Kitab Musnad Imam Ahmad bin Hanbal merupakan kitab hadis yang sangat penting yang berisi lebih dari 40.000 hadis yang dihimpun oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Kitab ini memuat hadis-hadis yang dihimpun berdasarkan nama-nama sahabat Nabi, dan dianggap sebagai sumber utama dalam mempelajari hadis-hadis Nabi oleh mazhab Hanbali.
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL SYAIBANI
Konsep Teori yang Dikemukakan Imam Al-Syaibani
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL MAWARDI
Pemikiran Ekonomi Al-Mawardi
1. Musnad IMAM HAMBALI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Hadis merupakan kabar atau berita yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik itu
yang berupa qouliyah, fi’liyah,maupun taqririyah. Hadis-hadis tersebut banyak diriwayatkan
oleh para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in hingga sampai pada saat sekarang ini terus digali dan
dipelajari sebagai mashodir al-tasyri’ yang ke-dua setelah kitab suci Al-Qur’an.
Banyak sekali kitab-kitab hadis yang dihasilkan oleh para ulama sebagai wujud untuk
memelihara hadis-hadis nabi agar terpelihara otentitasnya agar senantiasa menjadi acuan dalam
pengamalan kehidupan sehari-hari. Salah satu diantara karya kitab hadis tersebut yang akan
kami paparkan dalam makalah ini adalah kitab hadis Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal.
Menarik untuk dibahas karena dengan beckground keilmuan fikihnya sebagaimana yang telah
masyhur bahwa beliau termasuk salah satu dari madzahib al-arba’ah ini ternyata memiliki
karya monumental dalam bidang hadis. Dalam makalah ini selanjutnya akan dijelaskan
mengenai biografi dari Imam Ahmad ibn Hanbal beserta latar belakang kehidupannya,
kemudian penjelasan mengenai meted ahmad ibn hanbal dan madzhab hanbali serta penjelasan
mengenai kitab musnadnya secara ringkas. Diharapkan dengan penjelasan mengenai kitab
Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal ini akan menambah wawasan keilmuan dalam bidang studi
kitab-kitab hadis.
B. Rumusan Masalah.
1. Biografi Imam Ahmad ibn Hanbal.
2. Latar belakang kehidupan Imam Ahmad ibn Hanbal.
3. Metode Imam Ahmad ibn Hanbal dan madzhab Hanbali.
4. Kitab Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Ahmad ibn Hanbal.
Imam Ahmad ibn Hanbal merupakan seorang ulama besar, ahli dalam bidang fikih
maupun hadis ini memiliki nama lengkap Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
bin Hilalasy-syaibani al-Marwazi al-Baghdadi.[1] Dalam sumber lain menyebutkan nama
lengkap beliau adalah Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn Asad ibn Idris ibn
‘Abdillah bin Hayyan ibn ‘Abdillah bin Annas ibn ‘Awf ibn Qasit ibn Mazin ibn Syaiban ibn
2. Zulal ibn Ismail ibn Ibrahim. Dari nama tersebut bisa diketahui bahwa beliau adalah keturunan
Arab dari suku bani Syaiban, sehingga diberi laqab al-Syaibany.[2] Keturunan ibn Hanbal
bertemu dengan Rasulullah pada Mazin bin Mu’adz bin Adnan. Beliau masyhur dengan nama
Hanbal karena kakeknya yang bernama Hanbal ibn Hilal merupakan Gubernur Sarakhs pada
Dinasti Abbasiyah yang aktif menyerukan penentangan terhadap dinasti Umayyah di
Khurasan.[3]
Ahmad ibn Hanbal dilahirkan di Baghdad, kota Meru/Merv pada bulan Rabi’ul
Awwal tahun 164 H atau Nopember 780 M. Bapak beliau, Muhammad telah meninggal dunia
sejak beliau masih kecil sehingga beliau hanya diasuh oleh ibunya yang bernama Safiyyah binti
Maimunah binti Abdul Malik Asy-Syaibani. Oleh karena itu, ibunya juga berasal dari
keturunan Syaibaniyah sebagaimana ayahnya.[4]Imam Ahmad Ibn Hanbal hidup dalam
keadaan ekonomi yang sederhana karena ayahnya hanya meninggalkan warisan sebuah rumah
kecil dan sebidang tanah. Karena melihat keadaan seperti itulah yang memotivasi beliau untuk
giat mencari ilmu agar suatu saat dapat membantu meringankan beban ibunya. Setelah
menginjak dewasa, beliau menikah dan memiliki dua orang putra yang bernama Abdullah dan
Salih, mereka banyak meriwayatkan hadis dari sang ayah dan memasukkan sejumlah hadis ke
dalam musnad milik ayahnya.
