SlideShare a Scribd company logo
Modul 2.2.                                 Ilmu Alamiah Dasar                                     Definisi



Definisi

Tujuan pembelajaran:

"Definisi," menjelaskan bagaimana definisi diciptakan dan bagaimana mengkritisinya. Anda perlu dapat
menerapkan teknik definisi untuk melakukan analisis sebuah perselisihan.

Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa seharusnya dapat untuk:

    1.   Membedakan antara perdebatan yang sungguh-sungguh dan perselisihan yang hanya verbal.
    2.   Memahami lima jenis definisi, dan penggunaannya.
    3.   Tahu bagaimana membangun definisi denotatif dan definisi konotatif.
    4.   Mengidentifikasi variasi dari definisi.
    5.   Mengaplikasikan lima aturan tradisional definisi berdasarkan jenis dan kelompoknya.




A. Pengertian Definisi
Kata definisi berasal dari bahasa Latin definitio yang artinya pembatasan. Definisi adalah suatu bagian
yang menjelaskan makna sebuah istilah (kata, frase atau simbol). Setiap definisi terdiri dari dua bagian,
yaitu definiendum dan definiens. Definiendum adalah kata atau kelompok kata yang didefinisikan.
Definiens adalah kata atau susunan kata yang mendefinisikan. Contoh: Es adalah air yang membeku.
Term “Es” disebut definiendum dan susunan kata-kata “air yang membeku” disebut definiens.

Definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat.
Maksudnya menentukan batas-batas pengetian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur
dan tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain

Definisi merupakan langkah pertama untuk menghindari kekeliruan, terutama kekeliruan yang
disebabkan oleh faktor bahasa. Pada hakekatnya, definisi merupakan komponen dari ilmu pengetahuan
yang merumuskan dengan singkat dan tepat tentang sesuatu objek. Definisi yang disusun dan disepakati
menjadi alat dan prasyarat untuk berfikir dengan logis. Definisi bertugas menetukan batas suatu
pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Definisi terdiri atas dua bagian, yaitu definiendum (kata yang
didefinisikan) dan definiens (sejumlah kata yang menjelaskan batasannya).

Kesulitan utama dalam membuat definisi adalah kebutuhan untuk menggunakan istilah-istilah lain yang
telah dipahami atau mudah didapat. Penggunaan istilah dengan contoh sederhana mungkin cukup.
Sebaliknya, definisi kamus memiliki rincian tambahan, biasanya termasuk ulasan singkat tentang asal
usul kata yang menunjukkan makna sebelumnya dan bahasa turunan.

Irving M Copi, menjelaskan ada 5 tujuan membuat definisi, yaitu:



                                                                                                            1
Modul 2.2.                                   Ilmu Alamiah Dasar                                       Definisi


    1.    Menambah perbendaharaan kata. Pada hakekatnya bahasa merupakan suatu instrumen yang
         rumit dan terus berkembang, padahal perannya sangat penting. Berdasarkan hal ini, sangat
         mungkin sebuah kata akan berkembang mempunyai arti baru atau suatu kejadian akan
         menimbulkan suatu istilah baru. Istilah baru dibutuhkan untuk satu fenomena baru misalnya.
         Hal ini memperkaya perbendaharaan bahasa.

    2. Menghilangkan kerancuan atau ambiguitas. Tujuan ini sangat penting karena jika berdiskusi
       dengan kata-kata yang rancu, maka argumen yang dihasilkan juga menjadi rancu.

    3. Memperjelas arti suatu kata. Dengan menetapkan definisi, kita menjadi tidak ragu lagi dalam
       menggunakan kata yang bersangkutan. Hal ini lebih menjamin efektivitas berkomunikasi, di
       mana argumen yang diproduksi akan lebih tepat dan benar (secara logika).

    4. Menjelaskan secara teoritis. Definisi ini merupakan jenis definisi yang khusus dibuat untuk
       menjelaskan teori yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Penjelasannya tidak
       semata menarasikan, tapi lebih berteori.

    5. Mempengaruhi tingkah laku. Definisi juga dibuat untuk mempengaruhi pikiran, perbuatan atau
       mengendalikan emosi seseorang. Kembali kepada tiga fungsi bahasa, disini bahasa lebih untuk
       fungsi ekspresif dibandingkan fungsi informatif.

Merujuk pada lima tujuan di atas, ada lima jenis bentuk definisi, yaitu definisi stipulatif, definisi leksikal,
definisi ketepatan, definisi teoritis, dan definisi persuasif. Dalam merumuskan definisi suatu istilah perlu
diperhatikan beberapa syarat agar definisi yang dirumuskan tersebut secara tepat mengungkapkan
pengertian yang didefinisikan sehingga jelas dan mudah dipahami.

Seperti kata-kata yang lain, definisi suatu istilah memiliki arti yang agak berbeda dalam konteks yang
berbeda. Sebuah definisi dapat menggambarkan sebuah arti yangdigunakan secara umum, atau makna
yang sengaja ditentukan langsung oleh pembicara (stipulatif). Misalnya, dalam bahasa formal seperti
matematika, sebuah definisi 'stipulatif' akan memberi panduan bagi diskusi tertentu. Deskripsi dari
sebuah definisi dapat dikatakan "benar" atau "salah" jika dibandingkan dengan penggunaan umum,
tetapi definisi stipulatif hanya bisa dibantah dengan menunjukkan kontradiksi logis.

Contoh dari definisi stipulatif, misalnya dalam teka-teki induksi oleh Nelson Goodman, istilah "grue"
ditetapkan sebagai "properti dari obyek yang membuatnya tampak hijau jika diamati sebelum beberapa
t waktu di masa depan, dan biru jika diamati sesudahnya." Kata "grue" tidak memiliki makna dalam
bahasa Inggris standar, karena itu, Goodman menciptakan istilah baru dan memberinya definisi
stipulatif.

B. Perselisihan, Perselisihan Verbal, dan Definisi

Definisi yang baik dapat menjalankan fungsi ekspresif dan sekaligus informatif. Beberapa kekeliruan
dapat bersifat verbal, atau karena kekeliruan berbahasa. Bahasa yang buruk bisa menyesatkan dan
sekaligus membatasi efektifitas penyampaian. Perselisihan (disputes) misalnya dapat terjadi karena tiga
hal, yaitu:

                                                                                                             2
Modul 2.2.                                Ilmu Alamiah Dasar                                   Definisi


       1.    Ketidaksepakatan pada apakah proposisinya benar
       2.    Istilah yang menimbulkan kebingungan
       3.    Problem ambiguitas yang tidak berhasil dipecahkan.

Dalam bahasa sehari-hari, kita sering menggunakan kata-kata yang ambigu dan juga kata-kata yang tidak
jelas, namun kita cenderung membiarkannya. Dalam dunia akademik, kata yang ambigu dan tidak jelas
dhihindari, yaitu dengan menetapkan definisi yang jelas dan mudah dipahami. Berdasarkan
penyebabnya, perselisihan dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori:

       1. Perselisihan sejati (obviously genuine)

               Dalam perselisihan sejati, pihak-pihak yang terkait secara eksplisit dan jelas menujukkan
               ketidaksepakatan, baik dalam keyakinan atau sikap. Dengan kata lain, melibatkan
               ketidaksepakatan tentang apakah atau beberapa proposisi adalah benar. Biasanya orang
               yang terlibat dalam perselisihan sejati menyetujui makna kata-kata sesuai perspektif
               masing-masing. Untuk mencapai resolusi dari perbedaan itu, masing-masing dapat
               mengusulkan dan menilai argumen-argumen secara logis.

               Sebagai contoh: Anda percaya ada kehidupan cerdas di planet lain tapi saya tidak. Jadi
               ada peselisihan yang sangat jelas dan bahasa bukanlah merupakan sumber perselisihan
               kita dalam kasus ini.

