SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
SALINAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 158 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberian layanan pendidikan kepada
peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan,
perlu pengaturan penyelenggaraan Sistem Kredit Semester
pada satuan pendidikan jenjang Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penyelenggaraan
Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 2014;
-2-
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan
Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar
dan Menengah;
11. Peraturan Menteri Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
12. Peraturan Menteri Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
13. Peraturan Menteri Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
14. Peraturan Menteri Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan;
15. Peraturan Menteri Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan;
16. Peraturan Menteri Nomor 62 Tahun 2014 tentang
Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah;
17. Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2014 tentang
Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib
pada Pendidikan Dasar dan Menengah; dan
18. Peraturan Menteri Nomor 64 Tahun 2014 tentang
Peminatan pada Pendidikan Menengah;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Satuan pendidikan adalah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK).
-3-
2. Sistem Kredit Semester selanjutnya disebut SKS adalah bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya menentukan jumlah
beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada
satuan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan/kecepatan belajar.
3. Indeks Prestasi selanjutnya disebut IP adalah nilai akhir capaian
pembelajaran peserta didik pada akhir semester yang mencakup nilai
kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan.
Pasal 2
(1) SKS diselenggarakan dengan prinsip:
a. fleksibel;
b. keunggulan;
c. maju berkelanjutan; dan
d. keadilan.
(2) Prinsip fleksibel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
penyelenggaraan SKS dengan fleksibilitas pilihan mata pelajaran dan
waktu penyelesaian masa belajar yang memungkinkan peserta didik
menentukan dan mengatur strategi belajar secara mandiri.
(3) Prinsip keunggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan penyelenggaraan SKS yang memungkinkan peserta didik
memperoleh kesempatan belajar dan mencapai tingkat kemampuan
optimal sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar.
(4) Prinsip maju berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan penyelenggaraan SKS yang memungkinkan peserta didik
dapat langsung mengikuti muatan, mata pelajaran atau program lebih
lanjut tanpa terkendala oleh peserta didik lain.
(5) Prinsip keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan
penyelenggaraan SKS yang memungkinkan peserta didik mendapatkan
kesempatan untuk memperoleh perlakuan sesuai dengan kapasitas
belajar yang dimiliki dan prestasi belajar yang dicapainya secara
perseorangan.
Pasal 3
(1) SKS diselenggarakan melalui pengorganisasian pembelajaran bervariasi
dan pengelolaan waktu belajar yang fleksibel.
(2) Pengorganisasian pembelajaran bervariasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui penyediaan unit-unit pembelajaran utuh setiap
mata pelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik.
(3) Pengelolaan waktu belajar yang fleksibel sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui pengambilan beban belajar untuk unit-unit
pembelajaran utuh setiap mata pelajaran oleh peserta didik sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing.
Pasal 4
Pembelajaran dengan SKS dikelola dalam bentuk pembelajaran yang
berdiferensiasi bagi masing-masing kelompok peserta didik yang berbeda
kecepatan belajarnya.
-4-
Pasal 5
(1) Satuan pendidikan yang memiliki akreditasi A dari Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/Madrasah dapat menerapkan SKS dalam
penyelenggaraan pendidikan.
(2) Penerapan SKS oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara bertahap mulai Kelas VII pada SMP/MTs atau
Kelas X pada SMA/MA/SMK/MAK.
Pasal 6
(1) Satuan pendidikan penyelenggara SKS wajib menyediakan guru
pembimbing akademik.
(2) Guru pembimbing akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggung jawab terhadap aspek akademik bagi peserta didik sejak
semester pertama sampai dengan semester akhir.
