Dokumen tersebut membahas tentang istilah-istilah yang digunakan dalam pengajian hadis. Terdapat penjelasan mengenai istilah sanad, isnad, musnad, musnid, rawi, matan, dan istilah-istilah lainnya. Juga disebutkan beberapa kitab hadis utama seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta para perawi hadis terkenal.
Zaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan IslamEzad Azraai Jamsari
Nota perkuliahan PBJJ bagi kursus PPPY1272 Fiqh Sirah, kursus WAJIB dari Jabatan Pengajian Arab dan Tamadun Islam, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia.
"Pengenalan Kepada Sunan Al-Tirmizi dan Manhajnya" [Edisi Revisi Disember 2010]Kaminorsabir Kamin
Tajuk: "Pengenalan Kepada Sunan Al-Tirmizi & Manhajnya"
Penulis: Muhammad Fathi Ali (http://ansarul-hadis.blogspot.com/)
Disemak oleh: Mohd `Adlan bin Mohd Shariffuddin (http://ad-diyari.com/)
Edisi: Revisi Disember 2010 (edisi revisi dengan tambahan isi)*
* antara isi baru yang ditambah ialah nama yang sebenar dan tepat untuk Sunan Al-Tirmizi
Muka Surat: 20 muka termasuk kulit
Hak Cipta: Buku ini adalah waqaf penulis kepada seluruh umat Islam, tiada hak cipta mana-mana syarikat percetakan, dianjurkan untuk menyebarkannya dan mencetaknya dengan sebarang alat percetakan, dilarang plagiat sama sekali, dan dilarang meniagakannya tanpa izin
>> http://ansarul-hadis.blogspot.com/
Nota perkuliahan PBJJ bagi kursus PPPY1272 Fiqh Sirah, kursus WAJIB dari Jabatan Pengajian Arab dan Tamadun Islam, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia.
Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekah ke Kota Madinah.
Untuk mendapatkan lebih banyak nota yang berkaitan, sila ke blog saya
http://cikgustpm.blogspot.com/
Zaman Jahiliyyah dan Nabi Muhammad SAW Sebelum Kedatangan IslamEzad Azraai Jamsari
Nota perkuliahan PBJJ bagi kursus PPPY1272 Fiqh Sirah, kursus WAJIB dari Jabatan Pengajian Arab dan Tamadun Islam, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia.
"Pengenalan Kepada Sunan Al-Tirmizi dan Manhajnya" [Edisi Revisi Disember 2010]Kaminorsabir Kamin
Tajuk: "Pengenalan Kepada Sunan Al-Tirmizi & Manhajnya"
Penulis: Muhammad Fathi Ali (http://ansarul-hadis.blogspot.com/)
Disemak oleh: Mohd `Adlan bin Mohd Shariffuddin (http://ad-diyari.com/)
Edisi: Revisi Disember 2010 (edisi revisi dengan tambahan isi)*
* antara isi baru yang ditambah ialah nama yang sebenar dan tepat untuk Sunan Al-Tirmizi
Muka Surat: 20 muka termasuk kulit
Hak Cipta: Buku ini adalah waqaf penulis kepada seluruh umat Islam, tiada hak cipta mana-mana syarikat percetakan, dianjurkan untuk menyebarkannya dan mencetaknya dengan sebarang alat percetakan, dilarang plagiat sama sekali, dan dilarang meniagakannya tanpa izin
>> http://ansarul-hadis.blogspot.com/
Nota perkuliahan PBJJ bagi kursus PPPY1272 Fiqh Sirah, kursus WAJIB dari Jabatan Pengajian Arab dan Tamadun Islam, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia.
Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekah ke Kota Madinah.
Untuk mendapatkan lebih banyak nota yang berkaitan, sila ke blog saya
http://cikgustpm.blogspot.com/
Kumpulan hadits shahih Bukhari-Muslim
RIWAYAT SINGKAT :
Imam Bukhari
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari atau lebih dikenal Imam Bukhari (Lahir 13 Syawal 196 H/21 Juli 810 M - Wafat 256 H/31 Agustus 870 M) adalah ahli hadits yang termasyhur di antara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam kitab-kitab Fiqih dan Hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
.....
Imam Muslim
Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi(bahasa Arab: أبو الحسين مسلم بن الحجاج القشيري النيشابوري), atau sering dikenal sebagai Imam Muslim (821-875) dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad, 25 Rajab 261 Hijriah / 5 Mei 875 Masehi dan dikuburkan di Naisaburi..
...
Berikut ini (beberapa) hadits-haditsnya :
JANGANLAH KALIAN KEMBALI KAFIR SEPENINGGALANKU, YANG SATU MEMENGGAL LEHER YANG LAIN
44. Jarir r.a. berkata: Ketika hajjatul wada’ Nabi saw. menyuruhnya supaya memanggil orang-orang untuk mendengarkan khotbah Nabi saw. Lalu Nabi saw. bersabda: Janganlah kalian kembali sepeninggalanku menjadi kafir karena setengah kamu memenggal leher setengahnya. (Bukhari, Muslim).
45. Ibn Umar r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Awaslah/celakalah kalian, jangan sampai kembali menjadi kafir sepeninggalanku, yaitu yang satu memenggal leher yang lain. (Bukhari, Muslim).
• Yakni karena berebut dunia, kekayaan dan kedudukan.
Tajuk: "Sifat Al-Bukhari Dalam Kajian Hadis"
Penulis: Muhammad Fathi Ali
Penulis menghasilkan penulisan ini berdasarkan rakaman audio Mp3 kuliah guru penulis iaitu Ustaz Adlan bin Abdul Aziz pada tahun 2005. Selain itu penulis turut menambah banyak isi dari penulis sendiri yang penulis masukkan samada pada nota kaki mahupun rangka utama penulisan. Tambahan adalah dengan merujuk kitab-kitab rujukan dan juga dari maklumat yang penulis peroleh daripada kelas-kelas pengajian yang penulis hadiri di Mesir.
Edisi: Revisi Januari 2011
Buku ini asalnya adalah tulisan lama semenjak tahun 2005, edisi revisi ini adalah dengan tambahan isi, antaranya qaul syaikh Abu Muhammad Shihatah Al-Alfy guru kami di Iskandariah, Mesir.
Muka Surat: 12 muka termasuk kulit
Hak Cipta: Buku ini adalah waqaf penulis kepada seluruh umat Islam, tiada hak cipta mana-mana syarikat percetakan, dianjurkan untuk menyebarkannya dan mencetaknya dengan sebarang alat percetakan, dilarang plagiat sama sekali, dan dilarang meniagakannya tanpa izin.
>> http://ansarul-hadis.blogspot.com/
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
juga anugerah kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (LKP) dengan judul
“Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil (Nisbah) Tabungan BSM
pada Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Ulee Kareng”, yang
merupakan salah satu tugas wajib guna menyelesaikan studi pada
Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Shalawat dan Salam tak lupa pula penulis sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
juga anugerah kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (LKP) dengan judul
“Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil (Nisbah) Tabungan BSM
pada Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Ulee Kareng”, yang
merupakan salah satu tugas wajib guna menyelesaikan studi pada
Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Shalawat dan Salam tak lupa pula penulis sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
juga anugerah kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (LKP) dengan judul
“Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil (Nisbah) Tabungan BSM
pada Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Ulee Kareng”, yang
merupakan salah satu tugas wajib guna menyelesaikan studi pada
Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Shalawat dan Salam tak lupa pula penulis sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
juga anugerah kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (LKP) dengan judul
“Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil (Nisbah) Tabungan BSM
pada Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Ulee Kareng”, yang
merupakan salah satu tugas wajib guna menyelesaikan studi pada
Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Shalawat dan Salam tak lupa pula penulis sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
juga anugerah kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (LKP) dengan judul
“Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil (Nisbah) Tabungan BSM
pada Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Ulee Kareng”, yang
merupakan salah satu tugas wajib guna menyelesaikan studi pada
Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Shalawat dan Salam tak lupa pula penulis sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
juga anugerah kesabaran dan ketabahan hati, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (LKP) dengan judul
“Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil (Nisbah) Tabungan BSM
pada Kantor Bank Syariah Mandiri Cabang Ulee Kareng”, yang
merupakan salah satu tugas wajib guna menyelesaikan studi pada
Program Diploma III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Shalawat dan Salam tak lupa pula penulis sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Keberhasilan penulisan Laporan Kerja Praktik (LKP) ini
tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, berkat taufik
dan hidayah-Nya disertai limpahan
1. Istilah
Istilah yang digunakan dalam pengajian hadis ialah
Istilah Pengertian beserta contoh
Sanad
السند
• Erti: Rangkaian perawi bermula awal hingga kepada Nabi
Muhammad s.a.w
• jalan yang sampai ke pada matan yakni nama perawi yang disebut
sehinga kepada matan.
• Orang yang meriwayatkan Hadith
• Contoh: Al-Bukhari > Musaddad > Yahyaa > Syu’bah > Qatadah >
Anas > Nabi Muhammad SAW
Isnad
النسند
• Sandarkan hadis pada periwayatnya
• menyatakan siapakah yang meriwayat kan sesuatu hadis itu.
• Penceritaan orang yang meriwayatkan Hadith
Musnad
المسند
• Erti: Kitab yang dikumpul dalamnya apa diriwayat oleh seorang
sahabat atau lebih
• dibaca dengan baris diatas nun ()ن ialah kitab yang menghimpunkan
di dalamnya hadis yang diriwayat oleh seorang sahabat Nabi atau
lebih dari itu, seperti Musnad Imam Ahmad
• Apa yang menghubungkan antara orang-orang yang meriwayatkan
Hadith
• Contoh: Musnad Imam Ahmad
Musnid
المسن
• Erti: Orang yang meriwayat hadis dengan isnadnya, sama ada ia
mengetahui ilmu hadis atau tidak
• dibaca dengan baris bawah nun (ن ) iaitu mereka yang meriwayatkan
hadis dengan menyebutkan sanadnya.
• Orang yang meriwayatkan Hadith dengan penceritaan periwayatan
Hadith
• Contoh: Imam Al- Bukhari
Rawi • Erti: Orang yang meriwayat hadis Nabi
• Contoh: Abu Hurairah
Matan
المتن
• Erti: Lafaz hadis yang membentuk pengertian
• ucapan yang berada di akhir sanad
• Contoh: 'Kebersihan sebahagian daripada Iman'
2. رجّج المخ • Orang yang menyebut periwayatan Hadith.(cth: Imam Bukhari)
المخرج • Orang yang meriwayatkan Hadith secara رواية (lafaz Hadith sahaja)
dan دراية (pemahaman mengenai Hadith)
الحديث
al- Hadis
• 1. ialah pekara yang disandarkan kepada Nabi sama ada perkataan,
perbuatan, mengaku Nabi (seperti diam Nabi) atau sifat Nabi.
2. الخبر al-
Khabar
• , dan hadis sama makna. Ini mengikut pendapat yang sahih.
3. الرثر
al-Asar
• maknanya adalah sama dengan hadis mengikut pendapat yang
muktamad.
• Pendapat yang lain mengatakan asar ialah hadis yang maykuf
(hadis yang disandar kepada sahabat Nabi).
4. السنة
al-Sunah
•
juga sama makna dengan hadis mengikut setengah pendapat
ulama.
Pendapat yang lain mengatakan bahawa hadis tertentu pada ucapan
Nabi dan perbuatannya sedangkan sunah terlebih umum dari itu.
المحدث
al-Muhdis
• ialah mereka yang menghafal banyak hadis dan mereka mengetahui
adil perawi dan tidak adilnya.
الحافظ
al-Hafiz
• ialah mereka yang menhafal seratus ribu hadis dengan sanadnya
sekali.
الحجة
al-Hujah
• ialah mereka yang menghafal tiga ratus ribu hadis dengan sanadnya
sekali.
الحاكم
al-Hakim
• ialah mereka yang menguasi sunah
Senarai perawi masyhur
Para perawi hadis ini boleh dikenal mengikut peringkat mereka. Peringatan: Ini
bukannya senarai penuh perawi hadis!
3. Generasi Contoh
Sahabat
• Abu Hurairah
• Aisyah binti Abu Bakar
• Abdullah Ibn Umar
• Abdullah Ibn Abbas
• Jabir Ibn Abdullah
Tabi'in • Sa'id Ibn al-Musyabbab
• Muhammad Ibn Sirin
• Sa'id Ibn Jubair
• Ibn Syihab al-Zuhri
• al-Hassan al-Basri
Tabi' al-Tabi'in • Malik Ibn Anas
• Sufyan Ibn Sa'id al-Thauri
• al-Layth Ibn Sa'id
• Sufyan Ibn 'Uyainah
• Imam al-Syafi'e
Enam kitab hadis utama ini sebagai himpunan hadis yang terpenting. Berikut
merupakan senarai kitab-kitab tersebut, mengikut aturan ketulenan :
1. Sahih Bukhari, himpunan Imam Bukhari (m. 870), mengandungi 7275 ahadith
2. Sahih Muslim, himpunan Imam Muslim (m. 875), mengandungi 9200 ahadith
3. Sunan al-Sughra, himpunan Imam Nasa'i (m. 915)
4. Sunan Abu Daud, himpunan Imam Abu Daud (m. 888)
5. Jami' at-Tirmizi, himpunan Imam Tirmidzi (m. 892)
6. Sunan Ibnu Majah, himpunan Imam Ibnu Majah (m. 887)
Dua yang pertama, lazimnya dirujuk sebagai Dua Sahih sebagai tanda ketulenan
mereka, mengandungi sekitar 7 ribu hadis semuanya, tanpa mengira yang berulang,
mengikut Ibnu Hajar.[2]
Kitab Hadis
Ada ramai ulama periwayat hadis, namun yang sering digunakan dalam fiqh Islam ada
tujuh iaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi, Imam Ahmad,
Imam Nasa'i dan Imam Ibnu Majah.