       2. Perselisihan lisan (verbal)

               Biasanya perselisihan verbal muncul ketika istilah kunci yang diperselisihkan
               berdasarkan keyakinan mereka adalah ambigu, atau ketika sebuah frase atau kata yang
               sentral ditangkap secara berbeda, yang mungkin sama-sama sah tetapi itu seharusnya
               tidak membingungkan. Sebuah perselisihan verbal akan berakhir jika orang-orang yang
               terlibat sampai pada kesepakatan tentang arti istilah-istilah mereka.

               Istilah yang ambigu adalah istilah dengan dua atau lebih makna yang berbeda. Misalnya,
               kata "man" dalam bahasa Inggris dapat berarti "gender" (laki-laki) atau "spesies"
               (manusia). Contoh lain adalah kata “rasio”. Rasio adalah akal sehat yang memungkinkan
               manusia lebih dari mahluk hidup lainnya. Namun rasio juga bisa berarti pembandingan
               dua angka yang ada dalam laporan keuangan.

               Sering terjadi di mana dua orang yang tampaknya tidak setuju secara substansial - tetapi
               ada perselisihan yang sebenarnya merupakan hasil dari penggunaan istilah ambigu –
               dan jika hal ini terjadi maka disebut perselisihan verbal.

       3. Perselisihan nampak seperti verbal tapi sebenarnya sejati (genuine)

               Jenis perselisihan ini sebagian karena hasil dari bahasa yang ambigu. Namun, meskipun
               perselisihan verbal diselesaikan, perbedaan nyata dalam kepercayaan atau sikap tetap
               ada.Jadi, nampak seperti perselisihan verbal di permukaan tapi sebenarnya perselisihan


                                                                                                      3
Modul 2.2.                                   Ilmu Alamiah Dasar                              Definisi


                 sejati. Pihak yang terlibat mungkin memang salah paham satu sama lain dalam
                 penggunaan istilah, tetapi pertengkaran mereka melampaui kesalahpahaman ini.
                 Sengketa semacam ini ketiga kadang-kadang juga disebut "criterial" atau beda secara
                 "konseptual."

                 Hal ini nampak dalam kemampuan pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan itu
                 memecahkan setiap problem ambiguitas. Dengan metode penalaran yang tepat,
                 problem ini dapat diselesaikan.



C. Jenis-jenis Definsi dan Mengatasi Perselisihan

Simbol yang didefinisikan disebut definiendum; simbol atau kelompok simbol yang digunakan untuk
menjelaskan makna definiendum disebut definien. Definien adalah simbol lain atau kelompok simbol
yang, menurut definisi, memiliki arti yang sama seperti definiendum tersebut. Adalah merupakan
kesalahan jika mengatakan bahwa defines adalah arti dari definiendum. Yang benar, antara definiendum
dengan definien mempunyai makna yang sama.

          Bruggink (1996) menyebutnya sebagai definiendum untuk perkataan yang harus didefinisikan
dan definiens untuk perkataan-perkataan yang mewujudkan definisi. Selanjutnya Bruggink memberikan
batasan yang berkaitan dengan definisi, yaitu :

    1. Definiens harus lebih jelas ketimbang definiendum.
    2. Definiendum tidak boleh ada dalam definien. Misalnya “pelajar” sebagai “seseorang yang
       belajar”
    3. Definiens tidak boleh negatif. Misalnya “wanita” sebagai “seseorang yang adalah bukan pria”

Definiendum dan definien harus dapat di putar balik. Dengan syarat ini orang memaksudkan bahwa
definieum dan definien harus sedemikian identik, sehingga mereka dalam setiap konteks dapat saling
menggantikan. Jadi, definien hanya boleh menunjuk pada definiendum dan sebaliknya.

Prinisip penggunaan definisi dalam penalaran adalah untuk menghilangkan ambiguitas. Untuk mengatasi
ambiguitas, ada dua bentuk definisi yang secara umum digunakan yaitu stipulatif dan leksikal, yang
secara efektif dapat menyelesaikan perselisihan verbal. Secara keseluruhan ada lima jenis definisi.

1. Definisi Stipulatif (Stipulative Definitions)

Sebuah definisi stipulatif adalah jika sebuah simbol baru atau istilah diperkenalkan dengan pengertian
yang ditetapkan secara sewenang-wenang. Definisi ini dibuat bilamana seseorang ingin
memperkenalkan konsep yang sama sekali baru. Jadi yang bersangkutan mempunyai kebebasan penuh
untuk memberi isi pada simbol tersebut dengan muatan makna atau konsepsi yang dikehendakinya.
Sebuah definisi stipulatif adalah tidak benar atau salah, akurat atau tidak akurat.

Contoh:


                                                                                                    4
Modul 2.2.                                   Ilmu Alamiah Dasar                                   Definisi


         Quark: Istilah ini diperkenalkan oleh Murray Gell-Mann setelah dia mendengar bunyi bebek
          (kwork kwork kwork) dan membaca buku karangan James joyce yang berjudul Finnegans Wake
          yang didalamnya terdapat kata quark. Arti kata quark adalah inti dari suatu atom yang terkecil.
         Antibiotika: Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Diperkenalkan
          oleh Selman Waksman, di mana antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari
          mikroorganisme, dalam larutan encer mereka mempunyai kemampuan menghambat
          pertumbuhan dan membinasakan mikroba lain.

2. Definisi Leksikal (Lexical Definitions)

Sebuah definisi leksikal adalah bentuk definisi yang dapat ditemukan dalam kamus, yang berarti bahwa
pengertian dari istilah itu (definiendum) sudah ada. Dengan kata lain, sebuah deskripsi diberikan oleh
seorang penutur dengan cara menggunakan istilah tertentu dalam bahasa mereka. Definisi ini dibuat
dengan maksud menghilangkan kerancuan atau untuk memperkaya kosa-kata bagi yang
menggunakannya.

Contoh:

         Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi (KBBI)
         Ateis adalah orang yg tidak percaya akan adanya Tuhan
         Orang adalah makhluk yg berakal budi.

3. Definisi yang menegaskan (Precising Definitions)

Definisi ini berfungsi untuk mengurangi ketidakjelasan, menghilangkan kekaburan, mempertegas dan
menjelaskan batas dari muatan makna. Sebuah istilah menjadi ambigu dalam konteks tertentu karena
mempunyai lebih dari satu makna dan konteks tidak membuat jelas apa yang dimaksudkan. Definisi
jenis ini penting dalam hukum dan undang-undang.

Contoh:

         Dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE): Orang adalah
          orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing, maupun badan hukum.
         Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai 18.00.

4. Definisi Teoritis (Theoretical Definitions)

Definisi teoritis sering disebut juga dengan definisi analitis, dibuat dengan maksud untuk
mengungkapkan ciri-ciri yang secara teoritis memadai dari sebuah obyek tertentu.

Definisi ini mencoba untuk merumuskan deskripsi teoritis yang memadai atau ilmiah yang berguna dari
objek yang istilah berlaku. Definisi teoritis berjalan seiring dengan penerimaan kerangka teoritis yang
komprehensif untuk memahami materi subjek yang bersinggungan dengan istilah yang dimaksud.

Contoh:



                                                                                                         5
Modul 2.2.                                 Ilmu Alamiah Dasar                                   Definisi


         Logika simbolik adalah ilmu tentang penyimpulan yang sah (absah), khususnya yang
          dikembangkan dengan penggunaan metode-metode matematika dan dengan bantuan simbol-
          simbol khusus sehingga memungkinkan seseorang menghindarkan makna ganda dari bahasa
          sehari-hari (Frederick B. Fitch dalam bukunya “Symbolic Logic”).
         Hidrogen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dengan nomor atom 1.

5. Definisi Persuasif (Persuasive Definitions)

Definisi persuasif adalah definisi yang dirumuskan dan digunakan secara persuasif untuk menyelesaikan
perselisihan dengan mempengaruhi sikap atau mengobarkan emosi, sering mengandalkan pada
penggunaan bahasa emotif. Dengan kata lain, tujuan dari definisi ini adalah untuk mempengaruhi sikap
terhadap suatu konsep tertentu.

