SlideShare a Scribd company logo
HydroBuddy V.1.62 Software Credit To : Dr. Daniel Fernandez PhD - http://scienceinhydroponics.com
Aspek Legal Nutrisi
Harus berhati-hati dalam memilih suplier bahan baku Nutrisi Hidroponik,
karena peracik Nutrisi Hidroponik bisa dijerat dengan peraturan berikut :
1. Pasal 1 Subsider 3E, dan Pasal 6 ayat 1 huruf B Undang Undang No. 7 Tahun
1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi.
2. Pasal 4 huruf A jungto Pasal 8 ayat 1 Perpu No. 8 Tahun 1962 tentang
Pengawasan Barang-Barang yang Kaitannya untuk Kestabilan Ekonomi.
3. Pasal 19 ayat 1, Pasal 21 ayat 1, Permendag No. 15 Tahun 2013 tentang
Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi.
4. Pasal 120 ayat 1 dan 2, Undang Undang No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian.
5. Pasal 62 ayat 1 juncto pasal 8 ayat 1 huruf i Undang Undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen.
6. Pasal 60 Ayat 1 Huruf F juncto Pasal 37 ayat 1 Huruf E Undang Undang No.
12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
7. Pasal 113 Undang Undang No. 7 Tahun 2012 tentang Perdagangan.
Hydrobuddy
Memulai Menggunakan Hydrobuddy
BAGAIMANA MENGISI
ANGKA-ANGKA ELEMEN
DALAM HYDROBUDDY ???
PRAKTEK MENGHITUNG
NUTRISI SAYURAN DAUN
Seputar Air Baku
AIR
BAKU
Keasaman
(pH)
Butiran Padat
Terlarut (TDS)
Suhu Air
Kekerasan Air
(Permanent
Hardness)
Kesadahan
Sementara
(Alkalinity) Oksigen Terlarut
(Dissolved
Oxygen)
Besi Tidak
Larut (Anaerob
Fe)
Salinitas
dan
Sodisitas
Seputar Air Baku
1. Keasaman Air (pH)
pH air baku sangat mempengaruhi penyerapan nutrisi oleh akar tanaman.
Dalam hidroponik, range pH yang digunakan adalah 5,5 – 6,2. pH adalah
bilangan Logaritma, turun naik 1,0 artinya 2X lipat.
Seputar Air Baku
2. Kandungan Butiran Padat Terlarut (TDS)
Kandungan Butiran Padat Terlarut atau Total Dissolved Solid (TDS)
yang terkandung dalam air baku tidak kasat mata karena sifatnya
larut sempurna. Meskipun jumlahnya bisa diukur dengan TDS
Meter, tetapi komposisinya hanya bisa diketahui melalui uji
Laboratorium.
Komposisi yang tidak diketahui inilah yang dikhawatirkan akan
mengacaukan komposisi hara dalam nutrisi. Sebagai langkah
kompromi, air baku yang masih bisa dipakai untuk digunakan
menjadi larutan nutrisi hidroponik maksimal adalah 100 ppm.
Lebih kecil lebih bagus.
Seputar Air Baku
3. Suhu Air
Karena larutan nutrisi hidroponik tersusun dari air + garam-garam
kimia, maka suhu yang ekstrim, entah itu terlalu rendah atau terlalu
tinggi, selalu akan membawa masalah bagi komposisi nutrisi itu
sendiri. Suhu air baku yang akan menjadi larutan nutrisi yang dipakai
dalam hidroponik idealnya berada dalam range 23 – 30 derajat
Celcius.
4. Oksigen Terlarut (DO)
Konsentrasi Oksigen terlarut atau Dissolved Oksigen (DO) di dalam
air larutan nutrisi hidroponik, berbanding terbalik dengan Suhu Air.
Semakin tinggi suhu, makin rendah DO-nya. Tumbuhan memerlukan
Oksigen terlarut untuk respirasi Aerob di akar, karena itu konsentrasi
DO idealnya minimal 7,5 ppm pada suhu air 30 derajat Celcius.
Seputar Air Baku
5. Kekerasan Air (Permanent Water Hardness)
Kekerasan Air disebabkan karena kandungan senyawa ikatan
Karbonat dengan Logam Alkali Tanah seperti CaCO3 dan MgCO3 di
dalam air. Ketika terpecah, maka akan terbentuk ion bermuatan
positif (Kation) Ca2+ dan Mg2+ serta ion bermuatan negatif (Anion)
CO3
2- (Karbonat) dan HCO3
- (Bikarbonat). Kandungan Karbonat
tinggi sering dicirikan dengan pH air baku yang tinggi, karena
Karbonat merupakan buffer pH, pembawa sifat Basa. Ca2+ dan
Mg2+ membentuk Permanent Hardness.
Dalam hidroponik, kekerasan air ini akan mempengaruhi
penyerapan nutrisi di Zona Akar (Rhizosphere). Karena itu
menjadi hal yang sangat penting menghitung juga berapa potensi
kekerasan air pada larutan akhir nutrisi yang kita mau buat.
Seputar Air Baku
6. Kesadahan Sementara (Water Alkalinity)
Water Alkalinity didefinisikan sebagai kemampuan air dalam
menetralkan asam. Agak mirip dengan kekerasan air, penyebab
utama Alkalinity adalah adanya Ion bermuatan negatif (Anion)
berupa CO3
2- (Karbonat), HCO3
- (Bikarbonat) dan Ion OH-
(Hidroksida). Kandungan yang cukup tinggi dari Ion-ion ini
menyulitkan proses penurunan pH dengan penambahan asam.
Hal inilah yang menyebabkan penggunaan asam pada setiap
kebun berbeda-beda, meskipun mereka menggunakan untuk
menurunkan angka pH yang sama. Misal Petani A pada kebunnya
menggunakan 20 ml/liter air untuk menurunkan pH dari 9,0 ke
6,0. Sedangka Petani B butuh 80 ml/liter untuk menurunkan
angka yang sama.
Seputar Air Baku
Seputar Air Baku
7. Kandungan Besi Tidak Terlarut (Anaerob Fe)
Ketika menggunakan sumber air yang berasal dari sumur Artesis
dalam, biasanya akan memiliki kandungan ion Fe2+ yang sangat
tinggi. Secara alamiah Fe2+ ini jika teroksidasi dengan Oksigen
maka akan menjadi Fe3+. Dalam kondisi ini, maka akan cepat
sekali terbentuk senyawa-senyawa besi non solube seperti
Fe(OH)2 (Besi Hidroksida), Fe(OH)3 (Besi Trihidroksida), Fe2O3
(Besi Trioksida), dan FePO4 (Besi Phosphat).
Selain akan mempengaruhi keseimbangan Anion dan Kation,
ketiga senyawa ini adalah senyawa Besi yang tidak larut dalam
air dan berpotensi mengendap (Presipitasi). Pada teknik
Fertigasi, endapan Besi tidak larut ini berpotensi menyebabkan
penyumbatan (Clogging) berupa kerak pada instalasi.
Seputar Air Baku
8. Salinitas dan Sodisitas Air
Salinitas air (Salinity) adalah konsentrasi garam-garam alam yang
terlarut sempurna di dalam air, sedangkan nilai Sodisitas air (Sodicity)
lebih berfokus pada kandungan ion Na+ terutama dalam bentuk garam
NaCl yang akan membentuk ion Na+ dan Cl-. Nilai keduanya ini
sebenarnya masuk ke dalam EC Meter ketika mengukur EC air baku,
tetapi untuk lebih presisi tetap harus menggunakan analisis
Laboratorium.
Untuk aplikasi hidroponik, air baku dengan salinitas dan sodisitas tinggi
tidak dianjurkan untuk digunakan. Karena kandungan NaCl yang ada
akan mengacaukan balance nutrisi secara ion yang diaplikasikan. Kadar
Na+ akan mengacaukan komposisi Kation dan kadar Cl- akan
mengacaukan komposisi Anion. Kandungan Na+ yang masih bisa
diabaikan ialah < 34 ppm, sedang kandungan Cl- adalah < 53 ppm.
Seputar Air Baku
Prinsip Dasar Nutrisi Hidroponik
Karena Hidroponik adalah sistem budidaya yang parameternya
dikondisikan, maka desain Nutrisi harus memenuhi prinsip ini :
1. LENGKAP (Complete)
Nutrisi harus lengkap mengandung minimal 12 unsur hara
penting baik unsur Makro maupun Mikro, dalam jumlah cukup.
2. SESUAI (Accordingly)
Ketersediaan setiap elemen unsur yang dibutuhkan tanaman
dalam Nutrisi harus sesuai dengan rasio tertentu yang
dibutuhkan tanaman, sehingga tanaman tidak mengalami
kekurangan (Defisiensi) atau kelebihan (Phytotoxic).
3. BERIMBANG (Balance)
Karena penyerapan nutrisi di akar bersifat ionik, maka perlu
dijaga juga keseimbangan total dari jumlah ion bermuatan
negatif (Anion) dengan total jumlah ion bermuatan positif
(Kation).
Prinsip Dasar 1 : LENGKAP
NUTRISI
HIDROPONIK
N
P
K
Mg
Ca
S
Fe
Zn
B
Mn
Cu
Mo Unsur Hara
MAKRO PRIMER
Unsur Hara
MAKRO SEKUNDER
Unsur Hara MIKRO
12 Unsur Hara Esensial
Prinsip Dasar 1 : LENGKAP
Dalam setiap larutan nutrisi hidroponik LENGKAP, minimal akan ada 20
bentuk Ion Mono Atom / Poly Atom seperti di atas. Hara dalam bentuk
inilah yang diserap tanaman. Akar tanaman akan menyerap berdasarkan
perbedaan muatan. Bulu akar bermuatan negatif akan menyerap Kation,
dan sebaliknya bulu akar bermuatan positif akan menyerap Anion. Unsur
Hara tersebut bisa juga merupakan bawaan air baku.
Prinsip Dasar 2 : SESUAI
Rasio antar unsur Makro harus SESUAI dengan kebutuhan tanaman.
Onion Uptake Macro Element (Whole Plant)
Prinsip Dasar 2 : SESUAI
Untuk unsur Mikro, jika ada boleh dipakai, jika tidak bisa memakai
rata-rata kebutuhan tanaman (Average Plant Need)
Onion Uptake Micro Element (Whole Plant)
Prinsip Dasar 2 : SESUAI
Rasio antar unsur Makro Primer (NPK) diidentifikasi sesuai
dengan hasil riset pada bagian tanaman yang dimanfaatkan.
Beberapa rasio NPK dasar yang bisa dipakai antara lain :
NPK rasio 4 – 1 - 5 : Digunakan pada Sayuran Daun
NPK rasio 3 – 1 - 6 : Digunakan pada Buah.
NPK rasio 3 – 1 – 5 : Digunakan pada nutrisi Umbi.
NPK rasio 5 – 2 - 6 : Digunakan pada nutrisi Bunga.
Kesesuaian Paling Utama Adalah Rasio Nilai NPK
Prinsip Dasar 2 : SESUAI
Prinsip Desain Nutrisi Analogi Equalizer
Desainer Nutrisi Hidroponik mencari “Kombinasi Rasio Terbaik” yang
sesuai dengan tanaman yang sedang dibudidayakan.
1 mmol
2 mmol
3 mmol
4 mmol
5 mmol
6 mmol
7 mmol
8 mmol
9 mmol
N Mo
P K Ca Mg S Fe Zn Mn Cu B
Prinsip Dasar 3 : BERIMBANG
Total jumlah Ion Positif (Kation) harus berimbang dengan Total
jumlah Ion Negatif (Anion).
Hubungan Antar Elemen Hara
Chart Mulder
Akibat Kegagalan Desain Nutrisi
Apabila desain nutrisi Hidroponik
gagal, untuk memenuhi semua
kebutuhan tanaman akan elemen
hara dalam jumlah tertentu, maka
akan berlaku hukum Justus Liebig,
dimana pertumbuhan di tanaman
BUKAN DITENTUKAN oleh elemen
hara yang tersedia, tapi justru
DIBATASI oleh jumlah elemen
unsur hara yang kurang tersedia.
Justus Von Liebig (1803 – 1873)
The Law Of The Minimum
• Mengetahui Jenis dan Varietas Tanaman
• Mengetahui bagian tanaman yang
dimanfaatkan
Identifikasi
Tanaman
• Mengetahui Umur Tanaman / Fase Tanam
• Iklim dan Lingkungan (Kemarau / Hujan)
• Sistem Hidroponik / Media yang
Digunakan
Menentukan
Kebutuhan
Tanaman
• Alokasi kebutuhan per unsur hara aman
• Rasio beberapa unsur Makro berdasarkan
Uptake / Removal spesifik
• Balancing jumlah Anion dan Kation
Perhitungan
Komposisi
Nutrisi
Proses Peracikan Nutrisi
Kebutuhan Hara Tanaman
Range Kebutuhan Hara Tanaman Pada Iklim Tropis
Faktor Media Tanam
Pemisahan Nutrisi Bentuk AB Mix
Struktur Nutrisi AB Mix Berdasar Senyawa dan Ionik
• N (NO3-)
• N (NH4+)
• K2O
• P2O5
• MgO
• SO3
• Fe
• Zn
• B
• Cu
• Mn
• Mo
• N (NO3-)
• N (NH4+)
• K2O
• Ca
• Fe
Alasan utama kenapa Nutrisi
Hidroponik berbentuk AB Mix,
dengan 2 stok terpisah antara Stok A
dan Stok B adalah menghindari
Reaksi Awal antar Unsur maupun
Senyawa, pada saat bahan mentah
berbentuk padatan, maupun larutan
Stok Master Pekat. Reaksi Awal ini
akan menyebabkan terbentuknya
endapan atau senyawa-senyawa
baru yang tidak diinginkan, karena
tidak bisa diserap tanaman.
Pembagian tersebut antara lain
untuk menghindari Kalsium (Ca)
bertemu dengan Phosphat (P) atau
bertemu dengan Sulfur (S).
Pemisahan Nutrisi Bentuk AB Mix
Struktur Nutrisi AB Mix Berdasar Penempatan Ionik Ideal
• NO3(-)
• H2PO4(-)
• HPO4(2-)
• SO4(2-)
• H2BO3(-)
• MoO4(2-)
• SiO2(2-)
• NH4(+)
• K(+)
• Ca(2+)
• Mg (2+)
• Fe(2+)
• Zn(2+)
• Cu(2+)
• Mn(2+)
Karena keterbatasan komposisi
bahan tunggal, maka terkadang
harus dilakukan sebuah kompromi
penempatan bahan seperti di atas.
Tetapi secara ideal sebenarnya
pemisahan AB Mix tidak hanya
untuk menghindari pertemuan
unsur Ca dengan S atau P saja,
tetapi lebih mendalam dari itu,
sebenarnya adalah pemisahan
bahan-bahan yang menghasilkan
ion muatan positif (Kation) dengan
ion bermuatan negatif atau (Anion).
KATION ANION
Pemisahan Nutrisi Bentuk AB Mix
Penyebab dan Jenis-Jenis Pengendapan
Pengenalan Perhitungan Nutrisi
Akar pada tanaman tidak mau
tahu tentang prosen bahan, atau
pun juga berapa timbangannya.
Akar tanaman HANYA akan
melihat Hara dengan jelas dalam
bentuk Ionik, berapa berat
atomnya, berapa Mol jumlah
zatnya, berapa muatan Ionnya.
Timbangan adalah AKIBAT dari
perhitungan, dan bukan SEBAB
perhitungan. Karena itu dalam
mendesain nutrisi Hidroponik,
yang harus di desain sebenarnya
adalah konsentrasinya dalam
berbagai satuan berbeda.
Pengenalan Satuan Yang Dipakai
Secara umum ada 3 (tiga) satuan yang dipakai yang biasa digunakan
untuk menggambarkan konsentrasi larutan nutrisi Hidroponik :
1. Untuk Total Dissolved Solid (TDS) digunakan PPM (mg/Lt.)
TDS adalah ukuran total suatu zat padatan terlarut baik organik
maupun anorganik, yang berupa Ion bermuatan atau pun materi
padat yang tidak bermuatan. Satuan yang biasa digunakan adalah
Part Per Million (PPM) atau bagian per sejuta, biasa digunakan untuk
Unsur Makro. Ada juga Part Per Billion (PPB) atau bagian per
semilyar biasa untuk penyebutan konsentrasi Unsur Mikro.
Nilai PPM ini bisa dikonversi ke dalam EC atau mmol/Lt (dua satuan
konsentrasi lainnya). Umumnya yang digunakan di Indonesia adalah
EC Scale 500 dimana EC = 1,0 akan setara dengan 500 PPM. Jika
satuannya mmol/Lt maka berat Atom tiap unsur sudah disertakan.
Sehingga untuk 1 ppm = Berat Atom x 1 mmol/Lt.
Pengenalan Satuan Yang Dipakai
2. Untuk Electrical Conductivity (EC) digunakan mS/cm
Nilai EC merupakan parameter yang menunjukan jumlah
konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam air nutrisi, semakin banyak
ion yang terlarut, maka semakin tinggi pula nilai EC air nutrisi
tersebut. Satuannya adalah mS/cm dibaca mili Siemens per centi
meter. Ada juga yang menggunakan satuan µS/cm (micro siemens
per centi meter). Tetapi lebih umum digunakan mS/cm daripada
µS/cm. Nilai EC didapatkan dari = (Jumlah molaritas seluruh Anion +
Jumlah molaritas seluruh Kation) dibagi 20.
3. Untuk Molaritas digunakan mmol/Lt
Milimol adalah satuan yang mencerminkan kekuatan gabungan
suatu spesi kimia. Satu Mol adalah bobot molekul suatu zat dalam
gram. Satu milimol adalah 1 / 1.000 bobot molekul tersebut dalam
gram. Konversi ini nantinya bisa digunakan untuk menentukan
berat timbangan bahan nutrisi. Satuan ini juga bisa dikonversi ke
dalam ppm dimana 1 mmol/Lt = 1 ppm / berat atom.
Aplikasi Penggunaan Satuan
Digunakan untuk menentukan konsentrasi
target dan alokasi masing-masing hara pada
proses desain komposisi nutrisi, supaya
sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Digunakan untuk mengukur dan evaluasi
seberapa pekat total konsentrasi yang
dihasilkan setelah perhitungan nutrisi
selesai dilakukan.
Digunakan untuk menghitung muatan Ion-
Ion yang ada pada komposisi nutrisi, baik
supaya lebih mudah melihat Balancing
muatan. Bisa juga jadi acuan desain awal.
Tiap Satuan Digunakan Dengan Fungsi Masing-Masing
Rasio NPK
Apakah Yang Membedakan Antara Nutrisi Sayuran Daun,
Nutrisi Buah, Nutrisi Sayuran Umbi, Nutrisi Bunga
Potong, dan seterusnya ?
Mengenal Rasio NPK
Rasio NPK
Rasio Nitrogen (N), Phosphat (P), dan Kalium (K)
• Pertumbuhan daun,
batang dan cabang.
• Perkembangan sel baru,
produksi enzym dan
klorofil.
• Esensial pertumbuhan.
• Pertumbuhan ujung
akar dan establisher
tanaman muda.
• Pembentukan bunga
dan bakal buah.
• Membentuk perakaran
yang kuat.
• Esensial dalam sintesa
karbohidrat untuk
perkembangan buah dan
umbi.
Mengenal Rasio NPK
Dari Mana Rasio NPK Didapat?
Rasio Tersebut Adalah Hasil Riset Materi Kering (Dry Matter)
Dari Mana Rasio NPK Didapat?
Analisis Materi Kering (Dry Matter) Sebesar 13%
Jadi total Elemen Hara dalam tanaman itu hanya menempati
porsi sebesar 1,95% dari total volume tanaman.
Rasio NPK
Cara Mendapat Rasio NPK Spesifik Per Tanaman
Darimana Mendapatkan Data Angka Rasio NPK?
Cara 1 : CARI DARI CROP GUIDE
Contoh Referensi Uptake Nutrisi Makro pada Tomat
Source : SQM Crop Kit Handbook Tomato
Rasio NPK
Cara 1 : Dari Crop Guide
Contoh Referensi Uptake Nutrisi Makro pada Tomat
Source : Yara Tomato Plantmaster
Rasio NPK
Cara 1 : Dari Crop Guide
Cara 1 : Dari Crop Guide
Cara 1 : Dari Crop Guide
Cara 2 : Web Database
Contoh Web Resource Database NPK Removal per tanaman spesifik.
