SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
1
CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION
FOG IN AERPONIC SYSTEM USING
PROPORTIONAL – INTEGRAL METHOD
Achmad Machi Fatchanuddin
Mechatronic Applied to Industrial Manufacture, STT Atlas Nusantara Malang
Email : fatchanuddin.a.m@gmail.com
ABSTRACT
Aeroponics is a method of planting that uses air and water ecosystems or without the
use of soil nutrients. Aeroponics technique is the key to adjust the composition of
nutrients and water spraying time precisely match crop needs. The ideal temperature
for aeroponic growing methods which 23˚ C and humidity around 80%. Then
designed a tool to control condition of the environment for the aeroponic growing
methods.
The aeroponic growing methodscan use a pump with nozzles or using ultrasonic mist
maker. In designing this tool, the making of fog using the ultrasonic mist maker. This
fog will be channeled into the plant box using a fan.
The sensor that used is DHT11 sensor. This sensor has been tested the linearity and
can be used as an input to the controller. Humidity as a work area is ranging from
65% to 90% and can be read properly by the humidity sensor DHT11. Controlled
actuator is a DC fan motor.
The method used is the method of Proportional – Integral (PI). PI parameters
obtained is the value of Kp is 2.22 and the value of Ti is 280. Error steady state to
achieve the 84% reference humidity of 0%, to achieve the 86% reference humidity of
2.3256%, and to reach 90% of the reference humidity 0.573%.
Keywords: Aeroponic, humidity, fan, motor, arduino, PI, error steady state.
1. PENDAHULUAN
Pangan merupakan salah satu
kebutuhan primer yang dimiliki
manusia. Bahan makanan ideal yang
dibutuhkan manusia perlu mencukupi
syarat 4 sehat 5 sempurna. Salah satu
bagian dari syarat tersebut adalah
sayuran. Untuk mencukupi kebutuhan
tersebut maka diperlukan inovasi
dalam mengembangkan sistem
produksi sumber pangan tersebut.
Salah satunya adalah dengan metode
aeroponik.
Aeroponik merupakan satu
cara penanaman tanaman yang
menggunakan udara serta ekosistem
air atau nutrisi tanpa penggunaan
tanah. Kunci dari teknik aeroponik
adalah mengatur komposisi nutrisi
dan waktu penyemprotan air secara
tepat sesuai kebutuhan tanaman.
Penerapan sistem aeroponik akan
mengurangi ketergantungan
ketersediaan tanah dan tidak
dibutuhkan rotasi lahan. Selain itu
petani dapat menanam setiap saat dan
sepanjang musim, sehingga sayuran
selalu ada sayuran yang dipanen
setiap hari.
Dengan sistem aeroponik,
ketersediaan nutrisi tanaman terjamin
2
setiap saat dan pertumbuhan bisa
optimal. Pada tanaman jenis tertentu
bahkan bisa diperpendek umur panen
dengan kualitas yang sama.
Pertumbuhan optimal akan
mempengaruhi kualitas sayuran yang
dipanen. Sistem aeroponik tidak
terlalu membutuhkan tenaga kerja
yang banyak, sehingga menjamin
efisiensi tenaga kerja. Hasil sayuran
yang diperoleh merupakan produk
yang bersih karena tidak memerlukan
proses pencucian. Selain itu, karena
dipanen pada saat umur tanaman
masih muda, daging sayur terasa lebih
renyah daripada sayur hasil
penanaman di tanah.
Untuk mendapatkan produk yang
optimal, maka dibutuhkan kondisi
lingkungan yang baik pada sistem
penanaman dengan metode aeroponik
ini. Beberapa unsur yang perlu
dikondisikan yaitu ketersedian nutrisi,
kelembaban, suhu, dan pencahayaan.
Suhu ideal untuk metode tanam
aeroponik yaitu 23-25˚ C dan
kelembaban sekitar 80% - 90%.
Selama ini pada sistem aeroponik
pemberian kabut nutrisi dilakukan
dengan mengatur waktu
penyemprotan menggunakan timer.
Sehingga kelembaban yang terbentuk
tidak maksimal sesuai dengan
kebutuhan pada tanaman. Maka dari
itu dirancang suatu alat untuk
mengondisikan kelembaban
lingkungan untuk metode tanam
aeroponik tersebut.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aeroponik
Aeroponik merupakan suatu cara
bercocok tanamsayuran diudara tanpa
penggunaan tanah, nutrisi
disemprotkan pada akar tanaman, air
yang berisi larutan hara disemburkan
dalam bentuk kabut hingga mengenai
akar tanaman. Akar tanaman yang
ditanam menggantung akan menyerap
larutan hara tersebut. Air dan nutrisi
disemprotkan menggunakan irigasi
sprinkler.
Aeroponik berasal dari kata aero yang
berarti udara dan ponus yang berarti
daya. Jadi aeroponik adalah
memberdayakan udara. Aeroponik
merupakan salah satu tipe dari
hidroponik karena air yang berisi
larutan hara disemburkan dalam
bentuk kabut hingga mengenai akar
tanaman. Salah satu kunci keunggulan
aeroponik adalah oksigenasi dari tiap
butiran kabut halus larutan hara
sehingga respirasi akar lancar dan
menghasilkan banyak energi.
Sayuran hasil budidaya dengan sistem
aeroponik terbukti mempunyai
kualitas yang baik, higienis, sehat,
segar, renyah, beraroma, dan disertai
citarasa yang tinggi.
2.1.1 Kelembaban
Banyak cara untuk menyatakan
kandungan air di udara dan
kelembaban, hal ini sering tergantung
pada aplikasi industri atau aplikasi
khusus. Kandungan air pada gas
kadang-kadang dinyatakan dalam
pound uap air per juta kaki kubik gas.
Kandungan air pada zat cair dan zat
padat pada umumnya dinyatakan
dalam persentase air per total massa.
Kelembaban nisbi atau RH (relative
humidity) optimal untuk aeroponik
adalah sekitar 80%. Pada RH tersebut,
turgor (tegangan sel) dan proses
fisiologi di dalam tanaman
berlangsung dengan baik. Daya isap
air dan hara oleh akar juga masih
cukup besar. Tingkat kelembaban
berpengaruh terhadap
evapotranspirasi, yaitu tenaga
pengisap untuk mengangkat air dan
hara dari akar ke tajuk tanaman. Bila
kelembaban udara terlalu tinggi maka
evapotranspirasi akan kecil.
3
Kelembaban yang tinggi dipengaruhi
oleh jarak tanam. Kelembaban
dibilang rendah apabila 50%.
Tanaman yang layu sementara 1 jam
saja dapat mengundur umur tanaman
selama 2 hari.
2.1.2 Nutrisi
Sistem aeroponik
memberdayakan air dengan melalui
udara (pengkabutan), oleh karenanya
air pada sistem aeroponik berisi
larutan nutrisi (hara) yang
disemprotkan kepada akar tanaman
yang menggantung. Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pada tanaman salah
satu syaratnya yaitu nilai tingkat
keasaman-kebasaan (pH) dan nilai
daya hantar listrik atau Electric
Conductivity (EC) sesuai.
Rentang pH ideal untuk
tanaman hidroponik berkisar antara
5,5-6,5. Nilai pH di atas 6,5
menyebabkan besi, mangan, tembaga,
seng, dan boron kurang tersedia bagi
tanaman. Jika nilai pH di bawah 5,5
menyebabkan kelarutan asam fosfat,
kalsium, dan magnesium sedikit.
Selain itu kepekatan larutan
berkaitan dengan ketersediaan hara.
Makin pekat larutan makin banyak
unsur hara, begitu pula sebaliknya.
Namun bukan berarti makin pekat
makin baik bagi tanaman, karena pada
kepekatan ekstrim justru tidak baik
