TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
NILAI TUKAR
1. MND001-MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL-MODUL-SESI 5
BAB V
MEKANISME PENENTUAN
NILAI TUKAR
Disusun oleh:
Dedi Supiyadi, S.Pd., MM
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
MEMBANGUN (STIE INABA)
BANDUNG 2020
2. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
1
BAB V
MEKANISME PENENTUAN NILAI TUKAR
Dedi Supiyadi, S.Pd., M.M
Sub CPMK: Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme nilai tukar
dan aplikasinya dalam bidang Ekonomi dan Bisnis.
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan:
perubahan nilai tukar, keseimbangan nilai tukar, penentuan nilai tukar,
faktor-faktor yang menentukan nilai tukar.
1.1 PERUBAHAN NILAI TUKAR
Manajer keuangan perusahaan multinasional yang menjalankan
bisnis internasional harus terus memantau nilai tukar karena arus kas
mereka sangat bergantung pada nilai tukar. Para Manager MNC perlu
memahami faktor-faktor apa yang mempengaruhi nilai tukar sehingga
mereka dapat mengantisipasi bagaimana nilai tukar dapat berubah sebagai
respons terhadap kondisi tertentu.
Pergerakan nilai tukar mempengaruhi nilai MNC karena dapat
mempengaruhi jumlah arus kas masuk yang diterima dari ekspor atau dari
anak perusahaan dan jumlah arus kas keluar yang diperlukan untuk
membayar impor. Nilai tukar mengukur nilai satu mata uang dalam unit
mata uang lainnya.
Ketika kondisi ekonomi berubah, nilai tukar dapat berubah secara
substansial. Penurunan nilai mata uang dikenal sebagai depresiasi, ketika
pound Inggris terdepresiasi terhadap dolar AS, ini berarti dolar AS menguat
relatif terhadap pound. Peningkatan nilai mata uang dikenal sebagai
apresiasi, (Madura, 2014). Jika spot rate mata uang asing dibandingkan
pada waktu berbeda, kurs spot rate saat ini dilambangkan S, dan kurs spor
rate waktu sebelumnya dilambangkan St-1, prosentase perubahan setiap
kurs mata uang terhadap mata uang asing dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
3. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
2
..............(5.1)
Perubahan persentase positif menunjukkan bahwa mata uang asing
terapresiasi, dan perubahan persentase negatif menunjukkan bahwa mata
uang asing terdepresiasi. Nilai beberapa mata uang berubah sebanyak 10
persen dalam periode 24 jam. Pada beberapa hari, sebagian besar mata
uang asing menguat terhadap dolar (meskipun dengan derajat yang
berbeda); pada hari-hari lain, sebagian besar mata uang terdepresiasi
terhadap dolar (meskipun dengan derajat yang berbeda). Ada juga hari-hari
ketika beberapa mata uang terapresiasi sementara yang lain terdepresiasi
terhadap dolar; media keuangan menggambarkan skenario ini dengan
menyatakan bahwa "dolar dicampur dalam perdagangan."
Tabel 5.1
Perubahan Nilai Tukar & Volatilitas Mata Uang
Tabel 5.1 menunjukan perubahan nilai tukat dua mata uang yaitu $
kanada dan Euro, perubahan nilai tukar ditanpilkan pada kolom kedua dan
ke-empat. Perhatikan bahwa arah pergerakan nilai tukar kedua mata uang
tersebut dapat bertahan selama beberapa bulan berturut-turut dalam
beberapa kasus tetapi di kasus lain kasus tidak bertahan sama sekali.
Besaran pergerakannya cenderung bervariasi setiap bulannya,
meskipun kisaran persentase pergerakan selama beberapa bulan tersebut
merupakan indikator yang wajar dari kisaran persentase pergerakan di
bulan-bulan mendatang. Perbandingan pergerakan kedua mata uang ini
menunjukkan bahwa kedua mata uang ini bergerak secara independen satu
sama lain.
4. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
3
Pergerakan euro biasanya lebih besar (terlepas dari arahnya)
dibandingkan pergerakan dolar Kanada. Artinya, dari perspektif AS, euro
adalah mata uang yang lebih tidak stabil. Deviasi standar dari pergerakan
nilai tukar untuk setiap mata uang (ditampilkan di bagian bawah tabel)
menegaskan hal ini. Standar deviasi harus diterapkan pada pergerakan
persentase (bukan pada nilai nilai tukar aktual) saat membandingkan
volatilitas antar mata uang.
Dari perspektif A.S., beberapa mata uang (seperti dolar Australia,
real Brasil, peso Meksiko, dolar Selandia Baru) cenderung menunjukkan
volatilitas yang lebih tinggi daripada euro. Manajer keuangan MNC harus
memantau dengan cermat setiap volatilitas mata uang, karena mata uang
yang lebih bergejolak memiliki potensi lebih besar untuk menyimpang jauh
dari yang diharapkan dan dapat berdampak besar pada arus kas MNC.