Link : https://www.ipni.net/app/calculator/home
Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Alternatif Lainnya Lagi Menentukan Nilai NPK
Caranya dengan meniru kombinasi NPK di Pasaran
Contoh Cara Baca Pupuk Tanah NPK Mutiara Meroke :
16 - 16 - 16
(Rasio jika dikonversi dalam bentuk Unsur)
16 % N - 16 % P2O5 - 16 % K2O
16 % N - 6,98 % P - 13,28 % K
Dalam meniru rasio pupuk yang ada di pasaran
perlu dicatat bahwa Rasio dalam bentuk
SENYAWA yaitu = N : P2O5 : K2O
Sehingga harus melalui proses konversi dulu.
96 ppm - 42 ppm - 80 ppm
Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Jika meniru rasio NPK dari pupuk NPK di pasaran, maka pastikan pupuk
komersial tersebut digunakan spesifik untuk tanaman apa. Contoh :
Misal untuk Bunga = SQM Ultrasol FLOWER = 18 – 6 – 19
Misal untuk Buah Umum = Meroke GROWER = 15 – 9 – 20
Misal untuk Sayur Batang = Fertimed COMPLEX = 18 – 9 – 18
Misal untuk Sayuran Umbi = Haifa POLY FEED = 16 – 8 – 32
Misal untuk Umbi Kentang = Yara SUPERPOTATO = 8 – 10 – 20
Untuk diperhatikan bahwa 3 angka tersebut adalah bukan angka rasio
N – P – K melainkan N – P2O5 – K2O.
Karena itu, kalikan jumlah P2O5 dengan 0,44 untuk mendapatkan P.
Untuk mendapatkan nilai K, kalikan jumlah K20 dengan 0,83.
Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Tabel Konversi
Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Desain Rasio NPK untuk Nutrisi Advance Berbasis Fase Tanam
Rasio NPK berbeda pada tiap fase pertumbuhan.
1. Fase Establishment cenderung mengikuti bentuk
Contoh Rasio = 1 : 2 : 1 atau 2 : 3 : 2 dll
2. Fase Vegetatif cenderung mengikuti bentuk
Contoh Rasio = 1 : 1 : 1 atau 1 : 1 : 2 dll
3. Fase Flowering, Fruit Setting, Fruit Maturing
cenderung mengikuti bentuk
Contoh Rasio = 2 : 1 : 2 atau 2 : 1 : 3 dll
V
V
Rasio 3 Angka Mewakili Rasio N : P2O5 : K2O
Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Contoh Rasio NPK Berbasis Fase Tanam Pada TOMAT
Pendekatan Dan Metode Perhitungan
Pendekatan Perhitungan Dan Metode 2 Kaki
• Semua elemen hara
langsung dihitung dalam
bentuk PPM, dengan
aturan rasio tertentu.
Perhitungan
Rasio PPM
• Menentukan besaran
elemen hara dalam PPM
kemudian mengkonversi ke
mmol/Lt, untuk hitung
Balancing .
Perhitungan
Dalam
mmol/Lt
Pendekatan Dan Metode Perhitungan
Kenapa Harus Memakai Pendekatan mmol/Lt.?
Supaya Tidak “DITIPU” Oleh Angka. Contoh Kasus :
Bagi tanaman, lebih “DILIHAT” yang mana antara :
46 ppm Natrium (Na) atau 60 ppm Kalium (K) ?
Pembahasan :
46 ppm Natrium (Na) = 46 mg Na/Lt.
46 mg Na/Lt. / 23 (Berat Atom Natrium) = 2,0 mmol Na/Lt.
60 ppm Kalium (K) = 60 mg K/Lt.
60 mg K/Lt. / 39,1 (Berat Atom Kalium) = 1,5 mmol K/Lt.
Kesimpulan :
Tanaman lebih “MELIHAT” 46 ppm Natrium daripada 60 ppm Kalium.
Dasar Metode PPM Rasio
Metode N Base Menggunakan Dasar Uptake Nutrisi Tanaman
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Komponen Penyusun Nitrogen (N) Dalam Hidroponik
NO3-
NH4+
Total
N
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Total Nitrogen (N Total) biasanya ditetapkan dalam range antara
200 ppm – 250 ppm. Akan tetapi untuk mencapai nilai rasio NPK
tertentu, nilai Total Nitogen ini boleh dimodifikasi sesuai dengan
target nilai kita. Kategori range nilai sebagai berikut :
Di atas 300 ppm : Pertumbuhan Super Aggresive
(Biasa untuk memacu Fase Vegetatif)
251 ppm – 300 ppm : Pertumbuhan Aggresive
200 ppm – 250 ppm : Pertumbuhan Normal Moderate
Kurang dari 200 ppm: Modifikasi Untuk Mengejar Rasio NPK
Rasio Ammonium (NH4+) dan Nitrate (NO3-)
• Dalam Nutrisi Hidroponik, unsur Nitrogen (N) diberikan dalam
bentuk Ammonium (NH4+) dan Nitrate (NO3-).
• Kedua Ion ini memiliki sifat dan mekanisme sintesa mentabolisme
yang berbeda pada tanaman. Oleh karena itu, rasio yang tepat
dalam memformulasikan keduanya, akan menghasilkan tanaman
yang memiliki perkembangan yang bagus.
• Aplikasi Ammonium (NH4+) pada Hidroponik akan berbeda sekali
jika dibandingkan dengan aplikasi di tanah. Pada tanah, sintesa
Ammonium (NH4+) dibantu oleh bakteri yang merubahnya
menjadi Nitrit (NO2-) kemudian menjadi Nitrat (NO3-).
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
• Dalam Nutrisi Hidroponik, unsur Nitrogen (N) dalam bentuk
Ammonium (NH4+) diberikan lebih sedikit daripada Nitrat (NO3-).
Alasannya karena Nitrat adalah bentuk senyawa yang lebih tersedia
bagi metabolisme tanaman.
• Jika terlalu banyak Ammonium diberikan, maka terjadi kompetisi
penyerapan di bulu akar dengan Ion lain yang bermuatan sama yaitu
Kation (Ion +) seperti K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn, Zn.
• Ammonium (NH4+) harus tetap diberikan. Selain untuk
memaksimalkan penyerapan N, Ammonium juga vital untuk
pembentukan Asam Amino, yang merupakan bahan dasar dari enzim
dan hormon tanaman. Tetapi besaran yang dibutuhkan tanaman
kisaran 5% – 15% dari total N. Dengan angka tidak lebih dari 21 ppm
(1,5 mmol N/Lt.) dari total ppm N Total (Ref : Nutrient Solution For
Greenhouse Crops – Geerten Van Der Lugt – Page 16)
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Memahami Sifat Metabolisme Ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-)
SIFAT I :
• Metabolisme Ammonium (NH4+) menurunkan pH larutan.
• Metabolisme Nitrat (NO3-) menaikan pH larutan.
Keseimbangan muatan listrik pada
level akar akan selalu terjaga
secara alami. Ketika tanaman
menyerap 1 Ion Ammonium (NH4+)
maka 1 Ion H+ akan dilepaskan. Ini
akan membuat larutan makin asam.
Sebaliknya ketika akar tanaman
menyerap 1 Ion Nitrat (NO3-) maka
1 Ion OH- akan dilepaskan sehingga
larutan makin basa.
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Mekanisme Penyerapan Ion Positif (Kation)
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Mekanisme Penyerapan Ion Negatif (Anion)
SIFAT II :
• Metabolisme Ammonium (NH4+) boros Oksigen (O2).
• Metabolisme Nitrat (NO3-) lebih hemat Oksigen (O2).
Dalam metabolismenya, tanaman akan mengambil Nitrat (NO3-) lalu
mengirimnya ke daun untuk direaksikan dengan Glukosa (C6H12O6) hasil
Fotosintesis. Proses ini lebih menghemat Oksigen (O2) daripada proses
metabolisme pengambilan Ammonium (NH4+) yang memaksa Glukosa
(C6H12O6) untuk diturunkan jauh dari pabriknya di daun, turun ke akar,
karena reaksi sintesa Glukosa (C6H12O6) dan Ammonium (NH4+) hanya
terjadi di akar. Proses ini membutuhkan lebih banyak Oksigen (O2), dan
jika larutan nutrisi miskin Oksigen maka tanaman menjadi stress.
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
SIFAT III :
• Metabolisme Ammonium (NH4+) efektif di dataran tinggi.
• Metabolisme Nitrat (NO3-) efektif di dataran rendah.
Pada suhu tinggi (Baca : Dataran Rendah), respirasi tanaman
sangat cepat. Hal ini akan mempercepat pula konsumsi Glukosa
(C6H12O6) hasil Fotosintesis, sehingga Glukosa (C6H12O6) kurang
tersedia bagi metabolisme Ammonium (NH4+).
Pada saat bersamaan dalam suhu tinggi, Solubilitas Oksigen (O2)
dalam air akan berkurang sehingga memperburuk ketersediaan
Oksigen (O2) untuk metabolisme Ammonium (NH4+).
Kebalikannya pada suhu rendah (Baca : Dataran Tinggi),
penggunaan lebih banyak Ammonium (NH4+) bisa diterima
karena respirasi tanaman melambat sehingga Oksigen (O2) dan
Glukosa (C6H12O6) lebih banyak tersedia di akar.
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
SIFAT IV :
• Ammonium (NH4+) cenderung menurunkan Shelf Life.
• Nitrat (NO3-) cenderung meningkatkan Shelf Life.
Berat Ion Ammonium (NH4+) adalah 18, berat ini sama dengan molekul
air (H20). Sedangkan Ion Nitrat (NO3-) memiliki berat 48. Dari
perbandingan berat ini, maka jika tanaman menyerap N dalam bentuk
NH4+ terlalu banyak, sel-sel tanaman yang dihasilkan akan tumbuh
raksasa, tapi dinding selnya rapuh, tidak kompak, dan tidak bisa
menyimpan air. Timbangan akan menjadi ringan sekali. Hal ini akan
menurunkan umur simpan (Shelf Life) dari hasil panen.
Sebaliknya pemberian Nitrat dalam jumlah yang besar, menciptakan sel
yang kompak, sehingga tanaman berdiri tegap, daya tahan tinggi
terhadap serangan penyakit cendawan. Karena Nitrat adalah Anion,
maka Kation yang menjadi kunci Shelf Life tanaman seperti Kalsium (Ca)
dan Kalium (K) akan diserap dengan baik, ini meningkatkan Shelf Life.
Kesimpulan Rasio Ammonium (NH4+) dan Nitrate (NO3-)
Ammonium (NH4+) Nitrate (NO3-)
5% (Total Nitrogen)
15% (Total Nitrogen)
95% (Total Nitrogen)
85% (Total Nitrogen)
Semakin Dingin Suhu Lokasi
Semakin Rendah pH Nutrisi Akhir
Semakin Boros Aerasi
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Semakin Rendah Umur Simpan
Kesimpulan menentukan Total Nitrogen :
1. Gunakan angka 250 ppm untuk memaksimalkan Pertumbuhan Moderate.
2. Gunakan rasio Ammonium dan Nitrat 5% - 15% max 21 ppm (Fine Tunning).
Kondisi Apa Yang Mengharuskan NH4 Dimaksimalkan?
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Kapan NH4 dimaksimalkan sebesar 21 ppm dan atau 5% - 15% dari
Total N?
1. Pada saat menggunakan Air Baku dengan kondisi Hard Water.
2. Pada saat menggunakan Air Baku dengan kondisi pH sangat tinggi
(di atas 7,0).
3. Pada tanaman buah, gunakan dari Fase Pindah Tanam
(Establishment) dan Fase Vegetatif. Karena terlalu banyak NO3
akan menekan penyerapan Phosphat (P).
4. Pada tanaman buah, gunakan saat mendesain nutrisi Fase Fruiting
(Tahap Pembungaan), karena sintesa NO3 yang berlebihan
menghambat pembentukan bunga.
5. Pada saat mendesain nutrisi untuk memaksimalkan hasil panenan
Bunga Potong, karena bunga potong membutuhkan lebih banyak
NH4.
Pengisian Di Hydrobuddy
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
• Total N = 250 ppm
• N (NH4+) misal
ditentukan Maksimal
yaitu = 21 ppm.
• Karena N (NH4+)
ditentukan maksimal =
21 ppm, maka untuk
NO3- adalah = 250 – 21
= 229 ppm
Bahan Makro Sumber Nitrogen (N)
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Rasio NPK
Step 2 : Menentukan Nilai Phosphat (P)
Karena Nitrogen (N Total) sudah ditetapkan, maka untuk menentukan
nilai P pada perhitungan berbasis PPM, akan bisa langsung dilakukan.
Range untuk P adalah 0,15 N – 0,4 N. Untuk perincian kategorinya
sebagai berikut :
P sebesar 0,15 – 0,2 N : Biasa digunakan pada nutrisi Buah.
Terutama Buah fase Generatif.
P sebesar 0,21 – 0,25 N : Digunakan pada Sayuran Daun.
Atau pada buah Vegetatif.
P sebesar 0,26 – 0,3 N : Digunakan pada Sayuran Batang.
Atau pada nutrisi Bunga.
P sebesar 0,31 – 0,4 N : Digunakan pada nutrisi Umbi.
Atau pada Buah Umum
Nilai Phosphat (P)
Rasio NPK
Step 2 : Menentukan Nilai Phosphat (P)
Pengisian Di Hydrobuddy
• Phosphat (P) untuk nutrisi
sayuran daun dihitung
sebesar 0,25 X Total N.
• P = 0,25 X 250 = 62,5
ppm.
Rasio NPK
Step 2 : Menentukan Nilai Phosphat (P)
Bahan Makro Sumber Phosphat (P)
Rasio NPK
Step 3 : Menentukan Nilai Kalium (K)
Karena Nitrogen (N Total) sudah ditetapkan, maka untuk
menentukan nilai K pada perhitungan berbasis PPM, akan bisa
langsung dilakukan. Range untuk K adalah 1,15 N – 2,0 N. Untuk
perincian kategorinya sebagai berikut :
K sebesar 1,15 – 1,45 N : Biasa digunakan pada nutrisi Bunga.
Atau bisa juga pada Sayuran Daun.
K sebesar 1,26 – 1,35 N : Digunakan pada Buah Vegetatif.
K sebesar 1,36 – 1,60 N : Digunakan pada nutrisi Umbi.
K sebesar 1,51 – 2,0 N : Digunakan pada Buah Generatif.
Nilai Kalium (K)
Pengisian Di Hydrobuddy
Step 3 : Menentukan Nilai Kalium (K)
• Kalium (K) untuk nutrisi
sayuran daun dihitung
sebesar 1,25 X Total N.
• K = 1,25 X 250 = 312,5
ppm.
Rasio NPK
Step 3 : Menentukan Nilai Kalium (K)
Bahan Makro Sumber Kalium (K)
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Menentukan Nilai Calsium (Ca)
Karena Nitrogen (N Total) sudah ditetapkan, maka untuk
menentukan nilai Ca pada perhitungan berbasis PPM, akan bisa
langsung dilakukan. Range untuk Ca adalah 0,7 N – 0,95 N. Untuk
perincian kategorinya sebagai berikut :
Ca sebesar 0,7 – 0,75 N : Biasa digunakan Umbi dan Sayuran Daun.
Ca sebesar 0,76 – 0,95 N : Digunakan pada Bunga dan Buah,
Baik Vegetatif maupun Generatif
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Pengisian Di Hydrobuddy
• Calsium (Ca) untuk
nutrisi sayuran daun
dihitung sebesar 0,75 X
Total N.
• Ca = 0,75 X 250 = 187,5
ppm.
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Bahan Makro Sumber Calsium (Ca)
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Menentukan Nilai Magnesium (Mg)
Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) keduanya masuk golongan
Logam Alkali Tanah, dan sama-sama diserap tanaman dalam
bentuk Ion Ca2+. Kedua unsur ini memiliki sifat Antagonis. Artinya
terdapat kompetisi kuat dari kedua unsur ini untuk dapat diserap
dengan baik oleh tanaman.
Karena karakteristik yang “UNIK” ini maka pada perhitungan
berbasis PPM, maka range untuk Mg dipatok berdasarkan 2
elemen yaitu N dan Ca. Range Mg adalah 0,25 N(Ca) – 0,5 N(Ca).
Mg sebesar 0,24 – 0,33 N (Ca) : Biasa digunakan Sayuran Daun.
Atau bisa juga untuk Bunga.
Mg sebesar 0,34 – 0,5 N (Ca) : Digunakan pada Umbi dan Buah,
Baik Vegetatif maupun Generatif
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Pengisian Di Hydrobuddy
• Magnesium (Mg) untuk
nutrisi sayuran daun di
sini dihitung sebesar 0,33
X Ca.
• Mg = 0,33 X 187,5 =
62,5 ppm.
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Bahan Makro Sumber Magnesium (Mg)
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Menentukan Nilai Sulfur (S)
Dalam perhitungan ini, unsur Sulfur (S) digunakan sebagai
Unsur Derajat Kebebasan (Degree Of Freedom). Elemen ini
adalah unsur independen yang bisa diabaikan dalam
perhitungannya karena berdiri bebas. Range angka Sulfat (S)
terhadap Nitrogen (N) dalam pada perhitungan berbasis PPM,
digunakan sebagai “LIMITER” unsur lain dalam hal ini K dan Mg.
Karena bahan yang digunakan yang mengandung S ini hanya
MgSO4 (Meroke Mag-S) dan opsional K2SO4 (Meroke SOP).
Range S adalah 0,25 N – 0,6 N.
S sebesar 0,25 – 0,4 N : Biasa digunakan Sayuran Daun.
Atau bisa juga untuk Bunga.
S sebesar 0,41 – 0,6 N : Digunakan pada Umbi dan Buah,
Baik Vegetatif maupun Generatif
Pengisian Di Hydrobuddy
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
• Sulfat (S) dalam hitungan
adalah unsur derajat
kebebasan mengikuti
bahan, diisi angka 1 ppm.
• Angka ini nantinya akan
berubah seiring hasil
perhitungan.
Bahan Makro Sumber Sulfur (S)
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Rasio Khusus Kalium Dan Calcium
Cek Rasio Ini (Sekedar Pengetahuan)
Unsur Kalium (K) dan Calcium (Ca) dalam Chart Mulder memiliki
sifat Antagonis dimana Calcium (Ca) akan menekan Kalium (K) jika
jumlahnya tidak dikontrol. Karena itu, memperhatikan rasio
kedua unsur ini sangatlah penting.
K sebesar 1,5 – 2,0 Ca : Biasa digunakan Sayuran Daun.
Atau bisa juga untuk Bunga.
K sebesar 2,0 – 2,5 Ca : Digunakan pada Buah Umum,
Atau juga untuk Umbi.
Rasio Khusus Kalium Dan Calsium
Makin Tinggi Rasio K/Ca Memperbesar Potensi BER
Rasio Khusus Kalium Dan Calcium
Makin Rendah Rasio K/Ca Memperbesar Potensi Gold Flecks
Rasio Khusus Kalium Dan Calcium
Efek Lain Rasio K/Ca Adalah Kulit Buah Dan Umur Simpan
Rasio Khusus Kalium Dan Calcium
Efek Lain Rasio K/Ca Adalah Memperpanjang Umur Simpan
Pengetahuan Seputar Chelate Unsur Mikro
• Unsur Mikro meskipun diserap tanaman dalam jumlah yang sedikit
tetapi memainkan peranan penting dalam metabolisme tanaman.
Tetapi tidak semua Unsur Mikro mampu mempertahankan sifat
Larut Sempurna (Solube) di dalam larutan Nutrisi Hidroponik.
• Para ahli telah mengembangkan suatu pengikat yang sering
