1. MND001-MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL-MODUL-SESI 2
BAB II
SISTEM MONETER
INTERNASIONAL
Disusun oleh:
Dedi Supiyadi, S.Pd., MM
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
MEMBANGUN (STIE INABA)
BANDUNG 2020
2. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
1
BAB 2
SISTEM MONETER INTERNASIONAL
Dedi Supiyadi, S.Pd., M.M
Sub CPMK: Mahasiswa mampu menjelaskan sistem moneter
internasional dan aplikasinya dalam bidang Ekonomi
dan Bisnis.
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan:
Pengertian Sistem Moneter Internasional, Sejarah Sistem Moneter
Internasional, Kurs Valuta Asing, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kurs,
Sistem Kurs Mata Uang, Pilihan Sistem Nilai Tukar (Kurs) Untuk Pasar
Berkembang, Sistem Moneter Eropa, Dampak Nilai Tukar, Hambatan
Membentuk Sistem Keuangan Ideal.
1.1 PENGERTIAN
Perubahan ekonomi dunia membuat perubahan nilai tukar suatu
negara (kurs) mempengaruhi perubahan yang sebaliknya kurs riil negara
lain, hal ini akan menyulitkan pembuat kebijakan suatu negara untuk
mencapai stabilitas harga dan tingkat kesempatan kerja penuh (full
employment). Interdependensi ditentukan oleh sistem moneter dan kurs
yang dipakai oleh banyak negara yang disebut sistem moneter
internasional, (Yulianti & Prasetyo, 2015).
Sistem moneter internasional sebagai struktur, instrumen, institusi
dan perjanjian yang menentukan kurs atau nilai berbagai mata uang di
dunia, termasuk penyesuaian aliran modal, perdagangan internasional dan
neraca pembayaran, (Eiteman et al., 2016). Agar satu mata uang dapat
ditukar dengan mata uang lain, diperlukan nilai tukar yang menentukan nilai
tukar satu mata uang dengan mata uang lainnya. Nilai tukar peso Meksiko
akan menentukan berapa dolar yang perlukan kita untuk menginap di hotel
di Mexico City dengan biaya 500 peso Meksiko per malam.
Nilai tukar peso Meksiko juga akan menentukan berapa banyak dolar
yang dibutuhkan perusahaan multinasional untuk membeli perlengkapan
yang ditagih dengan harga 1 juta peso. Sistem untuk menetapkan nilai tukar
3. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
2
telah berubah seiring waktu, seperti yang dijelaskan di bagian selanjutnya,
(Madura & Fox, 2011).
1.2 SEJARAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL
Sistem moneter internasional dimulai pada tahun 1821, saat
diberlakukannya standar emas (gold standar), beberapa ahli ekonomi
menyatakan bahwa sistem moneter internasional dimulai pada tahun 1876,
(Eiteman et al., 2016), pendapat para ahli ekonomi tentang kapan sistem
moneter internasional dimulai, semua pendapat diatas adalah benar. Pada
tahun 1821, pada saat terjadi perang Napoleon Inggris menerapkan standar
emas. Tahun 1876 standar emas diterima sebagai sistem moneter di Eropa
Barat, kemudian pada tahun 1880 semua negara industri menerima standar
emas. Dilihat dari sejarah yang dikemukakan diatas jelas bahwa sistem
moneter internasional dimulai pada tahun 1821, Evolusi sistem moneter
internasional dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1
Evolusi Sistem Moneter Internasional
Standar Emas (1887-1914)
Sejak zaman firaun (sekitar 3000 SM), emas telah berfungsi sebagai
alat tukar dan penyimpan nilai. Orang Yunani dan Romawi menggunakan
koin emas, dan mereka meneruskan tradisi ini melalui era perdagangan
hingga abad kesembilan belas. Peningkatan besar dalam perdagangan
selama periode perdagangan bebas pada akhir abad kesembilan belas
4. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
3
menyebabkan kebutuhan akan sistem yang lebih formal untuk
menyelesaikan neraca perdagangan internasional.
Satu demi satu negara menetapkan nilai par untuk mata uangnya
dalam bentuk emas dan kemudian mencoba untuk mematuhi apa yang
disebut "aturan main", kemudian dikenal sebagai standar emas klasik.
Standar emas, sebagai sistem moneter internasional, diterima di Eropa
Barat pada tahun 1870-an. Amerika Serikat terlambat dalam megadopsi
sistem ini, tidak secara resmi mengadopsi standar emas sampai tahun
1879.
Cara menentukan nilai suatu mata uang dengan standar emas relatif
sangat sederhana dan jelas. Nilai mata uang suatu negara akan ditentukan
oleh beberapa nilai mata uang dari setiap satuan berat emas tertentu.
Misalnya: Amerika mengumumkan bahwa 1 ons emas dapat di beli dengan
harga US$ 20.67, sementara itu Inggris mematok pada tingkat £4.2474/ons,
maka kurs dolar / pound adalah:
Pemerintahan setiap negara dalam perkembangan selanjutnya
menggunakan standar emas dan disetujuinya nilai paritas antar mata uang
yang bersifat tetap. Nilai varitas tersebut berlaku untuk pembelian dan
penjualan nilai mata uang. Cara ini adalah untuk menciptakan mekanisme
yang mampu mempertahankan nilai mata uang dalam satuan emas, dan
karena itu varitas antar negara dapat dipertahankan. Dalam sistem ini suatu
negara harus memiliki cadangan emas yang cukup untuk menjamin nilai
mata uangnya. Sistem ini secara tidak langsung telah membatasi jumlah
mata uang yang beredar di tiap negara karena setiap penambahan jumlah
uang yang beredar harus dengan penambahan cadangan emas.
Standar emas dapat berfungsi secara efektif sampai perang dunia I,
saat PD I pergerakan emas antar negara dan perdagangan internasional
terhambat, hal ini mendorong negara-negara industri utama di dunia untuk
mulai memikirkan sistem moneter lain diluar standar emas.
5. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
4
Periode Word War (1918-1940)
Selama Perang Dunia I dan awal 1920-an, mata uang berfluktuasi
sampai batas yang wajar. Secara teoritis, penawaran dan permintaan untuk
ekspor dan impor suatu negara menyebabkan perubahan moderat pada
nilai tukar mata uangnya. Kenyataanya kondisi ini tidak terwujud, adanya
ketidakstabilan politik dan ekonomi menimbulkan perubahan yang sangat
besar pada nilai mata uang suatu negara yang tidak sesuai dengan kondisi
perekonomiannya secara riil (episode kurs berfluktuasi). Karena alasan-
alasan tersebut, beberapa usaha dilakukan untuk kembali ke sistem standar
emas. Amerika kembali ke standar emas pada tahun 1919, Inggris 1925
dan Prancs 1928. Nilai Poundsterling April 1925 kembali menjadi US$
4.86656/£ (paritas sebelum perang), berakibat pada stagnasi ekonomi dan
pengangguran.
Hal sebaliknya terjadi dengan mata uang yang kuat. Fluktuasi nilai
mata uang tidak dapat diimbangi oleh pasar pertukaran berjangka yang
relatif tidak likuid, kecuali dengan biaya yang selangit. Hasil akhirnya adalah
bahwa volume perdagangan dunia tidak tumbuh pada tahun 1920-an
sebanding dengan produk domestik bruto dunia. Sebaliknya, itu menurun
ke tingkat yang sangat rendah dengan munculnya Depresi Hebat di tahun
1930-an.
Amerika Serikat mengadopsi standar emas yang dimodifikasi pada
tahun 1934 ketika dolar AS didevaluasi menjadi $ 35 per ounce emas dari
harga $ 20,67 per ounce yang berlaku sebelum Perang Dunia I.