Pengamatan terhadap pergerakan nilai tukar harian sangat penting
bagi MNC yang membutuhkan mata uang asing dalam aktivitas harian dan
menilai tingkat pergerakan selama periode tersebut. Tinjauan pergerakan
pertukaran tahunan akan lebih sesuai untuk MNC yang melakukan
perdagangan luar negeri setiap tahun dan ingin menilai kemungkinan
tingkat pergerakan setiap tahun. Banyak MNC meninjau nilai tukar
berdasarkan cakrawala jangka pendek dan jangka panjang karena MNC
berharap terlibat dalam transaksi internasional baik dalam waktu dekat
maupun jauh, (Madura & Fox, 2011).
1.2 KESEIMBANGAN NILAI TUKAR
Meskipun mudah untuk mengukur persentase perubahan nilai suatu
mata uang, namun sulit untuk menjelaskan mengapa perubahan terjadi
atau memprediksi bagaimana kurs akan berubah di masa depan. Oleh
karena itu, konsep keseimbangan kurs nilai tukar (equilibrium exchange
rate) harus dimengerti, begitu juga faktor-faktor yang memengaruhi
keseimbangan kurs, (Moffett et al., 2014).
Oleh karena itu, pada setiap kemungkinan tingkat harga pound
sterling Inggris, akan terdapat sejumlah permintaan pound sterling serta
5. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
4
penawaran pound sterling untuk dijual. Pada suatu waktu tertentu, mata
uang harus mencerminkan harga bilamana permintaan atas mata uang
tersebut setara dengan penawaran dan hal ini merupakan keseimbangan
kurs mata uang. Tentunya, kondisi ini dapat berubah sewaktu-waktu, yang
menyebabkan penyesuaian penawaran atau permintaan mata uang
tertentu dan menyebabkan pergerakan harga mata uang tersebut.
1. Permintaan Valuta Asing
Sebelum mempertimbangkan mengapa kurs mata uang berubah,
ingat bahwa kurs mata uang pada suatu waktu tertentu mencerminkan
harga mata uang tersebut. Seperti produk lain yang dijual di pasar, harga
mata uangditentukan oleh permintaan mata uang tersebut relatif terhadap
penawarannya. Untuk menjelaskan keseimbangan kurs mata uang akan
digunakan mata uang Inggris, pound sterling. Ingggris belum menggunakan
euro sebagai mata uang resmi dan tetap menggunakan pound sterling.
Gambar 5.1
Kurva Permintaan Valuta Asing
Gambar 5.1 memperlihatkan jumlah hipotetis atas permintaan pound
sterling pada setiap kemungkinan kurs mata uang. Pada suatu waktu
tertentu, hanya terdapat satu kurs mata uang. Tampilan ini memperlihatkan
kuantitas pound sterling yang diminta pada berbagai tingkatan kurs mata
uang. Tampilan ini memiliki sumbu vertikal dengan satuan dolar per pound
sterling karena yang diperjualkan adalah pound sterling. Hal ini
6. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
5
dimaksudkan agar terjadi konsistensi nilai pada sumbu vertikal dengan nilai
dari pound sterling yang diperdagangkan. Sumbu vertikal semakin tinggi
ditandai dengan nilai pound sterling semakin tinggi dibandingkan dolar AS.
Sumbu vertikal semakintinggi semakin banyak dolar yang
didapatkan untuk setiap pound sterling.Kurva permintaan bergerak turun
karena perusahaan AS akan terdorong untuk membeli pound sterling
Inggris dalam jumlah yang lebih besar ketika harganya lebih murah karena
hanya membutuhkan dolar yang lebih sedikit untuk memperoleh sejumlah
pound sterling yang diinginkan.
2. Penawaran Valuta Asing
Sampai saat ini, baru dibahas mengenai permintaan AS atas pound
sterling Inggris, namun juga perlu diperhatikan mengenai permintaan
Inggris atas dolar AS. Hal ini dinamakan penawaran pound sterling untuk
dijual karena pound sterling ditawarkan di pasar mata uang asing untuk
ditukar dengan dolar AS. Kurva penawaran pound sterling yang akan dijual
pada pasar mata uang asing dapat dibuat dengan cara yang sama dengan
kurva permintaan pound sterling. Gambar 5.2. memperhatikan jumlah
pound sterling untuk dijual terkait dengan setiap kemungkinan kurs nilai
tukar (pound sterling yang ditawarkan ke pasar uang asing untuk ditukar
dengan dolar).
Gambar 5.2
Kurva Penawaran Valuta Asing
Perhatikan dari kurva penawaran pada Gambar 5.2 bahwa terdapat
hubungan positif antara nilai pound sterling Inggris dan jumlah pound
7. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
6
sterling untuk dijual (ditawarkan), yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Jika pound sterling dinilai tinggi, konsumen dan perusahaan Inggris lebih
suka membeli barangdari AS. Oleh karena itu, mereka memasok sejumlah
besar pound sterling ke pasar untuk ditukarkan dengan dolar. Sebaliknya,
ketika nilai pound sterling rendah, pasokan pound sterling untuk dijual lebih
sedikit, mencerminkanberkurangnya keinginan Inggris untuk membeli
barang AS.
3. Keseimbangan
Penggabungan kurva permintaan dan penawaran pound sterling
inggris dapat dilihat pada Gambar 5.3 pada kurs mata uang senilai $1,50,
kuantitas pound sterling yang diminta akan melebihi penawaran pound
sterling untuk dijual. Akibatnya, bank yang melayani penukaran mata uang
akan mengalami kekurangan pound sterling pada tingkat kurs tersebut.