Ada beberapa buah kitab Hadis yg lebih diakui oleh umat Islam seluruh dunia. Enam
kitab pertama di bawah ini dikenali sebagai enam kitab hadis utama:
4. 1. Kitab al-Jami' as-Sahih - karya Imam Bukhari atau nama sebenar beliau adalah
Muhammad bin ismail
2. Kitab al-Jami' as-Sahih - karya Imam Muslim atau nama sebenarnya muslim bin
al-hajjaj al-nasaburi
3. Kitab Sunan an-Nasai - karya Imam Nasa'i atau nama sebenar beliau adalah
Abu abdul rahman bin shuib
4. Kitab Sunan Abi Daud - karya Imam Imam Abu Daud atau nama sebenar beliau
adalah Abu daud sulaiman
5. Kitab Sunan at-Tirmizi (al Jami' as-Sahih) - karya Imam Tirmidzi atau nama
sebenar beliau adalah Abu esa muhammad bin ishak Asalmi
6. Kitab Sunan Ibnu Majah - karya Imam Ibnu Majah atau nama sebenar beliau
adalah Abu abdullah muhammad bin yazid al-quzwini
7. Kitab Musnad - karya Imam Ahmad
8. Imam Malik
9. Sunan al-Darimi
Beberapa istilah dalam ilmu hadits
Berdasarkan siapa yang meriwayatkan, terdapat beberapa istilah yang dijumpai pada
ilmu hadits antara lain:
• Muttafaq Alaih (disepakati atasnya) yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, dikenal dengan
hadits Bukhari dan Muslim
• As Sab'ah berarti tujuh perawi yaitu: Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim,
Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i dan Imam Ibnu Majah
• As Sittah maksudnya enam perawi yakni mereka yang tersebut di atas selain
Ahmad bin Hambal(Imam Ibnu Majah)
• Al Khamsah maksudnya lima perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain
Imam Bukhari dan Imam Muslim
• Al Arba'ah maksudnya empat perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain
Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim
• Ats Tsalatsah maksudnya tiga perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain
Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah
1- Imam Bukhari
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-
Ju'fi al-Bukhari atau lebih dikenal Imam Bukhari
(Lahir 196 H/ 19 Agust 810 M Bukhara khorasan - Wafat 256 H/ 1 September 870 M
Khartank, near Samarqan ) Umur 60 tahun
أبوعبدالمحمدبنانسماعيلبنابراهيمبنالمغيرةبنبردزبهالجعفيالبخاري
Adalah ahli hadits yang termasyhur di antara para ahli hadits sejak dulu hingga kini
bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan
dalam kitab-kitab Fiqih dan Hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi.
Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum
5. mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk
kepadanya.
Beliau diberi nama Muhammad oleh ayah beliau, Ismail bin Ibrahim. Yang sering
menggunakan nama asli beliau ini adalah Imam Turmudzi dalam komentarnya setelah
meriwayatkan hadits dalam Sunan Turmudzi. Sedangkan kuniah beliau adalah Abu
Abdullah. Karena lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah; beliau dikenal sebagai al-
Bukhari. Dengan demikian nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari. Ia lahir pada tanggal
13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Tak lama setelah lahir, beliau kehilangan
penglihatannya.
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu
Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati hati
terhadap hal hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih lebih terhadap hal
yang haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan murid
dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari
masih kecil.
Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara.
pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah
dan Madinah, dimana dikedua kota suci itu dia mengikuti kuliah para guru besar hadits.
Pada usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal
kitab-kitab hadits karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya
Syekh Ishaq, menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta
hadits yang diriwayatkan 80.000 perawi disaring menjadi 7275 hadits.
Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin
Ismail. Sosok beliau kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah
dermawan dan banyak menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.
Kitab Sahih Bukhari merupakan kitab (buku) koleksi Hadis yang disusun oleh Imam
Bukhari (nama lengkap: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-
Mughirah al-Ja'fai) yang hidup antara 194 hingga 256 Hijrah.
Koleksi hadis yang terkandung dan tersusun dalam sahih ini dianggap oleh hampir
keseluruhan penganut Muslim Ahli Sunah wal-Jamaah sebagai salah satu daripada
himpunan hadis yang terbaik kerana Imam Bukhari menggunakan kriteria yang sangat
ketat dalam menyeleksi hadis-hadis peringkat paling sahih. Maka tidak hairanlah jika
orang Islam ahli sunah wal-jamaah mengganggap Sahih Bukhari sebagai Kitab yang
kedua paling murni selepas Kitabullah. Imam Bukhari menghabiskan waktu selama 16
tahun untuk menyusun koleksi ini dan menghasilkan 2,602 hadis dalam kitabnya (9,802
dengan perulangan). Semua hadis-hadis sahih disusun mengikut 70 kategori berpautan
dimana setiap satu kategori mewakili satu kitab.
Senarai Kitab
1. Kitab Permulaan Wahyu
2. Kitab Iman
3. Kitab Ilmu
6. 4. Kitab Wudhu'
5. Kitab Mandi
6. Kitab Haid
7. Kitab Tayammum
8. Kitab Solat
9. Kitab Waktu-Waktu Solat
10. Kitab Azan[1]
11. Kitab Solat Jumaat
12. Kitab Haji[2]
13. Kitab Puasa
14. Kitab Solat Tarawih [dan I'tikaf]
15. Kitab Jual Beli
16. Kitab Salam (Tempah, Pemesanan)
17. Kitab Syuf'ah (Penyewaan)
18. Kitab Ijarah (Upah)
19. Kitab Wakalah (Perwakilan)
20. Kitab tentang Berladang dan Bercucuk Tanam
21. Kitab Distribusi Air (Pengairan)
22. Kitab Masalah Hutang
23. Kitab Dalam Perselisihan (Pertengkaran)
24. Kitab Luqathah (Barang Temuan)
25. Kitab Tentang Perbuatan-Perbuatan Zalim
26. Kitab Syirkah (Perseroan)
27. Kitab Penggadaian
28. Kitab Pembebasan Hamba
29. Kitab Hibah (Hadiah) dan Keutamaannya
30. Kitab Syahadah (Persaksian)
31. Kitab Perdamaian
32. Kitab Persyaratan[3]
33. Kitab Wasiat
34. Kitab Jihad dan Ekspedisi
35. Kitab Permulaan Makhluk
36. Kitab Manaqib (Biografi)[4]
37. Kitab Berbagai Keutamaan Shahabat-Shahabat Nabi
38. Kitab Perang[5]
39. Kitab Tafsir[6]
40. Kitab Nikah
41. Kitab Thalaq
42. Kitab Nafkah
43. Kitab Makanan
44. Kitab Akikah
45. Kitab Sembelihan-Sembelihan, Berburu, dan Membacakan Bismillah atas Hewan
Buruan
46. Kitab Korban-Korban
47. Kitab Minuman
48. Kitab Musibah Sakit
49. Kitab Pengubatan
50. Kitab Mengenai Makanan[7]
51. Kitab Adab (Budi Pekerti)
52. Kitab Isti`dzan (Memohon Izin)
7. 53. Kitab Do'a-Do'a
54. Kitab Kalimat-Kalimat yang Melunakkan Hati
55. Kitab Ketentuan Allah
56. Kitab Sumpah dan Nadzar
57. Kitab Kafarat Sumpah
58. Kitab Faraidh (Hukum Waris)
59. Kitab Had (Pidana) dan Apa yang Harus Dihindari dari Had
60. Kitab yang Menjelaskan Orang-Orang yang Diperangi Terdiri dari Orang-Orang
Kafir dan Orang-Orang yang Harus Diperangi dari Orang-Oang Murtad Sehingga
Mereka Meninggal Dunia[8]
61. Kitab Diyat (Tebusan Kejahatan)
62. Kitab Orang-Orang Murtad dan Orang-Orang yang Menentang Diminta
Bertaubat, dan Peperangan Terhadap Mereka
63. Kitab Pemaksaan
64. Kitab Helah (Upaya Tersembunyi)
65. Kitab Tafsir Mimi
66. Kitab Fitnah-Fitnah (Ujian/Siksaan)
67. Kitab Hukum-Hukum
68. Kitab Harapan Jauh (Angan-Angan)
69. Kitab Berpegang kepada Qur'an dan Sunnah
70. Kitab Tauhid[9]
Sahih Bukhari mempunyai 70 kitab menurut terjemahan Ahmad Sunarto dkk.
Sedangkan menurut terjemahan M. Muhsin Khan, 93 kitab.[10]
Hal ini terjadi akibat
beberapa perbezaan dalam pembahagian kitab. Misalnya Kitab Solat menurut
terjemahan Ahmad Sunarto dkk[1]
terhitung sebagai dua kitab dalam terjemahan M.
Muhsin Khan, iaitu Book of Prayers (Salat) dan Book of Virtues of the Prayer Hall (Sutra
of the Musalla).[10]
2- Imam Muslim
Abul Husayn Muslim ibn al-Hajjaj Qushayri al-Nisaburi (bahasa Arab: أبوالحسينمسلمبن
الحجاجشيريشالقششابوريشالنيس ) (hidup sekitar. 206-261 AH/c.821-875 CE), pengarang Muslim
bagi kumpulan Hadith kedua penting dalam Islam Sunni, Sahih Muslim. Dia juga
dikenali secara ringkasnya sebagai Al-Muslim.
Dilahirkan di Nishapur (Parsi) dan berketurunan Arab Qushayr.[1]
Nama:
Abul Husain Muslim ibni al-Hajaj Qushayri al-
Nisaburi
Gelaran: Imam Muslim
Lahir: 821 M bersamaan 202 H atau 206 H
Wafat: 875 H bersamaan 261 H
Etnik: Arab
Sahih Muslim (Bahasa Arab: صحيحمسسلم , ṣaḥīḥ Muslim, tajuk sebenar Al-Musnadu Al-
Sahihu bi Naklil Adli) ialah salah satu dari enam kitab hadis dalam Islam Ahli Sunah
8. Waljamaah. Kitab ini yang disusun oleh Imam Muslim, merupakan salah satu dari dua
kitab yang paling sahih dan murni sesudah Kitabullah (Al-Quran), bersama dengan
Sahih Bukhari. Kedua kitab shahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam.
Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan
mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadith-hadith yang diriwayatkan,
membandingkan riwayat-riwayat itu satu sama lain. Muslim sangat teliti dan hati-hati
dalam menggunakan lafaz-lafaz, dan selalu memberikan isyarat akan adanya
perbezaan antara lafaz-lafaz itu. Dengan usaha yang sedeemikian rupa, maka lahirlah
kitab shahihnya.
Bukti mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, di mana Muslim menyaring
isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Diceritakan, bahawa ia pernah
berkata: Aku susun kitab shahih ini yang disaring dari 300,000 hadith.
Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, yang berkata: Aku menulis bersama Muslim
untuk menyusun kitab shahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12,000 buah
hadith.
Dalam pada itu, Ibn Salah menyebutkan dari Abi Quraisy al-Hafiz, bahawa jumlah hadith
Shahih Muslim itu sebanyak 4,000 buah hadith. Kedua pendapat tersebut dapat kita
kompromikan, iaitu bahawa perhitungan pertama memasukkan hadith-hadith yang
berulang-ulang penyebutannya, sedangkan perhitungan kedua hanya menghitung
hadith-hadith yang tidak disebutkan berulang.
Imam Muslim berkata di dalam Shahihnya: Tidak setiap hadith yang shahih menurutku,
aku cantumkan di sini, yakni dalam Shahihnya. Aku hanya mencantumkan hadith-hadith
yang telah disepakati oleh para ulama hadith.
Beliau juga pernah berkata, sebagai ungkapan gembira atas kurnia Tuhan yang
diterimanya: Apabila penduduk bumi ini menulis hadith selama 200 tahun, maka usaha
mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad ini.
Ketelitian dan kehati-hatian Muslim terhadap hadith yang diriwayatkan dalam Shahihnya
dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut: Tidaklah aku mencantumkan sesuatu
hadith dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan; juga tiada aku menggugurkan
sesuatu hadith daripadanya melainkan dengan alasan pula.
Imam Muslim di dalam penulisan Shahihnya tidak membuat judul setiap bab secara
terperinci. Adapun judul-judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebahagian naskah
Shahih Muslim yang sudah dicetak, sebenarnya dibuat oleh para pengulas yang datang
kemudian. Di antara pengulas yang paling baik membuatkan judul-judul bab dan
sistematik babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarahnya.
3- Imam Nasa`i,
Ahmad bin Syu'aib bin Ali al-Nasā'ī (Bahasa Arab: أحمدبنشعيبالنسائي ) adalah seorang
ahli hadis. Beliau terkenal dengan nama An-Nasa`i kerana dinisbahkan dengan kota
9. Nasa'i, salah satu kota di Khurasan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H, demikian
menurut Adz Dzahabi. Dan beliau meninggal dunia pada hari Isnin, 13 Safar 303 Hijriah
di Palestin dan beliau dikuburkan di Baitulmuqaddis.
Beliau menerima Hadis dari Sa'id, Ishaq bin Rawahih dan ulama-ulama lainnya selain itu
dari kalangan tokoh ulama ahli hadis yang berada di Khurasan, Hijaz, Iraq, Mesir, Syam,
dan Semenanjung Arab. Beliau termasuk diantara ulama yang ahli di bidang ini dan
karena ketinggian sanad haditsnya. Beliau lebih kuat hafalannya menurut para ulama
ahli hadits dari Imam Muslim dan kitab Sunan An Nasa`i lebih sedikit hadits dhaifnya
(lemah) setelah Hadith Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Beliau pernah menetap di
Mesir.
Para guru beliau yang nama harumnya tercatat oleh pen sejarah antara lain; Qutaibah
bin Sa`id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih, al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram,
Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abi Dawud), serta Imam Abu Isa al-Tirmidzi
(penyusun al-Jami` atau Sunan al-Tirmidzi).
Sementara murid-murid yang setia mendengarkan fatwa-fatwa dan ceramah-ceramah
beliau, antara lain; Abu al-Qasim al-Thabarani (pengarang tiga buku kitab Mu`jam), Abu
Ja`far al-Thahawi, al-Hasan bin al-Khadir al-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin al-
Ahmar al-Andalusi, Abu Nashr al-Dalaby, dan Abu Bakr bin Ahmad al-Sunni. Nama yang
disebut terakhir, disamping sebagai murid juga tercatat sebagai “penyambung lidah”
Imam al-Nasa`i dalam meriwayatkan kitab Sunan al-Nasa`i.
Sudah mafhum dikalangan peminat kajian hadis dan ilmu hadis, para imam hadis
merupakan tokoh yang memiliki ketekunan dan kehebatn yang patut diteladani. Dalam
masa ketekunannya inilah, para imam hadis kerap kali menghasilkan karya tulis yang
tak terhingga nilainya.
Tidak ketinggalan pula Imam al-Nasa`i. Karangan-karangan beliau yang sampai kepada
kita dan telah diabadikan oleh pen sejarah antara lain; al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-
Sughra (kitab ini merupakan bentuk perampingan dari kitab al-Sunan al-Kubra), al-
Khashais, Fadhail al-Shahabah, dan al-Manasik. Menurut sebuah keterangan yang
diberikan oleh Imam Ibn al-Atsir al-Jazairi dalam kitabnya Jami al-Ushul, kitab ini
disusun berdasarkan pandangan-pandangan fiqh mazhab Syafi`i.
Untuk pertama kali, sebelum disebut dengan Sunan al-Nasa`i, kitab ini dikenal dengan
al-Sunan al-Kubra. Setelah tuntas menulis kitab ini, beliau kemudian menghadiahkan
kitab ini kepada Amir Ramlah sebagai tanda penghormatan. Amir kemudian bertanya
kepada al-Nasa`i, “Apakah kitab ini seluruhnya berisi hadis shahih?” Beliau menjawab
dengan kejujuran, “Ada yang shahih, hasan, dan adapula yang hampir serupa
dengannya”.