bagi tanaman. Tingkat kepekatan
larutan dinyatakan dalam satuan ppm
(part per million).
Kepekatan larutan juga
disebut kegaraman (salinitas) karena
hara yang terlarut berupa garam-
garaman. Semakin tinggi kandungan
garam dalam larutan, semakin tinggi
pula daya hantar listrik Electric
Conductivity (EC) yang dinyatakan
dalam satuan miliSiemens/cm
(mS/cm).
EC yang tinggi menyebabkan
umur panen sayuran lebih singkat,
daya simpan lebih panjang, kadar gula
buah meningkat, kesegaran lebih
terasa, dan lebih tahan terhadap
serangan penyakit. Namun, EC yang
terlalu tinggi akan merusak tanaman.
Secara umum ambang batas EC
larutan adalah sekitar 4,6.
2.2 Sensor
Sensor adalah peralatan yang
digunakan untuk membaca kondisi
dari lingkungan yang diwujudkan
dalam besaran nilai tertentu. Dalam
pembahasan ini, sensor yang
digunakan adalah sensor kelembaban.
2.2.1 Sensor Kelembaban
Sensor kelembaban adalah
suatu alat ukur yang digunakan untuk
membantu dalam proses pengukuran
atau pendifinisian yang suatu
kelembaban uap air yang terkandung
dalam udara. Salah satu jenis sensor
kelembaban adalah sensor
kelembaban kapasitif.
Sensor kapasitif merupakan
sensor elektronika yang bekerja
berdasarkan konsep kapasitif. Sensor
ini bekerja berdasarkan perubahan
muatan energi listrik yang dapat
disimpan oleh sensor akibat
perubahan jarak lempeng, perubahan
luas penampang, dan perubahan
volume dielektrikum sensor kapasitif
tersebut. Konsep kapasitor yang
digunakan dalam sensor kapasitif
adalah proses menyimpan dan
melepas energi listrik dalam bentuk
muatan-muatan listrik pada kapasitor
yang dipengaruhi oleh luas
permukaan, jarak dan bahan
dielektrikum.
Sifat sensor kapasitif yang
dapat dimanfaatkan dalam proses
pengukuran diantaranya adalah sebgai
berikut.
1. Jika luas permukaan dan
dielektrika (udara) dalam dijaga
konstan, maka perubahan nilai
4
kapasitansi ditentukan oleh jarak
antara kedua lempeng logam.
2. Jika luas permukaan dan jarak
kedua lempeng logam dijaga
konstan dan volume dilektrikum
dapat dipengaruhi makan
perubahan kapasitansi ditentukan
oleh volume atau ketinggian
cairan elektrolit yang diberikan.
3. Jika jarak dan dielektrikum
(udara) dijaga konstan, maka
perubahan kapasitansi ditentukan
oleh luas permukaan kedua
lempeng logam yang saling
berdekatan.
Kapasitor adalah salah satu
komponen pada rangkaian listrik yang
dapat menyimpan dan melepas energi
listrik dalam bentuk muatan-muatan
listrik. Saat pertama kali dihubungkan
dengan sumber listrik, kapasitor akan
mengisi dirinya dengan muatan-
muatan listrik peritstiwa inilah yang
disebut dengan proses charging.
Setelah penuh, kapasitor akan
menghentikan arus listrik di dalamnya
sehingga rangkaian listrik akan
bersifat open. Namun saat sumber
listrik dimatikan dari rangkaian,
kapasitor dapat bersifat sebagai
sumber listrik dengan cara melepas
muatan listrik kepada rangkaian
peristiwa ini disebut discharging.
Kapasitor umumnya terbuat
dari dua konduktor yang diantaranya
terdapat materi dieleketrik seperti
kaca, plastik. Umumnya bahan
dielektrik adalah bahan isolator atau
bahan yang tidak bisa menghantarkan
listrik. Namun akibat adanya aliran
listrik yang merupakan aliran
elektron, atom penyusun dielektrik
menjadi tidak seimbang dan akhirnya
menimbulkan muatan-muatan listrik.
Sehingga setiap bahan dielektrik
memiliki nilai permitivitas masing-
masing, yang akhirnya mempengaruhi
nilai kapasitansi. Gambar berikut
menunjukkan konsep dari sensor
kapasitif.
Gambar 1 Konsep Sensor Kapasitif
Kontruksi sensor kapasitif
yang digunakan berupa dua buah
lempeng logam yang diletakkan
sejajar dan saling berhadapan. Jika
diberi beda tegangan antara kedua
lempeng logam tersebut, maka akan
timbul kapasitansi antara kedua logam
tersebut. Nilai kapasitansi yang
ditimbulkan berbading lurus dengan
luas permukaan lempeng logam ,
berbanding terbalik dengan jarak
antara kedua lempeng dan berbading
lurus dengan zat antara kedua
lempeng tersebut (dielektrika), seperti
ditunjukkan oleh persamaan berikut :
𝐶 = 𝜀0 𝜀𝑟
𝐴
𝑑
Dimana:
𝜀0 : permitivitas ruang hampa
(8,85.10-12 F/m)
𝜀 𝑟 : permitivitas ruang hampa (udara
= 1)
A : luas plat dalam m2
d : jarak antara plat dalam m
2.3 Motor DC
Motor listrik merupakan
perangkat elektromagnetis yang
5
mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik. Energi mekanik ini
digunakan untuk, misalnya memutar
impeller pompa, fan atau blower,
menggerakan kompresor, mengangkat
bahan,dll. Motor listrik digunakan
juga di rumah (mixer, bor listrik, fan
angin) dan di industri.
Motor DC memerlukan
suplai tegangan yang searah pada
kumparan medan untuk diubah
menjadi energi mekanik. Kumparan
medan pada motor dc disebut stator
(bagian yang tidak berputar) dan
kumparan jangkar disebut rotor
(bagian yang berputar). Jika terjadi
putaran pada kumparan jangkar dalam
pada medan magnet, maka akan
timbul tegangan (GGL) yang berubah-
ubah arah pada setiap setengah
putaran, sehingga merupakan
tegangan bolak-balik.
Prinsip kerja dari arus searah
adalah membalik fasa tegangan dari
gelombang yang mempunyai nilai
positif dengan menggunakan
komutator, dengan demikian arus
yang berbalik arah dengan kumparan
jangkar yang berputar dalam medan
magnet. Bentuk motor paling
sederhana memiliki kumparan satu
lilitan yang bisa berputar bebas di
antara kutub-kutub magnet permanen.
2.5 Ultrasonic Mist Maker
Ultrasonic Mist Maker
adalah alat yang dapat merubah air
biasa menjadi awan kabut seperti
dinginnya es yang biasa terlihat pada
biang es. Alat ini bekerja
menggunakan proses ultrasonic
atomization yang mengubah air
menjadi kabut. Proses pembuatan
kabut dibuat dengan ultrasonik yang
dipancarkan oleh transduser
ultrasonik.
Transduser ultrasonik adalah
komponen elektronika yang dapat
mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik dalam bentuk
gelombang suara ultrasonic dan
sebaliknya. Gelombang suara
ultrasonic adalah gelombang suara
yang tidak dapat didengar oleh
manusia secara normal karena
frekuensi gelombang ultrasonic diatas
20KHz.
2.11 Kontoler Tipe PI
Kontroler ini menyatakan
hubungan antara sinyal eror dan
sinyal, sebelum masuk kekontrol PI,
maka perdu dijelaskan masing
parameter yang ada dalam kontrol PI,
yaitu kontrol Proporsiona (P) dan
Integral (I)
2.11.1 Kontrol Proporsional (P)
Penggunaan kontrol P
memiliki berbagai keterbatasan karena
sifat kontrol yang tidak dinamik ini.
Unit pegendalian ini memberikan
output-an yang sebanding
(proporsional) dengan besarnya error.
Perubahan nilai Proportional
Gain/Proportional Band akan
mempengaruhi sistem terhadap
perubahan error dan load.
𝑐( 𝑡) = 𝐾𝑃 𝑒(𝑡)
(2.22)
Dimana :
Kp= Konstanta Gain
Gain unit control
proportional dapat berupa bilangan
bulat, atau bilangan pecahan. Semakin
besar nilai gain akan menyebabkan
