MK memiliki peran sebagai pelindung demokrasi, hak asasi manusia, dan penafsir konstitusi. MK berkedudukan sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman. Karakteristik hukum acara MK menerapkan konvergensi kepastian dan fleksibilitas serta didasarkan pada UUD 1945. Asas-asas yang diterapkan antara lain persidangan terbuka, hakim aktif, dan putusan bersifat final serta mengikat.
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnFenti Anita Sari
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi dari pada negara. Organisasi negara mencakup bagaimana kedudukan organisasi dalam negara, hubungan, hak dan kewajiban serta tugas-tugasnya masing-masing.
Pengertian yang dibuat oleh Scholten ini mengandung kelemahan karena tidak mencakup ketentuan mengenai Hak Asasi Manusia serta ketentuan mengenai Kewarganegaraanya.
PELAKSANAAN
PUTUSAN/EKSEKUSI HAKIM
*Pelaksanaan putusan /eksekusi adalah putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan. . Dan putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) . Putusan yang sudah berkekuatan tetap adalah putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum verzet, banding, dan kasasi.Pengadilan Agama sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman dapat melaksanakan segala putusan yang dijatuhkannya secara mandiri tanpa harus melalui bantuan Pengadilan Negeri. Hal ini berlaku setelah ditetapkannya UU No. 7/1989
*Dan sebagai akibat dari ketentuan UU Peradilan Agama diatas adalah:
a. Ketentuan tentang eksekutoir verklaring dan pengukuhan oleh Pengadilan Negeri dihapuskan
b. Pada setiap Pengadilan Agama diadakan Juru Sita untuk dapat melaksanakan putusan-putusannya
Pelaksanaan putusan hakim dapat Secara sukarela,atau Secara paksa dengan menggunakan alat Negara, apabila pihak terhukum tidak mau melaksanakan secara sukarela.Semua keputusan pengadilan mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dilaksanakan secara paksa oleh alat-alat Negara. Keputusan pengadilan bersifat eksekutorial adalah karena pada bagian kepala keputusannya berbunyi:
“ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ”.
*Sesuai dengan ketentuan pasal 178 HIR, pasal 189 Rbg, apabila pemeriksaan perkara selesai, majlis hakim karena jabatannya melakukan musyawarah untuk mengambil putusan yang akan dijatuhkan. Proses pemeriksaan dianggap selesai, apabila telah menempuh tahap jawaban dari tergugat sesuai dengan pasal 121 HIR, pasal 113 RV yang dibarengi dengan replik dari penggugat berdasarkan pasal 115 RV, maupun duplik dari tergugat dan dilanjutkan dengan tahap pembuktian dan konklusi. Jika semua tahap ini telah dselesaikan maka majelis mengatakan pemeriksaan ditutup dan proses selanjutnya adalah manjatuhkan pengucapan putusan.
*JENIS-JENIS PELAKSANAAN PUTUSAN
1). Putusn yang mengukum satu pihak untuk membayar sejumlah uang. Hal ini diatur dalam pasal 196 HIR, pasal 208 RBg.
2). Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk melaksanakan suatu perbuatan. Hal ini diatur dalam pasal 225 HIR, pasal 259 RBg.
3). Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk mengosongkan suatu benda tetap, yang disebut dengan eksekuduriil. Hal ini diatur dalam pasal 1033 Rv.
4). Eksekusiriil dalam bentuk penjualan lelang. Hal ini diatur dalam pasal 200 ayat (1) HIR, pasal 218 ayat (2) RBg.
*MACAM2 PUTUSAN HAKIM
Ada 2 golongan putusan hakim yaitu
1). Putusan akhir
2). Putusan sela.
Putusan Akhir
Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam suatu tingkatan peradilan tertentu.
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnFenti Anita Sari
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi dari pada negara. Organisasi negara mencakup bagaimana kedudukan organisasi dalam negara, hubungan, hak dan kewajiban serta tugas-tugasnya masing-masing.
Pengertian yang dibuat oleh Scholten ini mengandung kelemahan karena tidak mencakup ketentuan mengenai Hak Asasi Manusia serta ketentuan mengenai Kewarganegaraanya.