dikenal di pasaran sebagai Chelate, yang berfungsi melapisi Logam
Bivalent (muatan 2+) sebagai “CAKAR” yang mencengkeram Ion
Unsur Mikro agar tetap dalam kondisi Solube.
Step 5 : Unsur Mikro
• Chelate untuk Unsur Mikro selain Besi (Fe) di pasaran ada dalam
bentuk salah satu jenis Asam Amina Polikarboksilat bernama
Etilena Diamina Tetra Asetat atau lebih sering disingkat sebagai
EDTA.
• Khusus untuk Unsur Mikro Besi (Fe) yang mempunyai sifat unik
karena bersifat Antagonis terhadap 5 unsur lain serta Sinergisitas
terhadap 1 unsur lain, maka di pasaran telah dikembangkan
beberapa tipe Chelate pengikat yang lebih Advance.
• Antara lain :
1. EDDHA : Ethylene Diamine-N,N bis 2Hydroxyphenylacetic Acid
2. DTPA : Diethylene Triamine Pentaacetic Acid
3. EDTA : Ethylene Diamine Tetraacetic Acid
Yang paling baru adalah HEDTA, EDDHMA, dan lain-lain.
Step 5 : Unsur Mikro
Setiap Fe Chelate Memiliki Kestabilan Berbeda Di Tingkatan pH Tertentu
Step 5 : Unsur Mikro
Step 5 : Unsur Mikro
Step 5 : Unsur Mikro
Range Nilai Unsur Mikro
Range nilai untuk unsur-unsur mikro sebagai berikut :
Fe : 0,838 – 8,38 ppm (0,015 – 0,15 mmol/Lt)
Zn : 0,164 – 0,981 ppm (0,0025 – 0,015 mmol/Lt)
B : 0,163 – 0,811 ppm (0,015 – 0,075 mmol/Lt)
Mn : 0,275 – 1,374 ppm (0,005 – 0,025 mmol/Lt)
Cu : 0,032 – 0,953 ppm (0,0005 – 0,015 mmol/Lt)
Mo : 0,024 – 0,144 ppm (0,00025 – 0,015 mmol/Lt)
Bisa menggunakan bahan Mix Combo atau bahan
tunggal. Tetapi perhatikan juga senyawanya.
Step 5 : Unsur Mikro
PENTING !!!
Untuk memilih bahan mikro
DISARANKAN hanya memakai
bahan berbasis ikatan Chelate (Zn
EDTA, Cu EDTA dll).
Karena bahan logam ikatan Sulfat
(ZnSO4, MnSO4, CuSO4, dll) jika
bertemu dengan Phosphat (P)
dalam bentuk ion H2PO4(2-), pada
pH > 6,0 akan membentuk senyawa
baru seperti ZnPO4, MnPO4, CuPO4,
dll yang tidak larut di dalam air.
Sehingga menimbulkan endapan.
Karena ikatan Phosphat pada logam
lebih kuat daripada ikatan Sulfat
pada logam.
Step 5 : Unsur Mikro
Perbedaan Unsur + Chelate dan Non Chelate
Step 5 : Unsur Mikro
Untuk unsur mikro campur Mix Combo
digunakan bahan Meroke VITAFLEX.
Penggunaan sesuai anjuran produsen
adalah 40 gram per 1.000 liter atau 12
gram per 300 liter. Dengan timbangan
dosis ini maka elemen yang didapat :
Fe : 3 ppm
Zn : 0,66 ppm
B : 0,4 ppm
Mn : 0,6 ppm
Cu : 0,64 ppm
Mo : 0,1 ppm
Pengisian Di Hydrobuddy
Step 5 : Unsur Mikro
• Rekomendasi 40 gram
per 1.000 liter.
• Akan didapatkan angka
seperti di samping.
Pemilihan Bahan Baku
Syarat Bahan Baku Dalam Produksi Nutrisi
• Larut Sempurna 100 % dalam air (Water Solube).
• Kemurnian bahan di atas 98 % dan ada garansi berapa
elemen yang akan di dapatkan dari produsen sebagai rujukan
data, sehingga klaim komposisi bahan adalah benar.
• Kompatibilitas bahan harus jelas sehingga alokasi Stok
timbangan tidak meragukan.
• Untuk unsur Mikro selain Boron (B) dan Molybdenum (Mo)
harus kualitas Chelate.
• Harus jelas sifatnya apakah bisa sebagai Buffer pH
(penyangga yang mempertahankan pH) atau tidak.
• Mengandung Unsur atau Senyawa dalam komposisi yang
masih bisa diterima sehingga tidak menyulitkan perhitungan.
Bahan Baku Yang Digunakan
Bahan Nutrisi Hidroponik Makro Elemen
Bahan Baku Yang Digunakan
Bahan Nutrisi Hidroponik Mikro Elemen
Hydrobuddy
Set Up Basic Hydrobuddy
Set Up Basic Hydrobuddy
Input Data Bahan
• Klik tombol
• Kemudian klik lagi tombol
• Langkah ini berfungsi untuk menambahkan semua bahan
yang akan dipakai tapi belum ada pada database bahan
Hydrobuddy.
• Tambahkan data setiap bahan yang dibutuhkan,
masukan semua data yang tersedia dari produsen bahan.
Jangan lupa masukan juga harga per kilogram dari bahan
tersebut sebagai bahan perhitungan Harga Pokok
Produksi (HPP).
Meroke CALNIT
Value Input :
• Formula :
Ca(NO3)2
• Kategori Stok : A
• N(NO3-) : 14,4
• N(NH4+) : 1,1
• Ca : 19
• Purity : 100
• Cost : 12000
Meroke CALNIT
Meroke KALINITRA
Value Input :
• Formula : KNO3
• Kategori Stok : B
• N(NO3-) : 13,5
• K : 37,8
• Purity : 100
• Cost : 24000
Meroke KALINITRA
Meroke MAP
Value Input :
• Formula :
NH4H2PO4
• Kategori Stok : B
• N(NH4+) : 12
• P : 26,6
• Purity : 100
• Cost : 25000
Meroke MAP
Meroke MKP
Value Input :
• Formula : KH2PO4
• Kategori Stok : B
• P : 22,7
• K : 28,5
• Purity : 100
• Cost : 30000
Meroke MKP
Meroke MAG-S
Value Input :
• Formula : MgSO4
• Kategori Stok : B
• Mg : 9,8
• S : 13
• Purity : 100
• Cost : 10000
Meroke MAG-S
Meroke SOP
Value Input :
• Formula : K2SO4
• Kategori Stok : B
• K : 43,7
• S : 18
• Purity : 100
• Cost : 21000
Meroke SOP
Meroke VITAFLEX
Value Input :
• Formula : Micro Mix
• Kategori Stok : B
• Fe : 7,5
• Zn : 1,65
• B : 1
• Mn : 1,5
• Cu : 1,6
• Mo : 0,25
• Purity : 100
• Cost : 200000
Meroke VITAFLEX
Metode 3 Bahan (Paling Sederhana)
Pemilihan Bahan Baku
• Meroke CALNIT
• Meroke FLEK-G
• Meroke MAG-S
TEKNIS :
• Logika perhitungan
menggunakan Ca dan N
(Calcinit) sebagai Anchor.
• FLEK-G berfungsi sebagai
Ratio Creator.
• MAG-S untuk Balancing.
KEUNTUNGAN / RESIKO :
• Proses Balancing
menggunakan Excel.
• Resiko Human Eror KECIL
karena bahan cuma 3.
• Kurang bisa manuver.
• Meroke CALNIT
• Meroke FLEK-G
• Meroke MAG-S
Pemilihan Bahan Baku
NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo
Alokasi Sumber Hara Metode 3 Bahan
Metode 4 Bahan (Bagi Yang Butuh Tambahan P)
Pemilihan Bahan Baku
• Meroke CALNIT
• Meroke FLEK-G
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
TEKNIS :
• Logika perhitungan
menggunakan Ca dan N
(Calcinit) sebagai Anchor.
• FLEK-G berfungsi sebagai
Ratio Creator.
• MAG-S untuk Balancing.
• MAP untuk penambahan
P dan Ammonium (NH4).
KEUNTUNGAN / RESIKO :
• Proses Balancing
menggunakan Excel.
• Resiko Human Eror KECIL
karena bahan cuma 4.
• Kurang bisa manuver.
• Meroke CALNIT
• Meroke FLEK-G
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
Pemilihan Bahan Baku
NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo
Alokasi Sumber Hara Metode 4 Bahan
Metode 6 Bahan
Pemilihan Bahan Baku
• Meroke CALNIT
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
• Meroke MKP
• Meroke VITAFLEX
TEKNIS :
• Logika perhitungan
menggunakan distribusi
merata hara dari bahan.
• Ratio Creator didapatkan
dari perhitungan melalui
Hydrobuddy.
KEUNTUNGAN / RESIKO :
• Proses Balancing langsung
menggunakan
Hydrobuddy.
• Resiko Human Eror
SEDANG karena bahan
cuma 6.
• Tingkat manuver
SEDANG.
• Meroke CALNIT
• Meroke KALINITRA
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
• Meroke MKP
• Meroke VITAFLEX
Pemilihan Bahan Baku
Alokasi Sumber Hara Metode 6 Bahan
NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo
Metode 7 Bahan (Paling Mudah Dilakukan)
Pemilihan Bahan Baku
• Meroke CALNIT
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
• Meroke MKP
• Meroke SOP
• Meroke VITAFLEX
TEKNIS :
• Logika perhitungan
menggunakan distribusi
merata hara dari bahan.
• Ratio Creator didapatkan
dari perhitungan melalui
Hydrobuddy.
• Angka rasio yang
diinginkan langsung
didapatkan.
KEUNTUNGAN / RESIKO :
• Proses Balancing masih
menggunakan Excel.
• Resiko Human Eror
SEDANG karena bahan
cuma 6.
• Tingkat manuver
SEDANG.
• Meroke CALNIT
• Meroke KALINITRA
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
• Meroke MKP
• Meroke SOP
• Meroke VITAFLEX
Alokasi Sumber Hara Metode 7 Bahan
Pemilihan Bahan Baku
NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo
Metode 8 Bahan (Yang Butuh Manuver Mg Tanpa Rubah S)
Pemilihan Bahan Baku
• Meroke CALNIT
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAGNITRA
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
• Meroke MKP
• Meroke SOP
• Meroke VITAFLEX
TEKNIS :
• Logika perhitungan
menggunakan distribusi
merata hara dari bahan.
• Ratio Creator didapatkan
dari perhitungan melalui
Hydrobuddy.
• Angka rasio yang
diinginkan langsung
didapatkan.
KEUNTUNGAN / RESIKO :
• Proses Balancing masih
menggunakan Excel.
• Resiko Human Eror
TINGGI karena bahan
ada 8.
• Tingkat manuver TINGGI.
• Meroke CALNIT
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAGNITRA
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
• Meroke MKP
• Meroke SOP
• Meroke VITAFLEX
Alokasi Sumber Hara Metode 8 Bahan
Pemilihan Bahan Baku
NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo
Metode 14 Bahan (Yang Butuh Jumlah Unsur Mikro Spesifik)
Pemilihan Bahan Baku
TEKNIS :
• Logika perhitungan
menggunakan distribusi
merata hara dari bahan.
• Ratio Creator didapatkan
dari perhitungan melalui
Hydrobuddy.
• Angka rasio yang
diinginkan langsung
didapatkan.
KEUNTUNGAN / RESIKO :
• Proses Balancing masih
menggunakan Excel.
• Resiko Human Eror
SANGAT TINGGI karena
bahan ada 14.
• Sangat Flexible untuk
manuver khusus.
• Meroke CALNIT
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAGNITRA
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
• Meroke MKP
• Meroke SOP
• Meroke Mikro Fe
• Meroke Mikro Mn
• Meroke Mikro Cu
• Meroke Mikro Zn
• Sodium Borate
• Sodium Molybdate
• Meroke CALNIT
• Meroke KALINITRA
• Meroke MAGNITRA
• Meroke MKP
• Meroke MAP
• Meroke MAG-S
• Meroke SOP
• Meroke Mikro Fe
• Meroke Mikro Mn
• Meroke Mikro Cu
• Meroke Mikro Zn
• Sodium Borate
• Sodium Molybdate
Input Data Bahan
Input Angka Target
Kontrol Kalkulasi PPM
Klik Tombol “CARRY OUT CALCULATION” Maka Akan Tampil
Kontrol Kalkulasi PPM
Klik Pada Tab “Result”, Lihat Hasil Timbangan, Lalu Lakukan Pembulatan
Klik Lalu Ganti Angka Bagian Ini
Untuk Pembulatan Ke Atas
* Note : Untuk Menghindari Menimbang Pakai Koma
Maka Total Jumlah Timbangan Kalau Bisa Genap
Jika Ganjil, Maka Naikan SOP 1 gram
Kontrol Kalkulasi PPM
Perhatikan Bagian Gross Eror Haruslah Menunjukan “NOL”
Bagian Ini Belum Nol Semua
Kontrol Kalkulasi PPM
Tahap Penyesuaian Target PPM
Ketik Sama Persis Angka Di Kolom Hijau
Supaya Sama Dengan Angka Pada Kolom Merah
Hasil Final
Hasil Analisis
Klik “Nutrient Ratio Analysis” Untuk Melihat Rasio Nutrisi
Menyimpan Rumus Hasil Kalkulasi
Tulis Nama Rumus Kemudian Klik “ADD FORMULATION TO DB”
Cek Keseimbangan Kation Anion
Penjelasan Tentang Menghitung Balancing
Perhitungan keseimbangan muatan dilakukan dengan mengubah nilai TDS
menjadi Mmol/Lt.
Milimol Per Liter (Mmol/Lt.) =
Total Kation = Jumlah Total (Milimol Per Liter Elemen X Angka Valensi Ion+)
Total Anion = Jumlah Total (Milimol Per Liter Elemen X Angka Valensi Ion-)
Selisih (Deviasi) = Jumlah Total Kation - Jumlah Total Anion
Contoh untuk unsur Magnesium (Mg) dengan berat atom 24,305 maka
konversi untuk tiap 1 PPM Magnesium = 1 / 24,305 = 0,04114 Mmol/Lt.
Total Nilai Kation untuk 1 PPM Magnesium = 0,04114 X 2 (muatan Ion Mg2+)
= 0,08229
Total Dissolved Solid (TDS) Dalam PPM
Berat Atom Per Elemen
Cek Keseimbangan Kation Anion
Ketik Angka PPM
Di Kolom Biru
Pastikan DEVIASI
mendekati NOL
tapi tidak minus,
Harness < 900
Penimbangan
Hasil Perhitungan Nutrisi Untuk 1000 Liter
Pembagian Per Stok Disertai Pembulatan Ke Atas
STOK B
• Meroke KALINITRA : 644 gr
• Meroke MAG-S : 638 gr
• Meroke MAP : 85 gr
• Meroke MKP : 177 gr
• Meroke VITAFLEX : 45 gr
STOK A
• Meroke Calcinit : 987 gr
Berat : 987 gr Berat : 1589 gr
Aplikasi Penimbangan
Dari timbangan tersebut, ternyata berat Stok A dan berat Stok B
berbeda jauh. Karena itu harus disamakan. Alasan penyamaan
berat kedua kantong ini adalah :
1. Untuk menghindari Kejenuhan Maksimal oleh bahan, karena
setiap bahan memiliki nilai KEJENUHAN MAKSIMAL. Jika
kejenuhan maksimal ini sudah tercapai, maka akan terjadi
Pengendapan (Presipitasi) pada larutan master pekat.
2. Untuk menghindari kesalahan aplikasi pada User pemula,
mengingat mereka menggunakan larutan master pekat
dengan takaran 5 ml Stok A + 5 ml Stok B + 1 liter air baku.
Penimbangan Nutrisi yang tidak seimbang mengakibatkan
larutan master salah satu stok akan habis terlebih dahulu
karena perbedaan volume.
Aplikasi Penimbangan
Pembagian Timbangan Pada Excel
Karena Meroke KALINITRA (KNO3) bisa diletakkan di Stok A
maupun Stok B, dalam penimbangan untuk menyamakan
berat kedua kantong, maka KNO3 dibagi 2.
• Meroke MKP : 177 gr
• Meroke MAP : 85 gr
• Meroke KALINITRA : 323 gr
• Meroke MAG-S : 638 gr
• Meroke SOP : 45 gr
• Meroke VITAFLEX : 40 gr
• Meroke CALNIT : 987 gr
• Meroke KALINITRA : 321 gr
Berat : 1308 gram Berat : 1308 gram
Aplikasi Penimbangan
Timbangan Akhir Untuk Nutrisi Sayuran Daun 1.000 Liter
Faktor Pengenceran
Sering Melihat Petunjuk Pelarutan Nutrisi Seperti Ini ?
Faktor Pengenceran
Dilution Factor atau Faktor Pengenceran merupakan angka yang digunakan
dalam perhitungan untuk menentukan Volume air untuk pekatan pada Stok A
dan Stok B.
Volume Air Pekatan (Master) =
Faktor Pengenceran (Dilution Factor) yang sering digunakan = 200
Faktor Pengenceran yang direkomendasikan untuk industri = 100
Contoh untuk membuat Stok Master pada perhitungan Nutrisi untuk volume
air nutrisi jadi 1.000 Liter adalah :
Volume Air Master Pekatan = 1.000 Liter / 100 = 10 Liter
Untuk mendapatkan EC Design = 10 mL A + 10 mL B + 1 L Air Baku
Volume Air Nutrisi Jadi (Siap Pakai)
Faktor Pengenceran (Dilution Factor)
Alternatif Lain Penimbangan
MENGGUNAKAN 7 BAHAN
ADALAH METODE
PALING MUDAH UNTUK
MEMODIFIKASI NUTRISI
PRAKTEK MENGHITUNG
NUTRISI MELON
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 1 : Mencari Referensi Uptake Nutrisi Melon
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 2 : Menentukan Angka Input Ke Hidrobuddy
Contoh Menentukan Nilai PPM Dari Angka Uptake :
N - P - K - Ca - Mg
3,8 - 0,63 - 7,8 - 3,1 - 1,6
230 ppm - 39 ppm - 472 ppm - 188 ppm - 96 ppm
NH4 = 11,5 ppm (5 %) NO3 = 218,5 ppm (95 %)
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 3 : Cek Apakah Ada Rasio Penting Yang Melebihi Batas
NO3 – NH4 - P - K - Ca - Mg
218,5 – 11,5 - 39 - 472 - 188 - 96
ppm ppm ppm ppm ppm ppm
Dari angka-angka tersebut terlihat bahwa Rasio K/Ca sedikit berlebih,
karena itu kurangi Kalium (K) dari 472 ppm menjadi 470 ppm supaya
angka rasio K/Ca menjadi tidak lebih dari 2,5. Angka tersebut menjadi :
NO3 – NH4 - P - K - Ca - Mg
218,5 – 11,5 - 39 - 470 - 188 - 96
ppm ppm ppm ppm ppm ppm
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 4 : Set Up Pilihan 7 Bahan
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 5 : Input Angka Ke Hidrobuddy (Angka Mikro Tetap)
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 6 : Cek Apakah Ada Angka Di Luar Ambang Batas
Terlihat bahwa Sulfur (S) berada di atas ambang batas. Karena itu harus
disesuaikan supaya tidak melebihi angka kisaran 160 ppm.
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 7 : Lakukan Penyesuaian Pada Angka Di Luar Ambang Batas
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 8 : Cek Hasil Perhitungan
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 9 : Lakukan Pembulatan Untuk Mempermudah Penimbangan
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 10 : Sesuaikan Angka PPM Setelah Pembulatan
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 11 : Cek Balance Atau Tidak Di Excel
Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 12 : Pembagian Timbangan
Alternatif Lain 7 Bahan
TIMBANGAN AKHIR
• Meroke MKP : 166 gr
• Meroke MAP : 6 gr
• Meroke KALINITRA : 149 gr
• Meroke MAG-S : 562 gr
• Meroke SOP : 481 gr
• Meroke VITAFLEX : 40 gr
• Meroke CALNIT : 990 gr
• Meroke KALINITRA : 414 gr
Berat : 1404 gram Berat : 1404 gram
Timbangan Akhir Untuk Nutrisi Melon 1.000 Liter
MERACIK NUTRISI HIDROPONIK TERBARU JOGJA.pdf

