktsp  allium
05 pengembangan ktsp allium
 
Lampiran i Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan garuda
Lampiran i Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan garudaLampiran i Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan garuda
Lampiran i Pedoman pengembangan Kurikulum Tingkat satuan pendidikan garuda
 
Panduan Umum KTSP
Panduan Umum KTSPPanduan Umum KTSP
Panduan Umum KTSP
 
Panduan Umum KTSP
Panduan Umum KTSPPanduan Umum KTSP
Panduan Umum KTSP
 
Lampiran i pedoman pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan garuda
Lampiran i pedoman pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan garudaLampiran i pedoman pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan garuda
Lampiran i pedoman pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan garuda
 
Lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
Lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikanLampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
Lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
 
Prosedur kkm
Prosedur kkmProsedur kkm
Prosedur kkm
 
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran1
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran1Permen tahun2013 nomor81a_lampiran1
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran1
 
Manual Prosedur SPMI
Manual Prosedur SPMIManual Prosedur SPMI
Manual Prosedur SPMI
 
02. juknis analisis standar isi (isi)) 0104
02. juknis analisis standar isi (isi)) 010402. juknis analisis standar isi (isi)) 0104
02. juknis analisis standar isi (isi)) 0104
 
02. lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
02. lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan02. lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
02. lampiran i-pedoman-pengembangan-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
 

Recently uploaded

Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 

Recently uploaded (20)

Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 

Panduan sks-sm pdan-sma

  • 1. PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010
  • 2. KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia, taufiq, dan hidayahNya, atas selesainya Panduan Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) untuk SMP/MTs dan SMA/MA. Penyelenggaraan SKS adalah sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 ayat (1) yang menyatakan: “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya”. Selanjutnya pada butir (f) dinyatakan: “Peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 11 Ayat (1), (2) dan (3) mengatur bahwa: ”Beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks)”. Ayat (2) ”Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester”; Ayat (3) ”Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester”. Penerapan SKS dalam pengelolaan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia saat ini merupakan suatu upaya inovatif untuk menambah kekayaan pengelolaan pembelajaran yang selama ini hanya menggunakan satu-satunya cara, yaitu sistem Paket. Melalui penerapan SKS ini dimungkinkan peserta didik dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Panduan penyelenggaraan SKS ini disusun untuk SMP/MTs dan SMA/MA, namun demikian panduan ini juga dapat diterapkan pada satuan pendidikan lainnya dengan melakukan penyesuaian dan memperhatikan karakteristik satuan pendidikan yang bersangkutan. Pengembangan Panduan Penyelenggaraan SKS untuk SMP/MTs dan SMA/MA ini melalui perjalanan yang cukup panjang dan melibatkan berbagai unsur, yaitu Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan, Perguruan Tinggi, sekolah/madrasah, dan direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional. BSNP menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak atas partisipasi, dedikasi, dan kontribusi mereka sehingga buku panduan ini dapat disusun. Semoga Panduan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan SKS di sekolah/madrasah, demi peningkatan kualitas pendidikan kita. Jakarta, 13 April 2010 ii
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar ii iii Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 2 C. Pengguna 2 Bab II KEBIJAKAN, KONSEP, DAN PRINSIP SISTEM KREDIT 4 SEMESTER A. Kebijakan 4 B. Konsep 5 C. Prinsip 6 Bab III PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER 7 A. Persyaratan Penyelenggaraan 7 B. Komponen Beban Belajar 7 C. Cara Menetapkan Beban Belajar 8 D. Beban Belajar Minimal dan Maksimal 10 E. Komposisi Beban Belajar 10 F. Kriteria Pengambilan Beban Belajar 10 G. Penilaian, Penentuan Indeks Prestasi, dan Kelulusan 11 Bab IV PENUTUP 14 iii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia saat ini merupakan suatu upaya inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pada hakikatnya, SKS merupakan perwujudan dari amanat Pasal 12 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal tersebut mengamanatkan bahwa “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak, antara lain: (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; dan (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Amanat dari pasal tersebut selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Sebagaimana diketahui bahwa Standar Isi merupakan salah satu standar dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Standar Isi mengatur bahwa beban belajar terdiri atas dua macam, yaitu: (1) Sistem Paket, dan (2) Sistem Kredit Semester. Meskipun SKS sudah disebut dalam Standar Isi, namun hal itu belum dimuat dan diuraikan secara rinci karena Standar Isi hanya mengatur Sistem Paket. Selengkapnya pernyataan tersebut adalah: “Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket dalam Standar Isi diartikan sebagai sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.” Beban belajar dengan Sistem Paket hanya memberi satu kemungkinan, yaitu seluruh peserta didik wajib menggunakan cara yang sama untuk menyelesaikan program belajarnya. Implikasi dari hal tersebut yaitu antara lain bahwa peserta didik yang pandai akan dipaksa untuk mengikuti peserta didik lainnya yang memiliki kemampuan dan kecepatan belajar standar. Sistem pembelajaran semacam itu dianggap kurang memberikan ruang yang demokratis bagi pengembangan potensi peserta didik yang mencakup kemampuan, bakat, dan minat. Berbeda dengan Sistem Paket, beban belajar dengan SKS memberi kemungkinan untuk menggunakan cara yang lebih variatif dan fleksibel sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik. Oleh karena itu, penerapan SKS diharapkan bisa mengakomodasi kemajemukan potensi peserta didik. Melalui SKS, peserta didik juga dimungkinkan untuk menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari periode belajar yang 1