PELAKSANAAN
PUTUSAN/EKSEKUSI HAKIM
*Pelaksanaan putusan /eksekusi adalah putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan. . Dan putusan pengadilan yang dapat dilaksanakan adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) . Putusan yang sudah berkekuatan tetap adalah putusan yang sudah tidak mungkin lagi dilawan dengan upaya hukum verzet, banding, dan kasasi.Pengadilan Agama sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman dapat melaksanakan segala putusan yang dijatuhkannya secara mandiri tanpa harus melalui bantuan Pengadilan Negeri. Hal ini berlaku setelah ditetapkannya UU No. 7/1989
*Dan sebagai akibat dari ketentuan UU Peradilan Agama diatas adalah:
a. Ketentuan tentang eksekutoir verklaring dan pengukuhan oleh Pengadilan Negeri dihapuskan
b. Pada setiap Pengadilan Agama diadakan Juru Sita untuk dapat melaksanakan putusan-putusannya
Pelaksanaan putusan hakim dapat Secara sukarela,atau Secara paksa dengan menggunakan alat Negara, apabila pihak terhukum tidak mau melaksanakan secara sukarela.Semua keputusan pengadilan mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dilaksanakan secara paksa oleh alat-alat Negara. Keputusan pengadilan bersifat eksekutorial adalah karena pada bagian kepala keputusannya berbunyi:
“ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ”.
*Sesuai dengan ketentuan pasal 178 HIR, pasal 189 Rbg, apabila pemeriksaan perkara selesai, majlis hakim karena jabatannya melakukan musyawarah untuk mengambil putusan yang akan dijatuhkan. Proses pemeriksaan dianggap selesai, apabila telah menempuh tahap jawaban dari tergugat sesuai dengan pasal 121 HIR, pasal 113 RV yang dibarengi dengan replik dari penggugat berdasarkan pasal 115 RV, maupun duplik dari tergugat dan dilanjutkan dengan tahap pembuktian dan konklusi. Jika semua tahap ini telah dselesaikan maka majelis mengatakan pemeriksaan ditutup dan proses selanjutnya adalah manjatuhkan pengucapan putusan.
*JENIS-JENIS PELAKSANAAN PUTUSAN
1). Putusn yang mengukum satu pihak untuk membayar sejumlah uang. Hal ini diatur dalam pasal 196 HIR, pasal 208 RBg.
2). Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk melaksanakan suatu perbuatan. Hal ini diatur dalam pasal 225 HIR, pasal 259 RBg.
3). Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk mengosongkan suatu benda tetap, yang disebut dengan eksekuduriil. Hal ini diatur dalam pasal 1033 Rv.
4). Eksekusiriil dalam bentuk penjualan lelang. Hal ini diatur dalam pasal 200 ayat (1) HIR, pasal 218 ayat (2) RBg.
*MACAM2 PUTUSAN HAKIM
Ada 2 golongan putusan hakim yaitu
1). Putusan akhir
2). Putusan sela.
Putusan Akhir
Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri suatu sengketa atau perkara dalam suatu tingkatan peradilan tertentu.
Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil
powerpoint mengenai hukum perusahaan yang meliputi pengertian, dasar huku, perusahaan perseorangan dan persekutuan perdata, dan jenis-jenis dari badan usaha
Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil
powerpoint mengenai hukum perusahaan yang meliputi pengertian, dasar huku, perusahaan perseorangan dan persekutuan perdata, dan jenis-jenis dari badan usaha
Tugas Dan Wewenang MA, MK, KY Dikaitkan Dengan Undang-Undang Republik Indone...Fenti Anita Sari
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM. untuk menjamin tercapainya cita-cita dan hrjuan nasional sebagaimana termaktu-b dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pemilihan umum untuk T"m+! anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil pr-iiden, dan untuk memilih anggota Dewan perwakilan Rakyat Daerah, sebagai sarana perwqludan kedaulatan ralgrat untuk menghasilkan wakil rakyat dan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan pancasila dan Undan!-Undani Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa. diperlukan pengaturan pemilihan umum sebagai perwujudan sistem ketatanegaraan yang demokratis dan berintegritas demi menjamin konsiitensi dan kepastian hukum serta pemilihan umum yang efektif dan efisien; bahwa pemilihan umum wajib menjamin tersalurkannya suara rakyat secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujrir, dan adil;
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaFRANKLYN_SS
Hasil kerja kelompok pada mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum, Spesialisasi Kebendaharaan Negara, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun 2014 tentang HAKIKAT PENEGAKAN HUKUM, APARAT PENEGAKAN HUKUM, DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
Kumpulan putusan uji materi UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi terdiri dari Putusan MK No. 002/PUU-I/2003, Putusan MK No. 20/PUU-V/2007, dan Putusan MK No. 36/PUU-X/2012.