Kemudian Amir berkata kembali, “Kalau demikian halnya, maka pisahkanlah hadis yang
shahih-shahih sahaja”. Atas permintaan Amir ini, beliau kemudian menyisihkan dengan
ketat semua hadis yang telah tertuang dalam kitab al-Sunan al-Kubra. Dan akhirnya
beliau berhasil melakukan perampingan terhadap al-Sunan al-Kubra, sehingga menjadi
al-Sunan al-Sughra. Dari segi penamaan sahaja, sudah bisa dinilai bahwa kitab yang
kedua merupakan bentuk perampingan dari kitab yang pertama.
10. Imam al-Nasa`i sangat teliti dalam menyisihkan hadis-hadis yang termuat dalam kitab
pertama. Oleh kerananya, banyak ulama bercakap “Kedudukan kitab al-Sunan al-
Sughra dibawah darjat Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Di dua kitab terakhir, sedikit
sekali hadis dhaif yang terdapat di dalamnya”.Kerana hadis-hadis yang termuat di dalam
kitab kedua (al-Sunan al-Sughra) merupakan hadis-hadis pilihan yang telah disisih
dengan ketat, maka kitab ini juga dinamakan al-Mujtaba. Pengertian al-Mujtaba
bersinonim dengan al-Maukhtar (yang terpilih), kerana memang kitab ini berisi hadis-
hadis pilihan, hadis-hadis hasil sisihan dari kitab al-Sunan al-Kubra.
Kitab As-Sunan as-Sughra (Bahasa Arab: السننالصغرى ), juga dikenali sebagai Sunan al-
Nasa'i ( سننالنسائي ) atau Al-Mujtaba ()المجتبى ialah salah satu dari Al-Kutub al-Sittah (enam
kitab hadis utama) orang Islam Ahli Sunah Waljamaah, dan telah dikumpul oleh Imam
al-Nasa'i. Ahli Sunah menganggap kitab ini sebagai ketiga paling kuat dalam enam kitab
hadis utama mereka.[1]
Kitab al-Sunan al-Sughra ini mempunyai sekitar 5270 hadis (mengira Mukarrar, iaitu,
riwayat berulang) yang dipilih al-Nasa'i dari karya utamanya al-Sunan al-Kubra.
Bagaimanapun, kitab pertamanya ini turut memasukkan hadis Hasan di samping hadis
Sahih.[2]
4- Imam Abu Daud
Abu Da'ud Sulayman ibn Ash`ath al-Azadi al-Sijistani (Sistan 202 H (817 M) - Basrah
276 H (888 M)}, adalah salah seorang perawi hadith Nabi Muhammad (S.A.W). Beliau
adalah penulis kitab Sunan Abi Daud, salah satu kitab yang dikategorikan di dalam
enam kitab Hadis yang utama yang termasuk kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim.
Sunan Abu Daud ataupun Sunan Abi Daawud (Bahasa Arab: سننأبيداود ), humpunan
Hadis oleh Abu Daud, ialah satu daripada enam kitab Hadis yang dikenali sebagai Al-
Kutub al-Sittah.
Pemerian
Imam Abu Daud menghimpun 500,000 hadis, tetapi hanya memuatkan sebanyak 4,800
hadis ke dalam himpunan hadisnya. Himpunan hadis ini dianggap kitab hadis yang
keempat 'kekuatannya' dalam Al-Kutub. Abu Daud mengambil masa hampir 20 tahun
bagi menghasilkan kitab hadisnya; beliau membuat beberapa siri perjalanan bagi
berjumpa periwayat hadis yang terulung pada zamannya dan mengumpulkan hadis
yang paling tulen yang diriwayatkan kepada periwayat-periwayat yang ditemuinya.
Memandangkan Abu Daud mengumpulkan hadis yang belum dihumpunkan demikian
rupa, Sunannya diterima sebagai karya piawai oleh sarjana Islam.[1]
.
Latar belakang
Beliau dilahirkan di Sijistan (Sistan atau Sagestan, Iran) pada tahun 817, dan meninggal
pada tahun 888. Semasa hayatnya, beliau pernah mengembara ke Iraq, Mesir, Syria,
11. Arab Saudi, Khurasan, Nisabur dan bayak lagi untuk mengumpulkan Hadis Rasulullah
S.A.W. Kebanyakkan Hadis yang beliau kumpul lebih bertumpu kepada Hadis Hukum,
iaitu hadis yang mengandungi hukum-hukum fiqh yang sesuai digunakan dalam bidang
perundangan Islam. Jumlah Hadis yang berjaya dikumpulkan oleh Imam Abu Daud
adalah sebanyak 50,000 Hadis. Daripada jumlah itu, sebanyak 4,800 Hadis telah beliau
pilih untuk dimasukkan dalam kitab Sunannya. Semua Hadis dalam dikategorikan oleh
Imam Abu Daud mengikut kepentingannya. Imam Abu Daud telah menulis lebih kurang
21 kitab termasuk Sunan Abi Daud. Menurut Imam Abu Daud, semua Hadis yang
dimasukkan dalam kitab Sunannya adalah sahih kecuali jika beliau menyatakan
sebaliknya. Namun, bukan semua Hadis beliau sahih kerana ada ulama' seperti Ibn
Hajar berpendapat bahawa ada juga Hadis yang lemah di dalam Sunan Abi Daud.
Antara kitab selain Sunan, Imam Abu Daud juga menulis Kitab al-Marasil. Dalam kitab
ini, sebanyak 600 Hadis Mursal - Hadis yang perawinya dari kalangan Tabi'in
meriwayatkan terus daripada Rasulullah S.A.W tanpa perantaraan sahabat.
Guru
Sebagai seorang perawi Hadis, Imam Abu Daud berguru dengan ramai ulama untuk
mendapatkan sesebuah Hadis. Antara guru-gurunya adalah:
1. Imam Ahmad,
2. Al-Qanabiy,
3. Sulaiman bin Harb,
4. Abu Amr adh-Dhariri,
5. Abu Walid ath-Thayalisi,
6. Abu Zakariya Yahya bin Ma'in,
7. Abu Khaithamah,
8. Zuhair bin Harb,
9. ad-Darimi,
10. Abu Uthman Sa'id bin Manshur,
11. Ibn Abi Syaibah dan lain-lain.
Murid
Demikian juga murid beliau cukup banyak, antaranya:
1. Imam at-Tirmidzi
2. Imam Nasa'i
3. Abu Ubaid Al Ajury
4. Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (perawi Sunan Abi Daud dari
beliau).
5. Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab Sunan dari beliau).
6. Abu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
8. Abu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
10. Abu Bakr Ibnu Abi Dunya.
11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunsn dari beliau).
13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
12. 14. Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar
dari beliau).
Karya
Dia mengarang sekitar 21 buah kitab keseluruhannya. Sebahagian yang paling
menonjol adalah:
• Sunan Abu Daud, mengandungi sekitar 4,800 hadith, merupakan karya
agungnya. Ia biasanya diberi nombor menurut edisi Muhammad Muhyi al- Din
`Abd al-Hamid (Cairo: Matba`at Mustafa Muhammad, 1354/1935), di mana 5,274
dibezakan. Sesetengah hadithnya tidak sahih, tetapi dia mendakwa bahawa
kesemua hadith disenaraikan adalah sahih kecuali disebut dengan jelas
sebaliknya; ini menjadi pertikaian dikalangan sarjana Islam, kerana sesetengah,
seperti Ibn Hajar al-Asqalani percaya bahawa sesetengah yang tidak bertanda
juga merupakan Hadith da'if.
• Dalam karnyanya yang lain, Kitab al-Marasil, dia menyenaraikan 600 Hadith
mursal yang, selepas penyelidikan menyelurun, dia memutuskan juga adalah
Hadith sahih.
• Risālah Abī Dāwūd ilā Ahli Makkah; suratnya kepada penduduk Mekah
menggambarkan karyanya, Sunan Abu Dawood
5- Imam Tirmidhī
Abū Īsā Muhammad ibn Īsā as-Sulamī at-Tirmidhī
Nama: Abū Īsā Muhammad ibn Īsā as-Sulamī at-Tirmidhī
Gelaran: Imam Tirmidhī
Lahir: 824 M (209 H)
Wafat: 892 M (13 Rajab 279 H)
Mazhab: Shafi'i
Rantau: Parsi
Bidang: Hadis
Karya: Sunan al-Tirmidhi/Jami' at-Tirmizi
Imam Turmudzi atau Al-Turmudzi atau Al-Tirmidzi, nama asalnya adalah Abu Isa
Muhammad bin Isa bin Surah Al-Turmudzi (Bahasa Arab: أبوعيسىمحمدالترمسذي ) ialah
seorang perawi hadis dari Parsi yang terkenal. Beliau pernah belajar hadis dari Imam
Bukhari.
Beliau menyusun kitab Sunan Al-Turmudzi dan Al Ilal. Beliau mengatakan bahawa
dia sudah pernah menunjukkan kitab Sunannya kepada ulama-ulama Hijaz, Iraq dan
Khurasan dan mereka semuanya setuju dengan isi kitab itu. Karyanya yang mashyur
ialah Kitab Al-Jami’ (Jami' at-Tirmizi/Sunan al-Tirmidhi). Ia juga tergolong salah satu
Kutubus Sittah (Enam Kitab Utama Bidang Hadis) dan ensiklopedia hadis terkenal.
13. Jami' at-Tirmidhi (Bahasa Arab: جامعالترمذي , Jāmi` at-Tirmidhī), juga dikenali sebagai
Sunan al-Tirmizi (Bahasa Arab: ننَنسسسسُسذيسالترم , Sunan al-Tirmidhī), ialah satu daripada
enam kitab Hadis yang dikenali sebagai Al-Kutub al-Sittah. Ia dihimpunkan oleh Abu Isa
Muhammad ibn Isa al-Tirmizi.
Tajuk kitab
Al-Kattani berkata: Jami al-Tirmizi juga dikenali sebagai Sunan; himpunan ini bukan dua
kitab berlainan, dan juga [dikenali sebagai] Al-Jami al-Kabir.[1]
Pujian
Al-Hafiz Abu'l-Fadl Al-Maqdisi berkata, 'Aku dengar daripada al-Imam Abu Ismail
Abdullah bin Muhammad Al-Ansari di Harrah — apabila Abu Isa al-Tirmizi dan kitabnya
di bicarakan di hadapannya — berkata: Bagiku kitab ini lebih berguna daripada kitab-
kitab Bukhari dan Muslim. Ini kerana hanya seorang pakar mampu memdapat manfaat
daripada kitab al-Bukhari dan kitab Muslim, sementara setiap orang mampu meraih
manfaat daripada kita Abu Isa.'[2]
Ibn Al-Athir berkata: '(Ia) adalah kitab yang terbaik, memiliki manfaat yang paling
banyak, aturannya terbaik, dengan perulangan yang paling kurang. Ia mengandungi apa
yang tiada pada kitab-kitab lain; seperti penyataan pendapat mazhab berlainan, sudut-
sudut penghujahan, dan menerangkan sama ada kedudukan hadis, sama ada Sahih,
Gharib, atau Da'if, dan juga catatan yang baik atau buruk (berkaitan perawi).'
Ketulenan
Orang Islam Sunni menganggap himpunan ini sebagai kelima 'kekutannya' dalam Al-
Kutub.[3]
Jenis hadis mengikut ketulenan
Daripada empat kitab Sunan, hanya kitab Imam al-Tirmizi yang dibahagikan kepada
empat bahagian. Bahagian pertama, yang dimuatkan hadis Sahih beliau bersetuju
dengan Imam al-Bukhari dan Imam Muslim. Bahagian kedua pula mematuhi piawai dua
orang sarjana hadis, Imam Abu Daud, dan Imam Nasa'i. Imam al-Tirmizi menggunakan
piawai kedua-dua sarjana ini —piawai ini kurang sedikit daripada piawai Imam al-
Bukhari dan Imam Muslim.
Ketiga ialah himpunan hadis yang mempunyai percanggahan; dalam kes ini beliau
menerangkan kelemahan hadis. Dan bahagian keempat, hadis-hadis yang telah
digunkan oleh pakar fiqah.[4]
Sunan Ibn Mājah (Bahasa Arab: سننُابنماجه ) ialah satu daripada himpunan kitab Hadis
yang dikenali sebagai Al-Kutub al-Sittah (enam kitab utama Hadis). Himpunan Sunan ini
karya Imam Ibnu Majah.
Pemerian
14. Himpunan ini memuatkan lebih 4,000 Hadis di dalam 32 buku (kutub) yang dibahagikan
kepada 1,500 bab (abwāb).
Ketulenan
Himpunan ini dianggap orang Islam Ahli Sunah Waljamaah sebagai keenam 'terkuat'
dalam Al-Kutub al-Sittah[1]
. Namun demikian, kedudukan Sunan Ibnu Majah dalam
kesarjaan Islam tidak diputuskan sehingga abad ke-14 M. Para sarjana Islam seperti
Imam al-Nawawi (meninggal 676 H/1277 M) dan Ibn Khaldun (meninggal 808 H/1405 M)
tidak memasukkan Sunan ke dalam senarai kitab hadis yang diterima pakai secara am;
sarjana lain pula menggantikannya sama ada dengan Muwattak Imam Malik atau
dengan Sunan Al-Darimi.
.
6- Imam Ibnu Majah
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini
Nama:
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah
bin Majah Al Quzwaini
Gelaran: Imam Ibnu Majah
Lahir: 207 H
Wafat: 275 H
Mazhab: Syafie
Etnik: Maliki
Rantau: Arab
Bidang: Hadis
Karya: Sunan Ibnu Majah
Pengaruh: Imam Malik
Diilhami: Ibnu Hajar
Ibnu Majah, atau nama lengkapnya Abu 'Abdullah Muhammad bin Yazid bin
Abdullah bin Majah al-Rab'i al-Quzwaini (Bahasa Arab: أبوعبدالمحمدبنيزيدبنماجةالربعي
)القزوينسي adalah seorang ahli hadis yang terkenal kerana menyusun kitab Sunan Ibnu
Majah. Beliau dilahirkan pada tahun 207 H dan meninggal pada hari Selasa, lapan hari
sebelum berakhirnya bulan Ramadhan tahun 275 H.
Beliau menuntut ilmu hadis dari berbagai negara hingga beliau mendengar hadis dari
madzhab Maliki dan Al Laits. Sebaliknya banyak ulama yang menerima hadis dari
beliau. Ibnu Majah menyusun kitab Sunan Ibnu Majah dan kitab ini sebelumnya tidak
15. mempunyai tingkatan atau tidak termasuk dalam kelompok kutubus sittah kerana dalam
kitabnya ini terdapat hadith yang daif bahkan hadith munkar. Oleh karena itu para
ulamak memasukkan kitab Al Muwaththa karya Imam Malik dalam kelompok perawi
yang lima (Al Khamsah). Menurut penyusun (Ibnu Hajar) ulama yang pertama kali
mengelompokkan atau memasukkan Ibnu Majah ke dalam kelompok Al Khamsah itu
adalah Abul Fadl bin Thahir dalam kitabnya Al Athraf, kemudian disokong pula Abdul
Ghani dalam kitabnya Asmaur Rizal.
