2. Aspek Legal Nutrisi
Harus berhati-hati dalam memilih suplier bahan baku Nutrisi Hidroponik,
karena peracik Nutrisi Hidroponik bisa dijerat dengan peraturan berikut :
1. Pasal 1 Subsider 3E, dan Pasal 6 ayat 1 huruf B Undang Undang No. 7 Tahun
1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak Pidana Ekonomi.
2. Pasal 4 huruf A jungto Pasal 8 ayat 1 Perpu No. 8 Tahun 1962 tentang
Pengawasan Barang-Barang yang Kaitannya untuk Kestabilan Ekonomi.
3. Pasal 19 ayat 1, Pasal 21 ayat 1, Permendag No. 15 Tahun 2013 tentang
Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi.
4. Pasal 120 ayat 1 dan 2, Undang Undang No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian.
5. Pasal 62 ayat 1 juncto pasal 8 ayat 1 huruf i Undang Undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen.
6. Pasal 60 Ayat 1 Huruf F juncto Pasal 37 ayat 1 Huruf E Undang Undang No.
12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
7. Pasal 113 Undang Undang No. 7 Tahun 2012 tentang Perdagangan.
5. Seputar Air Baku
AIR
BAKU
Keasaman
(pH)
Butiran Padat
Terlarut (TDS)
Suhu Air
Kekerasan Air
(Permanent
Hardness)
Kesadahan
Sementara
(Alkalinity) Oksigen Terlarut
(Dissolved
Oxygen)
Besi Tidak
Larut (Anaerob
Fe)
Salinitas
dan
Sodisitas
6. Seputar Air Baku
1. Keasaman Air (pH)
pH air baku sangat mempengaruhi penyerapan nutrisi oleh akar tanaman.
Dalam hidroponik, range pH yang digunakan adalah 5,5 – 6,2. pH adalah
bilangan Logaritma, turun naik 1,0 artinya 2X lipat.
7. Seputar Air Baku
2. Kandungan Butiran Padat Terlarut (TDS)
Kandungan Butiran Padat Terlarut atau Total Dissolved Solid (TDS)
yang terkandung dalam air baku tidak kasat mata karena sifatnya
larut sempurna. Meskipun jumlahnya bisa diukur dengan TDS
Meter, tetapi komposisinya hanya bisa diketahui melalui uji
Laboratorium.
Komposisi yang tidak diketahui inilah yang dikhawatirkan akan
mengacaukan komposisi hara dalam nutrisi. Sebagai langkah
kompromi, air baku yang masih bisa dipakai untuk digunakan
menjadi larutan nutrisi hidroponik maksimal adalah 100 ppm.
Lebih kecil lebih bagus.
8. Seputar Air Baku
3. Suhu Air
Karena larutan nutrisi hidroponik tersusun dari air + garam-garam
kimia, maka suhu yang ekstrim, entah itu terlalu rendah atau terlalu
tinggi, selalu akan membawa masalah bagi komposisi nutrisi itu
sendiri. Suhu air baku yang akan menjadi larutan nutrisi yang dipakai
dalam hidroponik idealnya berada dalam range 23 – 30 derajat
Celcius.
4. Oksigen Terlarut (DO)
Konsentrasi Oksigen terlarut atau Dissolved Oksigen (DO) di dalam
air larutan nutrisi hidroponik, berbanding terbalik dengan Suhu Air.
Semakin tinggi suhu, makin rendah DO-nya. Tumbuhan memerlukan
Oksigen terlarut untuk respirasi Aerob di akar, karena itu konsentrasi
DO idealnya minimal 7,5 ppm pada suhu air 30 derajat Celcius.
9. Seputar Air Baku
5. Kekerasan Air (Permanent Water Hardness)
Kekerasan Air disebabkan karena kandungan senyawa ikatan
Karbonat dengan Logam Alkali Tanah seperti CaCO3 dan MgCO3 di
dalam air. Ketika terpecah, maka akan terbentuk ion bermuatan
positif (Kation) Ca2+ dan Mg2+ serta ion bermuatan negatif (Anion)
CO3
2- (Karbonat) dan HCO3
- (Bikarbonat). Kandungan Karbonat
tinggi sering dicirikan dengan pH air baku yang tinggi, karena
Karbonat merupakan buffer pH, pembawa sifat Basa. Ca2+ dan
Mg2+ membentuk Permanent Hardness.
Dalam hidroponik, kekerasan air ini akan mempengaruhi
penyerapan nutrisi di Zona Akar (Rhizosphere). Karena itu
menjadi hal yang sangat penting menghitung juga berapa potensi
kekerasan air pada larutan akhir nutrisi yang kita mau buat.
10. Seputar Air Baku
6. Kesadahan Sementara (Water Alkalinity)
Water Alkalinity didefinisikan sebagai kemampuan air dalam
menetralkan asam. Agak mirip dengan kekerasan air, penyebab
utama Alkalinity adalah adanya Ion bermuatan negatif (Anion)
berupa CO3
2- (Karbonat), HCO3
- (Bikarbonat) dan Ion OH-
(Hidroksida). Kandungan yang cukup tinggi dari Ion-ion ini
menyulitkan proses penurunan pH dengan penambahan asam.
Hal inilah yang menyebabkan penggunaan asam pada setiap
kebun berbeda-beda, meskipun mereka menggunakan untuk
menurunkan angka pH yang sama. Misal Petani A pada kebunnya
menggunakan 20 ml/liter air untuk menurunkan pH dari 9,0 ke
6,0. Sedangka Petani B butuh 80 ml/liter untuk menurunkan
angka yang sama.
12. Seputar Air Baku
7. Kandungan Besi Tidak Terlarut (Anaerob Fe)
Ketika menggunakan sumber air yang berasal dari sumur Artesis
dalam, biasanya akan memiliki kandungan ion Fe2+ yang sangat
tinggi. Secara alamiah Fe2+ ini jika teroksidasi dengan Oksigen
maka akan menjadi Fe3+. Dalam kondisi ini, maka akan cepat
sekali terbentuk senyawa-senyawa besi non solube seperti
Fe(OH)2 (Besi Hidroksida), Fe(OH)3 (Besi Trihidroksida), Fe2O3
(Besi Trioksida), dan FePO4 (Besi Phosphat).
Selain akan mempengaruhi keseimbangan Anion dan Kation,
ketiga senyawa ini adalah senyawa Besi yang tidak larut dalam
air dan berpotensi mengendap (Presipitasi). Pada teknik
Fertigasi, endapan Besi tidak larut ini berpotensi menyebabkan
penyumbatan (Clogging) berupa kerak pada instalasi.
13. Seputar Air Baku
8. Salinitas dan Sodisitas Air
Salinitas air (Salinity) adalah konsentrasi garam-garam alam yang
terlarut sempurna di dalam air, sedangkan nilai Sodisitas air (Sodicity)
lebih berfokus pada kandungan ion Na+ terutama dalam bentuk garam
NaCl yang akan membentuk ion Na+ dan Cl-. Nilai keduanya ini
sebenarnya masuk ke dalam EC Meter ketika mengukur EC air baku,
tetapi untuk lebih presisi tetap harus menggunakan analisis
Laboratorium.
