TRANSFORMASI PERAN BARU PENGAWAS SEKOLAH.pptxssuser20325c
Lahirnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2023 tentang Jabatan Fungsional telah membuka babak baru bagi Pengawas Sekolah. Hal ini selaras dengan tema yang diusung oleh APSI (Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia) Pusat pada tanggal 9 sd 11 Maret 2023 "Babak Baru Peran Pengawas Sekolah yang Adaptif dan Inovatif Pasca Permenpan-RP Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Jabatan Fungsional" Pengawas Sekolah bukan lagi sebagai pengedali administrasi namun sebagai pendamping bagi sekolah binaannya. Sebagaimana dimaksudkan pada Permenpan-RP No 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya yang telah dicabut oleh Permenpan-RB Nomor 1 Tahun 2023 tersebut, bahwa tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial yang meliputi pembinaan, pemantauan, penilaian, dan pembingan dan pelatihan (Bimlat). Tugas pokok ini menjadi babak lama bagi Pengawas Sekolah. Babak baru tugas Pengawas Sekolah adalah melaksanakan kegiatan pendanpingan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah binaan, meliputi 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan kerja, pendampingan perencanaan program sekolah, pendampingan pelaksanaan program sekolah, dan pelaporan kinerja yang bersiklus. Artinya, hasil pelaporan kinerja akan digunakan untuk dasar penyusunan perencanaan kerja berikutnya.
Tugas pokok Pengawas Sekolah babak lama, adalah menyusun Program Kepengawasan dan Program Bimlat, selanjutnya dilaksanakan dan dilaporkan. Hasil kegiatan tersebut berupa 8, 10, dan 12 dokumen/laporan untuk Pengawas Sekolah Muda, Madya, dan Utama. Babak baru tidak membedakan jumlah luaran kerja Pengawas Sekolah. Semua jenjang mulai dari pengawas ahli pertama, muda, madya, dan utama jumlah luaran atau produk kinerjanya sama yang berbeda adalah tingkat kompleksitas karena disesuaikan dengan tingkatan jenjang jabatan. Tugas pokok babak baru meliputi 4 (empat), yaitu perencanaan kerja, pendampingan perencanaan program sekolah, pendampingan pelaksanaan program sekolah, dan pelaporan kinerja. Pada tulisan ini lebih menggambarkan praktikk baik menerapkan babak baru sebagai pengawas sekolah ahli utama.
Upaya melakukan pendampingan penguatan perubahan berbasis rapor pendidikan selama 3 (tigas) bulan telah mulai menampakkan hasilnya. Peningkatan kemampuan sekolah dalam membuat keputusan dan tindakan yang tepat guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah mulai tampak. Pendampingan yang lebih intensif dan berkelanjutan tentunya diperlukan agar program sekolah dapat disusun dengan lebih baik dan tepat sasaran. Diperlukan pula upaya untuk mengubah mindset warga sekolah melalui berbagai kegiatan yang ada rekomendasi rapor pendidikan. Kegiatan Identifikasi, Refleksi, dan Benahi (IRB) yang ada di rekomendasi hasil rapor pendidikan sangat membantu tugas pengawas sekolah babak baru mengarahkan sekolah menuju perbaikan yang lebih spesifik dan berdampak nyata.
Selain itu, dalam proses pendampingan perlu diperhatikan juga as
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi sefgala aspek sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam roses belajarn mengajar.
TRANSFORMASI PERAN BARU PENGAWAS SEKOLAH.pptxssuser20325c
Lahirnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2023 tentang Jabatan Fungsional telah membuka babak baru bagi Pengawas Sekolah. Hal ini selaras dengan tema yang diusung oleh APSI (Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia) Pusat pada tanggal 9 sd 11 Maret 2023 "Babak Baru Peran Pengawas Sekolah yang Adaptif dan Inovatif Pasca Permenpan-RP Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Jabatan Fungsional" Pengawas Sekolah bukan lagi sebagai pengedali administrasi namun sebagai pendamping bagi sekolah binaannya. Sebagaimana dimaksudkan pada Permenpan-RP No 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya yang telah dicabut oleh Permenpan-RB Nomor 1 Tahun 2023 tersebut, bahwa tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial yang meliputi pembinaan, pemantauan, penilaian, dan pembingan dan pelatihan (Bimlat). Tugas pokok ini menjadi babak lama bagi Pengawas Sekolah. Babak baru tugas Pengawas Sekolah adalah melaksanakan kegiatan pendanpingan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah binaan, meliputi 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan kerja, pendampingan perencanaan program sekolah, pendampingan pelaksanaan program sekolah, dan pelaporan kinerja yang bersiklus. Artinya, hasil pelaporan kinerja akan digunakan untuk dasar penyusunan perencanaan kerja berikutnya.
Tugas pokok Pengawas Sekolah babak lama, adalah menyusun Program Kepengawasan dan Program Bimlat, selanjutnya dilaksanakan dan dilaporkan. Hasil kegiatan tersebut berupa 8, 10, dan 12 dokumen/laporan untuk Pengawas Sekolah Muda, Madya, dan Utama. Babak baru tidak membedakan jumlah luaran kerja Pengawas Sekolah. Semua jenjang mulai dari pengawas ahli pertama, muda, madya, dan utama jumlah luaran atau produk kinerjanya sama yang berbeda adalah tingkat kompleksitas karena disesuaikan dengan tingkatan jenjang jabatan. Tugas pokok babak baru meliputi 4 (empat), yaitu perencanaan kerja, pendampingan perencanaan program sekolah, pendampingan pelaksanaan program sekolah, dan pelaporan kinerja. Pada tulisan ini lebih menggambarkan praktikk baik menerapkan babak baru sebagai pengawas sekolah ahli utama.
Upaya melakukan pendampingan penguatan perubahan berbasis rapor pendidikan selama 3 (tigas) bulan telah mulai menampakkan hasilnya. Peningkatan kemampuan sekolah dalam membuat keputusan dan tindakan yang tepat guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah mulai tampak. Pendampingan yang lebih intensif dan berkelanjutan tentunya diperlukan agar program sekolah dapat disusun dengan lebih baik dan tepat sasaran. Diperlukan pula upaya untuk mengubah mindset warga sekolah melalui berbagai kegiatan yang ada rekomendasi rapor pendidikan. Kegiatan Identifikasi, Refleksi, dan Benahi (IRB) yang ada di rekomendasi hasil rapor pendidikan sangat membantu tugas pengawas sekolah babak baru mengarahkan sekolah menuju perbaikan yang lebih spesifik dan berdampak nyata.
Selain itu, dalam proses pendampingan perlu diperhatikan juga as
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi sefgala aspek sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam roses belajarn mengajar.
Jurnal yang membahas tentang analisis kebijakan penguatan pendidikan karakter dalam mewujudkan pelajar Pancasila di sekolah.
Mata kuliah Kebijakan Pendidikan Islam
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. TIM PENYUSUN
Pengarah:
H. Dedi Supandi, S.STP., M.Si.
(Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat)
Dr. Firman Oktora, S.Si., M.Pd.
(Kepala Cabang Pendidikan Wilayah VII )
Penyunting
Dr. Hj. Siti Sadiah Yuningsih, M.M.Pd.
Nanang Wardhana, S.E., M.M.
(Analis Kebijakan Ahli Muda Cabang Pendidikan Wilayah VII)
Pengawas Cabang Pendidikan Wilayah VII
Hj. Heti Aisah, S.Pd., M.Pd
(Pengawas Madya Sekolah Menengah Atas)
N. E Julaeha Mardiah, S.Pd., M.M.Pd
(Pengawas Madya Sekolah Luar Biasa)
Dra. Lismaryani Bertin, M.Pd.I
(Pengawas Madya Sekolah Menengah Kejuruan)
Tim Penyusun
Eka Rachman, S.Kom., M.M.Pd.
Yulius Maulana, S.Pd.
Dra.R.Dewi Lengkawati
Meilia Ariviantty, Amd. TW, S.Pd.
Ranu Sudarmansyah, M.Pd.Gr.
Tim Pengolah Data dan Informasi
Ayu Dwi Yuniarti RN, M.Pd
Ratna Kurniati, Amd. TW, S.Pd.
Mikeu Hidayat, S.Pd
Elin Marlina, S.Pd
Sri Sudiati, S.Pd
Momo Suratma, S. Pd
Erwin, S.Pd
Henri Gunawan, S.Pd
Wildan Salam, S.I.Kom
Desain sampul & Tata Letak
Ranu Sudarmansyah, M.Pd.Gr.
4. iv
KATA SAMBUTAN
Assalamualaikum Wr. Wb
Ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala bentuk kenikmatan
yang Tuhan berikan kepada kita, termasuk kenikmatan dalam bentuk telah selesainya
penyusunan panduan Gerakan 7 Harkat. Saya menyambut dengan bangga serta
antusias terbitnya Panduan 7 Harkat ini yang memuat langkah-langkah pelaksanaan
pendidikan karakter di satuan pendidikan. Panduan 7 Harkat disusun oleh pihak-
pihak yang kompeten dan melalui proses yang tidak mudah. Oleh karena itu saya
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh
penyusun dan pihak terlibat yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan
ilmu pengetahuannya demi rampungnya panduan ini.
Tujuan dari Panduan 7 Harkat adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan
karakter positif peserta didik melalui pembentukan budaya sekolah selaras dengan
implementasi Jabar Masagi dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila di Cabang
Pendidikan Wilayah VII. Tujuan ini diejawantahkan dalam bentuk kegiatan yang
terbagi kedalam 7 hari dengan tema yang berbeda setiap harinya. Kegiatan yang akan
membangun karakter peserta didik melalui budaya sekolah yang dibangun dari
pembiasaan dan dilaksanakan secara masif.
Harapan kami Panduan 7 Harkat ini menjadi inspirasi bagi semua satuan pendidikan
untuk secara terus menerus melaksanakan pendidikan karakter di tempatnya
masing-masing, dengan melakukan kegiatan yang tidak mengada-ada tapi
menghidupkan yang ada untuk mendidik generasi bangsa yang juara.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Cimahi, 28 Oktober 2022
Kepala Cabang Pendidikan Wilayah VII
Dr. Firman Oktora, S.Si., M.Pd.
