Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan dengan efek tertentu. Diksi melibatkan penguasaan kosakata yang luas dan kemampuan membedakan nuansa makna kata sesuai konteks. Syarat pemilihan kata meliputi makna, tingkat khusus/umum, konkrit/abstrak, sinonim, ilmiah/populer.
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan dengan efek tertentu. Diksi melibatkan kemampuan membedakan nuansa makna gagasan dan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi. Pemilihan kata harus memenuhi ketepatan makna, kesesuaian konteks, dan penguasaan kosakata.
Teks tersebut membahas tentang jenis-jenis makna, relasi makna, dan perubahan makna dalam bahasa Indonesia. Jenis-jenis makna dibedakan berdasarkan kriteria seperti jenis semantik, adanya referen, makna denotatif dan konotatif, sedangkan relasi makna meliputi sinonim, antonim, dan hiponim. Teks juga membahas tentang perubahan makna yang dapat terjadi secara diakronis."
Tindak ujaran merupakan satuan terkecil dari bahasa untuk mengespresikan makna, suatu perkataan yang mengekspresikan suatu tujuan. Tujuan tindak ujaran adalah 1) Representatif, 2) Direktif, 3) Komisif, 4) Ekspresif, dan 5) Deklarasi. Pelaksanaan tindak ujaran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Perkembangan bahasa manusia dapat dibagi menjadi 3, yaitu: 1) Perkembangan Prasekolah, 2) Perkembangan Ujaran Kambinatori, dan 3) Perkembangan masa sekolah.
Diksi merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara untuk menyampaikan maksud tertentu. Diksi meliputi penggunaan kata yang tepat sesuai konteks sosial, intonasi, dan karakterisasi. Analisis diksi melihat dampak pemilihan kata terhadap makna dan tata bahasa. Diksi harus sesuai dengan audiens dan situasi untuk mencapai komunikasi yang efektif.
Tajuk 7 membahasikan tiga bidang struktur linguistik yaitu semantik, pragmatik, dan analisis wacana. Semantik mengkaji makna, pragmatik mengkaji penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi, dan analisis wacana mengkaji bahasa pada tingkat yang lebih besar dari kalimat.
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan dengan efek tertentu. Diksi melibatkan penguasaan kosakata yang luas dan kemampuan membedakan nuansa makna kata sesuai konteks. Syarat pemilihan kata meliputi makna, tingkat khusus/umum, konkrit/abstrak, sinonim, ilmiah/populer.
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan dengan efek tertentu. Diksi melibatkan kemampuan membedakan nuansa makna gagasan dan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi. Pemilihan kata harus memenuhi ketepatan makna, kesesuaian konteks, dan penguasaan kosakata.
Teks tersebut membahas tentang jenis-jenis makna, relasi makna, dan perubahan makna dalam bahasa Indonesia. Jenis-jenis makna dibedakan berdasarkan kriteria seperti jenis semantik, adanya referen, makna denotatif dan konotatif, sedangkan relasi makna meliputi sinonim, antonim, dan hiponim. Teks juga membahas tentang perubahan makna yang dapat terjadi secara diakronis."
Tindak ujaran merupakan satuan terkecil dari bahasa untuk mengespresikan makna, suatu perkataan yang mengekspresikan suatu tujuan. Tujuan tindak ujaran adalah 1) Representatif, 2) Direktif, 3) Komisif, 4) Ekspresif, dan 5) Deklarasi. Pelaksanaan tindak ujaran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Perkembangan bahasa manusia dapat dibagi menjadi 3, yaitu: 1) Perkembangan Prasekolah, 2) Perkembangan Ujaran Kambinatori, dan 3) Perkembangan masa sekolah.
Diksi merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara untuk menyampaikan maksud tertentu. Diksi meliputi penggunaan kata yang tepat sesuai konteks sosial, intonasi, dan karakterisasi. Analisis diksi melihat dampak pemilihan kata terhadap makna dan tata bahasa. Diksi harus sesuai dengan audiens dan situasi untuk mencapai komunikasi yang efektif.
Tajuk 7 membahasikan tiga bidang struktur linguistik yaitu semantik, pragmatik, dan analisis wacana. Semantik mengkaji makna, pragmatik mengkaji penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi, dan analisis wacana mengkaji bahasa pada tingkat yang lebih besar dari kalimat.