More Related Content

What's hot

335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.pptWidyaHunta
 
Hidroponik Menjadi Trend Urban Farming
Hidroponik Menjadi Trend Urban FarmingHidroponik Menjadi Trend Urban Farming
Hidroponik Menjadi Trend Urban FarmingNahdya Maulina
 
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugas
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugasMK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugas
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugasPurwandaru Widyasunu
 
Pupuk Revolusioner untuk Perkebunan Kelapa Sawit
Pupuk Revolusioner untuk Perkebunan Kelapa SawitPupuk Revolusioner untuk Perkebunan Kelapa Sawit
Pupuk Revolusioner untuk Perkebunan Kelapa SawitAnthonio Lison
 
Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanperdos5 cuy
 
Pemanfaatan Pekarangan Sebagai "Warung Hidup" by NI MADE KRISNA INDRAYANI
Pemanfaatan Pekarangan Sebagai "Warung Hidup" by NI MADE KRISNA INDRAYANIPemanfaatan Pekarangan Sebagai "Warung Hidup" by NI MADE KRISNA INDRAYANI
Pemanfaatan Pekarangan Sebagai "Warung Hidup" by NI MADE KRISNA INDRAYANItani57
 
Syaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
Syaratan Tumbuh Tanaman HortikulturaSyaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
Syaratan Tumbuh Tanaman HortikulturaRozi Aziz
 
Rancangan Usaha Agribisnis
Rancangan Usaha AgribisnisRancangan Usaha Agribisnis
Rancangan Usaha AgribisnisEL Institute
 
Tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian
Tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanianTugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian
Tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanianAdry Nelson
 
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.pptOPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.pptSRI MANWAN
 
Bokashi
BokashiBokashi
Bokashithie3
 
Teknis pembuatan pupuk organik padat
Teknis pembuatan  pupuk organik padatTeknis pembuatan  pupuk organik padat
Teknis pembuatan pupuk organik padatpandirambo900
 

What's hot (20)

Brosur pengabdian metode hroponik
Brosur pengabdian metode hroponikBrosur pengabdian metode hroponik
Brosur pengabdian metode hroponik
 
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
 
Hidroponik Menjadi Trend Urban Farming
Hidroponik Menjadi Trend Urban FarmingHidroponik Menjadi Trend Urban Farming
Hidroponik Menjadi Trend Urban Farming
 
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugas
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugasMK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugas
MK Irigasi dan Drainase Bab 5 pemberian air dan efisiensi plus tugas
 
Pupuk Revolusioner untuk Perkebunan Kelapa Sawit
Pupuk Revolusioner untuk Perkebunan Kelapa SawitPupuk Revolusioner untuk Perkebunan Kelapa Sawit
Pupuk Revolusioner untuk Perkebunan Kelapa Sawit
 
Hidroponik Modern
Hidroponik ModernHidroponik Modern
Hidroponik Modern
 
Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanaman
 
Pemanfaatan Pekarangan Sebagai "Warung Hidup" by NI MADE KRISNA INDRAYANI
Pemanfaatan Pekarangan Sebagai "Warung Hidup" by NI MADE KRISNA INDRAYANIPemanfaatan Pekarangan Sebagai "Warung Hidup" by NI MADE KRISNA INDRAYANI
Pemanfaatan Pekarangan Sebagai "Warung Hidup" by NI MADE KRISNA INDRAYANI
 
Budidaya Tanaman
Budidaya TanamanBudidaya Tanaman
Budidaya Tanaman
 
Syaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
Syaratan Tumbuh Tanaman HortikulturaSyaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
Syaratan Tumbuh Tanaman Hortikultura
 
Rancangan Usaha Agribisnis
Rancangan Usaha AgribisnisRancangan Usaha Agribisnis
Rancangan Usaha Agribisnis
 
Nutrisi hidroponik f
Nutrisi hidroponik fNutrisi hidroponik f
Nutrisi hidroponik f
 