5. v
KATA PENGANTAR
Gerakan 7 Harkat (Hari Berkarakter) adalah gerakan penumbuhan dan
pengembangan karakter terdiri dari tujuh tema kegiatan berbeda setiap
harinya dalam satu pekan. Gerakan 7 Harkat diharapkan menjadi inspirasi yang
mampu memicu kegiatan-kegiatan di satuan pendidikan yang dilaksanakan secara
serentak dan masif dengan tujuan utama membangun pembiasaan untuk
menumbuhkan karakter positif peserta didik di satuan pendidikan.
Satuan pendidikan diberikan kebebasan untuk melaksanakan minimal salah satu
jenis kegiatan setiap harinya dan disesuaikan dengan tema hari yang sedang berjalan.
Seperti diungkapkan oleh Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-St, dalam
Bulletin Caharacter educator yang diterbitkan oleh Character Education Partnership, hasil
penelitiannya menyatakan bahwa motivasi peserta didik akan mengalami
peningkatan dalam meraih prestasi akademik pada satuan pendidikan yang
melaksanakan pendidikan karakter. Penelitian ilmiah ini menjadi salah satu bukti
betapa pentingnya pendidikan karakter di satuan pendidikan.
Pendidikan karakter sebenarnya sudah jelas telah menjadi salah satu fokus utama
selain materi esensial dan kompetensi peserta didik yang ada dalam Kurikulum
Merdeka dengan tujuan untuk mengasah minat dan bakat peserta didik.
Hal ini selaras dengan Kurikulum Masagi yang dikembangkan di satuan pendidikan
di Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kebahagiaan/kabagjaan (wellbeing) peserta
didik melalui proses pendidikan kecakapan hidup dengan penguatan karakter positif
berbasis kearifan budaya lokal Jawa Barat.
Oleh karena itu Gerakan 7 Harkat ini beserta kurikulum yang sedang digunakan
adalah sebuah sinergi dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan. Dalam hal
ini nampak bahwa proses penumbuhan karakter positif peserta didik bisa dilakukan
bersama-sama oleh seluruh satuan pendidikan dengan cara yang mudah,
menyenangkan dan penuh semangat untuk menghasilkan manusia yang berkualitas,
sebagai implementasi Kurikulum Masagi serta mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Akhir kata ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemudian ucapan
terima kasih dan apresiasi yang sebesar besarnya untuk tim penyusun serta semua
pihak yang telah membantu penyusunan panduan ini.
Bandung, 28 Oktober 2022
Penyusun
6. DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN.......................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Rasional .......................................................................................................................................1
B. Dasar Hukum..............................................................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................................................4
D. Hasil Yang Diharapkan ............................................................................................................4
BAB II KESELARASAN GERAKAN 7 HARKAT DENGAN KURIKULUM MERDEKA
DAN KURIKULUM MASAGI.........................................................................................................5
A. Arti Pendidikan...................................................................................................................5
B. Kurikulum Merdeka dan Profil Pelajar Pancasila............................................................6
C. Pendidikan Karakter Jabar Masagi .....................................................................................8
D. Gerakan 7 Harkat ..............................................................................................................10
BAB III IMPLEMENTASI GERAKAN 7 HARKAT..................................................................13
A. Pengorganisasian Gerakan 7 Harkat.............................................................................13
B. Cakupan Aktivitas Setiap Tema ........................................................................................15
C. Prinsip Implementasi Gerakan 7 Harkat..........................................................................19
D. Monitoring dan Evaluasi.................................................................................................20
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................21
7. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter
manusia. Melalui pendidikan sejatinya setiap insan diharapkan menjadi manusia
yang dapat mengenali dan mengembangkan potensi dirinya agar memiliki akhlak
mulia, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Visi Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada terwujudnya Indonesia maju
yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian menjadi sebuah hal serius yang harus
capai oleh penyelenggara pendidikan. Salah satu langkah strategis yang dilakukan
oleh pemerintah (Kemendikbudristek) untuk mencapai visi tersebut yakni dengan
melakukan pembenahan dan penyempurnaan kurikulum. Diterapkannya Kurikulum
Merdeka diharapkan bisa menjadi salah satu upaya dalam mencapai visi pendidikan
tersebut. Meskipun Kurikulum Merdeka terlahir sebagai upaya untuk memulihkan
pembelajaran dari krisis pandemi covid-19, namun ternyata dapat memberikan
keluwesan pada penciptaan ruang pembelajaran yang inklusif dimana satuan
pendidikan dapat menerima dan menghargai perbedaan, baik perbedaan sosial,
budaya, agama, dan suku bangsa.
Implementasi Kurikulum Merdeka dapat mengokohkan kembali arah
pendidikan sebagai proses pembudayaan melalui penekanan penguatan profil pelajar
Pancasila sebagai profil lulusan dari satuan pendidikan yang memiliki karakter dan
kompetensi yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Karakter tersebut adalah
beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebinekaan global,
bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.
Bagi masyarakat Sunda, Profil Pelajar Pancasila tersebut didasari oleh Empat
Kepribadian (Catur Diri Insan), yakni pribadi yang beriman (pengkuh agamana,
spiritual quotient), berilmu (luhung élmuna, intellectual quotient), berbudaya (jembar
budayana, emotional quotient), dan berkarya atau kreatif (rancagé gawéna, actional
quotient). Melalui stimulasi Trisilas (silih asih, silih asah, silih asuh) dihasilkan pribadi
peserta didik yang multitalenta (Jelema Masagi), yang memiliki empat ciri, yakni
berbudaya (nyunda), agamis (nyantri), akademis (nyakola), dan ksatria (nyantana),
yang dapat memasuki lima gerbang kebahagiaan (Gapura Pancawaluya), yakni sehat
fisik-mental (cageur); baik hati, empati, atau berakhlak (bageur); taat hukum, beriman,
atau benar (bener); cerdas, berilmu, atau pintar (pinter); dan terampil atau tangkas
(singer).
8. 2
Hal ini sejalan dengan konsep Merdeka Belajar yang di antaranya berupaya
mewujudkan pembelajaran melalui kegiatan yang menyenangkan; manajemen
sekolah yang kolaboratif dan kompeten; keselarasan pendidikan di rumah dan
keluarga; guru sebagai pembuat kurikulum dan fasilitator berbagai sumber
pengetahuan; pembelajaran yang memanfaatkan teknologi; kurikulum berdasarkan
kompetensi, fokus soft skill, dan pengembangan karakter; dan pembelajaran
berorientasi (berpusat) pada peserta didik, sehingga dihasilkan peserta didik yang
bagja-waluya (well-being student) di satuan pendidikan, yakni mampu menciptakan
kebahagiaan dan kesejahteraan, serta pola pikir dan emosi positif peserta didik. Arah
pendidikan tersebut, selaras dengan program Jabar Masagi, yang merupakan model
pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Jawa Barat demi membentuk manusia
berbudaya, yang memiliki ciri beriman, spiritual, atau religius (nyantri), berilmu
(pinter), sehat fisik-mental (cageur), dan berkarakter emosi-sosial (bageur). Juga yang
mampu belajar merasakan (niti surti/rasa/empati), belajar memahami (niti
harti/karsa), belajar melakukan (niti bukti), dan belajar hidup bersama (niti bakti/dumadi
nyata). Integrasi keempat titian (niti) pilar pendidikan tersebut menjadi manusia
paripurna niti jadi (sajati) yang bagja-waluya (well-being).
Dalam rangka mendukung Implementasi Kurikulum Merdeka, Penguatan Profil
Pelajar Pancasila serta Kurikulum Masagi, maka diperlukan adanya sebuah gerakan
masif yang berlandaskan nilai-nilai luhur pancasila dan kearifan lokal. Gerakan 7 Hari
Berkarakter (selanjutnya disebut Gerakan 7 Harkat) ini merupakan gerakan
penguatan karakter yang digagas oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sebagai
bentuk aktualisasi dari penguatan pendidikan karakter. Untuk
mengimplementasikannya maka Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII menyusun
panduan Gerakan 7 Harkat untuk menjadi panduan dan inspirasi. Diharapkan
dengan Gerakan 7 Harkat dapat membentuk peserta didik yang masagi serta dapat
mencapai lima gerbang kebahagiaan (Gapura Pancawaluya), yakni cageur, bageur, bener,
pinter dan singer.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
9. 3
6. Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2022 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahum 2014
tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 23 Tahun 2015 Tentang
Penumbuhan Budi Pekerti;
11. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang
Pendidikan Menengah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Penilaian pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2022 tentang Standar Penilaian pada Pendidikan
Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
15. Permendikbud No. 20 tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter
Pada Satuan Pendidikan Formal;
16. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik
Indonesia No. 262/M/2022 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No.56/N/2022 Tentang
Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran;
17. Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor
009/H/Kr/2022 Tentang Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar
Pancasila Pada Kurikulum Merdeka;
18. Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor
033/H/Kr/2022 Tentang Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada
Kurikulum Merdeka Capaian Pembelajaran Untuk Paud (Tk/Ra/Ba, Kb, Sps,
Tpa) Pada Kurikulum Merdeka;
10. 4
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan;
20. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 173 Tahun 2021 tentang Pendidikan
Karakter Jabar Masagi.
C. Tujuan
Gerakan 7 Harkat (Hari Berkarakter) bertujuan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan karakter positif peserta didik melalui pembentukan budaya sekolah
selaras dengan implementasi Jabar Masagi dalam mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila di Cabang Pendidikan Wilayah VII.
D. Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari Gerakan 7 Harkat pada satuan pendidikan adalah :
1. Terwujudnya peserta didik yang sehat jasmani rohani, berjiwa nasionalis,
bernalar kritis dan berdaya saing;
2. Terbentuknya budaya sekolah yang berpijak pada nilai-nilai budaya lokal;
3. Meningkatkan jiwa sosial-emosional peserta didik dalam berinteraksi di
lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya.