Pada kurs senilai $1,60, kuantitas pound sterling yang diminta lebih sedikit
dibandingkan penawaran pound sterling untuk dijual. Oleh karena itu, bank
yang melayani penukaran mata uang akan memperoleh kelebihan pound
sterling pada tingkat kurs tersebut.
Gambar 5.3
Kurva Keseimbangan Permintaan & Penawaran Valuta Asing
Sesuai Gambar 3.3. kurs keseimbangan adalah $1,55 karena pada
kurs ini jumlah pound sterling yang diminta setara dengan kuantitas
penawaran pound sterling untuk dijual.
8. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
7
Dampak Likuiditas. Untuk semua mata uang, kurs nilai tukar
diperoleh melalui transaksi pasar mata uang internasional, tetapi untuk
beberapa mata uang, proses penyesuaiannya lebih fluktuatif dibandingkan
lainnya. Likuditasmata uang memengaruhi sensitivitas kurs mata uang
untuk transaksi tertentu. Jika pasar spot suatu mata uang likuid maka kurs
nilai tukar tidak terlalu sensitif terhadap satu transaksi pembelian atau
penjualan berskala terbesar.Oleh karena itu, perubahan kurs
keseimbangan akan relatif kecil.
Dengan adanya beberapa pembeli dan penjual mata uang, transaksi
akan mudah dilakukan. Sebaliknya, jika pasar suatu mata uang tidak likuid,
kurs nilai tukarnya akan sangat sensitif terhadap satu transaksi pembelian
ataupenjualan berskala besar. Jika tidak ada cukup pembeli atau penjual
untuk memenuhi transaksi berskala besar, berarti harga mata uang harus
berubah untuk membuat keseimbangan antara permintaan dan penawaran
mata uang tersebut. Akibatnya, mata uang yang tidak likuid cenderung
memperlihatkan perubahan nilai tukar kurs yang lebih fluktuatif karena
harga keseimbangan mata uang tersebut akan berubah hanya karena
perubahan kecil pada kondisi penawaran dan permintaan.
Gambar 5.4.
Kurva Keseimbangan $US dan £ Inggris
Contoh keseimbangan. Gambar 5.4. menunjukkan pasar valuta
asing untuk pound dari sudut pandangan Amerika Serikat dalam model dua
9. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
8
negara yang disederhanakan. Perpotongan kurva permintaan pasar
Amerika Serikat untuk pound (D£) dan kurva penawaran pasar Amerika
Serikat untuk pound (S£) menentukan keseimbangan kurs tukar sebesar
$2,00 = £1 dan keseimbangan jumlah pound yang diminta dan ditawarkan
per tahun adalah £6 milyar.
D£ miring secara negatif karena pada R yang lebih rendah, Inggris
menjadi tempat yang lebih murah dan lebih menarik untuk membeli dan
menanammodal, dan dengan demikian penduduk Amerika Serikat
meningkatkan permintaannya terhadap jumlah pound yang lebih besar. Di
lain pihak, S£ biasanya miring secara positif karena pada R yang lebih
rendah maka penduduk Inggris menganggap lebih mahal untuk membeli
dan berinvestasi di Amerika Serikat.
Sebagai akibatnya, mereka membelanjakan lebih sedikit pound di
Amerika Serikat. Jika karena sesuatu alasan D£ bergeser ke atas, Amerika
Serikat akan menghadapikelebihan permintaan terhadap pound (defisit
dalam neraca pembayaran Amerika Serikat) pada keseimbangan kurs
semula. Hal ini dapat dikoreksi jika Amerika Serikat mengizinkan nilai
dolarnya menurun (yakni, R naik ke tingkat keseimbangannya yang baru).
1.3 PENENTUAN NILAI TUKAR
Nilai tukar suatu. mata uang merupakan salah satu alat untuk
menganalisis perekonomian suatu negara. Penentuan nilai tukar suatu
mata uang (excahange rate determination) dilakukan dengan suatu
pendekatan. Beberapa teori yang memberikan landasan mengenai faktor
yang menentukan nilai tukar adalah teori pendekatan perdagangan
terhadap pembentukan kurs, teori paritas daya beli terhadap pembentukan
kurs, teori moneter terhadap pembentukan kurs, teori pendekatan aset
terhadap pembentukan kurs, dan teori pendekatan keseimbangan
portofolio terhadap pembentukan kurs. Penjelasan mengenai pendekatan
tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
10. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
9
1. Klasifikasi Teori Penentuan Nilai Tukar
Gambar 5.5 memberikan gambaran umum tentang tiga aliran utama
pemikiran teoretis tentang nilai tukar. Penentu nilai tukar dipelopori oleh tiga
tiga aliran pemikiran utama yaitu: kondisi paritas, pendekatan neraca
pembayaran, dan pendekatan pasar aset dan oleh pendorong individu
dalam pendekatan tersebut, ketiga teori tersebut saling melengkapi satu
sama lain.
Gambar 5.5.