Untuk aplikasi hidroponik, air baku dengan salinitas dan sodisitas tinggi
tidak dianjurkan untuk digunakan. Karena kandungan NaCl yang ada
akan mengacaukan balance nutrisi secara ion yang diaplikasikan. Kadar
Na+ akan mengacaukan komposisi Kation dan kadar Cl- akan
mengacaukan komposisi Anion. Kandungan Na+ yang masih bisa
diabaikan ialah < 34 ppm, sedang kandungan Cl- adalah < 53 ppm.
15. Prinsip Dasar Nutrisi Hidroponik
Karena Hidroponik adalah sistem budidaya yang parameternya
dikondisikan, maka desain Nutrisi harus memenuhi prinsip ini :
1. LENGKAP (Complete)
Nutrisi harus lengkap mengandung minimal 12 unsur hara
penting baik unsur Makro maupun Mikro, dalam jumlah cukup.
2. SESUAI (Accordingly)
Ketersediaan setiap elemen unsur yang dibutuhkan tanaman
dalam Nutrisi harus sesuai dengan rasio tertentu yang
dibutuhkan tanaman, sehingga tanaman tidak mengalami
kekurangan (Defisiensi) atau kelebihan (Phytotoxic).
3. BERIMBANG (Balance)
Karena penyerapan nutrisi di akar bersifat ionik, maka perlu
dijaga juga keseimbangan total dari jumlah ion bermuatan
negatif (Anion) dengan total jumlah ion bermuatan positif
(Kation).
16. Prinsip Dasar 1 : LENGKAP
NUTRISI
HIDROPONIK
N
P
K
Mg
Ca
S
Fe
Zn
B
Mn
Cu
Mo Unsur Hara
MAKRO PRIMER
Unsur Hara
MAKRO SEKUNDER
Unsur Hara MIKRO
12 Unsur Hara Esensial
17. Prinsip Dasar 1 : LENGKAP
Dalam setiap larutan nutrisi hidroponik LENGKAP, minimal akan ada 20
bentuk Ion Mono Atom / Poly Atom seperti di atas. Hara dalam bentuk
inilah yang diserap tanaman. Akar tanaman akan menyerap berdasarkan
perbedaan muatan. Bulu akar bermuatan negatif akan menyerap Kation,
dan sebaliknya bulu akar bermuatan positif akan menyerap Anion. Unsur
Hara tersebut bisa juga merupakan bawaan air baku.
18. Prinsip Dasar 2 : SESUAI
Rasio antar unsur Makro harus SESUAI dengan kebutuhan tanaman.
Onion Uptake Macro Element (Whole Plant)
19. Prinsip Dasar 2 : SESUAI
Untuk unsur Mikro, jika ada boleh dipakai, jika tidak bisa memakai
rata-rata kebutuhan tanaman (Average Plant Need)
Onion Uptake Micro Element (Whole Plant)
20. Prinsip Dasar 2 : SESUAI
Rasio antar unsur Makro Primer (NPK) diidentifikasi sesuai
dengan hasil riset pada bagian tanaman yang dimanfaatkan.
Beberapa rasio NPK dasar yang bisa dipakai antara lain :
NPK rasio 4 – 1 - 5 : Digunakan pada Sayuran Daun
NPK rasio 3 – 1 - 6 : Digunakan pada Buah.
NPK rasio 3 – 1 – 5 : Digunakan pada nutrisi Umbi.
NPK rasio 5 – 2 - 6 : Digunakan pada nutrisi Bunga.
Kesesuaian Paling Utama Adalah Rasio Nilai NPK
21. Prinsip Dasar 2 : SESUAI
Prinsip Desain Nutrisi Analogi Equalizer
Desainer Nutrisi Hidroponik mencari “Kombinasi Rasio Terbaik” yang
sesuai dengan tanaman yang sedang dibudidayakan.
1 mmol
2 mmol
3 mmol
4 mmol
5 mmol
6 mmol
7 mmol
8 mmol
9 mmol
N Mo
P K Ca Mg S Fe Zn Mn Cu B
22. Prinsip Dasar 3 : BERIMBANG
Total jumlah Ion Positif (Kation) harus berimbang dengan Total
jumlah Ion Negatif (Anion).
24. Akibat Kegagalan Desain Nutrisi
Apabila desain nutrisi Hidroponik
gagal, untuk memenuhi semua
kebutuhan tanaman akan elemen
hara dalam jumlah tertentu, maka
akan berlaku hukum Justus Liebig,
dimana pertumbuhan di tanaman
BUKAN DITENTUKAN oleh elemen
hara yang tersedia, tapi justru
DIBATASI oleh jumlah elemen
unsur hara yang kurang tersedia.
Justus Von Liebig (1803 – 1873)
The Law Of The Minimum
25. • Mengetahui Jenis dan Varietas Tanaman
• Mengetahui bagian tanaman yang
dimanfaatkan
Identifikasi
Tanaman
• Mengetahui Umur Tanaman / Fase Tanam
• Iklim dan Lingkungan (Kemarau / Hujan)
• Sistem Hidroponik / Media yang
Digunakan
Menentukan
Kebutuhan
Tanaman
• Alokasi kebutuhan per unsur hara aman
• Rasio beberapa unsur Makro berdasarkan
Uptake / Removal spesifik
• Balancing jumlah Anion dan Kation
Perhitungan
Komposisi
Nutrisi
Proses Peracikan Nutrisi
28. Pemisahan Nutrisi Bentuk AB Mix
Struktur Nutrisi AB Mix Berdasar Senyawa dan Ionik
• N (NO3-)
• N (NH4+)
• K2O
• P2O5
• MgO
• SO3
• Fe
• Zn
• B
• Cu
• Mn
• Mo
• N (NO3-)
• N (NH4+)
• K2O
• Ca
• Fe
Alasan utama kenapa Nutrisi
Hidroponik berbentuk AB Mix,
dengan 2 stok terpisah antara Stok A
dan Stok B adalah menghindari
Reaksi Awal antar Unsur maupun
Senyawa, pada saat bahan mentah
berbentuk padatan, maupun larutan
Stok Master Pekat. Reaksi Awal ini
akan menyebabkan terbentuknya
endapan atau senyawa-senyawa
baru yang tidak diinginkan, karena
tidak bisa diserap tanaman.
Pembagian tersebut antara lain
untuk menghindari Kalsium (Ca)
bertemu dengan Phosphat (P) atau
bertemu dengan Sulfur (S).
29. Pemisahan Nutrisi Bentuk AB Mix
Struktur Nutrisi AB Mix Berdasar Penempatan Ionik Ideal
• NO3(-)
• H2PO4(-)
• HPO4(2-)
• SO4(2-)
• H2BO3(-)
• MoO4(2-)
• SiO2(2-)
• NH4(+)
• K(+)
• Ca(2+)
• Mg (2+)
• Fe(2+)
• Zn(2+)
• Cu(2+)
• Mn(2+)
Karena keterbatasan komposisi
bahan tunggal, maka terkadang
harus dilakukan sebuah kompromi
penempatan bahan seperti di atas.