Contoh:

Ateis adalah seseorang yang masih belum menyadari bahwa Tuhan itu ada.



D. Ekstensional dan Intensional

Definisi menjelaskan muatan makna (konsepsi dari sebuah simbol). Muatan makna itu dibedakan ke
dalam dua jenis, yakni luas/lingkup pengertian (ekstensional) dan isi pengertian (intensional).

         Luas/lingkup pengertian yaitu semua obyek atau orang yang termasuk dalam pengertian itu
          disebut ekstensi. Muatan makna ekstensional atau denotatif diberikan atau dilekatkan pada
          simbol untuk menunjuk obyek atau himpunan obyek. Menunjuk pada gejala yang memenuhi
          ciri-ciri yang dimaksud dalam terma definiendum atau fakta-fakta yang menjadi anggotanya
          (makna denotatif).

         Isi pengertian disebut intensi/konotasi yaitu keseluruhan ciri-ciri yang mewujudkan pengertian
          itu (dalam bahasa Inggris disebut ”sense” dan dalam bahasa Perancis disebut ”signification”).
          Muatan makna tertentu diberikan pada atau diisi ke dalam sebuah simbol untuk
          memperlihatkan adanya ciri-ciri yang mirip dan unik dari obyek atau himpunan obyek tertentu.
          Menunjuk pada ciri-ciri dari terma definiendum (makna konotatif atau komprehensif).

Sebagai contoh: sebuah definisi intensional dari “Perdana Menteri” bisa berarti menteri yang paling
tinggi dari sebuah kabinet dalam sebuah pemerintahan berdasarkan sistem parlementer. Sementara
definisi ekstensional akan bisa dimaknai sebagai sebuah daftar dari seluruh perdana menteri dari masa
lalu, sekarang dan masa depan.

Setiap istilah umum memiliki baik makna sebuah intensional dan makna ekstensional. Dengan eksistensi
kita memaksudkan semua objek atau orang yang termasuk ke dalam pengertian itu. Hubungan antara
intensi dan ekstensi pengertian dapat dinyatakan dalam dua dalil.



                                                                                                       6
Modul 2.2.                                 Ilmu Alamiah Dasar                                    Definisi


       Dalil pertama: Intensi menentukan ekstensi, yang berarti bahwa isi sebuah pengertian
        menentukan keluasan lingkup pengertian. Obyek-obyek atau orang-orang siapa saja yang
        termasuk dalam suatu pengertian bergantung pada keseluruhan ciri-ciri yang mewujudkan
        pengertian itu.

       Dalil kedua: Intensi berbanding terbalik dengan Ekstensi, yang berarti semakin sedikit intensi
        pengertian memuat ciri-ciri (semakin kurang persis), maka semakin banyak obyek atau orang
        yang termasuk kedalam ekstensi pengertian itu.

       Jadi, antara isi dan luas pengertian terdapat suatu hubungan. Sifatnya dapat dijabarkan sebagai
        berikut: semakin banyak isinya, semakin kecil luas (daerah lingkup)nya. Semakin banyak (besar)
        isinya hanyalah menyatakan bahwa benda yang ditunjukkan itu menjadi semakin konkret, nyata
        dan tertentu. Sebaliknya, semakin sedikit isinya, semakin luas lingkungan (daerah lingkupnya).
        Ini pun hanyalah menyatakan bahwa apa yang ditunjukkan itu menjadi semakin abstrak, tidak
        (kurang) mendekati kenyataan.

Catatan:

Definisi sinonim adalah sesuatu yang mendefinisikan kata dengan menyediakan kata lain, yang
maknanya sudah dipahami dan memiliki makna yang sama dengan yang pertama.

Definisi operasional adalah sesuatu untuk menyatakan istilah yang diterapkan secara benar pada kasus
tertentu jika dan hanya jika kinerja operasi tertentu dalam kasus yang menghasilkan akibat spesifik.

Ketika definisi sinonim tidak tersedia dan definisi operasional tidak cocok, kita dapat menggunakan
definisi berdasarkan genus dan pembeda. Definisi jenis ini paling baik untuk menjelaskan istilah kelas.

Kelas adalah definisi abstrak dari sebuah objek. Definisi ini menjelaskan bahwa struktur dan perilaku dari
tiap objek tergabung dalam suatu kelas.

Kelas adalah kumpulan obyek yang memiliki beberapa karakteristik sama. Banyak kelas dapat dibagi
menjadi sub-kelas. Kita menyebut kelas umum sebagai genus dan subclass dengan spesies. Setiap
spesies dari genus yang diberikan memiliki karakteristik khusus tertentu yang membedakannya dari
semua spesies lain dari genus. Kita dapat mendefinisikan spesies tertentu dari genus dengan bantuan
karakteristik khusus (pembeda). Sebagai contoh, kita dapat mendefinisikan segi enam sebagai poligon
(genus) dengan enam sisi (pembeda), dan kita dapat mendefinisikan manusia sebagai hewan (genus)
yang mampu berpikir rasional (pembeda).



E. Aturan merumuskan Definisi berdasarkan Genus dan Pembeda

Lima aturan yang berguna untuk mengevaluasi definisi leksikal berdasarkan genus dan pembeda:

Aturan 1: Definisi harus mengacu pada atribut esensial yang dimiliki atau terdapat dalam definiendum.
Contoh : sepatu tidak dapat didefinisikan hanya dengan menyebutkan bentuk dan bahan pembuatnya
tetapi juga harus diungkapkan kegunaannya.

                                                                                                        7
Modul 2.2.                                Ilmu Alamiah Dasar                                    Definisi


Aturan 2: Definisi tidak boleh membentuk lingkaran, atau dengan kata lain apa yang didefinisikan tidak
boleh masuk ke dalam definisi. Contoh : Logika adalah ilmu yang menerangkan hukum logika

Aturan 3: Definisi tidak boleh terlalu luas dan terlalu sempit. Contoh : Merpati adalah burung yang dapat
terbang (terlalu luas) dan Kursi adalah tempat duduk yang terbuat dari kayu (terlalu sempit)

Aturan 4: Definisi harus jelas, harus menghindari kerancuan dan kesamar-samaran. Contoh : kehidupan
adalah sepotong keju atau aluminium adalah satu tipe besi yang ringan.

Aturan 5: Definisi tidak boleh dalam bentuk kalimat negatif. Contoh : Keindahan adalah suatu keadaan
yang tidak jelek.




                                                                                                       8

More Related Content

What's hot

Makalah definisi zulva
Makalah definisi   zulvaMakalah definisi   zulva
Makalah definisi zulvazulvamunayati
 
Teori - teori makna
Teori - teori maknaTeori - teori makna
Teori - teori makna
widawahyuni21
 
Konsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatikKonsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatik
Pipin Zahara Raeder
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
Kewin Harahap
 
Pelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaranPelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaranDedy Apriyadi
 
Makna kata
Makna kataMakna kata
Makna kata
K. S. Widodo
 
Diksi persentation
Diksi persentationDiksi persentation
Diksi persentation
Elyn Novta Restiasih
 
Relasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satu
Relasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satuRelasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satu
Relasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satu
Reynal Dasukma Hidayat
 
pilihan kata (diksi)
pilihan kata (diksi) pilihan kata (diksi)
pilihan kata (diksi)
ahmadmaulana110
 
Diksi
DiksiDiksi
Situasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- PragmatikSituasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- Pragmatik
LizaTriH
 
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiahStruktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Imroati Ar
 
Microsoft office power point presentation bahasa indonesia
Microsoft office power point presentation bahasa indonesiaMicrosoft office power point presentation bahasa indonesia
Microsoft office power point presentation bahasa indonesiaiFa Nyonya AriFin
 