Slide 3 kapita hortikultura
Slide 3 kapita hortikulturaSlide 3 kapita hortikultura
Slide 3 kapita hortikultura
 
Ayo membuat Pupuk Cair Organik
Ayo membuat Pupuk Cair OrganikAyo membuat Pupuk Cair Organik
Ayo membuat Pupuk Cair Organik
 
Tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian
Tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanianTugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian
Tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian
 
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.pptOPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
OPT CABAI DAN PENGENDALIANNYA-2.ppt
 
Bokashi
BokashiBokashi
Bokashi
 
Tugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandaraTugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandara
 
09 hidroponik
09   hidroponik09   hidroponik
09 hidroponik
 
Teknis pembuatan pupuk organik padat
Teknis pembuatan  pupuk organik padatTeknis pembuatan  pupuk organik padat
Teknis pembuatan pupuk organik padat
 

Similar to MERACIK NUTRISI HIDROPONIK TERBARU JOGJA.pdf

Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-TebuPentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-TebuIr. Zakaria, M.M
 
Tugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara HidroponikTugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara Hidroponikivan ara
 
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptxekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptxlisa hidayati
 
Materi Pembuatan Pupuk Kompos.pptx
Materi Pembuatan Pupuk Kompos.pptxMateri Pembuatan Pupuk Kompos.pptx
Materi Pembuatan Pupuk Kompos.pptxBogoCaplino
 
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
Mikrobiologi pangan   bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2Mikrobiologi pangan   bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2Muhammad Yusuf
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Analisa kualitas air
Analisa kualitas airAnalisa kualitas air
Analisa kualitas airAFRIJONI SPT
 
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaranParameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaranYos F. da-Lopes
 
ppt pupuk organik diperta.ppt
ppt pupuk organik diperta.pptppt pupuk organik diperta.ppt
ppt pupuk organik diperta.pptbppcandisidoarjo
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianEfri Yadi
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikanDaniel Heintje Ndahawali
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Ariefman Fajar
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikanDaniel Heintje Ndahawali
 
CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL –...
CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL –...CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL –...
CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL –...Achmad Machi Fatchanuddin
 
Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021Indra Wijaya
 

Similar to MERACIK NUTRISI HIDROPONIK TERBARU JOGJA.pdf (20)

Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-TebuPentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
Pentingnya Hara-dan-Pupuk-untuk-Rendemen-Tebu
 
Tugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara HidroponikTugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara Hidroponik
 
Manajemen kualitas air
Manajemen kualitas airManajemen kualitas air
Manajemen kualitas air
 
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptxekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
ekologi mikroba virus, bakteri, jamur, protozoa.pptx
 
Materi Pembuatan Pupuk Kompos.pptx
Materi Pembuatan Pupuk Kompos.pptxMateri Pembuatan Pupuk Kompos.pptx
Materi Pembuatan Pupuk Kompos.pptx
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 
1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan1. dasar dasar pengomposan
1. dasar dasar pengomposan
 
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
Mikrobiologi pangan   bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2Mikrobiologi pangan   bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Analisa kualitas air
Analisa kualitas airAnalisa kualitas air
Analisa kualitas air
 
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaranParameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
Parameter pencemaran dan perubahan lingkungan akibat pencemaran
 
ppt pupuk organik diperta.ppt
ppt pupuk organik diperta.pptppt pupuk organik diperta.ppt
ppt pupuk organik diperta.ppt
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
 
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
Mikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikanMikroorganisme  penyebab kerusakan  pada ikan
Mikroorganisme penyebab kerusakan pada ikan
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL –...
CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL –...CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL –...
CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL –...
 
ekosistem_pptx.pptx
ekosistem_pptx.pptxekosistem_pptx.pptx
ekosistem_pptx.pptx
 
Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021
 

Recently uploaded

Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaFathan Emran
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxmuhammadyudiyanto55
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docxRinawatiRinawati10
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxkinayaptr30
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxbobobodo693
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)LabibAqilFawaizElB
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIgloriosaesy
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...haryonospdsd011
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawassuprihatin1885
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..widyakusuma99
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogorWILDANREYkun
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxnawasenamerta
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024AndrianiWimarSarasWa1
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024SABDA
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaagusmulyadi08
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusiSusanti94678
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxDWIHANDOYOPUTRO2
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 