The Determinants of Foreight Exchange Rate
Penentuan nilai tukar menurut Frankel dan Gibson dilakukan melalui
Pendekatan pasar aset (assets-market view), yaitu didasarkan pada asumsi
bahwa mobilitas modal adalah sempurna (perfect capital mobility). Dengan
asumsi aset tanpa risiko, kondisi perfect capital mobility menyatakan secara
tidak langsung asumsi adanya perlindungan pada paritas suku bunga,
covered interest parity (CIP), yang dinyatakan secara matematis sebagai
berikut:
i = i* + d .....................................................................................(5.2)
dimana:
i = suku bunga bond domestik
i* = suku bunga bond non domestik
11. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
10
d = forward premium on foreign exchange
Aset tanpa risiko membuat pemilik modal dapat menempatkan
kekayaannya pada berbagai bentuk aset dengan tingkat pengembalian
yang sama dan tanpa adanya perbedaan pada suku bunga. Dengan
sendirinya terjadi perlindungan pada paritas suku bunga. Model assets-
market view dengan asumsi perfect capital mobility dapat dibagi menjadi
dua berdasarkan sifat substitusinya, yaitu perfect capital substitutability dan
imperfect capital substitutability.
Sifat perfect capital substitutability antara bond domestik dan
nondomestik mengasumsikan bahwa aset bond domestik dan nondomestik
berada pada tingkat manfaat yang sama (indifferent) sesuai dengan
komposisi dari setiap portofolio sepanjang tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected rate of return) dari dua jenis bond sama jika
diekspresikan secara numerik. Sifat ini menyatakan secara implisit tidak
adanya risk premium (berarti risiko nol, p=0), berarti tidak adanya
perlidungan atas paritas suku bunga (uncovered interest parity UIP ).
2. Purchasing Power Parity Approaches (PPP)
Teori yang paling diterima secara luas dari semua teori penentuan
nilai tukar, teori paritas daya beli (PPP) menyatakan bahwa nilai tukar
ekuilibrium jangka panjang ditentukan oleh rasio harga domestik relatif
terhadap harga kurs asing. Paritas daya beli (PPP) adalah teori nilai tukar
yang tertua dan paling banyak diikuti, dan sebagian besar teori penentuan
nilai tukar memiliki elemen PPP yang tertanam dalam frameworknya.
Teori paritas daya beli (PPP) teridir dari beberapa bagian yaitu:
Hukum Satu Harga, Paritas Daya Beli Mutlak, dan Paritas Daya Beli Relatif.
Teori Relative Purchasing Power Parity, dianggap paling relevan secara
konsisten untuk kemungkinan menjelaskan apa yang mendorong nilai
tukar. Intinya, teori ini menyatakan bahwa perubahan harga relatif antar
negara mendorong perubahan nilai tukar dari waktu ke waktu.
Misalnya, nilai tukar spot saat ini antara yen Jepang dan dolar AS
adalah ¥ 90,00 = $ 1,00, dan harga ¥ Jepang dan $US berubah masing-
12. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
11
masing sebesar 2% dan 1% selama periode mendatang, kurs spot periode
berikutnya akan menjadi ¥ 90,89 / $.
Meskipun PPP tampaknya memiliki elemen inti dari akal sehat
(common sense), PPP terbukti sangat buruk dalam memperkirakan nilai
tukar (setidaknya dalam jangka pendek hingga menengah). Masalahnya
bersifat teoritis dan empiris. Masalah teoritis terutama terletak pada asumsi
dasarnya bahwa satu-satunya hal yang penting adalah perubahan harga
relatif. Namun banyak pasokan mata uang dan kekuatan permintaan
didorong oleh kekuatan lain, termasuk insentif investasi, pertumbuhan
ekonomi, dan perubahan politik. Masalah empiris terutama dalam
memutuskan ukuran atau indeks harga mana yang akan digunakan di
berbagai negara, selain kemampuan untuk memberikan "prediksi
perubahan harga" dengan indeks yang dipilih.
3. Interest Rate Parity (CIRP/IRP)
Teori IRP menjabarkan hubungan antara nilai tukar saat ini (spot)
dan nilai tukar masa depan (forward) dengan perbedaan tingkat suku bunga
di pasar uang. IRP menyatakan bahwa “selisih antara nilai tukar masa
depan dengan nilai tukar saat ini satu mata uang terhadap mata uang
lainnya dijabarkan dalam persentase adalah sama besarnya dengan selisih
persentase tingkat bunga kedua mata uang tersebut” (Eiteman et al., 2016).
Gambar 5.6.
Interest Rate Parity (IR)
13. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
12
Berdasarkan persamaan yang terbentuk dari teori IRP,
persamaannya biasa disebut CIRP, memungkinkan seorang investor
melakukan kapitalis atas selisih bunga dua mata uang tersebut dan
melakukan hedging atas risiko mata uang dengan melakukan transaksi nilai
tukar saat ini dan nilai tukar masa depan secara bersamaan.
Berdasarkan informasi pada gambar 5.6 menunjukkan bagaimana
teori paritas suku bunga bekerja. Asumsikan bahwa seorang investor
memiliki $1.000.000 dan beberapa alternative investasi moneter yang
kompatible seperti Swiss franc (SF). Jika investor memilih untuk
berinvestasi dalam instrumen pasar uang dolar, investor akan mendapatkan
bunga dalam dolar. Ini menghasilkan (1 + i$
) di akhir periode, di mana I$
adalah suku bunga dolar dalam bentuk desimal.