(3) Satuan pendidikan dapat mengganti guru pembimbing akademik sesuai
dengan kebutuhan.
Pasal 7
Pengambilan beban belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
menggunakan kriteria:
a. prestasi yang dicapai pada satuan pendidikan sebelumnya untuk
pengambilan beban belajar pada semester 1; atau
b. IP yang diperoleh pada semester sebelumnya untuk pengambilan beban
belajar pada semester berikutnya.
Pasal 8
(1) Peserta didik SMP pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil
beban belajar berdasarkan IP semester sebelumnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dengan ketentuan sebagai berikut:
a. IP < 2,67 dapat mengambil beban belajar paling banyak 40 jam
pelajaran;
b. IP 2,67 – 3,33 dapat mengambil beban belajar paling banyak 48 jam
pelajaran;
c. IP 3,34 – 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 56 jam
pelajaran; dan
d. IP > 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 64 jam
pelajaran.
(2) Peserta didik SMA pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil
beban belajar berdasarkan IP semester sebelumnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dengan ketentuan sebagai berikut:
a. IP < 2,67 dapat mengambil beban belajar paling banyak 46 jam
pelajaran;
b. IP 2,67 – 3,33 dapat mengambil beban belajar paling banyak 54 jam
pelajaran;
c. IP 3,34 – 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 62 jam
pelajaran; dan
d. IP > 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 70 jam
pelajaran.
-5-
(3) Peserta didik SMK pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil
beban belajar berdasarkan IP semester sebelumnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dengan ketentuan sebagai berikut:
a. IP < 2,67 dapat mengambil beban belajar paling banyak 50 jam
pelajaran;
b. IP 2,67 – 3,33 dapat mengambil beban belajar paling banyak 57 jam
pelajaran;
c. IP 3,34 – 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 64 jam
pelajaran; dan
d. IP > 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 72 jam
pelajaran.
(4) Selain ketentuan nilai kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
pengambilan jumlah jam pelajaran dapat dilakukan dengan syarat nilai
kompetensi sikap paling rendah Baik (B).
Pasal 9
Kegiatan tatap muka dalam beban belajar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dan Pasal 8 bagi peserta didik yang memiliki kecepatan belajar di atas
rata-rata yang ditunjukkan dengan IP > 3,55 durasi setiap satu jam pelajaran
dapat dilaksanakan selama 30 menit.
Pasal 10
(1) Setiap peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan/kecepatan belajar dapat menyelesaikan program belajar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 paling cepat 4 (empat) semester
dan paling lambat 8 (delapan) semester.
(2) Penyelenggaraan program belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing.
Pasal 11
Pengambilan beban belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 untuk MTs,
MA, dan MAK diatur lebih lanjut oleh Kementerian Agama.
Pasal 12
Kredit yang diperoleh dari mata pelajaran pendalaman minat di perguruan
tinggi diperhitungkan dalam pemenuhan beban belajar dan penghitungan IP
peserta didik.
Pasal 13
Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS
dapat dilakukan pada setiap akhir semester.
Pasal 14
(1) Beban belajar yang telah diambil oleh peserta didik yang pindah dari
satuan pendidikan antarpenyelenggara SKS, penyelenggara SKS ke
penyelenggara sistem paket, atau penyelenggara sistem paket ke
penyelenggara SKS diakui secara penuh.
(2) Sistem paket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya mengikuti beban
belajar dan mata pelajaran sesuai dengan yang tercantum dalam Struktur
Kurikulum.
-6-
Pasal 15
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi penyelenggaraan SKS
di satuan pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Pasal 16
Semua ketentuan tentang SKS pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah dalam Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum Peraturan
Menteri ini berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 17
Satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS wajib menyesuaikan dengan
ketentuan peraturan menteri ini paling lambat tahun ajaran 2015/2016 mulai
Kelas VII pada SMP/MTs atau Kelas X pada SMA/MA/SMK/MAK.
Pasal 18
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1691
Salinan sesuai dengan aslinya.
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
TTD.
Ani Nurdiani Azizah
NIP 195812011986032001