Belajar makna
Belajar maknaBelajar makna
Belajar makna
parlin purba
 
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umumMakalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
Laila Mohd Sarjan
 

What's hot (19)

Makalah definisi zulva
Makalah definisi   zulvaMakalah definisi   zulva
Makalah definisi zulva
 
Teori - teori makna
Teori - teori maknaTeori - teori makna
Teori - teori makna
 
Konsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatikKonsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatik
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
 
Pelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaranPelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaran
 
Diksi
DiksiDiksi
Diksi
 
Makna kata
Makna kataMakna kata
Makna kata
 
Diksi persentation
Diksi persentationDiksi persentation
Diksi persentation
 
Diksi dan arti
Diksi dan artiDiksi dan arti
Diksi dan arti
 
Relasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satu
Relasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satuRelasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satu
Relasi Makna - Sastra Indonesia kelas XI Semester satu
 
pilihan kata (diksi)
pilihan kata (diksi) pilihan kata (diksi)
pilihan kata (diksi)
 
Diksi
DiksiDiksi
Diksi
 
Situasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- PragmatikSituasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- Pragmatik
 
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiahStruktur bahasa indonesia ragam ilmiah
Struktur bahasa indonesia ragam ilmiah
 
Kelas x
Kelas xKelas x
Kelas x
 
Microsoft office power point presentation bahasa indonesia
Microsoft office power point presentation bahasa indonesiaMicrosoft office power point presentation bahasa indonesia
Microsoft office power point presentation bahasa indonesia
 
Belajar makna
Belajar maknaBelajar makna
Belajar makna
 
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umumMakalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
Makalah makna kata konotasi, makna kata denotasi dan kata umum
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
 

Viewers also liked

PMB 201 Leadership Mindset
PMB 201 Leadership MindsetPMB 201 Leadership Mindset
PMB 201 Leadership Mindset
Nur Agustinus
 
What is science
What is scienceWhat is science
What is science
Nur Agustinus
 
Perjalanan menggapai sukses
Perjalanan menggapai suksesPerjalanan menggapai sukses
Perjalanan menggapai sukses
Nur Agustinus
 
Presentasi 2.1. penggunaan bahasa
Presentasi 2.1. penggunaan bahasaPresentasi 2.1. penggunaan bahasa
Presentasi 2.1. penggunaan bahasaNur Agustinus
 
Modul 2.3. kesesatan penalaran
Modul 2.3. kesesatan penalaranModul 2.3. kesesatan penalaran
Modul 2.3. kesesatan penalaranNur Agustinus
 
Seksualitas dan hegemoni
Seksualitas dan hegemoniSeksualitas dan hegemoni
Seksualitas dan hegemoni
Nur Agustinus
 
Worldview Generation
Worldview GenerationWorldview Generation
Worldview Generation
Nur Agustinus
 
Teori atribusi
Teori atribusiTeori atribusi
Teori atribusi
Nur Agustinus
 
Mind Mapping
Mind MappingMind Mapping
Mind Mapping
Nur Agustinus
 
6 Topi Berpikir (2014)
6 Topi Berpikir (2014)6 Topi Berpikir (2014)
6 Topi Berpikir (2014)
Nur Agustinus
 
Menemukan minat dan passion
Menemukan minat dan passionMenemukan minat dan passion
Menemukan minat dan passion
Nur Agustinus
 
Logika 5
Logika 5Logika 5
Diktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logikaDiktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logikaChupking
 
Nilai Soskom ILKOM
Nilai Soskom ILKOMNilai Soskom ILKOM
Nilai Soskom ILKOM
S Kunto Adi Wibowo
 

Viewers also liked (20)

PMB 201 Leadership Mindset
PMB 201 Leadership MindsetPMB 201 Leadership Mindset
PMB 201 Leadership Mindset
 
Inferensi langsung
Inferensi langsungInferensi langsung
Inferensi langsung
 
Penalaran induktif
Penalaran induktifPenalaran induktif
Penalaran induktif
 
What is science
What is scienceWhat is science
What is science
 
Perjalanan menggapai sukses
Perjalanan menggapai suksesPerjalanan menggapai sukses
Perjalanan menggapai sukses
 
Presentasi 2.1. penggunaan bahasa
Presentasi 2.1. penggunaan bahasaPresentasi 2.1. penggunaan bahasa
Presentasi 2.1. penggunaan bahasa
 
Modul 2.3. kesesatan penalaran
Modul 2.3. kesesatan penalaranModul 2.3. kesesatan penalaran
Modul 2.3. kesesatan penalaran
 
Seksualitas dan hegemoni
Seksualitas dan hegemoniSeksualitas dan hegemoni
Seksualitas dan hegemoni
 
Worldview Generation
Worldview GenerationWorldview Generation
Worldview Generation
 
Teori atribusi
Teori atribusiTeori atribusi
Teori atribusi
 
Mind Mapping
Mind MappingMind Mapping
Mind Mapping
 
6 Topi Berpikir (2014)
6 Topi Berpikir (2014)6 Topi Berpikir (2014)
6 Topi Berpikir (2014)
 
Menemukan minat dan passion
Menemukan minat dan passionMenemukan minat dan passion
Menemukan minat dan passion
 
Logika 5
Logika 5Logika 5
Logika 5
 
Gbpp logika 2013
Gbpp logika 2013Gbpp logika 2013
Gbpp logika 2013
 
Hakikat manusia (2)
Hakikat manusia (2)Hakikat manusia (2)
Hakikat manusia (2)
 
Diktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logikaDiktat dasar-dasar-logika
Diktat dasar-dasar-logika
 
Logika 6
Logika 6Logika 6
Logika 6
 
Gbpp dasar logika
Gbpp dasar logikaGbpp dasar logika
Gbpp dasar logika
 
Nilai Soskom ILKOM
Nilai Soskom ILKOMNilai Soskom ILKOM
Nilai Soskom ILKOM
 

Similar to Modul 2.2. definisi

Pengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaPengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term Logika
Siti Hardiyanti
 
9 logika 3
9 logika 39 logika 3
9 logika 3
aku ikhsan
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugi
pipit rantika
 
Berpikir kritis sebuah pengantar (syahruddin)
Berpikir kritis  sebuah pengantar (syahruddin)Berpikir kritis  sebuah pengantar (syahruddin)
Berpikir kritis sebuah pengantar (syahruddin)
Muhsyahrudin
 
kalimat yang efektif
kalimat yang efektifkalimat yang efektif
kalimat yang efektif
Cloudys04
 
Bab v silogisme, definisi, dan istilah
Bab v silogisme, definisi, dan istilahBab v silogisme, definisi, dan istilah
Bab v silogisme, definisi, dan istilah
mudanp.com
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
Kewin Harahap
 
Bahasa dan Kaidah-Kaidah Berpikir yang baik
Bahasa dan Kaidah-Kaidah Berpikir yang baikBahasa dan Kaidah-Kaidah Berpikir yang baik
Bahasa dan Kaidah-Kaidah Berpikir yang baik
onelmumtaz
 
Pragmatik l,mjnknjkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmppp
Pragmatik l,mjnknjkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmpppPragmatik l,mjnknjkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmppp
Pragmatik l,mjnknjkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmppp
NandaDwiAstri
 
Critical Thinking
Critical ThinkingCritical Thinking
Critical Thinking
Dewi Lestari
 
Pengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaPengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term Logika
Siti Hardiyanti
 
Metlit gayabahasa
Metlit gayabahasaMetlit gayabahasa
Metlit gayabahasa
Lukmanulhakim Almamalik
 
analisa simantik.pptx
analisa simantik.pptxanalisa simantik.pptx
analisa simantik.pptx
KikoKoe
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
Laila Mohd Sarjan
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
Oh Jenny
 
4. Berpikir kritis:sebuah pengantar
4. Berpikir kritis:sebuah pengantar4. Berpikir kritis:sebuah pengantar
4. Berpikir kritis:sebuah pengantar
Dwimaghfiro
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaM fazrul
 