Tetapi secara ideal sebenarnya
pemisahan AB Mix tidak hanya
untuk menghindari pertemuan
unsur Ca dengan S atau P saja,
tetapi lebih mendalam dari itu,
sebenarnya adalah pemisahan
bahan-bahan yang menghasilkan
ion muatan positif (Kation) dengan
ion bermuatan negatif atau (Anion).
KATION ANION
31. Pengenalan Perhitungan Nutrisi
Akar pada tanaman tidak mau
tahu tentang prosen bahan, atau
pun juga berapa timbangannya.
Akar tanaman HANYA akan
melihat Hara dengan jelas dalam
bentuk Ionik, berapa berat
atomnya, berapa Mol jumlah
zatnya, berapa muatan Ionnya.
Timbangan adalah AKIBAT dari
perhitungan, dan bukan SEBAB
perhitungan. Karena itu dalam
mendesain nutrisi Hidroponik,
yang harus di desain sebenarnya
adalah konsentrasinya dalam
berbagai satuan berbeda.
32. Pengenalan Satuan Yang Dipakai
Secara umum ada 3 (tiga) satuan yang dipakai yang biasa digunakan
untuk menggambarkan konsentrasi larutan nutrisi Hidroponik :
1. Untuk Total Dissolved Solid (TDS) digunakan PPM (mg/Lt.)
TDS adalah ukuran total suatu zat padatan terlarut baik organik
maupun anorganik, yang berupa Ion bermuatan atau pun materi
padat yang tidak bermuatan. Satuan yang biasa digunakan adalah
Part Per Million (PPM) atau bagian per sejuta, biasa digunakan untuk
Unsur Makro. Ada juga Part Per Billion (PPB) atau bagian per
semilyar biasa untuk penyebutan konsentrasi Unsur Mikro.
Nilai PPM ini bisa dikonversi ke dalam EC atau mmol/Lt (dua satuan
konsentrasi lainnya). Umumnya yang digunakan di Indonesia adalah
EC Scale 500 dimana EC = 1,0 akan setara dengan 500 PPM. Jika
satuannya mmol/Lt maka berat Atom tiap unsur sudah disertakan.
Sehingga untuk 1 ppm = Berat Atom x 1 mmol/Lt.
33. Pengenalan Satuan Yang Dipakai
2. Untuk Electrical Conductivity (EC) digunakan mS/cm
Nilai EC merupakan parameter yang menunjukan jumlah
konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam air nutrisi, semakin banyak
ion yang terlarut, maka semakin tinggi pula nilai EC air nutrisi
tersebut. Satuannya adalah mS/cm dibaca mili Siemens per centi
meter. Ada juga yang menggunakan satuan µS/cm (micro siemens
per centi meter). Tetapi lebih umum digunakan mS/cm daripada
µS/cm. Nilai EC didapatkan dari = (Jumlah molaritas seluruh Anion +
Jumlah molaritas seluruh Kation) dibagi 20.
3. Untuk Molaritas digunakan mmol/Lt
Milimol adalah satuan yang mencerminkan kekuatan gabungan
suatu spesi kimia. Satu Mol adalah bobot molekul suatu zat dalam
gram. Satu milimol adalah 1 / 1.000 bobot molekul tersebut dalam
gram. Konversi ini nantinya bisa digunakan untuk menentukan
berat timbangan bahan nutrisi. Satuan ini juga bisa dikonversi ke
dalam ppm dimana 1 mmol/Lt = 1 ppm / berat atom.
34. Aplikasi Penggunaan Satuan
Digunakan untuk menentukan konsentrasi
target dan alokasi masing-masing hara pada
proses desain komposisi nutrisi, supaya
sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Digunakan untuk mengukur dan evaluasi
seberapa pekat total konsentrasi yang
dihasilkan setelah perhitungan nutrisi
selesai dilakukan.
Digunakan untuk menghitung muatan Ion-
Ion yang ada pada komposisi nutrisi, baik
supaya lebih mudah melihat Balancing
muatan. Bisa juga jadi acuan desain awal.
Tiap Satuan Digunakan Dengan Fungsi Masing-Masing
35. Rasio NPK
Apakah Yang Membedakan Antara Nutrisi Sayuran Daun,
Nutrisi Buah, Nutrisi Sayuran Umbi, Nutrisi Bunga
Potong, dan seterusnya ?
Mengenal Rasio NPK
36. Rasio NPK
Rasio Nitrogen (N), Phosphat (P), dan Kalium (K)
• Pertumbuhan daun,
batang dan cabang.
• Perkembangan sel baru,
produksi enzym dan
klorofil.
• Esensial pertumbuhan.
• Pertumbuhan ujung
akar dan establisher
tanaman muda.
• Pembentukan bunga
dan bakal buah.
• Membentuk perakaran
yang kuat.
• Esensial dalam sintesa
karbohidrat untuk
perkembangan buah dan
umbi.
Mengenal Rasio NPK
37. Dari Mana Rasio NPK Didapat?
Rasio Tersebut Adalah Hasil Riset Materi Kering (Dry Matter)
38. Dari Mana Rasio NPK Didapat?
Analisis Materi Kering (Dry Matter) Sebesar 13%
Jadi total Elemen Hara dalam tanaman itu hanya menempati
porsi sebesar 1,95% dari total volume tanaman.
39. Rasio NPK
Cara Mendapat Rasio NPK Spesifik Per Tanaman
Darimana Mendapatkan Data Angka Rasio NPK?
Cara 1 : CARI DARI CROP GUIDE
Contoh Referensi Uptake Nutrisi Makro pada Tomat
Source : SQM Crop Kit Handbook Tomato
40. Rasio NPK
Cara 1 : Dari Crop Guide
Contoh Referensi Uptake Nutrisi Makro pada Tomat
Source : Yara Tomato Plantmaster
44. Cara 2 : Web Database
Contoh Web Resource Database NPK Removal per tanaman spesifik.
Link : https://www.ipni.net/app/calculator/home
45. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Alternatif Lainnya Lagi Menentukan Nilai NPK
Caranya dengan meniru kombinasi NPK di Pasaran
Contoh Cara Baca Pupuk Tanah NPK Mutiara Meroke :
16 - 16 - 16
(Rasio jika dikonversi dalam bentuk Unsur)
16 % N - 16 % P2O5 - 16 % K2O
16 % N - 6,98 % P - 13,28 % K
Dalam meniru rasio pupuk yang ada di pasaran
perlu dicatat bahwa Rasio dalam bentuk
SENYAWA yaitu = N : P2O5 : K2O
Sehingga harus melalui proses konversi dulu.