  • 5. ditentukan dalam setiap satuan pendidikan. SKS dalam Standar Isi diartikan sebagai sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur.” Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu menyusun “Panduan Penyelenggaraan SKS untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)”. Pentingnya panduan tersebut juga ditegaskan dalam Standar Isi bahwa: Panduan tentang sistem kredit semester diuraikan secara khusus dalam dokumen tersendiri. B. Tujuan Panduan Penyelenggaraan SKS yang disusun oleh BSNP bertujuan untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat umum mengenai SKS sebagai berikut: 1. Kebijakan, konsep, dan prinsip penyelenggaraan SKS yang berlaku bagi setiap satuan pendidikan. 2. Persyaratan penyelenggaraan, komponen beban belajar; cara menetapkan beban belajar; beban belajar minimal dan maksimal; komposisi beban belajar; criteria pengambilan beban belajar; penilaian, penentuan indeks prestasi, dan kelulusan. Sedangkan hal-hal yang bersifat khusus dan operasional yang tidak diatur dalam panduan ini dapat dimuat secara lebih rinci dalam panduan teknis yang disusun oleh setiap unit kerja teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional sesuai dengan kewenangannya. Dengan adanya panduan yang disusun oleh BSNP diharapkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan akan memiliki kesamaan persepsi dalam penyelenggaraan SKS. C. Pengguna Penjabaran SKS secara operasional yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan satuan pendidikan dilakukan oleh masing-masing unit kerja sesuai dengan kewenangannya, baik di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional maupun di lingkungan dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota. 2
  • 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 16 Ayat (5) mengamanatkan perlunya disusun model kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan menggunakan sistem paket dan model kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan menggunakan sistem kredit semester. Berdasarkan amanat tersebut, dalam rangka penerapan SKS diatur hal-hal sebagai berikut: 1. Pusat Kurikulum membuat model-model penyelenggaraan SKS bagi satuan pendidikan. 2. Direktorat teknis persekolahan membuat dan melaksanakan program pembinaan penerapan SKS sesuai dengan karakteristik masing-masing satuan pendidikan. 3. Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota membuat dan melaksanakan program koordinasi dan supervisi penerapan SKS di setiap satuan pendidikan. 3
  • 7. BAB II KEBIJAKAN, KONSEP, DAN PRINSIP SISTEM KREDIT SEMESTER A. Kebijakan Penyusunan buku panduan penyelenggaraan sistem SKS berlandaskan pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 12 Ayat 1 (b) menyatakan bahwa: “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya”. Selanjutnya pada butir (f) menyatakan bahwa: “Peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 11 mengatur bahwa: • Ayat (1) Beban belajar untuk SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks); • Ayat (2) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester; • Ayat (3) Beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester; dan • Ayat (4) Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang menerapkan sistem sks ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usul dari BSNP. 3. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan lebih mempertegas Pasal 11 Ayat (1), (2) dan (3) yang pada intinya menyatakan bahwa: 1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memfasilitasi satuan pendidikan yang berupaya menerapkan sistem satuan kredit semester karena sistem ini lebih mengakomodasikan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Dengan diberlakukannya sistem ini maka satuan pendidikan tidak perlu mengadakan program pengayaan karena sudah tercakup (built in) dalam sistem ini. 2) Pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi 4
  • 8. Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar. Terhadap sekolah/madrasah yang telah masuk dalam kategori mandiri, Pemerintah mendorongnya untuk secara bertahap mencapai taraf internasional. 3) Pemerintah mendorong dan memfasilitasi diberlakukannya sistem satuan kredit semester (sks) karena kelebihan sistem ini sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan ayat (1). 4) Terkait dengan itu SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, dan SMA/MA/SMLB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dapat menerapkan sistem sks. Khusus untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat yang berkategori mandiri harus menerapkan sistem sks jika menghendaki tetap berada pada kategori mandiri. 4. Beban belajar sebagaimana yang dimaksudkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yaitu sebagai berikut: 1) Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester. 2) Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK kategori standar menggunakan sistem paket atau dapat menggunakan sistem kredit semester. 3) Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem kredit semester. B. Konsep Acuan untuk merumuskan konsep SKS yaitu sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa: Sistem Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Kredit Semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dalam panduan ini “Sistem Kredit Semester” disingkat dengan “SKS” dan “satuan kredit semester” disingkat dengan “sks”. 5