Imam Ahmad ibn Hanbal meninggal pada hari Jum’at bulan Rabi’ul Awal tahun 241
H (855 M) di kota kelahirannya Baghdad.[5]
B. Latar Belakang Kehidupan Imam Ahmad ibn Hanbal.
Imam Ahmad ibn Hanbal hidup pada zaman pemerintahan Abbasiyah dimana banyak
sekali terjadi ketimpangan sosial dan kesenjangan ekonomi, pada saat itu pula marak sekali
bid’ah yang tersebar serta monopoli kekuasaan kaum mu’tazilah.[6] Sehingga, melihat situasi
seperti itulah yang memacu Imam Ahmad ibn Hanbal untuk giat melakukan perlawatan hadis
ke berbagai wilayah.
Meskipun Ahmad ibn Hanbal hidup miskin, namun tidak menghalangi langkah beliau
untuk melakukan perlawatan ke berbagai wilayah untuk menuntut ilmu, diantaranya adalah
Makkah, Madinah, Syam, Yaman, Kuffah, Bashrah, dan Jazirah.[7] Beliau mulai mencari hadis
pada usia lima belas tahun. Selama tujuh tahun, ia mencari hadis dari guru-guru di Baghdad,
beliau belajar hadis pertama kali kepada Abu Yusuf Yakub bin Ibrahim Al-Qadhi salah seorang
sahabat Abu Hanifah. Namun ada yang berpendapat bahwa guru pertama beliau adalah
Husyaim bin Basyir bin Abi Khasim Al-Wasiti . Kemudian pada usia dua puluh dua tahun
beliau pergi ke Bashrah lalu ke Hijaz dan di sanalah beliau mendengarkan hadis dari As-Syafi’i
di Masjidil Haram. Kemudian beliau pulang kembali ke Baghdad dan ke Hijaz lagi, di sana
beliau mendengarkan hadis dari Imam Malik dan Imam Al-Laits bin Sa’ad Al-Mishry. Setelah
itu beliau melakukan perlawatan lagi ke Yaman untuk berguru kepada Abdurraziq bin
Hammam. Selain melakukan perlawatan hadis, beliau juga belajar Fikih kepada Abdullah ibn
Al-Mubarrak. Selama perlawatannya di Hijaz pun beliau belajar fikih pula kepada Imam As-
Syafi’i dan menjumpai seluruh fuqoha’ pada saat itu di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
selama musim haji.[8]
3. kehidupan Imam Ahmad ibn Hanbal selain mengalami cobaan dalam masalah sosial
ekonomi, beliau juga banyak mengalami cobaan dan fitnah dalam politiknya. Diantaranya,
beliau mendapati fitnah kemakhlukan Al-Qur’an (Mihnah) yang pada saat itu disebarkan oleh
dinasti Abbasiyah pada masa kekhalifahan Al Makmun, Al Mu’tashim dan Al watsiq. Karena
sikap Imam Ahmad yang bersikukuh melawan doktrin Mu’tazilah tersebut, sampai beliau
dicambuk dan dipenjara. Hingga akhirnya pada tahun 220 H beliau dibuang dari Baghdad.
Namun, ketika jabatan khalifah dipegang oleh Al-Mutawakkil pada tahun 232 H, dekrit tentang
khalaq al-Qur’an dicabut dan Imam Ahmad pun dibebaskan dari penjara.[9]
C. Metode Imam Ahmad ibn Hanbal dan Madzhab Hanbali.
Pada tahun 195 H sampai 197 H Imam Ahmad ibn Hanbal belajar fikih dan ushul
fikih kepada Imam Syafi’i pada waktu di Hijaz. Beliau menganggap Imam Syafi’i sebagai guru
besarnya, bahkan sampai dianggap sebagai bapaknya sendiri. Pengaruh Imam Syafi’i sangat
besar dibandingkan dengan guru-gurunya yang lain dalam pemikiran Imam Ahmad ibn Hanbal
, terbukti melalui perkataan beliau ketika sudah menjadi Imam besar : “Apabila saya ditanya
tentang sesuatu yang tidak saya jumpai kabar (yakni hadis dan atsar para sahabat) yang
menjelaskannya, maka saya berpegang pada pendapat Imam Syafi’i.” Beliau sangat
menghargai Imam Syafi’i sampai-sampai beliau tidak menyetujui guru-guru beliau untuk
menulis kitab-kitab fikih selain Imam Syafi’i.[10] Dan karena itu, sampai-sampai Imam At-
Tabari memberikan komentarnya bahwa Imam Ahmad ibn Hanbal merupakan muttabi’,
periwayat hadis dan bertaklid, bukan seorang mujtahid.[11] Meskipun beliau pertama kali
belajar kepada Abu Yusuf, seorang ahlu ro’yu lalu belajar kepada Imam Syafi’i yang memiliki
pandangan moderat antara ahlu ro’yu dan ahlu hadis, namun Imam Ahmad ibn Hanbal sangat
cinta sekali kepada sunnah Rasulullah SAW hingga beliau tidak hafal satu hadis pun kecuali
beliau telah mengamalkannya.[12]
Dalam masalah yang sama pun tidak menutup kemungkinan antara Imam Syafi’i
dengan Imam Ahmad ibn Hanbal terdapat perbedaan pendapat. Hal ini terjadi karena Imam
Ahmad ibn Hanbal jauh lebih banyak memiliki koleksi hadis, bisa dilihat dalam kitab
Musnadnya tersebut yang memuat banyak hadis jika dibandingkan dengan kitab-kitab karya
Imam Syafi’i.[13]
Selain dipengaruhi oleh pola pemikiran Imam Syafi’i, juga sedikit banyak terdapat
pengaruh imam Maliki. Adapun dasar-dasar yang digunakan beliau dalam istinbat hukum
diantaranya adalah :
1. Al qur’an dan Hadis
Imam Ahmad ibn Hanbal berbeda dengan orang-orang sebelumnya, karena kecintaannya
kepada hadis-hadis Rasulullah sampai-sampai beliau mendahulukan hadis dhaif daripada
qiyas, selama hadis dhaif tersebut menurut beliau adalah shahih bukan maudhu’.[14]
2. Fatwa Sahabat
Selama fatwa sahabat tersebut tidak mendapatkan bantahan dari sahabat lain.