96 ppm - 42 ppm - 80 ppm
46. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Jika meniru rasio NPK dari pupuk NPK di pasaran, maka pastikan pupuk
komersial tersebut digunakan spesifik untuk tanaman apa. Contoh :
Misal untuk Bunga = SQM Ultrasol FLOWER = 18 – 6 – 19
Misal untuk Buah Umum = Meroke GROWER = 15 – 9 – 20
Misal untuk Sayur Batang = Fertimed COMPLEX = 18 – 9 – 18
Misal untuk Sayuran Umbi = Haifa POLY FEED = 16 – 8 – 32
Misal untuk Umbi Kentang = Yara SUPERPOTATO = 8 – 10 – 20
Untuk diperhatikan bahwa 3 angka tersebut adalah bukan angka rasio
N – P – K melainkan N – P2O5 – K2O.
Karena itu, kalikan jumlah P2O5 dengan 0,44 untuk mendapatkan P.
Untuk mendapatkan nilai K, kalikan jumlah K20 dengan 0,83.
47. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Tabel Konversi
48. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Desain Rasio NPK untuk Nutrisi Advance Berbasis Fase Tanam
Rasio NPK berbeda pada tiap fase pertumbuhan.
1. Fase Establishment cenderung mengikuti bentuk
Contoh Rasio = 1 : 2 : 1 atau 2 : 3 : 2 dll
2. Fase Vegetatif cenderung mengikuti bentuk
Contoh Rasio = 1 : 1 : 1 atau 1 : 1 : 2 dll
3. Fase Flowering, Fruit Setting, Fruit Maturing
cenderung mengikuti bentuk
Contoh Rasio = 2 : 1 : 2 atau 2 : 1 : 3 dll
V
V
Rasio 3 Angka Mewakili Rasio N : P2O5 : K2O
49. Cara 3 : Meniru Pupuk Komersial Spesifik
Contoh Rasio NPK Berbasis Fase Tanam Pada TOMAT
50. Pendekatan Dan Metode Perhitungan
Pendekatan Perhitungan Dan Metode 2 Kaki
• Semua elemen hara
langsung dihitung dalam
bentuk PPM, dengan
aturan rasio tertentu.
Perhitungan
Rasio PPM
• Menentukan besaran
elemen hara dalam PPM
kemudian mengkonversi ke
mmol/Lt, untuk hitung
Balancing .
Perhitungan
Dalam
mmol/Lt
51. Pendekatan Dan Metode Perhitungan
Kenapa Harus Memakai Pendekatan mmol/Lt.?
Supaya Tidak “DITIPU” Oleh Angka. Contoh Kasus :
Bagi tanaman, lebih “DILIHAT” yang mana antara :
46 ppm Natrium (Na) atau 60 ppm Kalium (K) ?
Pembahasan :
46 ppm Natrium (Na) = 46 mg Na/Lt.
46 mg Na/Lt. / 23 (Berat Atom Natrium) = 2,0 mmol Na/Lt.
60 ppm Kalium (K) = 60 mg K/Lt.
60 mg K/Lt. / 39,1 (Berat Atom Kalium) = 1,5 mmol K/Lt.
Kesimpulan :
Tanaman lebih “MELIHAT” 46 ppm Natrium daripada 60 ppm Kalium.
52. Dasar Metode PPM Rasio
Metode N Base Menggunakan Dasar Uptake Nutrisi Tanaman
53. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Komponen Penyusun Nitrogen (N) Dalam Hidroponik
NO3-
NH4+
Total
N
54. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Total Nitrogen (N Total) biasanya ditetapkan dalam range antara
200 ppm – 250 ppm. Akan tetapi untuk mencapai nilai rasio NPK
tertentu, nilai Total Nitogen ini boleh dimodifikasi sesuai dengan
target nilai kita. Kategori range nilai sebagai berikut :
Di atas 300 ppm : Pertumbuhan Super Aggresive
(Biasa untuk memacu Fase Vegetatif)
251 ppm – 300 ppm : Pertumbuhan Aggresive
200 ppm – 250 ppm : Pertumbuhan Normal Moderate
Kurang dari 200 ppm: Modifikasi Untuk Mengejar Rasio NPK
55. Rasio Ammonium (NH4+) dan Nitrate (NO3-)
• Dalam Nutrisi Hidroponik, unsur Nitrogen (N) diberikan dalam
bentuk Ammonium (NH4+) dan Nitrate (NO3-).
• Kedua Ion ini memiliki sifat dan mekanisme sintesa mentabolisme
yang berbeda pada tanaman. Oleh karena itu, rasio yang tepat
dalam memformulasikan keduanya, akan menghasilkan tanaman
yang memiliki perkembangan yang bagus.
• Aplikasi Ammonium (NH4+) pada Hidroponik akan berbeda sekali
jika dibandingkan dengan aplikasi di tanah. Pada tanah, sintesa
Ammonium (NH4+) dibantu oleh bakteri yang merubahnya
menjadi Nitrit (NO2-) kemudian menjadi Nitrat (NO3-).
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
56. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
• Dalam Nutrisi Hidroponik, unsur Nitrogen (N) dalam bentuk
Ammonium (NH4+) diberikan lebih sedikit daripada Nitrat (NO3-).
Alasannya karena Nitrat adalah bentuk senyawa yang lebih tersedia
bagi metabolisme tanaman.
• Jika terlalu banyak Ammonium diberikan, maka terjadi kompetisi
penyerapan di bulu akar dengan Ion lain yang bermuatan sama yaitu
Kation (Ion +) seperti K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn, Zn.
• Ammonium (NH4+) harus tetap diberikan. Selain untuk
memaksimalkan penyerapan N, Ammonium juga vital untuk
pembentukan Asam Amino, yang merupakan bahan dasar dari enzim
dan hormon tanaman. Tetapi besaran yang dibutuhkan tanaman
kisaran 5% – 15% dari total N. Dengan angka tidak lebih dari 21 ppm
(1,5 mmol N/Lt.) dari total ppm N Total (Ref : Nutrient Solution For
Greenhouse Crops – Geerten Van Der Lugt – Page 16)
57. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Memahami Sifat Metabolisme Ammonium (NH4+) dan Nitrat (NO3-)
SIFAT I :
• Metabolisme Ammonium (NH4+) menurunkan pH larutan.
• Metabolisme Nitrat (NO3-) menaikan pH larutan.
Keseimbangan muatan listrik pada
level akar akan selalu terjaga
secara alami. Ketika tanaman
menyerap 1 Ion Ammonium (NH4+)
maka 1 Ion H+ akan dilepaskan. Ini
akan membuat larutan makin asam.
Sebaliknya ketika akar tanaman
menyerap 1 Ion Nitrat (NO3-) maka
1 Ion OH- akan dilepaskan sehingga
larutan makin basa.
58. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Mekanisme Penyerapan Ion Positif (Kation)
59. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Mekanisme Penyerapan Ion Negatif (Anion)
60. SIFAT II :
• Metabolisme Ammonium (NH4+) boros Oksigen (O2).