pengendali semakin relatif terhadap
error, hal ini ditandai dengan adanya
overshoot pada kondisi transient dan
sebaliknya. Unit pengendali tidak
bergantung pada fungsi waktu.
2.11.2 Kontrol Integral (I)
6
Unit pengendali ini disebut
juga sebagai unit pengendali reset
karena kemampuanya
mengeliminasi offset yang
ditinggalkan oleh pengendali
proportional. Dengan persamaan :
𝑐( 𝑡) = 𝐾𝑃 𝑒( 𝑡) + 𝐾𝑖 ∫ 𝑒( 𝑡) 𝑑𝑡
1
0
(2.23)
Dengan :
𝐾𝑖 =
1
𝑇𝑖
(2.24)
Dimana :
Ki = Integral Gain
Ti = Integral time
2.11.3 Kontoler Tipe PI
Kontroler ini menyatakan
hubungan antara sinyal eror dan sinyal
kontrol sehingga secara matematik
dapat diberikan persamaan :
𝑈( 𝑡) = 𝐾𝑝 [𝑒( 𝑡) +
1
𝜏𝑖
∫ 𝑒( 𝑡) 𝑑𝑡] (2.25)
Dalem bentuk transfer function dapat
diformulasikan :
𝑈( 𝑠)
𝐸( 𝑠)
= 𝐾𝑝 (1 +
1
𝜏𝑖𝑠
) =
𝐾𝑝 ( 𝜏𝑖𝑠+1)
𝜏𝑖𝑠
(2.26)
Secara diagram blok dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Diagram Blok Kontrol
PI
𝜏𝑖 ∶ Konstanta waktu kontroler
integral
𝐾𝑝 ∶ Faktor Penguatan Proporsional
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Perancangan Sistem
Untuk membuat sebuah alat
maka dibutuhkan perancangan yang
baik agar alat tersebut nantinya dapat
bekerja dengan baik sesuai dengan
fungsinya. Gambar 3.1 berikut ini
menjelaskan diagram blok pada
sistem pengondisian kelembaban
lingkungan pada aeroponik.
Gambar 3. Diagram Blok Sistem
Pengkondisian Lingkungan
Aeroponik.
Berdasarkan blok diagram
tersebut, pengaturan kelembaban
lingkungan aeroponik dilakukan
dengan menggunakan kipas yang
mengalirkan kabut nutrisi yang telah
dibuat oleh mist maker. Kecepatan
putaran motor dipengaruhi nilai
kelembaban lingkungan pada saat itu.
Dengan sistem pengaliran kabut yang
baik diharap kondisi tanaman tumbuh
subur sesuai dengan yang diharapkan.
Pemberian nutrisi dilakukan dengan
cara mengkabutkan akar tanaman
dengan cairan bernutrisi. Proses
pengaliran kabut ke tanaman ini yang
dikendalikan oleh kontroler.
Pada kebutuhan nutrisi pada
tanaman perlu mempertimbangkan
faktor seperti unsur hara, keasaman,
dan kepekatan. Namun hal-hal ini
tidak berkaitan langsung pada
kelembaban. Jadi pada perancangan
7
alat ini, hal yang akan dikontrol
adalah prototipe pengaturan
kelembaban dengan referensi yang
dapat diseuaikan.
3.2 Perancangan Hardware
Hardware sistem ini terdiri
dari keypad dan LCD sebagai
reference. Kemudian mikorokontroler,
driver motor, dan motor DC. Sensor
yang digunakan adalah sensor
kelembaban.
3.2.1 Perancangan Mekanik
Bentuk mekanik yang
direncanakan yaitu menggunakan box
dengan kapasitas 21 liter dengan
ukuran 350 mm x 200 mm x 300 mm.
Kotak tersebut terbuat dari akrilik. Di
bagian samping box tersebut, terdapat
sebuah tabung berdiameter 90 mm
dan tinggi 250 mm. Tabung ini
berfungsi sebagai penampung cairan
nutrisi untuk tanaman. Cairan nutrisi
tersebut akan diubah menjadi kabut
oleh ultrasonic mist maker. Kemudian
terdapat konstruksi mekanik
menyalurkan kabut tersebut ke dalam
box untuk tanaman. Di dalam
konstruksi mekanik terserbut terdapat
kipas motor DC yang berfungsi untuk
menyedot kabut dari tangki dan
dialirkan ke kotak untuk tanaman.
Berikut ini adalah gambar
perancangan untuk pengaturan nutrisi
dan pengkondisian lingkungan pada
metode tanam aeroponik.
Gambar 4. Desain Mekanik Sistem
Aeroponik
Dengan keluaran nutrisi yang
dibuat sehalus kabut diharapkan
nutrisi tersebut akan mengambang di
sekitar akar. Karena cara menempel di
akar dengan cara mengambang, maka
nutrisi yang menempel di akar
tanaman tersebut merata di seluruh
bagian. Jadi proses penyerapan nutrisi
oleh tanaman lebih optimal.
3.1.2 Perancangan Perangkat
Lunak
Perangkat lunak yang
dibahas yaitu program yang
diinputkan pada mikrokontroler.
Perangkat lunak dibuat berdasarkan
prinsip kerja alat yang akan dibuat.
Program utama mengatur keseluruhan
jalannya program meliputi fungsi-
fungsi tertentu yang dibuthkan untuk
sistem pengendalian seperti
pembacaan hasil sensor dan
pengendalian kipas penyuplai kabut.
8
Gambar 5. Alur Program
Pengaturan Kondisi Lingkungan
Aeroponik.
Dalam mencari transfer function pada
suatu plant dibutuhkan suatu analisis
matematika, analisis tersebut
menggunakan software Matlab pada
komputer, dalam hal tersebut metode
yang diterapkan pada matlab adalah
metode RLS (Recursive Least
Square), identifikasi dengan metode
RLS ini adalah dengan menetapkan
parameter estimasi awal dengan nol,
selanjutnya setiap penambahan data
pengukuran akan dikonfirmasikan
estimasi parameter baru dengan
penambahan faktor koreksi.
Langkah metode RLS yang akang
mencatatsetiap relasi data masukan
dan keluaran dari suatu sistem fisik
digambarkan sebagai diagram berikut
Gambar 6. Alur RLS (Recursive
Least Square)
Langkah Identifikasi metode
RLS pada alat ini dilakukan dengan :
1. Menetapkan parameter estimasi
awal dengan nol.
2. Setiap penambahan data
pengukuran akan
dikonfirmasikan estimasi
parameter baru dengan
penambahan faktor koreksi
3. Proses identifikasi dilakukan
dengan memberikan masukan
step
4. Pemasukan step dilakukan
dengan pemberian tegangan
sebesar 5 Volt DC pada driver
motor dengan sampling time
yang ditentukan.
5. Dari hasil identifikasi dengan
metode RLS orde 2 diperoleh
hasil berupa parameter estimasi
berupa transfer function diskret
6. Setelah melakukan Identifikasi
akan diperoleh grafik
perbandingan hasil pengukuran
plant dan hasil permodelan.
Sementara itu, dalam
perancangan metode PI, dilakukan
dengan melakukan tahapan-tahapan
yaitu mulai dari identifikasi plant,
Pengambilan data Input
Output dan Pengujian
pada Kelembaban
9
pembuatan model plant, pembuatan
model hope, penetapan parameter
kontrol, dan validasi kontrol
closeloop, seperti yang digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 7 Alur Perancangan
Metode PI
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hardware
Hardware alat ini terdiri dari
mekanik yang mempunyai sebuah box
berukuran 350x200x300 mm yang
dihubungkan ke sebuah tangki yang di
dalamnya terdapat ultrasonik mist
maker untuk membuat kabut. Dalam
tangki tersebut terdapat sebuah motor
kipas DC yang berfungsi untuk
mengalirkan kabut ke dalam box
4.1.1 Mekanik
Secara keseluruhan, alat
tampak seperti pada Gambar 4.1 di
bawah ini.
Gambar 8. Gambar Mekanik
setelah Terhubung dengan Sistem
Pengaturan Level Nutrisi
4.2.2 Identifikasi Plant
Identifikasi respon
kelembaban ruangan diperlukan untuk
menentukan transfer function hasil
identifikasi dan transfer function
model. Data-data pengukuran
kelembaban yang diukur saat motor
terhubung langsung dengan sumber
tegangan dalam rangkaian terbuka
tanpa kontroler. Data-data pengukuran
digunakan untuk mendapatkan model
melalui proses identifikasi. Dimana
proses identifikasi adalah hubungan
antara tegangan masukan motor yang