3. Pendapat sahabat yang lebih dekat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
4. Hadis mursal dan Hadis dhaif.
4. 5. Qiyas.[15]
Apabila beliau tidak mendapati hadis yang dikehendaki, maka beliau menggunakan akalnya
untuk menggali hukum dari teks-teks dalil dan atsar melalui qiyas dan ada sumber lain yang
menyebutkan bahwa Imam Ahmad Ibn Hanbal menggunakan istihsan serta istishab.
D. Kitab Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal.
Kitab Musnad adalah sebuah kitab yang disusun dengan tanpa menyaring dan
menerangkan derajat hadis-hadis tersebut. Atau dalam pengertian yang lain disebutkan bahwa
yang dinamakan kitab Musnad adalah kitab yang disusun berdasarkan nama sahabat.
Dalam Musnad imam Ahmad ini terdapat 40.000 hadis, kurang lebih 10.000
diantaranya dengan berulang-ulang. Tambahan dari Abdullah, putra beliau sekitar 10.000 hadis
dan diantaranya ada beberapa tambahan pula dari Ahmad bin Ja’far al-Qatili. Sayyid Ahmad
bin Ja’far Al-Qatili berkata : “Satu satunya kitab Musnad yang menghidupkan sunnah adalah
yang disusun oleh Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Al-Syaibani yang meninggal
di Baghdad pada tahun 241 H.”[16]
Musnad tersebut mencakup beberapa bab yang dimulai dari : musnad sepuluh sahabat
yang dijamin masuk surga (Musnad Abu Bakr As Siddik , musnad Umar bin Al Khatthab
Radliyallahu 'anhu , Musnad Utsman bin 'Affan Radliyallahu 'anhu , Musnad Ali bin Abu
Thalib Radliyallahu 'anhu , Musnad Muhammad Thalhah bin 'Ubaidillah Radliyallahu ta'ala
'anhu, Musnad Az Zubair bin Al 'Awwam Radliyallahu 'anhu , Musnad Abu Ishaq Sa'd bin
Abu Waqqash Radliyallahu 'anhu , Musnad Sa'id bin Zaid bin 'Amru bin Nufail Radliyallahu
'anhu, Hadits Abdurrahman bin 'Auf Az Zuhri Radliyallahu 'anhu , Hadits Abu 'Ubaidah bin
Al Jarrah atau namanya adalah 'Amir bin Abdullah Radliyallahu 'anhu), musnad sahabat setelah
sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, musnad ahli bait, musnad Bani Hasyim,
musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits , sisa musnad sahabat yang banyak
meriwayatkan hadits, musnad penduduk Makkah, musnad penduduk Madinah, musnad
penduduk Syam, musnad penduduk Kufah, musnad penduduk Bashrah, musnad sahabat
Anshar, dan sisa musnad sahabat Anshar.[17]
Mengenai derajat hadis musnad ahmad terdapat tiga penilaian ulama yang berbeda,
diantaranya adalah :
1. Seluruh hadis yang terdapat di dalamnya dapat dijadikan sebagai hujjah. Hal ini berdasarkan
perkataan beliau, Imam Ahmad bahwa : jika umat islam berselisih tentang suatu hadis maka
merujuklah pada kitab musnad ini namun jika tidak menemukan hadis dalam musnad ini maka
tidak dapat dijadikan hujjah.
2. Di dalam musnad ahmad terdapat hadis shahih, dhaif, bahkan yang maudhu’. Ibnu Al-Jauzy
mengatakan bahwa musnad ahmad terdapat 29 hadis maudhu’.