• Metabolisme Nitrat (NO3-) lebih hemat Oksigen (O2).
Dalam metabolismenya, tanaman akan mengambil Nitrat (NO3-) lalu
mengirimnya ke daun untuk direaksikan dengan Glukosa (C6H12O6) hasil
Fotosintesis. Proses ini lebih menghemat Oksigen (O2) daripada proses
metabolisme pengambilan Ammonium (NH4+) yang memaksa Glukosa
(C6H12O6) untuk diturunkan jauh dari pabriknya di daun, turun ke akar,
karena reaksi sintesa Glukosa (C6H12O6) dan Ammonium (NH4+) hanya
terjadi di akar. Proses ini membutuhkan lebih banyak Oksigen (O2), dan
jika larutan nutrisi miskin Oksigen maka tanaman menjadi stress.
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
61. SIFAT III :
• Metabolisme Ammonium (NH4+) efektif di dataran tinggi.
• Metabolisme Nitrat (NO3-) efektif di dataran rendah.
Pada suhu tinggi (Baca : Dataran Rendah), respirasi tanaman
sangat cepat. Hal ini akan mempercepat pula konsumsi Glukosa
(C6H12O6) hasil Fotosintesis, sehingga Glukosa (C6H12O6) kurang
tersedia bagi metabolisme Ammonium (NH4+).
Pada saat bersamaan dalam suhu tinggi, Solubilitas Oksigen (O2)
dalam air akan berkurang sehingga memperburuk ketersediaan
Oksigen (O2) untuk metabolisme Ammonium (NH4+).
Kebalikannya pada suhu rendah (Baca : Dataran Tinggi),
penggunaan lebih banyak Ammonium (NH4+) bisa diterima
karena respirasi tanaman melambat sehingga Oksigen (O2) dan
Glukosa (C6H12O6) lebih banyak tersedia di akar.
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
62. Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
SIFAT IV :
• Ammonium (NH4+) cenderung menurunkan Shelf Life.
• Nitrat (NO3-) cenderung meningkatkan Shelf Life.
Berat Ion Ammonium (NH4+) adalah 18, berat ini sama dengan molekul
air (H20). Sedangkan Ion Nitrat (NO3-) memiliki berat 48. Dari
perbandingan berat ini, maka jika tanaman menyerap N dalam bentuk
NH4+ terlalu banyak, sel-sel tanaman yang dihasilkan akan tumbuh
raksasa, tapi dinding selnya rapuh, tidak kompak, dan tidak bisa
menyimpan air. Timbangan akan menjadi ringan sekali. Hal ini akan
menurunkan umur simpan (Shelf Life) dari hasil panen.
Sebaliknya pemberian Nitrat dalam jumlah yang besar, menciptakan sel
yang kompak, sehingga tanaman berdiri tegap, daya tahan tinggi
terhadap serangan penyakit cendawan. Karena Nitrat adalah Anion,
maka Kation yang menjadi kunci Shelf Life tanaman seperti Kalsium (Ca)
dan Kalium (K) akan diserap dengan baik, ini meningkatkan Shelf Life.
63. Kesimpulan Rasio Ammonium (NH4+) dan Nitrate (NO3-)
Ammonium (NH4+) Nitrate (NO3-)
5% (Total Nitrogen)
15% (Total Nitrogen)
95% (Total Nitrogen)
85% (Total Nitrogen)
Semakin Dingin Suhu Lokasi
Semakin Rendah pH Nutrisi Akhir
Semakin Boros Aerasi
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Semakin Rendah Umur Simpan
Kesimpulan menentukan Total Nitrogen :
1. Gunakan angka 250 ppm untuk memaksimalkan Pertumbuhan Moderate.
2. Gunakan rasio Ammonium dan Nitrat 5% - 15% max 21 ppm (Fine Tunning).
64. Kondisi Apa Yang Mengharuskan NH4 Dimaksimalkan?
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
Kapan NH4 dimaksimalkan sebesar 21 ppm dan atau 5% - 15% dari
Total N?
1. Pada saat menggunakan Air Baku dengan kondisi Hard Water.
2. Pada saat menggunakan Air Baku dengan kondisi pH sangat tinggi
(di atas 7,0).
3. Pada tanaman buah, gunakan dari Fase Pindah Tanam
(Establishment) dan Fase Vegetatif. Karena terlalu banyak NO3
akan menekan penyerapan Phosphat (P).
4. Pada tanaman buah, gunakan saat mendesain nutrisi Fase Fruiting
(Tahap Pembungaan), karena sintesa NO3 yang berlebihan
menghambat pembentukan bunga.
5. Pada saat mendesain nutrisi untuk memaksimalkan hasil panenan
Bunga Potong, karena bunga potong membutuhkan lebih banyak
NH4.
65. Pengisian Di Hydrobuddy
Step 1 : Menentukan Total Nitrogen (N)
• Total N = 250 ppm
• N (NH4+) misal
ditentukan Maksimal
yaitu = 21 ppm.
• Karena N (NH4+)
ditentukan maksimal =
21 ppm, maka untuk
NO3- adalah = 250 – 21
= 229 ppm
67. Rasio NPK
Step 2 : Menentukan Nilai Phosphat (P)
Karena Nitrogen (N Total) sudah ditetapkan, maka untuk menentukan
nilai P pada perhitungan berbasis PPM, akan bisa langsung dilakukan.
Range untuk P adalah 0,15 N – 0,4 N. Untuk perincian kategorinya
sebagai berikut :
P sebesar 0,15 – 0,2 N : Biasa digunakan pada nutrisi Buah.
Terutama Buah fase Generatif.
P sebesar 0,21 – 0,25 N : Digunakan pada Sayuran Daun.
Atau pada buah Vegetatif.
P sebesar 0,26 – 0,3 N : Digunakan pada Sayuran Batang.
Atau pada nutrisi Bunga.
P sebesar 0,31 – 0,4 N : Digunakan pada nutrisi Umbi.
Atau pada Buah Umum
Nilai Phosphat (P)
68. Rasio NPK
Step 2 : Menentukan Nilai Phosphat (P)
Pengisian Di Hydrobuddy
• Phosphat (P) untuk nutrisi
sayuran daun dihitung
sebesar 0,25 X Total N.
• P = 0,25 X 250 = 62,5
ppm.
69. Rasio NPK
Step 2 : Menentukan Nilai Phosphat (P)
Bahan Makro Sumber Phosphat (P)
70. Rasio NPK
Step 3 : Menentukan Nilai Kalium (K)
Karena Nitrogen (N Total) sudah ditetapkan, maka untuk
menentukan nilai K pada perhitungan berbasis PPM, akan bisa
langsung dilakukan. Range untuk K adalah 1,15 N – 2,0 N. Untuk
perincian kategorinya sebagai berikut :
K sebesar 1,15 – 1,45 N : Biasa digunakan pada nutrisi Bunga.
Atau bisa juga pada Sayuran Daun.
K sebesar 1,26 – 1,35 N : Digunakan pada Buah Vegetatif.