konstan dan perubahan kelembaban
ruangan hingga steady state. Model
identifikasi yang dihasilkan
merupakan transfer function tegangan
masukan menjadi perubahan
kelembaban ruangan yang
teridentifikasi merupakan model
matematika orde tiga.
Gambar 9. Kenaikan Kelembaban
Terhadap Waktu
Hasil dari proses identifikasi putaran
motor menghasilkan transfer function
identifikasi:
𝐺𝑖
( 𝑠)
=
0.001931𝑠2
− 0.003177𝑠 + 0.05997
𝑠3 + 3.426𝑠2 + 18.36𝑠 + 0.06666
Gambar 10. Respon Kelembaban
Hasil Identifikasi dan Plant
Model matematika transfer
function model identifikasi orde 3
disederhanakan menjadi model
10
matematika transfer function plant
orde satu sebagai berikut :
𝐺𝑝
( 𝑠) =
K
T 𝑠 + 1
=
0.901
280𝑠 + 1
4.2.3 Permodelan Plant dan Hope
Melalui pengukuran respon
model kecepatan putaran motor, maka
respon kelembaban close loop tertutup
dapat ditentukan sesuai dengan desain
respon yang diinginkan. Dari transfer
function respon plant hasil identifikasi
diketahui transien respon kecepatan
putaran mencapai nilai kerjanya pada
0.03 detik. yaitu :
𝐺𝑝
( 𝑠) =
0.901
280𝑠 + 1
Transien respon akan
dipercepat, maka transien respon
desain yang diinginkan adalah :
𝐺ℎ
( 𝑠) =
0.901
140s + 1
Gambar 11. Transien Respon
Kelembaban Plant dan Hope
Dengan memperikan transfer
function respon desain ini pada
rangkaian tertutup bersama transfer
function kontroler, dimaksudkan
untuk mendapatkan transfer function
closeloop yang sesuai dengan transfer
function respon desain.
4.2.4 Penetapan Parameter Kontrol
Setelah mendapatkan model
respon kelembaban dan menetapkan
model respon desain yang diinginkan,
maka selanjutnya didapatkan transfer
function kontrol PI, yaitu :
𝐺𝑐
( 𝑠) =
621.5s + 2.22
280𝑠
Gambar 12 Respon Kontrol PWM
Motor
Penetapan parameter kontrol
Kp dan Ti didapatkan (melalui rumus
yang tercantum pada perancangan
parameter kontrol), yaitu : Kp adalah
2,2198 dan dan Ti adalah 280. . Dari
grafik gambar 4.8, menjelaskan pada
kita bahwa perubahan ketinggian
kontrol tehadap waktu mengikuti
fungsi :
𝑓𝑘( 𝑡) = 222,3 +
1616,9 − 222,3
0,8
𝑡
= 222,3 + 1743,25 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
Artinya percepatan
perubahan ketinggian sangat
tergantung pada waktu, dimana dalam
kasus ini error sebagai masukan
kontrol adalah konstan maka pada saat
awal telah ada percepatan sebesar
222,3 kali dan laju pertambahan
percepatan ketinggian adalah 1743,25
x waktu.
4.2.5 Penetapan Fungsi Close Loop
Penetapan transfer function
close loop dilakukan setelah transfer
function respon plant, transfer
function respon desain dan transfer
function kontroler. Melalui
pemecahan matematika, maka
transfer function close loop dapat
ditetapkan, yaitu:
𝐺𝑐𝑙
( 𝑠) =
560s + 2
78400𝑠2 + 840𝑠 + 2
Dari grafik pada gambar
4.10, terbukti bahwa respon closeloop
11
mengikut pola yang ditentukan pada
respon desain.
Gambar 13 Hubungan Respon
Kelembaban Close Loop terhadap
Hope
4.2.6 Simulasi Close Loop
Transfer function respon
closeloop akan menyesuaikan respon
kelembaban mengikuti referensi
kecepatan yang diinginkan atau yang
diberikan. Sebelum
diimplementasikan pada sistem
sesungguhnya perlu dilakaukan
simulasi menggunakan perangkat
lunak Matlab.
Gambar 14 Simulasi Respon
Kelembaban setelah Dikontrol dan
Referensi
Dari grafik pada gambar
4.10, dapat dilihat apakah pada
rangkaian tertutup (closeloop),
responnya akan mengikut pola yang
ditentukan pada respon desain.
Pada grafik terlihat bahwa
respon closeloop akan mengejar
pencapaian amplitudo kelembaban
yang diberikan melalui referensi,
pencapaian ini tentunya tidak
langsung terpenuhi tetapi melalui
proses transisi. Proses transisi ini
mengikuti pola dan waktu transisi
yang telah didesain sebelumnya,
dimana pola transisi ini juga berlaku
pada saat pencapaian kelembaban
yang lebih besar atau lebih kecil dari
kelembaban sebelumnya.
Pada saat proses pencapaian
referensi kelembaban, ini tentunya
akan terdapat perbedaan besar
kelembaban aktual dan referensi.
Perbedaan itu disebut error. Besar
kecilnya error akan mempengaruhi
pembangkitan sinyal kontrol, apabila
error semakin besar maka besarnya
penguatan sinyal kontrol untuk
masukan motor akan lebih besar
demikian juga sebaliknya dan apabila
error semakin kecil atau tidak ada
perbedaan antara kecepatan aktual dan
referensi, maka peningkatan atau
penurunan sinyal penguatan kontrol
akan berhenti, dengan kata lain sinyal
kontrol akan tetap.
5. KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang
pengontrol kelembaban lingkungan
pada aeroponik ini maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Fungsi alih model
matematika pada plant
pengaturan kelembaban
aeroponik adalah :
𝐺𝑝
( 𝑠) =
K
T 𝑠 + 1
=
0.901
280𝑠 + 1
2. Implementasi algoritma
kontrol PI pada sistem
pengaturan kelembaban di
dalam sistem aeroponik
dimana Kp adalah 2,2198
dan dan Ti adalah 280.
Semakin besar nilai waktu
transisinya maka nilai Kp
akan semakin kecil untuk
nilai Ti yang besar.
12
3. Error steady state untuk
mencapai referensi
kelembaban 84% sebesar
0%, untuk mencapai
referensi kelembaban 86%
sebesar 2,3256%, dan untuk
mencapai referensi
kelembaban 90% sebesar
0,573.
DAFTAR PUSTAKA
Rostika, Eti. 2012. Budidaya
Tanaman Sayuran Daun
Sistem Aeroponik. (online
diakses tanggal25 Oktober
2014, http://bbpp-
lembang.info/index.php/en/ar
sip/artikel/artikel-
pertanian/611-budidaya-
hidroponik-tanaman-sayuran-
daun-sistem-aeroponik).
Manali, Oak. 2012. How Does an
Ultrasonic Fogger Work.
(online diakses tanggal 25
Oktober 2014,
http://www.buzzle.com/articl
es/ultrasonic-fogger-how-
does-it-work.html).
batamelektronika.wordpress.com.
2013. Arduino UNO dan
Sensor DHT11 pada Serial
Monitor. (online diakses
tanggal 25 Oktober 2014,
https://batamelektronika.wor
dpress.com/pendidikan/ardui
no-uno-dan-sensor-dht11-
dengan-tampilan-lcd-16-x-
2/).
Anhazt.2013. Bercocok Tanaman
dengan Sistem Hidro Aero.
(online diakses tanggal1
Januari 2015,
http://niotolovo.blogspot.com
/2013/06/bercocok-tanam-
sayur-dengan-sistem.html)
Hartanto, Thomas W.D. dan Prasetyo,
Y.Wahyu Agung. Analysis
dan Desain Sistem Kontrol
dengan Matlab.
Yogyakarta:Andi.2003
Lingga, Pinus, Hidroponik, Bercocok
Tanam Tanpa Tanah, Bogor:
Penebar Swadaya, 1984
Agus Hendra, Heru dan Andoko,
Agus, Bertanam Syuran
Hidroponik Ala Paktani
Hydrofarm, Jakarta: Agro
Media Pustaka, 2014
Arie Raharjo, Argohartono, “Peluang
Pasar Hidroponik”, Trubus 529 ,
Desember 2013
Fadhillah, Rizky, “ Rupiah dari
Hidroponik”, Trubus 530, Januari
2014
Hendra, Agus, “Enam Pilihan
Hidroponik”, Trubus 529, Desember
2013
Nur Apriyanti, Rossy, “Hidroponik di
Bawah Langit”, Trubus 513, Agustus
2012
Sayyidati Rohimah, Desi, “Ramu
Hara Hidropoik Terbuka”, Trubus
513, Agustus 2012
Setyawan, Bondan, “Teknik Tanam
Tanpa Tanah”, Trubus 529, Desember
2013