7- Ahmad ibn Hanbal
Nama: Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Abu Abdullah
al-Shaibani
Gelaran:
Lahir: 164 H
Wafat: 241 H
Etnik: Arab
Rantau: Parsi
Bidang: Fiqah, Hadis, Akidah
Idea utama: Mazhab Hanbali
Pengaruh: Muhammad al-Bukhari
Diilhami: Imam Syafie
Imam Ahmad ibn Hanbal (Bahasa Arab: أحمدبنحنبل Ahmad bin Hanbal) (780 [164 AH]
- 855 [241 AH]) merupakan sarjana Muslim dan ahli teologi. Dia di anggap sebagai
pengasas mazhab Hanbali fiqh. Nama penuhnya adalah Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal Abu `Abd Allah al-Shaybani ( أحمدبنمحمدبنحنبلأبوعبدالالشيباني ).
Ahmad ibn Hanbal dilahirkan di Asia Tengah kepada keluarga Arab pada 780. Selepas
kematian bapanya, dia berpindah ke Iraq dan menuntut dengan meluas di Baghdad, dan
kemudian menggunakan perjalanannya bagi melanjutkan penggajiannya. Minat
utamanya adalah mendapatkan pengetahuan berkaitan dengan hadith dan mengembara
dengan meluas keseluruh Iraq, Syria, dan Arabia mendalami ilmu ugama dan
mengumpul sunnah Muhammad s.a.w.
Ahmad bin Hanbal menuntut di Baghdad dan kemudiannya mengembara untuk
meluaskan pengetahuan dan ilmunya. Beliau amat tertarik dengan pengajian Hadis dan
16. mengembara ke seluruh pelosok Iraq, Syria, dan Semenanjung Arab mempelajari
agama mengumpulkan hadis Muhammad.
Setelah beberapa tahun mengembara, Ahmad bin Hanbal berguru ilmu Fiqh dengan
Imam Shafie. Ahmad bin Hanbal berpegang teguh kepada fahaman tradisional dan
menentang apa-apa inovasi dalam pentafsiran undang-undang Islam.
Guru
Antara mereka yang menjadi guru Ahmed bin Hanbal adalah Imam Shafie r.a., Bishar
bin Al Mufadal r.a., Ismail bin Ulayyah r.a., Jarir bin Abdul Hamid r.a. dan Yahya bin Said
r.a..
Pengumpul dan penyusun hadis terkenal seperti Imam Bukhari r.a. dan Imam Muslim
r.a., juga mengumpulkan hadis dari pengumpulan Ahmed bin Hanbal. Penguasaan ilmu
hadis Ahmed bin Hanbal begitu menyeluruh sehinggakan imam Shafie kadangkala
merujuk kepada Ahmed bin Hanbal mengenai hadis-hadis tertentu.
Penindasan semasa Mihna
Khalifah al-Ma'mun ibn Harun ar-Rashid, dipengaruhi oleh fahaman Mu'tazilah yang
banyak memesong daripada fahaman tradisional Islam. Ketika itu, Khalifah dipengaruhi
oleh kumpulan Mu'tazilah yang mempersoalkan asal usul tauhid dan berpegang kepada
fahaman bahawa Al-Quran adalah ciptaan manusia dan tidak kekal abadi.
Kumpulan Mutazilah ini mendapat sokongan dan naungan Khalifah al-Ma'mun. Pihak
Mutazilah melancarkan Mihna untuk menyaring ulama yang enggan berpegang kepada
fahaman yang dibawa oleh kumpulan Mutazalis. Semasa Mihna, ulama Islam diuji untuk
menentukan pegangan mereka mengenai pentafsiran dalam perkara-perkara berkaitan
dengan agama Islam.
Ramai ulama yang bertukar pendirian apabila disuruh oleh Khalifah al-Ma'mun dan
memberikan persetujuan kepada pentafsiran Islam supaya bersesuaian dengan
fahaman Mutazilah. Pendirian Imam Ahmad bin Hanbal diuji semasa pemerintahan
Khalifah al-Ma'mun dan Khalifah al-Mu'tasim. Imam Ahmad bin Hanbal berkeras enggan
memberikan persetujuan kepada fahaman yang dibawa oleh Mutazalis.
Khalifah al-Ma'mun menghukum sebatan ke atas Ahmad bin Hanbal. Dia dipenjarakan
selama 30 bulan dan dipukul teruk. Khalifah al-Ma'mun memerintahkan Imam Ahmad
bin Hanbal dipenjarakan, tetapi khalifah tersebut meninggal dunia tidak lama selepas
mengeluarkan perintah itu. Dia digantikan dengan khalifah Al-Mu'tasim yang juga
berpegang kepada fahaman Mutazilah. Khalifah Al-Mu'tasim bertanya sama ada Imam
Ahmad bin Hanbal sudah bertukar pendirian dan menyokong fahaman Mutazilah. Imam
Ahmad bin Hanbal masih enggan mengikut fahaman tersebut dan diberikan balasan
hukuman sebat dan dipenjarakan. Imam Ahmad bin Hanbal hanya dilepaskan setelah
dua tahun selepas itu. Tetapi beliau ditegah mengajar dan menyebarkan ilmu Allah.
Tegahan ini kekal sehingga pemerintahan Khalifah al-Wathiq. Tetapi Imam Ahmad bin
Hanbal tetap dengan pegangan beliau.
17. Pembebasan dan pengiktirafan
Pada 25 Ramadan 221H, Khalifah Mutasim bertaubat dan memerintahkan Ahmed bin
Hanbal dibebaskan. Imam Ahmed bin Hanbal memaafkan kesemua mereka yang
menganiayanya kecuali anggota kumpulan Mu'tazilah yang berfahaman sesat.
Selepas Khalifah Al-Mutawakkil mengambil kuasa, dasar kerajaan berubah. Sebaliknya,
dia diberikan penghormatan yang setimpal dengan ilmu dan pengetahuannya. Dia
hendak diberikan ganjaran oleh Khalifah Al-Mutawakkil dan dijemput ke istana untuk
mengajar. Walaupun demikian Ahmed bin Hanbal enggan menerima tawaran tersebut
kerana enggan mendekati istana dan mereka yang berkuasa di istana. Khalifah Al-
Mutawakkil sebaliknya memberikan ganjaran kepada Salih bin Ahmad, anak kepada
Imam Ahmed bin Hanbal. Apabila perkara ini sampai ke pengetahuannya, Ahmed bin
Hanbal memarahi anaknya dan enggan memakan sedikitpun daripada kemewahan
anaknya.
Ahmed bin Hanbal menjadi masyhur dan terkenal dengan warak dan ketaksuban
kepada hukum Allah. Pengajaran dan penulisannya membolehkan pengikutnya
mengasaskan mazhab Hanbali.
Kematian
Ahmed bin Hanbal meninggal dunia di Baghdad pada 13 Rabiulawal 241H bersamaan
31 Julai, 855M. Mengikut Tarjamatul Imam, lebih 860,000 orang menziarah semasa
pengkebumiannya.
Penulisan
• Musnad
Penulisan Ahmad bin Hanbal yang paling agung ialah Musnad Ahmad bin
Hanbal yang merupakan satu pengumpulan hadis. Karangannya yang lain
termasuk Kitab-us-Salaat dan Kitab-us-Sunnah.
8- Imam Malik
Nama: Malik ibni Anas
Gelaran: Imam Malik, Syeikh Islam
Lahir: 93 H atau 713 M
Wafat: 179 H atau 796 M
Etnik: Arab
Rantau: Arab
Bidang: Hadis, Fiqah
Idea utama: Mazhab Maliki
Karya: Al Muattok
18. Pengaruh: Jaafar al-Sadiq, Abu Suhail al-Nafi
Imam Malik Rahimahullah atau nama sebenar beliau Malik bin Anas bin Malik Amir
Al-Harith dilahirkan di Kota Madinah pada 93 Hijrah bersamaan dengan tahun 713
Masihi, iaitu pada zaman pemerintahan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik daripada
kerajaan Bani Umaiyah. Beliau berasal dari keturunan Arab yang terhormat dan
dimuliakan oleh masyarakat kerana datuknya Amir bin Al-Harith banyak berkorban
bersama Nabi Muhammad s.a.w. dalam menegakkan agama Islam. Kehidupan
keluarganya yang susah tidak memadamkan cita-citanya untuk menjadi orang yang
berilmu. Berkat usahanya yang gigih dan bersungguh-sungguh, akhirnya beliau muncul
sebagai seorang ulama, hartawan, dermawan, dan berjaya memegang jawatan Mufti
Besar di Madinah. Beliau pernah menjadi guru sedari usia 17 tahun dan dapat mengajar
dengan baik walaupun masih muda. Majlis pengajian beliau dilakukan di Masjid Nabawi.
Beliau yang juga dikenali sebagai pengasas Mazhab Maliki telah meninggal dunia pada
10 Rabiulawal 179 Hijrah bersamaan 798 Masihi ketika berusia 86 tahun dengan
meninggalkan tiga orang putera dan seorang puteri. Mazhab Maliki berkembang di
beberapa tempat di dunia seperti Maghribi, Algeria, Libya, Iraq dan Palestin.
Sifat Peribadi
Sepanjang hidupnya, Imam Malik terkenal dengan kecerdasan akal fikirannya yang
tinggi sehinggakan mampu menghafal al-Quran dalam usia yang masih muda. Beliau
juga terkenal dengan sifat mulia, bersopan-santun, suka memakai pakaian yang bersih,
kemas serta bau-bauan yang harum selaras dengan tuntutan agama supaya menjadi
orang yang pembersih. Walau bagaimanapun, beliau yang terkenal dengan keramahan
dan bergaul dengan semua lapisan masyarakat merupaka seorang yang pendiam dan
hanya berkata-kata apabila perlu dan menganggap benda yang akan diucapkan adalah
perkara-perkara yang berfaedah sahaja. Beliau juga seorang hartawan yang tidak lokek
membelanjakan hartanya ke jalan Allah. Sebagai contoh, beliau pernah membantu
Imam as-Syafie sehingga berjaya menjadi ulama terkenal. Beliau seorang yang sangat
menghormati hadis-hadis Rasulullah sendiri dan diri baginda sendiri walaupun baginda
telah wafat. Beliau dikatakan tidak pernah menunggang sebarang jenis kenderaan di
Madinah sebagai tanda menghormati jasad baginda yang tertanam di dalam kubur.
Beliau pernah dirotan dengan cemeti sehingga patah tulang belakang kerana
mengeluarkan fatwa yang tidak disukai oleh khalifah iaitu isteri yang ditalak secara
paksa tidak jatuh talaknya. Ini menunjukkan betapa tabahnya beliau. Kerajinannya
mengerjakan ibadat di malam hari pula menunjukkan kewarakan beliau terhadap Allah
s.w.t. Prinsip hidup beliau mengenai ilmu ialah orang yang ingin belajar ilmu hendaklah
berusaha mencarinya, bukan ilmu yang datang mencarinya. Beliau tidak pernah
merungut apabila memberi pendidikan kepada anak-anak muridnya. Beliau akan
bersusah-payah memberi kefahaman kepada anak-anak muridnya tentang sesuatu
masalah ilmu.
Pendidikan
Sejak kecil lagi minatnya terhadap ilmu sudah disemai dalam jiwanya. Beliau telah
menghafal ayat-ayat al-Quran dan hadis semenjak kecil dan mendapat pendidikan di
Kota Madinah daripada beberapa orang ulama terkenal di sana. Guru pertama beliau
19. adalah Abdul Rahman bin Hamzah iaitu seorang ulama besar Madinah yang telah
memberi pendidikan kepada beliau selama lapan tahun. Akibat dari kecerdasan akalnya
yang luar biasa, beliau pernah menghafal 29 buah hadis daripada 30 buah hadis yang
dibacakan oleh gurunya dalam satu hari sahaja. Beliau pernah belajar daripada 900
orang guru dari kalangan tabiin dan tabi’ tabiin. Imam Malik banyak menimba ilmu
pengetahuan di Kota Madinah yang pada masa itu menjadi pusat pengajian ilmu,
khususnya ilmu agama.
Kitab Al-Muwattak
Al-Muwattak (Bahasa Arab: الموطأ ) bererti ‘yang disepakati’ atau ‘tunjang’ atau ‘panduan’
tentang ilmu dan hukum-hukum agama. Kitab tersebut merupakan sebuah kitab yang
mengandungi hadis-hadis hukum yang dikumpulkan oleh Imam Malik serta pendapat
para sahabat dan ulama-ulama tabiin. Kitab ini lengkap dengan pelbagai masalah
agama yang merangkumi ilmu hadis, ilmu fiqh dan sebagainya. Semua hadis di dalam
kitab ini adalah sahih kerana Imam Malik terkenal dengan sifatnya yang tegas dalam
penerimaan hadis tertentu. Beliau sangat berhati-hati ketika menapis, mengasingkan
dan membahas serta menolak riwayat yang meragukan. Daripada 100,000 buah hadis
yang dihafal beliau, hanya 10,000 sahaja diakui sah dan daripada 10,000 hadis itu,
hanya 5,000 sahaja yang disahkan sahih oleh beliau setelah disiasat dan dipadankan
dengan Al-Quran. Menurut satu riwayat, Imam Malik menghabiskan 40 tahun untuk
mengumpul dan menapis hadis-hadis yang diterima daripada guru-gurunya. Imam
Syafie pernah berkata, Tiada sebuah kitab di muka bumi ini yang lebih banyak
mengandungi kebenaran selepas Al-Quran selain daripada kitab al-Muwattak karangan
Imam Malik.
9- Sunan al-Darimi
Sunan al-Darimi (Bahasa Arab: سنالدارمي ) atau Musnad al-Darimi oleh Abdullah ibn
Abdul Rahman al-Darimi (181H–255H) ialah himpunan Hadis yang penting, bersama-
sama Muwatta Imam Malik dan Musnad Imam Ahmad.
Walaupun dipanggil kadang kala dipanggil Musnad ia tidak diatur mengikut nama perawi
seperti 'Musnad' yang lain, misalnya Musnad Imam Ahmad, akan tetapi lebih dalam
bentuk Sunan di mana kandungan diatur mengikut tajuk seperti Sunan Ibnu Majah.
Penyampaian
Al-Darimi Darimi menyampaikan hadis-hadis ini kepada Isa ibn Umar al-Samarqandi;
tarikh kematian tidak diketahui, kebarangkalian selepas tahun 293 H. Selepas itu ia
disampaikan kepada:
• Abdullah ibn Ahmad ibn Hamawiya al-Sarkhasi (293–381 H)
• Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muzaffar al-Dawudi Jamal al-Islam (374–
467 H)
• Abu'l-Waqt Abd al-Awwal ibn Isa ibn Shu'ayb al-Sijizzi (458–553 H)
20. JENIS-JENIS HADIS
Istilah Hadis
Pengertian الحديث itu sendiri ialah Sandaran kepada UCAPAN, PERBUATAN, SIFAT,
dan TAQRIR(persetujuan) Nabi Muhammad Salallahu 'alaihi Wasalam.