Tajuk 7 membahasikan tiga bidang struktur linguistik yaitu semantik, pragmatik, dan analisis wacana. Semantik mengkaji makna, pragmatik mengkaji penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi, dan analisis wacana mengkaji bahasa pada tingkat yang lebih besar dari kalimat.
Makalah ini membahas tentang diksi atau pemilihan kata dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian diksi, jenis-jenis diksi, fungsi diksi, dan persyaratan pemilihan kata. Diksi dibagi menjadi delapan jenis yaitu sinonim, antonim, homonim, polisemi, homofon, homograf, hiponim dan hipernim. Fungsi diksi antara lain untuk menciptakan komunikasi yang efe
Modul ini membahas tentang definisi semantik dan bidang-bidang ilmu linguistik seperti fonetik, fonologi, morfologi, sintaks, dan sosiolinguistik serta peranannya dalam pengajaran bahasa Inggris."
Makalah ini membahas relasi makna atau hubungan kemaknaan antara satuan bahasa dalam bahasa Indonesia. Ia menjelaskan pengertian relasi makna, prinsip-prinsipnya, dan jenis-jenis relasi makna seperti sinonim, antonim, dan hiponim."
Teks tersebut membahas tentang semantik bahasa Indonesia yang mencakup definisi semantik, jenis-jenis makna kata seperti makna leksikal, gramatikal, denotatif, konotatif, makna kata dan istilah, hubungan makna antara kata seperti sinonim dan antonim, perubahan makna, serta pilihan kata yang tepat sesuai konteks.
Makalah ini membahas tentang diksi atau pemilihan kata dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian diksi, fungsi diksi, syarat pemilihan kata dalam diksi, pembentukan kata dalam diksi, jenis-jenis kata seperti kata ilmiah, populer, jargon dan slang, serta cara pilihan kata dan penggunaan diksi yang tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang kelas kata, frasa, dan klausa sebagai unsur bahasa terkecil yang membentuk kalimat. Dokumen menjelaskan jenis-jenis kelas kata seperti verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, dan adverbia beserta ciri dan contohnya. Kelas kata digunakan untuk menyusun kalimat secara efektif sesuai dengan aturan bahasa Indonesia.
Tajuk 7 membahasikan tiga bidang struktur linguistik yaitu semantik, pragmatik, dan analisis wacana. Semantik mengkaji makna, pragmatik mengkaji penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi, dan analisis wacana mengkaji bahasa pada tingkat yang lebih besar dari kalimat.
Makalah ini membahas tentang diksi atau pemilihan kata dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian diksi, jenis-jenis diksi, fungsi diksi, dan persyaratan pemilihan kata. Diksi dibagi menjadi delapan jenis yaitu sinonim, antonim, homonim, polisemi, homofon, homograf, hiponim dan hipernim. Fungsi diksi antara lain untuk menciptakan komunikasi yang efe
Modul ini membahas tentang definisi semantik dan bidang-bidang ilmu linguistik seperti fonetik, fonologi, morfologi, sintaks, dan sosiolinguistik serta peranannya dalam pengajaran bahasa Inggris."
Makalah ini membahas relasi makna atau hubungan kemaknaan antara satuan bahasa dalam bahasa Indonesia. Ia menjelaskan pengertian relasi makna, prinsip-prinsipnya, dan jenis-jenis relasi makna seperti sinonim, antonim, dan hiponim."
Teks tersebut membahas tentang semantik bahasa Indonesia yang mencakup definisi semantik, jenis-jenis makna kata seperti makna leksikal, gramatikal, denotatif, konotatif, makna kata dan istilah, hubungan makna antara kata seperti sinonim dan antonim, perubahan makna, serta pilihan kata yang tepat sesuai konteks.