Bertentangan dengan praktik sebelumnya, Departemen Keuangan AS
memperdagangkan emas hanya dengan pusat asing. bank, bukan warga
negara swasta. Dari tahun 1934 hingga akhir Perang Dunia II, nilai tukar
secara teoritis ditentukan oleh nilai setiap mata uang dalam bentuk emas.
Namun, selama Perang Dunia II dan kekacauan setelahnya, banyak mata
uang perdagangan utama kehilangan kemampuan konvertibilitasnya ke
mata uang lain. Dolar adalah salah satu dari sedikit mata uang yang terus
dapat dikonversi.
6. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
5
Persetujuan Bretton Woods & IMF (1944)
Saat Perang Dunia II berakhir pada tahun 1944, Sekutu bertemu di
Bretton Woods, New Hampshire, untuk menciptakan sistem moneter
internasional baru pascaperang. Perjanjian Bretton Woods membentuk
sistem moneter internasional berbasis dolar AS dan membentuk dua
lembaga baru: Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (Word
Bank). Dana Moneter Internasional (IMF) berfungsi untuk membantu
negara-negara dalam hal manajemen neraca pembayaran dan kebijakan
penentuan nilai tukar. Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan
Pembangunan (IBRD atau Bank Dunia) membantu mendanai
pembangunan dan rekonstruksi perekonomian secara umum.
IMF adalah lembaga kunci dalam sistem moneter internasional dan
tetap demikian hingga hari ini. IMF didirikan untuk memberikan bantuan
sementara kepada negara-negara anggota yang tetap mempertahankan
mata uangnya dari kejadian siklik, musiman, atau acak. Membantu negara-
negara yang memiliki masalah perdagangan struktural jika negara anggota
berjanji untuk mengambil langkah-langkah startegis untuk memperbaiki
permasalahan negara tersebut sesuai dengan arahan IMF. Namun, jika
defisit terus-menerus terjadi, IMF tidak dapat menyelamatkan suatu negara
dari devaluasi. Dalam beberapa tahun terakhir, IMF telah berusaha
membantu negara-negara yang menghadapi krisis keuangan, memberikan
pinjaman besar-besaran serta nasihat kepada Rusia, Brazil, Yunani,
Indonesia, dan Korea Selatan, dll.
Dalam persetujuan Bretton Woods disepakati bahwa semua negara
harus menetapkan nilai mata uangnya dalam emas, tetapi tidak mewajibkan
mempertukarkan mata uangnya dengan emas. Hanya US$ yang dapat
dikonversikan ke emas (US$ 35/Ons). Oleh karena itu semua negara akan
menetapkan nilai tukar mata uangnya terhadap US$, kemudian menghitung
nilai pari emas mata uangnya untuk memperoleh kurs terhadap US$ seperti
yang dikehendaki. Semua negara sepakat akan berusaha
mempertahankan nilai mata uangnya kira-kira 1% dari nilai pars. Caranya
7. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
6
yaitu dengan membeli atau menjual valuta asing atau emas sebesar yang
diperlukan.
Devaluasi tidak boleh dipakai sebagai kebijakan perdagangan untuk
bersaing, tetapi apabila keadaan tidak memungkinkan; misalnya terjadi
defisit transaksi berjalan yang berkelanjutan, devaluasi 10% boleh
dilakukan tanpa persetujuan formal IMF, semakin bersar devaluasi
persetujuan formal IMF semakin diperlukan, yang dikenal sebagai standar
pertukaran emas.
Sistem Kurs Tetap (1944-1973)
Pengaturan mata uang yang dinegosiasikan di Bretton Woods dan
dipantau oleh IMF bekerja cukup baik selama periode rekonstruksi
pascaperang dan pertumbuhan pesat dalam perdagangan dunia. Namun,
kebijakan moneter dan fiskal nasional yang sangat berbeda, perbedaan
tingkat inflasi, dan berbagai guncangan eksternal yang tidak terduga pada
akhirnya mengakibatkan kehancuran sistem.
Dolar AS adalah mata uang cadangan utama yang dipegang oleh
bank sentral dan merupakan kunci dari jaringan nilai tukar. Sayangnya, AS
mengalami defisit yang terus-menerus dan tumbuh dalam neraca
pembayarannya. Arus keluar modal besar-besaran dolar diperlukan untuk
membiayai defisit ini dan untuk memenuhi permintaan dolar yang terus
meningkat dari investor dan bisnis. Akhirnya, kelebihan dolar yang
dipegang oleh orang asing mengakibatkan kurangnya kepercayaan pada
kemampuan AS untuk memenuhi komitmennya pada emas.
Kurangnya kepercayaan ini memuncak pada paruh pertama tahun
1971. Dalam waktu kurang dari tujuh bulan, Amerika Serikat menderita
kehilangan hampir sepertiga dari cadangan emas resminya karena
kepercayaan global terhadap nilai dolar anjlok. Nilai tukar antara sebagian
besar mata uang utama dan dolar AS mulai mengambang, dan dengan
demikian secara tidak langsung, nilainya relatif terhadap emas. Satu
setengah tahun kemudian, dolar AS sekali lagi diserang, sehingga
memaksa devaluasi kedua pada Februari 1973; kali ini sebesar 10%
menjadi $ 42,22 per ons emas.
8. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
7
Pada akhir Februari 1973, sistem suku bunga tetap sudah tidak layak
lagi karena aliran spekulatif mata uang. Pasar valuta asing utama ditutup
selama beberapa minggu pada bulan Maret 1973. Ketika dibuka kembali,
sebagian besar mata uang dibiarkan mengambang ke level yang ditentukan
oleh kekuatan pasar.
Sistem Kurs Mengambang (1973-1997)
Perubahan sistem kurs tetap ke sistem kurs mengambang melalui
suatu proses yang panjang dan sangat rumit, mulai dari krisis agustus 1971
sampai dengan perundingan Jamaika. Sejak Maret 1973, nilai tukar menjadi
jauh lebih tidak stabil dan kurang dapat diprediksi dibandingkan selama
periode nilai tukar “tetap” dimana perubahan jarang terjadi. Gambar 2.2
mengilustrasikan ayunan lebar yang diperlihatkan oleh indeks nilai tukar
nominal dolar AS sejak 1964. Jelas, volatilitas telah meningkat untuk ukuran
mata uang dolar AS sejak 1973. Bagan 2.2 mencatat beberapa guncangan
terpenting dalam sejarah baru-baru ini: pembentukan Sistem Moneter
Eropa (EMS) pada tahun 1979; kenaikan dan puncak dolar AS pada tahun
1985; krisis EMS tahun 1992; krisis Asia tahun 1997; peluncuran euro
Eropa pada tahun 1999; kenaikan dolar pada tahun 2014 dan 2015.
Gambar 2.2
Ideks Nilai Tukar Dolar Amerika
9. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
8
Emergencing Era (1997-Sekarang)
Periode setelah Krisis Asia tahun 1997 menunjukan pertumbuhan
yang pesat pasar negara berkembang baik dalam bidang ekonomi maupun
mata uang. Sistem moneter global telah mulai merangkul perkembangan
— selama lebih dari satu dekade sampai sekarang — sejumlah mata uang
utama pasar berkembang, dimulai dengan renminbi Cina.