11. 5
BAB II
KESELARASAN GERAKAN 7 HARKAT DENGAN KURIKULUM
MERDEKA DAN KURIKULUM MASAGI
A. Arti Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan suatu proses
pembudayaan sebagai usaha dalam memberikan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Upaya pendidikan yang dapat dilakukan dengan sikap dikenal dengan teori trikon
yaitu kontinu, konsentris dan konvergen. Kontinu artinya pendidikan di Indonesia
mesti dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Konsentris artinya untuk
mengembangkan pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan kebudayaan serta
nilai luhur bangsa yang ditanam dalam generasi muda. Konvergen artinya
mengembangkan mutu pendidikan Indonesia agar setara dengan kualitas pendidikan
yang maju di dunia barat. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik sebuah
penegasan bahwa pendidikan adalah sebuah proses pembudayaan, suatu usaha
untuk memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang
tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud menjaga
kesinambungan, memajukan serta mengembangkan kebudayaan menuju ke arah
keluhuran hidup kemanusiaan.
Pada perspektif regulasi, dikutip dari UU No. 20 tahun 2003, “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. Penjelasan arti pendidikan
berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ini adalah bahwa
pendidikan merupakan sebuah proses yang diupayakan dalam rangka memfasilitasi
peserta didik untuk dapat aktif mengembangkan potensi dirinya ke arah outcome
yang diharapkan yaitu profil pelajar yang memiliki softskill dan kompetensi yang
diperlukan oleh dirinya sebagai individu, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan gambaran dua definisi di atas, dapat ditarik satu benang merah
bahwa arti dari pendidikan adalah segala bentuk usaha sadar dan terencana dalam
mewujudkan terbangunnya sebuah ekosistem yang dapat mendukung pelayanan
pada perkembangan potensi siswa yang tercermin melalui softskill dan kompetensi
sebagai individu, masyarakat, bangsa dan negara yang mewarisi nilai-nilai luhur
budaya bangsa dan bahkan menjaga kesinambungan, memajukan serta
mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa yang ada menjadi kebudayaan yang dapat
dibanggakan di pentas dunia. Pada intinya pendidikan merupakan proses
pembentukan manusia agar dapat mengambil peran sesuai dengan jamannya.
12. 6
B. Kurikulum Merdeka dan Profil Pelajar Pancasila
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang dikembangkan oleh
kemendikbudristek sebagai upaya untuk memulihkan pembelajaran dari krisis
pandemi covid-19. Kurikulum merdeka memberikan penekanan pada penciptaan
ruang pembelajaran yang inklusif dimana satuan pendidikan dapat menerima dan
menghargai perbedaan, baik perbedaan sosial, budaya, agama, dan suku bangsa.
Pembelajaran yang menerima bagaimanapun fisik, agama, dan identitas para peserta
didiknya. Hal ini sangat relevan dengan pendidikan sebagaimana yang diterangkan
oleh Ki Hadjar Dewantara.
Pada sisi lain, Kurikulum Merdeka mengokohkan kembali arah pendidikan
sebagai proses pembudayaan yang diawali dari pembiasaan sikap-sikap yang
memiliki nilai-nilai atau norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini dilakukan untuk
menguatkan profil pelajar Pancasila sebagai profil lulusan dari satuan pendidikan.
Dalam kurikulum Merdeka ini diperkenalkan dimensi dari profil pelajar
Pancasila yaitu karakter dan kompetensi fondasi yang perlu dikembangkan oleh
satuan pendidikan untuk peserta didik. Dimensi-dimensi dari profil pelajar Pancasila
tersebut adalah (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak
mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong-royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis,
dan (6) kreatif. Setiap dimensi tersebut memiliki elemen-elemennya masing-masing
sebagaimana tergambar dalam bagan dibawah ini.
13. 7
Dimensi-dimensi sebagaimana tergambar di atas menunjukkan bahwa profil
pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan
perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia.
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, penguatan profil pelajar Pancasila
dapat dikembangkan melalui berbagai strategi yang saling melengkapi dan
menguatkan, yaitu melalui budaya satuan pendidikan, kegiatan pembelajaran
(intrakurikuler), kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan kokurikuler
berupa pembelajaran melalui projek sebagaimana yang digambarkan pada diagram
dibawah ini.
Profil pelajar Pancasila berguna sebagai kompas bagi pendidik dan pelajar
Indonesia. Profil pelajar Pancasila menjabarkan tujuan pendidikan nasional secara
lebih rinci terkait cita-cita, visi misi, dan tujuan pendidikan ke peserta didik dan
seluruh komponen satuan pendidikan. Profil pelajar Pancasila memberikan gambaran
yang ingin dituju mengenai karakter dan kemampuan pelajar Indonesia. Segala
pembelajaran, program, dan kegiatan di satuan pendidikan bertujuan akhir ke profil
14. 8
pelajar Pancasila, sehingga pendidik dan pelajar mengetahui apa harapan negara
terhadap hasil pendidikan dan berusaha mewujudkan visi pendidikan Indonesia
yaitu “Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
melalui terciptanya pelajar Pancasila”.
C. Pendidikan Karakter Jabar Masagi
Pendidikan Karakter Jabar Masagi merupakan program penguatan pendidikan
karakter berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal budaya Jawa Barat, yang bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik untuk belajar merasakan, belajar memahami,
belajar melakukan, dan belajar hidup bersama membaktikan nilai-nilai kemanusiaan
hingga menjadi manusia masagi (Niti Jati/Sajati).
Jalma masagi Jalma masagi memiliki keseimbangan antara aspek jasmani dan
rohani. Tubuhnya sehat jiwanya kuat. Manusia yang benar dalam bernalar, baik
akhlaknya serta elok perilakunya. Ia adalah manusa manggapulia, insan kamil, atau
dalam terminologi pembangunan nasional disebut sebagai manusia seutuhnya dalam
hal Rasa, Karsa, Raga dan Cipta (Ki Hajar Dewantara).
Program Pendidikan Karakter Jabar Masagi memberi gagasan baru kepada para
generasi milenial (peserta didik) untuk kembali mengartikulasikan nilai-nilai
kesundaaan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui program ini peserta didik akan
diasah jiwa raganya untuk belajar “merasakan” (surti/rasa), belajar “memahami”
(harti/karsa), belajar “melakukan” (bukti), dan belajar “mengabdi” (bakti/dumadi nyata).
Belajar surti atau “merasakan” adalah kesanggupan hati untuk menanggapi
berbagai fenomena yang terindra, sehingga muncul pemahaman dan kesadaran atas
dasar kelembutan hati dan perasaan. Pribadi yang surti di antaranya peka terhadap
lingkungan sekitar, karena memiliki perasaan yang kuat untuk berempati.
Belajar harti atau “memahami” adalah sebuah dorongan jiwa untuk mengetahui,
mempelajari, dan memahami tentang berbagai hal, misalnya ilmu, teknologi, dan
seni. Pribadi yang harti akan memiliki kecakapan untuk memikirkan atau melakukan
berbagai hal.
Belajar bukti atau “melakukan” berarti berupaya untuk menciptakan sesuatu,
baik yang baru maupun memperbaharui. Tahap ini merupakan pembuktian bahwa
pribadi yang masagi mampu merealisasikan gagasan-gagasannya menjadi nyata,
bukan sekedar kata-kata.
Belajar bakti/dumadi atau “mengabdi” adalah mempersembahkan karya bagi
khalayak, terutama bagi bangsa dan negara. Hal yang didapatkan dengan melakukan
bakti adalah ketentraman jiwa, karena kewajiban sebagai anggota masyarakat telah
tertunaikan, yaitu dengan mempersembahkan yang terbaik. Kuncinya adalah
semuanya dilakukan atas dasar keikhlasan dalam kerangka hidup bersama
(Suherman, 2018:110-111).
15. 9
Keempat nilai tersebut merupakan hasil internalisasi dari nilai-nilai kesundaan
yang telah lama dianut dan diamalkan oleh masyarakatnya, sehingga disebut sebagai
kearifan lokal. Itulah sebabnya cukup beralasan jika program Jabar Masagi “tidak
mencari atau mengada-ada, tetapi merevitalisasi dan mereaktualisasi nilai-nilai yang
telah ada,” karena landasan kulturalnya telah mengakar pada masyarakatnya.
Pendidikan karakter Jabar Masagi didasarkan pada empat nilai dasar, yaitu nilai
religius (iman), cerdas (ilmu), berkarakter (akhlak), serta fisik dan mental (sehat). Hal
ini selaras dengan dimensi dari profil pelajar Pancasila tersebut adalah (1) beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan
global, (3) bergotong-royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif. Nilai
religius dalam Jabar Masagi sangat sesuai dengan dimensi beriman, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Nilai cerdas atau berilmu sesuai dengan
dimensi berkebinekaan global, bernalar kritis dan kreatif. Nilai karakter (akhlak)
sangat sesuai dimensi bergotong royong, mandiri serta berakhlak mulia. Sedangkan
nilai sehat fisik dan mental akan tercermin setelah keseluruhan dimensi profil pelajar
pancasila tertanam dalam jiwa peserta didik.
Dengan pendidikan karakter Jabar Masagi diharapkan generasi muda di Jawa
Barat dapat tumbuh sebagai manusia berbudaya yang memiliki kemampuan untuk
bisa belajar merasakan (surti/rasa), belajar memahami (harti/karsa), belajar
melakukan (Bukti/Karsa), dan belajar hidup bersama (Bakti/Dumadi nyata), manusia
yang berkepribadian kokoh, ajeg atau seimbang dalam berpikir, merasa dan
bertindak, manusia yang bagja/bahagia sehingga akan bermuara pada tercapainya
gapura panca waluya yaitu cageur, bageur, bener, pinter, dan singer.