Investor dapat memilih untuk berinvestasi dalam instrumen pasar
uang Swiss franc dengan risiko dan jatuh tempo yang sama untuk periode
yang sama. Tindakan ini akan mengharuskan investor menukar dolar untuk
franc dengan kurs spot, menginvestasikan franc dalam instrumen pasar
uang, menjual franc (untuk menghindari risiko perubahan nilai tukar), dan
pada akhir periode transaksi mengubah hasil kembali ke dolar.
Seorang investor berbasis dolar akan mengevaluasi pengembalian
relatif dari mulai di sudut kiri atas dan berinvestasi di pasar dolar (tepat di
seberang kotak) dibandingkan dengan berinvestasi di pasar franc Swiss
(turun dan kemudian sekitar kotak ke pojok kanan atas). Perbandingan
pengembalian akan diperoleh dengan rumus berikut:
..............................................(5.3)
Dimana:
S = Spor Rate of Echange
F = Forward Rate of exchange
Misalnya:
Kurs spot (SF1.4800 / $) dan kurs forward (SF1.4655 / $) dan suku bunga
masing-masing lihat gambar 5.6, maka cari kondisi paritas suku bunga?
14. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
13
Sisi kiri persamaan adalah laba kotor yang akan diperoleh investor
dengan berinvestasi dalam dolar. Sisi kanan adalah laba kotor yang akan
diperoleh investor dengan menukar dolar untuk franc Swiss pada kurs spot,
menginvestasikan hasil franc di pasar uang franc Swiss, dan secara
bersamaan menjual pokok plus bunga dalam franc Swiss ke depan untuk
dolar di kurs maju 90 hari saat ini.
Mengabaikan biaya transaksi, jika pengembalian dalam dolar sama
antara dua alternatif investasi pasar uang, kurs spot dan forward dianggap
sebagai IRP. Transaksi tersebut "tertutup" karena nilai tukar kembali ke
dolar dijamin pada akhir periode 90 hari. Oleh karena itu, seperti yang
ditunjukkan pada Tampilan 5.6, agar kedua alternatif tersebut sama, setiap
perbedaan suku bunga harus diimbangi dengan perbedaan antara nilai
tukar spot dan forward (dalam bentuk perkiraan):
4. Relative Purchasing Power Parity (RPPP)
Versi lain untuk purchasing power parity, yaitu relatif (atau weak),
bilamana hubungan persamaan di atas tidak selamanya sama sehingga
perlu konstanta (E) yang menyeimbangkan persamaan tersebut.
Persamaan purchasing power parity relatif menjadi:
S = E.P/P* .................................................................................(5.4)
Dalam hal ini, perhitungan purchasing power parity, yaitu. Bentuk
pengukuran PPP relatif mirip dengan konsep perhitungan bilateral
exchange rate riil bilamana perbedaan itu terletak pada penggunaan indeks
harga. Misalnya, kalau di AS harga satu stel jeans hanya naik dua kali,
sementara di Indonesia harga satu stel blue jeans adalah tiga kali, maka
kursnya (kurs PPP), akan menjadi:
15. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
14
PPP =
500.000/stel
$100
x
3
2
PPP =
500.000/stel
$100
x
3
2
= 7.500
Jadi, kurs dolar dengan rupiah pada kasus ini adalah US $ 1 = Rp7.500,-.
Gambar 5.7
Relative Purchasing Power Parity
Versi relatif purchasing power parity terutama membahas mengenai
pergerakan perubahan nilai tukar dan hubungannya dengan inflasi. Tingkat
perubahan antara nilai tukar dua negara sama dengan perbedaan antara
tingkat perubahan harga dari setiap negara:
dS/S = dP/P - dP*/P* ..................................................................(5.5)
Persamaan PPP relatif menunjukkan bahwa jika tingkat harga domestik
meningkat lebih cepat dibandingkan tingkat harga maka terjadi depresiasi
nilai tukar, vice versa. Persamaan nilai tukar riil bilateral (E) dapat diubah
menjadi:
E=S.P*/P ...................................................................................(5.6)
Jika P adalah indeks harga barang (WPI) di dalam negeri, P* adalah
harga barang (WPI) di luar negeri, dan S; adalah nilai tukar nominal (rasio
16. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
15
harga dalam mata uang domestik untuk setiap satu unit harga mata uang
non-domestik). Nilai tukar riil int mengukur tingkat kompetitif antar negara.
Apresiasi nilai tukar (E turun) disebabkan oleh apresiasi nilai tukar nominal
(S), kenaikan P* atau turunnya P, berhubungan dengan menurunnya tingkat
kompetitif, vice versa. Dalam hal ini, S.P* adalah harga barang luar negeri
dalam satuan mata uang domestik, dan P adalah harga barang domestik.
Jika harga relatif barang luar negeri meningkat (yaitu SP* meningkat)
maka konsumen akan berpindah dari mengonsumsi barang luar negeri
menjadi mengonsumsi barang domestik karena harga barang luar negeri,
yaitu barang impor menjadi mahal, (Eiteman et al., 2016). Dua kesimpulan
umum dapat diambil: (1) PPP bertahan dengan baik dalam jangka sangat
panjang tetapi buruk untuk periode waktu yang lebih pendek; dan (2) Teori
ini berlaku lebih baik untuk negara-negara dengan tingkat inflasi yang relatif
tinggi dan pasar modal yang belum berkembang.