Istilah hadis (bahasa Arab: muṣṭalaḥ al-ḥadīth; حُ ا لَُحطَُح صَْط مُ اي(ثَْطدِْيحَُح ال ) ialah himpunan istilah yang
digunakan untuk menentukan sama ada boleh diterima atau tidak sebuah riwayat yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad (SAW), dan juga tokoh-tokoh penting agama
Islam. Istilah-istilah tertentu membezakan hadis yang dianggap benar, yang boleh
disandarkan kepada puncanya, daripada riwayat yang tidak dapat dipastikan asal-
usulnya [yakni, provenans diragui]. Secara formalnya, ia didefinisikan oleh Ibn Hajar,
seorang pakar hadis, sebagai: Ilmu tentang prinsip-prinsip dari mana keadaan perawi
dan yang bahan diriwayatkan boleh dipastikan.[1]
Halaman ini memuatkan istilah primer
yang digunakan dalam ilmu ataupun sains hadis.
Bilangan istilah
Bilangan istilah individu banyak; Ibn al-Salah memuatkan enam puluh lima dalam
Pengenalan kepada Sains Hadisnya, dan kemudiannya berkata, Ini ialah
penghujungnya, tetapi bukan penghabisan tentang apa yang mungkin, kerana perkara
ini tertakluk kepada pemerincian yang tidak terkira luasnya. Al-Bulqini mengulas akan
kenyataan ini dengan berkata, Kami telah menambah lima lagi bahagian,
menjadikannya tujuh puluh.[2]
Ibn al-Mulaqqin menghitung jenis-jenis berbeza sebagai
lebih dari lapan puluh[3]
dan al-Suyuti memuatkan sembilan puluh tiga dalam Tadrib al-
Rawi. Muhammad al-Hazimi mengakui jumlah istilah — hampir seratus mengikut
perhitungannya — dengan berkata: Ketahuilah bahawa ilmu hadis terdiri daripada
beberapa jenis, menghampiri 100 jenis. Setiap jenis ialah kajian tersendiri, dan jika
seorang pengkaji itu mengabdikan hidupnya kepada pengajian jenis-jenis tersebut, dia
tidak akan sampai kepada kesudahannya.[1]
Istilah berkaitan kesahan hadis
Ibn al-Salah menyatakan, Mengikut pakar hadis, sesuatu hadis itu dibahagikan kepada
sahih, hasan, dan daif.[4]
Ibn al-Salah berkata: Mengikut pakarnya, sesuatu hadis dibahagikan kepada sahih,
hasan dan daif.[4]
Sementara istilah khusus hadis itu banyak, lebih banyak dari tiga
istilah ini, pada asasnya hasil muktamad ialah menentukan sama ada hadis tertentu itu
sahih — justeru boleh diikuti, atau daif dan tidak perlu diikuti. Buktinya ialah ulasan al-
Bulqini terhadap kenyataan Ibn al-Salah. Al-Bulqini menyatakan bahawa istilah pakar
hadis lebih daripada ini, sementara pada waktu yang sama, ia hanya sahih dan
lawannya. Barangkali pada amnya, apa yang diniatkan oleh pembahagian terkemudian
(yakni ke dalam dua bahagian) berkaitan dengan tahap kewibawaan agama, atau
sebaliknya, dan apa yang akan disebutkan kemudian (yakni, 65 kategori itu) ialah
pengkhususan keadaan am itu.[4]
21. Hadis Sahih
Hadis Sahih ialah hadis yang berhubung/bersambungan sanad dari permulaan hingga
akhir dan periwayat-periwayat tersebut bersifat berikut:
1. Adil
2. Kuat Ingatannya
3. Sejahtera dari keganjilan
4. Sejahtera dari kecederaan yang memburukkan
Hadis Sahih perlu cukup sanadnya dari awal sampai akhir dan oleh orang-orang yang
sempurna hafalannya.
Syarat hadis sahih, iaitu:
1. Sanadnya bersambung
2. Perawinya sudah baligh
3. Berakal
4. Tidak mengerjakan dosa
5. Sempurna hafalannya
6. Perawi yang ada dalam sanad itu hams adil dan hadis yang diriwayatkannya
tidak bertentangan dengan hadis Mutawatir atau dengan ayat al-Quran.
Hadis Sahih terbagi menjadi dua:
1. Sahih Lizatihi, yakni hadis yang sahih dengan sendirinya tanpa diperkuat dengan
keterangan lain. Contoh, Tangan di atas {memberi} lebih baik dari tangan di
bawah {menerima}. (H.R Bukhari dan Muslim).
2. Sahih Lighairihi, yakni hadis yang sahihnya kerana diperkuat dengan keterangan
lain. Contohnya, Kalau sekiranya tidak terlalu menyusahkan umatku untuk
mengerjakannya, maka aku perintahkan mereka bersugi {siwak} setiap akan
solat. (H.R Hasan).
Dilihat dari sanadnya, semata-mata hadis Hasan Lizatihi, namun kerana dikuatkan oleh
riwayat Bukhari, maka jadilah ia sahih Lighairihi.
Ṣaḥīḥ
Sahih, (يحْ حِ صَ ), paling baik diterjemahkan sebagai benar. Ibn Hajar mendefinisikan
sebuah hadis yang ṣaḥīḥ lithatihi, sebagai sahih dalam dan daripadanya, yakni sebagai
satu riwayat (ahaad – lihat di bawah) yang dibawa oleh seorang yang layak [kompeten],
serta boleh dipercayai, sama ada dari segi kebolehannya menghafal atau memelihara
apa yang ditulisnya, dengan isnad (rantaian periwayatan) muttasil (berhubung kait) yang
tidak terdapat padanya kecacatan tersembunyi yang berat ( 'illah) atau kelainan
(shādhdh). Beliau kemudiannya memberi definisi hadis yang ṣaḥīḥ ligharihi, sebagai
22. sahih oleh sebab faktor luaran, seperti suatu hadis yang ada padanya sesuatu, seperti
terdapatnya banyak rantaian periwayatan yang menguatkannya.[5]
Definisi Ibn Hajar ini menunjukkan bahawa terdapat lima syarat yang mesti dipenuhi
sebelum sesuatu hadis itu boleh dianggap sahih.
1. Setiap perawi dalam rantaian periwayatan mesti boleh dipercayai.
2. Setiap perawi mesti dapat diharapkan untuk memelihara periwayatan itu – sama
ada kebolehannya menghafal sehingga dapat mengingati hadis itu seperti
didengarinya, atau telah menulis hadis tersebut seperti mana didengarinya, dan
telah memelihara penulisan itu agar tidak berubah.
3. Isnad mesti kait-mengait secara muttasil, dalam erti kata setiap periwayat
sekurang-kurangnya berkemungkinan mendengari hadis yang diriwayatkannya
daripada periwayat sebelumnya.
4. Hadis yang diriwayatkan itu bebas daripada kecacatan yang illah (tersembunyi)
tetapi memudaratkan dash; seperti setelah dipastikan bahawa sementara
terdapat dua perawi yang hidup sezaman, akan tetapi mereka tidak pernah
bertemu, justeru terputuslah pertalian 'rantai'.
5. Hadis yang diriwayatkan bebas daripada kelainan, yakni ia tidak bercanggah
dengan hadis yang lebih kukuh.
Beberapa buku telah ditulis di mana penulis mensyaratkan bahawa hanya hadis sahih
akan dimuatkan ke dalamnya. Mengikut ahli Sunnah hanya dua kitab yang pertama
sahaja yang menepati syarat ini: Kitab-kitab disenaraikan mengikut pangkat kesahan:
1. Sahih al-Bukhari: Dianggap yang paling sah selepas al-Qur'an.[6]
2. Sahih Muslim: Dianggap yang paling sah selepas kitab Sahih al-Bukhari[6]
3. Sahih ibn Khuzaimah: Al-Suyuti berpendapat Sahih Ibn Khuzaimah lebih tinggi
tarafnya daripada Sahih Ibn Hibban.[7]
4. Sahih Ibn Hibban: Al-Suyuti juga merumuskan bahawa Sahih Ibn Hibban lebih
sah daripada Al-Mustadrak ala al-Sahihain.[7]
5. al-Mustadrak ala al-Sahihain, karangan Hakim al-Nishaburi.[7]
Al-Āhādith al-Jiyād al-Mukhtārah min mā laysa fī Ṣaḥīḥain oleh
Hadis Hasan
Hadis Hasan ialah hadis yang berhubung/bersambungan sanad dari permulaan hingga
akhir dan periwayat-periwayat tersebut bersifat seperti Hadis Sahih, tetapi mereka tidak
mempunyai ingatan yang kuat.
Hadis Hasan, adalah hadis yang dari segi hafalannya kurang dari hadis sahih. Hadis
Hasan dibahagi dua:
1. Hasan Lizatihi, yakni hadis yang dengan sendirinya dikatakan Hasan, Hadis ini
ada yang sampai tingkat sahih lighairihi.
2. Hasan Lighairihi, yakni hadis yang Hasannya dibantu keterangan lain.
Contohnya, Sembelihan bagi bayi haiwan yang ada dalam perut ibunya {janin}
23. cukuplah dengan sembelihan ibunya saja. (H.R beberapa Imam, antara lain
Tirmizi, Hakim dan Darimi).
Hadis di atas jika kita ambil dari sanad Imam Darimi, ialah Darimi menerima
dari
1. Ishak bin Ibrahim,
dari
2. Itab bin Basir,
dari
3. Ubaidillah bin Abu Ziyad,
dari
4. Abu Zubair,
dari
5. Jabir,
dari Nabi Muhammad s.a.w.
Nama yang tercela dalam sanad di atas ialah nomor 3 (Ubaidillah bin Abu Ziyad) sebab
ia bukan seorang yang kuat dan teguh menurut Abu Yatim.
6. Diya al-Din al-Maqdisi, dikira sah.[8]
Ḥasan
Hasan, (سنَ حَ ), dari segi linguistik bermaksud baik dan terdapat beberapa definisi
teknikal yang bertumpu [konvergen]. Secara amnya, ia menetapkan pengkategorian
sesuatu hadis yang hasan sebagai hadis yang diterima sebagai bukti keagamaan
mahupun tidak setaraf sahih.
Ibn Hajar mendifinisikan sesuatu hadis hasan lithatihi, sebagai hasan dalam dan
daripadanya, dengan definisi yang sama bagi hadis sahih melainkan kelayakan seorang
daripada perawinya kurang daripada lengkap; dan hadis hasan ligharihi (hasan oleh
sebab faktor luaran), ditetapkan sebagai hasan kerana terdapat faktor-faktor yang
mentahkikkannya, seperti terdapat berbilang rantaian periwayatan. Beliau kemudiannya
menyatakan yang dalam kuasa agamanya, ia [hadis hasan ligharihi] boleh dibandingkan
dengan hadis sahih. Hadis hasan, kendatipun memiliki kekurangan kecil, dapat
dinaikkan ke pangkat sahih dengan terdapatnya rantaian periwayatan yang banyak.
Dalam hal ini hadis tersebut ialah hasan lithatihi, hasan dalam dan daripadanya. Hadis
taraf ini, apabila dikaitkan dengan rantaian periwayatan sokongan, dianggap sahih
ligharihi, yakni sahih disebabkan faktor luaran.[9]
Hadis Ahad
Hadis Ahad ( ي(ثَْطدِْيحَُح الآحاد ) ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang atau dua
orang perawi sahaja, khasnya di tingkatan pertama, yakni tingkatan para sahabat.
Ini berbeza dengan Hadis Mutawatir di mana ia adalah sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh sejumlah perawi (melebihi 4) sehingga tidak mungkin mereka berbuat silap dalam
meriwayatkannya.
24. Hadis Dha'if
Hadis Dha'if ialah hadis yang tidak diketahui periwayat atau pun periwayatnya tidak
bersifat seperti periwayat Hadis Sahih atau Hasan.
Hadis Dha'if adalah hadis yang tidak bersambung sanadnya, atau di antara sanadnya
ada orang yang cacat. Cacat yang dimaksud, rawinya bukan orang Islam, atau belum
baligh, atau tidak dikenal orang, atau pelupa/pendusta/fasik dan suka berbuat dosa.
Contohnya, Barangsiapa yang berkata kepada orang miskin, 'bergembiralah', maka
wajib baginya surga. (H.R. Ibnu 'Adi). Di antara perawi hadis tersebut ialah Abdu Mali
bin Harun. Menurut Imam Yahya, ia pendusta, sedangkan Ibnu Hiban mengatakannya
sebagai pemalsu hadis.
..Dalam madzhab Syafi’I Hadits dha’if tidak dipakai untuk dalil bagi penegak hukum,
tetapi dipakai untuk dalil bagi “ fadhailul a’mal”. Fadhailul A’mal maksudnya ialah amal
ibadat yang sunat-sunat, yang tidak bersangkut dengan orang lain, seperti zikir, doa,
tasbih, wirid dan lain- lain.Hadits Mursal tidak dipakai juga bagi penegak hukum dalam
madzhab Syafi’e kerana Hadits Mursal juga Hadits dha’if. Tetapi dikecualikan mursalnya
seorang Thabi’in bernama Said Ibnul Musayyab.
Dalam madzhab Hambali lebih longgar. Hadits dha’if bukan saja dipakai dalam Fadhailul
A’mal, tetapi juga bagi penegak hukum, dengan syarat dha’ifnya itu tidak keterlaluan.
Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad memakai Hadits yang dha’if kerana
Mursal, baik untuk Fadhailul A’mal mahupun bagi penegak hukum.
Imam-imam Mujtahid memakai Hadits-hadits dha’if untuk dalil kerana Hadits itu
bukanlah Hadits yang dibuat-buat, tetapi hanya lemah saja sifatnya. Kerana itu tidaklah
tepat kalau amal-amal ibadat yang berdasarkan kepada Hadits dha’if dikatakan bid’ah,
apalagi kalau dikatakan bid’ah dhalalah...
Hadis Mutawatir
Mutawatir (b. Arab: ,متواتر mutawātir) ialah kata serapan bahasa Arab yang bermaksud
diturunkan daripada seorang ke seorang[1]
. Istilah ini digunakan dalam pengajian Ulum
al-Quran dan Mustalah Hadith. Hadis Mutawatir ialah nas hadis yang
diketahui/diriwayatkan oleh beberapa bilangan orang yang sampai menyampai
perkhabaran (Al-Hadis) itu, dan telah pasti dan yakin bahawa mereka yang sampai
menyampai tersebut tidak bermuafakat berdusta tentangnya. Ini kerana mustahil
terdapat sekumpulan periwayat dengan jumlah yang besar melakukan dusta.
Hadis Mutawatir, iaitu hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya
berdusta atas Nabi Muhammad saw, sebab hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang
dan disampaikan kepada banyak orang. Contohnya, Barangsiapa berdusta atas
namaku dengan sengaja, maka tempatnya dalam neraka. (H.R Bukhari, Muslim, Ad
Darimi, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmizi,. Abu Ha'nifah, Tabrani, dan Hakim).
