Dokumen tersebut membahas kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi di puskesmas yang mencakup empat pilar utama yaitu dukungan manajerial, pengendalian administratif, pengendalian lingkungan, dan perlindungan diri. Kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan pengunjung dari risiko tertular infeksi di puskesmas.
Dokumen tersebut membahas kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi di puskesmas yang mencakup empat pilar utama yaitu dukungan manajerial, pengendalian administratif, pengendalian lingkungan, dan perlindungan diri. Kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi pasien, tenaga kesehatan, dan pengunjung dari risiko tertular infeksi di puskesmas.
Rumah sakit menyusun program PPI yang terpadu dan menyeluruh untuk mencegah penularan infeksi berdasarkan 11 kewaspadaan standar dan 3 kewaspadaan berdasarkan transmisi (kontak, droplet, udara). Program PPI disusun berdasarkan pengkajian risiko proaktif setiap tahun.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas program Hand Hygiene di RS Amal Sehat untuk menurunkan angka ketidakpatuhan petugas kesehatan dan karyawan serta menurunkan angka infeksi nosokomial melalui pelatihan, peningkatan fasilitas, evaluasi berkelanjutan, dan penciptaan iklim keselamatan.
[Ringkasan]
Program penanggulangan tuberkulosis di Puskesmas mencakup penemuan kasus, diagnosis, pengobatan, pemantauan, dan evaluasi pasien sesuai pedoman serta target dan indikator kinerja yang ditetapkan. Pelaksanaannya melibatkan berbagai pihak dan dilakukan evaluasi berkelanjutan untuk perbaikan.
Penelitian ini menganalisis pola penggunaan obat anti tuberkulosis pada 72 pasien tuberkulosis paru dewasa di Puskesmas Manonjaya periode Januari-Juni 2021. Variabel yang dianalisis meliputi jenis kelamin, umur, tepat obat, dosis, diagnosis, dan hasil pengobatan. Didapatkan bahwa sebagian besar pasien sembuh setelah menerima pengobatan selama enam bulan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB.
2. Sasaran dokumen tersebut adalah meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB dari 79% menjadi 100%.
3. Dokumen tersebut melakukan analisis terhadap faktor-faktor penyebab belum tercapainya target tersebut.
Surveilans infeksi rumah sakit merupakan proses sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data infeksi pasien guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan menurunkan angka infeksi pasien. Dokumen ini menjelaskan berbagai metode dan langkah-langkah surveilans serta hasil analisis data infeksi di RSJPDHK antara tahun 2001-2010.
Petunjuk teknis ini membahas manajemen terpadu pengendalian tuberculosis resistan obat di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, pengertian, faktor-faktor penyebab, kebijakan, strategi, organisasi pelaksana, jejaring penatalaksanaan, penatalaksanaan pasien, pengelolaan logistik, pencegahan dan pengendalian infeksi, monitoring dan evaluasi, pengembangan sumber daya manusia, advokasi komunikasi dan mobilisasi sosial, serta
Dokumen tersebut membahas kerangka acuan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas Dulukapa, Gorontalo Utara. Terdapat tujuh standar keselamatan pasien, enam sasaran peningkatan keselamatan, dan tiga langkah menuju keselamatan pasien yang meliputi membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
Program penanggulangan TB di tempat kerja memberikan manfaat bagi perusahaan dan pekerja dengan mencegah penularan penyakit dan menjaga produktivitas kerja. Strategi DOTS direkomendasikan untuk menemukan dan mengobati pasien secara tepat guna memutus mata rantai penularan."
Dokumen tersebut merangkum indikator kinerja utama Dinas Kesehatan Kabupaten Batang untuk periode 2017-2022. Indikator-indikator tersebut mencakup angka kematian ibu, bayi, dan balita, angka kematian pasien di rumah sakit, kasus penyakit menular seperti TB dan malaria, serta prevalensi balita gizi buruk. Tujuannya adalah meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien dengan pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung tahun 2016.
2. Metode penelitian menggunakan pendekatan mixed method (kuantitatif dan kualitatif) dengan sampel sebanyak 82 orang.
3. Hasil penelitian menunjukkan pen
1. Penelitian ini menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru.
2. Didapatkan hasil bahwa pengetahuan, sikap, dan pendapatan berhubungan dengan pemanfaatan klinik sanitasi. Responden dengan pengetahuan kurang, sikap negatif, dan pendapatan rendah cenderung tidak memanfaatkan klinik sanit
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pengembangan sistem surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit yang terintegrasi dan berbasis elektronik di seluruh Indonesia untuk mendukung pengendalian penyakit secara efektif dan tepat sasaran. Sistem ini akan memfasilitasi pelaporan data surveilans secara real-time dari tingkat pelaksana hingga pusat untuk pengambilan kebijakan.