K sebesar 1,36 – 1,60 N : Digunakan pada nutrisi Umbi.
K sebesar 1,51 – 2,0 N : Digunakan pada Buah Generatif.
Nilai Kalium (K)
71. Pengisian Di Hydrobuddy
Step 3 : Menentukan Nilai Kalium (K)
• Kalium (K) untuk nutrisi
sayuran daun dihitung
sebesar 1,25 X Total N.
• K = 1,25 X 250 = 312,5
ppm.
72. Rasio NPK
Step 3 : Menentukan Nilai Kalium (K)
Bahan Makro Sumber Kalium (K)
73. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Menentukan Nilai Calsium (Ca)
Karena Nitrogen (N Total) sudah ditetapkan, maka untuk
menentukan nilai Ca pada perhitungan berbasis PPM, akan bisa
langsung dilakukan. Range untuk Ca adalah 0,7 N – 0,95 N. Untuk
perincian kategorinya sebagai berikut :
Ca sebesar 0,7 – 0,75 N : Biasa digunakan Umbi dan Sayuran Daun.
Ca sebesar 0,76 – 0,95 N : Digunakan pada Bunga dan Buah,
Baik Vegetatif maupun Generatif
74. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Pengisian Di Hydrobuddy
• Calsium (Ca) untuk
nutrisi sayuran daun
dihitung sebesar 0,75 X
Total N.
• Ca = 0,75 X 250 = 187,5
ppm.
75. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Bahan Makro Sumber Calsium (Ca)
76. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Menentukan Nilai Magnesium (Mg)
Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) keduanya masuk golongan
Logam Alkali Tanah, dan sama-sama diserap tanaman dalam
bentuk Ion Ca2+. Kedua unsur ini memiliki sifat Antagonis. Artinya
terdapat kompetisi kuat dari kedua unsur ini untuk dapat diserap
dengan baik oleh tanaman.
Karena karakteristik yang “UNIK” ini maka pada perhitungan
berbasis PPM, maka range untuk Mg dipatok berdasarkan 2
elemen yaitu N dan Ca. Range Mg adalah 0,25 N(Ca) – 0,5 N(Ca).
Mg sebesar 0,24 – 0,33 N (Ca) : Biasa digunakan Sayuran Daun.
Atau bisa juga untuk Bunga.
Mg sebesar 0,34 – 0,5 N (Ca) : Digunakan pada Umbi dan Buah,
Baik Vegetatif maupun Generatif
77. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Pengisian Di Hydrobuddy
• Magnesium (Mg) untuk
nutrisi sayuran daun di
sini dihitung sebesar 0,33
X Ca.
• Mg = 0,33 X 187,5 =
62,5 ppm.
78. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Bahan Makro Sumber Magnesium (Mg)
79. Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
Menentukan Nilai Sulfur (S)
Dalam perhitungan ini, unsur Sulfur (S) digunakan sebagai
Unsur Derajat Kebebasan (Degree Of Freedom). Elemen ini
adalah unsur independen yang bisa diabaikan dalam
perhitungannya karena berdiri bebas. Range angka Sulfat (S)
terhadap Nitrogen (N) dalam pada perhitungan berbasis PPM,
digunakan sebagai “LIMITER” unsur lain dalam hal ini K dan Mg.
Karena bahan yang digunakan yang mengandung S ini hanya
MgSO4 (Meroke Mag-S) dan opsional K2SO4 (Meroke SOP).
Range S adalah 0,25 N – 0,6 N.
S sebesar 0,25 – 0,4 N : Biasa digunakan Sayuran Daun.
Atau bisa juga untuk Bunga.
S sebesar 0,41 – 0,6 N : Digunakan pada Umbi dan Buah,
Baik Vegetatif maupun Generatif
80. Pengisian Di Hydrobuddy
Step 4 : Rasio Calcium, Magnesium, Sulfur
• Sulfat (S) dalam hitungan
adalah unsur derajat
kebebasan mengikuti
bahan, diisi angka 1 ppm.
• Angka ini nantinya akan
berubah seiring hasil
perhitungan.
82. Rasio Khusus Kalium Dan Calcium
Cek Rasio Ini (Sekedar Pengetahuan)
Unsur Kalium (K) dan Calcium (Ca) dalam Chart Mulder memiliki
sifat Antagonis dimana Calcium (Ca) akan menekan Kalium (K) jika
jumlahnya tidak dikontrol. Karena itu, memperhatikan rasio
kedua unsur ini sangatlah penting.
K sebesar 1,5 – 2,0 Ca : Biasa digunakan Sayuran Daun.
Atau bisa juga untuk Bunga.
K sebesar 2,0 – 2,5 Ca : Digunakan pada Buah Umum,
Atau juga untuk Umbi.
83. Rasio Khusus Kalium Dan Calsium
Makin Tinggi Rasio K/Ca Memperbesar Potensi BER
84. Rasio Khusus Kalium Dan Calcium
Makin Rendah Rasio K/Ca Memperbesar Potensi Gold Flecks
85. Rasio Khusus Kalium Dan Calcium
Efek Lain Rasio K/Ca Adalah Kulit Buah Dan Umur Simpan
86. Rasio Khusus Kalium Dan Calcium
Efek Lain Rasio K/Ca Adalah Memperpanjang Umur Simpan
87. Pengetahuan Seputar Chelate Unsur Mikro
• Unsur Mikro meskipun diserap tanaman dalam jumlah yang sedikit
tetapi memainkan peranan penting dalam metabolisme tanaman.
Tetapi tidak semua Unsur Mikro mampu mempertahankan sifat
Larut Sempurna (Solube) di dalam larutan Nutrisi Hidroponik.
• Para ahli telah mengembangkan suatu pengikat yang sering
dikenal di pasaran sebagai Chelate, yang berfungsi melapisi Logam
Bivalent (muatan 2+) sebagai “CAKAR” yang mencengkeram Ion
Unsur Mikro agar tetap dalam kondisi Solube.
Step 5 : Unsur Mikro
88. • Chelate untuk Unsur Mikro selain Besi (Fe) di pasaran ada dalam
bentuk salah satu jenis Asam Amina Polikarboksilat bernama
Etilena Diamina Tetra Asetat atau lebih sering disingkat sebagai
EDTA.
• Khusus untuk Unsur Mikro Besi (Fe) yang mempunyai sifat unik
karena bersifat Antagonis terhadap 5 unsur lain serta Sinergisitas
terhadap 1 unsur lain, maka di pasaran telah dikembangkan
beberapa tipe Chelate pengikat yang lebih Advance.
• Antara lain :
1. EDDHA : Ethylene Diamine-N,N bis 2Hydroxyphenylacetic Acid
2. DTPA : Diethylene Triamine Pentaacetic Acid
3. EDTA : Ethylene Diamine Tetraacetic Acid
Yang paling baru adalah HEDTA, EDDHMA, dan lain-lain.