More Related Content

What's hot

What's hot (12)

Permen no-59-tahun-2011-ttg-un
Permen no-59-tahun-2011-ttg-unPermen no-59-tahun-2011-ttg-un
Permen no-59-tahun-2011-ttg-un
 
Pp no 4 th 2014 penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pengelolaan perguruan t...
Pp no 4 th 2014 penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pengelolaan perguruan t...Pp no 4 th 2014 penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pengelolaan perguruan t...
Pp no 4 th 2014 penyelenggaraan pendidikan tinggi dan pengelolaan perguruan t...
 
Permendikbud nomor 59 tahun 2011 kriteria kelulusan
Permendikbud nomor 59 tahun 2011 kriteria kelulusanPermendikbud nomor 59 tahun 2011 kriteria kelulusan
Permendikbud nomor 59 tahun 2011 kriteria kelulusan
 
Permen Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMK
Permen Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMKPermen Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMK
Permen Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMK
 
Permen tahun2014 nomor017 pendirian perguruan tinggi negeri
Permen tahun2014 nomor017 pendirian perguruan tinggi negeriPermen tahun2014 nomor017 pendirian perguruan tinggi negeri
Permen tahun2014 nomor017 pendirian perguruan tinggi negeri
 
Permen no-3-tahun-2013
Permen no-3-tahun-2013Permen no-3-tahun-2013
Permen no-3-tahun-2013
 
Permen no 3 th 2013 un
Permen no 3 th 2013 unPermen no 3 th 2013 un
Permen no 3 th 2013 un
 
Permen tahun2013 nomor97 kriteria kelulusan, peserta didik, un
Permen tahun2013 nomor97 kriteria kelulusan, peserta didik, unPermen tahun2013 nomor97 kriteria kelulusan, peserta didik, un
Permen tahun2013 nomor97 kriteria kelulusan, peserta didik, un
 
Permen No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum SD
Permen No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum SDPermen No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum SD
Permen No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum SD
 
Ktsp smpn 2 2012 rehab
Ktsp smpn 2 2012 rehabKtsp smpn 2 2012 rehab
Ktsp smpn 2 2012 rehab
 
PERMEN NO 4 TH 2015 TTG Ekuivalensikegiatanguruperubahankurikulum
PERMEN NO 4 TH 2015 TTG EkuivalensikegiatanguruperubahankurikulumPERMEN NO 4 TH 2015 TTG Ekuivalensikegiatanguruperubahankurikulum
PERMEN NO 4 TH 2015 TTG Ekuivalensikegiatanguruperubahankurikulum
 
Permendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UN
Permendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UNPermendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UN
Permendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UN
 

Viewers also liked

New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word document
Puujee Puujee
 
Bán căn hộ TOPAZ CITY liền kề quận 1- 100% căn góc- trả góp không lãi suất
Bán căn hộ TOPAZ CITY liền kề quận 1- 100% căn góc- trả góp không lãi suất Bán căn hộ TOPAZ CITY liền kề quận 1- 100% căn góc- trả góp không lãi suất
Bán căn hộ TOPAZ CITY liền kề quận 1- 100% căn góc- trả góp không lãi suất
nguyennguyenanh
 

Viewers also liked (11)

New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word document
 
การอบรมพัฒนาศักยภาพผู้เข้าประกวด โครงการเตรียมความพร้อมสู่ประชาคมอาเซียนฯ
การอบรมพัฒนาศักยภาพผู้เข้าประกวด โครงการเตรียมความพร้อมสู่ประชาคมอาเซียนฯการอบรมพัฒนาศักยภาพผู้เข้าประกวด โครงการเตรียมความพร้อมสู่ประชาคมอาเซียนฯ
การอบรมพัฒนาศักยภาพผู้เข้าประกวด โครงการเตรียมความพร้อมสู่ประชาคมอาเซียนฯ
 
Work3-38
Work3-38Work3-38
Work3-38
 
International Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and DevelopmentInternational Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and Development
 
Bán căn hộ TOPAZ CITY liền kề quận 1- 100% căn góc- trả góp không lãi suất
Bán căn hộ TOPAZ CITY liền kề quận 1- 100% căn góc- trả góp không lãi suất Bán căn hộ TOPAZ CITY liền kề quận 1- 100% căn góc- trả góp không lãi suất
Bán căn hộ TOPAZ CITY liền kề quận 1- 100% căn góc- trả góp không lãi suất
 