Dokumen tersebut merupakan proposal pelatihan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit (SMK3 RS) yang akan diselenggarakan oleh UPT Puskesmas Sukarasa. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan divisi kesehatan dan keselamatan kerja dalam menerapkan sistem manajemen K3 yang sesuai standar WHO dalam penanganan wabah Covid-19. Pelatihan akan berlangsung selama 3 h
Rumah sakit menyusun program PPI yang terpadu dan menyeluruh untuk mencegah penularan infeksi berdasarkan 11 kewaspadaan standar dan 3 kewaspadaan berdasarkan transmisi (kontak, droplet, udara). Program PPI disusun berdasarkan pengkajian risiko proaktif setiap tahun.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas program Hand Hygiene di RS Amal Sehat untuk menurunkan angka ketidakpatuhan petugas kesehatan dan karyawan serta menurunkan angka infeksi nosokomial melalui pelatihan, peningkatan fasilitas, evaluasi berkelanjutan, dan penciptaan iklim keselamatan.
[Ringkasan]
Program penanggulangan tuberkulosis di Puskesmas mencakup penemuan kasus, diagnosis, pengobatan, pemantauan, dan evaluasi pasien sesuai pedoman serta target dan indikator kinerja yang ditetapkan. Pelaksanaannya melibatkan berbagai pihak dan dilakukan evaluasi berkelanjutan untuk perbaikan.
Penelitian ini menganalisis pola penggunaan obat anti tuberkulosis pada 72 pasien tuberkulosis paru dewasa di Puskesmas Manonjaya periode Januari-Juni 2021. Variabel yang dianalisis meliputi jenis kelamin, umur, tepat obat, dosis, diagnosis, dan hasil pengobatan. Didapatkan bahwa sebagian besar pasien sembuh setelah menerima pengobatan selama enam bulan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB.
2. Sasaran dokumen tersebut adalah meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB dari 79% menjadi 100%.
3. Dokumen tersebut melakukan analisis terhadap faktor-faktor penyebab belum tercapainya target tersebut.
Surveilans infeksi rumah sakit merupakan proses sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data infeksi pasien guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan menurunkan angka infeksi pasien. Dokumen ini menjelaskan berbagai metode dan langkah-langkah surveilans serta hasil analisis data infeksi di RSJPDHK antara tahun 2001-2010.
Petunjuk teknis ini membahas manajemen terpadu pengendalian tuberculosis resistan obat di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan latar belakang, pengertian, faktor-faktor penyebab, kebijakan, strategi, organisasi pelaksana, jejaring penatalaksanaan, penatalaksanaan pasien, pengelolaan logistik, pencegahan dan pengendalian infeksi, monitoring dan evaluasi, pengembangan sumber daya manusia, advokasi komunikasi dan mobilisasi sosial, serta
Dokumen tersebut membahas kerangka acuan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas Dulukapa, Gorontalo Utara. Terdapat tujuh standar keselamatan pasien, enam sasaran peningkatan keselamatan, dan tiga langkah menuju keselamatan pasien yang meliputi membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
Program penanggulangan TB di tempat kerja memberikan manfaat bagi perusahaan dan pekerja dengan mencegah penularan penyakit dan menjaga produktivitas kerja. Strategi DOTS direkomendasikan untuk menemukan dan mengobati pasien secara tepat guna memutus mata rantai penularan."
Dokumen tersebut merangkum indikator kinerja utama Dinas Kesehatan Kabupaten Batang untuk periode 2017-2022. Indikator-indikator tersebut mencakup angka kematian ibu, bayi, dan balita, angka kematian pasien di rumah sakit, kasus penyakit menular seperti TB dan malaria, serta prevalensi balita gizi buruk. Tujuannya adalah meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien dengan pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung tahun 2016.
2. Metode penelitian menggunakan pendekatan mixed method (kuantitatif dan kualitatif) dengan sampel sebanyak 82 orang.
3. Hasil penelitian menunjukkan pen
1. Penelitian ini menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan pendapatan keluarga dengan pemanfaatan klinik sanitasi di Puskesmas Banjarbaru Utara Kota Banjarbaru.