Kb1 dasar logika
Kb1 dasar logikaKb1 dasar logika
Kb1 dasar logika
Pet-pet
 

Similar to Modul 2.2. definisi (20)

Pengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaPengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term Logika
 
9 logika 3
9 logika 39 logika 3
9 logika 3
 
Logika5
Logika5Logika5
Logika5
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugi
 
Berpikir kritis sebuah pengantar (syahruddin)
Berpikir kritis  sebuah pengantar (syahruddin)Berpikir kritis  sebuah pengantar (syahruddin)
Berpikir kritis sebuah pengantar (syahruddin)
 
kalimat yang efektif
kalimat yang efektifkalimat yang efektif
kalimat yang efektif
 
Bab v silogisme, definisi, dan istilah
Bab v silogisme, definisi, dan istilahBab v silogisme, definisi, dan istilah
Bab v silogisme, definisi, dan istilah
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
 
Bahasa dan Kaidah-Kaidah Berpikir yang baik
Bahasa dan Kaidah-Kaidah Berpikir yang baikBahasa dan Kaidah-Kaidah Berpikir yang baik
Bahasa dan Kaidah-Kaidah Berpikir yang baik
 
Pragmatik l,mjnknjkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmppp
Pragmatik l,mjnknjkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmpppPragmatik l,mjnknjkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmppp
Pragmatik l,mjnknjkmmmmmmmmmmmmmmmmmmmppp
 
Critical Thinking
Critical ThinkingCritical Thinking
Critical Thinking
 
Pengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaPengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term Logika
 
Logika mat-detil
Logika mat-detilLogika mat-detil
Logika mat-detil
 
Metlit gayabahasa
Metlit gayabahasaMetlit gayabahasa
Metlit gayabahasa
 
analisa simantik.pptx
analisa simantik.pptxanalisa simantik.pptx
analisa simantik.pptx
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 
4. Berpikir kritis:sebuah pengantar
4. Berpikir kritis:sebuah pengantar4. Berpikir kritis:sebuah pengantar
4. Berpikir kritis:sebuah pengantar
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
 
Kb1 dasar logika
Kb1 dasar logikaKb1 dasar logika
Kb1 dasar logika
 

More from Nur Agustinus

Presentasi International SETI Conferencer - Nur Agustinus (20 Juli 2016).pdf
Presentasi International SETI Conferencer - Nur Agustinus (20 Juli 2016).pdfPresentasi International SETI Conferencer - Nur Agustinus (20 Juli 2016).pdf
Presentasi International SETI Conferencer - Nur Agustinus (20 Juli 2016).pdf
Nur Agustinus
 
UFO di Bulan
UFO di BulanUFO di Bulan
UFO di Bulan
Nur Agustinus
 
Fenomena UFO
Fenomena UFOFenomena UFO
Fenomena UFO
Nur Agustinus
 
Masalah Kaum Peranakan Tionghoa-Indonesia
Masalah Kaum Peranakan Tionghoa-IndonesiaMasalah Kaum Peranakan Tionghoa-Indonesia
Masalah Kaum Peranakan Tionghoa-Indonesia
Nur Agustinus
 
Fenomena Crop Circle Di Indonesia
Fenomena Crop Circle Di IndonesiaFenomena Crop Circle Di Indonesia
Fenomena Crop Circle Di Indonesia
Nur Agustinus
 
Presentasi ultah BETA-UFO ke 23
Presentasi ultah BETA-UFO ke 23Presentasi ultah BETA-UFO ke 23
Presentasi ultah BETA-UFO ke 23
Nur Agustinus
 
Faster Than Light: Apakah itu mungkin?
Faster Than Light: Apakah itu mungkin?Faster Than Light: Apakah itu mungkin?
Faster Than Light: Apakah itu mungkin?
Nur Agustinus
 
Alien: Extra-terrestrial atau dari dimensi lain?
Alien: Extra-terrestrial atau dari dimensi lain?Alien: Extra-terrestrial atau dari dimensi lain?
Alien: Extra-terrestrial atau dari dimensi lain?
Nur Agustinus
 
Aneka Betebedi - Edisi Remaja
Aneka Betebedi - Edisi RemajaAneka Betebedi - Edisi Remaja
Aneka Betebedi - Edisi Remaja
Nur Agustinus
 
Piring terbang sungguh sungguh adakah?
Piring terbang sungguh sungguh adakah?Piring terbang sungguh sungguh adakah?
Piring terbang sungguh sungguh adakah?
Nur Agustinus
 
UFO mendarat di Soccoro, New Mexico
UFO mendarat di Soccoro, New MexicoUFO mendarat di Soccoro, New Mexico
UFO mendarat di Soccoro, New Mexico
Nur Agustinus
 
Misteri UFO, Dua Nelayan Missisippi bertemu alien
Misteri UFO, Dua Nelayan Missisippi bertemu alienMisteri UFO, Dua Nelayan Missisippi bertemu alien
Misteri UFO, Dua Nelayan Missisippi bertemu alien
Nur Agustinus
 
Lelaki Bermantel Hitam (MIB)
Lelaki Bermantel Hitam (MIB)   Lelaki Bermantel Hitam (MIB)
Lelaki Bermantel Hitam (MIB)
Nur Agustinus
 
Manusia kepompong (Mothman)
Manusia kepompong (Mothman)Manusia kepompong (Mothman)
Manusia kepompong (Mothman)
Nur Agustinus
 
UFO and Pentagon
UFO and PentagonUFO and Pentagon
UFO and Pentagon
Nur Agustinus
 
Artikel ufo di majalah Angkasa no 3 Desember 2010
Artikel ufo di majalah Angkasa no 3 Desember 2010Artikel ufo di majalah Angkasa no 3 Desember 2010
Artikel ufo di majalah Angkasa no 3 Desember 2010
Nur Agustinus
 
Betazine 02
Betazine 02Betazine 02
Betazine 02
Nur Agustinus
 
Menyibak misteri di pulau Alor (Koran Jakarta)
Menyibak misteri di pulau Alor (Koran Jakarta)Menyibak misteri di pulau Alor (Koran Jakarta)
Menyibak misteri di pulau Alor (Koran Jakarta)
Nur Agustinus
 
Majalah Tempo, 12 Pebruari 1977 (UFO)
Majalah Tempo, 12 Pebruari 1977 (UFO)Majalah Tempo, 12 Pebruari 1977 (UFO)
Majalah Tempo, 12 Pebruari 1977 (UFO)
Nur Agustinus
 
Alor incident
Alor incidentAlor incident
Alor incident
Nur Agustinus
 

More from Nur Agustinus (20)

Presentasi International SETI Conferencer - Nur Agustinus (20 Juli 2016).pdf
Presentasi International SETI Conferencer - Nur Agustinus (20 Juli 2016).pdfPresentasi International SETI Conferencer - Nur Agustinus (20 Juli 2016).pdf
Presentasi International SETI Conferencer - Nur Agustinus (20 Juli 2016).pdf
 
UFO di Bulan
UFO di BulanUFO di Bulan
UFO di Bulan
 
Fenomena UFO
Fenomena UFOFenomena UFO
Fenomena UFO
 
Masalah Kaum Peranakan Tionghoa-Indonesia
Masalah Kaum Peranakan Tionghoa-IndonesiaMasalah Kaum Peranakan Tionghoa-Indonesia
Masalah Kaum Peranakan Tionghoa-Indonesia
 
Fenomena Crop Circle Di Indonesia
Fenomena Crop Circle Di IndonesiaFenomena Crop Circle Di Indonesia
Fenomena Crop Circle Di Indonesia
 
Presentasi ultah BETA-UFO ke 23
Presentasi ultah BETA-UFO ke 23Presentasi ultah BETA-UFO ke 23
Presentasi ultah BETA-UFO ke 23
 
Faster Than Light: Apakah itu mungkin?
Faster Than Light: Apakah itu mungkin?Faster Than Light: Apakah itu mungkin?
Faster Than Light: Apakah itu mungkin?
 