MERACIK NUTRISI HIDROPONIK TERBARU JOGJA.pdf

  • 1. HydroBuddy V.1.62 Software Credit To : Dr. Daniel Fernandez PhD - http://scienceinhydroponics.com
  • 2. Aspek Legal Nutrisi Harus berhati-hati dalam memilih suplier bahan baku Nutrisi Hidroponik, karena peracik Nutrisi Hidroponik bisa dijerat dengan peraturan berikut : 1. Pasal 1 Subsider 3E, dan Pasal 6 ayat 1 huruf B Undang Undang No. 7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi. 2. Pasal 4 huruf A jungto Pasal 8 ayat 1 Perpu No. 8 Tahun 1962 tentang Pengawasan Barang-Barang yang Kaitannya untuk Kestabilan Ekonomi. 3. Pasal 19 ayat 1, Pasal 21 ayat 1, Permendag No. 15 Tahun 2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi. 4. Pasal 120 ayat 1 dan 2, Undang Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. 5. Pasal 62 ayat 1 juncto pasal 8 ayat 1 huruf i Undang Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 6. Pasal 60 Ayat 1 Huruf F juncto Pasal 37 ayat 1 Huruf E Undang Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. 7. Pasal 113 Undang Undang No. 7 Tahun 2012 tentang Perdagangan.
  • 4. Memulai Menggunakan Hydrobuddy BAGAIMANA MENGISI ANGKA-ANGKA ELEMEN DALAM HYDROBUDDY ??? PRAKTEK MENGHITUNG NUTRISI SAYURAN DAUN
  • 5. Seputar Air Baku AIR BAKU Keasaman (pH) Butiran Padat Terlarut (TDS) Suhu Air Kekerasan Air (Permanent Hardness) Kesadahan Sementara (Alkalinity) Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) Besi Tidak Larut (Anaerob Fe) Salinitas dan Sodisitas
  • 6. Seputar Air Baku 1. Keasaman Air (pH) pH air baku sangat mempengaruhi penyerapan nutrisi oleh akar tanaman. Dalam hidroponik, range pH yang digunakan adalah 5,5 – 6,2. pH adalah bilangan Logaritma, turun naik 1,0 artinya 2X lipat.
  • 7. Seputar Air Baku 2. Kandungan Butiran Padat Terlarut (TDS) Kandungan Butiran Padat Terlarut atau Total Dissolved Solid (TDS) yang terkandung dalam air baku tidak kasat mata karena sifatnya larut sempurna. Meskipun jumlahnya bisa diukur dengan TDS Meter, tetapi komposisinya hanya bisa diketahui melalui uji Laboratorium. Komposisi yang tidak diketahui inilah yang dikhawatirkan akan mengacaukan komposisi hara dalam nutrisi. Sebagai langkah kompromi, air baku yang masih bisa dipakai untuk digunakan menjadi larutan nutrisi hidroponik maksimal adalah 100 ppm. Lebih kecil lebih bagus.
  • 8. Seputar Air Baku 3. Suhu Air Karena larutan nutrisi hidroponik tersusun dari air + garam-garam kimia, maka suhu yang ekstrim, entah itu terlalu rendah atau terlalu tinggi, selalu akan membawa masalah bagi komposisi nutrisi itu sendiri. Suhu air baku yang akan menjadi larutan nutrisi yang dipakai dalam hidroponik idealnya berada dalam range 23 – 30 derajat Celcius. 4. Oksigen Terlarut (DO) Konsentrasi Oksigen terlarut atau Dissolved Oksigen (DO) di dalam air larutan nutrisi hidroponik, berbanding terbalik dengan Suhu Air. Semakin tinggi suhu, makin rendah DO-nya. Tumbuhan memerlukan Oksigen terlarut untuk respirasi Aerob di akar, karena itu konsentrasi DO idealnya minimal 7,5 ppm pada suhu air 30 derajat Celcius.
  • 9. Seputar Air Baku 5. Kekerasan Air (Permanent Water Hardness) Kekerasan Air disebabkan karena kandungan senyawa ikatan Karbonat dengan Logam Alkali Tanah seperti CaCO3 dan MgCO3 di dalam air. Ketika terpecah, maka akan terbentuk ion bermuatan positif (Kation) Ca2+ dan Mg2+ serta ion bermuatan negatif (Anion) CO3 2- (Karbonat) dan HCO3 - (Bikarbonat). Kandungan Karbonat tinggi sering dicirikan dengan pH air baku yang tinggi, karena Karbonat merupakan buffer pH, pembawa sifat Basa. Ca2+ dan Mg2+ membentuk Permanent Hardness. Dalam hidroponik, kekerasan air ini akan mempengaruhi penyerapan nutrisi di Zona Akar (Rhizosphere). Karena itu menjadi hal yang sangat penting menghitung juga berapa potensi kekerasan air pada larutan akhir nutrisi yang kita mau buat.
  • 10. Seputar Air Baku 6. Kesadahan Sementara (Water Alkalinity) Water Alkalinity didefinisikan sebagai kemampuan air dalam menetralkan asam. Agak mirip dengan kekerasan air, penyebab utama Alkalinity adalah adanya Ion bermuatan negatif (Anion) berupa CO3 2- (Karbonat), HCO3 - (Bikarbonat) dan Ion OH- (Hidroksida). Kandungan yang cukup tinggi dari Ion-ion ini menyulitkan proses penurunan pH dengan penambahan asam. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan asam pada setiap kebun berbeda-beda, meskipun mereka menggunakan untuk menurunkan angka pH yang sama. Misal Petani A pada kebunnya menggunakan 20 ml/liter air untuk menurunkan pH dari 9,0 ke 6,0. Sedangka Petani B butuh 80 ml/liter untuk menurunkan angka yang sama.
  • 12. Seputar Air Baku 7. Kandungan Besi Tidak Terlarut (Anaerob Fe) Ketika menggunakan sumber air yang berasal dari sumur Artesis dalam, biasanya akan memiliki kandungan ion Fe2+ yang sangat tinggi. Secara alamiah Fe2+ ini jika teroksidasi dengan Oksigen maka akan menjadi Fe3+. Dalam kondisi ini, maka akan cepat sekali terbentuk senyawa-senyawa besi non solube seperti Fe(OH)2 (Besi Hidroksida), Fe(OH)3 (Besi Trihidroksida), Fe2O3 (Besi Trioksida), dan FePO4 (Besi Phosphat). Selain akan mempengaruhi keseimbangan Anion dan Kation, ketiga senyawa ini adalah senyawa Besi yang tidak larut dalam air dan berpotensi mengendap (Presipitasi). Pada teknik Fertigasi, endapan Besi tidak larut ini berpotensi menyebabkan penyumbatan (Clogging) berupa kerak pada instalasi.
  • 13. Seputar Air Baku 8. Salinitas dan Sodisitas Air Salinitas air (Salinity) adalah konsentrasi garam-garam alam yang terlarut sempurna di dalam air, sedangkan nilai Sodisitas air (Sodicity) lebih berfokus pada kandungan ion Na+ terutama dalam bentuk garam NaCl yang akan membentuk ion Na+ dan Cl-. Nilai keduanya ini sebenarnya masuk ke dalam EC Meter ketika mengukur EC air baku, tetapi untuk lebih presisi tetap harus menggunakan analisis Laboratorium. Untuk aplikasi hidroponik, air baku dengan salinitas dan sodisitas tinggi tidak dianjurkan untuk digunakan. Karena kandungan NaCl yang ada akan mengacaukan balance nutrisi secara ion yang diaplikasikan. Kadar Na+ akan mengacaukan komposisi Kation dan kadar Cl- akan mengacaukan komposisi Anion. Kandungan Na+ yang masih bisa diabaikan ialah < 34 ppm, sedang kandungan Cl- adalah < 53 ppm.
  • 15. Prinsip Dasar Nutrisi Hidroponik Karena Hidroponik adalah sistem budidaya yang parameternya dikondisikan, maka desain Nutrisi harus memenuhi prinsip ini : 1. LENGKAP (Complete) Nutrisi harus lengkap mengandung minimal 12 unsur hara penting baik unsur Makro maupun Mikro, dalam jumlah cukup. 2. SESUAI (Accordingly) Ketersediaan setiap elemen unsur yang dibutuhkan tanaman dalam Nutrisi harus sesuai dengan rasio tertentu yang dibutuhkan tanaman, sehingga tanaman tidak mengalami kekurangan (Defisiensi) atau kelebihan (Phytotoxic). 3. BERIMBANG (Balance) Karena penyerapan nutrisi di akar bersifat ionik, maka perlu dijaga juga keseimbangan total dari jumlah ion bermuatan negatif (Anion) dengan total jumlah ion bermuatan positif (Kation).
  • 16. Prinsip Dasar 1 : LENGKAP NUTRISI HIDROPONIK N P K Mg Ca S Fe Zn B Mn Cu Mo Unsur Hara MAKRO PRIMER Unsur Hara MAKRO SEKUNDER Unsur Hara MIKRO 12 Unsur Hara Esensial
  • 17. Prinsip Dasar 1 : LENGKAP Dalam setiap larutan nutrisi hidroponik LENGKAP, minimal akan ada 20 bentuk Ion Mono Atom / Poly Atom seperti di atas. Hara dalam bentuk inilah yang diserap tanaman. Akar tanaman akan menyerap berdasarkan perbedaan muatan. Bulu akar bermuatan negatif akan menyerap Kation, dan sebaliknya bulu akar bermuatan positif akan menyerap Anion. Unsur Hara tersebut bisa juga merupakan bawaan air baku.
  • 18. Prinsip Dasar 2 : SESUAI Rasio antar unsur Makro harus SESUAI dengan kebutuhan tanaman. Onion Uptake Macro Element (Whole Plant)
  • 19. Prinsip Dasar 2 : SESUAI Untuk unsur Mikro, jika ada boleh dipakai, jika tidak bisa memakai rata-rata kebutuhan tanaman (Average Plant Need) Onion Uptake Micro Element (Whole Plant)
  • 20. Prinsip Dasar 2 : SESUAI Rasio antar unsur Makro Primer (NPK) diidentifikasi sesuai dengan hasil riset pada bagian tanaman yang dimanfaatkan. Beberapa rasio NPK dasar yang bisa dipakai antara lain : NPK rasio 4 – 1 - 5 : Digunakan pada Sayuran Daun NPK rasio 3 – 1 - 6 : Digunakan pada Buah. NPK rasio 3 – 1 – 5 : Digunakan pada nutrisi Umbi. NPK rasio 5 – 2 - 6 : Digunakan pada nutrisi Bunga. Kesesuaian Paling Utama Adalah Rasio Nilai NPK
  • 21. Prinsip Dasar 2 : SESUAI Prinsip Desain Nutrisi Analogi Equalizer Desainer Nutrisi Hidroponik mencari “Kombinasi Rasio Terbaik” yang sesuai dengan tanaman yang sedang dibudidayakan. 1 mmol 2 mmol 3 mmol 4 mmol 5 mmol 6 mmol 7 mmol 8 mmol 9 mmol N Mo P K Ca Mg S Fe Zn Mn Cu B
  • 22. Prinsip Dasar 3 : BERIMBANG Total jumlah Ion Positif (Kation) harus berimbang dengan Total jumlah Ion Negatif (Anion).
  • 23. Hubungan Antar Elemen Hara Chart Mulder
  • 24. Akibat Kegagalan Desain Nutrisi Apabila desain nutrisi Hidroponik gagal, untuk memenuhi semua kebutuhan tanaman akan elemen hara dalam jumlah tertentu, maka akan berlaku hukum Justus Liebig, dimana pertumbuhan di tanaman BUKAN DITENTUKAN oleh elemen hara yang tersedia, tapi justru DIBATASI oleh jumlah elemen unsur hara yang kurang tersedia. Justus Von Liebig (1803 – 1873) The Law Of The Minimum
  • 25. • Mengetahui Jenis dan Varietas Tanaman • Mengetahui bagian tanaman yang dimanfaatkan Identifikasi Tanaman • Mengetahui Umur Tanaman / Fase Tanam • Iklim dan Lingkungan (Kemarau / Hujan) • Sistem Hidroponik / Media yang Digunakan Menentukan Kebutuhan Tanaman • Alokasi kebutuhan per unsur hara aman • Rasio beberapa unsur Makro berdasarkan Uptake / Removal spesifik • Balancing jumlah Anion dan Kation Perhitungan Komposisi Nutrisi Proses Peracikan Nutrisi
  • 26. Kebutuhan Hara Tanaman Range Kebutuhan Hara Tanaman Pada Iklim Tropis
  • 28. Pemisahan Nutrisi Bentuk AB Mix Struktur Nutrisi AB Mix Berdasar Senyawa dan Ionik • N (NO3-) • N (NH4+) • K2O • P2O5 • MgO • SO3 • Fe • Zn • B • Cu • Mn • Mo • N (NO3-) • N (NH4+) • K2O • Ca • Fe Alasan utama kenapa Nutrisi Hidroponik berbentuk AB Mix, dengan 2 stok terpisah antara Stok A dan Stok B adalah menghindari Reaksi Awal antar Unsur maupun Senyawa, pada saat bahan mentah berbentuk padatan, maupun larutan Stok Master Pekat. Reaksi Awal ini akan menyebabkan terbentuknya endapan atau senyawa-senyawa baru yang tidak diinginkan, karena tidak bisa diserap tanaman. Pembagian tersebut antara lain untuk menghindari Kalsium (Ca) bertemu dengan Phosphat (P) atau bertemu dengan Sulfur (S).
  • 29. Pemisahan Nutrisi Bentuk AB Mix Struktur Nutrisi AB Mix Berdasar Penempatan Ionik Ideal • NO3(-) • H2PO4(-) • HPO4(2-) • SO4(2-) • H2BO3(-) • MoO4(2-) • SiO2(2-) • NH4(+) • K(+) • Ca(2+) • Mg (2+) • Fe(2+) • Zn(2+) • Cu(2+) • Mn(2+) Karena keterbatasan komposisi bahan tunggal, maka terkadang harus dilakukan sebuah kompromi penempatan bahan seperti di atas. Tetapi secara ideal sebenarnya pemisahan AB Mix tidak hanya untuk menghindari pertemuan unsur Ca dengan S atau P saja, tetapi lebih mendalam dari itu, sebenarnya adalah pemisahan bahan-bahan yang menghasilkan ion muatan positif (Kation) dengan ion bermuatan negatif atau (Anion). KATION ANION
  • 30. Pemisahan Nutrisi Bentuk AB Mix Penyebab dan Jenis-Jenis Pengendapan
  • 31. Pengenalan Perhitungan Nutrisi Akar pada tanaman tidak mau tahu tentang prosen bahan, atau pun juga berapa timbangannya. Akar tanaman HANYA akan melihat Hara dengan jelas dalam bentuk Ionik, berapa berat atomnya, berapa Mol jumlah zatnya, berapa muatan Ionnya. Timbangan adalah AKIBAT dari perhitungan, dan bukan SEBAB perhitungan. Karena itu dalam mendesain nutrisi Hidroponik, yang harus di desain sebenarnya adalah konsentrasinya dalam berbagai satuan berbeda.
  • 32. Pengenalan Satuan Yang Dipakai Secara umum ada 3 (tiga) satuan yang dipakai yang biasa digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan nutrisi Hidroponik : 1. Untuk Total Dissolved Solid (TDS) digunakan PPM (mg/Lt.) TDS adalah ukuran total suatu zat padatan terlarut baik organik maupun anorganik, yang berupa Ion bermuatan atau pun materi padat yang tidak bermuatan. Satuan yang biasa digunakan adalah Part Per Million (PPM) atau bagian per sejuta, biasa digunakan untuk Unsur Makro. Ada juga Part Per Billion (PPB) atau bagian per semilyar biasa untuk penyebutan konsentrasi Unsur Mikro. Nilai PPM ini bisa dikonversi ke dalam EC atau mmol/Lt (dua satuan konsentrasi lainnya). Umumnya yang digunakan di Indonesia adalah EC Scale 500 dimana EC = 1,0 akan setara dengan 500 PPM. Jika satuannya mmol/Lt maka berat Atom tiap unsur sudah disertakan. Sehingga untuk 1 ppm = Berat Atom x 1 mmol/Lt.
  • 33. Pengenalan Satuan Yang Dipakai 2. Untuk Electrical Conductivity (EC) digunakan mS/cm Nilai EC merupakan parameter yang menunjukan jumlah konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam air nutrisi, semakin banyak ion yang terlarut, maka semakin tinggi pula nilai EC air nutrisi tersebut. Satuannya adalah mS/cm dibaca mili Siemens per centi meter. Ada juga yang menggunakan satuan µS/cm (micro siemens per centi meter). Tetapi lebih umum digunakan mS/cm daripada µS/cm. Nilai EC didapatkan dari = (Jumlah molaritas seluruh Anion + Jumlah molaritas seluruh Kation) dibagi 20. 3. Untuk Molaritas digunakan mmol/Lt Milimol adalah satuan yang mencerminkan kekuatan gabungan suatu spesi kimia. Satu Mol adalah bobot molekul suatu zat dalam gram. Satu milimol adalah 1 / 1.000 bobot molekul tersebut dalam gram. Konversi ini nantinya bisa digunakan untuk menentukan berat timbangan bahan nutrisi. Satuan ini juga bisa dikonversi ke dalam ppm dimana 1 mmol/Lt = 1 ppm / berat atom.
  • 34. Aplikasi Penggunaan Satuan Digunakan untuk menentukan konsentrasi target dan alokasi masing-masing hara pada proses desain komposisi nutrisi, supaya sesuai dengan kebutuhan tanaman. Digunakan untuk mengukur dan evaluasi seberapa pekat total konsentrasi yang dihasilkan setelah perhitungan nutrisi selesai dilakukan. Digunakan untuk menghitung muatan Ion- Ion yang ada pada komposisi nutrisi, baik supaya lebih mudah melihat Balancing muatan. Bisa juga jadi acuan desain awal. Tiap Satuan Digunakan Dengan Fungsi Masing-Masing
  • 35. Rasio NPK Apakah Yang Membedakan Antara Nutrisi Sayuran Daun, Nutrisi Buah, Nutrisi Sayuran Umbi, Nutrisi Bunga Potong, dan seterusnya ? Mengenal Rasio NPK
  • 36. Rasio NPK Rasio Nitrogen (N), Phosphat (P), dan Kalium (K) • Pertumbuhan daun, batang dan cabang. • Perkembangan sel baru, produksi enzym dan klorofil. • Esensial pertumbuhan. • Pertumbuhan ujung akar dan establisher tanaman muda. • Pembentukan bunga dan bakal buah. • Membentuk perakaran yang kuat. • Esensial dalam sintesa karbohidrat untuk perkembangan buah dan umbi. Mengenal Rasio NPK
  • 37. Dari Mana Rasio NPK Didapat? Rasio Tersebut Adalah Hasil Riset Materi Kering (Dry Matter)
  • 38. Dari Mana Rasio NPK Didapat? Analisis Materi Kering (Dry Matter) Sebesar 13% Jadi total Elemen Hara dalam tanaman itu hanya menempati porsi sebesar 1,95% dari total volume tanaman.
  • 39. Rasio NPK Cara Mendapat Rasio NPK Spesifik Per Tanaman Darimana Mendapatkan Data Angka Rasio NPK? Cara 1 : CARI DARI CROP GUIDE Contoh Referensi Uptake Nutrisi Makro pada Tomat Source : SQM Crop Kit Handbook Tomato
  • 40. Rasio NPK Cara 1 : Dari Crop Guide Contoh Referensi Uptake Nutrisi Makro pada Tomat Source : Yara Tomato Plantmaster
  • 41. Rasio NPK Cara 1 : Dari Crop Guide
  • 42. Cara 1 : Dari Crop Guide
  • 43. Cara 1 : Dari Crop Guide
  • 44. Cara 2 : Web Database Contoh Web Resource Database NPK Removal per tanaman spesifik. Link : https://www.ipni.net/app/calculator/home