Step 5 : Unsur Mikro
89. Setiap Fe Chelate Memiliki Kestabilan Berbeda Di Tingkatan pH Tertentu
Step 5 : Unsur Mikro
91. Step 5 : Unsur Mikro
Range Nilai Unsur Mikro
Range nilai untuk unsur-unsur mikro sebagai berikut :
Fe : 0,838 – 8,38 ppm (0,015 – 0,15 mmol/Lt)
Zn : 0,164 – 0,981 ppm (0,0025 – 0,015 mmol/Lt)
B : 0,163 – 0,811 ppm (0,015 – 0,075 mmol/Lt)
Mn : 0,275 – 1,374 ppm (0,005 – 0,025 mmol/Lt)
Cu : 0,032 – 0,953 ppm (0,0005 – 0,015 mmol/Lt)
Mo : 0,024 – 0,144 ppm (0,00025 – 0,015 mmol/Lt)
Bisa menggunakan bahan Mix Combo atau bahan
tunggal. Tetapi perhatikan juga senyawanya.
92. Step 5 : Unsur Mikro
PENTING !!!
Untuk memilih bahan mikro
DISARANKAN hanya memakai
bahan berbasis ikatan Chelate (Zn
EDTA, Cu EDTA dll).
Karena bahan logam ikatan Sulfat
(ZnSO4, MnSO4, CuSO4, dll) jika
bertemu dengan Phosphat (P)
dalam bentuk ion H2PO4(2-), pada
pH > 6,0 akan membentuk senyawa
baru seperti ZnPO4, MnPO4, CuPO4,
dll yang tidak larut di dalam air.
Sehingga menimbulkan endapan.
Karena ikatan Phosphat pada logam
lebih kuat daripada ikatan Sulfat
pada logam.
93. Step 5 : Unsur Mikro
Perbedaan Unsur + Chelate dan Non Chelate
94. Step 5 : Unsur Mikro
Untuk unsur mikro campur Mix Combo
digunakan bahan Meroke VITAFLEX.
Penggunaan sesuai anjuran produsen
adalah 40 gram per 1.000 liter atau 12
gram per 300 liter. Dengan timbangan
dosis ini maka elemen yang didapat :
Fe : 3 ppm
Zn : 0,66 ppm
B : 0,4 ppm
Mn : 0,6 ppm
Cu : 0,64 ppm
Mo : 0,1 ppm
95. Pengisian Di Hydrobuddy
Step 5 : Unsur Mikro
• Rekomendasi 40 gram
per 1.000 liter.
• Akan didapatkan angka
seperti di samping.
96. Pemilihan Bahan Baku
Syarat Bahan Baku Dalam Produksi Nutrisi
• Larut Sempurna 100 % dalam air (Water Solube).
• Kemurnian bahan di atas 98 % dan ada garansi berapa
elemen yang akan di dapatkan dari produsen sebagai rujukan
data, sehingga klaim komposisi bahan adalah benar.
• Kompatibilitas bahan harus jelas sehingga alokasi Stok
timbangan tidak meragukan.
• Untuk unsur Mikro selain Boron (B) dan Molybdenum (Mo)
harus kualitas Chelate.
• Harus jelas sifatnya apakah bisa sebagai Buffer pH
(penyangga yang mempertahankan pH) atau tidak.
• Mengandung Unsur atau Senyawa dalam komposisi yang
masih bisa diterima sehingga tidak menyulitkan perhitungan.
97. Bahan Baku Yang Digunakan
Bahan Nutrisi Hidroponik Makro Elemen
98. Bahan Baku Yang Digunakan
Bahan Nutrisi Hidroponik Mikro Elemen
102. Input Data Bahan
• Klik tombol
• Kemudian klik lagi tombol
• Langkah ini berfungsi untuk menambahkan semua bahan
yang akan dipakai tapi belum ada pada database bahan
Hydrobuddy.
• Tambahkan data setiap bahan yang dibutuhkan,
masukan semua data yang tersedia dari produsen bahan.
Jangan lupa masukan juga harga per kilogram dari bahan
tersebut sebagai bahan perhitungan Harga Pokok
Produksi (HPP).
103. Meroke CALNIT
Value Input :
• Formula :
Ca(NO3)2
• Kategori Stok : A
• N(NO3-) : 14,4
• N(NH4+) : 1,1
• Ca : 19
• Purity : 100
• Cost : 12000
Meroke CALNIT
104. Meroke KALINITRA
Value Input :
• Formula : KNO3
• Kategori Stok : B
• N(NO3-) : 13,5
• K : 37,8
• Purity : 100
• Cost : 24000
Meroke KALINITRA
105. Meroke MAP
Value Input :
• Formula :
NH4H2PO4
• Kategori Stok : B
• N(NH4+) : 12
• P : 26,6
• Purity : 100
• Cost : 25000
Meroke MAP
106. Meroke MKP
Value Input :
• Formula : KH2PO4
• Kategori Stok : B
• P : 22,7
• K : 28,5
• Purity : 100
• Cost : 30000
Meroke MKP
107. Meroke MAG-S
Value Input :
• Formula : MgSO4
• Kategori Stok : B
• Mg : 9,8
• S : 13
• Purity : 100
• Cost : 10000
Meroke MAG-S
108. Meroke SOP
Value Input :
• Formula : K2SO4
• Kategori Stok : B
• K : 43,7
• S : 18
• Purity : 100
• Cost : 21000
Meroke SOP
109. Meroke VITAFLEX
Value Input :
• Formula : Micro Mix
• Kategori Stok : B
• Fe : 7,5
• Zn : 1,65
• B : 1
• Mn : 1,5
• Cu : 1,6
• Mo : 0,25
• Purity : 100
• Cost : 200000
Meroke VITAFLEX
110. Metode 3 Bahan (Paling Sederhana)
Pemilihan Bahan Baku
• Meroke CALNIT
• Meroke FLEK-G
• Meroke MAG-S
TEKNIS :
• Logika perhitungan
menggunakan Ca dan N
(Calcinit) sebagai Anchor.
• FLEK-G berfungsi sebagai
Ratio Creator.
• MAG-S untuk Balancing.
KEUNTUNGAN / RESIKO :
• Proses Balancing
menggunakan Excel.
• Resiko Human Eror KECIL
karena bahan cuma 3.
• Kurang bisa manuver.
• Meroke CALNIT
• Meroke FLEK-G
• Meroke MAG-S
112. Metode 4 Bahan (Bagi Yang Butuh Tambahan P)
Pemilihan Bahan Baku
• Meroke CALNIT
• Meroke FLEK-G
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
TEKNIS :
• Logika perhitungan
menggunakan Ca dan N
(Calcinit) sebagai Anchor.
• FLEK-G berfungsi sebagai
Ratio Creator.
• MAG-S untuk Balancing.
• MAP untuk penambahan
P dan Ammonium (NH4).
KEUNTUNGAN / RESIKO :
• Proses Balancing
menggunakan Excel.
• Resiko Human Eror KECIL
karena bahan cuma 4.
• Kurang bisa manuver.