More Related Content

Similar to CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL – INTEGRAL METHOD

Sebuah Catatan Kecil tentang Hidroponik untuk Pemula
Sebuah Catatan Kecil tentang  Hidroponik untuk Pemula Sebuah Catatan Kecil tentang  Hidroponik untuk Pemula
Sebuah Catatan Kecil tentang Hidroponik untuk Pemula Belajar Bareng Hidroponik
 
Dasar-dasar Sistem Hidroponik
Dasar-dasar Sistem HidroponikDasar-dasar Sistem Hidroponik
Dasar-dasar Sistem Hidroponikaries alfajri
 
Kul I Sept 2013 HIDROPONIK.ppt
Kul I Sept 2013 HIDROPONIK.pptKul I Sept 2013 HIDROPONIK.ppt
Kul I Sept 2013 HIDROPONIK.pptNana115852
 
3. JENIS-JENIS HIDROPONIK.ppt
3. JENIS-JENIS HIDROPONIK.ppt3. JENIS-JENIS HIDROPONIK.ppt
3. JENIS-JENIS HIDROPONIK.pptDevitaMurin
 
Penanaman Cara Hidroponik dan Aeroponik
Penanaman Cara Hidroponik dan AeroponikPenanaman Cara Hidroponik dan Aeroponik
Penanaman Cara Hidroponik dan AeroponikJennie Ong
 
AGT20-Kelompok 3- Hidroponik-THA.pdf
AGT20-Kelompok 3- Hidroponik-THA.pdfAGT20-Kelompok 3- Hidroponik-THA.pdf
AGT20-Kelompok 3- Hidroponik-THA.pdfTaufiqRamadhan31
 
Tugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara HidroponikTugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara Hidroponikivan ara
 
Hidroponikdanaeroponik 121101045317-phpapp02
Hidroponikdanaeroponik 121101045317-phpapp02Hidroponikdanaeroponik 121101045317-phpapp02
Hidroponikdanaeroponik 121101045317-phpapp02Jennie Ong
 
Hidroponik dan aeroponik
Hidroponik dan aeroponikHidroponik dan aeroponik
Hidroponik dan aeroponikLayin Alfiyah
 