Alien: Extra-terrestrial atau dari dimensi lain?
Alien: Extra-terrestrial atau dari dimensi lain?Alien: Extra-terrestrial atau dari dimensi lain?
Alien: Extra-terrestrial atau dari dimensi lain?
 
Aneka Betebedi - Edisi Remaja
Aneka Betebedi - Edisi RemajaAneka Betebedi - Edisi Remaja
Aneka Betebedi - Edisi Remaja
 
Piring terbang sungguh sungguh adakah?
Piring terbang sungguh sungguh adakah?Piring terbang sungguh sungguh adakah?
Piring terbang sungguh sungguh adakah?
 
UFO mendarat di Soccoro, New Mexico
UFO mendarat di Soccoro, New MexicoUFO mendarat di Soccoro, New Mexico
UFO mendarat di Soccoro, New Mexico
 
Misteri UFO, Dua Nelayan Missisippi bertemu alien
Misteri UFO, Dua Nelayan Missisippi bertemu alienMisteri UFO, Dua Nelayan Missisippi bertemu alien
Misteri UFO, Dua Nelayan Missisippi bertemu alien
 
Lelaki Bermantel Hitam (MIB)
Lelaki Bermantel Hitam (MIB)   Lelaki Bermantel Hitam (MIB)
Lelaki Bermantel Hitam (MIB)
 
Manusia kepompong (Mothman)
Manusia kepompong (Mothman)Manusia kepompong (Mothman)
Manusia kepompong (Mothman)
 
UFO and Pentagon
UFO and PentagonUFO and Pentagon
UFO and Pentagon
 
Artikel ufo di majalah Angkasa no 3 Desember 2010
Artikel ufo di majalah Angkasa no 3 Desember 2010Artikel ufo di majalah Angkasa no 3 Desember 2010
Artikel ufo di majalah Angkasa no 3 Desember 2010
 
Betazine 02
Betazine 02Betazine 02
Betazine 02
 
Menyibak misteri di pulau Alor (Koran Jakarta)
Menyibak misteri di pulau Alor (Koran Jakarta)Menyibak misteri di pulau Alor (Koran Jakarta)
Menyibak misteri di pulau Alor (Koran Jakarta)
 
Majalah Tempo, 12 Pebruari 1977 (UFO)
Majalah Tempo, 12 Pebruari 1977 (UFO)Majalah Tempo, 12 Pebruari 1977 (UFO)
Majalah Tempo, 12 Pebruari 1977 (UFO)
 
Alor incident
Alor incidentAlor incident
Alor incident
 

Recently uploaded

Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
nimah111
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 

Recently uploaded (20)

Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 

Modul 2.2. definisi

  • 1. Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi Definisi Tujuan pembelajaran: "Definisi," menjelaskan bagaimana definisi diciptakan dan bagaimana mengkritisinya. Anda perlu dapat menerapkan teknik definisi untuk melakukan analisis sebuah perselisihan. Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa seharusnya dapat untuk: 1. Membedakan antara perdebatan yang sungguh-sungguh dan perselisihan yang hanya verbal. 2. Memahami lima jenis definisi, dan penggunaannya. 3. Tahu bagaimana membangun definisi denotatif dan definisi konotatif. 4. Mengidentifikasi variasi dari definisi. 5. Mengaplikasikan lima aturan tradisional definisi berdasarkan jenis dan kelompoknya. A. Pengertian Definisi Kata definisi berasal dari bahasa Latin definitio yang artinya pembatasan. Definisi adalah suatu bagian yang menjelaskan makna sebuah istilah (kata, frase atau simbol). Setiap definisi terdiri dari dua bagian, yaitu definiendum dan definiens. Definiendum adalah kata atau kelompok kata yang didefinisikan. Definiens adalah kata atau susunan kata yang mendefinisikan. Contoh: Es adalah air yang membeku. Term “Es” disebut definiendum dan susunan kata-kata “air yang membeku” disebut definiens. Definisi mempunyai tugas untuk menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Maksudnya menentukan batas-batas pengetian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampuradukkan dengan pengertian-pengertian lain Definisi merupakan langkah pertama untuk menghindari kekeliruan, terutama kekeliruan yang disebabkan oleh faktor bahasa. Pada hakekatnya, definisi merupakan komponen dari ilmu pengetahuan yang merumuskan dengan singkat dan tepat tentang sesuatu objek. Definisi yang disusun dan disepakati menjadi alat dan prasyarat untuk berfikir dengan logis. Definisi bertugas menetukan batas suatu pengertian dengan tepat, jelas dan singkat. Definisi terdiri atas dua bagian, yaitu definiendum (kata yang didefinisikan) dan definiens (sejumlah kata yang menjelaskan batasannya). Kesulitan utama dalam membuat definisi adalah kebutuhan untuk menggunakan istilah-istilah lain yang telah dipahami atau mudah didapat. Penggunaan istilah dengan contoh sederhana mungkin cukup. Sebaliknya, definisi kamus memiliki rincian tambahan, biasanya termasuk ulasan singkat tentang asal usul kata yang menunjukkan makna sebelumnya dan bahasa turunan. Irving M Copi, menjelaskan ada 5 tujuan membuat definisi, yaitu: 1
  • 2. Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi 1. Menambah perbendaharaan kata. Pada hakekatnya bahasa merupakan suatu instrumen yang rumit dan terus berkembang, padahal perannya sangat penting. Berdasarkan hal ini, sangat mungkin sebuah kata akan berkembang mempunyai arti baru atau suatu kejadian akan menimbulkan suatu istilah baru. Istilah baru dibutuhkan untuk satu fenomena baru misalnya. Hal ini memperkaya perbendaharaan bahasa. 2. Menghilangkan kerancuan atau ambiguitas. Tujuan ini sangat penting karena jika berdiskusi dengan kata-kata yang rancu, maka argumen yang dihasilkan juga menjadi rancu. 3. Memperjelas arti suatu kata. Dengan menetapkan definisi, kita menjadi tidak ragu lagi dalam menggunakan kata yang bersangkutan. Hal ini lebih menjamin efektivitas berkomunikasi, di mana argumen yang diproduksi akan lebih tepat dan benar (secara logika). 4. Menjelaskan secara teoritis. Definisi ini merupakan jenis definisi yang khusus dibuat untuk menjelaskan teori yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Penjelasannya tidak semata menarasikan, tapi lebih berteori. 5. Mempengaruhi tingkah laku. Definisi juga dibuat untuk mempengaruhi pikiran, perbuatan atau mengendalikan emosi seseorang. Kembali kepada tiga fungsi bahasa, disini bahasa lebih untuk fungsi ekspresif dibandingkan fungsi informatif. Merujuk pada lima tujuan di atas, ada lima jenis bentuk definisi, yaitu definisi stipulatif, definisi leksikal, definisi ketepatan, definisi teoritis, dan definisi persuasif. Dalam merumuskan definisi suatu istilah perlu diperhatikan beberapa syarat agar definisi yang dirumuskan tersebut secara tepat mengungkapkan pengertian yang didefinisikan sehingga jelas dan mudah dipahami. Seperti kata-kata yang lain, definisi suatu istilah memiliki arti yang agak berbeda dalam konteks yang berbeda. Sebuah definisi dapat menggambarkan sebuah arti yangdigunakan secara umum, atau makna yang sengaja ditentukan langsung oleh pembicara (stipulatif). Misalnya, dalam bahasa formal seperti matematika, sebuah definisi 'stipulatif' akan memberi panduan bagi diskusi tertentu. Deskripsi dari sebuah definisi dapat dikatakan "benar" atau "salah" jika dibandingkan dengan penggunaan umum, tetapi definisi stipulatif hanya bisa dibantah dengan menunjukkan kontradiksi logis. Contoh dari definisi stipulatif, misalnya dalam teka-teki induksi oleh Nelson Goodman, istilah "grue" ditetapkan sebagai "properti dari obyek yang membuatnya tampak hijau jika diamati sebelum beberapa t waktu di masa depan, dan biru jika diamati sesudahnya." Kata "grue" tidak memiliki makna dalam bahasa Inggris standar, karena itu, Goodman menciptakan istilah baru dan memberinya definisi stipulatif. B. Perselisihan, Perselisihan Verbal, dan Definisi Definisi yang baik dapat menjalankan fungsi ekspresif dan sekaligus informatif. Beberapa kekeliruan dapat bersifat verbal, atau karena kekeliruan berbahasa. Bahasa yang buruk bisa menyesatkan dan sekaligus membatasi efektifitas penyampaian. Perselisihan (disputes) misalnya dapat terjadi karena tiga hal, yaitu: 2
  • 3. Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi 1. Ketidaksepakatan pada apakah proposisinya benar 2. Istilah yang menimbulkan kebingungan 3. Problem ambiguitas yang tidak berhasil dipecahkan. Dalam bahasa sehari-hari, kita sering menggunakan kata-kata yang ambigu dan juga kata-kata yang tidak jelas, namun kita cenderung membiarkannya. Dalam dunia akademik, kata yang ambigu dan tidak jelas dhihindari, yaitu dengan menetapkan definisi yang jelas dan mudah dipahami. Berdasarkan penyebabnya, perselisihan dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori: 1. Perselisihan sejati (obviously genuine) Dalam perselisihan sejati, pihak-pihak yang terkait secara eksplisit dan jelas menujukkan ketidaksepakatan, baik dalam keyakinan atau sikap. Dengan kata lain, melibatkan ketidaksepakatan tentang apakah atau beberapa proposisi adalah benar. Biasanya orang yang terlibat dalam perselisihan sejati menyetujui makna kata-kata sesuai perspektif masing-masing. Untuk mencapai resolusi dari perbedaan itu, masing-masing dapat mengusulkan dan menilai argumen-argumen secara logis. Sebagai contoh: Anda percaya ada kehidupan cerdas di planet lain tapi saya tidak. Jadi ada peselisihan yang sangat jelas dan bahasa bukanlah merupakan sumber perselisihan kita dalam kasus ini. 2. Perselisihan lisan (verbal) Biasanya perselisihan verbal muncul ketika istilah kunci yang diperselisihkan berdasarkan keyakinan mereka adalah ambigu, atau ketika sebuah frase atau kata yang sentral ditangkap secara berbeda, yang mungkin sama-sama sah tetapi itu seharusnya tidak membingungkan. Sebuah perselisihan verbal akan berakhir jika orang-orang yang terlibat sampai pada kesepakatan tentang arti istilah-istilah mereka. Istilah yang ambigu adalah istilah dengan dua atau lebih makna yang berbeda. Misalnya, kata "man" dalam bahasa Inggris dapat berarti "gender" (laki-laki) atau "spesies" (manusia). Contoh lain adalah kata “rasio”. Rasio adalah akal sehat yang memungkinkan manusia lebih dari mahluk hidup lainnya. Namun rasio juga bisa berarti pembandingan dua angka yang ada dalam laporan keuangan. Sering terjadi di mana dua orang yang tampaknya tidak setuju secara substansial - tetapi ada perselisihan yang sebenarnya merupakan hasil dari penggunaan istilah ambigu – dan jika hal ini terjadi maka disebut perselisihan verbal. 3. Perselisihan nampak seperti verbal tapi sebenarnya sejati (genuine) Jenis perselisihan ini sebagian karena hasil dari bahasa yang ambigu. Namun, meskipun perselisihan verbal diselesaikan, perbedaan nyata dalam kepercayaan atau sikap tetap ada.Jadi, nampak seperti perselisihan verbal di permukaan tapi sebenarnya perselisihan 3
  • 4. Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi sejati. Pihak yang terlibat mungkin memang salah paham satu sama lain dalam penggunaan istilah, tetapi pertengkaran mereka melampaui kesalahpahaman ini. Sengketa semacam ini ketiga kadang-kadang juga disebut "criterial" atau beda secara "konseptual." Hal ini nampak dalam kemampuan pihak-pihak yang terlibat dalam perselisihan itu memecahkan setiap problem ambiguitas. Dengan metode penalaran yang tepat, problem ini dapat diselesaikan. C. Jenis-jenis Definsi dan Mengatasi Perselisihan Simbol yang didefinisikan disebut definiendum; simbol atau kelompok simbol yang digunakan untuk menjelaskan makna definiendum disebut definien. Definien adalah simbol lain atau kelompok simbol yang, menurut definisi, memiliki arti yang sama seperti definiendum tersebut. Adalah merupakan kesalahan jika mengatakan bahwa defines adalah arti dari definiendum. Yang benar, antara definiendum dengan definien mempunyai makna yang sama. Bruggink (1996) menyebutnya sebagai definiendum untuk perkataan yang harus didefinisikan dan definiens untuk perkataan-perkataan yang mewujudkan definisi. Selanjutnya Bruggink memberikan batasan yang berkaitan dengan definisi, yaitu : 1. Definiens harus lebih jelas ketimbang definiendum. 2. Definiendum tidak boleh ada dalam definien. Misalnya “pelajar” sebagai “seseorang yang belajar” 3. Definiens tidak boleh negatif. Misalnya “wanita” sebagai “seseorang yang adalah bukan pria” Definiendum dan definien harus dapat di putar balik. Dengan syarat ini orang memaksudkan bahwa definieum dan definien harus sedemikian identik, sehingga mereka dalam setiap konteks dapat saling menggantikan. Jadi, definien hanya boleh menunjuk pada definiendum dan sebaliknya. Prinisip penggunaan definisi dalam penalaran adalah untuk menghilangkan ambiguitas. Untuk mengatasi ambiguitas, ada dua bentuk definisi yang secara umum digunakan yaitu stipulatif dan leksikal, yang secara efektif dapat menyelesaikan perselisihan verbal. Secara keseluruhan ada lima jenis definisi. 1. Definisi Stipulatif (Stipulative Definitions) Sebuah definisi stipulatif adalah jika sebuah simbol baru atau istilah diperkenalkan dengan pengertian yang ditetapkan secara sewenang-wenang. Definisi ini dibuat bilamana seseorang ingin memperkenalkan konsep yang sama sekali baru. Jadi yang bersangkutan mempunyai kebebasan penuh untuk memberi isi pada simbol tersebut dengan muatan makna atau konsepsi yang dikehendakinya. Sebuah definisi stipulatif adalah tidak benar atau salah, akurat atau tidak akurat. Contoh: 4