5. Hukum Satu Harga
Dalam kaitan penentuan nilai tukar riil terdapat beberapa
pengukuran berdasarkan konsep purchasing power parity, yaitu bentuk
pengukuran PPP absolut dan PPP relatif. Versi absolut berdasarkan
“hukum satu harga” dapat dijelaskan sebagai berikut:
P1 = SP1* ...................................................................................(5.7)
Dilamana:
P1 = harga dari barang di dalam negeri
P1* = harga dari barang di luar negeri
S = nilai tukar (rasio harga dalam mata uang domestik untuk setiap
satu unit harga mata uang non-domestik).
Contoh, harga satu stel blue jean (jaket plus celana) di AS adalah US $ 50,
dan di Indonesia sebesar Rp500.000,- maka kurs antara US $ dengan
Rupiah ?
Jadi, kurs tersebut didasarkan pada perbandingan Purchasing Power Parity
(PPP) sebagai berikut:
17. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
16
PPP =
500.000/stel
$50/stel
= 10.000
1.4 FAKTOR-FAKTOR PENENTU NILAI TUKAR
Kurs mata uang pada suatu waktu akan mencerminkan harga mata
uang tersebut. Pada dasarnya, harga mata uang ditentukan oleh
permintaan mata uang tersebut relatif terhadap penawarannya. Kurs
keseimbangan nilai tukar akan berubah sepanjang waktu karena
perubahan kurva permintaan dan penawaran. Oleh karenanya, pada setiap
kemungkinan tingkat harga $US maka akan terdapat sejumlah permintaan
$US serta penawaran $US untuk dijual. Peneliti dan pengamat ekonomi
saat ini mengetahui bahwa fluktuasi nilai tukar ditentukan oleh berbagai
faktor yang dapat diamati melalui kajian analisis statistik dananalisis
deskriptif.
Dengan mengetahui faktor-faktornya, manajer keuangan
perusahaan internasional (MNC) dapat memperkirakan pergerakan nilai
tukar akibat dari berubahnya faktor penentu nilai tukar tersebut. Berikut ini
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar kata uang asing yang
dapat mempengaruhi perusahaan multinasional. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi nilai tukar dapat dicari dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
...............................................(5.8)
Dimana:
1. Tingkat inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus
dan persisten dari suatu perekonomian. Kenaikan harga satu atau dua
barang tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan harga tersebut meluas
18. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
17
kemana-mana. Kenaikan dalam harga-harga rata-rata seluruh barang dan
jasa dalam perekonomian harus dibedakan dari kenaikan harga relatif dari
barang-barang secara individual.
Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu demand-pull inflation dan cost-push inflation. Dilihat dari segi
efek yang ditimbulkannya, demand-pull inflation menyebabkan peningkatan
output atau total jumlah barang dan jasa. Sebaliknya, cost-push inflation
menyebabkan penurunan output atau jumlah barang dan jasa. Besarnya
peningkatan atau penurunan output tersebut tergantung dari nilai
pengganda (multiplier). Inflasi di Indonesia diukur berdasarkan penggunaan
berbagai indicator walaupun sebagaimana dibanyak negara lainnya, indeks
harga konsumen lebih sering menjadi basis perhitungan inflasi tersebut.
Indeks harga konsumen mengukur perkembangan harga barang dan
jasa di daerah perkotaan bilamana banyaknya barang tergantung pada kota
dan tahun dasar. Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik
dalam bentuk barang maupun jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar
valuta asing sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap
harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi
pergerakan kurs valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang
Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang
Amerika juga menjadi lebih tinggi sehingga otomatis permintaan terhadap
produk relatif mengalami penurunan.
Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik
nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai. Itulah mengapa tingkat inflasi
berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah
pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya. Penyusutan inflasi
uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk
menjatuhkan nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negara-
negara bilamana tingkat inflasi yang lebih rendah. Perubahan pada tingkat
inflasi relatif dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional,
yang dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu mata uang
dan karenanya akan mempengaruhi nilai tukar.
19. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
18
Peningkatan inflasi di Indonesia akan menyebabkan peningkatan
permintaan atas barang Singapore, dan akan menyebabkan peningkatan
permintaan akan dolar Singapore. Di sisi lain, peningkatan inflasi di
Indonesia akan mengurangi keinginan Singapore untuk membeli produk
Indonesia dan akan mengurangi penawaran dolar Singapore untuk dijual.
(Yulianti & Prasetyo, 2015)
2. Aktifitas Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai
tukar,dengan demikian, neraca pembayaran aktif meningkatkan mata uang
nasional dengan meningkatnya permintaan dari debitur asing. Saldo
pembayaran yang pasif menyebabkan kecenderungan penurunan nilai
tukar mata uang nasional sebagai seorang debitur dalam negeri mencoba
untuk menjual semuanyamenggunakan mata uang asing untuk membayar
kembali kewajiban eksternal.
Ukuran dampak neraca pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh
tingkat keterbukaan ekonomi. Contoh, efek dari perubahan tarif,
pembatasan impor, kuota perdagangan, subsidi ekspor berdampak pada
neraca perdagangan. Ketika keseimbangan positif dalam perdagangan ada
di muka terdapat peningkatan permintaan untuk mata uang negara yang
meningkatkan laju, dan dalam hal keseimbangan negatif proses sebaliknya
terjadi. Pergerakan modal jangka pendek dan jangka panjang bergantung
pada tingkat suku bunga domestik, pembatasan atau mendorong impor,
dan ekspor modal.