3. Di dalam musnad ahmad terdapat hadis yang shahih dan dhaif yang mendekati derajat hasan.
Yang berpendapat demikian adalah al-Zahabi, ibn Hajar al-asqalani, ibn Taimiyah, dan al-
Suyuthi.[18]
5. Adapun berdasarkan sumbernya, musnad Ahmad dibagi menjadi enam macam, yaitu :
1. Hadis yang diriwayatkan Abdullah dari ayahnya dengan mendengar langsung.
2. Hadis yang didengar Abdullah dari ayahnya dan dari orang lain. Hadis ini jumlahnya sedikit.
3. Hadis yang diriwayatkan Abdullah dari selain ayahnya. Hadis ini dinamakan hadis zawaid
Abdullah (tambahan).
4. Hadis yang tidak didengar Abdullah dari ayahnya, melainkan dibacakan kepada sang ayah.
5. Hadis yang tidak didengar dan tidak pula dibacakan kepada ayahnya, tetapi Abdullah
menemukannya dalam kitab sang ayah yang ditulis dengan tangan.
6. Hadis yang diriwayatkan oleh Al-hafidz Abu Bakar Al-Qath’i yang meriwayatkan dari
Abdullah.[19]
BAB III
KESIMPULAN
Musnad Ahmad merupakan kitab hadis termasyhur dan terbesar yang disusun pada
periode kelima perkembangan hadis (Abad ketiga Hijriyah). Imam Ahmad ibn Hanbal
menyusun kitab hadisnya secara musnad, yakni disusun berdasarkan nama sahabat. Beliau
sangat cinta terhadap hadis-hadis nabi, bahkan beliau tidak menghafal satu buah hadis pun
kecuali sampai beliau hafalkan. Karena itu pula sampai-sampai ada yang menilai bahwa Imam
Ahmad terlalu ekstrem dalam istinbath hukum, beliau terlalu tekstualis dan karenanya tidak
bisa fleksibel dalam menghadapi berbagai persoalan hukum yang semakin berkembang.
Terlepas dari itu , Musnad Ahmad yang memuat 40.000 hadis ini tercatat sebagai
karya besar ( masterpiece) dalam khazanah literatur hadis. Beliau seorang imam fuqoha’ dan
imam hadis besar yang terkenal wara’ dan zuhud nya berhasil mewariskan keilmuannya kepada
generasi-generasi sekarang.
6. DAFTAR PUSTAKA
Rohmaniyah,Inayah, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta : Teras, 2009.
Asy-Syarqawi,Abdurrahman, Kehidupan, Pemikiran dan Perjuangan 5 Imam Madzhab
Terkemuka, Bandung : Al Bayan.
Asy-Syubasi,Ahmad, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzhab ( Hanafi,Maliki, Syafi’i,
Hanbali ), Amzah, 2004.
Al-Maliki, Muhammad Alawi, Ilmu Ushul Hadis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.
As-Shalih,Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2009.
[1] Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, hlm.363.
[2] Inayah Rohamniyah, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, hlm.25.
[3] Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzhab ( Hanafi,Maliki,
Syafi’i, Hanbali ), Amzah, hlm.191.
[4] Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzhab ( Hanafi,Maliki,
Syafi’i, Hanbali ), Amzah, hlm.192.
[5] Inayah Rohmaniyah, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, hlm. 28.
[6] Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzhab ( Hanafi,Maliki,
Syafi’i, Hanbali ), Amzah, hlm.191
[7] Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzhab ( Hanafi,Maliki,
Syafi’i, Hanbali ), Amzah, hlm.193.
[8] Abdurrahman Asy- Syarqawi, Kehidupan, Pemikiran dan Perjuangan 5 Imam
Madzhab Terkemuka, Bandung : Al Bayan, hlm.148
[9] Inayah Rohmaniyah, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, hlm.37.
[10]Abdurrahman Asy- Syarqawi, Kehidupan, Pemikiran dan Perjuangan 5 Imam
Madzhab Terkemuka, Bandung : Al Bayan, hlm.158.
[11] Inayah Rohmaniyah, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, hlm.28.
[12]Abdurrahman Asy- Syarqawi, Kehidupan, Pemikiran dan Perjuangan 5 Imam
Madzhab Terkemuka, Bandung : Al Bayan , hlm 148.
[13] Inayah Rohmaniyah, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, hlm.29.
[14]Abdurrahman Asy- Syarqawi, Kehidupan, Pemikiran dan Perjuangan 5 Imam
Madzhab Terkemuka, Bandung : Al Bayan hlm.174.
[15] Inayah Rohmaniyah, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, hlm.30.
[16] Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
hlm.255.
[17] Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist.
[18] Inayah Rohmaniyah, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, hlm.33.
[19] Inayah Rohmaniyah, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, hlm.34.
7. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN HUKUM ISLAMOLEH AHMAD BIN HANBAL
I. PENDAHULUAN
Seperti yangtelahkitaketahui bahwaIslamsangatberpengaruhterhadapsetiaporangyanghidupdi
wilayahmuslim, sehinggaIslammerupakansuatu“warisan”tersendiri yangsangatberarti.Prinsip-
prinsipajaranIslamtelahmewarnai kehidupansosial sepanjangsejarahdanke seluruhpelosok
dunia.Islamterusmenerusberhasil mengembanmisi pengentasanbagi persoalanhidupmanusia
semenjakmasyarakatIslampertamakali di MadinahdibawahpimpinanRasulullahSAW.
SetelahRasulullahwafat,sekelompoksahabatyangmengetahuifiqhdanilmusertalamamenemani
Rasulullahdanfahamakanal-Qur’andanhukum-hukumnyadihadapkanuntukmemberikanfatwa
dan membentukhukumuntukkaummuslimin.KarenapenyebaranIslamini tidak hanyamelalui
penaklukanke daerah-daerahsaja,tetapi jugaperluadanyajerihpayahdari tanganpara ulamadan
fuqoha’untukmenyebarkanajarandanprinsipagamaIslam.
Dan penyiaranajaranIslamolehparamubalighinakanselalubertalianeratdenganpara pakar-pakar
mazhabdalamal-Fiqhul Islamy.Sehinggatidaklayakbagi kitabilatidakmencobamengungkap
bagaimanapara pakar mazhabmengawalida’watulIslam.
Kemudian,padamakalahini kami mencobamenguraikantentangimammazhabkeempatyakni
ImamAhmadbin Hanbal,yangbiasadikenal olehmasyarakatluassebagai seseorangyangahli di
bidangilmufiqhdansekaligusjugaseorangilmuwanhadist.Bagaimanatentangkehidupansosial,
budayaserta politikpadamasabeliaudanjugatentangistinbat-istinbathukum yangdipakainya
untukmemecahkanmasalahkemanusiaan.
II.PEMBAHASAN
1. Biografi AhmadbinHanbal
Nama lengkapAhmadbinHanbal ialahAhmadbinHanbal binHilal binUsdbinIdrisbinAbdullahbin
AnasbinAuf binQasit binMazin binSyalban.Panggilan sehari-harinyaAbuAbdullah.Ahmadbin
Hanbal dilahirkandi BaghdadpadabulanRabi’ul Awal tahun164 Hijriah(780 Masehi).Ayahnya
menjabatsebagi walikotaSarkhasdanpendukungpemerintahanAbbasiyah.Menurutsaturiwayat,
ayahandanyayangbernamaMuhammad asy-Syalbanitelahmeninggalkanbeliausebelumdilahirkan
ke duniafana ini.Sehinggabeliautumbuhremajahanyadalamasuhanibundanya,Syafiyahbinti
Maimunahseorangwanitadari golonganterkemukakaumBanuAmir.
ImamAhmadadalah seorang zuhud,bersihhatinyadari segalamacampengaruhkebendaan.Beliau
jugadikenal seorangyangpendiamtetapi beliautertarikuntukselaluberdiskusi dantidaksegan
meralatpendapatnyasendiri apabilajelasbahwapendapatoranglainlebihbenar.Beliauadalah
orang yangberwawasanluas,ulamayangsangat dalampemahamannyaterhadapruhsyariat.
Selamahayatnya,ImamAhmadcintasekali kepadasunnahRasulullahSAW,sehinggamendorongnya
untukbanyakmeniruRasulullahdalamsegalaurusanagamadan dunia.Beliautidakhafal satu
hadispunkecuali mengamalkannya.[1] Sehinggaadasuatukalanganyanglebihmelihatbeliau
sebagai seorangilmuwanhadistdaripada ilmuwanfiqh.
Sebagianfuqoha’berkatatentangbeliau,“Ahmadmenguasai seluruhilmu”.SelainituImamSyafi’i
selakugurunyajugamengungkapkan,“ketikasayameninggalkanBaghdad,disanatidakadaorang
yang lebihpandai dibidangfiqihdanlebihalimketimbangAhmadbinHanbal”.
8. 2. SettingSosial-BudayaPadaMasa ImamHanbali
Ketikamenginjakmasamuda,Ahmadmelihatkehidupanorang-orangdisekitarnyasangat
mengagumkan.Namunsemaraknya bid’ahtelahmengancamsunnah.Orangyangberpendidikan
telahmencelakakanorangyangtidaktahu,para penimbunhartakenyangdenganemasdanperak
timbunannya,tetapi merekatidaktahubagaimanamerekaakanmembelanjakannya.Tidakjarang
pulamerekaterjerumusdalamkemunafikandankejahatan.Kata-katarayuandanpenipuan telah
mengelabuhi manusiahinggamerekameninggalkankesejahteraanhidupyangdihalalkan,yangbiasa
disebutwara’ atauzuhud.[2]
Ahmadyang sejakkecil hafal al-Qur’an,memahamihukum-hukumnya,danmempelajariilmuhadist
untukberhadapandengankehidupanduniayangdemikianparah.Apapunyangbeliaulakukantidak
lainadalahuntukmenunjukkanbahwabeliaumembenci kehidupanduniaseperti itu.Beliau
menamakansemuaitudengan bid’ahdanbernazaruntukmeluruskannyadanmenghidupkan
sunnahRasulullahSAW.Namunsebagianmasyarakatmenuduhnyasebagai orangyangmempersulit
pelaksanaanagama.