1.3 KURS VALUTA ASING
Kurs valuta asing adalah harga mata uang suatu negara dalam unit
komoditas (emas dan perak) atau mat aung negara lain. Apabila pemerintah
suatu negara mengatur nilai tukar mata uang negara tersebut, maka
diklasifikasikan sebagai sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Nilai tukar
atau kurs (foreign exchange rate) dapat didefinisikan sebagai harga mata
uang suatu negara relatif terhadap mata uang negara lain. Oleh karena nilai
tukar ini mencakup dua mata uang maka titik keseimbangan ditentukan oleh
sisi penawaran dan permintaan dari kedua mata uang tersebut. Menurut
(Modigliani & Pogue, 1973) nilai tukar adalah: “An exchange rate is definied
as the amount of one currency that can be exchanged per unit of another
currency, or the price of one currency in terms of another currency”. Kurs
adalah harga mata wang suatu negara berhubungan dengan mata uang
negara lain, (Eiteman et al., 2016).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa exchange
rate atau nilai tukar secara sederhana diartikan sebagai harga dari satu
mata uang terhadap mata uang yang lain, atau dengan kata lain nilai tukar
adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat
dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain. Kurs atau yang
biasa disebut nilai tukar ialah harga dari mata uang suatu negara yang
dinyatakan dengan mata uang negara lain, misalnya 1 dolar AS =
Rp15.000,00. Oleh karena ada banyak negara yang berpartisipasi dalam
perekonomian internasional. sistem pengukuran multi-exchange rate sering
digunakan untuk mengoordinasikan dan mengharmonisasikan pertukaran
uang.
10. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
9
Pada dasarnya, pengertian nilai tukar rupiah suatu mata uang dapat
dilihat dalam dua aspek, yaitu aspek nominal dan aspek riil. Secara
nominal, perkembangan nilai tukar diartikan sebagai suatu perkembangan
yang menjelaskan perbedaan harga dua mata uang yang berbeda. Dalam
praktiknya, hal ini akan menerangkan seberapa banyak suatu mata uang
domestik harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
Pendekatan sederhana menjelaskan bahwa bilamana dalam satu waktu
jumlah mata uang yang harus dibayarkan untuk mendapatkan mata uang
lainnya mengalami peningkatan maka dapat dikatakan nilai tukar yang
bersangkutan telah mengalami depresiasi. Demikian pula sebaliknya,
bilamana jumlah mata uang yang dibayarkan menjadi lebih sedikit
dibandingkan periode sebelumnya maka nilai tukar tersebut telah
mengalami apresiasi.
Pergerakan kurs mata uang akan berdampak pada nilai MNC karena
kurs dapat memengaruhi jumlah arus masuk kas yang diterima dari ekspor
atau dari anak perusahaan, dan memengaruhi jumlah arus keluar kas yang
digunakan untuk membayar impor. Kurs nilai tukar mengukur nilai satu
satuan mata uang terhadap mata uang lain. Jika kondisi ekonomi berubah,
kurs mata uang dapat berubah cukup besar. Dalam mempelajari sistem
moneter internasional, terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui,
seperti depresiasi, apresiasi, soft dan hard currency. Penururnan nilai pada
suatu mata uang sering disebut depresiasi (depreciation). Ketika pound
sterling Inggris terdepresiasi terhadap dolar AS berarti dolar AS menguat
relatif terhadap pound sterling. Peningkatan nilai suatu mata uang disebut
apresiasi (appreciation).
Suatu mata uang dapat disebut soft currency apabila mata uang
tersebut diharapkan mengalami devaluasi atau depresiasi terhadap
sebagian mata uang di dunia sehingga tidak secara luas diterima negara-
negara yang melakukan perdagangan internasional. Hard currency adalah
mata uang diharapkan mengalami revaluasi atau apresiasi relatif terhadap
sebagian besar mata uang dunia. Mata uang jenisini diterima secara luas
sebagai bukti pembayaran internasional.
11. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
10
1.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALUTA ASING
Seperti halnya komoditi lainnya, mata uang pada dasarnya dapat
dianggap sebagai komoditi selain sebagai alat pembayaran. Dengan
demikian harga atau daya beli atau nilai tukar satu mata uang terhadap
mata uang negara lain ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Hukum permintaan dan penawaran. Oleh karena itu perlu
memahami faktor apa yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran satu mata uang. Mari kita perhatkan perubahan nilai tukar
antara Rupiah dan Dolar Amerika (US$) dimana Indonesia dan
Amerika Serikat melakukan transaksi ekspor dan impor. Permintaan
Rupiah ditentukan permintaan barang dan jasa buatan Indonesia oleh
orang Amerika. Semakin banyak impor Amerika dari Indonesia maka
semakin besar kebutuhan Rupiah untuk membayar impor dari
Indonesia. Transaksi impor dari Indonesia juga akan mempengaruhi
penawaran US$, semain besar impor dari Indonesia berarti
penawaran US$ meningkat, karena semakin banyak US$ harus
ditukar/ditawarkan terhadap Rupiah untuk membayar impor tersebut.
2. Tingkat inflasi. Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 1998
mencapai 80% berarti terjadi kenaikan harga barang-barang secara
umum sebesar delapan puluh persen. Sementara itu inflasi di Amerika
Serikat pada tahun yang sama hanya sekitar 4% berarti daya beli US$
mengalami penurunan kurang lebih empat persen. Akibat inflasi yang
tinggi di Indonesia tersebut maa orang Indonesia melihat bahwa
barang-barang buatan Amerika Serikat menjadi relatif lebih murah.
Akibatnya orang Indonesia akan meminta atau pengimpor barang-
barang dan jasa buatan Amerika lebih banyak. Impor yang meningkat
mengakibatkan permintaan US$ meningkat untuk membayar impor
tersebut.
3. Tingkat Bunga. Tingkat bunga secara teoritis mencerminkan tingkat
keuntungan riil ditambah dengan tingkat keuntungan premi risiko.
Yang dimaksud dengan premi risiko adalah tingkat keuntungan untuk
12. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
11
menutup risiko seperti halnya risiko inflasi, risiko likuiditas dan risiko-
risiko lainnya. Keempat adalah pengharapan pasar atau market
expectation atau kondisi dimasa datang. Apabila pasar
berpengharapan inflasi akan tinggi di masa datanga, maka pemilik
modal akan segera membelanjakan uangnya baik untuk barang-
barang durable yang diperkirakan akan mengalami kenaikan harga
ataupun untuk dibelanjakan/ditukarkan dalam bentuk mata uang lain
yang nilainya stabil. Reputasi bank sentral dipandang sebagai salah
satu faktor penting yang berpengaruh terhadap stabilitas nilai tukar.
Reputasi bank sentral sering diartikan dengan kredibilitas pimpinan
puncak bank sentral kemandirian atau independensi pengelola bank
sentral dari campur tangan pemerintah.
4. Intervensi bank sentral di pasar valuta asing. Bank sentral
sebagai pengendali pembayaran pemerintah juga perlu melakukan
invensi, baik melalui mekanisme tingkat bunga ataupun melalui
operasi pasar.
1.5 SISTEM NILAI KURS MATA UANG
Sistem kurs dapat dikategorikan dalam beberapa jenis berdasarkan
pada seberapa kuat tingkat pengawasan pemerintah pada nilai tukar (kurs).
Sistem kurs mata uang secara ekstrim dapat dibedakan menjadi dua yaitu
sistem kurs mengambang dan sistem kurs tetap, secara umum, nilai tukar
dapat dibagi menjadi berikut ini.
• Mengambang Murni dan Mengambang Terkendali.
• Mengambang Terkendali dan Intervensi Pemerintah.
• Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged Exchange Rate).
• Sistem Mata Uang Dewan (Currency Board System).
• Polarisasi
A. Nilai Tukar Tetap
Sistem nilai tukar tetap (Fixed Exchange Rate) seperti Bretoon Wood
adalah nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan
berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar
mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan
13. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
12
intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang
diinginkan. Jika nilai mata uang resmi yang telah ditetapkan tidak dapat
dipertahankan, maka pemerintah akan menetapkan nilai mat auang baru
dan mengumumkannya. Tindakan bank sentral dalam melakukan
pemotongan nilai mata uangnya disebut sebagai devaluasi, sedangkan
tindakan penyesuaian ke atas biasa disebut revaluasi. Keuntungannya,
pada kondisi bilamana nilai tukar dibuat tetap, sebuah perusahaan
internasional dapat melakukan kegiatan bisnisnya tanpa perlu khawatir
terhadap perubahan nilai mata uang di kemudian hari.