Menurut para ulama hadis, hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh lebih dari seratus
orang sahabat Nabi dengan seratus sanad yang berlainan. Oleh sebab itu jumlah hadis
25. Mutawatir tidak banyak. Keseluruhan daripada ayat-ayat al-Quran adalah mutawatir,
manakala terdapat sebahagian hadis sahaja yang mutawatir. Hadis yang tidak
mencukupi syarat-syarat mutawatir dikenali sebagai Hadis Ahad.
Hadis Mutawatir terbagi dua:
1. Mutawatir Lafzi, yakni perkataan Nabi,
2. Mutawatir Amali, yakni perbuatan Nabi.
Hadits Qudsi, Marfu, Mauquf dan Maqthu
A. Hadits Qudsi
Hadits Qudsi secara etimologi berarti Hadits yang di nisbatkan kepada Dzat yang Maha
Suci yaitu Allah Subhanahu wa Ta`ala. Secara istilah, Hadits Qudsi dipahami sebagai
Hadits yang yang di sabdakan Rasulullah, berdasarkan firman Allah SWT. Dengan kata
lain, matan Hadits tersebut adalah mengandung firman Allah SWT.
Hadits Qudsi sama dengan Hadits-Hadits lain tentang keadaan sanad dan rawi-rawinya,
yaitu ada yang shahih, hasan, juga dlaif. Perbedaan umum antara Al Qur`anul Karim,
Hadits Nabi, dan Hadits Qudsi diantaranya;
1. Al Qur`anul Karim mempunyai lafadz dan makna dari Allah SWT dan diturunkan
secara berkala.
2. Sedangkan Hadits Nabi memiliki lafadz yang bersumber dari Nabi SAW tetapi
maknanya dari Allah SWT, dan diturunkan tidak secara berkala serta dinitsbatkan
kepada Rasulullah SAW.
3. Serta Hadits Qudsi, lafadz Hadits berasal dari Nabi Muhammad tetapi maknanya dari
Allah SWT, tidak berkala, dinitsbatkan kepada Allah SWT.
Perbedaan dalam bentuk penyampaianya adalah:
1. Al Qur`an selalu memakai kata “ قالالتعالى ”
2. Hadits Nabawi memakai kalimat” قالرسولالقال النبي ”
3. Hadits Qudsi dengan “ قالرسولالفيمايرويهعنربه ”
Hadits Qudsi juga bisa disebut sebagai Hadits Ilahi, atau Hadits Rabbani. Jumlah total
Hadits Qudsi menurut kitab Al Ittihafatus Sunniyah berjumlah 833 buah, termasuk yang
shahih, hasan dan dlaif.
Contoh Hadits Qudsi yang sahih:
عنرسولالقال .صالعزانفق :وجلانفق)صحيح .عليكرواهالبخرىمسلم ).
Artinya: Dari Rasulullah SAW: telah berfirman Allah Azza wa Jalla. “berderma lah kalian,
niscaya aku akan membalas derma atasmu” (Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Hadits Qudsi ialah Hadits yang
lafadz matan-nya dari Nabi Muhammad SAW dan maknanya dari Allah SWT. Hadits
Qudsi tidsak sama dengan Al Qur`an karena Al Qur`an lafadz dan matan-nya dari Allah
SWT.
B. Hadits Marfu
Secara etimologi Marfu berasal berarti “yang diangkat, yang dimajukan, yang diambil,
yang dirangkaikan, yang disampaikan”, yaitu ditujukan kepada Rasulullah SAW.
Secara istilah, Hadits Marfu dapat dipahami sebagai Hadits yang sandarkan terhadap
Nabi Muhammad SAW dari ucapan, perbuatan, taqrir, dan sifat Beliau.
Pembagian Marfu:
26. Katerangan:
1. Qauli Tasrihan : ucapan yang jelas atau terang-terangan menunjukan kepada Marfu.
2. Qauli Hukman: ucapan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi
mengandung hukum Marfu.
3. Fi`Li Tasrihan: perbuatan yang jelas atau terang-terangan menunjukan kepada Marfu.
4. Fi`Li Hukman: perbuatan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi
mengandung hukum Marfu.
5. Taqriri Tasrihan: ketetapan yang jelas atau terang-terangan menunjukan kepada
Marfu.
6. Taqriri Hukman: ketetepan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi
mengandung hukum Marfu.
Contoh Hadits Marfu Qauli Tasrihan:
عنجابرقالرسولالحسن .صالملكةيمنوسوءالخلق)ابن .شؤم)عسكر
Artinya: dari Jabir telah bersabda Nabi SAW: “baik pekerti adalah pelajaran dan buruk
kelakuan itu adalah sial” (HR. ibnu asakir).
Hadits diatas dikatakan sebagai Hadits Marfu Qauli Tasrihan karena dengan terang-
terangan “ قالرسولال ”.
Contoh Hadits Marfu Qauli Hukman:
عنعمرالدعاء :قالموقوفبينالسماءوالرضليصعدشيءحتىيصلىعلى)رواه .النبي)الترمذي
Artinya: dari umar ia berkata: “do`a itu terhenti antara langit dan bumi, tidak bias naik
sedikit pun daripadanya sebelum dishalawatkan atas Nabi” (HR. Turmudzi).
Dikatakan Hadits Qauli Hukman karena tidak terang-terangan menyebutkan “ قالرسولال ”
tetapi mengandung hukum atau pengertian bahwa Umar menerima Hadits tersebut dari
Rasulullah SAW.
Contoh Hadits Marfu Fi`Li Tasrihan:
عناعتق :انسرسولالصفية .صوجعلعتقها)رواه .مهرها)النساءى
Artinya: dari Anas: Rasulullah SAW telah memerdekakan shafiyah dan beliau jadikan
memerdekakanya itu sebagai mahar.
Dengan tegas Hadits ini menerangkan tentang perbuatan Nabi yakni memerdekakan
shafiyah.
Contoh Hadits Marfu Fi`Li Hukman:
انعليبنابىطالبصلىفىكسوفعشرركعاتفىاربع))المحلى .سجدات
27. Artinya: bahwa Ali Bin Abi Thalib pernah shalat kusuf 10 ruku` dengan 4 sujud.
Hadits diatas menerangkan tentang Ali yang shalat kusuf dengan 10 ruku` dengan 4
sujud. Ali tidak akan melakukan ini kecuali melihat atau mendapi Rasulullah
melakukannya juga. Maka Hadits ini dianggap Marfu fi`li hukman, karena dzahirnya
bukan Nabi yang mengerjakan.
Contoh Hadits Marfu taqriri tasrihan:
عنابنعباسقالكنا :نصلىركعتينبعدغروبالشمسوكانالنبييرانا .صفلميأمرون)رواه .ينهنا)مسلم
Artinya: dari Ibnu Abbas ia berkata: kami pernah shalat dua rakaat sesudah terbenam
matahari, sedang Nabi melihat kami, tetapi beliau tidak memerintah kami dan tidak
melarang kami. (HR. Muslim).
Hadits diatas dianggap Marfu Taqriri Tasrihan karena secara terang-terangan Nabi
malihat, namun tidak menyuruh ataupun melarang dengan kata lain Nabi membenarkan.
Contoh Hadits Marfu taqriri hukman:
عنانسابنمالكانابوابالنبيكانت .صتقرع)رواه .بالاظافير)البخرى
Artinya: dari Anas Bin Malik: sesungguhnya pintu-pintu (rumah) Nabi SAW diketuk
dengan jari-jari (HR. Bukhari).
Hadits diatas dinyatakan sebagai Hadits Marfu taqriri hukman karena perbuatan sahabat
yang mengetuk rumah Rasulullah, dan Rasulullah tidak melarang maupun menyuruh,
dengan kata lain membenarkan perbuatan para sahabat
Dalam penyampaianya ada beberapa kalimat yang bisa menjadi tanda dari Hadits Marfu
diantaranya:
1. Jika yang berbicara sahabat:
a. Kami telah diperintah (امرنا ).
b. Kami telah dilarang ( نهيناعن ).
c. Telah diwajibkan atas kami ( اوجبعلينا ).
d. Telah diharamkan atas kami ( حرمعلينا ).
e. Telah diberi kelonggaran kepada kami ( رخصلنا ).
f. Telah lalu dari sunnah ( مضتالسنة ).
g. Menurut sunnah ( منالسنة )
h. Kami berbuat demikian di zaman Nabi ( كنانفعلكذافىعهدالنبيص ).
i. Kami berbuat demikian padahal Rasulullah masih hidup ( كنانفعلكذاوالنبيحي .ص ).
2. Jika yang meriwayatkanya tabi`in:
a. Ia merafa`kanya kepada Nabi SAW (.)يرفعه
b. Ia menyandarkanya kepada Nabi SAW (.)ينميه
c. Ia meriwayatkanya dari Nabi SAW (.)يرويه
d. Ia menyampaikanya kepada Nabi SAW ( يبلغبه ).
28. e. Dengan meriwayatkan sampai Nabi SAW (.)رواية
3. Jika di akhir sanad ada sebutan ()مرفوعا artinya: keadaanya diMarfu`kan.
4. Jika sahabat menafsirkan Al Qur`an:
a. Asbabun nujul
Contoh:
عنالبراءقالكانوا :اذااحرموافىالجاهليةاتواالبيتمناظهرهفانزلالوليس :البربأنتأتواالبيوتمناظهورها
ولكنالبرمنوأتوا .اتقىالبيوتمن)رواه .ابوابهاالبخارى6:26)
Artinya: dari Bara` ia berkata: adalah orang-orang apabila mengarjakan ibadah haji di
zaman jahiliyah, mereka keluar masuk rumah dari sebelah belakangnya. Lalu Allah
turunkan ayat: “bukanlah kebajikan itu karena kamu keluar masuk rumah dari
belakangnya, tetapi kebajikan itu, ialah orang yang berbakti. Oleh karena itu, keluar dan
masuklah rumah-rumah dari pintu-pintunya”. (HR. Bukhari 6:26).
Dari contoh Hadits diatas bias kita tarik kesimpulan bahwa sahabat menceritakan
asbabun nujul dari surat Al Baqarah ayat 189. Hadits ini disebut Marfu karena seolah
Nabi lah yang bersabda demikian atau Nabi membenarkan perkataan sahabatnya.
b. Keterangan dari sebuah ayat atau kalimat dalam Al Qur`an
Contoh:
عنعبدالفىهذهاليةالذين :يدعونيبتغونالىربهمقال .الوسيلةناس :منالجنيعبدون)البخارى .فأسلموا86:6)
Artinya: dari Abdullah Bin Mas`ud tentang ayat ini yaitu: “yang orang-orang menyerukan
(sebagai tuhan) mereka, mengharapkan kedekatan kepada tuhan mereka” ia berkata
“adalah satu golongan dari jin disembah oleh manusia, lalu jin-jin itu masuk islam”. (R.
Bukhari).
Abdullah bin mas`ud adalah sahabat yang menafsirkan ayat 5 surat Al Ishra bukan
berdasarkan ijtihad dan pikiran. Tetapi berdasarkan keterangan dari Rasulullah SAW.
Catatan:
Hadits tentang tafsir sahabat dengan jalan ijtihad dan pikiran.
عنابنعباسفىقولهوالعادياتقال .ضبحا)رواه .الخيل :ابنجرير030:15)
Artinya: dari ibnu abbas, tentang firman Allah: “wal`adiati dlabhan” ia berkata:
(maksudnya) kuda”. (R. ibnu jarir 30:150).
Ibnu Abbas adalah seorang sahabat yang memaknakan “wal`adiyati dabhan” sebagi
“kuda” sedang sahabat lain ada yang memaknakan “unta”. Macam-macam pendapat ini
29. semua muncul dari ijtihad masing-masing sahabat. Maka hal ini dimasukkan kepada
mategori Hadits Mauquf yang akan dibahas kemudian.
C. Hadits Mauquf
Secara etimologi Mauquf adalah ‘yang terhenti’. Dalam istilah, Hadits Mauquf berarti
Hadits yang disandarkan kepada Sahabat, berupa ucapan, perbuatan atau Taqrir.
Contoh-contoh:
1. Ucapan:
عنعبدالبنمسعودقالل :يقلدناحدكمدينهرجلفانامنامنوانكفركفر)رواهابونعيم136:1)
Artinya: dari Abdullah (Bin Mas`Ud), ia berkata : “jangan lah hendaknya salah seorang
dari kamu taqlid agamanya dari seseorang, karena jika seseorang itu beriman, maka
ikut beriman, dan jika seseorang itu kufur, ia pun ikut kufur”. (R. Abu Na`im 1:136).
Abdullah Bin Mas`ud adalah seorang sahabat Nabi, maka ucapan diatas disandarkan
kepada Abdullah Bin Masu`ud.
2. Perbuatan:
عنعبدالبنعميرقالخير :عمرغلمابينابيهوامهفاختارامهفانطلقتبه)المحلى328:10.)
Artinya: “dari Abdillah Bin Ubaid Bin Umair ia berkata: umar menyuruh kepada seorang
anak laki-laki memilih antara ayah dan ibunya. Maka anak itu memilih ibunya , lalu ia
membawa ibunya. (Al Muhalla 10:328).
Umar adalah sahabat Nabi SAW, riwayat diatas menunjukan kepada perbuatan Umar
untuk memilih antara ibu dan ayahnya.
3. Taqrir:
عنالزهريانعاتكةبنتزيدبنعمروبننفيلكانتتحتعمرابنالخطابوكانتتشهدالصل ةفىالمسجدفكانعمر
يقوللهاو :الانكلتعلمينمااحبفقالت .هاذاو :اللانتهيحتىفقال .تنهانعمرفاني :لانهاك(المحلى
202:4)
Artinya: dari Zuhri, bahwa Atikah Binti Zaid Bin Amr Bin Nufail jadi hamba Umar Bin Al
khattab adalah Atikah pernah turut shalat dalam mesjid. Maka umar berkata kepadanya:
demi Allah engkau sudah tahu, bahwa aku tidak suk perbuatan ini. Atikah berkata: demi
Allah aku tidak mau berhenti sebelum engkau melarang aku. Akhirnya Umar berkata:
aku tidak mau melarang dikau. (Al Muhalla 4:202).
Umar adalah sahabat Nabi SAW. Dalam riwayat tersebut diunjukan bahwa ia
membenarkan perbutan atikah yaitu shalat di mesjid.
Keterangan :
1. Hadits Mauquf sanadnya ada yang shahih, hasan, dan dlaif.
30. 2. Hadits Mauquf tidak menjadi hujjah. Terutama jika bersangkutan dengan ibadah.
3. Dalam Hadits Mauquf dikenal istilah “Mauquf pada lafadz, tetapi Marfu pada hukum”
artinya. Hadits Mauquf ini lafadznya berasal dari sahabat sedangkan hukumnya dari
Rasulullah SAW.