ImamAhmadyang hidupdimasapenuhdenganbid’ahdan agamaditawar-tawarsehingga
menggoyangkansendi-sendinya,karenaitubeliaumemutuskanuntukselaluberpegangpadaal-
Qur’andengansekuat-kuatnya.[3] Ahmadtertuntutuntukmencari jalanbagi pembebasandiri dan
bersikapkerasdalammenegakkankebenaransertamembebaskanorang-orangyangmenjadi hamba
bagi kondisi mereka.Alangkahjeleknyakondisi waktuitu!
Yang muliaImamHambali selakuseorangalimbesardari ahli sunnah,senantiasabersikapkeras
akan urusanbid’ahdanorang yang ahli bid’ah,sebagai buktinyaditunjukkanpada:
a. Beliaupernahberkata:“pokokpangkal “sunnah”itu bagi saya ialahmemegangteguhdan
mengikutdengankokohnyakepadaapayangpernahdilakukanolehparasahabatNabi,dan
menjauhi ataumeninggalkanperbuatanbid’ah,karenatiap-tiapbid’ahdi dalamurusanagamaitu
sesat”.Jadi,sudahcukupjelasbahwasegalaperbuatanbid’ahyangbertaliandenganurusanibadah
itusesat,dan tiap-tiapkesesatanitudi dalamnerakalahtempatkembalinya.
b. Beliaujugapernahberkata: “janganlahkamubertukarfikirandenganorangahli bid’ahdi dalam
urusanagamamu,dan janganlahkamuberkawandenganseorangpundenganmerekaitu di dalam
pelayanmu”.[4]
SehinggasudahlahjelasakansikapImamHambali atasbid’ahitusendiri danjugaorang-orangyang
termasukdalamahli bid’ah.
3. KehidupanPolitikPadaMasaImam Hanbali
AhmadbinHanbal mengetahui bahwayangpalingmengundangkemarahanparapenguasabani
AbbasadalahpenyebaranfiqhAli binAbi Thalib.Keturunannyaberkali-kali mengadakan
pemberontakanterhadapparakhalifahyangberbuataniayadari Bani Umayyah,jugaterhadappara
khalifahBani Abbas.Hal inilahyangmengakibatkantimbulnyaberbagai peperanganbesar.Fiqih
ImamAli dan keputusan-keputusannyahanyadihafalolehsejumlahkecilulama,terutamadari
kalangansyi’ah.
KemudiansetelahBani AbbasmerasakhawatirterhadapfiqihAli,makaitudipergunakanolehpara
penentangfiqihImamAli untukmengkritiknya.HinggaakhirnyaBani Abbastidaktahanmenghadapi
pertentangantersebut,danbilaadaorang yangdatang menyampaikanpengaduan,kritikan,atau
9. rintangan,makapasti akan merasakantajamnyapedangpara algojoataulidahnyamembisudibalik
tembokpenjara.[5]
Namundemikian,ImamAhmadtidakbisabersikapmasabodohterhadapperilakutersebut.Imam
Ahmadmencari fiqihdankeputusanpara KhulafaurRasyidin,kemudianbeliaumulai menyiarkandan
mempersaksikannya.ImamAhmadtidakinginberpolitiktetapimulai hanyaberpendapatwajib
mentaati khalifahmeskipunmerekamenyimpang.Sebab,menurutbeliau,taatkepadapenguasa
yang menyimpangitulebihbaikketimbangfitnahyangtidakhanyamenimpaorang-orangyang
berbuataniayasaja.Akantetapi bukanberarti mendiamkansajakhalifahyangzalim.Dan
menasehatinyaakanlebihbaikdaripadamemberontaknya.[6]
AhmadbinHanbal tidakmenerjunkan dirinyalangsungdalamkancahkonflikpolitikyangmenyala-
nyala.Akantetapi,beliauberpendapatdengansesuatuyangbeliauyakni kebenarannyadalam
rangka mengikuti sunnahbagaimanapuncaranyamencapai pendapattersebut,karenabeliauadalah
orang yangpalinginginmeniruRasulullahSAW.Beliauberkata“Ahli hadistadalahorangyang
mengamalkannya”.