Gambar 2.3
Taxonomy Sistem Nilai Tukar Internasional
Kelemahannya, adanya risiko pemerintah akan melakukan
perubahan nilai mata uang secara mendadak dan dapat membuat konsidi
ekonomi sebuah negara menjadi sangat tergantung dari kondisi ekonomi
negara lain. Dalam sistem ini pemerintah atau bank sentral negara yang
bersangkutan turut campur secara aktif dalam pasar valuta asing dengan
membeli atau menjual valuta asing jika nilainya menyimpang dari standar
yang telah ditentukan. Dalam sistem ini, nilai tukar suatu mata uang dipatok
terhadap satu atau beberapa mata uang asing, kurs tukar biasanya konstan
atau diizinkan berfluktuasi hanya dalam batasan yang sangat sempit. Jika
14. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
13
kurs tukar mulai bergerak terlalu besar maka pemerintah akan melakukan
intervensi untuk menjaganya tetap dalam batasan yang diizinkan.
Perubahan nilai tukar dilakukan oleh otoritas moneter melalui
mekanisme devaluasi atau revaluasi. Kelebihan sistem ini adalah
terbatasnya ruang gerak untuk berspekulasi. Ada pun kelemahan sistem ini,
yaitu kurangnya fleksibilitas mata uang jika terjadi perubahan-perubahan
dalam pasar internasional. Selain itu, otoritas moneter harus memiliki cukup
dana untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uangnya. Nilai tukar mata
uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam
kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi
terlalu besar maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga
agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan.
MNC dapat melakukan kegiatan bisnisnya tanpa perlu khawatir
terhadap perubahan nilai mata uang di kemudian hari. Namun, ada risiko
bahwa pemerintah akan melakukan perubahan nilai mata uang secara
mendadak. Dalam sistem nilai tukar tetap, bank-bank sentral asing siap
sedia untuk membeli dan menjual mata uang mereka dengan harga tetap
dilihat dari segi dolar. Dalam sistem nilai tukar tetap, bank sentral harus
membiayai setiap surplus atau defisit neraca pembayaran yang timbul pada
nilai tukar resmi. Dengan permintaan dan penawaran pasar yang tertentu,
pemasang harga harus memenuhi kelebihan permintaan atau mengambil
kelebihan penawaran, untuk menjamin harga (nilai tukar) bertahan tetap,
perlu menyimpan persediaan valuta asing yang bisa disediakan untuk
menukarkannya dengan mata uang dalam negeri.
Pada perekonomian dengan sistem nilai tukar tetap, bank sentral
akan mempertahankan harga valuta asing yang konstan terhadap mata
uang domestik. Hal ini dilakukan melalui pembelian dan penjualan valuta
asing pada nilai tukar yang tetap tadi. Untuk itu, bank sentral harus
menyimpan cadangan valuta asing.
▪ Keuntungan: perusahaan internasional dapat melakukan bisnisnya
tanpa perlu khawatir terhadap perubahan nilai mata uang di
kemudian hari.
15. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
14
▪ Kelemahan: risiko atas tindakan pemerintah mengubah nilai mata
uang secara mendadak. Selain itu, kondisi ekonomi sebuah negara
menjadi sangat bergantung pada kondisi ekonomi negara lain.
Secara umum terdapat empat alternatif kebijakan yang dapat diambil oleh
pemerintah sebelum melakukan devaluasi atau revaluasi yakni dengan
membiayai defisit transaksi berjalan melalui pinjaman luar negeri,
pengetatan anggaran belanja negara, pengendalian harga dan upah, dan
pengendalian kurs.
B. Nilai Tukar Mengambang Bebas
Sistem Nilai tukar mengambang (Flexible Exchange Rate) adalah
nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari
pemerintah bilamana nilai tukar akan disesuaikan secara terus menerus
sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut.
Keuntungannya, kondisi ekonomi suatu negara akan lebih terlindungi dari
kondisi ekonomi di negara lain. Kelemahannya, bila tingkat pengangguran
di AS meningkat maka permintaan AS terhadap barang impor akan
menurun sehingga menyebabkan tekanan ke atas terhadap nilai tukar
dolar. Nilai dolar yang menguat akan menyebabkan konsumen memilih
membeli barang impor dibanding barang lokal karena terasa lebih murah.
Dalam sistem ini nilai tukar suatu mata uang diambangkan terhadap mata
uang-mata uang asing. Dengan demikian, perubahan nilai tukar ditentukan
oleh mekanisme pasar, tanpa harus melibatkan campur tangan otoritas
moneter.
Kelebihan dari sistem ini adalah fleksibilitasnya yang tinggi dalam
melakukan penyesuaian terhadap kondisi pasar. Selain itu, otoritas
moneter tidak perlu mempunyai cadangan dana untuk menjaga kestabilan
nilai tukar mata uangnya. Kelemahan dari sistem ini adalah sangat
besarnya peluang untuk berspekulasi sehingga dapat menyebabkan
ketidakstabilan nilai tukar. Dalam sistem ini, nilai kurs tukar ditentukan oleh
tekanan pasar tanpa adanya intervensi pemerintah. Keuntungan dari sistem
ini adalah masalah dari negara lain (seperti inflasi dan tingkat
16. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
15
pengangguran) tidak akan merambat (contagion effect). Selain itu, bank
sentral dan pemerintah tidak perlu terus menjaga dan mempertimbangkan
kurs tukar dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan. Kerugiannya
adalah bagi negara yang mengalami masalah akan mendapat tekanan yang
lebih berat. Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem kurs tetap.
Keunggulan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas
Dari sudut pandang Makro, berkenaan dengan stabilitas global,
system mengambang bebas lebih menguntungkan dari pada system nilai
tukar tetap. Misalnya : Perdagangan AS & Inggris yang cukup signifikan
system nilai tukar tetap. Jika AS mengalami laju inflasi yang jauh lebih tinggi
dari pada Inggris diharapkan konsumen AS akan membeli lebih banyak
barang (karena harga barang AS naik) di Inggris dan konsumen Inggris
akan mengurangi import barang-barang AS. Reaksi ini akan menyebabkan
menurunnya produksi di AS dan meningkatnya pengangguran. Hal ini yang
bisa menyebabkan naiknya laju inflasi di Inggris karena naiknya permintaan
barang-barang Inggris terhadap penawarannya.
Laju inflasi yang tinggi di AS bisa menciptakan kenaikan laju inflasi
di Inggris (Tahun 1960-an AS mengalami tingkat inflasi yang relative tinggi
dan dituduh meng-export inflasi ke sejumlah Negara Eropa). Hubungan
diatas tadi tidak muncul dalam lingkungan nilai tukar mengambang bebas,
sebagai konsekwensi dari tingginya inflasi di AS, meningkatnya permintaan
AS atas barang-barang Inggris akan menimbulkan tekanan kenaikan nilai
Pound Inggris. Sebagai konsekwensi kedua dari tingginya inflasi di AS,
menurunnya permintaan Inggris atas barang-barang AS akan
mengimplikasikan menurunnya penawaran Pound Inggris (untuk ditukar
Dollar) yang akan memberikan kenaikan Pound Inggris. Pound akan
mengalami apresiasi akibat factor-faktor pasar ini (sementara dalam system
nilai tukar tetap, tidak dibiarkan berfluktuasi).