3. Perbedaan suku bunga di berbagai negara
Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi
arus modal internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan
merangsang masuknya modal asing Itulah sebabnya di negara dengan
modal lebih tinggi tingkat suku bunga masuk, permintaan untuk
meningkatkan mata uang, dan itu menjadi mahal. Pergerakan modal,
terutama spekulatif “uang panas” meningkatkan ketidakstabilan neraca
pembayaran.
20. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
19
Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar
uang. Ketika melakukan transaksi, bank akan mempertimbangkan
perbedaan suku bunga di pasar modal nasional dan global dengan
pandangan yang berasal dari laba. MNC lebih memilih untuk mendapatkan
pinjaman lebih murah di pasar uang asing, bilamana tingkat lebih rendah,
dan tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat bunga
yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal suku bunga di suatu negara
menurunkan permintaan untuk mata uang domestik sebagai tanda terima
kredit yang mahal untuk bisnis.
Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan biaya
produk yang pada gilirannya, menyebabkan tingginya harga barang dalam
negeri. Hal ini relatif mengurangi nilai mata uang nasional terhadap satu
negara. Contoh, suku bunga Indonesia meningkat sementara suku bunga
Singapore relatif tetap. Dengan kondisi tersebut, investor Indonesia
memiliki kemungkinan untuk mengurangi permintaannya atas dolar
Singapore, karena suku bunga di Indonesia lebih menarik.
Selain tingkat bunga nominal, tingkat bunga riil dapat digunakan
untuk mengukur dampak perubahan terhadap kurs mata uang, tingkat
bunga riil dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
Real interest rate = Nominal interest rate - Inflation rate ............(5.9)
Apabila laju inflasi antar negara sama, maka arah pengaruh perubahan
tingkat bunga riil akan sama dengan perubahan pada tingkat bunga
nominal.
4. Tingkat pendapatan relatif
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam
pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap
harga-harga luar negeri. Oleh karena pendapatan mempengaruhi jumlah
akan permintaan barang impor maka tingkat pendapatan juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi nilai tukar. Laju pertumbuhan
pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang
21. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
20
asing, sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan
permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia.
Asumsikan bahwa tingkat pendapatan A.S. meningkat secara
substansial sementara tingkat pendapatan Inggris tetap tidak berubah.
Pertimbangkan dampak skenario ini pada (1) jadwal permintaan pound, (2)
jadwal penawaran pound untuk dijual, dan (3) nilai tukar ekuilibrium.
Pertama, jadwal permintaan untuk pound akan bergeser ke luar, yang
mencerminkan peningkatan pendapatan AS dan peningkatan permintaan
untuk barang-barang Inggris. Kedua, jadwal pasokan pound untuk dijual
diperkirakan tidak akan berubah. Oleh karena itu, nilai tukar ekuilibrium
pound harus naik, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.8
Gambar 5.8
Dampak Kenaikan Tingkat Pendapatan A.S. pada Nilai Ekuilibrium Pound
Inggris
5. Kontrol pemerintah
Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi keseimbangan nilai
tukar dalam berbagai hal termasuk:
▪ usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing;
▪ usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negert;
▪ melakukan intervensi di pasar uang, yaitu dengan menjual dan
membeli mata uang.
22. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
21
Pemerintah juga dapat mempengaruhi nilai tukar dengan cara:
▪ mengenakan batasan atas pertukaran mata uang asing;
▪ mengenakan batasan atas perdagangan asing;
▪ mencampuri pasar mata uang asing (membeli atau menjual mata
uang);
▪ mempengaruhi variabel makro, seperti inflasi, suku bunga, dan
tingkat pendapatan.
Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah:
▪ untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik
yang bersangkutan;
▪ untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas
yang ditentukan;
▪ tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara;
▪ berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku
bunga, dan tingkat pendapatan
6. Ekspektasi
Faktor terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah
ekspektasi nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang
lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki
dampak ke depan. Sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya
inflasi di AS mungkin dapat menyebabkan pedagang valas menjual dolar
karena memperkirakan nilai dolar akan menurun di masa depan. Reaksi
langsung akan menekan nilai tukar dolar dalam pasar.
7. Interaksi Faktor
Transaksi dalam pasar mata uang asing memfasilitasi baik arus
perdagangan maupun keuangan. Transaksi mata uang asing_terkait
perdagangan biasanya tidak terlalu bereaksi terhadap berita tertentu.
Namun, transaksi arus modal sangat resportsif terhadap berita karena
keputusan untuk mempertahankan sekuritas dalam mata uang tertentu,
seringkali berganti pada antisipasi perubahan nilai mata uang tersebut.
23. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
22
Seringkali faktor yang terkait perdagangan maupun keuangan berinteraksi
dan memengaruhi pergerakan mata uang secara simultan.