Sepanjangriwayat,ketiayangmulai ImamSyafi’idimintaolehbagindaharunal-Rasyiduntuk
mencari ahli hukumdanyang berilmupengethuandalmpusatpemerintahannya,makaImamSyafi’i
menunjukImamHanabli untukmendudukinya.Namun,berulangkali dansecarategasImamHanbali
berkata: “Saya datang kepadaengkauini hendakmenuntutilmupengetahuan,bukanhendak
mencari kedudukanataupangkatdisisi kepalanegara”.[7] Meskipundemikian,ImamAhmadtidak
dapat menjauhdari politik,karenapolitikselalumenyertaikehidupandanpolitikjugamengantarkan
manusiamendekati kemaslahatandanmenjauhikerusakan.
BegitujugaketikaaliranMu’tazilahmenguasaipemerintahanMa’munbinHarunal-Rasyidyang
membacaajaran tentangkemahlukanal-Qur’an, kebijakanini mendapatreaksi kerasdari paraahli
fiqihaliranahlussunahterutamaImamAhmad.Tetapi,kebijakanpolitikolehpenguasaKhalifah
Ma’mun danMu’tashimtidakmampumenyurutkandanmerubahpendiriannya,meskipunbeliau
mendapatpenyiksaankerasdari mereka.Bahkansemakinkeraspenyiksaanitu,semakin kuatpula
pendiriannya.Hinggaakhirnya,muncullahseorangkhalifahbaruberpahamAhlussunahyang
berhasil membasmiparapengikutaliranMu’tazilah.[8]
4. Wacana KeilmuwanYangDigunakan
Dalampesantrennyasetiapselesaisholatashar,ImamAhmadmembiasakanmemberi fatwadan
bersamadenganpesertapesantrennyamenyebutkandiri denganapayangdilakukanolehpara
ulamasalaf dalampesantrenmereka,yaitupengkajianal-Qur’andantafsirnya.Beliaumengajukan
bahwaayat al-Qur’anituditafsirkanolehsebagianyanglainolehsebagianyanglainatauolehhadits
dan atsar para sahabat.Beliaulebihmenekankanpadapesantrennyauntukmenetapkan
pengetahuandi bidangbahasaarab,sastra dan ilmubahasanyaagarmerekadapat memahami al-
Qur’andan haditsdenganmudah.
Adapunilmu-ilmulainnyayangtersebardimasaImamAhadadalahtentangperbincanganmasalah
akidah.Sebagianparapemikirdanfuqahajuga pernahmambahastentang Jabrdan ikhtiar.
Sementarayanglainnyalagi berpendapatbahwatindakan-tindakandansifatAllahyangdapat
ditangkapdenganpancaindraharuslahditakwilkandari maknanyayanglain.Mereka
memperpanjangdanmembicarakansemuaitu denganilmukalam.[9]
5. Metode IstinbatHukum
10. Telahkitakenal bahwasanyaAhmadbinHambal dikenal luassebagaipembelahaditsNabi yang
gigih.Hal ini dapat dilihatdari cara-carayang digunakannyadalammemutuskanhukum.Iatidak
sukamenggunakanakal,kecuali dalamkeadaansangatterpaksaatausangatperludan sebatastidak
ditentukanhaditsyangmenjelaskannya.
IbnHanbal sangatberhati-hati tentangriwayathadits,karenahaditssebagai dasartidakakan
didapatkanfaedahnyatanpamemiliki riwayatnya.Dalamhal ini beliauberkata-kata“Barangsiapa
yang tidakmengumpulkanhaditsdenganriwayatnyasertapembedaanpendapatmengenainya,
tidakbolehmemberikanpenilaiantentanghaditstersebutdanberfatwaberdasarkannya”.[10]
Kemudian,tentangdasar-dasaryangdipakai AhmadbinHanbal dalammemutuskanhukum,
sebenarnyatidakjauhberbedadengangurunya,ImamSyafi’i,yangdidasarkanataslimahal :
íNash al-Qur’andanHaditsMarfu’
Selamaada teksini,Ahmadpasti akanmemutuskannyaberdasarkantekstersbut,meskipunada
dasar lain.
íFatwa para sahabat Nabi
Apabilabeliautidakmendapatkansuatunashterang,baikdari al-Qur’anmaupunsunnah,barulah
menggunakanfatwadari sahabatyang dirasatidakada fatwalainyang menandinginya.Katanya“itu
bukanlahijma’”.Fatwasahabatdidahulukandaripadaakal atauqiyas.
íApabilaterjadi perbedaanpendapatdikalangansahabat,makabeliauMengambil pendapatyang
lebihdekatdenganbunyi teksal-Qur’anatauhaditsdantidakakanmencari yang lainnya.Akan
tetapi bilasemuanyatidakjelas,maka beliautidakakanmengambil kesimpulanapapun.
íHadits Mursal dan HaditsDha’if
Jalanini diambil bilatidakdijumpai haditslainyangsetingkat.Haditsdha’if menurutnyaialah“yang
tidakbatil”atau “tidakmunkar”,atau yang didalamnyatidakterdapatperawi yangmuttaham,
karenabeliaumemadangbahwahaditsdho’ifyangbertingkatantidaksampai ketingkatshahit,
tetapi termasukdalamhaditshasanitulebihkuatdanlebihbaikdaripadaqiyas.