16. 10
D. Gerakan 7 Harkat
Gerakan 7 Harkat merupakan sebuah program yang digagas oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat sebagai bentuk aktualisasi dari penguatan
pendidikan karakter. Untuk mengimplementasikannya maka Cabang Dinas
Pendidikan Wilayah VII menyusun panduan Gerakan 7 Harkat sebagai suatu
program penguatan budaya sekolah dalam bentuk gerakan pembiasaan beragam
aktivitas bagi peserta didik sebagai upaya penguatan profil pelajar Pancasila yang
mengacu kepada tujuh tema utama yang diseragamkan untuk seluruh satuan
pendidikan yang ada di wilayah KCD VII yang diharapkan dapat dijalankan secara
serentak, rutin dan berkesinambungan. Adapun ketujuh tema utama dalam gerakan
ini adalah sebagai berikut:
a) Tema wawasan kebangsaan untuk aktivitas pembiasaan peserta didik di
hari Senin;
b) Tema wawasan global untuk aktivitas pembiasaan peserta didik di hari
Selasa;
c) Tema literasi dan peduli lingkungan untuk pembiasaan peserta didik di
hari Rabu;
d) Tema budaya lokal untuk pembiasaan peserta didik di hari Kamis;
e) Tema sehat jasmani dan rohani untuk pembiasaan peserta didik di hari
Jumat;
f) Tema rumahku istanaku untuk pembiasaan peserta didik di hari Sabtu;
dan
g) Tema sosial kemasyarakatan untuk pembiasaan peserta didik di hari
Minggu.
Locer (2002), menjelaskan bahwa suatu gerakan sosial setidaknya memiliki tiga
ciri khas antara lain: pertama, terorganisir. Dalam hal ini, perilaku yang ditampilkan
para pendukung gerakan sosial berpedoman pada cara tertentu yang diorganisir oleh
seorang pemimpin itu melalui adanya tugas yang dilimpahkan pada anggotanya.
Kedua, jangka waktu yang cukup lama. Maksudnya sebuah gerakan sosial dapat
bertahan dalam rentang waktu yang relatif lama sesuai dengan tujuan gerakan sosial
itu dan yang ketiga sengaja dibentuk. Maksudnya keberadaan suatu gerakan sosial
memang sengaja dibentuk oleh anggotanya dan setiap anggota gerakan itu akan
memainkan peran sesuai dengan tugas masing-masing. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka program penguatan budaya sekolah sebagai upaya penguatan profil
pelajar Pancasila yang diusung oleh Gerakan 7 Harkat ini dapat dikatakan sebagai
program yang secara sengaja dibentuk untuk mendukung satuan pendidikan dalam
mewujudkan profil pelajar Pancasila dan diharapkan bisa berjalan secara
terorganisir, serta bertahan untuk rentang waktu yang lama.
17. 11
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa dalam implementasi
kurikulum Merdeka, penguatan profil pelajar Pancasila dapat dikembangkan
melalui berbagai strategi yang saling melengkapi dan menguatkan, yaitu; 1).
Melalui budaya satuan pendidikan; 2). Melalui kegiatan pembelajaran
(intrakurikuler); 3) Melalui kegiatan ekstrakulikuler; dan 4) Melalui kegiatan
kokurikuler berupa proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5). Merujuk pada
strategi tersebut, maka Gerakan 7 Harkat ini merupakan sebuah program yang dapat
dimanfaatkan oleh satuan pendidikan sebagai strategi pembiasaan budaya di satuan
pendidikan dalam penguatan profil pelajar Pancasila. Meskipun demikian, dengan
beragamnya kondisi kebutuhan dan karakteristik satuan Pendidikan yang berbeda-
beda, maka gerakan 7 Harkat ini tidak semata-mata hanya bisa diterapkan sebagai
strategi penumbuhan budaya satuan Pendidikan saja, namun lebih dari itu, satuan
pendidikan dapat pula mengadaptasi gerakan 7 Harkat ini ke dalam bentuk strategi
implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Sebagai strategi pembiasaan budaya di satuan pendidikan, Gerakan 7 Harkat
dapat dijadikan sebagai inspirasi program dalam bentuk aktivitas pembiasaan rutin
harian yang dapat dijalankan oleh satuan pendidikan sebagai program penunjang
penguatan profil pelajar Pancasila. Berbagai pengalaman dari hasil penelitian di dunia
pendidikan memberikan sinyal bahwa budaya sekolah menjadi prediktor terbaik
terhadap keberhasilan dalam inovasi pendidikan (Sadiah Yuningsih Siti, 2017).
Melalui Gerakan ini diharapkan satuan Pendidikan mendapatkan inspirasi beragam
aktifitas yang dapat diadaptasi dan dijalankan sebagai program pembiasaan budaya
sekolah yang terarah dan selaras dengan dimensi profil pelajar Pancasila. Bentuk
aktifitas yang diberikan dalam panduan ini dapat dijalankan dengan disesuaikan
pada karakteristik satuan pendidikan masing-masing dan bisa juga dikembangkan
berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan. Dalam prakteknya aktivitas yang
dilaksanakan bisa beragam namun diharapkan setiap aktifitas yang dijalankan
mengacu pada panduan keseragaman tema yang sudah ditentukan setiap harinya
yaitu tema wawasan kebangsaan untuk hari Senin, wawasan global untuk hari Selasa,
literasi dan peduli lingkungan untuk hari rabu, budaya lokal untuk hari kamis, sehat
jasmani dan rohani untuk hari jumat, rumahku istanaku untuk hari sabtu dan sosial
kemasyarakatan untuk hari minggu.
Sebagai model implementasi proyek penguatan profil pelajar Pancasila, gerakan
7 Harkat berfokus pada tema besar kearifan budaya lokal atau bangunlah jiwa
raganya. Nilai-nilai kearifan budaya lokal menjadi fokus tema yang diangkat dalam
Gerakan 7 Harkat ini adalah nilai kearifan budaya Jawa Barat yang diusung dalam
pendidikan karakter Jabar Masagi. Dalil penelitian Sadiah Yuningsih Siti (2017: iv)
menyebutkan bahwa “Pendidikan kearifan lokal turut membentuk sensitivitas
peserta didik terhadap kondisi lingkungan sekitar”. Gerakan 7 Harkat selanjutnya
akan membuktikan bahwa pendidikan kearifan lokal yang diusung dalam
18. 12
Pendidikan Karakter Jabar Masagi tersebut akan membentuk peserta didik yang
peduli terhadap lingkungannya. Hal inipun sejalan dengan konsep manusia utuh dari
segi Rasa, Karsa, Raga dan Cipta sebagaimana yang disampaikan oleh Ki Hajar
Dewantara.
Secara teknis Gerakan 7 Harkat sebagai strategi implementasi P5 dapat
diwujudkan melalui bentuk pengintegrasikan beragam aktivitas pembiasaan dengan
tema-tema harian yang sudah ditentukan dalam panduan gerakan 7 Harkat ke
dalam satu tema besar “kearifan budaya lokal” dan "bangunlah jiwa dan raganya".
Beragam aktivitas yang dijalankan dapat dirancang ke dalam skema blok
pembelajaran kokurikuler rutin harian, blok mingguan, maupun blok bulanan
(sebagaimana dijelaskan dalam panduan pelaksanaan proyek penguatan pelajar
pancasila/P5) panduan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing
satuan pendidikan. Tema-tema yang disediakan dalam panduan Gerakan 7 Harkat
ini secara operasional dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan alur aktivitas
dalam modul P5 sebagai bentuk kokurikuler yang dijalankan dalam implementasi
kurikulum merdeka. Nilai- nilai kearifan budaya lokal sebagai tema yang mewadahi
sub-sub tema dalam gerakan 7 Harkat dalam kegiatan P5, diharapkan dapat menjadi
sarana lahirnya kekuatan atau kepositifan yang dapat berjalan seiringan dengan
terbangunnya profil pelajar pancasila.
Singkatnya, gerakan 7 Harkat ini merupakan bentuk konkrit dukungan Cabang
Pendidikan Wilayah VII terhadap terlaksananya pendidikan karakter Jabar Masagi
sebagai program dari Dinas Pendidikan Jawa Barat yang terintegrasi dan selaras
dengan implementasi kurikulum merdeka sebagai program sedang gencar didorong
oleh pemerintah pusat.
19. 13
BAB III
IMPLEMENTASI GERAKAN 7 HARKAT
A. Pengorganisasian Gerakan 7 Harkat
1. Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII
Melakukan sosialisasi, monitoring dan evaluasi Gerakan 7 Harkat kepada
semua pihak yang terlibat. kegiatan sosialisasi dimaksudkan agar pihak
yang terlibat terutama satuan pendidikan dapat memahami,
mempersiapkan semua faktor pendukung dan melaksanakannya. Adapun
kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau pelaksanaan
dan mengevaluasi kegiatan gerakan 7 Harkat.
2. Pengawas Sekolah
Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dalam pelaksanaan Gerakan
7 Harkat yang disesuaikan dengan tugas kerja pengawas.
3. Kepala Sekolah
❖ Melakukan sosialisasi mengenai Gerakan 7 Harkat ke warga sekolah
yang dipimpinnya.
❖ Bila diperlukan membentuk Tim koordinator Gerakan 7 Harkat di
satuan pendidikannya.
❖ Bersama tim koordinator Gerakan 7 Harkat memastikan pelaksanaan
gerakan ini di satuan pendidikannya berjalan dengan lancar dan
berkesinambungan.
❖ Memfasilitasi sumber daya yang dibutuhkan untuk terlaksananya
gerakan ini.
❖ Melakukan monitoring evaluasi pada setiap tahap pada Gerakan 7
Harkat ini.
❖ Melakukan koordinasi dengan Pengawas Pembina/ Cabang Dinas
Pendidikan.