2. Didapatkan hasil bahwa pengetahuan, sikap, dan pendapatan berhubungan dengan pemanfaatan klinik sanitasi. Responden dengan pengetahuan kurang, sikap negatif, dan pendapatan rendah cenderung tidak memanfaatkan klinik sanit
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pengembangan sistem surveilans vektor dan binatang pembawa penyakit yang terintegrasi dan berbasis elektronik di seluruh Indonesia untuk mendukung pengendalian penyakit secara efektif dan tepat sasaran. Sistem ini akan memfasilitasi pelaporan data surveilans secara real-time dari tingkat pelaksana hingga pusat untuk pengambilan kebijakan.
Dokumen tersebut merupakan proposal pelatihan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit (SMK3 RS) yang akan diselenggarakan oleh UPT Puskesmas Sukarasa. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan divisi kesehatan dan keselamatan kerja dalam menerapkan sistem manajemen K3 yang sesuai standar WHO dalam penanganan wabah Covid-19. Pelatihan akan berlangsung selama 3 h
Similar to Nana Jedy Darpawanto_UAS Pak Pur.pptx (20)
1. Dokumen AMDAL Pengembangan Rumah Sakit Ken Saras
di Desa Samban, Kecamatan Bawen dan Desa
Randugunting, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang
Nana Jedy Darpawanto
30000120410015
2. Curriculum Vitae
Date Your Footer Here 2
Nama : Nana Jedy Darpawanto
TTL : Semarang, 30 Desember 1996
Pendidikan Terakhir : S-1 Teknik Lingkungan Undip
Pekerjaan saat ini : Konsultan Lingkungan
Proyek yang pernah dilakukan :
- Asisten tenaga ahli AMDAL Pengembangan Rumah Sakit Ken Saras di
Kabupaten Semarang
- Asisten tenaga ahli AMDAL Pengembangan RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang
- Asisten tenaga ahli AMDAL Pengembangan Industri Sepatu Olahraga PT.
Sumber Masanda Jaya di Kabupaten Brebes
3. Gambaran Umum
Date Your Footer Here 3
• RS. Ken Saras berencana melakukan pengembangan rumah sakit
beserta prasarana penunjangnya. Luas bangunan total yang awalnya
19.362,15 m2 menjadi 53.208,15 m2 pada lahan yang tetap yaitu 44.901
m2. Setelah kegiatan pengembangan selesai dilakukan, maka jumlah
tempat tidur (TT) yang ada di RS. Ken Saras menjadi 350 TT, jumlah
dokter spesialis menjadi 32 orang, dokter umum menjadi 27 orang,
dokter gigi 8 orang, tenaga perawat dan bidan 346 orang, tenaga
penunjang medis 157 orang, dan tenaga non medis 272 orang.
• Pengembangan RS. Ken Saras menempati lahan RS. Ken Saras eksisting.
Bangunan yang akan dibangun dalam rangka pengembangan antara lain
pembangunan gedung radioterapi, IPAL, masjid, gedung rawat inap, dan
wisma karyawan.
5. Rona Lingkungan Hidup Rinci
Date Your Footer Here 5
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Rona Lingkungan
Hidup Rinci berisi uraian mengenai rona lingkungan
hidup secara rinci dan mendalam di lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan yang relevan dengan dasar
DPH yang telah ditetapkan
7. Rona Lingkungan Hidup Rinci
- Kesehatan Masyarakat -
Date Your Footer Here 7
Suatu penyakit dapat terjadi disebabkan oleh tiga faktor
yaitu host, agent dan lingkungan. Dengan demikian rona
lingkungan hidup harus bersifat spesifik lokasi dan
menggambarkan kondisi lingkungan masyarakat pada
saat kegiatan berlangsung.
Salah satu gambaran kondisi kesehatan masyarakat
dapat dilihat dari kualitas lingkungannya. Lingkungan
yang baik, akan mencerminkan keadaan kesehatan
masyarakat yang baik, demikian pula sebaliknya.
Dipengaruhi oleh empat faktor yaitu kepadatan
penduduk, pelayanan kesehatan, perilaku, dan
lingkungan.