íQiyas
Beliaumenggunakanqiyasbilasudahdalamkeadaanterpaksakarenatidakdidapatkandalamhadits
mursal ataupundha’if danjuga fatwapara sahabat.[11]
Tentangijma’,pendirianImamHanbali ini sebenarnyatiakberbedadenganpendirianImamSyafi’i,
karenaImam Syafi’i sendiri pernahberkata“Barangapayang belumdiketahui adaperselisihandi
dalamnyaitubelumataubukanijma’namanya”.SedangkanImamhanbali berpendapatbahwaijma’
tidakdiakui keberadaannyasetelahperiode sahabat.Beliauberkata,“apayangdituduholeh
seseorangtentangijma’adalahdusta”.Beliaubukannyatidakmengakui ijma’setelahperiode
sahabat,tetapi tidak memungkinkanakanterjadinya.Karenaitubeliaulebihberpegangpadaqiyas
setelahteksal-Qur’an,sunnahdanatsarsahabat.
KemudianpendirianImamHanbali terdapatra’yi danahli ra’yi dalamhukumkeagamaan,tidak
berbedadenganparaimamahli haditsseperti ImamMaliki,ImamSyafi’i,danlainnya,yaknihukum
agama tidakselayaknyadantidakpadatempatnyajikahanyabersandaratas pendapatdari buah
fikiranorangyangtidakpada tempatnyajikahanyabersandaratas dalil ataualasandari al-Qur’an
ataupunsunnah.[12]
11. ImamHanbali bukanseorangyang fanatikakanpendaptyangsampai padanya.Sehingabeliausering
melarangpenulisfiqihyangdiajarkannya,karenaseringnyaberubahpandangan.Beliaukhawatirbila
fiqihdibukukan,makahukum-hukumsyariatakanbekudantaklidakanmerajalelasepanjangmasa.
Sedangfiqihseyogyanyaselalumengalami pembaharuansesuai dengantuntutanzaman.
6. SekilasTentangMazhabHanbali
Untuk sekedardiketahui,bahwamazhabImamHanbali ini mazhabyangkurangberkembangdi
duniaIslam.Mulamazhabnyahanya berkermbangdi Bagdad,tempatkediamanImamHanbali.
Hinggaabad IV H, mazhabinipunbelummerambahdi negaraMesir,tetapi barusampai pada
perbatasanIrak.Dan baru pada akhirabad VIHijriah,mazhabHanbali terdengarberitanyadi Mesir.
Kemudian,denganusahagigiholehIbnuTaimiyahdanIbnuQayim, mazhabini menjadi lebih
berkembanglagi dandi abad12 H dengankesungguhanMuhammadibnAbdil Wahhab Mazhab
Hanbali menjadi mazhabpendudukNajed.Dansekarangresmi di pemerintahanSaudi Arabiadan
memilikipengikutterbesardi JazirahArab,Palestina,Syria,Irak.[13]
III.KESIMPULAN
Dari apa yang telahdipaparkandi atas,makakita dapatmengetahui bahwasanyaAhmadIbnu
Hanbal merupakanseorangilmuwanhukumyangrelatif palingtektual dalammemahamial-Qur’an
dan sunah.Akankecintaanbeliaukepadasunnahdan haditsNabi,sehinggatidakheranbilaada
suatugolonganyangmenyebutnyasebagai ilmuwanhaditsdaripadailmuwanfiqih.Sebagai pembela
haditsNabi yangsangat gigihdapatdilihatdari cara-cara yang digunakandalammemutuskan
hukum,yakni tidakmenggunakanakal kecualidalamkeadaansangatterpaksa.
Fatwa-fatwaAhmadbinhanbal didasarkanatas5 hal :
ë NashAl-Qur’andanHaditsMarfu’
ë Fatwapara sahabat
ë Bilaada perselisihandiambil yangpalingdekatdengannashal-Qur’anatauhadits
ë HaditsMursal danhaditsDha’if
ë Qiyas
DAFTARPUSTAKA
Khalil,K.H.Munawar, Biografi EmpatSerangkai ImamMazhab,BulanBintang,Jakarta,1983.
Asy-Syarqawi Abdurrahman, Kehidupan,PemikirandanPerjuanganLimaImamMazhab Terkemuka,
Al-Bayan,Bandung,1994.
MushtofaAl-Maraghi Abdullah, Pakar-PakarFiqhSepajangSejarah,LKPSM,Yogyakarta,2001.
MunawirImam, Mengenal Pribadi 30 PendekardanPemikirIslamDari Masake Masa, PT. BinaIlmu,
Surabaya,1985.
Ash-Shiddieqy,Hasbi,Prof.Dr.TM, PengantarIlmuFiqih,Bulan Bintang,Jakarta,1978.