Apresiasi ini menyebabkan barang-barang Inggris menjadi lebih
mahal bagi konsumen AS semahal barang-barang AS, walaupun produsen
Inggris tidak menaikkan harga mereka, hal ini disebabkan menguatnya
Pound Inggris untuk membeli Pound diperlukan Dollar lebih banyak. Hal ini
17. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
16
terjadi karena Pound mengalahkan apresiasi sehingga sekarang
dibutuhkan jumlah Dollar yang lebih banyak untuk beli sejumlah Pound
dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya. Inflasi AS akan berdampak
lebih besar atas inflasi di Negara-negara lain dalam system nilai tukar tetap
dibandingkan dengan system nilai tukar mengambang bebas.
Kelemahan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas
Pada dasar dalam system nilai tukar bebas tadi Inggris agar terisolir
dari masalah-masalah di AS. Meskipun hal ini suatu keuntungan bagi
Inggris, tetapi merupakan kerugian bagi Negara-negara yang pada awalnya
bermasalah ekonomi (AS). Misalnya : Jika inflasi AS naik maka Dollar AS
melemah sehingga melindungi Inggris dari inflasi seperti dijelaskan
sebelumnya). Tapi dari perspektif AS, melemahnya Dollar AS
menyebabkan harga barang-barang import naik.
• Hal ini akan membuat produsen AS menaikkan barang jadi
mereka
• Mahalnya harga barang-barang impor akan memaksa konsumen
AS untuk membeli produk domestik.
Karena produsen AS menyadari bahwa daya saing pesaing-pesaing asing
mereka telah menurun akibat melemahnya dollar, mereka dengan leluasa
menaikkan harga jual tanpa harus takut kehilangan pelanggan.
Nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari
pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas
nilai tukar, pada sistem mengambang bebas memperbolehkan adanya
fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai
tukar akan disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi
penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. Keuntungan dari
sistem ini kondisi ekonomi suatu negara akan lebih terlindungi dari kondisi
ekonomi negara lain.
Walaupun menguntungkan bagi negara yang terlindungi dari
permasalahan ekonomi negara lain, namun hal ini dapat dipandang sebagai
kerugian bila dipandang dari sisi negara yang pertama kali mengalami
18. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
17
masalah ekonomi. Pada sistem ini bank sentral tidak perlu harus selalu
mempertahankan nilai tukar dalam suatu kisaran tertentu. Salah satu
alasan perubahan sistem nilai tukar tetap ke sistem nilai tukar mengambang
adalah agar bank sentral menjadi lebih independen dalam menjalankan
kebijakan moneternya.
C. Mengambang Murni dan Mengambang Terkendali
Mengambang murni dan mengambang terkendali adalah sistem nilai
tukar yang ada saat ini pada sebagian besar mata uang berada diantara
sistem tetap dan mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar dibiarkan
mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasan-batasan resmi, namun
pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk
menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya.
Kelemahannya, pemerintah memungkinkan untuk memanipulasi nilai tukar
dengan maksud untuk menguntungkan negara itu sendiri dan merugikan
yang lain.
Kebanyakan sistem kurs yang digunakan negara-negara saat ini
berada diantara sistem kurs tetap dan sistem kurs mengambang bebas,
yaitu sistem kurs mengambang terkendali. Komponen sistem kurs
mengambang bebas ditunjukkan oleh kurs tukar yang diizinkan berfluktuasi
pada basis harian tanpa adanya batasan resmi. Komponen sistem kurs
tetap ditunjukkan oleh pemerintah yang dapat dan kadang-kadang
melakukan intervensi untuk mencegah mata uangnya bergerak terlalu jauh
pada arah tertentu. Sistem ini dapat dinyatakan sebagai penggabungan
antara sistem nilai kurs tetap dan sistem kurs mengambang. Dalam sistem
ini nilai tukar suatu mata uang diambang dalam suatu batas yang disebut
rentang intervensi.
Otoritas moneter akan melakukan tindakan stabilisasi (intervensi)
ketika nilai tukar mata uangnya telah melampaui nilai-nilai batas yang
ditetapkan. Kelebihan sistem ini adalah fleksibilitasnya yang cukup tinggi
dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan kondisi pasar. Adapun
kelemahan sistem ini, yaitu perlunya otoritas moneter memiliki cadangan
19. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
18
dana yang cukup untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uangnya.
Sistem nilai tukar yang ada saat ini sebagian besar mata uang berada di
antara sistem tetap dan mengambang bebas.
Fluktuasi nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan
tidak ada batasan-batasan resmi. Hal ini sama dengan sistem tetap, dalam
pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk
menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. Sistem ini
memungkinkan pemerintah untuk memanipulasi nilai tukar, dengan maksud
untuk menguntungkan negara itu sendiri dan merugikan yang lain.
Dalam sistem mengambang murni (clean floating), bank sentral
sama sekali tidak campur tangan, dan memperkenankan nilai tukar tukar
secara bebas ditentukan di pasar valuta asing. Bank sentral tidak campur
tangan di pasar valuta asing dalam sistem mengambang murni, oleh karena
itu transaksi-transaksi cadangan resmi, akan menjadi nol dalam situasi
seperti itu. Ini berarti bahwa neraca pembayaran akan menjadi nol dalam
sistem mengambang murni. Nilai tukar akan menyesuaikan diri sampai
jumlah current account dan capital account menjadi nol.
Pada perekonomian dengan sistem nilai tukar mengambang, nilai
tukar dapat berubah dari waktu ke waktu. Pada sistem mengambang murni,
nilai tukar tersebut ditentukan oleh permintaan dan penawaran valuta asing
tanpa adanya intervensi bank sentral guna menetapkan nilai tukar tersebut.
Pada sistem mengambang terkendali, bank sentral melakukan intervensi
dengan membeli dan menjual valuta asing dalam upaya mempengaruhi
nilai tukar.
D. Mengambang Terkendali dan Intervensi Pemerintah
Pada perekonomian dengan sistem nilai tukar mengambang murni,
pemerintah tidak mengambil langkah apapun di dalam pasar valuta asing.
Berbeda dari perekonomian dengan sistem nilai tukar mengambang murni
ini, pemerintah sama sekali tidak melakukan transaksi valuta asing.
Pemerintah tidak mencampuri pasar valuta asing, apapun yang terjadi pada
nilai tukar. Sistem nilai tukar semacam itu hampir belum pernah terjadi,
20. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
19
walaupun Amerika Serikat telah bertindak serupa itu pada tahun 1981-
1982.
Pada umumnya, pemerintah sedikit banyak turut campur dalam
valuta asing. Intervensi di pasar valuta asing terjadi bila pemerintah
membeli ataupunm enjual valuta asing dalam usahanya untuk
mempengaruhi nilai tukar. Besarnya intervensi pemerintah ini sangat
bervariasi. Ada pemerintah yanghanya mencoba mengimbangi fluktuasi
jangka pendek dan membeli ataupun menjual valuta asing guna
mempertahankan “pasar yang tertib”. Akan tetapi, ada pula yang mencoba
untuk menjaga agar nilai tukar yang dinilai terlalu tinggi (overlvalued) tidak
mengalami depresiasi agar nilai tukar yang dinilai tidak terlalu rendah
(undervalued) tidak mengalami apresiasi.
Mengambang terkendali (sebagai lawan dari mengambang murni)
adalah praktik menggunakan intervensi yang besar untuk mencoba
mempertahankan nilaitukar terhadap tekanan kekuatan pasar. Selama
periode 1973-1986, intervensi atas pasar valuta asing adalah sedemikian
rupa sehingga sistem nilai tukar bersifat mengambang terkendali.
Pemerintah telah melakukan intervensi dengan skala yang sangat besar.