Makalah ini membahas tentang diksi atau pemilihan kata dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian diksi, fungsi diksi, syarat pemilihan kata dalam diksi, pembentukan kata dalam diksi, jenis-jenis kata seperti kata ilmiah, populer, jargon dan slang, serta cara pilihan kata dan penggunaan diksi yang tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang kelas kata, frasa, dan klausa sebagai unsur bahasa terkecil yang membentuk kalimat. Dokumen menjelaskan jenis-jenis kelas kata seperti verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, dan adverbia beserta ciri dan contohnya. Kelas kata digunakan untuk menyusun kalimat secara efektif sesuai dengan aturan bahasa Indonesia.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
2. Pragmatika Linguistik
Pragmatik
Definisi
Perkembangan Pragmatik
Beberapa tema dalam pragmatik
Tradisi Filsafat
Tradisi etnometodologi
Kecenderungan sosial-kritis
Kecenderungan antisintaksisme
Tindak tutur Politenesss/Kesantunan Presuposisi
Ilokusi
Lokusi Perlokusi
Asertif Direktif Komisif Ekspresif Dieklaratif
K. Berbahasa
K. Berbuat
K. Berpakaian
•Teori Relevansi/Prinsip Teori
•Prinsip Sopan Santun
•Prinsip Kesantunan Rasional dan Muka
•Prinsip Kerjasama
•Prinsip Kesantunan Formal
Hubungan antara sesuatu
Yang Dikatakan dengan
sesuatu yang lain
Yang dikatakan itu
3. Definisi Pragmatik
Pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek
informasi (dalam pengertian yang paling luas) yang disampaikan
melalui bahasa yang (a) tidak dikodekan oleh konvensi yang
diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang
digunakan, namun yang (b) juga muncul secara alamiah dari dan
tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara
konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk
tersaebut [penekanan ditambahkan] (Cruse, 2000:16).
4. Menurut Yule (1996:3) ada empat definisi
pragmatik yaitu
Bidang yang mengkaji makna pembicara
Bidang yang mengkaji makna menurut
konteksnya
Bidang yang melebihi kajian tentang
makna yang diujarkan, mengkaji makna
yang dikomunikasikan atau
terkomunukasikan oleh pembicara
Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi
menurut jarak sosial yang membatasi
partisipan yang terlibat dalam percakapan
tertentu.
5. Secara sederhana, pragmatik merupakan cabang ilmu
bahasa yang membahas tentang penggunaan atau makna
suatu kata, frasa, bahkan kalimat, yang didasari atas
konteks-konteks tertentu. Konteks tersebut biasanya
berupa faktor sosial yang mempengaruhi penggunaan dan
pemaknaan suatu kata.
a. Rumah Makan Padang.
Secara semantik, kalimat di atas akan dimaknai dengan
makna rumah memakan kota Padang.
Namun, secara pragmatik kalimat di atas mempunyai
makna rumah makan yang menyajikan masakan khas
Padang. Sebetulnya, bisa saja kalimat Rumah Makan
Padang ditulis secara lengkap menjadi rumah makan yang
menyajikan masakan khas Padang. Namun, supaya lebih
ringkas penulisannya, akhirnya penulisan rumah makan
yang menyajikan masakan khas Padang pun dipersingkat
menjadi rumah makan Padang.
6. B. Pak, Risty minta izin buang air kecil di belakang.
Secara denotatif, frasa buang air kecil mempunyai makna
“membuang air dalam jumlah yang kecil.” Namun, secara
pragmatik, frasa tersebut justru
bermakna kencing. Pemaknaan frasa buang air
kecil sebagai kencing sendiri didasari karena frasa ini jauh
lebih halus dan santun diucapkan seseorang dibanding
menyebut kata kencing secara langsung.
Kasus serupa juga dialami oleh kata belakang. Secara
denotatif, kata belakang mempunyai makna lawan dari arah
depan. Namun, dari segi pragmatik, kata tersebut ustru
bermakna toilet atau jamban. Kesantunan dan kehalusan
juga menjadi alasan mengapa kata belakang dipakai untuk
memaknai kata toilet atau jamban.
7. C. Bu, nasi kuningnya dua.
Kalimat di atas merupakan kalimat yang lazim dipakai
dalam ragam bahasa lisan. Secara tulisan, kalimat di atas
mungkin mempunyai makna yang kurang jelas, terutama
pada bagian kata dua (apakah dua bungkus, atau dua
kantong plastik?). Namun, secara pragmatik, kalimat di atas
justru mempunyai makna yang jelas di mana makna kalimat
di atas sendiri adalah Bu, saya pesan nasi kuningnya dua
bungkus.
Sama seperti pada contoh nomor 3, kalimat ini bisa saja
diucapkan dengan kalimat Bu, saya pesan nasi kuningnya
dua bungkus. Namun, demi keringkasan dalam
pengucapan, kalimat itu pun diringkas menjadi Bu, nasi
kuningnya dua.