D. Hadits Maqthu
Maqthu artinya: yang diputuskan atau yang terputus; yang dipotong atau yang
terpotong. Menurut ilmu Hadits, Maqthu adalah “perkataan, perbuatan atau taqrir yang
disandarkan kepada tabi`in atau orang yang berada pada tingakat dibawahnya”.
Hadits Maqthu tidak bisa dipergunakan sebagai landasan hukum, karena Hadits Maqthu
hanyalah ucapan dan perbuatan seorang muslim. Tetapi jika didalamnya terdapat
qarinah yang baik, maka bisa diterima.
Contoh-contoh:
1. Ucapan:
عنعبدالبنسعيدبنابيهندقالقلت :لسعيدبنالمسيبان :فلنااعطسوالماميخطبفشمتهقال .فلنمره :فل
يعودن(الرثر33.)
Artinya: dari Abdillah Bin Sa`Id Bin Abi Hindin, ia berkata: aku pernah bertanya kepada
Sa`Id Bin Musaiyib; bahwasanya si fulan bersin, padahal imam sedang berkhutbah, lalu
orang lain ucapkan “yarhamukallah” (bolehkan yang demikian?) jawab Sa`Id Bin
Musayib “perintahlah kepadanya supaya jangan sekali-kali diulangi”. (al atsar 33).
Sa`id Bin Musayaib adalah seorang tabi`in, dan Hadits diatas adalah Hadits Maqthu.
Tidak mengandung hukum.
2. Perbuatan:
عنقتاد ةقالكان :سعيدبنالمسيبيصليالعصر)المحلى .ركعتين3:6)
Artinya: dari Qatadah, ia berkata: adalah Sa`Id Bin Musaiyib pernah shalat dua rakaat
sesudah ashar. (Al Muhalla 3:6).
Sa`id Bin Musayaib adalah seorang tabi`in, dan Hadits diatas adalah Hadits Maqthu
berupa cerita tentang perbuatan-nya. Tidak mengandung hukum.
3. Taqrir:
عنالحكمبنعتيبةقالكان :يؤمنافىمسجدناهذاعبدفكانشريحيصلي)المحلى .فيه212:4)
Artinya: dari hakam bin utaibah, ia berkata: adalah seorang hamba mengimami kami
dalam mesjid itu, sedang syuraih (juga shalat disitu). (Al Muhalla 4:212).
Syuraih ialah seorang tabi`in. riwayat Hadits ini menunjukan bahwa syuraih
membenarkan seorang hamba jadi imam.
31. Musnad
Ahli awal hadis, Muhammad ibn Abdullah al-Hakim, mentakrifkan hadis musnad (ندَُحسَْط مُ ا ),
(harfiah, disokong) sebagai:
Hadis yang diriwayatkan oleh seorang sarjana atau pengkaji hadis daripada
syeikhnya yang telah mengimlakkan hadis kepadanya semenjak umur yang
bersesuaian bagi aktiviti tersebut, dan seterusnya setiap syeikh pula telah
mendengar daripada syeikhnya sehinggalah isnad itu sampai kepada seorang
Sahabat, dan seterusnya kepada Rasulullah. Contoh hal sedemikian seperti
berikut:
Abu 'Amr 'Uthman ibn Ahmad al-Samak meriwayatkan kepada kami di Baghdad:
al-Ḥasan ibn Mukarram meriwayatkan kepada kami: ʻUthman ibn 'Umar
meriwayatkan kepada kami: Yunus memaklumkan kami daripada al-Zuhri
daripada ʻAbdullah ibn Kaʻb ibn Mālik daripada bapanya Ka'b ibn Malik yang
menagih hutang daripada ibn Abi Hadrad yang berhutang kepada beliau ketika di
dalam masjid. Suara mereka meninggi sehinggakan dapat didengari Rasulullah
[(SAW)]. Baginda keluar dari rumah dengan hanya menyingkapkan tirai rumah
baginda sambil berkata, 'O Ka'b! Lepaskannya daripada hutangnya,' sambil
membuat gerak isyarat yang menunjukkan dari setengah. Jadi, Ka'b berkata, Ya',
dan orang itu membayar hutangnya.
Bagi menerangkan contoh yang saya berikan ini: yang saya mendengarinya
daripada Ibn al-Samak adalah jelas, yang beliau mendengarinya daripada al-
Ḥasan ibn al-Mukarram adalah jelas, sama juga Hasan mendengarinya daripada
'Uthman ibn 'Umar dan 'Uthamn ibn 'Umar daripada Yunus ibn Yazid – yang ini
merupakan rantaian yang ditinggikan bagi 'Uthman. Diketahui Yunus
mendengarnya ([daripada]) al-Zuhri, dan al-Zuhri daripada anak-anak Ka'b ibn
Malik, dan anak-anak Ka'b ibn Malik daripada bapa mereka dan Ka'b daripada
Rasulullah (SAW) kerana diketahui beliau seorang Sahabat. Contoh yang saya
berikan ini, merujuk kepada hanya satu hadis berkaitan kategori ini secara
amnya, boleh diguna pakai terhadap beribu hadis.[10]
Himpunan hadis berbentuk musnad
Hadis yang musnad tidak seharusnya dikelirukan dengan sejenis himpunan hadis yang
seakan namanya, musnad, yang diatur mengikut nama sahabat yang meriwayatkan
setiap hadis. Misalnya, suatu musnad mungkin bermula dengan penyenaraian beberapa
hadis, masing-masing dilengkapi sanad, daripada Saidina Abu Bakar, kemudia senarai
hadis daripada Sayidina Umar, dan kemudian Sayidina Uthman dan kemudiannya
Sayidina Ali dan seterusnya. Pengumpul-pengumpul himpunan sedimikian mungkin
berlainan cara menyenaraikan para Sahabat yang meriwayatkan hadis yang dikumpul.
Contoh kitab sebegini ialah Musnad Ahmad bin Hanbal karya Imam Ahmad bin Hanbal.
Muttaṣil
Muttasil, (صلِْي تّلِصمُ ا ), merujuk kepada rantaian periwayatan berterusan dalam mana setiap
perawi telah mendengar sesuatu riwayat itu daripada gurunya.[11]
32. Ḍaīf
Ibn Hajar menyatakan bahawa penyebab sesuatu hadis dikategorikan sebagai daif
adalah sama ada disebabkan terputusnya rantaian periwayatan atau disebabkan
kritikan terhadap perawi.[12]
Daif, (ي(فَْطعِْي ضَُح ), adalah pengkategorian sebuah hadis sebagai lemah. Ibn Hajar
menyatakan penyebab sesuatu hadis dikategorikan sebagai lemah adalah sama ada
disebabkan terputusnya rantaian periwayatan atau disebabkan kritikan terhadap
perawi.[12]
Rantaian yang tidak berterusan ini merujuk kepada ketinggalan seorang
perawi pada kedudukan berlainan dalm isnad dan dirujuk dengan istilah khusus
bersesuaian seperti dibincang di bawah.
Kategori rantaian tak selanjar
Muallaq
Rantaian yang terputus pada permulaan isnad, (dilihat dari sudut penghujung
pengumpul hadis tersebut), disebut mu'allaq (لقّلِصعَُح مُ ا ), secara harfiah, tergantung.
Mu'allaq merujuk kepada keciciran satu atau lebih perawi. Ia juga merujuk kepada
keciciran seluruh isnad, misalnya, (seorang perawi) hanya berkata: Nabi berkata... Di
samping itu, ia juga termasuk keadaan di mana isnad tercicir melainkan sahabat, atau
sahabat bersama tabiin. [12]
Mursal
Mursal, (سلَُح رَْط مُ ا ), secara harfiah bermaksud gopoh. Jika perawi di antara Tabiin dan Nabi
Muhammad dicicirkan daripada isnad tertentu, hadis itu adalah mursal, misalnya apabila
seorang Tabiin berkata, Nabi berkata ... [13]
Oleh sebab ahli Sunah wal-Jamaah
berpegang bahawa para Sahabat kesemuanya boleh dipercayai akan kewibawaan
mereka, maka mereka [Ahli Sunnah] tidak mendapati masalah jika seorang Tabiin tidak
menyebut daripada Sahabat mana hadis itu diperoleh. Ini bermakna jika sesuatu hadis
itu memiliki rantaian yang boleh diterima hingga ke seorang Tabiin, dan tabiin itu pula
menyandarkannya kepada seorang Sahabat yang tidak dipastikan, isnad dianggap
dapat diterima.
Namun, terdapat perselisihan pendapat dalam beberapa kes: Jika seorang Tabiin itu
muda, dan berkemungkinan besar beliau tercicir seorang Tabiin yang lebih tua yang
meriwayatkan daripada seorang Sahabat. Imam Malik dan ahli fiqah Mazhab Maliki
berpendapat mursal seorang yang boleh dipercayai adalah sah, sama seperti hadis
yang musnad. Pandangan ini telah dikembangkan ke tahap yang keterlaluan sehingga
sebahagian daripada mereka mengganggap hadis mursal lebih baik daripada hadis
musnad, berlandaskan taakulan berikut: Orang yang melaporkan (meriwayatkan) hadis
musnad meninggalkan kepada anda nama-nama perawi agar dapat dibuat pemeriksaan
dan penelitian selanjutnya, manakala seorang, yang dirinya sendiri seorang yang
berpengetahuan dan boleh dipercayai, yang meriwayatkan melalui kaedah irsal
(ketiadaan hubungan dia antara tabiin dan Nabi), telah sendirinya melakukan
pemeriksaan dan mendapati hadis tersebut sebagai sah. Malah, beliau melepaskan
anda daripada keperluan melakukan pemeriksaan lanjut. Ahli hadis yang lain menolak
mursal seorang Tabiin yang lebih muda.[13]
33. Muḍal
Hadis daripada kategori rantaian terputus adalah mu'dal, (ضلَُح عَْط مُ ا ) atau bermasalah,
yang merujuk kepada keciciran dua atau lebih perawi secara berurutan daripada isnad.
[14]
Munqaṭi
Hadis munqatik, (ط(عِْي قَُحنَْطمُ ا ), harfiahnya tercerai, ialah hadis di mana isnad perawi yang
melaporkan hadis terputus pada mana-mana tempat.[13]
Isnad hadis yang kelihatan
muttasil, tetapi diketahui bahawa seorang daripada pelapornya tidak pernah mendengar
hadis berkenaan daripada perawi sebelumnya, mahupun mereka hidup sezaman,
adalah munqatik. Ia juga diguna pakai apabila seseorang berkata, seorang
memberitahu saya.[13]
Jenis kelemahan lain
Munkar
Munkar, (كرَُح نَْطمُ ا ), secara harfiah bermaksud dikecam. Mengikut Ibn Hajar, jika sesuatu
periwayatan yang bertentangan dengan hadis sah dilaporkan oleh seorang perawi yang
lemah, ia dikenali sebagai munkar. Ahli hadis sehingga Imam Ahmad secara
kebiasaannya menggelar apa jua hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang
lemah sebagai munkar.[15]
Shādhdh
Shadhdh, (ذّ(,)شا harfiah, janggal. Mengikut Imam al-Syafii, hadis shadhdh adalah
sesuatu [hadis] yang diriwayatkan oleh seseorang yang boleh dipercayai tetapi
bercanggah dengan periwayatan seorang yang lebih dipercayai daripadanya. Golongan
ini tidak termasuk hadis yang tersendiri [unik] dari segi matn dan tidak pula diriwayatkan
oleh orang lain.[15]
Muḍṭarib
Muḍṭarib, (ر(بِْي طَُح ضَْط مُ ا ), bermaksud 'goyah'. Mengikut Ismail Ibn Kathir, jika perawi tidak
mencapai persetujuan tentang syeikh tertentu, atau tentang beberapa isu dalam isnad
atau matn, sehinggakan tidak ada kelebihan satu pendapat daripada pendapat yang
lain, dan dengan itu timbullah ketidaktentuan yang tidak dapat diselaraskan, maka hadis
yang dibincangkan digelar muḍṭarib.[16]
Satu contoh ialah hadis berikut yang disandarkan kepada Khalifah Abu Bakar:
Wahai Rasulullah!. Saya melihat tuan tampak lebih berusia? Beliau (Sallallahu
alaihi wasallam) menjawab, Apa yang membuat aku bertambah tua ialah Surah
Hud dan surah-surah sempamanya. Sarjana hadis al-Daraqutni mengulas: Ini
ialah contoh hadis muḍṭarib. Ia diriwayatkan melalui Abu Ishaq, tetapi terdapat
34. sebanyak sepuluh pendapat berhubung isnadnya. Ada yang melaporkannya
sebagai mursal, ada sebagai muttasil; ada yang menganggapnya sebagai
pengisahan Abu Bakar, yang lain sebagai pengisahan Sa'd atau Aisyah.
Memandangkan kesemua riwayat ini sama beratnya, adalah sukar memilih satu
daripada yang lain. Justeru, hadis ini digelar muḍṭarib.[16]
Mawḍū
Hadis yang mawḍūʻ, (و(عَْط ضُ ا وَْط مَُح ), atau 'Mauduk' (transliterasi Bahasa Melayu bagi perkataan
Arab sekiranya tidak digunakan dalam erti istilah)[17]
ialah sebuah hadis yang dipastikan
palsu dan tidak boleh disandarkan kepada asal-usulnya. Al-Dhahabi memberi definisi
mawḍu' sebagai hadis di mana teksnya bercanggah dengan kelaziman kata-kata Nabi
Muhammad, atau pelapornya termasuk seorang pembohong.
Mengenal pasti hadis palsu
1. Beberapa hadis diketahui palsu daripada pengakuan perekanya. Misalnya,
Muhammad ibn Sa'id al-Maslub sering berkata, Adalah tidak salah memalsukan
isnad sebagai kenyataan yang sahih. Seorang pereka hadis yang terkenal, Abd
al-Karim Abu'l-Auja, yang dibunuh serta disalib oleh Muhammad ibn Sulaiman
ibn Ali, gabenor Basra, mengaku bahawa beliau telah memalsukan lebih empat
ribu hadis yang memboleh benda yang haram dan sebaliknya.
2. Periwayatan Mawḍu' juga dikenal pasti melalui bukti luaran berhubung
perbezaan dalam tarikh atau waktu sesuatu kejadian. Misalnya, Khalifah kedua
Sayidina Umar Farouk membuat keputusan menghalau Yahudi dari Khaibar ,
beberapa pembesar Yahudi membawa dokumen kepada Sayidina Umar yang
kononnya membuktikan bahawa Nabi Muhammad memang berniat agar mereka
terus tinggal di sana dengan mengecualikan mereka daripada membayar jizyah;
dokumen tersebut disaksikan oleh dua orang Sahabat, Sa'd bin Mu'az dan
Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Sayidina Umar menolak dokumen tersebut tanpa
periksa kerana beliau tahu bahawa dokumen tersebut dipalsukan oleh sebab
penaklukan Khaibar [oleh Nabi Muhammad] berlaku dalam tahun 6 H, sementara
Sa'd bin Mu'az meninggal dunia pada tahun 3 H sejurus selepas Perang Ahzab,
dan Mu'awiyah memeluk Islam hanya dalam tahun 8 H, yakni selepas
Pembukaan Kota Mekah.