Ini tentu saja menimbulkan pertanyaan tentang, mengapa pemerintah harus
mencoba menahan kekuatan pasar, guna mencegah agar mata uang
tersebut tidak mengalami apresiasi ataupun depresiasi.
E. Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged exchange rate)
Sistem nilai tukar terikat (Pegged exchange rate) adalah bilamana
mata uang lokal mereka diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau
pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti
fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut. Melalui sistem
ini nilai mata uang lokal diikatkan pada sebuah valuta asing atau mata uang
tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari mata uang yang
dijadikan ikatan tersebut. Banyak negara kecil mengikatkan mata uangnya
terhadap Dolar AS. Sistem yang dibentuk untuk mengikatkan mata uang
lokal kepada sebuah valuta asing disebut dewan mata uang (currency
21. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
20
board). Dewan ini bertugas menjaga cadangan dari semua nilai mata uang
yang dicetak.
Beberapa negara menggunakan sistem ini, bilamana nilai mata uang
mereka diikatkan ke satu atau lebih mata uang asing. Nilai mata uang
negara tersebut kemudian menjadi tetap dalam unit mata uang asing yang
diikat, namun nilainya akan bergerak sejalan dengan nilai mata uang asing
yang diikat terhadap mata uang asing lainnya. Mata uang dipatok ke mata
uang asing, misalnya, Bahama dan Barbados dengan dolar AS. Dewan
mata uang (currency board) adalah sistem untuk mengikatkan mata uang
lokal kepada sebuah valuta asing. Dewan bertugas menjaga cadangan dari
semua nilai mata uang yang dicetak. Sistem dewan mata uang dapat
menstabilkan nilai sebuah mata uang dan sistem ini akan efektif bila
pemerintah dapat meyakinkan para investor bahwa nilai mata uang dapat
terus dipertahankan. Bila para investor tidak yakin akan kemampuan
pemerintah untuk menjaga nilai mata uangnya maka mereka akan segera
memindahkan dana dan investasinya ke luar negeri. Bila hal ini berlanjut,
penawaran dari mata uang lokal akan melebihi permintaan terhadapnya,
dan pemerintah pun akan terpaksa melakukan devaluasi terhadap mata
uangnya.
Negara yang menggunakan sistem dewan mata uang tidak memiliki
kendali penuh terhadap nilai suku bunga, karena nilai suku bunga di negara
tersebut harus mengikuti nilai suku bunga di negara yang menjadi ikatan
nilai mata uangnya. Mata uang yang telah diikat pada valuta asing tidak
dapat diikat lagi pada mata uang yang lain. Oleh karena suatu negara tidak
dapat mengikatkan mata uangnya terhadap seluruh mata uang lain, maka
negara tersebut akan terpengaruh oleh pergerakan mata uang lain terhadap
mata uang yang menjadi ikatannya. Penggunaan euro memungkinkan
terjadinya aktivitas perdagangan dan aliran dana lintas batas di dalam zona
euro tanpa perlu melakukan konversi nilai tukar mata uang.
Hal ini akan memungkinkan terjadinya lebih banyak kesepakatan
bisnis jangka panjang karena perusahaan-perusahaan dari negara yang
berbeda tersebut tidak lagi mengkhawatirkan risiko terjadinya kerugian
22. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
21
besar akibat pergerakan mata uang. Jadi, semakin banyak terjadi kerja
sama bisnis dalam bentuk lisensi, perusahaan patungan, dan akuisisi
diantara perusahaan-perusahaan eropa.
Arus perdagangan di antara negara-negara Eropa yang
menggunakan euro telah meningkat karena para eksportir dan importir
dapat berdagang tanpa kekhawatiran akan pergerakan mata uang. Aliran
yang meningkat ini akan mengakibatkan pengaruh yang semakin besar dari
satu negara dengan negara lain sehingga lama-kelamaan kondisi
ekonominya akan semakin terintegrasi. Salah satu keuntungan utama dari
penggunaan mata uang tunggal ini adalah hilangnya risiko nilai tukar
diantara negara-negara eropa, yang nantinya akan merangsang
peningkatan arus perdagangan dan dana di antara negara-negara Eropa
tersebut dan biaya transaksi akibat nilai tukar otomatis akan hilang.
Setiap negara memiliki bank sentral yang dapat melakukan
intervensi terhadap pasar valuta asing untuk mengontrol nilai tukar mata
uangnya. Tugas lain bank sentral adalah melakukan kontrol terhadap
pertumbuhan jumlah uang beredar dengan maksud untuk menjaga kondisi
ekonomi yang baik. Bank sentral biasanya mengatur nilai tukar karena tiga
alasan, yaitu
a. untuk menghindari fluktuasi nilai tukar yang terlalu tajam; bila
diperkirakan bahwa kondisi ekonomi akan terpengaruh akibat
pergerakan drastis mata uangnya maka bank sentral akan berupaya
untuk mengurangi fluktuasi tersebut. Pengurangan fluktuasi ini maka
akan menurunkan kekhawatiran di pasar keuangan sehingga akan
mengurangi kegiatan spekulatif yang dapat menyebabkan kejatuhan
nilai uang secara lebih jauh;
b. untuk menetapkan suatu batas rentang pergerakan mata uan;
beberapa bank sentral mencoba untuk mempertahankan pergerakan
nilai tukar mata uangnya dalam suatu rentang kendali tertentu baik
yang diterapkan secara formal maupun tidak;
c. sebagai respons terhadap tekanan yang bersifat sementara; bank
sentral melakukan intervensi untuk mengisolasi mata uang dari
23. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
22
tekanan-tekanan yang bersifat sementara, yaitu untuk melawan
kondisi pasar yang tidak teratur.
Pemerintah dapat menggunakan intervensi langsung dengan cara
menjual atau membeli mata uang di pasar uang, sehingga ikut
mempengaruhi penawaran dan permintaan mata uang di pasar dan pada
saatnya akan mempengaruhi nilai keseimbangan di pasar uang. Bila
pemerintah membeli mata uang di pasar uang maka itu berarti memberi
tekanan naik pada titik keseimbangan nilai tukar. Bila pemerintah menjual
mata uang di pasar uang maka berarti memberi tekanan turun pada titik
keseimbangan nilai tukar mata uang tersebut. Beberapa pemerintah
menggunakan kontrol nilai tukar (misalnya melalui kontrol devisa) sebagai
salah satu bentuk intervensi tidak langsung dalam menjaga nilai mata
uangnya. Pemerintah dari negara mana pun akan menggunakan kebijakan
fiskal dan moneter untuk mengendalikan perekonomiannya. Selain itu,
pemerintah dapat berusaha mempengaruhi pasar uang untuk memperkuat
atau memperlemah nilai tukar mata uangnya dengan maksud
meningkatkan kondisi perekonomiannya.
Mata uang yang lemah dapat merangsang kenaikan permintaan luar
negeri terhadap produk ekspor negara tersebut. Walaupun nilai mata uang
yang lemah dapat meningkatkan lapangan pekerjaan di dalam negeri, hal
ini juga dapat menyebabkan kenaikan inflasi. Mata uang lokal yang kuat
akan merangsang konsumen dan perusahaan lokal untuk membeli produk
dari negara lain. Kondisi ini akan menyebabkan semakin kuatnya kompetisi
dari produk asing dan memaksa produsen lokal untuk menahan harganya
agar tidak naik. Secara umum, tingkat inflasi akan rendah bila mata uang
lokalnya kuat.