8. Prevalensi 10 Besar Penyakit di
Puskesmas Se-Kabupaten Semarang
Date Your Footer Here 8
9. Prevalensi 10 Besar Penyakit di RS Ken
Saras Tahun 2015-2018
Date Your Footer Here 9
14. Prakiraan Besaran Dampak
- Peningkatan Infeksi Nosokomial-
Date Your Footer Here 14
Infeksi nosokomial merupakan permasalahan yang terjadi di
seluruh rumah sakit di dunia. Berdasarkan data WHO tahun
2016, tercatat ada tujuh kasus dari 100 orang yang masuk
rumah sakit, dan 10 kasus dari 100 orang, yang mengalami
infeksi nosokomial. Di negara berkembang termasuk Indonesia,
prevalensi penularan infeksi meningkat hingga 40%. Bahkan,
50% bayi baru lahir yang terjangkit infeksi nosocomial memiliki
tingkat probabilitas kematian lebih tinggi hingga 12 % - 52%.
15. Prakiraan Besaran Dampak
- Peningkatan Infeksi Nosokomial-
Date Your Footer Here 15
Penelitian lebih lanjut mengemukakan bahwa infeksi
nosokomial di rumah sakit diakibatkan oleh kurangnya
kepatuhan para tenaga kesehatan. Rata-rata kepatuhan tenaga
kesehatan di Indonesia dalam hal mencuci tangan hanya
sekitar 20%-40%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
di Rumah Sakit Islam di Padang didapatkan sebanyak 9,1%
perawat tidak pernah memakai sarung tangan yang disterilkan,
ini membuktikan masih buruknya perilaku perawat dalam
pencegahan infeksi nosokomial.
16. Prakiraan Besaran Dampak
- Peningkatan Infeksi Nosokomial-
Date Your Footer Here 16
Dilihat dari tingkat pengetahuan perawat, didapatkan sebanyak
65,5% perawat tidak mengetahui penyebab infeksi nosokomial.
Acuan dari penilaian PPI saat akreditasi RS ditetapkan
perhitungan infeksi nosokomial adalah sebagai berikut : Angka
kejadian inf daerah operasi < 2 ‰, Angka kejadian pneumonia
oleh karena pemakaian ventilator < 5,8 ‰, Angka kejadian inf
sal kemih < 4,7 ‰, Angka kejadian infeksi aliran darah primer <
3,5 ‰, Angka kejadian pneumonial yang didapat dari RS < 1 ‰,
Phlebitis < 1 ‰, Decubitus < 1 ‰.
17. Prakiraan Besaran Dampak
- Peningkatan Infeksi Nosokomial-
Date Your Footer Here 17
Dengan acuan data yang ada dapat dianggap infeksi
nosokomial di Rumah Sakit dalam ketegori sedang dan dengan
adanya operasionalisasi rumah sakit dengan gedung yang baru
maka dampak infeksi nosokomial dikategorikan tidak akan
menurunkan skala kualitas lingkungan, sehingga skala kualitas
lingkungan untuk infeksi nosokomial tetap sedang ( skala 3 )
19. Hasil Evaluasi Secara Holistik Terhadap
Dampak Lingkungan
Komponen Kesehatan Masyarakat
Date Your Footer Here 19
20. Evaluasi Secara Holistik
- Peningkatan Infeksi Nosokomial-
Date Your Footer Here 20
Peningkatan prevalensi penyakit dan peningkatan infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial (Hospital Acquired
Infection/Nosocomial Infection) adalah infeksi yang didapat
dari rumah sakit atau ketika penderita itu dirawat di rumah
sakit. Infeksi ini baru timbul sekurang-kurangnya dalam waktu
3 x 24 jam sejak mulai dirawat, dan bukan infeksi kelanjutan
perawatan sebelumnya. Rumah sakit merupakan tempat yang
memudahkan penularan berbagai penyakit infeksi. Aktivitas
kegiatan rumah sakit dapat menyebabkan infeksi nosokomial.
Sehingga dengan semakin meningkatnya prevalensi penyakit
yang terdapat di rumah sakit maka meningkat pula infeksi
nosokomial.
21. Evaluasi Secara Holistik
- Peningkatan Infeksi Nosokomial-
Date Your Footer Here 21
Untuk mengendalikannya maka perlu diterapkan teknik aseptik
petugas kesehatan dan pengunjung seperti kebiasaan mencuci
tangan sebelum mengobati, merawat ataupun memegang
pasien, penggunaan APD seperti masker, jas khusus, alas kaki
dan sarung tangan bagi pengunjung untuk masuk ruangan
khusus seperti HCU masih kurang, pembatasan pengunjung
dan jam besuk juga masih sering diabaikan. Peningkatan
prevalensi penyakit dan infeksi nosokomial Rumah Sakit Ken
Saras menyebabkan dampak sekunder yaitu penurunan
kenyamanan dan persepsi masyarakat.