20. 14
4. Koordinator Tim (jika diperlukan)
Koordinator tim mempersiapkan :
a. Program Kerja 7 Harkat (membuat schedule/jadwal kegiatan proyek;
menetapkan aktivitas dari setiap tema; menetapkan guru pendamping;
menyusun instrumen penilaian (jika dibutuhkan), memfasilitasi
kebutuhan pelaksanaan aktivitas;
b. Melakukan evaluasi kegiatan implementasi gerakan 7 Harkat;
c. Menyusun laporan dari setiap tahapan kegiatan gerakan 7 Harkat yang
dilaksanakan oleh satuan pendidikan;
d. Pertanggung jawaban atas keterlaksanaan seluruh kegiatan gerakan 7
Harkat di satuan pendidikan.
5. Pendidik
❖ Mendukung keterlaksanaan kegiatan Gerakan 7 Harkat ini sesuai
dengan standar yang sudah ditetapkan oleh tim koordinator di satuan
pendidikannya.
6. Satuan Pendidikan
Gerakan 7 Harkat diterapkan di satuan pendidikan dengan mengacu pada
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pelaksana utama jenis aktivitas adalah para peserta didik dibawah
bimbingan tim kegiatan yang telah dibentuk oleh kepala sekolah;
b. Sejumlah jenis aktivitas yang bisa dilaksanakan sudah disediakan dalam
panduan;
c. Satuan pendidikan dapat mengembangkan jenis aktivitas yang sesuai
dengan tema gerakan 7 Harkat;
d. Waktu pelaksanaan bisa dimulai dari jam ke-0 untuk menjadi
pembiasaan atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan
(bisa terintegrasi dalam mata pelajaran atau diluar mata pelajaran);
e. Jenis aktivitas dapat berbeda-beda kecuali yang telah rutin dilaksanakan
setiap minggunya;
f. Satuan pendidikan minimal melaksanakan salah satu jenis aktivitas
setiap harinya (sesuai dengan tema hari itu);
g. Peserta didik berkolaborasi dan didampingi oleh orang tua nya masing-
masing disesuaikan dengan jenis aktivitas yang dilaksanakan. ( untuk
hari Sabtu dan Minggu);
21. 15
h. Satuan pendidikan SLB dalam teknik pelaksanaan dan jenis aktivitas
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik;
i. Peserta didik membuat foto/video dan mengunggahnya di media sosial
dan men-tag akun Instagram KCD VII setiap harinya dengan format :
#cadisdik7 #G7H #Nama_Hari_NamaSekolah #CADISDIK7UARA
#7harkatcadisdik7 (ig:G7HOfficial).
B. Cakupan Aktivitas Setiap Tema
1. Tema Wawasan Kebangsaan (Senin)
Tujuan:
❖ Menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa, setia kepada Pancasila
dan UUD 1945, menanamkan rasa persatuan dan kesatuan.
❖ Disiplin dan taat terhadap tata tertib sekolah, menjaga sopan santun,
berani membela kebenaran, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Aktivitas yang dapat dilaksanakan antara lain:
❖ Upacara bendera.
❖ Mengundang unsur MUSPIKA wilayah setempat untuk memberikan
pemaparan tentang wawasan kebangsaan.
❖ Memutar lagu-lagu nasional.
❖ Setelah melaksanakan upacara bendera, memilih perwakilan dari
peserta didik untuk menyampaikan pandangannya tentang Pancasila
dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilaksanakan
dengan tujuan melatih keberanian siswa, bernalar kritis, dan belajar
mandiri.
2. Wawasan Global (Selasa)
Tujuan:
Meningkatkan karakter siswa dalam sikap, pemikiran, dan Tindakan yang
berwawasan dan berkebhinekaan global dengan tidak meninggalkan
budaya dan kearifan lokal serta berpagang teguh pada keyakinan agama.
Aktivitas yang dapat dilaksanakan antara lain:
❖ Mengenal dan menghargai budaya asing.
❖ Kemampuan komunikasi inter kultural dalam berinteraksi dengan
peserta didik lain.
❖ Berbahasa Inggris dan atau/atau Bahasa asing lainnya.
❖ Mendengarkan music barat.
22. 16
❖ Mengadakan lomba debat, storytelling, monolog dan lain-lain daam
berbagai Bahasa.
❖ Mengadakan kegiatan lomba yang bertema teknologi modern, misalnya
robotic, pembuatan website, membuat aplikasi game.
3. Literasi dan Peduli Lingkungan (Rabu)
Tujuan:
a. Menumbuhkembangkan budi pekerti.
Meningkatkan minat baca peserta didik.
b. Mengembangkan ekosistem literasi sekolah.
Kemampuan mengakses, memaham dan menggunakan sesuatu secara
cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain; membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara.
c. Menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran (Learning
organization).
Meningkatkan kapasitas untuk menciptakan pola pikir baru, kreatif, dan
inovatif.
d. Mempraktekkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge
management).
Alat, strategi, dan metode mempertahankan, menganalisa,
mengorganisir dalam lingungan sekolah.
Aktivitas yang dapat dilaksanakan mencakup literasi dasar, literasi
numerasi, literasi digital, antara lain:
❖ Menulis cerita pendek.
❖ Membuat karya tulis ilmiah.
❖ Membuat komik.
❖ Membuat film.
❖ Membaca berita.
❖ Membuat pohon literasi.
❖ Menyediakan pojok baca.
❖ Menceritakan Kembali pengalaman yang dialami di depan kelas.
4. Kamis Nyunda (Kamis)
Tujuan:
menciptakan peserta didik yg cageur, bageur, bener, pinter, jeung singer.
Aktivitas yang dapat dilaksanakan antara lain:
❖ Cageur
− Mekel katuangan khas sunda/beubeutian.
− Ngajaga kabersihan awak
23. 17
− Ubar tradisional.
❖ Bageur /berehan ka batur.
− Pidangan dongeng-dongeng tuladeneun.
− Kawih-kawih tikan sunda/sisindiran piwuruk.
− Botram
− Mimitran.
❖ Bener
− Ngawanohkeun tatakrama sunda (leuwih museur)
− Mapag siswa.
a. Ngabageakeun, dibarung ku rengkuh.
b. Mere salam, ti salam kawilujengan, wilujeng enjing,
Assalamu’alaikum, direumbeuy ku salam Sunda “Sampurasun”.
c. Sajeroning mapag siswa, dibarung ku instrumen Sunda.
d. Unggal poe Kemis boh dina aktivitas barangdamel di sakola, oge
dina nepikeun panhajaran diselapan ku basa Sunda.
e. Jam istirahat, muter lagu-lagu Sunda.
f. Raksukan nu kagungan nganggo adat Sunda.
❖ Pinter
− Wanoh kana budaya Sunda mangsa Bihari (eksplore kampung adat)
− Tarucing cakra.
❖ Singer
− Nyarita ku basa sunda.
− Nyipta karya basajan.
− Kaulinan urang Sunda
− Pagelaran budaya Sunda.
− Ngayakeun pasanggiri kasundaan tingkat sakola.
5. Sehat Jasmani dan Rohani (Jum’at)
Tujuan:
❖ Meningkatkan daya tahan tubuh dan pembiasaan berolahraga sehingga
tetap bugar setiap hari, dapat berpikir secara aktif dan kreatif, mudah
mengontrol emosi, selalu berpikiran positif, serta dapat berinteraksi
dengan lingkungan sekitar.
❖ Meningkatkan rasa empati, toleransi, dan tenggang rasa terhasap
sesama manusia.
Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain:
❖ Melakukan senam bersama. (sebutkan senamnya)
❖ Melakukan senam ceria (SLB).
❖ Melaksanakan dhuha bersama.
❖ Melaksanakan infak mingguan.
❖ Bersholawat bersama.
24. 18
❖ Membagikan makanan.
❖ Berbagi sedekah.
6. Rumahku Istanaku (Sabtu)
Tujuan:
Menjaga keharmonisan, komunikasi, dan kebersamaan dalam keluarga.
Aktivitas yang dapat dilaksanakan antara lain:
a. Rumahku bersih membuat betah.
Mebiasakan peserta didik menjaga kebersihan lingkungan dengan
membantu orangtua.
1. Menyapu rumah.
2. Menyapu halaman.
3. Mencuci piring.
4. Mengepel lantai.
5. Membersihkan kaca.
6. Mencuci kendaraan.
b. Kegiatan bersama keluarga.
1) Makan bersama.
2) Olahraga bersama.
3) Menonton bersama.
4) Melaksanakn ibadah bersama.
5) Membaca/mendengarkan cerita.
6) Bermain bersama/menciptakan permainan bersama keluarga.
c. Melakukan hobi bersama keluarga.
1) Menanam bunga.
2) Membuat apotek hidup.
3) Membuat hidroponik.
4) Membuat cemilan sehat.
5) Membuat minuman sehat.
d. Pembiasaan dan belajar bersama keluarga.
1) Berkomunikasi dalam Bahasa sunda bersama keluarga.
2) Mengenalkan makanan dan minuman tradisional orang Sunda.
3) Mengenalkan permainan tradisional (kaulinan barudak).
7. Berkunjung dan Berbagi (Minggu)
Tujuan:
Mengembangkan kecerdasan emosi sehingga siswa mampu mengenali emosi
diri sendiri, mampu mengelola emosi diri sendiri, dan mampu memotivasi
diri sendiri dan orang lain.
25. 19
Aktivitas yang dapat dilaksanakan antara lain:
❖ Jalan pagi atau olahraga pagi di car free day (CFD) atau tempat yang dituju
bersama keluarga.
❖ Wisata bersama keluarga atau teman (mall, museum, kebun binatang,
taman bunga, panti asuhan, panti jompo, dll)
❖ Mengunjungi rumah keluarga untuk bersilaturahmi atau sekedar bermain
bersama saudara.
Evaluasi:
a. Peserta didik mengirimkan satu foto kegiatan atau video berdurasi 15 detik
ke drive yang sudah disediakan oleh sekolah.
b. Peserta didik menempelkan foto kegiatan di buku saku “Liburanku”.