  • 5. Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi  Quark: Istilah ini diperkenalkan oleh Murray Gell-Mann setelah dia mendengar bunyi bebek (kwork kwork kwork) dan membaca buku karangan James joyce yang berjudul Finnegans Wake yang didalamnya terdapat kata quark. Arti kata quark adalah inti dari suatu atom yang terkecil.  Antibiotika: Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Diperkenalkan oleh Selman Waksman, di mana antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme, dalam larutan encer mereka mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba lain. 2. Definisi Leksikal (Lexical Definitions) Sebuah definisi leksikal adalah bentuk definisi yang dapat ditemukan dalam kamus, yang berarti bahwa pengertian dari istilah itu (definiendum) sudah ada. Dengan kata lain, sebuah deskripsi diberikan oleh seorang penutur dengan cara menggunakan istilah tertentu dalam bahasa mereka. Definisi ini dibuat dengan maksud menghilangkan kerancuan atau untuk memperkaya kosa-kata bagi yang menggunakannya. Contoh:  Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi (KBBI)  Ateis adalah orang yg tidak percaya akan adanya Tuhan  Orang adalah makhluk yg berakal budi. 3. Definisi yang menegaskan (Precising Definitions) Definisi ini berfungsi untuk mengurangi ketidakjelasan, menghilangkan kekaburan, mempertegas dan menjelaskan batas dari muatan makna. Sebuah istilah menjadi ambigu dalam konteks tertentu karena mempunyai lebih dari satu makna dan konteks tidak membuat jelas apa yang dimaksudkan. Definisi jenis ini penting dalam hukum dan undang-undang. Contoh:  Dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE): Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing, maupun badan hukum.  Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai 18.00. 4. Definisi Teoritis (Theoretical Definitions) Definisi teoritis sering disebut juga dengan definisi analitis, dibuat dengan maksud untuk mengungkapkan ciri-ciri yang secara teoritis memadai dari sebuah obyek tertentu. Definisi ini mencoba untuk merumuskan deskripsi teoritis yang memadai atau ilmiah yang berguna dari objek yang istilah berlaku. Definisi teoritis berjalan seiring dengan penerimaan kerangka teoritis yang komprehensif untuk memahami materi subjek yang bersinggungan dengan istilah yang dimaksud. Contoh: 5
  • 6. Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi  Logika simbolik adalah ilmu tentang penyimpulan yang sah (absah), khususnya yang dikembangkan dengan penggunaan metode-metode matematika dan dengan bantuan simbol- simbol khusus sehingga memungkinkan seseorang menghindarkan makna ganda dari bahasa sehari-hari (Frederick B. Fitch dalam bukunya “Symbolic Logic”).  Hidrogen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dengan nomor atom 1. 5. Definisi Persuasif (Persuasive Definitions) Definisi persuasif adalah definisi yang dirumuskan dan digunakan secara persuasif untuk menyelesaikan perselisihan dengan mempengaruhi sikap atau mengobarkan emosi, sering mengandalkan pada penggunaan bahasa emotif. Dengan kata lain, tujuan dari definisi ini adalah untuk mempengaruhi sikap terhadap suatu konsep tertentu. Contoh: Ateis adalah seseorang yang masih belum menyadari bahwa Tuhan itu ada. D. Ekstensional dan Intensional Definisi menjelaskan muatan makna (konsepsi dari sebuah simbol). Muatan makna itu dibedakan ke dalam dua jenis, yakni luas/lingkup pengertian (ekstensional) dan isi pengertian (intensional).  Luas/lingkup pengertian yaitu semua obyek atau orang yang termasuk dalam pengertian itu disebut ekstensi. Muatan makna ekstensional atau denotatif diberikan atau dilekatkan pada simbol untuk menunjuk obyek atau himpunan obyek. Menunjuk pada gejala yang memenuhi ciri-ciri yang dimaksud dalam terma definiendum atau fakta-fakta yang menjadi anggotanya (makna denotatif).  Isi pengertian disebut intensi/konotasi yaitu keseluruhan ciri-ciri yang mewujudkan pengertian itu (dalam bahasa Inggris disebut ”sense” dan dalam bahasa Perancis disebut ”signification”). Muatan makna tertentu diberikan pada atau diisi ke dalam sebuah simbol untuk memperlihatkan adanya ciri-ciri yang mirip dan unik dari obyek atau himpunan obyek tertentu. Menunjuk pada ciri-ciri dari terma definiendum (makna konotatif atau komprehensif). Sebagai contoh: sebuah definisi intensional dari “Perdana Menteri” bisa berarti menteri yang paling tinggi dari sebuah kabinet dalam sebuah pemerintahan berdasarkan sistem parlementer. Sementara definisi ekstensional akan bisa dimaknai sebagai sebuah daftar dari seluruh perdana menteri dari masa lalu, sekarang dan masa depan. Setiap istilah umum memiliki baik makna sebuah intensional dan makna ekstensional. Dengan eksistensi kita memaksudkan semua objek atau orang yang termasuk ke dalam pengertian itu. Hubungan antara intensi dan ekstensi pengertian dapat dinyatakan dalam dua dalil. 6
  • 7. Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi  Dalil pertama: Intensi menentukan ekstensi, yang berarti bahwa isi sebuah pengertian menentukan keluasan lingkup pengertian. Obyek-obyek atau orang-orang siapa saja yang termasuk dalam suatu pengertian bergantung pada keseluruhan ciri-ciri yang mewujudkan pengertian itu.  Dalil kedua: Intensi berbanding terbalik dengan Ekstensi, yang berarti semakin sedikit intensi pengertian memuat ciri-ciri (semakin kurang persis), maka semakin banyak obyek atau orang yang termasuk kedalam ekstensi pengertian itu.  Jadi, antara isi dan luas pengertian terdapat suatu hubungan. Sifatnya dapat dijabarkan sebagai berikut: semakin banyak isinya, semakin kecil luas (daerah lingkup)nya. Semakin banyak (besar) isinya hanyalah menyatakan bahwa benda yang ditunjukkan itu menjadi semakin konkret, nyata dan tertentu. Sebaliknya, semakin sedikit isinya, semakin luas lingkungan (daerah lingkupnya). Ini pun hanyalah menyatakan bahwa apa yang ditunjukkan itu menjadi semakin abstrak, tidak (kurang) mendekati kenyataan. Catatan: Definisi sinonim adalah sesuatu yang mendefinisikan kata dengan menyediakan kata lain, yang maknanya sudah dipahami dan memiliki makna yang sama dengan yang pertama. Definisi operasional adalah sesuatu untuk menyatakan istilah yang diterapkan secara benar pada kasus tertentu jika dan hanya jika kinerja operasi tertentu dalam kasus yang menghasilkan akibat spesifik. Ketika definisi sinonim tidak tersedia dan definisi operasional tidak cocok, kita dapat menggunakan definisi berdasarkan genus dan pembeda. Definisi jenis ini paling baik untuk menjelaskan istilah kelas. Kelas adalah definisi abstrak dari sebuah objek. Definisi ini menjelaskan bahwa struktur dan perilaku dari tiap objek tergabung dalam suatu kelas. Kelas adalah kumpulan obyek yang memiliki beberapa karakteristik sama. Banyak kelas dapat dibagi menjadi sub-kelas. Kita menyebut kelas umum sebagai genus dan subclass dengan spesies. Setiap spesies dari genus yang diberikan memiliki karakteristik khusus tertentu yang membedakannya dari semua spesies lain dari genus. Kita dapat mendefinisikan spesies tertentu dari genus dengan bantuan karakteristik khusus (pembeda). Sebagai contoh, kita dapat mendefinisikan segi enam sebagai poligon (genus) dengan enam sisi (pembeda), dan kita dapat mendefinisikan manusia sebagai hewan (genus) yang mampu berpikir rasional (pembeda). E. Aturan merumuskan Definisi berdasarkan Genus dan Pembeda Lima aturan yang berguna untuk mengevaluasi definisi leksikal berdasarkan genus dan pembeda: Aturan 1: Definisi harus mengacu pada atribut esensial yang dimiliki atau terdapat dalam definiendum. Contoh : sepatu tidak dapat didefinisikan hanya dengan menyebutkan bentuk dan bahan pembuatnya tetapi juga harus diungkapkan kegunaannya. 7
  • 8. Modul 2.2. Ilmu Alamiah Dasar Definisi Aturan 2: Definisi tidak boleh membentuk lingkaran, atau dengan kata lain apa yang didefinisikan tidak boleh masuk ke dalam definisi. Contoh : Logika adalah ilmu yang menerangkan hukum logika Aturan 3: Definisi tidak boleh terlalu luas dan terlalu sempit. Contoh : Merpati adalah burung yang dapat terbang (terlalu luas) dan Kursi adalah tempat duduk yang terbuat dari kayu (terlalu sempit) Aturan 4: Definisi harus jelas, harus menghindari kerancuan dan kesamar-samaran. Contoh : kehidupan adalah sepotong keju atau aluminium adalah satu tipe besi yang ringan. Aturan 5: Definisi tidak boleh dalam bentuk kalimat negatif. Contoh : Keindahan adalah suatu keadaan yang tidak jelek. 8