F. Sistem Mata Uang Dewan (Currency Board System)
Currency board system adalah sebuah sistem untuk
mengelompokkan nilai mata uang lokal untuk beberapa mata uang tertentu
lainnya. Currency Board System ada ketika bank sentral suatu negara
berkomitmen untuk mendukung basis moneternya — pasokan uangnya —
24. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
23
seluruhnya dengan cadangan devisa. Komitmen ini berarti bahwa satu unit
mata uang domestik tidak dapat dimasukkan ke dalam perekonomian tanpa
diperoleh unit tambahan cadangan devisa terlebih dahulu. Delapan negara,
termasuk Hong Kong, menggunakan Currency Board System sebagai alat
untuk menetapkan nilai tukar.
Agar sistem Currency Board berhasil mempertahankan nilai mata
uang lokal dengan beberapa mata uang tertentu lainnya, ia harus memiliki
kredibilitas untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat yang sesuai.
Jika pada kondisi ekonomi tertentu terjadi tekanan pada nilai mata uang
lokal, bank sentral harus melakukan intervensi untuk mempertahankan nilai
mata uang itu. Pada saat krisis keuangan di Indonesia tahun 1998,
Indonesia hampir menerapkan sistem Currency Board. Ketika Indonesia
sedang mengalami masalah keuangan selama krisis Asia 1977-1988, bisnis
dan investor menjual mata mata uang lokal (rupiah) karena berharap bahwa
nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah.
Tindakan tersebut dibiarkan terus terjadi. Indonesia dianggap
menerapkan dewan mata uang untuk menstabilkan mata uang dan
menghambat aliran dana ke luar negeri. Agen bisnis dan investor tidak
memiliki kepercayaan pada kemampuan pemerintah Indonesia untuk
mempertahankan nilai tukar tetap dan khawatir bahwa tekanan ekonomi
pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan nilai rupiah. Dengan
demikian, pemerintah Indonesia tidak melaksanakan suatu dewan mata
uang.
G. Dolarisasi
Dolarisasi adalah penggantian mata uang asing dengan dolar AS.
Proses ini adalah langkah di luar dewan mata uang, karena memaksa mata
uang lokal digantikan oleh dolar AS. Meskipun dolarisasi dan dewan mata
uang keduanya berusaha untuk mematok nilai mata uang lokal, dewan
mata uang tidak menggantikan mata uang lokal dengan dolar. Keputusan
negara untuk menggunakan dolar AS sebagai mata uang lokal tidak dapat
dengan mudah dibalik karena tidak lagi memiliki mata uang lokal.
25. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
24
Berikut ini contoh: penerapan sistem dolarisasi yang berhasil di
Ekuador. Dolarisasi Ekuador diimplementasikan pada tahun 2000 dengan
mengganti mata uang lokal (disebut Sucre). Mulai tahun 1990 hingga 2000,
Sucre yang disusutkan sekitar 97 persen terhadap dolar. Melemahnya mata
uang yang disebabkan kondisi perdagangan yang tidak stabil, inflasi tinggi,
dan suku bunga fluktuatif. Dolarisasi itu, diharapkan untuk perdagangan
dan kondisi ekonomi. Pada November 2000, inflasi telah menurun dan
pertumbuhan ekonomi telah meningkat.
Dengan demikian, tampaknya dolarisasi memiliki efek
menguntungkan. Reputasi ini diikuti dan ditinjau oleh beberapa negara lain
di Amerika Latin, memantau dolarisasi di Ekuador karena mereka sedang
mencari metode untuk menstabilkan nilai tukar mata uang lokal mereka
dengan mata uang lainnya. Ada tiga argumen utama yang menentang
dolarisasi yaitu:
a. Hilangnya kedaulatan atas kebijakan moneter. Namun, inilah inti dari
dolarisasi.
b. Negara kehilangan kekuatan hak milik, kemampuan untuk
mendapatkan keuntungan dari kemampuannya untuk mencetak
uangnya sendiri.
c. Bank sentral negara, karena tidak lagi memiliki kemampuan untuk
menghasilkan uang dalam sistem ekonomi dan keuangannya, tidak
dapat lagi berperan sebagai lender of last resort. Peran ini disertai
dengan kemampuan untuk menyediakan likuiditas untuk
menyelamatkan lembaga keuangan yang mungkin berada di
ambang kegagalan selama masa krisis keuangan.
1.6 PILIHAN SISTEM NILAI TUKAR (KURS) UNTUK PASAR
BERKEMBANG
Bagi banyak pasar negara berkembang, pilihan sistem nilai tukar
terletak pada dua pilihan antara hard peg ekstrem (dewan mata uang atau
dolarisasi) atau mengambang bebas. Namun, banyak ahli telah
berargumen selama bertahun-tahun bahwa pasar keuangan global akan
26. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
25
mendorong semakin banyak negara pasar berkembang menuju salah satu
dari ekstrem ini. Seperti yang ditunjukkan pada Tampilan 2.4, ada
kekurangan yang jelas dari jalan tengah antara ekstrem yang kaku dan
mengambang bebas. Tapi apakah yang disebut pilihan dua kutub tidak bisa
dihindari?
Gambar 2.4
Pilihan Sistem Nilai Tukar Bagi Negara Berkembang
Terdapat tiga hambatan umum bagi negara-negara pasar
berkembang untuk memilih sistem nilai tukar mata uang tertentu: (1)
lembaga fiskal, keuangan, dan moneter yang lemah; (2) kecenderungan
perdagangan untuk memungkinkan substitusi mata uang dan denominasi
kewajiban dalam dolar; dan (3) kerentanan pasar berkembang terhadap
penghentian tiba-tiba aliran modal dari luar.
Argumen diatas didukung oleh hasil jajak pendapat penduduk
Meksiko pada tahun 1999, hasil jejak pendapat menunjukkan bahwa 9 dari
10 orang lebih memilih dolarisasi daripada peso tingkat mengambang. Hal
ini menunjukan bahwa di negara berkembang terdapat ketidak
kepercayaan terhadap kepemimpinan dan institusi dalam menerapkan
kebijakan nilai tukar yang efektif.
1.7 SISTEM MONETER EROPA
27. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
26
Sistem moneter eropa (EMS) dimulai pada Maret 1979, yang terdiri
dari 12 anggoota, tujuan pembentukan EMS yaitu untuk membantu
stabilitas moneter negara-negara komunitas eropa. Dalam sistem ini
negara-negara anggota menetapkan unit mata uang Europa yang
memainkan peranan penting dalam menjalankan EMS. ECU adalah mata
uang komposit yang merupakan penjumlahan dari 12 mata uang negara
eropa. Inti dari sistem ini adalah adalah Exchange Rate Mekanisme (ERM),
merupakan indek komposit penjumlahan mata uang eropa yang membatasi
flustuasi mata uang negara eropa dengan menentukan batas atas dan
batas bawah. Tujuan ditetapkannya EMS adalah untuk menjaga equlibium
kurs di pasar internasional.
Berdasarkan hasil pertemuan Maastricht pada tahun 1991, terhitung
1 januari 1999, eropa resmi menggantikan ECU dalam mekanisme nilai
tukar Eropa. Euro hanya berfungsi sebagai satuan hitung dan tidak memiliki
wujud fisik. Pada tanggal 1 Januari 2002, mata uang Euro mulai diedarkan
dan akan diperdagangkan bersama mata uang negara anggota Uni
Moneter Eropa. Selanjutnya 1 Juli 2002, mata uang Euro akan
menggantikan mata uang EMS.
Eurocurrencies kadang dipandang sebagai jenis mata uang,
meskipun dalam kenyataanya adalah mata uang domestik suatu negara
yang didepositokan di negara lain. Misalnya Eurodollar adalah deposito
yang didenominasi dalam mata uang dolar di bank-bank di luar Amerika
Serikat. Bank tersebut bisa bank asing, cabang bank Amerika di luar negeri,
atau International Banking Facility (IBF). Pasar Eurocurrency mempunyai
dua tujuan yaitu:
1. Sebagai pasar uang yang efesien dan tepat untuk menyimpan
kelebihan liquiditas perusahaan.