SLIDE ECO FARMING REF 13 OKT 20.pptx
SLIDE ECO FARMING REF 13 OKT 20.pptxSLIDE ECO FARMING REF 13 OKT 20.pptx
SLIDE ECO FARMING REF 13 OKT 20.pptxInfluencerMuda
 
Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021Indra Wijaya
 
Rekabentuk Hidroponik
Rekabentuk HidroponikRekabentuk Hidroponik
Rekabentuk Hidroponiknajwasuffiah
 
Haqqah Risath Mas Intan_Rancang Bangun Automated Fogponic Indoor Untuk Tanama...
Haqqah Risath Mas Intan_Rancang Bangun Automated Fogponic Indoor Untuk Tanama...Haqqah Risath Mas Intan_Rancang Bangun Automated Fogponic Indoor Untuk Tanama...
Haqqah Risath Mas Intan_Rancang Bangun Automated Fogponic Indoor Untuk Tanama...Haqqah Risath Mas Intan
 
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptxBayuSulistiantono1
 
Makalah Botani Farmasi: 3. Fotosintesis | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk Putri Raha...
Makalah Botani Farmasi: 3. Fotosintesis | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk Putri Raha...Makalah Botani Farmasi: 3. Fotosintesis | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk Putri Raha...
Makalah Botani Farmasi: 3. Fotosintesis | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk Putri Raha...Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 

Similar to CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL – INTEGRAL METHOD (20)

Sebuah Catatan Kecil tentang Hidroponik untuk Pemula
Sebuah Catatan Kecil tentang  Hidroponik untuk Pemula Sebuah Catatan Kecil tentang  Hidroponik untuk Pemula
Sebuah Catatan Kecil tentang Hidroponik untuk Pemula
 
Hidroponik - Aplkasi Komputer
Hidroponik - Aplkasi KomputerHidroponik - Aplkasi Komputer
Hidroponik - Aplkasi Komputer
 
Dasar-dasar Sistem Hidroponik
Dasar-dasar Sistem HidroponikDasar-dasar Sistem Hidroponik
Dasar-dasar Sistem Hidroponik
 
Kul I Sept 2013 HIDROPONIK.ppt
Kul I Sept 2013 HIDROPONIK.pptKul I Sept 2013 HIDROPONIK.ppt
Kul I Sept 2013 HIDROPONIK.ppt
 
HYDROPONIC 101
HYDROPONIC 101HYDROPONIC 101
HYDROPONIC 101
 
3. JENIS-JENIS HIDROPONIK.ppt
3. JENIS-JENIS HIDROPONIK.ppt3. JENIS-JENIS HIDROPONIK.ppt
3. JENIS-JENIS HIDROPONIK.ppt
 
Hidroponik
HidroponikHidroponik
Hidroponik
 
Penanaman Cara Hidroponik dan Aeroponik
Penanaman Cara Hidroponik dan AeroponikPenanaman Cara Hidroponik dan Aeroponik
Penanaman Cara Hidroponik dan Aeroponik
 
AGT20-Kelompok 3- Hidroponik-THA.pdf
AGT20-Kelompok 3- Hidroponik-THA.pdfAGT20-Kelompok 3- Hidroponik-THA.pdf
AGT20-Kelompok 3- Hidroponik-THA.pdf
 
HIDROPONIKPEDIA.pdf
HIDROPONIKPEDIA.pdfHIDROPONIKPEDIA.pdf
HIDROPONIKPEDIA.pdf
 
Tugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara HidroponikTugas Menara Hara Hidroponik
Tugas Menara Hara Hidroponik
 
Hidroponikdanaeroponik 121101045317-phpapp02
Hidroponikdanaeroponik 121101045317-phpapp02Hidroponikdanaeroponik 121101045317-phpapp02
Hidroponikdanaeroponik 121101045317-phpapp02
 
17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb17562 19158-1-pb
17562 19158-1-pb
 
Hidroponik dan aeroponik
Hidroponik dan aeroponikHidroponik dan aeroponik
Hidroponik dan aeroponik
 
SLIDE ECO FARMING REF 13 OKT 20.pptx
SLIDE ECO FARMING REF 13 OKT 20.pptxSLIDE ECO FARMING REF 13 OKT 20.pptx
SLIDE ECO FARMING REF 13 OKT 20.pptx
 
Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021Slide eco farming 2021
Slide eco farming 2021
 
Rekabentuk Hidroponik
Rekabentuk HidroponikRekabentuk Hidroponik
Rekabentuk Hidroponik
 
Haqqah Risath Mas Intan_Rancang Bangun Automated Fogponic Indoor Untuk Tanama...
Haqqah Risath Mas Intan_Rancang Bangun Automated Fogponic Indoor Untuk Tanama...Haqqah Risath Mas Intan_Rancang Bangun Automated Fogponic Indoor Untuk Tanama...
Haqqah Risath Mas Intan_Rancang Bangun Automated Fogponic Indoor Untuk Tanama...
 
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
13_14-Dasar-dasar ekologi tumbuhan.pptx
 
Makalah Botani Farmasi: 3. Fotosintesis | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk Putri Raha...
Makalah Botani Farmasi: 3. Fotosintesis | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk Putri Raha...Makalah Botani Farmasi: 3. Fotosintesis | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk Putri Raha...
Makalah Botani Farmasi: 3. Fotosintesis | Kelas: 2H | Dosen: Yayuk Putri Raha...
 

CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL – INTEGRAL METHOD

  • 1. 1 CONTROLLING HUMIDITY OF NUTRITION FOG IN AERPONIC SYSTEM USING PROPORTIONAL – INTEGRAL METHOD Achmad Machi Fatchanuddin Mechatronic Applied to Industrial Manufacture, STT Atlas Nusantara Malang Email : fatchanuddin.a.m@gmail.com ABSTRACT Aeroponics is a method of planting that uses air and water ecosystems or without the use of soil nutrients. Aeroponics technique is the key to adjust the composition of nutrients and water spraying time precisely match crop needs. The ideal temperature for aeroponic growing methods which 23˚ C and humidity around 80%. Then designed a tool to control condition of the environment for the aeroponic growing methods. The aeroponic growing methodscan use a pump with nozzles or using ultrasonic mist maker. In designing this tool, the making of fog using the ultrasonic mist maker. This fog will be channeled into the plant box using a fan. The sensor that used is DHT11 sensor. This sensor has been tested the linearity and can be used as an input to the controller. Humidity as a work area is ranging from 65% to 90% and can be read properly by the humidity sensor DHT11. Controlled actuator is a DC fan motor. The method used is the method of Proportional – Integral (PI). PI parameters obtained is the value of Kp is 2.22 and the value of Ti is 280. Error steady state to achieve the 84% reference humidity of 0%, to achieve the 86% reference humidity of 2.3256%, and to reach 90% of the reference humidity 0.573%. Keywords: Aeroponic, humidity, fan, motor, arduino, PI, error steady state. 1. PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer yang dimiliki manusia. Bahan makanan ideal yang dibutuhkan manusia perlu mencukupi syarat 4 sehat 5 sempurna. Salah satu bagian dari syarat tersebut adalah sayuran. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut maka diperlukan inovasi dalam mengembangkan sistem produksi sumber pangan tersebut. Salah satunya adalah dengan metode aeroponik. Aeroponik merupakan satu cara penanaman tanaman yang menggunakan udara serta ekosistem air atau nutrisi tanpa penggunaan tanah. Kunci dari teknik aeroponik adalah mengatur komposisi nutrisi dan waktu penyemprotan air secara tepat sesuai kebutuhan tanaman. Penerapan sistem aeroponik akan mengurangi ketergantungan ketersediaan tanah dan tidak dibutuhkan rotasi lahan. Selain itu petani dapat menanam setiap saat dan sepanjang musim, sehingga sayuran selalu ada sayuran yang dipanen setiap hari. Dengan sistem aeroponik, ketersediaan nutrisi tanaman terjamin
  • 2. 2 setiap saat dan pertumbuhan bisa optimal. Pada tanaman jenis tertentu bahkan bisa diperpendek umur panen dengan kualitas yang sama. Pertumbuhan optimal akan mempengaruhi kualitas sayuran yang dipanen. Sistem aeroponik tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang banyak, sehingga menjamin efisiensi tenaga kerja. Hasil sayuran yang diperoleh merupakan produk yang bersih karena tidak memerlukan proses pencucian. Selain itu, karena dipanen pada saat umur tanaman masih muda, daging sayur terasa lebih renyah daripada sayur hasil penanaman di tanah. Untuk mendapatkan produk yang optimal, maka dibutuhkan kondisi lingkungan yang baik pada sistem penanaman dengan metode aeroponik ini. Beberapa unsur yang perlu dikondisikan yaitu ketersedian nutrisi, kelembaban, suhu, dan pencahayaan. Suhu ideal untuk metode tanam aeroponik yaitu 23-25˚ C dan kelembaban sekitar 80% - 90%. Selama ini pada sistem aeroponik pemberian kabut nutrisi dilakukan dengan mengatur waktu penyemprotan menggunakan timer. Sehingga kelembaban yang terbentuk tidak maksimal sesuai dengan kebutuhan pada tanaman. Maka dari itu dirancang suatu alat untuk mengondisikan kelembaban lingkungan untuk metode tanam aeroponik tersebut. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeroponik Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanamsayuran diudara tanpa penggunaan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut. Air dan nutrisi disemprotkan menggunakan irigasi sprinkler. Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Jadi aeroponik adalah memberdayakan udara. Aeroponik merupakan salah satu tipe dari hidroponik karena air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Salah satu kunci keunggulan aeroponik adalah oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara sehingga respirasi akar lancar dan menghasilkan banyak energi. Sayuran hasil budidaya dengan sistem aeroponik terbukti mempunyai kualitas yang baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma, dan disertai citarasa yang tinggi. 2.1.1 Kelembaban Banyak cara untuk menyatakan kandungan air di udara dan kelembaban, hal ini sering tergantung pada aplikasi industri atau aplikasi khusus. Kandungan air pada gas kadang-kadang dinyatakan dalam pound uap air per juta kaki kubik gas. Kandungan air pada zat cair dan zat padat pada umumnya dinyatakan dalam persentase air per total massa. Kelembaban nisbi atau RH (relative humidity) optimal untuk aeroponik adalah sekitar 80%. Pada RH tersebut, turgor (tegangan sel) dan proses fisiologi di dalam tanaman berlangsung dengan baik. Daya isap air dan hara oleh akar juga masih cukup besar. Tingkat kelembaban berpengaruh terhadap evapotranspirasi, yaitu tenaga pengisap untuk mengangkat air dan hara dari akar ke tajuk tanaman. Bila kelembaban udara terlalu tinggi maka evapotranspirasi akan kecil.
  • 3. 3 Kelembaban yang tinggi dipengaruhi oleh jarak tanam. Kelembaban dibilang rendah apabila 50%. Tanaman yang layu sementara 1 jam saja dapat mengundur umur tanaman selama 2 hari. 2.1.2 Nutrisi Sistem aeroponik memberdayakan air dengan melalui udara (pengkabutan), oleh karenanya air pada sistem aeroponik berisi larutan nutrisi (hara) yang disemprotkan kepada akar tanaman yang menggantung. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada tanaman salah satu syaratnya yaitu nilai tingkat keasaman-kebasaan (pH) dan nilai daya hantar listrik atau Electric Conductivity (EC) sesuai. Rentang pH ideal untuk tanaman hidroponik berkisar antara 5,5-6,5. Nilai pH di atas 6,5 menyebabkan besi, mangan, tembaga, seng, dan boron kurang tersedia bagi tanaman. Jika nilai pH di bawah 5,5 menyebabkan kelarutan asam fosfat, kalsium, dan magnesium sedikit. Selain itu kepekatan larutan berkaitan dengan ketersediaan hara. Makin pekat larutan makin banyak unsur hara, begitu pula sebaliknya. Namun bukan berarti makin pekat makin baik bagi tanaman, karena pada kepekatan ekstrim justru tidak baik bagi tanaman. Tingkat kepekatan larutan dinyatakan dalam satuan ppm (part per million). Kepekatan larutan juga disebut kegaraman (salinitas) karena hara yang terlarut berupa garam- garaman. Semakin tinggi kandungan garam dalam larutan, semakin tinggi pula daya hantar listrik Electric Conductivity (EC) yang dinyatakan dalam satuan miliSiemens/cm (mS/cm). EC yang tinggi menyebabkan umur panen sayuran lebih singkat, daya simpan lebih panjang, kadar gula buah meningkat, kesegaran lebih terasa, dan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Namun, EC yang terlalu tinggi akan merusak tanaman. Secara umum ambang batas EC larutan adalah sekitar 4,6. 2.2 Sensor Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk membaca kondisi dari lingkungan yang diwujudkan dalam besaran nilai tertentu. Dalam pembahasan ini, sensor yang digunakan adalah sensor kelembaban. 