(disediakan oleh sekolah)
C. Prinsip Implementasi Gerakan 7 Harkat
Implementasi Gerakan 7 Harkat dibagi menjadi 3 prinsip penerapan, yakni
1. Prinsip Kolaboratif
Prinsip ini menerangkan bahwa dalam pelaksanaan Gerakan 7 Harkat
ini akan melibatkan banyak pihak baik internal maupun eksternal. Pihak
internal mencakup satuan pendidikan sampai dinas pendidikan. Sedangkan
pihak external yakni berbagai pihak yang mendukung dan ingin
mengembangkan dunia pendidikan seperti organisasi kemasyarakatan,
dinas pemerintahan, perindustrian, pakar/teCireundeu ahli dan lain-lain.
2. Prinsip Integratif
Dalam pelaksanaan teknis Gerakan 7 Harkat ini dalam prosesnya
menekankan kepada bentuk integrasi dengan kurikulum yang sedang
digunakan di satuan pendidikan masing-masing. Dengan kata lain gerakan
ini terintegrasi dengan kurikulum sekolah dengan tujuan untuk
mempermudah dalam penerapannya. Tujuh tema yang berbeda setiap
harinya dalam Gerakan 7 Harkat ini bisa dimasukan sebagai bagian dari
kegiatan pembelajaran guru atau kegiatan umum satuan pendidikan yang
sudah dilakukan sebelumnya sehingga mampu meminimalkan pekerjaan
tambahan untuk pihak yang terlibat bahkan mampu mendukung dan
memberikan ide-ide baru dalam kegiatan pembelajaran guru dan satuan
pendidikan terutama dalam pelaksanaan pendidikan karakter.
26. 20
3. Prinsip Konstektual
Jenis kegiatan yang akan dilakukan untuk mendukung kegiatan
Gerakan 7 Harkat ini adalah kegiatan yang terkait dengan hal-hal nyata
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prinsip konstektual
ini diharapkan tidak melaksanakan kegiatan yang sifatnya mengada-ngada
tapi menghidupkan lagi yang ada, agar terbentuk karakter yang lebih baik.
D. Monitoring dan Evaluasi
Proses pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi terdiri dari dua tahap yang
berjenjang yakni tahap pertama dilakukan oleh satuan pendidikan masing-
masing dengan menggunakan instrumen monitoring seperti yang ada pada
contoh di lampiran dari panduan ini. Kemudian mengunggahnya di media
sosial dengan hastag tertentu. Tahap kedua dilakukan oleh Tim Gerakan 7
Harkat Dinas pendidikan dengan mendata kegiatan yang sudah dilakukan
oleh setiap satuan pendidikan untuk diolah dan diketahui oleh pihak yang
berkepentingan untuk menjadi bahan pertimbangan selanjutnya.
27. 21
BAB IV
PENUTUP
Gerakan 7 Harkat menjadikan satuan pendidikan memiliki budaya yang
membangun karakter positif peserta didik yang diawali dengan pembiasaan.
Berdasarkan hasil penelitian ilmiah menyebutkan bahwa karakter seseorang sangat
mempengaruhi kesuksesan hidup orang tersebut. Sehingga jelas sangat dibutuhkan
pendidikan karakter di satuan pendidikan dan ditumbuhkan secara masif dengan
tujuan memunculkan gerakan besar melibatkan banyak pihak di dalam pendidikan
yang akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan.
Implementasi Gerakan 7 Harkat, mengedepankan fleksibilitas untuk satuan
pendidikan dalam memilih jenis kegiataan setiap harinya namun kegiatan yang
dipilih disesuaikan dengan tema hari itu dan disebarkan melalui media sosial dalam
rangka berbagi praktek baik. Melalui prinsip kolaborasi, integrasi dan konstektual,
pelaksanaan Gerakan 7 Harkat ini bisa melibatkan pihak di luar satuan pendidikan
yang ingin memajukan dunia pendidikan. Kemudian diintegrasikan dengan
kurikulum yang digunakan oleh satuan pendidikan dan menghidupkan kegiatan
yang biasa dilakukan dan telah membudaya, sehingga panduan Gerakan 7 Harkat ini
bisa menjadi inspirasi satuan pendidikan dalam melaksanakan pendidikan karakter
dengan cara yang relatif mudah. Maka tidak ada alasan bagi satuan pendidikan
untuk tidak melaksanakan Gerakan 7 Harkat ini demi terwujudnya pendidikan juara
untuk Jabar Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi.
28. 22
Lampiran –Lampiran.
i.Pemetaan Dimensi Profil Pelajar Pancasila dalam Gerakan 7 Harkat
Pemetaan, Dimensi Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Fase E Kelas X SMALB Tunagrahita
No.
Tema profil
pelajar
Pancasila/topik
Dimensi Profil
Pelajar
Pancasila
Elemen Profil
Pelajar
Pancasila
Sub Elemen
Profil
Pelajar
Pancasila
Target
Pencapaian Di
Akhir Fase E
1. Gaya Hidup
Berkelanjutan
“Hijaukan bumi
dengan memilih
sampah”
• Beriman dan
bertaqwa
kepada
Tuhan yang
Maha Esa
dan
berakhlak
mulia.
• Berkebhineka
an Global dan
Kreatif.
Akhlak
kepada alam
Menjaga
lingkunan
sekitar
Mewududkan
rasa bersyukur
dengan
membangun
kesadaran peduli
lingkungan alam
dengan
menciptakan dan
mengimplementa
sikan solusi dari
permasalahan
lingkungan yang
ada
2. Bangunlah Jiwa
dan Raganya.
“Permainan
tradisional
membuat jiwa
dan ragaku
bugar”.
• Mandiri
• Bernalar
kritis
• Kreatif
• Pemaham
an diri
dan
situasi.
• Memperol
eh dan
memprose
s
informasi
dan
gagasan
• Memiliki
keluwesan
berpikir
dalam
mencari
alternatif
solusi
permasala
han
Mengenali
kualitas dan
minat diri
serta
tantangan
yang
dihadapi.
Mengidentifikasi
kekuatan dan
tantangan yang
dihadapi pada
konteks
pembelajaran,
sosial dan
pekerjaan yang
akan dipilihnya
di masa depan.
29. 23
3. Kewirausahaan
“ Aku bisa
berkarya.”
• Mandiri • Pemaham
an diri
dan situasi
Mengenali
kualitas dan
minat diri
serta
tantangan
yang
dihadapi.
Mengidentifikasi
kekuatan dan
tantangan yang
dihadapi pada
konteks
pembelajaran,
sosial dan
pekerjaan yang
akan dipilihnya
di masa depan.
PEMETAAN DIMENSI PROFIL PELAJAR PANCASILA
Projek Profil Fase C (SLB)
Mengenali dan membangun kesadaran peserta didik
terhadap tema yang sedang dipelajari
1. Perkenalan
Mengamati
pembuatan jus
buah (di rumah
dan di sekolah)
2. Mengamati
video
pembuatan jus
buah
3. Mengunjungi
penjualan jus
buah
Tema :
Kewirausahaan
(Rumahku Istanaku)
Topik:
Kita Suka Jus Buah
Total waktu:
10JP
Dimensi Profil Pelajar
Pancasila:
• Bergotong royong
• Mandiri
Sub-elemen yang disasar:
• Berbagi.
• Regulasi diri.
• Menunjukkan inisiatif
dan bekerja secara
mandiri.
• Berinisiatif untuk
mengerjakan tugas-tugas
rutin secara mandiri
dibawah pengawasan
dan dukungan orang
dewasa.
Asesmen Formatif Awal
Dilakukan sebelum projek profil dimulai untuk mengukur kompetensi awal peserta
didik untuk menentukan kebutuhan diferebsiasi, pengembangan alur dan kegiatan
projrk profil, penentuan perkembangan sub-elemen antar fase.
Tahap kenali
30. 24
Menggali permasalahan di lingungan sekitar yang terkait
dengan topik pembahasan
4. Menyiapkan alat
dan bahan yang
digunakan dalam
pembuatan jus
buah.
5.Mempelajari
dan memahami
cara membuat
jus buah.
6. Mempelajari
dan memahami
cara mengemas
dalam
pemasaran jus
buah.
Bersama-sama mewujudkan pelajaran yang dapat melalui
aksi nyata.
7. Mempraktikkan membuat jus buah dengan urutan tahapan, ukuran bahan
yang tepat dan sesuai.
Menggenapi proses dengan berbagi karya, evaluasi dan
refleksi.
8. Menyajikan pembuatan jus buah pada orang lain (orangtua atau teman yang
lain).
Menyusun Langkah strategis
9. Mengemas jus
buah untuk
dijual.
10. Asesmen Sumatif
Menilai hasil projek
profil Pancasila.
11.Asesmen Sumatif
Evaluasi solusi yang
ditawarkan.
Tahap selidiki
Tahap lakukan
Tahap Lanjutkan
31. 25
ii. Contoh Implementasi Gerakan 7 Harkat sebagai Budaya Sekolah (SMA, SMK, SLB)
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
1 SENIN Wawasan
Kebangsaan
1. Cinta tanah air
2. Toleransi
3. semangat
kebangsaan
4. Disiplin
➢ Upacara/Apel Pembinaan
➢ Setiap 1 bulan sekali mengundang
pembina upacara dari unsur
MUSPIKA (Kecamatan,Koramil &
Polsek) Wilayah Setempat.
➢ Setiap selesai upacara perwakilan
kelas menyampaikan
pandangannya tentang Pancasila
dan pengamalannya sehari-hari
cukup 5 Menit untuk melatih
keberanian siswa, bernalar kritis,
dan belajar mandiri
Pagi (07.00-
07.30)
Lapangan/
Kelas
Petugas
Upacara
sesuai
dengan
jadwal
Pemutaran lagu kebangsaan Waktu
Istirahat
Dari
sumber
suara
OSIS,
Quinin
2 SELASA Berkebhinekaan
Global
1. Kreatif
2. Mandiri
3. Cerdas
4. Percaya Diri
5. Bersahabat/
Komunikasi
6. Memiliki Jiwa
Kepemimpinan
• Berbahasa Inggris dan/atau bahasa
asing lainnya minimal seminggu
sekali dalam kegiatan PBM di sekolah.