• Meroke CALNIT
• Meroke FLEK-G
• Meroke MAG-S
• Meroke MAP
124. Kontrol Kalkulasi PPM
Klik Pada Tab “Result”, Lihat Hasil Timbangan, Lalu Lakukan Pembulatan
Klik Lalu Ganti Angka Bagian Ini
Untuk Pembulatan Ke Atas
* Note : Untuk Menghindari Menimbang Pakai Koma
Maka Total Jumlah Timbangan Kalau Bisa Genap
Jika Ganjil, Maka Naikan SOP 1 gram
129. Menyimpan Rumus Hasil Kalkulasi
Tulis Nama Rumus Kemudian Klik “ADD FORMULATION TO DB”
130. Cek Keseimbangan Kation Anion
Penjelasan Tentang Menghitung Balancing
Perhitungan keseimbangan muatan dilakukan dengan mengubah nilai TDS
menjadi Mmol/Lt.
Milimol Per Liter (Mmol/Lt.) =
Total Kation = Jumlah Total (Milimol Per Liter Elemen X Angka Valensi Ion+)
Total Anion = Jumlah Total (Milimol Per Liter Elemen X Angka Valensi Ion-)
Selisih (Deviasi) = Jumlah Total Kation - Jumlah Total Anion
Contoh untuk unsur Magnesium (Mg) dengan berat atom 24,305 maka
konversi untuk tiap 1 PPM Magnesium = 1 / 24,305 = 0,04114 Mmol/Lt.
Total Nilai Kation untuk 1 PPM Magnesium = 0,04114 X 2 (muatan Ion Mg2+)
= 0,08229
Total Dissolved Solid (TDS) Dalam PPM
Berat Atom Per Elemen
131. Cek Keseimbangan Kation Anion
Ketik Angka PPM
Di Kolom Biru
Pastikan DEVIASI
mendekati NOL
tapi tidak minus,
Harness < 900
132. Penimbangan
Hasil Perhitungan Nutrisi Untuk 1000 Liter
Pembagian Per Stok Disertai Pembulatan Ke Atas
STOK B
• Meroke KALINITRA : 644 gr
• Meroke MAG-S : 638 gr
• Meroke MAP : 85 gr
• Meroke MKP : 177 gr
• Meroke VITAFLEX : 45 gr
STOK A
• Meroke Calcinit : 987 gr
Berat : 987 gr Berat : 1589 gr
133. Aplikasi Penimbangan
Dari timbangan tersebut, ternyata berat Stok A dan berat Stok B
berbeda jauh. Karena itu harus disamakan. Alasan penyamaan
berat kedua kantong ini adalah :
1. Untuk menghindari Kejenuhan Maksimal oleh bahan, karena
setiap bahan memiliki nilai KEJENUHAN MAKSIMAL. Jika
kejenuhan maksimal ini sudah tercapai, maka akan terjadi
Pengendapan (Presipitasi) pada larutan master pekat.
2. Untuk menghindari kesalahan aplikasi pada User pemula,
mengingat mereka menggunakan larutan master pekat
dengan takaran 5 ml Stok A + 5 ml Stok B + 1 liter air baku.
Penimbangan Nutrisi yang tidak seimbang mengakibatkan
larutan master salah satu stok akan habis terlebih dahulu
karena perbedaan volume.
135. Karena Meroke KALINITRA (KNO3) bisa diletakkan di Stok A
maupun Stok B, dalam penimbangan untuk menyamakan
berat kedua kantong, maka KNO3 dibagi 2.
• Meroke MKP : 177 gr
• Meroke MAP : 85 gr
• Meroke KALINITRA : 323 gr
• Meroke MAG-S : 638 gr
• Meroke SOP : 45 gr
• Meroke VITAFLEX : 40 gr
• Meroke CALNIT : 987 gr
• Meroke KALINITRA : 321 gr
Berat : 1308 gram Berat : 1308 gram
Aplikasi Penimbangan
Timbangan Akhir Untuk Nutrisi Sayuran Daun 1.000 Liter
137. Faktor Pengenceran
Dilution Factor atau Faktor Pengenceran merupakan angka yang digunakan
dalam perhitungan untuk menentukan Volume air untuk pekatan pada Stok A
dan Stok B.
Volume Air Pekatan (Master) =
Faktor Pengenceran (Dilution Factor) yang sering digunakan = 200
Faktor Pengenceran yang direkomendasikan untuk industri = 100
Contoh untuk membuat Stok Master pada perhitungan Nutrisi untuk volume
air nutrisi jadi 1.000 Liter adalah :
Volume Air Master Pekatan = 1.000 Liter / 100 = 10 Liter
Untuk mendapatkan EC Design = 10 mL A + 10 mL B + 1 L Air Baku
Volume Air Nutrisi Jadi (Siap Pakai)
Faktor Pengenceran (Dilution Factor)
139. Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 1 : Mencari Referensi Uptake Nutrisi Melon
140. Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 2 : Menentukan Angka Input Ke Hidrobuddy
Contoh Menentukan Nilai PPM Dari Angka Uptake :
N - P - K - Ca - Mg
3,8 - 0,63 - 7,8 - 3,1 - 1,6
230 ppm - 39 ppm - 472 ppm - 188 ppm - 96 ppm
NH4 = 11,5 ppm (5 %) NO3 = 218,5 ppm (95 %)
141. Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 3 : Cek Apakah Ada Rasio Penting Yang Melebihi Batas
NO3 – NH4 - P - K - Ca - Mg
218,5 – 11,5 - 39 - 472 - 188 - 96
ppm ppm ppm ppm ppm ppm
Dari angka-angka tersebut terlihat bahwa Rasio K/Ca sedikit berlebih,
karena itu kurangi Kalium (K) dari 472 ppm menjadi 470 ppm supaya
angka rasio K/Ca menjadi tidak lebih dari 2,5. Angka tersebut menjadi :
NO3 – NH4 - P - K - Ca - Mg
218,5 – 11,5 - 39 - 470 - 188 - 96
ppm ppm ppm ppm ppm ppm
143. Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 5 : Input Angka Ke Hidrobuddy (Angka Mikro Tetap)
144. Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 6 : Cek Apakah Ada Angka Di Luar Ambang Batas
Terlihat bahwa Sulfur (S) berada di atas ambang batas. Karena itu harus
disesuaikan supaya tidak melebihi angka kisaran 160 ppm.
145. Alternatif Lain 7 Bahan
STEP 7 : Lakukan Penyesuaian Pada Angka Di Luar Ambang Batas
151. Alternatif Lain 7 Bahan
TIMBANGAN AKHIR
• Meroke MKP : 166 gr
• Meroke MAP : 6 gr
• Meroke KALINITRA : 149 gr
• Meroke MAG-S : 562 gr
• Meroke SOP : 481 gr
• Meroke VITAFLEX : 40 gr
• Meroke CALNIT : 990 gr
• Meroke KALINITRA : 414 gr
Berat : 1404 gram Berat : 1404 gram
Timbangan Akhir Untuk Nutrisi Melon 1.000 Liter