8. Mey (1998) seperti dikutip oleh
Gunarwan(2004:5),mengungkap-
kan bahwa pragmatik tumbuh
dari empat kecenderungan
atau tradisi, yaitu
• Kecenderungan antisintaksisme
• Kecenderungan sosial-kritis
• Tradisi filsafat
• Tradisi etnometodologi
10. TINDAK TUTUR
Di dalam bukunya How to Do Things with
Words, Austin (1962:1-11) membedakan tuturan
yang kalimatnya bermodus deklaratif menjadi
dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur
konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan
sesuatu yang kebenarannya dapat diuji –benar
atau salah—dengan menggunakan pengetahuan
tentang dunia. Sedangkan tindak tutur
performatif adalah tindak tutur yang
pengutaraannya digunakan untuk melakukan
sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat
mengatakan bahwa tuturan itu salah atau benar,
tetapi sahih atau tidak.
11. Berkenaan dengan tuturan, Austin
membedakan tiga jenis tindakan:
(1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak
mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat
sesuai dengan makna di dalam kamus dan
menurut kaidah sintaksisnya.
(2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang
mengandung maksud; berkaitan dengan siapa
bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana
tindak tutur itu dilakukan,dsb.
(3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur
yang pengujarannya dimaksudkan untuk
mempengaruhi mitra tutur.
12. Selanjutnya, Searle (dalam Rahardi, 2005:36) menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima
macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk
tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Asertif (Assertives),
yakni bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya
menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), menbual (boasting), mengeluh (complaining), dan
mengklaim (claiming).
2. Direktif (Directives),
yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur
melakukan tindakan, misalnya, memesan (orderin), memerintah (commanding), memohon
(requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending).
3. Ekspresif (Expressives)
adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur
terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat (congratulating),
meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blambing), memuji (praising), berbelasungkawa (condoling).
4. Komisif (Commissives),
yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji
(promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering)
5. Deklarasi (Declarations),
Yaitu bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya berpasrah
(resigning), memecat (dismissing), menbaptis (chistening), memberi nama (naming), mengangkat
(appointing), mengucilkan (excommicating), dan menghukum (sentencing).
13. Pencetus teori tindak tutur, Searle (1975:59-82)
membagi tindak tutur menjadi lima kategori:
1. Representative/asertif, yaitu tuturan yang mengikat
penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan
2. Direktif/impositif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya agar si pendengar melakukan tindakan yang
disebutkan di dalam tuturan itu
3. Ekspresif/evaluatif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi
tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu.
4. Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya
untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam
tuturannya
5. Deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak tutur yang
dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status,
keadaan, dsb) yang baru.
14. Contoh:
“Bagaimana kalau kita…kita kawin!”
Tindak tutur di atas termasuk ke dalam beberapa kategori
sekaligus yaitu :
tindak tutur perlokusi karena digunakan untuk membujuk mitra
tutur agar mau diajak kawin
direktif karena mitra tutur diharapkan melakukan tindakan yang
disebutkan di dalam tuturan itu (kawin dengan penutur)
komisif karena mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang
disebutkan di dalam tuturannya (kawin dengan mitra tutur)
Isbati/deklaratif karena menciptakan status/keadaan yang baru
(perkawinan)
tindak tutur taklangsung harfiah karena kata tanya ‘bagaimana’
tidak digunakan secara konvensional untuk menanyakan sesuatu,
melainkan untuk mengajak mitra tutur melakukan sesuatu
yang disebutkan dalam tindak tutur.
15. Implikatur
Implikatur percakapan mengacu kepada jenis
“kesepakatan bersama”antara penutur dan lawan
tuturnya, kesepakatan dalam pemahaman, bahwa
yang dibicarakan harus saling berhubungan.
Hubungan atau keterkaitan itu sendiri tidak
terdapat pada masing-masing ujaran. Artinya,
makna keterkaitan itu tidak diungkapkan secara
harafiah pada ujaran itu.
16. Grice mengemukakan bahwa percakapan yang
terjadi di dalam anggota masyarakat dilandasi
oleh sebuah prinsip dasar, yaitu prinsip kerja
sama. Kerja sama yang terjalin dalam
komunikasi ini terwujud dalam empat maksim,
yaitu (1) maksim kuantitas, memberi informasi
sesuai yang diminta; (2) maksim kualitas,
menyatakan hanya yang menurut kita benar
atau cukup bukti kebenarannya; (3) maksim
relasi, memberi sumbangan informasi yang
relevan; dan (4) maksim cara, menghindari
ketidakjelasan pengungkapan, menghindari
ketaksaan, mengungkap-kan secara singkat,
mengungkapkan secara beraturan.