1. MK & KARAKTERISTIK
HUKUM ACARA MK
Disampaikan dalam Bimbingan Teknis Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Bogor, 16 Juni
2021
Oleh : Dr. Khairul Fahmi
Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Andalas
2. KEDUDUKAN MK
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.
MK BERKEDUDUKAN SEBAGAI SALAH SATU PELAKU
KEKUASAAN KEHAKIMAN DISAMPING MAHKAMAH AGUNG.
Pasal 24A Ayat (2) UUD 1945
3. Fungsi MK
Pelindung demokrasi (the protector of
democracy)
02
Pelindung hak asasi manusia (the
protector of human rights)
03
Penafsir final konstitusi (the final
interpreter of the constitution)
04
Mengawal Konstitusi (the guardian of
the constitution)
01
Pelindung hak konstitusional WN (the
protector of the citizen’s constitutional
rights)
05
Pengawal ideologi negara (the guardian
of state ideology)
06
4. Wewenang & Kewajiban MK
Memutus sengketa kewenangan LN
yang kewenangannya diberikan oleh
UUD
Menguji UU
Terhadap UUD
Memutus
Perselisihan
hasil Pemilu
Memutus Pembubaran
Partai Politik
Sesuai Pasal 24C
ayat (1) dan ayat (2)
UUD 1945
Memberi putusan atas pendapat
DPR mengenai dugaan
pelanggaran hukum oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden
5. Struktur & Mekanisme Kerja MK
MK memiliki 9 hakim konstitusi yang ditetapkan
oleh Presiden (Pasal 24C ayat (3) UUD 1945)
Sidang Pleno MK harus dengan 9 hakim MK,
dalam keadaan luar biasa dengan 7 hakim
konstitusi.
Panel Hakim Konstitusi terdiri dari sekurang-
kurangnya 3 (tiga) hakim konstitusi untuk
melakukan pemeriksaan dan hasilnya di
bahas dalam sidang pleno.
Dewan Etik → menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat dan Kode
Etik Hakim MK (PMK No. 2/2014)
6. Konvergensi kepastian
dan fleksibilitas dalam
penerapan hukum acara.
Sekalipun terdapat
Peraturan terkait
Pedoman Beracara, MK
memutus perkara
merujuk pada UUD 1945
sesuai fungsi MK.
Karakteristik Hukum Acara MK
7. Asas-asas Hukum Acara MK
Persidangan
Terbuka Untuk
Umum
(Pasal 40 UU MK)
Audi et alteram
partem
Hakim aktif
Praesumtio
iusta causa
(Pasal 58 UU
MK)
- Self Implemeting/
executing
Ius Curia Novit
(Pasal 10 UU KK)
Independen &
Imparsial
(Pasal 2 UU MK)
Tidak ada
keharusan
didampingi
(Pasal 43 UU MK)
Peradilan cepat,
sederhana dan
biaya murah (Pasal
35A UU MK)
- Asas Final dan
mengikat
- Erga Omnes
- Nebis in idem (Pasal
60 UU MK)
8. Ius Curia Novit
Simple PowerPoint Presentation
- Pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa, mengadili dan
memutus suatu perkara, karena
pengadilan mengetahui hukumnya
(de rechtbank kent het recht)
- Asas ini berlaku dalam peradilan
MK terkait batas wewenang yang
dimiliki MK sesuai UUD 1945.