2. Sebagai sumber utama pinjaman jangka pendek untuk
membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan, termasuk
pembiyan impor dan ekspor.
1.8 DAMPAK NILAI TUKAR
28. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
27
Valuta tiap Negara dinilai dari perspektif valuta lain memakai konsep
nilai tukar (kurs), agar valuta-valuta dapat saling dipertukarkan demi
mempermudah transaksi-transaksi internasional Nilai dari sebagian besar
valuta berfluktuasi sepanjang waktu karena pengaruh pasar dan
pemerintah / politik dan sebagainya. Jika nilai valuta sebuah Negara mulai
naik relative terhadap valuta-valuta Negara lain, ceteris paribus, saldo
neraca berjalannya akan turun. Produk-produk yang diexpor oleh Negara
tersebut akan menjadi lebih mahal bagi Negara-negara pengimpor,
konsekuensinya permintaan produk tersebut akan menurun.
Misalnya :
Raket Tenis di jual di AS $ 100 → meminta pembayaran DM 200 dari
importer Jerman, jika $ 1 = DM 2. Tapi jika $ 1 = DM 3. maka diperlukan
DM 300 unit beli raket tersebut. Hal tersebut akan menurunkan permintaan
Jerman terhadap raket tersebut.
Gambar 2.5
Dampak Nilai Tukar Suatu Negara
Kebijakan-kebijakan
Moneter & Fiskal
Pemerintah
Suku Bunga Relatif Laju Inflas Relatif Tk Pend Nas. Relatif
Arus Modal
Internasional
Nilai Tukar Perdagangan
Internasional
Intervensi Pemerintah
dalam
Pasar Valas
Penjualan dan pembelian
Valuta Oleh Pemerintah
UU, Pajak dll Kuota, tarif dll
29. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
28
1.9 HAMBATAN MEMBENTUK SISTEM KEUANGAN IDEAL
Jika mata uang ideal ada di dunia saat ini, maka sistem moneter
tesebut akan memiliki tiga atribut berikut, yang diilustrasikan dalam
Tampilan 2.6, Sebagai berikut:
1. Exchange rate stability. Nilai mata uang ditetapkan dalam
hubungannya dengan mata uang utama lainnya, sehingga pedagang
dan investor dapat secara relatif yakin dengan nilai tukar mata uang
asing dari setiap mata uang saat ini dan dalam waktu dekat.
2. Full financial integration. Kebebasan penuh atas aliran moneter,
sehingga pedagang dan investor dapat dengan mudah
memindahkan dana dari satu negara dan mata uang ke mata uang
lain sebagai tanggapan atas peluang atau risiko ekonomi yang
dihadapi.
3. Monetary independence. Kebijakan moneter dan suku bunga
domestik akan ditetapkan oleh masing-masing negara untuk
mengejar kebijakan ekonomi nasional yang diinginkan, terutama
terkait dengan pembatasan inflasi, mengurangi resesi, dan
mendorong kemakmuran dan lapangan kerja penuh.
Gambar 2.6
Hambatan Membentuk Sistem Keuangan Ideal
Penjelasan ketiga aspek diatas disbeut tiga hambatan keuangan
internasional (impossible trinity) karena kekuatan ekonomi tidak
memungkinkan suatu negara untuk secara bersamaan mencapai ketiga
30. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
29
tujuan keuangan ideal ini: kemandirian moneter, stabilitas nilai tukar,
dan integrasi keuangan penuh. Misalnya, negara seperti Amerika Serikat
dengan sengaja menyerah memiliki nilai tukar tetap — bergerak dari pusat
piramida menuju titik C — karena US ingin memiliki kebijakan moneter
independen, dan memungkinkan tingkat kebebasan yang sangat tinggi di
pergerakan modal masuk dan keluar negara. China saat ini adalah contoh
nyata dari sebuah negara yang telah memilih untuk terus mengontrol dan
mengelola nilai mata uangnya dan untuk melakukan kebijakan moneter
independen — bergerak dari pusat piramida menuju titik A — sambil terus
membatasi aliran modal masuk dan keluar negara.
Gambar 2.7
Exchange Rate Tradeoffs
Kesimpulan para ahli Keuangan Internasional bahwa kekuatan
mobilitas modal yang meningkat telah mendorong lebih banyak negara
menuju integrasi keuangan penuh dalam upaya untuk merangsang
ekonomi domestik dan untuk memenuhi kebutuhan modal MNC. Akibatnya,
kebijakan mata uang "terpojok" pada sistem moneter mengambang murni
(seperti Amerika Serikat) atau terintegrasi dengan negara lain dalam serikat
moneter (seperti Uni Eropa).
31. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
30
Dalam Sistem nilai tukar (rezim exchange rate) terdapat tradeoff
antara aturan dan kebijakan serta antara kerjasama dan kemandirian,
gambar 2.7 mengilustrasikan tradeoff antara Aturan, Kebijakan, Kerjasama
dan Kemandirian.
1. Secara vertikal, pengaturan nilai tukar yang berbeda dapat
menentukan apakah pemerintah suatu negara memiliki persyaratan
intervensi yang ketat (aturan) atau apakah dapat memilih apakah,
kapan, dan sejauh mana untuk melakukan intervensi dalam pasar
valuta asing (kebijaksanaan).
2. Secara horizontal, tradeoff untuk negara-negara yang berpartisipasi
dalam sistem tertentu adalah antara berkonsultasi dan bertindak
bersama dengan negara lain (kerja sama) atau beroperasi sebagai
anggota sistem, tetapi bertindak sendiri (kemerdekaan).
Struktur moneter seperti standar emas tidak memerlukan kebijakan
kerja sama antar negara, hanya jaminan bahwa semua negara akan
mematuhi "aturan main", di bawah standar emas, jaminan ini diterjemahkan
ke dalam kesediaan pemerintah untuk membeli atau menjual emas dengan
tingkat paritas sesuai permintaan. Perjanjian Bretton Woods, sistem yang
diberlakukan antara tahun 1944 dan 1973, membutuhkan lebih banyak cara
kerja sama, karena emas bukan lagi "aturan", dan negara-negara diminta
untuk bekerja sama ke tingkat yang lebih tinggi untuk mempertahankan
sistem berbasis dolar. Sistem nilai tukar, seperti sistem nilai tukar tetap,
Sistem Moneter Eropa (EMS) yang digunakan dari 1979 hingga 1999,
adalah campuran dari sistem kooperatif dan aturan.
Sistem moneter internasional saat ini dicirikan oleh tidak adanya
aturan, dengan tingkat kerjasama yang berbeda-beda. Meskipun tidak ada
solusi saat ini untuk perdebatan berkelanjutan tentang apa bentuk sistem
moneter internasional baru yang harus diambil, banyak yang percaya
bahwa itu akan berhasil hanya jika menggabungkan kerja sama antar
negara dengan kebijaksanaan individu untuk mengejar tujuan sosial,
ekonomi, dan keuangan domestik.
33. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
1
DAFTAR PUSTAKA
Eiteman, D. K., Stonehill, A. I., & Moffett, M. H. (2016). Multinational
Business Finance Global Edition (14th ed.). Pearson Education
Limited.
Eiteman et al, (2004) Multinasional Business Finance, 10th Edition,
International Edition, Perason Addison Wesley, Boston, USA.
Madura, J., & Fox, R. (2011). International Financial Management Second
edition (2nd ed.). Cengage Learning EMEA.
Modigliani, F., & Pogue, G. A. (1973). An Introduction to risk and return:
Concepts and Evidences. March, 646–673.
Yulianti, S. H., & Prasetyo, H. (2015). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Internasional (2nd ed.). Andi Offset (Penerbit ANDI).