  • 9. D. Prinsip Mengacu pada konsep SKS, penyelenggaraan SKS di SMP/MTs dan SMA/MA berpedoman pada prinsip sebagai berikut: a. Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. b. Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar yang ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar. c. Peserta didik didorong untuk memberdayakan dirinya sendiri dalam belajar secara mandiri. d. Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan lebih fleksibel. e. Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih program studi dan mata pelajaran sesuai dengan potensinya. f. Peserta didik dapat pindah (transfer) kredit ke sekolah lain yang sejenis yang menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil dapat dipindahkan ke sekolah yang baru. g. Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih memadai secara teknis dan administratif. h. Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. i. Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. 6
  • 10. BAB III PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER A. Persyaratan Penyelenggaraan Satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS berpedoman pada ketentuan sebagai berikut: 1. SMP/MTs kategori standar dan kategori mandiri dapat melaksanakan SKS. 2. SMA/MA kategori standar dapat melaksanakan SKS. 3. SMA/MA kategori mandiri dan bertaraf internasional wajib melaksanakan SKS. Penyelenggaraan SKS pada setiap satuan pendidikan dilakukan secara fleksibel dan variatif dengan tetap mempertimbangkan ketuntasan minimal dalam pencapaian setiap kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Standar Isi. B. Komponen Beban Belajar Acuan untuk menetapkan komponen SKS yaitu sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa: Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. Atas dasar itu, komponen-komponen beban belajar dalam SKS sama dengan Sistem Paket yang pengertiannya sebagai berikut: 1. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. 2. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. 3. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik. 7
  • 11. C. Cara Menetapkan Beban Belajar Penetapan beban belajar sks untuk SMP/MTs dan SMA/MA harus mengacu pada ketentuan sebagaimana yang ditetapkan dalam Sistem Paket sebagai berikut: 1. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada: a) SMP/MTs berlangsung selama 40 menit; b) SMA/MA berlangsung selama 45 menit. 2. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SMP/MTs/SMPLB maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan. 3. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian, cara menetapkan beban belajar sks untuk SMP/MTs dan SMA/MA masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Penetapan Beban Belajar sks untuk SMP/MTs Sebelum menetapkan beban belajar sks untuk SMP/MTs yaitu memadukan semua komponen beban belajar, baik untuk Sistem Paket maupun untuk SKS, sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1: Penetapan Beban Belajar sks di SMP/MTs berdasarkan pada Sistem Paket Kegiatan Sistem Paket Sistem SKS Tatap Muka 40 menit 40 menit Penugasan Terstruktur 50% x 40 menit = 40 menit Kegiatan Mandiri 20 menit 40 menit Jumlah 60 menit 120 menit Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menetapkan beban belajar 1 sks yaitu dengan formula sebagai berikut: Dengan demikian, beban belajar sks untuk SMP/MTs dengan mengacu pada rumus tersebut dapat ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban belajar 1 sks pada SKS sama dengan beban belajar 2 jam pembelajaran pada Sistem Paket. Agar lebih jelas lagi, dalam Tabel 2 disajikan contoh konversi kedua jenis beban pembelajaran tersebut. 8
  • 12. Tabel 2: Contoh Konversi Beban Belajar di SMP/MTs Sistem Paket SKS 2 jam pembelajaran 1 sks 4 jam pembelajaran 2 sks 6 jam pembelajaran 3 sks 8 jam pembelajaran 4 sks 2. Penetapan Beban Belajar sks untuk SMA/MA Sebelum menetapkan beban belajar sks untuk SMA/MA yaitu memadukan semua komponen beban belajar, baik untuk Sistem Paket maupun untuk SKS, sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 3. Tabel 3: Penetapan Beban Belajar sks di SMA/MA berdasarkan pada Sistem Paket Kegiatan Sistem Paket Sistem SKS Tatap muka 45 menit 45 menit Penugasan terstruktur 60% x 45 menit = 45 menit Kegiatan mandiri 27 menit 45 menit Jumlah 72 menit 135 menit Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menetapkan beban belajar 1 sks yaitu dengan formula sebagai berikut: Dengan demikian, beban belajar sks untuk SMA/MA dengan mengacu pada rumus tersebut dapat ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban belajar 1 sks pada SKS sama dengan beban belajar 1.88 jam pembelajaran pada Sistem Paket. Agar lebih jelas lagi, dalam Tabel 4 disajikan contoh konversi kedua jenis beban pembelajaran tersebut. Tabel 4: Contoh Konversi Beban Belajar di SMA/MA Sistem Paket SKS 1.88 jam pembelajaran 1 sks 3.76 jam pembelajaran 2 sks 5.64 jam pembelajaran 3 sks 7.52 jam pembelajaran 4 sks 9
  • 13. D. Beban Belajar Minimal dan Maksimal Agar proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan yang menggunakan SKS dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien perlu ditetapkan batas minimal dan maksimal beban belajar sks sebagai berikut: 1. Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik SMP/MTs yaitu minimal 102 sks dan maksimal 114 sks selama periode belajar 6 semester. 2. Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik SMA/MA yaitu minimal 114 sks dan maksimal 126 sks selama periode belajar 6 semester pada program IPA, IPS, Bahasa, dan Keagamaan. E. Komposisi Beban Belajar Komposisi beban belajar ini hanya berlaku untuk SMA/MA. Pengaturan komposisi ini disesuaikan dengan kompleksitas program penjurusan di SMA/MA. Dengan adanya komposisi beban belajar diharapkan agar penyelenggaraan SKS di SMA/MA dapat dilaksanakan secara variatif dan fleksibel. Penentuan komposisi beban belajar dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada batas minimal atau maksimal yang ditetapkan dalam sub bagian D. Tabel 5 memberikan contoh pengaturan komposisi beban belajar sebagai berikut. Tabel 5: Contoh Komposisi Beban Belajar Komposisi Beban Komponen Kurikulum Belajar 1. Mata pelajaran 80% 2. Muatan Lokal 10% 3. Pengembangan Diri 10% Dengan adanya komposisi ini sangat dimungkinkan bagi peserta didik untuk memperkirakan pemilihan mata pelajaran yang diikutinya di setiap semester. F. Kriteria Pengambilan Beban Belajar Pengambilan beban belajar dalam setiap semester oleh peserta didik memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Fleksibilitas dalam SKS yaitu peserta didik diberi keleluasaan untuk menentukan beban belajar pada setiap semester. 2. Pengambilan beban belajar oleh peserta didik didampingi oleh Pembimbing Akademik (Academic Adviser). 10
  • 14. 3. Kriteria yang digunakan untuk menentukan beban belajar bagi peserta didik yaitu: a. semester 1 mengambil mata pelajaran sesuai dengan Standar Isi; b. semester berikutnya mempertimbangkan Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh pada semester sebelumnya. 4. Peserta didik wajib menyelesaikan semua mata pelajaran yang tertuang dalam Standar Isi. 5. Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata pelajaran secara tuntas dengan prinsip ”on and off”, yaitu suatu mata pelajaran bisa diberikan hanya pada semester tertentu dengan mempertimbangkan ketuntasan kompetensi pada setiap semester. G. Penilaian, Penentuan Indeks Prestasi, dan Kelulusan Pengaturan mengenai penilaian, penentuan indeks prestasi, dan kelulusan adalah sebagaimana diuraikan di bawah ini. 1. Penilaian Penilaian setiap mata pelajaran menggunakan skala 0 - 10 dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. 2. Penentuan Indeks Prestasi (IP) a. SMP/MTs 1) Semua peserta didik menempuh semua mata pelajaran yang sama pada semester 1 sesuai dengan Standar Isi. 2) IP dihitung dengan rumus sebagai berikut: ∑ N x sks IP = Jumlah sks Keterangan: IP : Indeks Prestasi ΣN : Jumlah mata pelajaran sks : satuan kredit semester yang diambil untuk setiap mata pelajaran Jumlah sks : jumlah sks dalam satu semester 3) Peserta didik pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil sejumlah mata pelajaran dengan jumlah sks berdasarkan IP semester sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut: a) IP < 5.0 dapat mengambil maksimal 8 sks. b) IP 5.0 – 5.9 dapat mengambil maksimal 10 sks. 11
  • 15. c) IP 6.0 – 6.9 dapat mengambil maksimal 16 sks. d) IP 7.0 – 8.5 dapat mengambil maksimal 24 sks. e) IP > 8.5 dapat mengambil maksimal 32 sks. b. SMA/MA 1) Semua peserta didik menempuh semua mata pelajaran yang sama pada semester 1 sesuai dengan Standar Isi. 2) IP dihitung dengan rumus sebagai berikut: ∑ N x sks IP = Jumlah sks Keterangan: IP : Indeks Prestasi ΣN : Jumlah mata pelajaran sks : satuan kredit semester yang diambil untuk setiap mata pelajaran Jumlah sks : jumlah sks dalam satu semester 3) Peserta didik pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil sejumlah mata pelajaran dengan jumlah sks berdasarkan IP semester sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut: a) IP < 5.0 dapat mengambil maksimal 10 sks. b) IP 5.0 – 5.9 dapat mengambil maksimal 14 sks. c) IP 6.0 – 6.9 dapat mengambil maksimal 20 sks. d) IP 7.0 – 8.5 dapat mengambil maksimal 28 sks. e) IP > 8.5 dapat mengambil maksimal 36 sks. 4) Penjurusan dapat dilaksanakan mulai semester pertama tahun pertama. 3. Kelulusan a. Peserta didik dapat memanfaatkan semester pendek hanya untuk mengulang mata pelajaran yang gagal. b. Peserta didik SMA/MA dinyatakan lulus pada mata pelajaran utama dalam program studi apabila telah mencapai KKM 7.0. Sedang untuk mata pelajaran lain diatur oleh masing-masing satuan pendidikan dengan KKM minimum 6.0 yang secara bertahap meningkat menjadi 7.0 atau diatasnya. c. Peserta didik SMP/MTs dinyatakan lulus pada mata pelajaran apabila telah mencapai KKM 7.0. Satuan pendidikan dapat 12
  • 16. menetapkan KKM di bawah 7.0, minimum 6.0 yang secara bertahap meningkat menjadi 7.0 atau diatasnya. d. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS dapat dilakukan pada setiap akhir semester. e. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 72 ayat (1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: 1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; 2) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganewaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan; 3) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan 4) lulus Ujian Nasional. 13
  • 17. BAB IV PENUTUP Dengan dikeluarkannya Pedoman Penyelenggaraan SKS bagi SMP/MTs dan SMA/MA kategori mandiri dan bertaraf internasional, diharapkan bisa menyamakan persepsi, pemikiran, upaya, langkah-langkah, dan koordinasi serta supervise dalam penjaminan mutu. Kementerian Pendidikan Nasional bersama-sama dengan Dinas Pendidikan provinsi dan kabupaten/kota diharapkan memberikan layanan kepada satuan pendidikan yang melaksanakan SKS dengan dukungan kebijakan, perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan pengkoordinasian, pemantauan, dan pengevaluasian. 14