8. Contoh Ilustrasi
Kenaikan tingkat pendapatan seringkali menyebabkan prediksi akan
peningkatan suku bunga. Jadi, sekalipun kenaikan pendapatan dapat
menyebabkan jumlah impor yang lebih besar, namun kenaikan ini secara
tidak langsung menarik lebih banyak arus masuk modal (dengan asumsi
suku bunga meningkat). Oleh karena arus masuk keuangan yang
menguntungkan ini dapat menutup arus keluar perdagangan karena impor,
kenaikan tingkat pendapata sering kali diharapkan akan menguatkan mata
uang lokal.
Gambar 5.9
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Kurs Mata Uang
Gambar 5.9 memisahkan arus pembayaran antarnegara menjadi
dua bagian yaitu perdagangan dan keuangan serta menggambarkan faktor-
faktor yang memengaruhi arus tersebut. Selama suatu periode tertentu,
beberapa faktor mungkin membuat nilai mata uang asing terdorong naik,
namun faktor lain membuat nilai mata uang tertekan turun. Contoh,
asumsikan dua peristiwa berikut terjadi secara simultan: (1) kenaikan inflasi
AS secara tiba-tiba dan (2) kenaikan suku bunga AS secara tiba-tiba. Jika
perekonomian Inggris relatif tidak berubah maka kenaikan inflasi AS akan
24. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
23
memberikan tekanan yang meningkatkan nilai pound sterling sementara
peningkatan suku bunga AS akan menekan turun nilai pound sterling.
Sensitivitas kurs nilai tukar terhadap faktor-faktor tersebut
tergantung dari volume transaksi internasional antara kedua negara. Jika
kedua negara terlibat dalam perdagangan internasional dalam volume
besar, namun dengan arus modal internasional dalam volume kecil maka
dampak tingkat inflasi relatif akan lebih besar. Namun, jika volume arus
modal kedua negara berjumlah besar maka dampak fluktuasi tingkat suku
bunga tidak terlalu besar. Contoh, asumsikan bahwa Morgan Co., MNC AS,
biasanya membeli perlengkapan dari Venezuela dan Jepang, dan
karenanya ingin meramalkan arah perubahan mata uang bolivar Venezuela
dan yen Jepang. Analis keuangan Morgan telah mengembangkan prediksi
kondisi ekonomi selama setahun sebagai berikut:
Tabel 5.2
Perubahan Nilai Tukar Berbagi Negara
Faktor AS Venezuela Jepang
Perubahan
Suku Bunga
-1% -2% -4%
Perubahan
Inflasi
+2% -3% -6%
Asumsi bahwa volume perdagangan internasional AS dan
Venezuela dalam jumlah besar, tetapi hanya melibatkan transaksi arus
modal yang minimal. Juga asumsikan bahwa AS dan Jepang terlibat hanya
memiliki volume perdagangan internasional relatif sedikit, tetapi melakukan
transaksi arus modal yang relatif sering. Bagaimana seharusnya prediksi
Morgan I terkait dengan nilai bolivar Venezuela dan yen Jepang di masa
depan? Bolivar akan sangat terpengaruh oleh faktor terkait perdagangan
karena Venezuela diasumsikan melakukan perdagangan dalam volume
besar dengan AS.
Prediksi perubahan inflasi akan membuat tekanan yang
meningkatkan nilai-nilai bolivar. Suku bunga hanya filkan sedikit
memengaruhi bolivar karena transaksi arus modal yang relatif jarang antara
25. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
24
AS dan Venezuela. Yen Jepang sangat dipengaruhi oleh suku bunga
karena diasumsikan Jepang memiliki transaksi arus modal besar dengan
AS. Perubahan suku bunga yang diperkirakan akan menekan turun nilai
yen. Perubahan inflasi diperkirakan tidak terlalu memengaruhi yen karena
perdagangan antara kedua negara diasumsikan tidak sering terjadi. Arus
modal telah meningkat seiring waktu dan dapat mudah mengacaukan arus
perdagangan.
Oleh karena alasan ini, hubungan antarfaktor (seperti inflasi dan
pendapatan) yang memengaruhi perdagangan dan kurs mata uang tidak
sekuat yang diharapkan. Pemahaman mengenai kurs keseimbangan tidak
memastikan ramalan kurs mata uang yang akurat karena ramalan ini
sebagian tergantung dari bagaimana perubahan faktor yang memengaruhi
kurs mata uang di masa depan. Meskipun para analis memahami
bagaimana pengaruh faktof-faktor tersebut terhadap kurs mata uang,
mereka tidak dapat memprediksi bagaimana faktor tersebut akan berubah.
1.5 LATIHAN SOAL
1.6 QUIZ
DAFTAR PUSTAKA
26. STIE Indonesia Membangun (inaba)
www.inaba.ac.id
1
DAFTAR PUSTAKA
Eiteman, D. K., Stonehill, A. I., & Moffett, M. H. (2016). Multinational
Business Finance Global Edition (14th ed.). Pearson Education
Limited.
Madura, J. (2014). International Financial Management (12th ed.).
Cengage Learning.
Madura, J., & Fox, R. (2011). International Financial Management Second
edition (2nd ed.). Cengage Learning EMEA.
Moffett, M. H., Stonehill, A. I., & Eiteman, D. K. (2014). Fundamentals Of
Multinational Finance (13th ed.). Pearson.
Yulianti, S. H., & Prasetyo, H. (2015). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Internasional (2nd ed.). Andi Offset (Penerbit ANDI).