RET visit Young Railway Professionals 17052013
RET visit Young Railway Professionals 17052013RET visit Young Railway Professionals 17052013
RET visit Young Railway Professionals 17052013
 
Mongnis - Mỹ Phẩm công nghệ siêu phân tử Peptide (Ruan - Korea)
Mongnis - Mỹ Phẩm công nghệ siêu phân tử Peptide (Ruan - Korea)Mongnis - Mỹ Phẩm công nghệ siêu phân tử Peptide (Ruan - Korea)
Mongnis - Mỹ Phẩm công nghệ siêu phân tử Peptide (Ruan - Korea)
 
11 iu kulch_ua
11 iu kulch_ua11 iu kulch_ua
11 iu kulch_ua
 
Untitled002.PDF
Untitled002.PDFUntitled002.PDF
Untitled002.PDF
 
Minit mesyuarat 2
Minit mesyuarat 2Minit mesyuarat 2
Minit mesyuarat 2
 
VoguePay Profile
VoguePay ProfileVoguePay Profile
VoguePay Profile
 

Similar to Permendikbud tahun2014 nomor158

Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019.pdf
Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019.pdfPermendikbud Nomor 43 Tahun 2019.pdf
Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019.pdf
HartiRahayu3
 
Permen 59 tahun 2011 tentang Ujian Nasional
Permen 59 tahun 2011 tentang Ujian NasionalPermen 59 tahun 2011 tentang Ujian Nasional
Permen 59 tahun 2011 tentang Ujian Nasional
Badrus Siroj
 
Permen no-3-th-2013-un
Permen no-3-th-2013-unPermen no-3-th-2013-un
Permen no-3-th-2013-un
Ayu Anggraeni
 
Permendikbud no. 97 tahun 2013
Permendikbud no. 97 tahun 2013Permendikbud no. 97 tahun 2013
Permendikbud no. 97 tahun 2013
Joko Supriyanto
 
Permendikbud no-97-tahun-2013
Permendikbud no-97-tahun-2013Permendikbud no-97-tahun-2013
Permendikbud no-97-tahun-2013
Hasto Harjadi
 
Permen Nomor 87 tahun 2013
Permen Nomor 87 tahun 2013 Permen Nomor 87 tahun 2013
Permen Nomor 87 tahun 2013
Reni Nazta
 
Permendikbud tahun2014 nomor103 pembelajaran
Permendikbud tahun2014 nomor103 pembelajaranPermendikbud tahun2014 nomor103 pembelajaran
Permendikbud tahun2014 nomor103 pembelajaran
Winarto Winartoap
 
Permen no 4_tahun_2015_ttg_ekuivalensi_kegiatan__guru_perubahan_kurikulum
Permen no 4_tahun_2015_ttg_ekuivalensi_kegiatan__guru_perubahan_kurikulumPermen no 4_tahun_2015_ttg_ekuivalensi_kegiatan__guru_perubahan_kurikulum
Permen no 4_tahun_2015_ttg_ekuivalensi_kegiatan__guru_perubahan_kurikulum
Hilmi Hasan
 

Similar to Permendikbud tahun2014 nomor158 (20)

Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019.pdf
Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019.pdfPermendikbud Nomor 43 Tahun 2019.pdf
Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019.pdf
 
Permen no-59-tahun-2011-ttg-un
Permen no-59-tahun-2011-ttg-unPermen no-59-tahun-2011-ttg-un
Permen no-59-tahun-2011-ttg-un
 
Permen 59 tahun 2011 tentang Ujian Nasional
Permen 59 tahun 2011 tentang Ujian NasionalPermen 59 tahun 2011 tentang Ujian Nasional
Permen 59 tahun 2011 tentang Ujian Nasional
 
KRITERIA KELULUSAN UJIAN NASIONAL
KRITERIA KELULUSAN UJIAN NASIONALKRITERIA KELULUSAN UJIAN NASIONAL
KRITERIA KELULUSAN UJIAN NASIONAL
 