  • 45. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik Alternatif Lainnya Lagi Menentukan Nilai NPK Caranya dengan meniru kombinasi NPK di Pasaran Contoh Cara Baca Pupuk Tanah NPK Mutiara Meroke : 16 - 16 - 16 (Rasio jika dikonversi dalam bentuk Unsur) 16 % N - 16 % P2O5 - 16 % K2O 16 % N - 6,98 % P - 13,28 % K Dalam meniru rasio pupuk yang ada di pasaran perlu dicatat bahwa Rasio dalam bentuk SENYAWA yaitu = N : P2O5 : K2O Sehingga harus melalui proses konversi dulu. 96 ppm - 42 ppm - 80 ppm
  • 46. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik Jika meniru rasio NPK dari pupuk NPK di pasaran, maka pastikan pupuk komersial tersebut digunakan spesifik untuk tanaman apa. Contoh : Misal untuk Bunga = SQM Ultrasol FLOWER = 18 – 6 – 19 Misal untuk Buah Umum = Meroke GROWER = 15 – 9 – 20 Misal untuk Sayur Batang = Fertimed COMPLEX = 18 – 9 – 18 Misal untuk Sayuran Umbi = Haifa POLY FEED = 16 – 8 – 32 Misal untuk Umbi Kentang = Yara SUPERPOTATO = 8 – 10 – 20 Untuk diperhatikan bahwa 3 angka tersebut adalah bukan angka rasio N – P – K melainkan N – P2O5 – K2O. Karena itu, kalikan jumlah P2O5 dengan 0,44 untuk mendapatkan P. Untuk mendapatkan nilai K, kalikan jumlah K20 dengan 0,83.
  • 47. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik Tabel Konversi
  • 48. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik Desain Rasio NPK untuk Nutrisi Advance Berbasis Fase Tanam Rasio NPK berbeda pada tiap fase pertumbuhan. 1. Fase Establishment cenderung mengikuti bentuk Contoh Rasio = 1 : 2 : 1 atau 2 : 3 : 2 dll 2. Fase Vegetatif cenderung mengikuti bentuk Contoh Rasio = 1 : 1 : 1 atau 1 : 1 : 2 dll 3. Fase Flowering, Fruit Setting, Fruit Maturing cenderung mengikuti bentuk Contoh Rasio = 2 : 1 : 2 atau 2 : 1 : 3 dll V V Rasio 3 Angka Mewakili Rasio N : P2O5 : K2O
  • 49. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik Contoh Rasio NPK Berbasis Fase Tanam Pada TOMAT
  • 50. Pendekatan Dan Metode Perhitungan Pendekatan Perhitungan Dan Metode 2 Kaki • Semua elemen hara langsung dihitung dalam bentuk PPM, dengan aturan rasio tertentu. Perhitungan Rasio PPM • Menentukan besaran elemen hara dalam PPM kemudian mengkonversi ke mmol/Lt, untuk hitung Balancing . Perhitungan Dalam mmol/Lt
  • 51. Pendekatan Dan Metode Perhitungan Kenapa Harus Memakai Pendekatan mmol/Lt.? Supaya Tidak “DITIPU” Oleh Angka. Contoh Kasus : Bagi tanaman, lebih “DILIHAT” yang mana antara : 46 ppm Natrium (Na) atau 60 ppm Kalium (K) ? Pembahasan : 46 ppm Natrium (Na) = 46 mg Na/Lt. 46 mg Na/Lt. / 23 (Berat Atom Natrium) = 2,0 mmol Na/Lt. 60 ppm Kalium (K) = 60 mg K/Lt. 60 mg K/Lt. / 39,1 (Berat Atom Kalium) = 1,5 mmol K/Lt. Kesimpulan : Tanaman lebih “MELIHAT” 46 ppm Natrium daripada 60 ppm Kalium.
  • 52. Dasar Metode PPM Rasio Metode N Base Menggunakan Dasar Uptake Nutrisi Tanaman
  • 53. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) Komponen Penyusun Nitrogen (N) Dalam Hidroponik NO3- NH4+ Total N
  • 54. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) Total Nitrogen (N Total) biasanya ditetapkan dalam range antara 200 ppm – 250 ppm. Akan tetapi untuk mencapai nilai rasio NPK tertentu, nilai Total Nitogen ini boleh dimodifikasi sesuai dengan target nilai kita. Kategori range nilai sebagai berikut : Di atas 300 ppm : Pertumbuhan Super Aggresive (Biasa untuk memacu Fase Vegetatif) 251 ppm – 300 ppm : Pertumbuhan Aggresive 200 ppm – 250 ppm : Pertumbuhan Normal Moderate Kurang dari 200 ppm: Modifikasi Untuk Mengejar Rasio NPK
  • 55. Rasio Ammonium (NH4+) dan Nitrate (NO3-) • Dalam Nutrisi Hidroponik, unsur Nitrogen (N) diberikan dalam bentuk Ammonium (NH4+) dan Nitrate (NO3-). • Kedua Ion ini memiliki sifat dan mekanisme sintesa mentabolisme yang berbeda pada tanaman. Oleh karena itu, rasio yang tepat dalam memformulasikan keduanya, akan menghasilkan tanaman yang memiliki perkembangan yang bagus. • Aplikasi Ammonium (NH4+) pada Hidroponik akan berbeda sekali jika dibandingkan dengan aplikasi di tanah. Pada tanah, sintesa Ammonium (NH4+) dibantu oleh bakteri yang merubahnya menjadi Nitrit (NO2-) kemudian menjadi Nitrat (NO3-). Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
  • 56. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) • Dalam Nutrisi Hidroponik, unsur Nitrogen (N) dalam bentuk Ammonium (NH4+) diberikan lebih sedikit daripada Nitrat (NO3-). Alasannya karena Nitrat adalah bentuk senyawa yang lebih tersedia bagi metabolisme tanaman. • Jika terlalu banyak Ammonium diberikan, maka terjadi kompetisi penyerapan di bulu akar dengan Ion lain yang bermuatan sama yaitu Kation (Ion +) seperti K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn, Zn. • Ammonium (NH4+) harus tetap diberikan. Selain untuk memaksimalkan penyerapan N, Ammonium juga vital untuk pembentukan Asam Amino, yang merupakan bahan dasar dari enzim dan hormon tanaman. Tetapi besaran yang dibutuhkan tanaman kisaran 5% – 15% dari total N. Dengan angka tidak lebih dari 21 ppm (1,5 mmol N/Lt.) dari total ppm N Total (Ref : Nutrient Solution For Greenhouse Crops – Geerten Van Der Lugt – Page 16)
  • 57. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) Memahami Sifat Metabolisme Ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-) SIFAT I : • Metabolisme Ammonium (NH4+) menurunkan pH larutan. • Metabolisme Nitrat (NO3-) menaikan pH larutan. Keseimbangan muatan listrik pada level akar akan selalu terjaga secara alami. Ketika tanaman menyerap 1 Ion Ammonium (NH4+) maka 1 Ion H+ akan dilepaskan. Ini akan membuat larutan makin asam. Sebaliknya ketika akar tanaman menyerap 1 Ion Nitrat (NO3-) maka 1 Ion OH- akan dilepaskan sehingga larutan makin basa.
  • 58. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) Mekanisme Penyerapan Ion Positif (Kation)
  • 59. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) Mekanisme Penyerapan Ion Negatif (Anion)
  • 60. SIFAT II : • Metabolisme Ammonium (NH4+) boros Oksigen (O2). • Metabolisme Nitrat (NO3-) lebih hemat Oksigen (O2). Dalam metabolismenya, tanaman akan mengambil Nitrat (NO3-) lalu mengirimnya ke daun untuk direaksikan dengan Glukosa (C6H12O6) hasil Fotosintesis. Proses ini lebih menghemat Oksigen (O2) daripada proses metabolisme pengambilan Ammonium (NH4+) yang memaksa Glukosa (C6H12O6) untuk diturunkan jauh dari pabriknya di daun, turun ke akar, karena reaksi sintesa Glukosa (C6H12O6) dan Ammonium (NH4+) hanya terjadi di akar. Proses ini membutuhkan lebih banyak Oksigen (O2), dan jika larutan nutrisi miskin Oksigen maka tanaman menjadi stress. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
  • 61. SIFAT III : • Metabolisme Ammonium (NH4+) efektif di dataran tinggi. • Metabolisme Nitrat (NO3-) efektif di dataran rendah. Pada suhu tinggi (Baca : Dataran Rendah), respirasi tanaman sangat cepat. Hal ini akan mempercepat pula konsumsi Glukosa (C6H12O6) hasil Fotosintesis, sehingga Glukosa (C6H12O6) kurang tersedia bagi metabolisme Ammonium (NH4+). Pada saat bersamaan dalam suhu tinggi, Solubilitas Oksigen (O2) dalam air akan berkurang sehingga memperburuk ketersediaan Oksigen (O2) untuk metabolisme Ammonium (NH4+). Kebalikannya pada suhu rendah (Baca : Dataran Tinggi), penggunaan lebih banyak Ammonium (NH4+) bisa diterima karena respirasi tanaman melambat sehingga Oksigen (O2) dan Glukosa (C6H12O6) lebih banyak tersedia di akar. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
  • 62. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) SIFAT IV : • Ammonium (NH4+) cenderung menurunkan Shelf Life. • Nitrat (NO3-) cenderung meningkatkan Shelf Life. Berat Ion Ammonium (NH4+) adalah 18, berat ini sama dengan molekul air (H20). Sedangkan Ion Nitrat (NO3-) memiliki berat 48. Dari perbandingan berat ini, maka jika tanaman menyerap N dalam bentuk NH4+ terlalu banyak, sel-sel tanaman yang dihasilkan akan tumbuh raksasa, tapi dinding selnya rapuh, tidak kompak, dan tidak bisa menyimpan air. Timbangan akan menjadi ringan sekali. Hal ini akan menurunkan umur simpan (Shelf Life) dari hasil panen. Sebaliknya pemberian Nitrat dalam jumlah yang besar, menciptakan sel yang kompak, sehingga tanaman berdiri tegap, daya tahan tinggi terhadap serangan penyakit cendawan. Karena Nitrat adalah Anion, maka Kation yang menjadi kunci Shelf Life tanaman seperti Kalsium (Ca) dan Kalium (K) akan diserap dengan baik, ini meningkatkan Shelf Life.
  • 63. Kesimpulan Rasio Ammonium (NH4+) dan Nitrate (NO3-) Ammonium (NH4+) Nitrate (NO3-) 5% (Total Nitrogen) 15% (Total Nitrogen) 95% (Total Nitrogen) 85% (Total Nitrogen) Semakin Dingin Suhu Lokasi Semakin Rendah pH Nutrisi Akhir Semakin Boros Aerasi Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) Semakin Rendah Umur Simpan Kesimpulan menentukan Total Nitrogen : 1. Gunakan angka 250 ppm untuk memaksimalkan Pertumbuhan Moderate. 2. Gunakan rasio Ammonium dan Nitrat 5% - 15% max 21 ppm (Fine Tunning).
  • 64. Kondisi Apa Yang Mengharuskan NH4 Dimaksimalkan? Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) Kapan NH4 dimaksimalkan sebesar 21 ppm dan atau 5% - 15% dari Total N? 1. Pada saat menggunakan Air Baku dengan kondisi Hard Water. 2. Pada saat menggunakan Air Baku dengan kondisi pH sangat tinggi (di atas 7,0). 3. Pada tanaman buah, gunakan dari Fase Pindah Tanam (Establishment) dan Fase Vegetatif. Karena terlalu banyak NO3 akan menekan penyerapan Phosphat (P). 4. Pada tanaman buah, gunakan saat mendesain nutrisi Fase Fruiting (Tahap Pembungaan), karena sintesa NO3 yang berlebihan menghambat pembentukan bunga. 5. Pada saat mendesain nutrisi untuk memaksimalkan hasil panenan Bunga Potong, karena bunga potong membutuhkan lebih banyak NH4.
  • 65. Pengisian Di Hydrobuddy Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N) • Total N = 250 ppm • N (NH4+) misal ditentukan Maksimal yaitu = 21 ppm. • Karena N (NH4+) ditentukan maksimal = 21 ppm, maka untuk NO3- adalah = 250 – 21 = 229 ppm
  • 66. Bahan Makro Sumber Nitrogen (N) Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
  • 67. Rasio NPK Step 2 : Menentukan Nilai Phosphat (P) Karena Nitrogen (N Total) sudah ditetapkan, maka untuk menentukan nilai P pada perhitungan berbasis PPM, akan bisa langsung dilakukan. Range untuk P adalah 0,15 N – 0,4 N. Untuk perincian kategorinya sebagai berikut : P sebesar 0,15 – 0,2 N : Biasa digunakan pada nutrisi Buah. Terutama Buah fase Generatif. P sebesar 0,21 – 0,25 N : Digunakan pada Sayuran Daun. Atau pada buah Vegetatif. P sebesar 0,26 – 0,3 N : Digunakan pada Sayuran Batang. Atau pada nutrisi Bunga. P sebesar 0,31 – 0,4 N : Digunakan pada nutrisi Umbi. Atau pada Buah Umum Nilai Phosphat (P)
  • 68. Rasio NPK Step 2 : Menentukan Nilai Phosphat (P) Pengisian Di Hydrobuddy • Phosphat (P) untuk nutrisi sayuran daun dihitung sebesar 0,25 X Total N. • P = 0,25 X 250 = 62,5 ppm.
  • 69. Rasio NPK Step 2 : Menentukan Nilai Phosphat (P) Bahan Makro Sumber Phosphat (P)
  • 70. Rasio NPK Step 3 : Menentukan Nilai Kalium (K) Karena Nitrogen (N Total) sudah ditetapkan, maka untuk menentukan nilai K pada perhitungan berbasis PPM, akan bisa langsung dilakukan. Range untuk K adalah 1,15 N – 2,0 N. Untuk perincian kategorinya sebagai berikut : K sebesar 1,15 – 1,45 N : Biasa digunakan pada nutrisi Bunga. Atau bisa juga pada Sayuran Daun. K sebesar 1,26 – 1,35 N : Digunakan pada Buah Vegetatif. K sebesar 1,36 – 1,60 N : Digunakan pada nutrisi Umbi. K sebesar 1,51 – 2,0 N : Digunakan pada Buah Generatif. Nilai Kalium (K)
  • 71. Pengisian Di Hydrobuddy Step 3 : Menentukan Nilai Kalium (K) • Kalium (K) untuk nutrisi sayuran daun dihitung sebesar 1,25 X Total N. • K = 1,25 X 250 = 312,5 ppm.
  • 72. Rasio NPK Step 3 : Menentukan Nilai Kalium (K) Bahan Makro Sumber Kalium (K)
  • 73. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur Menentukan Nilai Calsium (Ca) Karena Nitrogen (N Total) sudah ditetapkan, maka untuk menentukan nilai Ca pada perhitungan berbasis PPM, akan bisa langsung dilakukan. Range untuk Ca adalah 0,7 N – 0,95 N. Untuk perincian kategorinya sebagai berikut : Ca sebesar 0,7 – 0,75 N : Biasa digunakan Umbi dan Sayuran Daun. Ca sebesar 0,76 – 0,95 N : Digunakan pada Bunga dan Buah, Baik Vegetatif maupun Generatif
  • 74. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur Pengisian Di Hydrobuddy • Calsium (Ca) untuk nutrisi sayuran daun dihitung sebesar 0,75 X Total N. • Ca = 0,75 X 250 = 187,5 ppm.
  • 75. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur Bahan Makro Sumber Calsium (Ca)
  • 76. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur Menentukan Nilai Magnesium (Mg) Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) keduanya masuk golongan Logam Alkali Tanah, dan sama-sama diserap tanaman dalam bentuk Ion Ca2+. Kedua unsur ini memiliki sifat Antagonis. Artinya terdapat kompetisi kuat dari kedua unsur ini untuk dapat diserap dengan baik oleh tanaman. Karena karakteristik yang “UNIK” ini maka pada perhitungan berbasis PPM, maka range untuk Mg dipatok berdasarkan 2 elemen yaitu N dan Ca. Range Mg adalah 0,25 N(Ca) – 0,5 N(Ca). Mg sebesar 0,24 – 0,33 N (Ca) : Biasa digunakan Sayuran Daun. Atau bisa juga untuk Bunga. Mg sebesar 0,34 – 0,5 N (Ca) : Digunakan pada Umbi dan Buah, Baik Vegetatif maupun Generatif
  • 77. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur Pengisian Di Hydrobuddy • Magnesium (Mg) untuk nutrisi sayuran daun di sini dihitung sebesar 0,33 X Ca. • Mg = 0,33 X 187,5 = 62,5 ppm.
  • 78. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur Bahan Makro Sumber Magnesium (Mg)
  • 79. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur Menentukan Nilai Sulfur (S) Dalam perhitungan ini, unsur Sulfur (S) digunakan sebagai Unsur Derajat Kebebasan (Degree Of Freedom). Elemen ini adalah unsur independen yang bisa diabaikan dalam perhitungannya karena berdiri bebas. Range angka Sulfat (S) terhadap Nitrogen (N) dalam pada perhitungan berbasis PPM, digunakan sebagai “LIMITER” unsur lain dalam hal ini K dan Mg. Karena bahan yang digunakan yang mengandung S ini hanya MgSO4 (Meroke Mag-S) dan opsional K2SO4 (Meroke SOP). Range S adalah 0,25 N – 0,6 N. S sebesar 0,25 – 0,4 N : Biasa digunakan Sayuran Daun. Atau bisa juga untuk Bunga. S sebesar 0,41 – 0,6 N : Digunakan pada Umbi dan Buah, Baik Vegetatif maupun Generatif
  • 80. Pengisian Di Hydrobuddy Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur • Sulfat (S) dalam hitungan adalah unsur derajat kebebasan mengikuti bahan, diisi angka 1 ppm. • Angka ini nantinya akan berubah seiring hasil perhitungan.
  • 81. Bahan Makro Sumber Sulfur (S) Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
  • 82. Rasio Khusus Kalium Dan Calcium Cek Rasio Ini (Sekedar Pengetahuan) Unsur Kalium (K) dan Calcium (Ca) dalam Chart Mulder memiliki sifat Antagonis dimana Calcium (Ca) akan menekan Kalium (K) jika jumlahnya tidak dikontrol. Karena itu, memperhatikan rasio kedua unsur ini sangatlah penting. K sebesar 1,5 – 2,0 Ca : Biasa digunakan Sayuran Daun. Atau bisa juga untuk Bunga. K sebesar 2,0 – 2,5 Ca : Digunakan pada Buah Umum, Atau juga untuk Umbi.
  • 83. Rasio Khusus Kalium Dan Calsium Makin Tinggi Rasio K/Ca Memperbesar Potensi BER
  • 84. Rasio Khusus Kalium Dan Calcium Makin Rendah Rasio K/Ca Memperbesar Potensi Gold Flecks
  • 85. Rasio Khusus Kalium Dan Calcium Efek Lain Rasio K/Ca Adalah Kulit Buah Dan Umur Simpan
  • 86. Rasio Khusus Kalium Dan Calcium Efek Lain Rasio K/Ca Adalah Memperpanjang Umur Simpan