Dilaksanakan
sepanjang
hari, minimal
pemakaian
saat menyapa
atau awal
pembelajaran
(Bahasa
Inggris)
Seluruh
lingkungan
sekolah
Dilaksan
akan
oleh
seluruh
warga
sekolah
32. 26
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
Berpakaian casual Dilaksanakan
sepanjang
hari
Seluruh
lingkungan
sekolah
Dilaksan
akan
oleh
seluruh
warga
sekolah
Memutarkan lagu karya seniman
Dunia di jam istirahat misalnya karya
Beethoven, Mozart dll.
Waktu
Istirahat
Dari
sumber
suara
OSIS,
Quinin
Mendatangkan native speaker Jam KBM
tertentu
minimal 1 x
dalam
setahun
Ruang
Kelas
Dilaksan
akan
oleh
seluruh
siswa
Rutin mengadakan kegiatan berupa
lomba
➢ Lomba debat, story telling,
monolog, dsb dalam berbagai
Bahasa.
➢ lomba yang bertema teknologi
modern, misalnya: lomba robotic,
pembuatan website, pembuatan
game, dsb.
Minimal 1 x
dalam
setahun
Ruang
Aula/lapan
gan
Perwakil
an siswa
yang
berminat
dan
berprest
asi
33. 27
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
3 RABU Literasi
1. Gemar
membaca
2. Berpkir Kritis
3. Peduli
Lingkungan
4. Gotong
Royong
5. Kerja Keras
6. Rasa Ingin
Tahu
1. Literasi Baca Tulis
Peserta didik mengeksplore
pengetahuan melalui membaca buku,
baik fiksi maupun non fiksi (Sains).
Peserta didik diberikan kegiatan
menulis dengan tema bebas yang
bermanfaat
Di jam
pertama
Selama 1 Jam
Pelajaran (45
menit)
Lapangan Tim
Literasi
(pilih
salah
satu jenis
literasi
setiap
minggun
ya)
2. Literasi Numerasi
Peserta didik melakukan kegiatan
untuk meningkatkan kemampuan
atau kecakapan dalam
mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan menggunakan
matematika di seluruh aspek
kehidupan.
3. Literasi Sains
Peserta didik melakukan kegiatan
untuk meningkatkan sikap
pemahaman siswa terhadap ilmu
pengetahuan dan aplikasinya.
34. 28
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
4. Literasi Digital
Peseta didik melakukan kegiatan
untuk meningkatkan kecakapan
dalam menggunakan teknologi
informasi
5. Literasi Finansial
Peseta didik melakukan kegiatan
untuk meningkatkan kecakapan
dalam merencanakan, menggunakan
dan cara mengevaluasinya perihal
keuangan.
6. Literasi Budaya
Peseta didik melakukan kegiatan
untuk meningkatkan pemahaman
budaya bangsa sebagai identitas
negara Indonesia
35. 29
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
4 KAMIS Kemis Nyunda
1. Toleransi
2. Kreatif
3. Mandiri
4. Peduli
Lingkungan
5. Cinta budaya
lokal
1. Cageur
➢ Mekel katuangan Sunda /
beubeutian
➢ Ngajaga kaberesihan awak
➢ Pedaran Ubar tradisional
Dilaksanak
an
sepanjang
hari
Seluruh
lingkunga
n sekolah
Dilaksa
nakan
oleh
seluruh
warga
sekolah
(pilih
salah
satu
kegiata
n setiap
2. Bageur
➢ Pidangan dongéng-dongéng
tuladeneun
➢ Kawih-kawih
atikan/Sisindiran piwuruk
➢ Botram
➢ Mimitran
36. 30
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
3. Bener
➢ Ngawanohkeun Tatakrama Sunda
Tatakrama Lisan :
Undak-usuk Basa sunda dibarung
ku contoh larapna dina kalimah.
Ngalarapkeun salam kawilujengan
diwuwuh ku pangbagéa tur salam
Sunda. Conto: Assalamu'alaikum,
Wilujeng énjing/siang/sontén, tur
"Sampurasun“
Tatakrama Paripolah :
Ngabagéakeun, dibarung ku
rengkuh.
➢ pidangan instrumen Sunda
➢ Unggal poé Kemis boh dina
aktivitas barangdamel di sakola,
oge dina nepikeun pangajaran
diselapan ku basa Sunda.
➢ Jam Istirahat muter lagu-lagu
Sunda
➢ Raksukan nu kagungan nganggo
adat Sunda.
minggu
nya)
37. 31
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
4. Pinter
➢ Wanoh kana budaya Sunda
mangsa Bihari (ekplore kampung
adat)
➢ Tarucing cakra
5. Singer
➢ Nyarita ku basa Sunda
➢ Nyipta karya basajan
➢ Kaulinan Sunda
➢ Pagelaran budaya Sunda
➢ Ngayakeun pasanggiri
kasundaan tingkat sakola
38. 32
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
6. Mapag Siswa
Ngabageakeun, dibarung ku rengkuh.
Mere salam, salinan ti salam
kawilujengan Wilujeng enjing,
Assalamu'alaikum, direumbeuy ku
salam Sunda "Sampurasun“
Sajeroning mapag siswa, dibarung ku
instrumen Sunda
Unggal poe Kemis boh dinaaktivitas
barangdamel di sakola, oge dina
nepikeun pangajaran diselapan ku
basa Sunda.
Jam Istirahat muter lagu-lagu Sunda
Raksukan nu kagungan nganggo adat
Sunda.
5 JUM'AT Sehat Jasmani
dan Rohani
1. Religius
2.Sehat jasmani
3.Bersahabat
1. Pelaksanaan ibadah keagamaan Di jam
pertama
Selama 1 Jam
Pelajaran (45
menit)
Lapangan Dilaksan
akan
oleh
seluruh
warga
2. Senam Cadisdik VII
39. 33
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
3. Jumat Berbagi sekolah
(Pilih
salah
satu
kegiatan
setiap
minggu)
6 SABTU Rumahku
Istanaku
➢ Mandiri
➢ Peduli sosial
➢ Tanggung
jawab
1. Membantu orang tua di rumah
Rumahku bersih membuat betah :
➢ Menyapu rumah
➢ Menyapu halaman
➢ Mencuci piring
➢ Mengepel lantai
➢ Membersihkan kaca
➢ Mencuci kendaraan
2. Melakukan kegiatan Bersama
➢ Menonton bersama keluarga
➢ Olahraga bersama keluarga
➢ Makan bersama keluarga
➢ Melaksanakan ibadah bersama
keluarga
➢ Membaca/mendengarkan buku
cerita
Pada hari
sabtu
Rumah Dilaksa
nakan di
rumah
masing-
masing
dengan
pengaw
asan
orang
tua
40. 34
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
➢ Bermain bersama keluarga
3. Melakukan hobi Bersama
keluarga
➢ Menanam bunga
➢ Membuat apotek hidup
➢ Membuat hidroponik
➢ Membuat cemilan sehat
➢ Membuat minuman sehat
4. Pembiasaan dan belajar dalam
keluarga
➢ Berkomunikasi dalam Bahasa
sunda di rumah
➢ Mengenalkan makanan dan
minuman tradisional sunda
➢ Mengenalkan permainan
tradisional sunda (kaulinan
barudak)
41. 35
NO HARI TEMA KARAKTER KEGIATAN WAKTU TEMPAT KET
7 Minggu Sosial
Kemasyarakatan
1. Peduli sosial
2. Gotong
royong
3. Peduli
lingkungan
4.
Bersahabat/Ko
munikatif
➢ Kerja bakti disekitar lingkungan
rumah
➢ Anak jalan-jalan atau wisata
bersama keluarga atau teman
(mall, museum, kebun binatang,
taman bunga, panti asuhan ,
panti jmpo dll).
➢ Anak jalan-jalan pagi atau olah
raga pagi di car free day (CFD),
atau tempat yang dituju
bersama keluarga.
➢ Anak mengunjungi rumah
nenek-kakek , saudara , untuk
silaturahmi atau sekedar
bermain di rumah dengan
saudaranya.
➢ Anak piknik (makan Bersama di
tempat
makan/villa/kebon/pegunung
an/sawah) bersama keluarga
atau teman
Pada hari
minggu
Lingkunga
n sekitar
Dilaksa
nakan di
lingkun
gan
sekitar
rumah
dengan
pengaw
asan
orang
tua
42. 36
iii. Contoh Implementasi Gerakan 7 Harkat sebagai Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
iii.a Satuan Pendidikan SMA/SMK
MODUL PROYEK PENGUATAN
PROFIL PELAJAR PANCASILA
KEARIFAN LOKAL
Tema
Sub Tema/
Topik
Dimensi Elemen Sub Elemen Tujuan Asesmen
Kearifan
Lokal
Pengaruh
Globalisai
Budaya Luar
terhadap
Eksistensi
Budaya
Kampung
Cireundeu
( Wawasan
Global , Kemis
Nyunda )
Mandiri Pamahaman
diri dan
Situasi yang
Dihadapi
Mengenali kualitas dan
minat diri serta tantangan
yang dihadapi
Melalui
kolaborasi
dalam kegiatan
proyek, peserta
didik mampu
menganalisis
pengaruh
globalisasi
➢ Asesmen
Diagnostik: pada
awal perencanaan
proyek atau pada
saat penentuan
dimensi, elemen,
dan sub elemen
➢ Asesmen Formatif :
berkala,
berkelanjutan pada
saat pelaksanaan
proyek.
➢ Asesmen Sumatif
: dilakukan pada
akhir proyek.
Kreatif Menghasilk
an karya
dan
tindakan
yang
orisinal
Mengeksplorasi dan
mengekspresikan pikiran
dan/atau perasaannya
dalam bentuk karya dan /
tindakan, serta
mengevaluasinya dan
mempertimbangkan
dampak dan risikonya bagi
diri dan lingkungannya
dengan menggunakan
berbagai perspektif.
43. 37
Tema/Topik Kearifan Lokal
Judul Proyek Pameran Budaya Kampung Cireundeu
Kelas/Kelompok X / Kelompok 1 – 11
Waktu ….