Permen no-3-th-2013-un
Permen no-3-th-2013-unPermen no-3-th-2013-un
Permen no-3-th-2013-un
 
Permen no-3-tahun-2013
Permen no-3-tahun-2013Permen no-3-tahun-2013
Permen no-3-tahun-2013
 
Salinan permen nomor 97 th 2013
Salinan permen nomor 97 th 2013Salinan permen nomor 97 th 2013
Salinan permen nomor 97 th 2013
 
Permen tahun2013 nomor97 kriteria kelulusan peserta didik dari satuan pendidi...
Permen tahun2013 nomor97 kriteria kelulusan peserta didik dari satuan pendidi...Permen tahun2013 nomor97 kriteria kelulusan peserta didik dari satuan pendidi...
Permen tahun2013 nomor97 kriteria kelulusan peserta didik dari satuan pendidi...
 
Permendikbud no. 97 tahun 2013
Permendikbud no. 97 tahun 2013Permendikbud no. 97 tahun 2013
Permendikbud no. 97 tahun 2013
 
Permendikbud no-97-tahun-2013
Permendikbud no-97-tahun-2013Permendikbud no-97-tahun-2013
Permendikbud no-97-tahun-2013
 
Permendiknas no 87 thn 2013 ttg ppg
Permendiknas no 87 thn 2013 ttg ppgPermendiknas no 87 thn 2013 ttg ppg
Permendiknas no 87 thn 2013 ttg ppg
 
Permen tahun2013 nomor87 ttg PPGuru
Permen tahun2013 nomor87 ttg PPGuruPermen tahun2013 nomor87 ttg PPGuru
Permen tahun2013 nomor87 ttg PPGuru
 
Permen Nomor 87 tahun 2013
Permen Nomor 87 tahun 2013 Permen Nomor 87 tahun 2013
Permen Nomor 87 tahun 2013
 
permen tahun 2013 nomor 87 Tentang Program Pendidikan Profesi Guru
permen tahun 2013 nomor 87 Tentang Program Pendidikan Profesi Gurupermen tahun 2013 nomor 87 Tentang Program Pendidikan Profesi Guru
permen tahun 2013 nomor 87 Tentang Program Pendidikan Profesi Guru
 
Permen tahun2013 nomor87
Permen tahun2013 nomor87Permen tahun2013 nomor87
Permen tahun2013 nomor87
 
Permen Kemendikbud Nomor 87 Tahun 2013
Permen Kemendikbud Nomor 87 Tahun 2013Permen Kemendikbud Nomor 87 Tahun 2013
Permen Kemendikbud Nomor 87 Tahun 2013
 
Permendikbud tahun2014 nomor103 pembelajaran
Permendikbud tahun2014 nomor103 pembelajaranPermendikbud tahun2014 nomor103 pembelajaran
Permendikbud tahun2014 nomor103 pembelajaran
 
Permendikbud no-103-tahun-2014
Permendikbud no-103-tahun-2014Permendikbud no-103-tahun-2014
Permendikbud no-103-tahun-2014
 
Permendikbud no. 4 tahun 2015
Permendikbud no. 4 tahun 2015Permendikbud no. 4 tahun 2015
Permendikbud no. 4 tahun 2015
 
Permen no 4_tahun_2015_ttg_ekuivalensi_kegiatan__guru_perubahan_kurikulum
Permen no 4_tahun_2015_ttg_ekuivalensi_kegiatan__guru_perubahan_kurikulumPermen no 4_tahun_2015_ttg_ekuivalensi_kegiatan__guru_perubahan_kurikulum
Permen no 4_tahun_2015_ttg_ekuivalensi_kegiatan__guru_perubahan_kurikulum
 

More from Erlita Izzatunnisa (10)

Permendikbud no-159-thn-2014
Permendikbud no-159-thn-2014Permendikbud no-159-thn-2014
Permendikbud no-159-thn-2014
 
Permendikbud no-105-tahun-2014
Permendikbud no-105-tahun-2014Permendikbud no-105-tahun-2014
Permendikbud no-105-tahun-2014
 