17. Contoh:
A: “Kamu masih di sini.”
B: “Bus ke Muntilan baru saja lewat.”
Kalau hanya melihat kedua ujaran A dan B itu kita tidak memperoleh
keterkaitan, karena A berbicara (mungkin dengan keterkejutan atau
keheranan masih di sini, di Jogja) tentang B yang ada di depannya,
sedangkan B berbicara tentang bus yang ke Muntilan. B tidak perlu
heran, karena ada kebenaran bahwa “B ada di sini”. Meskipun A
berujar demikian. Mengapa? Karena B menyadari bahwa A tahu betul
seharusnya B sudah berangkat ke Muntilan (dan tidak “di sini”).
Sebaliknya, A juga tidak perlu heran karena B mengucapkan kalimat itu
karena kalimat B tadi merupakan alasan mengapa dia belum berangkat
(dan arena itu masih di sini). Jadi, implikatur percakapan itu dapat
dikatakan sejenis makna yang terkandung dalam cakapan yang
dipahami oleh masing-masing partisipan.
18. Teori Relevansi
Teori relevansi yang dikembangkan oleh Sperber
dan Wilson merupakan kritik terhadap empat
maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama
Grice. Menurut mereka, maksim yang terpenting
dalam teori Grice adalah maksim relevansi.
Dalam teori relevansi dipelajari bagaimana
sebuah muatan pesan dapat dipahami oleh
penerimanya.
19. DEIKSIS
Menurut Cahyono (1995: 217), deiksis
adalah suatu cara untuk mengacu ke
hakekat tertentu dengan menggunakan
bahasa yang hanya dapat ditafsirkan
menurut makna yang diacu oleh penutur
dan dipengaruhi situasi pembicaraan.
20. Menurut Nababan (1987)
Deiksis orang, ditentikan menurut peran peserta dalam
peristiwa bahasa
Deiksis tempat ialah pemberian tempat pada lokasi
menurut peserta dalam peristiwa bahasa
Deiksis waktu ialah pemberian bentuk pada rentang
waktu seperti yang dimaksudkan penutur dalam
peristiwa bahasa
Deiksis wacana ialah rujukan pada bagian-bagian
tertentu dalam wacana yang telah diberikan atau sedang
dikembangkan
Deiksis sosial ialah rujukan yang dinyatakan
berdasarkan perbedaan kemasyarakatan yang
mempengaruhi peran pembicara dan pendengar.
21. KESANTUNAN
Kesantunan (politiness), kesopansantunan,
atau etiket adalah tatacara, adat, atau
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
Kesantunan merupakan aturan perilaku yang
ditetapkan dan disepakati bersama oleh
suatu masyarakat tertentu sehingg
kesantunan sekaligus menjadi prasyarat
yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh
karena itu, kesantunan ini biasa disebut
"tatakrama".
23. Kesantunan berbahasa (menurut Leech, 1986)
pada hakikatnya harus memperhatikan empat
prinsip.
Penerapan prinsip kesopanan dalam berbahasa
Penghindaran pemakaian kata tabu
Penggunaan eufemisme, yaitu ungkapan penghalus
Penggunaan pilihan kata honorifik
24. Kesantunan sebagai fenomena pragmatik
Konsep kesantunan ini kemudian berkembang
menjadi lima teori kesantunan berbahasa
Teori Relevansi
Prinsip sopan santun
P. kesantunan rasional dan muka
Prinsip kerjasama
Sperber dan Wlson (1989)
Leech memperkenalkan sejumlah
maksim: Principle Politeness
Brown dan Levinson membedakan
dua jenis muka: positive face
dan negative face
Grice (1975) memperkenalkan prinsip
Kerjasama yang memuat 4 maksim
25. PRESUPOSISI
Intuisi dasar di belakang konsep ‘presuposisi’
itu adalah hubungan antara sesuatu yang
dikatakan (atau bisa dikatakan) dan sesuatu yang
lain dari yang dikatakan itu. Untuk memahami
definisi ini perlu dipahami konsep yang terkait,
yaitu entailment (mengandung serta). Proposisi p
mengandung presuposisi q jika dan hanya jika p
mengandung q dan kenegatifan p juga
mengandung q.
26. Contoh susunan yang
mengandung presuposisi
Harold menyesal melukai Sandra.
Yang dipresuposisi: Harold melukai Sandra
Penyakit Hubert kambuh lagi.
Yang dipresuposisi: Hubert sebelumnya pernah sakit