9. Persidangan Terbuka Untuk Umum
- Asas ini menghendaki agar semua
persidangan MK dapat diikuti oleh publik,
sehingga hakim bisa bertindak lebih
objektif.
- Asas ini tidak menutup ruang
dilaksanakannya sidang secara tertutup
untuk alasan tertentu seperti alasan
kesusilaan.
10. Berperkara Tidak Harus
Didampingi
Pasal 43 UU MK
Dalam pemeriksaan persidangan, pemohon
dan/atau termohon dapat didampingi atau diwakili
oleh kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus
untuk itu.
11. Independen dan Imparsial
- Independensi lembaga peradilan diartikan
bahwa lembaga peradilan tidak boleh
diintervensi oleh lembaga atau kepentingan
apa pun.
- Peradilan dan hakim bersikap imparsial
bermakna bahwa dalam memeriksa perkara
hakim tidak boleh memihak kepada salah satu
pihak yang berperkara.
12. Audi Et Alteram Partem
✓ Para pihak memiliki hak untuk didengar
secara seimbang.
✓ Hak untuk didengar secara seimbang
berlaku untuk semua pihak yang terkait
dan memiliki kepentingan dengan
perkara yang sedang disidangkan →
Jadi, bukan hanya sebatas berlaku bagi
pihak-pihak yang saling berhadapan.
13. Hakim Aktif dalam
Persidangan
✓ Hakim tidak akan memeriksa, mengadili,
dan memutus sesuatu sebelum
disampaikan oleh pemohon ke pengadilan.
✓ Dalam perkara yang menyangkut
kepentingan individual, hakim cenderung
pasif, sebaliknya dalam perkara yang
banyak menyangkut kepentingan umum,
hakim cenderung aktif.
14. - Asas ini berkaitan erat dengan prinsip
equality before the law.
- Dengan asas ini, maka proses peradilan di
MK dapat diakses oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Peradilan Cepat, Sederhana dan Tanpa
Dipungut Biaya
15. Praduga Keabsahan
- Asas ini bermakna bahwa
keputusan/tindakan penguasa dianggap
sah sesuai aturan hukum sampai ada
pembatalannya.
- Apabila ada upaya hukum untuk
melakukan pembatalan
keputusan/tindakan dimaksud, maka
keputusan/tindakan tersebut tetap
berlaku walaupun sedang dalam proses
pembatalan.
16. Final & Mengikat, Erga Omnes dan
Nebis in Idem
Final & Mengikat → Putusan merupakan akhir dari semua
proses pemeriksaan dan ia memiliki kekuatan yang
menyatukan semua kehendak dan tidak dapat dibantah lagi
→ Putusan MK memiliki kekuatan hukum pada saat selesai
dibacakan.
Erga Omnes → putusan hakim MK harus ditaati oleh
semua orang. Putusan MK tidak hanya berlaku bagi orang
yang berperkara, tetapi juga bagi seluruh rakyat.
Nebis In Idem → Terhadap materi muatan ayat, pasal,
dan/atau bagian dalam undang-undang yang telah diuji,
tidak dapat dimohonkan pengujian kembali (Pasal 60 UU
MK).
17. Self Implementing/Executing
- Pertama kali istilah self implementing muncul dalam
Putusan MK No. 102/PUU/VII/2009.
.....maka demi keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan hukum, Mahkamah
memutuskan dalam Putusan yang bersifat self executing yang langsung dapat diterapkan
oleh KPU tanpa memerlukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu)
guna melindungi, menjamin, dan memenuhi hak konstitusional warga negara untuk
menggunakan hak pilihnya.
- Putusan MK bisa mengeksekusi dengan sendirinya.
- Putusan MK tidak disertai dengan instrumen yang
dapat memaksakan pelaksanaannya.
- Implementasi putusan MK menekankan pada self-
respect dan kesadaran hukum pihak-pihak yang
terkait dengan putusan.
18. Sumber Hukum Formil Acara MK
- UUD 1945
- UU No. 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
- UU no. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
- UU Nomor 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
- UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu
- UU Nomor 2/2008 jo UU No 2/2011 tentang Partai
Politik
- UU Nomor 10/2016 tentang Pilkada
- Peraturan-peraturan MK