Permendikbud no-104-tahun-2014
Permendikbud no-104-tahun-2014Permendikbud no-104-tahun-2014
Permendikbud no-104-tahun-2014
 
Permendikbud no-103-tahun-2014
Permendikbud no-103-tahun-2014Permendikbud no-103-tahun-2014
Permendikbud no-103-tahun-2014
 
Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014-2
Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014-2Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014-2
Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014-2
 
Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014-1
Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014-1Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014-1
Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014-1
 
Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-105-tahun-2014
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
 
010. penilaian otentik_k-13
010. penilaian otentik_k-13010. penilaian otentik_k-13
010. penilaian otentik_k-13
 
Undang undang-no-20-tentang-sisdiknas
Undang undang-no-20-tentang-sisdiknasUndang undang-no-20-tentang-sisdiknas
Undang undang-no-20-tentang-sisdiknas
 

Recently uploaded

Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANGMESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
MESYUARAT KURIKULUM BIL 1/2024 SEKOLAH KEBANGSAAN SRI SERDANG
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 

Permendikbud tahun2014 nomor158

  • 1. SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberian layanan pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan, perlu pengaturan penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada satuan pendidikan jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014;
  • 2. -2- 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014; 6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014; 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah; 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah; 11. Peraturan Menteri Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah; 12. Peraturan Menteri Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah; 13. Peraturan Menteri Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah; 14. Peraturan Menteri Nomor 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan; 15. Peraturan Menteri Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; 16. Peraturan Menteri Nomor 62 Tahun 2014 tentang Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah; 17. Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Menengah; dan 18. Peraturan Menteri Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Satuan pendidikan adalah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
  • 3. -3- 2. Sistem Kredit Semester selanjutnya disebut SKS adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya menentukan jumlah beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar. 3. Indeks Prestasi selanjutnya disebut IP adalah nilai akhir capaian pembelajaran peserta didik pada akhir semester yang mencakup nilai kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Pasal 2 (1) SKS diselenggarakan dengan prinsip: a. fleksibel; b. keunggulan; c. maju berkelanjutan; dan d. keadilan. (2) Prinsip fleksibel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan penyelenggaraan SKS dengan fleksibilitas pilihan mata pelajaran dan waktu penyelesaian masa belajar yang memungkinkan peserta didik menentukan dan mengatur strategi belajar secara mandiri. (3) Prinsip keunggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan penyelenggaraan SKS yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan belajar dan mencapai tingkat kemampuan optimal sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar. (4) Prinsip maju berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan penyelenggaraan SKS yang memungkinkan peserta didik dapat langsung mengikuti muatan, mata pelajaran atau program lebih lanjut tanpa terkendala oleh peserta didik lain. (5) Prinsip keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan penyelenggaraan SKS yang memungkinkan peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memperoleh perlakuan sesuai dengan kapasitas belajar yang dimiliki dan prestasi belajar yang dicapainya secara perseorangan. Pasal 3 (1) SKS diselenggarakan melalui pengorganisasian pembelajaran bervariasi dan pengelolaan waktu belajar yang fleksibel. (2) Pengorganisasian pembelajaran bervariasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penyediaan unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik. (3) Pengelolaan waktu belajar yang fleksibel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pengambilan beban belajar untuk unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran oleh peserta didik sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Pasal 4 Pembelajaran dengan SKS dikelola dalam bentuk pembelajaran yang berdiferensiasi bagi masing-masing kelompok peserta didik yang berbeda kecepatan belajarnya.