Guru Pembimbing 12 orang
Deskripsi Singkat Proyek Mengadakan pameran budaya hasil karya siswa dengan
tema Pengaruh Globalisai Budaya Luar terhadap
Eksistensi Budaya Kampung Cireundeu.
Dimensi, Elemen dan Sub
elemen
- Dimensi : Mandiri
Elemen : Pamahaman diri dan Situasi yang Dihadapi
Sub Elemen : Mengenali kualitas dan minat diri
serta tantangan yang dihadapi
- Dimensi : Kreatif
Elemen : Menghasilkan karya dan tindakan yang
orisinal
Sub Elemen : Mengeksplorasi dan mengekspresikan
pikiran dan/atau perasaannya
dalam bentuk karya dan / tindakan, serta
mengevaluasinya dan mempertimbangkan dampak
dan risikonya bagi diri dan lingkungannya dengan
menggunakan berbagai perspektif.
Tujuan Proyek Melalui kolaborasi dalam kegiatan proyek, peserta didik
mampu menganalisis pengaruh globalisasi budaya luar
terhadap eksistensi budaya Kampung Cireundeu dalam
bentuk pameran budaya.
Asesmen - Asesmen Diagnostik : pada awal perencanaan
proyek atau pada saat penentuan dimensi, elemen,
dan sub elemen
- Asesmen Formatif : berkala, berkelanjutan
pada saat pelaksanaan proyek
- Asesmen Sumatif : dilakukan pada akhir proyek
44. 38
Alur Kegiatan Proyek
Alur Kegiatan Proyek Asesmen
A. Perencanaan
1. Peserta didik mengobservasi kearifan lokal
yang ada di Kampung Cireundeu.
2. Peserta didik berdiskusi mengenai kearifan
lokal yang ada di Kampung Cireundeu.
3. Peserta didik megambil keputusan secara
fokus mengenai kearifan lokal yang akan
di ambil untuk dijadikan bahan proyek
- Asesmen diagnostic terkait
pengetahuan siswa terhadap
budaya di Kampung
Cireundeu
- Asesmen formatif terkait
kerja sama siswa dalam
kelompok
B. Tahapan Kontekstual
1. Peserta didik melakukan observasi
lapangan dan melakukan wawancara
2. Peserta didik melakukan penelitian
3. Peserta didik membuat ide laporan yang
akan disusun dalam bentuk karya pilihan
4. Peserta didik membuat laporan dalam
bentuk karya pilihan
5. Peserta didik menyusun teknik observasi
dan menyiapkan alat dan bahan
penelitian
6. Peserta didik melakukan survei lanjutan
7. Peserta didik mempersiapkan untuk
pameran budaya
- Asesmen formatif
C. Aksi
1. Peserta didik mempersiapkan pameran
budaya karya pilihan
2. Peserta didik melakukan asesmen sumatif
oleh guru
3. Peserta didik melakukan evaluasi
4. Peserta didik melakukan afeksi
- Asesmen formatif
D. Pelaporan - Asesmen sumatif
45. 39
iii.b Satuan Pendidikan SLB
PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
A. PROFIL
1. Tema : Bangunlah Jiwa dan Raganya
2. Topik : Permainan tradisional membuat jiwa dan ragaku bugar
3. Fase/Kelas : Fase E/X SMALB Tunagrahita
4. Waktu : 2 minggu
5. Alokasi waktu : 80 JP
6. Jadwal pelaksanaan : minggu ke 3 dan 4 pada bulan Februari
B. TUJUAN
1. Pemetaan dimensi, elemen, sub elemen
Dimensi Elemen Sub elemen
Target Pencapaian di
Akhir Fase E
Gotong Royong Kolaborasi Kerjasama Membangun tim dan
mengelola kerjasama
untuk mencapai tujuan
bersama sesuai dengan
target yang sudah
ditentukan dalam
permainan tradisional
Kepedulian Persepsi Sosial Melakukan tindakan
yang tepat agar orang
lain merespon sesuai
dengan yang
diharapkan dalam
rangka penyelesaian
pekerjaan
Berbagi Berbagi Mengupayakan
memberi hal yang
dianggap penting dan
berharga kepada
orang-orang yang
membutuhkan di
masyarakat yang lebih
luas dalam permainan
tradisional (negara,
dunia).
Kreatif Menghasilkan gagasan
yang orisinil
Menghasilkan gagasan
yang orisinil
Menghasilkan gagasan
yang beragam untuk
mengekspresikan
pikiran dan/atau
perasaannya, menilai
gagasannya, serta
memikirkan segala
risikonya dengan
mempertimbangkan
banyak perspektif
seperti etika dan nilai
kemanusiaan ketika
46. 40
Dimensi Elemen Sub elemen
Target Pencapaian di
Akhir Fase E
gagasannya
direalisasikan dalam
permainan tradisional
Menghasilkan karya
dan Tindakan yang
orisinil
Menghasilkan karya
dan Tindakan yang
orisinil.
Mengeksplorasi dan
mengekspresikan
pikiran dan/atau
perasaannya dalam
bentuk karya dan/atau
tindakan, serta
mengevaluasinya dan
mempertimbangkan
dampak dan risikonya
bagi diri dan
lingkungannya dengan
menggunakan
berbagai perspektif
dalam permainan
tradisional
ALUR AKTIVITAS
I.Pengenalan II. Kontekstual III. Aksi IV.Refleksi V. Tindak lanjut
Mengenali dan
membangun
kesadaran
peserta didik
terhadap tema
yang sedang
dipelajari.
Menggali
permasalahan di
lingkungan
sekitar yang
terkait dengan
topik
pembahasan.
Merumuskan
peran yang
dapat
dilakukan
melalui aksi
nyata.
Menggenapi
proses dengan
berbagi karya
serta
melakukan
evaluasi dan
refleksi.
Menyusun langkah
strategis.
47. 41
AKTIVITAS 1 PERMAINAN KESUKAANKU
Jenis Kegiatan : Tatap Muka
Waktu : 8 JP (8 x 40 menit)
Bahan : Tabel data permainan kesukaan
Peran Guru : Fasilitator
Persiapan :
1. Guru menyiapkan gambar berbagai macam permainan modern dan tradisonal
2. Guru menyiapkan puzzle gambar permainan modern dan tradisional
3. Guru menyiapkan lembar kerja tentang permainan kesukaan peserta didik.
Pelaksanaan :
1. Guru memberikan pertanyaan pemantik:
a. Apa permainan yang kamu sukai?
b. Kenapa kamu menyukai permainan itu?
c. Dimana biasanya kamu memainkan permainan itu?
2. Peserta didik menyusun puzzle dengan gambar permaian (modern dan tradisonal).
48. 42
3. Setelah puzzle tersusun dengan tepat, peserta didik menuliskan secara mandiri nama
permaian ke tabel sesuai dengan gambar permainannya.
No. Gambar Nama Permainan
1.
2.
3.
4.
5.
4. Peserta didik menunjukkan permainan yang disukai dengan menempelkan stiker pada
tabel.
5. Peserta didik mengurutkan permainan yang dari yang paling banyak disukai ke yang
paling sedikit disukai.
49. 43
iv. Contoh Monitoring dan Evaluasi (bu Imel)
a. KCD melaksanakan monitoring evaluasi terhadap aktivitas yang dilaksanakan di setiap
satuan Pendidikan (SMA, SMK, SLB) dengan memeriksa aktivitas yang dikirim melalui
medsos #cadisdik7 #G7H #Nama_Hari_NamaSekolah #CADISDIK7UARA
#7harkatcadisdik7 (ig:G7HOfficial).
b. Lembar evaluasi/penilaian Gerakan 7 Harkat
No.
Tema 7
Harkat
Aktivitas
Refleksi
Mulai
berkembang
Sudah
berkembang
Terbiasa Membudaya
1.
Wawasan
kebangsan
2.
Wawasan
global
3.
Literasi
(Peduli
Lingkungan)
4.
Budaya
Lokal
5.
Sehat Jiwa
Raga
6.
Rumahku
Istanaku
7.
Berbagi dan
berkunjung
Keterangan :
1. Mulai berkembang : Peserta didik mulai melaksanakan secara sporadia.
2. Sudah berkembang : Peserta didik dapat dapat melaksanakan satu aktivitas
dengan baik.
3. Terbiasa : Peserta didik melaksanakan beberapa aktifitas degan baik.
4. Membudaya : Peserta didik sudah mempunyai sikap sesuai yang
diharapkan
*mengisi evaluasi dengan memberi tanda ceklis
50. 44
Daftar Pustaka
Marvin W. Berkowitz. 2006. “Moral Education and Character Education: Their
relationship and Roles In Citizenship Education”. Journal of Moral Education.
vol. 35. No. 4. USA: University of Missouri-St. louis.
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat (2020) ) Panduan Kurikulum Masagi Bagi
Guru, Kepala Sekolah, Dan Pengawas Sekolah SMA/SMK/SLBKurikulum
Merdeka.
Sadiah Yuningsih Siti, 2017. Pengembangan Model Budaya Sekolah yang
Berorientasi pada Nilai Budaya Masyarakat Petani dalam Menumbuhkan Jiwa
Kewirausahaan Siswa SMK Pertanian Pembangunan Negeri (SMKPPN)
Lembang. (Disertasi) Universitas Pajajaran.
Sekretariat, G. T. K. (2019). Mengenal Konsep Merdeka Belajar dan Guru Penggerak.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Dewantara, Ki Hadjar, 1994, Kebudayaan, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa,
Yogyakarta.
Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des 1936., Jan, Febr. 1937
Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Rebuplik Indonesia, 2022. Panduan
Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan
Menengah.
Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi Rebuplik Indonesia, 2022. Panduan
Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Suherman, Agus, 2018. Jabar Masagi: Penguatan Karakter Bagi Generasi Milenial
Berbasis Kearifan Lokal. LOKABASA Vol. 9, No. 2, Oktober 2018
Locer. 2002. Collective Behavior. New Jersey : Pearson Education Inc. Upper Sadle
River.