  • 87. Pengetahuan Seputar Chelate Unsur Mikro • Unsur Mikro meskipun diserap tanaman dalam jumlah yang sedikit tetapi memainkan peranan penting dalam metabolisme tanaman. Tetapi tidak semua Unsur Mikro mampu mempertahankan sifat Larut Sempurna (Solube) di dalam larutan Nutrisi Hidroponik. • Para ahli telah mengembangkan suatu pengikat yang sering dikenal di pasaran sebagai Chelate, yang berfungsi melapisi Logam Bivalent (muatan 2+) sebagai “CAKAR” yang mencengkeram Ion Unsur Mikro agar tetap dalam kondisi Solube. Step 5 : Unsur Mikro
  • 88. • Chelate untuk Unsur Mikro selain Besi (Fe) di pasaran ada dalam bentuk salah satu jenis Asam Amina Polikarboksilat bernama Etilena Diamina Tetra Asetat atau lebih sering disingkat sebagai EDTA. • Khusus untuk Unsur Mikro Besi (Fe) yang mempunyai sifat unik karena bersifat Antagonis terhadap 5 unsur lain serta Sinergisitas terhadap 1 unsur lain, maka di pasaran telah dikembangkan beberapa tipe Chelate pengikat yang lebih Advance. • Antara lain : 1. EDDHA : Ethylene Diamine-N,N bis 2Hydroxyphenylacetic Acid 2. DTPA : Diethylene Triamine Pentaacetic Acid 3. EDTA : Ethylene Diamine Tetraacetic Acid Yang paling baru adalah HEDTA, EDDHMA, dan lain-lain. Step 5 : Unsur Mikro
  • 89. Setiap Fe Chelate Memiliki Kestabilan Berbeda Di Tingkatan pH Tertentu Step 5 : Unsur Mikro
  • 90. Step 5 : Unsur Mikro
  • 91. Step 5 : Unsur Mikro Range Nilai Unsur Mikro Range nilai untuk unsur-unsur mikro sebagai berikut : Fe : 0,838 – 8,38 ppm (0,015 – 0,15 mmol/Lt) Zn : 0,164 – 0,981 ppm (0,0025 – 0,015 mmol/Lt) B : 0,163 – 0,811 ppm (0,015 – 0,075 mmol/Lt) Mn : 0,275 – 1,374 ppm (0,005 – 0,025 mmol/Lt) Cu : 0,032 – 0,953 ppm (0,0005 – 0,015 mmol/Lt) Mo : 0,024 – 0,144 ppm (0,00025 – 0,015 mmol/Lt) Bisa menggunakan bahan Mix Combo atau bahan tunggal. Tetapi perhatikan juga senyawanya.
  • 92. Step 5 : Unsur Mikro PENTING !!! Untuk memilih bahan mikro DISARANKAN hanya memakai bahan berbasis ikatan Chelate (Zn EDTA, Cu EDTA dll). Karena bahan logam ikatan Sulfat (ZnSO4, MnSO4, CuSO4, dll) jika bertemu dengan Phosphat (P) dalam bentuk ion H2PO4(2-), pada pH > 6,0 akan membentuk senyawa baru seperti ZnPO4, MnPO4, CuPO4, dll yang tidak larut di dalam air. Sehingga menimbulkan endapan. Karena ikatan Phosphat pada logam lebih kuat daripada ikatan Sulfat pada logam.
  • 93. Step 5 : Unsur Mikro Perbedaan Unsur + Chelate dan Non Chelate
  • 94. Step 5 : Unsur Mikro Untuk unsur mikro campur Mix Combo digunakan bahan Meroke VITAFLEX. Penggunaan sesuai anjuran produsen adalah 40 gram per 1.000 liter atau 12 gram per 300 liter. Dengan timbangan dosis ini maka elemen yang didapat : Fe : 3 ppm Zn : 0,66 ppm B : 0,4 ppm Mn : 0,6 ppm Cu : 0,64 ppm Mo : 0,1 ppm
  • 95. Pengisian Di Hydrobuddy Step 5 : Unsur Mikro • Rekomendasi 40 gram per 1.000 liter. • Akan didapatkan angka seperti di samping.
  • 96. Pemilihan Bahan Baku Syarat Bahan Baku Dalam Produksi Nutrisi • Larut Sempurna 100 % dalam air (Water Solube). • Kemurnian bahan di atas 98 % dan ada garansi berapa elemen yang akan di dapatkan dari produsen sebagai rujukan data, sehingga klaim komposisi bahan adalah benar. • Kompatibilitas bahan harus jelas sehingga alokasi Stok timbangan tidak meragukan. • Untuk unsur Mikro selain Boron (B) dan Molybdenum (Mo) harus kualitas Chelate. • Harus jelas sifatnya apakah bisa sebagai Buffer pH (penyangga yang mempertahankan pH) atau tidak. • Mengandung Unsur atau Senyawa dalam komposisi yang masih bisa diterima sehingga tidak menyulitkan perhitungan.
  • 97. Bahan Baku Yang Digunakan Bahan Nutrisi Hidroponik Makro Elemen
  • 98. Bahan Baku Yang Digunakan Bahan Nutrisi Hidroponik Mikro Elemen
  • 100. Set Up Basic Hydrobuddy
  • 101. Set Up Basic Hydrobuddy
  • 102. Input Data Bahan • Klik tombol • Kemudian klik lagi tombol • Langkah ini berfungsi untuk menambahkan semua bahan yang akan dipakai tapi belum ada pada database bahan Hydrobuddy. • Tambahkan data setiap bahan yang dibutuhkan, masukan semua data yang tersedia dari produsen bahan. Jangan lupa masukan juga harga per kilogram dari bahan tersebut sebagai bahan perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP).
  • 103. Meroke CALNIT Value Input : • Formula : Ca(NO3)2 • Kategori Stok : A • N(NO3-) : 14,4 • N(NH4+) : 1,1 • Ca : 19 • Purity : 100 • Cost : 12000 Meroke CALNIT
  • 104. Meroke KALINITRA Value Input : • Formula : KNO3 • Kategori Stok : B • N(NO3-) : 13,5 • K : 37,8 • Purity : 100 • Cost : 24000 Meroke KALINITRA
  • 105. Meroke MAP Value Input : • Formula : NH4H2PO4 • Kategori Stok : B • N(NH4+) : 12 • P : 26,6 • Purity : 100 • Cost : 25000 Meroke MAP
  • 106. Meroke MKP Value Input : • Formula : KH2PO4 • Kategori Stok : B • P : 22,7 • K : 28,5 • Purity : 100 • Cost : 30000 Meroke MKP
  • 107. Meroke MAG-S Value Input : • Formula : MgSO4 • Kategori Stok : B • Mg : 9,8 • S : 13 • Purity : 100 • Cost : 10000 Meroke MAG-S
  • 108. Meroke SOP Value Input : • Formula : K2SO4 • Kategori Stok : B • K : 43,7 • S : 18 • Purity : 100 • Cost : 21000 Meroke SOP
  • 109. Meroke VITAFLEX Value Input : • Formula : Micro Mix • Kategori Stok : B • Fe : 7,5 • Zn : 1,65 • B : 1 • Mn : 1,5 • Cu : 1,6 • Mo : 0,25 • Purity : 100 • Cost : 200000 Meroke VITAFLEX
  • 110. Metode 3 Bahan (Paling Sederhana) Pemilihan Bahan Baku • Meroke CALNIT • Meroke FLEK-G • Meroke MAG-S TEKNIS : • Logika perhitungan menggunakan Ca dan N (Calcinit) sebagai Anchor. • FLEK-G berfungsi sebagai Ratio Creator. • MAG-S untuk Balancing. KEUNTUNGAN / RESIKO : • Proses Balancing menggunakan Excel. • Resiko Human Eror KECIL karena bahan cuma 3. • Kurang bisa manuver. • Meroke CALNIT • Meroke FLEK-G • Meroke MAG-S
  • 111. Pemilihan Bahan Baku NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo Alokasi Sumber Hara Metode 3 Bahan
  • 112. Metode 4 Bahan (Bagi Yang Butuh Tambahan P) Pemilihan Bahan Baku • Meroke CALNIT • Meroke FLEK-G • Meroke MAG-S • Meroke MAP TEKNIS : • Logika perhitungan menggunakan Ca dan N (Calcinit) sebagai Anchor. • FLEK-G berfungsi sebagai Ratio Creator. • MAG-S untuk Balancing. • MAP untuk penambahan P dan Ammonium (NH4). KEUNTUNGAN / RESIKO : • Proses Balancing menggunakan Excel. • Resiko Human Eror KECIL karena bahan cuma 4. • Kurang bisa manuver. • Meroke CALNIT • Meroke FLEK-G • Meroke MAG-S • Meroke MAP
  • 113. Pemilihan Bahan Baku NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo Alokasi Sumber Hara Metode 4 Bahan
  • 114. Metode 6 Bahan Pemilihan Bahan Baku • Meroke CALNIT • Meroke KALINITRA • Meroke MAG-S • Meroke MAP • Meroke MKP • Meroke VITAFLEX TEKNIS : • Logika perhitungan menggunakan distribusi merata hara dari bahan. • Ratio Creator didapatkan dari perhitungan melalui Hydrobuddy. KEUNTUNGAN / RESIKO : • Proses Balancing langsung menggunakan Hydrobuddy. • Resiko Human Eror SEDANG karena bahan cuma 6. • Tingkat manuver SEDANG. • Meroke CALNIT • Meroke KALINITRA • Meroke KALINITRA • Meroke MAG-S • Meroke MAP • Meroke MKP • Meroke VITAFLEX
  • 115. Pemilihan Bahan Baku Alokasi Sumber Hara Metode 6 Bahan NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo
  • 116. Metode 7 Bahan (Paling Mudah Dilakukan) Pemilihan Bahan Baku • Meroke CALNIT • Meroke KALINITRA • Meroke MAG-S • Meroke MAP • Meroke MKP • Meroke SOP • Meroke VITAFLEX TEKNIS : • Logika perhitungan menggunakan distribusi merata hara dari bahan. • Ratio Creator didapatkan dari perhitungan melalui Hydrobuddy. • Angka rasio yang diinginkan langsung didapatkan. KEUNTUNGAN / RESIKO : • Proses Balancing masih menggunakan Excel. • Resiko Human Eror SEDANG karena bahan cuma 6. • Tingkat manuver SEDANG. • Meroke CALNIT • Meroke KALINITRA • Meroke KALINITRA • Meroke MAG-S • Meroke MAP • Meroke MKP • Meroke SOP • Meroke VITAFLEX
  • 117. Alokasi Sumber Hara Metode 7 Bahan Pemilihan Bahan Baku NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo
  • 118. Metode 8 Bahan (Yang Butuh Manuver Mg Tanpa Rubah S) Pemilihan Bahan Baku • Meroke CALNIT • Meroke KALINITRA • Meroke MAGNITRA • Meroke MAG-S • Meroke MAP • Meroke MKP • Meroke SOP • Meroke VITAFLEX TEKNIS : • Logika perhitungan menggunakan distribusi merata hara dari bahan. • Ratio Creator didapatkan dari perhitungan melalui Hydrobuddy. • Angka rasio yang diinginkan langsung didapatkan. KEUNTUNGAN / RESIKO : • Proses Balancing masih menggunakan Excel. • Resiko Human Eror TINGGI karena bahan ada 8. • Tingkat manuver TINGGI. • Meroke CALNIT • Meroke KALINITRA • Meroke MAGNITRA • Meroke KALINITRA • Meroke MAG-S • Meroke MAP • Meroke MKP • Meroke SOP • Meroke VITAFLEX
  • 119. Alokasi Sumber Hara Metode 8 Bahan Pemilihan Bahan Baku NO3- NH4+ P K Ca Mg S Fe Zn Cu Mn B Mo
  • 120. Metode 14 Bahan (Yang Butuh Jumlah Unsur Mikro Spesifik) Pemilihan Bahan Baku TEKNIS : • Logika perhitungan menggunakan distribusi merata hara dari bahan. • Ratio Creator didapatkan dari perhitungan melalui Hydrobuddy. • Angka rasio yang diinginkan langsung didapatkan. KEUNTUNGAN / RESIKO : • Proses Balancing masih menggunakan Excel. • Resiko Human Eror SANGAT TINGGI karena bahan ada 14. • Sangat Flexible untuk manuver khusus. • Meroke CALNIT • Meroke KALINITRA • Meroke MAGNITRA • Meroke KALINITRA • Meroke MAG-S • Meroke MAP • Meroke MKP • Meroke SOP • Meroke Mikro Fe • Meroke Mikro Mn • Meroke Mikro Cu • Meroke Mikro Zn • Sodium Borate • Sodium Molybdate • Meroke CALNIT • Meroke KALINITRA • Meroke MAGNITRA • Meroke MKP • Meroke MAP • Meroke MAG-S • Meroke SOP • Meroke Mikro Fe • Meroke Mikro Mn • Meroke Mikro Cu • Meroke Mikro Zn • Sodium Borate • Sodium Molybdate
  • 123. Kontrol Kalkulasi PPM Klik Tombol “CARRY OUT CALCULATION” Maka Akan Tampil
  • 124. Kontrol Kalkulasi PPM Klik Pada Tab “Result”, Lihat Hasil Timbangan, Lalu Lakukan Pembulatan Klik Lalu Ganti Angka Bagian Ini Untuk Pembulatan Ke Atas * Note : Untuk Menghindari Menimbang Pakai Koma Maka Total Jumlah Timbangan Kalau Bisa Genap Jika Ganjil, Maka Naikan SOP 1 gram
  • 125. Kontrol Kalkulasi PPM Perhatikan Bagian Gross Eror Haruslah Menunjukan “NOL” Bagian Ini Belum Nol Semua
  • 126. Kontrol Kalkulasi PPM Tahap Penyesuaian Target PPM Ketik Sama Persis Angka Di Kolom Hijau Supaya Sama Dengan Angka Pada Kolom Merah
  • 128. Hasil Analisis Klik “Nutrient Ratio Analysis” Untuk Melihat Rasio Nutrisi
  • 129. Menyimpan Rumus Hasil Kalkulasi Tulis Nama Rumus Kemudian Klik “ADD FORMULATION TO DB”
  • 130. Cek Keseimbangan Kation Anion Penjelasan Tentang Menghitung Balancing Perhitungan keseimbangan muatan dilakukan dengan mengubah nilai TDS menjadi Mmol/Lt. Milimol Per Liter (Mmol/Lt.) = Total Kation = Jumlah Total (Milimol Per Liter Elemen X Angka Valensi Ion+) Total Anion = Jumlah Total (Milimol Per Liter Elemen X Angka Valensi Ion-) Selisih (Deviasi) = Jumlah Total Kation - Jumlah Total Anion Contoh untuk unsur Magnesium (Mg) dengan berat atom 24,305 maka konversi untuk tiap 1 PPM Magnesium = 1 / 24,305 = 0,04114 Mmol/Lt. Total Nilai Kation untuk 1 PPM Magnesium = 0,04114 X 2 (muatan Ion Mg2+) = 0,08229 Total Dissolved Solid (TDS) Dalam PPM Berat Atom Per Elemen
  • 131. Cek Keseimbangan Kation Anion Ketik Angka PPM Di Kolom Biru Pastikan DEVIASI mendekati NOL tapi tidak minus, Harness < 900
  • 132. Penimbangan Hasil Perhitungan Nutrisi Untuk 1000 Liter Pembagian Per Stok Disertai Pembulatan Ke Atas STOK B • Meroke KALINITRA : 644 gr • Meroke MAG-S : 638 gr • Meroke MAP : 85 gr • Meroke MKP : 177 gr • Meroke VITAFLEX : 45 gr STOK A • Meroke Calcinit : 987 gr Berat : 987 gr Berat : 1589 gr
  • 133. Aplikasi Penimbangan Dari timbangan tersebut, ternyata berat Stok A dan berat Stok B berbeda jauh. Karena itu harus disamakan. Alasan penyamaan berat kedua kantong ini adalah : 1. Untuk menghindari Kejenuhan Maksimal oleh bahan, karena setiap bahan memiliki nilai KEJENUHAN MAKSIMAL. Jika kejenuhan maksimal ini sudah tercapai, maka akan terjadi Pengendapan (Presipitasi) pada larutan master pekat. 2. Untuk menghindari kesalahan aplikasi pada User pemula, mengingat mereka menggunakan larutan master pekat dengan takaran 5 ml Stok A + 5 ml Stok B + 1 liter air baku. Penimbangan Nutrisi yang tidak seimbang mengakibatkan larutan master salah satu stok akan habis terlebih dahulu karena perbedaan volume.
  • 135. Karena Meroke KALINITRA (KNO3) bisa diletakkan di Stok A maupun Stok B, dalam penimbangan untuk menyamakan berat kedua kantong, maka KNO3 dibagi 2. • Meroke MKP : 177 gr • Meroke MAP : 85 gr • Meroke KALINITRA : 323 gr • Meroke MAG-S : 638 gr • Meroke SOP : 45 gr • Meroke VITAFLEX : 40 gr • Meroke CALNIT : 987 gr • Meroke KALINITRA : 321 gr Berat : 1308 gram Berat : 1308 gram Aplikasi Penimbangan Timbangan Akhir Untuk Nutrisi Sayuran Daun 1.000 Liter
  • 136. Faktor Pengenceran Sering Melihat Petunjuk Pelarutan Nutrisi Seperti Ini ?
  • 137. Faktor Pengenceran Dilution Factor atau Faktor Pengenceran merupakan angka yang digunakan dalam perhitungan untuk menentukan Volume air untuk pekatan pada Stok A dan Stok B. Volume Air Pekatan (Master) = Faktor Pengenceran (Dilution Factor) yang sering digunakan = 200 Faktor Pengenceran yang direkomendasikan untuk industri = 100 Contoh untuk membuat Stok Master pada perhitungan Nutrisi untuk volume air nutrisi jadi 1.000 Liter adalah : Volume Air Master Pekatan = 1.000 Liter / 100 = 10 Liter Untuk mendapatkan EC Design = 10 mL A + 10 mL B + 1 L Air Baku Volume Air Nutrisi Jadi (Siap Pakai) Faktor Pengenceran (Dilution Factor)
  • 138. Alternatif Lain Penimbangan MENGGUNAKAN 7 BAHAN ADALAH METODE PALING MUDAH UNTUK MEMODIFIKASI NUTRISI PRAKTEK MENGHITUNG NUTRISI MELON
  • 139. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 1 : Mencari Referensi Uptake Nutrisi Melon
  • 140. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 2 : Menentukan Angka Input Ke Hidrobuddy Contoh Menentukan Nilai PPM Dari Angka Uptake : N - P - K - Ca - Mg 3,8 - 0,63 - 7,8 - 3,1 - 1,6 230 ppm - 39 ppm - 472 ppm - 188 ppm - 96 ppm NH4 = 11,5 ppm (5 %) NO3 = 218,5 ppm (95 %)
  • 141. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 3 : Cek Apakah Ada Rasio Penting Yang Melebihi Batas NO3 – NH4 - P - K - Ca - Mg 218,5 – 11,5 - 39 - 472 - 188 - 96 ppm ppm ppm ppm ppm ppm Dari angka-angka tersebut terlihat bahwa Rasio K/Ca sedikit berlebih, karena itu kurangi Kalium (K) dari 472 ppm menjadi 470 ppm supaya angka rasio K/Ca menjadi tidak lebih dari 2,5. Angka tersebut menjadi : NO3 – NH4 - P - K - Ca - Mg 218,5 – 11,5 - 39 - 470 - 188 - 96 ppm ppm ppm ppm ppm ppm
  • 142. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 4 : Set Up Pilihan 7 Bahan
  • 143. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 5 : Input Angka Ke Hidrobuddy (Angka Mikro Tetap)
  • 144. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 6 : Cek Apakah Ada Angka Di Luar Ambang Batas Terlihat bahwa Sulfur (S) berada di atas ambang batas. Karena itu harus disesuaikan supaya tidak melebihi angka kisaran 160 ppm.
  • 145. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 7 : Lakukan Penyesuaian Pada Angka Di Luar Ambang Batas
  • 146. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 8 : Cek Hasil Perhitungan
  • 147. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 9 : Lakukan Pembulatan Untuk Mempermudah Penimbangan
  • 148. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 10 : Sesuaikan Angka PPM Setelah Pembulatan
  • 149. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 11 : Cek Balance Atau Tidak Di Excel
  • 150. Alternatif Lain 7 Bahan STEP 12 : Pembagian Timbangan
  • 151. Alternatif Lain 7 Bahan TIMBANGAN AKHIR • Meroke MKP : 166 gr • Meroke MAP : 6 gr • Meroke KALINITRA : 149 gr • Meroke MAG-S : 562 gr • Meroke SOP : 481 gr • Meroke VITAFLEX : 40 gr • Meroke CALNIT : 990 gr • Meroke KALINITRA : 414 gr Berat : 1404 gram Berat : 1404 gram Timbangan Akhir Untuk Nutrisi Melon 1.000 Liter