  • 4. -4- Pasal 5 (1) Satuan pendidikan yang memiliki akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah dapat menerapkan SKS dalam penyelenggaraan pendidikan. (2) Penerapan SKS oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap mulai Kelas VII pada SMP/MTs atau Kelas X pada SMA/MA/SMK/MAK. Pasal 6 (1) Satuan pendidikan penyelenggara SKS wajib menyediakan guru pembimbing akademik. (2) Guru pembimbing akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab terhadap aspek akademik bagi peserta didik sejak semester pertama sampai dengan semester akhir. (3) Satuan pendidikan dapat mengganti guru pembimbing akademik sesuai dengan kebutuhan. Pasal 7 Pengambilan beban belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) menggunakan kriteria: a. prestasi yang dicapai pada satuan pendidikan sebelumnya untuk pengambilan beban belajar pada semester 1; atau b. IP yang diperoleh pada semester sebelumnya untuk pengambilan beban belajar pada semester berikutnya. Pasal 8 (1) Peserta didik SMP pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil beban belajar berdasarkan IP semester sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dengan ketentuan sebagai berikut: a. IP < 2,67 dapat mengambil beban belajar paling banyak 40 jam pelajaran; b. IP 2,67 – 3,33 dapat mengambil beban belajar paling banyak 48 jam pelajaran; c. IP 3,34 – 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 56 jam pelajaran; dan d. IP > 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 64 jam pelajaran. (2) Peserta didik SMA pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil beban belajar berdasarkan IP semester sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dengan ketentuan sebagai berikut: a. IP < 2,67 dapat mengambil beban belajar paling banyak 46 jam pelajaran; b. IP 2,67 – 3,33 dapat mengambil beban belajar paling banyak 54 jam pelajaran; c. IP 3,34 – 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 62 jam pelajaran; dan d. IP > 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 70 jam pelajaran.
  • 5. -5- (3) Peserta didik SMK pada semester 2 dan seterusnya dapat mengambil beban belajar berdasarkan IP semester sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dengan ketentuan sebagai berikut: a. IP < 2,67 dapat mengambil beban belajar paling banyak 50 jam pelajaran; b. IP 2,67 – 3,33 dapat mengambil beban belajar paling banyak 57 jam pelajaran; c. IP 3,34 – 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 64 jam pelajaran; dan d. IP > 3,66 dapat mengambil beban belajar paling banyak 72 jam pelajaran. (4) Selain ketentuan nilai kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), pengambilan jumlah jam pelajaran dapat dilakukan dengan syarat nilai kompetensi sikap paling rendah Baik (B). Pasal 9 Kegiatan tatap muka dalam beban belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 bagi peserta didik yang memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata yang ditunjukkan dengan IP > 3,55 durasi setiap satu jam pelajaran dapat dilaksanakan selama 30 menit. Pasal 10 (1) Setiap peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajar dapat menyelesaikan program belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 paling cepat 4 (empat) semester dan paling lambat 8 (delapan) semester. (2) Penyelenggaraan program belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing. Pasal 11 Pengambilan beban belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 untuk MTs, MA, dan MAK diatur lebih lanjut oleh Kementerian Agama. Pasal 12 Kredit yang diperoleh dari mata pelajaran pendalaman minat di perguruan tinggi diperhitungkan dalam pemenuhan beban belajar dan penghitungan IP peserta didik. Pasal 13 Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS dapat dilakukan pada setiap akhir semester. Pasal 14 (1) Beban belajar yang telah diambil oleh peserta didik yang pindah dari satuan pendidikan antarpenyelenggara SKS, penyelenggara SKS ke penyelenggara sistem paket, atau penyelenggara sistem paket ke penyelenggara SKS diakui secara penuh. (2) Sistem paket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya mengikuti beban belajar dan mata pelajaran sesuai dengan yang tercantum dalam Struktur Kurikulum.
  • 6. -6- Pasal 15 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi penyelenggaraan SKS di satuan pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pasal 16 Semua ketentuan tentang SKS pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah dalam Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. Pasal 17 Satuan pendidikan yang menyelenggarakan SKS wajib menyesuaikan dengan ketentuan peraturan menteri ini paling lambat tahun ajaran 2015/2016 mulai Kelas VII pada SMP/MTs atau Kelas X pada SMA/MA/SMK/MAK. Pasal 18 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, TTD. MOHAMMAD NUH Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, TTD. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1691 Salinan sesuai dengan aslinya. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, TTD. Ani Nurdiani Azizah NIP 195812011986032001