Sebab-musabab pemalsuan
Ada beberapa faktor yang mendorong sesorang itu memalsukan hadis Faktor-faktor ini
termasuklah:
• perbezaan politik
• perbezaan pegangan tentang Islam
• rekaan oleh pembidaah yang meneyeleweng
• rekaan oleh tukang cerita
• rekaan oleh orang zahid yang tidak berilmu
• prasangka terhadap bandar, ras, atau pemimpin tertentu
• rekaan oleh sebab kepentingan diri sendiri
35. • peribahasa yang ditukarkan menjadi hadis
Himpunan hadis palsu
Beberapa pakar hadis telah mengumpulkan hadis palsu seperti berikut:
• Al-Maudu'at oleh Abul-Faraj Ibn al-Jawzi
• Kitab al-Abatil oleh al-Jauzaqani
• Al-La'ali al-Masnu'ah fi'l-Ahadith al-Mawdu`ah oleh Jalaluddin al-Suyuti
• Al-Mawdu`at oleh Ali al-Qari
• Al-Fawaid al-Majmu'ah fi al-Ahaadeeth al-Mawdu'ah oleh Muhammad ash-
Shawkani
ULUM HADITS
Ulumul Hadis dan Cabang-cabangnya
Pengertian
• Ulumul Hadis yaitu ilmu yang membicarakan masalah hadis dari berbagai
aspeknya.
• Ilmu Hadis muncul pada masa Tabi’in. Az-Zuhri dianggap sebagai peletak dasar
ilmu Hadis. Kemudian selanjutnya muncul para mudawin Hadis seperti Malik,
Bukhari, dan sebagainya.
• Ilmu ini dibagi dua yaitu: 1. Ilmu Hadis Riwayah 2. Ilmu Hadis Dirayah.
Ilmu Hadis Riwayah
• Ilmu Hadis Riwayah adalah ilmu hadis yang berupa periwayatan atau ilmu yang
menukilkan segala yang disandarkan kepada Nabi.
• Objek kajiannya adalah:
1. Bagaimana cara menerima dan menyampaikan hadis
2. Bagaimana cara memindahkan hadis
3. Bagaimana cara mentadwinkan hadis.
• Kegunaannya adalah untuk menghindari adanya penukilan yang salah dari
sumbernya.
Ilmu Hadis Dirayah (Musthalah Hadis)
• Ilmu Hadis Dirayah atau disebut dengan ilmu Mustalahul Hadis, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang keadaan hadis dari segi kesahihan, sandaran, maupun
sifat-sifat rawinya.
• Objek kajiannya adalah sanad, matan dan rawi.
• Kegunaannya adalah:
1. Untuk mengetahui pertumbuhan hadis
36. 2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh hadis
3. Untuk megetahui kaidah-kaidah yang digunakan
4. Untuk mengetahui istilah dan criteria hadis.
• Cabang ilmu Hadis Dirayah:
1. Ilmu Rijalul Hadis
2. Ilmu Jarh wa Ta’dil
3. Ilmu Ilalil Hadis
4. Ilmu Asbab al-Wurud
5. Ilmu Mukhtaliful Hadis
Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah
hadits berarti melaporkan/ mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi
Muhammad SAW.
Menurut istilah ulama ahli hadits,[siapa?]
hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi
Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (Arab: taqrîr), sifat
jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (Arab: bi'tsah) dan
terkadang juga sebelumnya. Sehingga, arti hadits di sini semakna dengan sunnah.
Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah,
maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum.[1]
Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif,[2]
maka kata tersebut adalah kata
benda.[3]
Struktur hadits
Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai
penutur) dan matan (redaksi).
Contoh:Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh
Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:
Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk
saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri (hadits riwayat Bukhari)
Sanad
Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur
mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga
mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jika
diambil dari contoh sebelumnya maka sanad hadits bersangkutan adalah
Al-Bukhari Musaddad Yahya Syu’bah Qatadah Anas Nabi
Muhammad SAW
37. Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi bervariasi
dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thaqabah. Signifikansi
jumlah sanad dan penutur dalam tiap thaqabah sanad akan menentukan derajat hadits
tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah :
• Keutuhan sanadnya
• Jumlahnya
• Perawi akhirnya
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam.Hal ini
diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi
mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.
Matan
Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh sebelumnya maka matan hadits
bersangkutan ialah:
Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk
saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits
ialah:
• Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad
atau bukan,
• Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat
sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya
dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).
Klasifikasi hadits
Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung
sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (periwayat) serta tingkat keaslian hadits
(dapat diterima atau tidaknya hadits bersangkutan)
Berdasarkan ujung sanad
Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni marfu' (terangkat),
mauquf (terhenti) dan maqtu' :
• Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi
Muhammad SAW (contoh: hadits sebelumnya)
• Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi
tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang
menunjukkan derajat marfu'. Contoh: Al Bukhari dalam kitab Al-Fara'id (hukum
waris) menyampaikan bahwa Abu Bakar, Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair
38. mengatakan: Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah. Namun jika ekspresi
yang digunakan sahabat seperti Kami diperintahkan.., Kami dilarang untuk...,
Kami terbiasa... jika sedang bersama rasulullah maka derajat hadits tersebut
tidak lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'.
• Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in
(penerus). Contoh hadits ini adalah: Imam Muslim meriwayatkan dalam
pembukaan sahihnya bahwa Ibnu Sirin mengatakan: Pengetahuan ini (hadits)
adalah agama, maka berhati-hatilah kamu dari mana kamu mengambil
agamamu.
Keaslian hadits yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor
lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap
sangat penting mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah
SAW dari ucapan para sahabat maupun tabi'in dimana hal ini sangat membantu dalam
area perkembangan dalam fikih (Suhaib Hasan, Science of Hadits).
Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad
Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan yakni Musnad,
Munqati', Mu'allaq, Mu'dal dan Mursal. Keutuhan rantai sanad maksudnya ialah setiap
penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar
dari penutur di atasnya.
Ilustrasi sanad : Pencatat Hadits penutur 4 penutur 3 penutur 2 (tabi'in)
penutur 1(Para sahabat) Rasulullah SAW
• Hadits Musnad, sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang
dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Yakni urutan
penutur memungkinkan terjadinya transfer hadits berdasarkan waktu dan
kondisi.
• Hadits Mursal. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in
menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in
(penutur2) mengatakan Rasulullah berkata tanpa ia menjelaskan adanya
sahabat yang menuturkan kepadanya).
• Hadits Munqati' . Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau
3
• Hadits Mu'dal bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
• Hadits Mu'allaq bila sanad terputus pada penutur 4 hingga penutur 1 (Contoh:
Seorang pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa
Rasulullah mengatakan.... tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga
Rasulullah).
Berdasarkan jumlah penutur
Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad,
atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadits tersebut.
Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi atas hadits Mutawatir dan hadits Ahad.
• Hadits mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari
beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat
untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa
39. sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang. Para ulama
berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum hadits mutawatir (sebagian
menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). Hadits mutawatir sendiri
dapat dibedakan antara dua jenis yakni mutawatir lafzhy (redaksional sama pada
tiap riwayat) dan ma'nawy (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna
sama pada tiap riwayat)
• Hadits ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak
mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis
antara lain :
o Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan
terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak
penutur)
o Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan)
o Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur
pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.
Berdasarkan tingkat keaslian hadits
Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan
merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits
tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih,
hasan, da'if dan maudu'
• Hadits Shahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits
shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sanadnya bersambung;
2. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah,
berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat
ingatannya.
3. Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta
tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits.
• Hadits Hasan, bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan
oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz
serta cacat.
• Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat
berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh
orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau
cacat.
• Hadits Maudu, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai
sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.
Jenis-jenis lain
Adapun beberapa jenis hadits lainnya yang tidak disebutkan dari klasifikasi di atas
antara lain:
• Hadits Matruk, yang berarti hadits yang ditinggalkan yaitu hadits yang hanya
diriwayatkan oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.
40. • Hadits Mungkar, yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang
lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang
tepercaya/jujur.
• Hadits Mu'allal, artinya hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang
didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar Al Atsqalani
bahwa hadits Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki
ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut hadits Ma'lul (yang dicacati)
dan disebut hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat)
• Hadits Mudlthorib, artinya hadits yang kacau yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidaksama
dan kontradiksi dengan yang dikompromikan
• Hadits Maqlub, yakni hadits yang terbalik yaitu hadits yang diriwayatkan ileh
perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau
sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi)
• Hadits gholia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya
berubah
• Hadits Mudraj, yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya
• Hadits Syadz, hadits yang jarang yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi
orang yang tepercaya yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan
dari perawi-perawi yang lain.
• Hadits Mudallas, disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya karena
diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada
cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Jadi,
hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
Periwayat hadits
kitab hadits Sahih Bukhari
Periwayat hadits yang diterima oleh Muslim
1. Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H).
2. Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H).
3. Sunan Abu Dawud, disusun oleh Abu Dawud (202-275 H).
4. Sunan at-Turmudzi, disusun oleh At-Turmudzi (209-279 H).
5. Sunan an-Nasa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H).
6. Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
7. Musnad Ahmad, disusun oleh Imam Ahmad bin Hambal (781-855 M).
41. 8. Muwatta Malik, disusun oleh Imam Malik.
9. Sunan Darimi, Ad-Darimi.
Periwayat hadits yang diterima oleh Syi'ah
Muslim Syi'ah hanya mempercayai hadits yang diriwayatkan oleh keturunan Muhammad
SAW, melalui Fatimah az-Zahra, atau oleh pemeluk Islam awal yang memihak Ali bin
Abi Thalib. Syi'ah tidak menggunakan hadits yang berasal atau diriwayatkan oleh
mereka yang menurut kaum Syi'ah diklaim memusuhi Ali, seperti Aisyah, istri
Muhammad saw, yang melawan Ali pada Perang Jamal.
Ada beberapa sekte dalam Syi'ah, tetapi sebagian besar menggunakan:
• Ushul al-Kafi
• Al-Istibshar
• Al-Tahdzib
• Man La Yahduruhu al-Faqih
Pembentukan dan Sejarahnya
Sejarah hadits
Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad
sebagai Rasul. Berita tersebut didapat dari para sahabat pada saat bergaul dengan
Nabi. Berita itu selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain yang tidak mengetahui
berita itu, atau disampaikan kepada murid-muridnya dan diteruskan kepada murid-murid
berikutnya lagi hingga sampai kepada pembuku hadits. Itulah pembentukan hadits.
Masa pembentukan hadits
Masa pembentukan hadits tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad itu sendiri, ialah
lebih kurang 23 tahun. Pada masa ini hadits belum ditulis, dan hanya berada dalam
benak atau hafalan para sahabat saja. perode ini disebut al wahyu wa at takwin. periode
ini dimulai sejak muhammad diangkat sebagai nabi dan rosul hingga wafatnya (610M-
632 M)
Masa Penggalian
Masa ini adalah masa pada sahabat besar dan tabi'in, dimulai sejak wafatnya Nabi
Muhammad pada tahun 11 H atau 632 M. Pada masa ini hadits belum ditulis ataupun
dibukukan. Seiring dengan perkembangan dakwah, mulailah bermunculan persoalan
baru umat Islam yang mendorong para sahabat saling bertukar hadits dan menggali dari
sumber-sumber utamanya.
Masa penghimpunan
Masa ini ditandai dengan sikap para sahabat dan tabi'in yang mulai menolak menerima
hadits baru, seiring terjadinya tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser
ke bidang syari'at dan 'aqidah dengan munculnya hadits palsu. Para sahabat dan tabi'in
42. ini sangat mengenal betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan yang terlibat dalam
permusuhan tersebut, sehingga jika ada hadits baru yang belum pernah dimiliki
sebelumnya diteliti secermat-cermatnya siapa-siapa yang menjadi sumber dan
pembawa hadits itu. Maka pada masa pemerintahan Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz
sekaligus sebagai salah seorang tabi'in memerintahkan penghimpunan hadits. Masa ini
terjadi pada abad 2 H, dan hadits yang terhimpun belum dipisahkan mana yang
merupakan hadits marfu' dan mana yang mauquf dan mana yang maqthu'.
Masa pendiwanan dan penyusunan
Abad 3 H merupakan masa pendiwanan (pembukuan) dan penyusunan hadits. Guna
menghindari salah pengertian bagi umat Islam dalam memahami hadits sebagai prilaku
Nabi Muhammad, maka para ulama mulai mengelompokkan hadits dan memisahkan
kumpulan hadits yang termasuk marfu' (yang berisi perilaku Nabi Muhammad), mana
yang mauquf (berisi prilaku sahabat) dan mana yang maqthu' (berisi prilaku tabi'in).
Usaha pembukuan hadits pada masa ini selain telah dikelompokkan (sebagaimana
dimaksud di atas) juga dilakukan penelitian Sanad dan Rawi-rawi pembawa beritanya
sebagai wujud tash-hih (koreksi/verifikasi) atas hadits yang ada maupun yang dihafal.
Selanjutnya pada abad 4 H, usaha pembukuan hadits terus dilanjutkan hingga
dinyatakannya bahwa pada masa ini telah selesai melakukan pembinaan maghligai
hadits. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan
kitab hadits seperti menghimpun yang terserakan atau menghimpun untuk memudahkan
mempelajarinya dengan sumber utamanya kitab-kitab hadits abad ke-4 Hijriyah.
Kitab-kitab hadits
Berdasarkan masa penghimpunan hadits
Abad ke-2 Hijriyah
Beberapa kitab yang terkenal:
1. Al Muwaththa oleh Malik bin Anas
2. Al Musnad oleh Ahmad bin Hambal (tahun 150 - 204 H / 767 - 820 M)
3. Mukhtaliful Hadits oleh As Syafi'i
4. Al Jami' oleh Abdurrazzaq Ash Shan'ani
5. Mushannaf Syu'bah oleh Syu'bah bin Hajjaj (tahun 82 - 160 H / 701 - 776 M)
6. Mushannaf Sufyan oleh Sufyan bin Uyainah (tahun 107 - 190 H / 725 - 814 M)
7. Mushannaf Al Laist oleh Al Laist bin Sa'ad (tahun 94 - 175 / 713 - 792 M)
8. As Sunan Al Auza'i oleh Al Auza'i (tahun 88 - 157 / 707 - 773 M)
9. As Sunan Al Humaidi (wafat tahun 219 H / 834 M)
Dari kesembilan kitab tersebut yang sangat mendapat perhatian para 'lama
hanya tiga, yaitu Al Muwaththa', Al Musnad dan Mukhtaliful Hadits. Sedangkan
selebihnya kurang mendapat perhatian akhirnya hilang ditelan zaman.
Abad ke 3 H
• Musnadul Kabir oleh Ahmad bin Hambal dan 3 macam lainnya yaitu Kitab
Shahih, Kitab Sunan dan Kitab Musnad yang selengkapnya :