2.2.1 Sensor Kelembaban Sensor kelembaban adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk membantu dalam proses pengukuran atau pendifinisian yang suatu kelembaban uap air yang terkandung dalam udara. Salah satu jenis sensor kelembaban adalah sensor kelembaban kapasitif. Sensor kapasitif merupakan sensor elektronika yang bekerja berdasarkan konsep kapasitif. Sensor ini bekerja berdasarkan perubahan muatan energi listrik yang dapat disimpan oleh sensor akibat perubahan jarak lempeng, perubahan luas penampang, dan perubahan volume dielektrikum sensor kapasitif tersebut. Konsep kapasitor yang digunakan dalam sensor kapasitif adalah proses menyimpan dan melepas energi listrik dalam bentuk muatan-muatan listrik pada kapasitor yang dipengaruhi oleh luas permukaan, jarak dan bahan dielektrikum. Sifat sensor kapasitif yang dapat dimanfaatkan dalam proses pengukuran diantaranya adalah sebgai berikut. 1. Jika luas permukaan dan dielektrika (udara) dalam dijaga konstan, maka perubahan nilai
  • 4. 4 kapasitansi ditentukan oleh jarak antara kedua lempeng logam. 2. Jika luas permukaan dan jarak kedua lempeng logam dijaga konstan dan volume dilektrikum dapat dipengaruhi makan perubahan kapasitansi ditentukan oleh volume atau ketinggian cairan elektrolit yang diberikan. 3. Jika jarak dan dielektrikum (udara) dijaga konstan, maka perubahan kapasitansi ditentukan oleh luas permukaan kedua lempeng logam yang saling berdekatan. Kapasitor adalah salah satu komponen pada rangkaian listrik yang dapat menyimpan dan melepas energi listrik dalam bentuk muatan-muatan listrik. Saat pertama kali dihubungkan dengan sumber listrik, kapasitor akan mengisi dirinya dengan muatan- muatan listrik peritstiwa inilah yang disebut dengan proses charging. Setelah penuh, kapasitor akan menghentikan arus listrik di dalamnya sehingga rangkaian listrik akan bersifat open. Namun saat sumber listrik dimatikan dari rangkaian, kapasitor dapat bersifat sebagai sumber listrik dengan cara melepas muatan listrik kepada rangkaian peristiwa ini disebut discharging. Kapasitor umumnya terbuat dari dua konduktor yang diantaranya terdapat materi dieleketrik seperti kaca, plastik. Umumnya bahan dielektrik adalah bahan isolator atau bahan yang tidak bisa menghantarkan listrik. Namun akibat adanya aliran listrik yang merupakan aliran elektron, atom penyusun dielektrik menjadi tidak seimbang dan akhirnya menimbulkan muatan-muatan listrik. Sehingga setiap bahan dielektrik memiliki nilai permitivitas masing- masing, yang akhirnya mempengaruhi nilai kapasitansi. Gambar berikut menunjukkan konsep dari sensor kapasitif. Gambar 1 Konsep Sensor Kapasitif Kontruksi sensor kapasitif yang digunakan berupa dua buah lempeng logam yang diletakkan sejajar dan saling berhadapan. Jika diberi beda tegangan antara kedua lempeng logam tersebut, maka akan timbul kapasitansi antara kedua logam tersebut. Nilai kapasitansi yang ditimbulkan berbading lurus dengan luas permukaan lempeng logam , berbanding terbalik dengan jarak antara kedua lempeng dan berbading lurus dengan zat antara kedua lempeng tersebut (dielektrika), seperti ditunjukkan oleh persamaan berikut : 𝐶 = 𝜀0 𝜀𝑟 𝐴 𝑑 Dimana: 𝜀0 : permitivitas ruang hampa (8,85.10-12 F/m) 𝜀 𝑟 : permitivitas ruang hampa (udara = 1) A : luas plat dalam m2 d : jarak antara plat dalam m 2.3 Motor DC Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetis yang
  • 5. 5 mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan,dll. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di industri. Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbul tegangan (GGL) yang berubah- ubah arah pada setiap setengah putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik. Prinsip kerja dari arus searah adalah membalik fasa tegangan dari gelombang yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan komutator, dengan demikian arus yang berbalik arah dengan kumparan jangkar yang berputar dalam medan magnet. Bentuk motor paling sederhana memiliki kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-kutub magnet permanen. 2.5 Ultrasonic Mist Maker Ultrasonic Mist Maker adalah alat yang dapat merubah air biasa menjadi awan kabut seperti dinginnya es yang biasa terlihat pada biang es. Alat ini bekerja menggunakan proses ultrasonic atomization yang mengubah air menjadi kabut. Proses pembuatan kabut dibuat dengan ultrasonik yang dipancarkan oleh transduser ultrasonik. Transduser ultrasonik adalah komponen elektronika yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi mekanik dalam bentuk gelombang suara ultrasonic dan sebaliknya. Gelombang suara ultrasonic adalah gelombang suara yang tidak dapat didengar oleh manusia secara normal karena frekuensi gelombang ultrasonic diatas 20KHz. 2.11 Kontoler Tipe PI Kontroler ini menyatakan hubungan antara sinyal eror dan sinyal, sebelum masuk kekontrol PI, maka perdu dijelaskan masing parameter yang ada dalam kontrol PI, yaitu kontrol Proporsiona (P) dan Integral (I) 2.11.1 Kontrol Proporsional (P) Penggunaan kontrol P memiliki berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Unit pegendalian ini memberikan output-an yang sebanding (proporsional) dengan besarnya error. Perubahan nilai Proportional Gain/Proportional Band akan mempengaruhi sistem terhadap perubahan error dan load. 𝑐( 𝑡) = 𝐾𝑃 𝑒(𝑡) (2.22) Dimana : Kp= Konstanta Gain Gain unit control proportional dapat berupa bilangan bulat, atau bilangan pecahan. Semakin besar nilai gain akan menyebabkan pengendali semakin relatif terhadap error, hal ini ditandai dengan adanya overshoot pada kondisi transient dan sebaliknya. Unit pengendali tidak bergantung pada fungsi waktu. 2.11.2 Kontrol Integral (I)
  • 6. 6 Unit pengendali ini disebut juga sebagai unit pengendali reset karena kemampuanya mengeliminasi offset yang ditinggalkan oleh pengendali proportional. Dengan persamaan : 𝑐( 𝑡) = 𝐾𝑃 𝑒( 𝑡) + 𝐾𝑖 ∫ 𝑒( 𝑡) 𝑑𝑡 1 0 (2.23) Dengan : 𝐾𝑖 = 1 𝑇𝑖 (2.24) Dimana : Ki = Integral Gain Ti = Integral time 2.11.3 Kontoler Tipe PI Kontroler ini menyatakan hubungan antara sinyal eror dan sinyal kontrol sehingga secara matematik dapat diberikan persamaan : 𝑈( 𝑡) = 𝐾𝑝 [𝑒( 𝑡) + 1 𝜏𝑖 ∫ 𝑒( 𝑡) 𝑑𝑡] (2.25) Dalem bentuk transfer function dapat diformulasikan : 𝑈( 𝑠) 𝐸( 𝑠) = 𝐾𝑝 (1 + 1 𝜏𝑖𝑠 ) = 𝐾𝑝 ( 𝜏𝑖𝑠+1) 𝜏𝑖𝑠 (2.26) Secara diagram blok dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2. Diagram Blok Kontrol PI 𝜏𝑖 ∶ Konstanta waktu kontroler integral 𝐾𝑝 ∶ Faktor Penguatan Proporsional 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Sistem Untuk membuat sebuah alat maka dibutuhkan perancangan yang baik agar alat tersebut nantinya dapat bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya. Gambar 3.1 berikut ini menjelaskan diagram blok pada sistem pengondisian kelembaban lingkungan pada aeroponik. Gambar 3. Diagram Blok Sistem Pengkondisian Lingkungan Aeroponik. Berdasarkan blok diagram tersebut, pengaturan kelembaban lingkungan aeroponik dilakukan dengan menggunakan kipas yang mengalirkan kabut nutrisi yang telah dibuat oleh mist maker. Kecepatan putaran motor dipengaruhi nilai kelembaban lingkungan pada saat itu. Dengan sistem pengaliran kabut yang baik diharap kondisi tanaman tumbuh subur sesuai dengan yang diharapkan. Pemberian nutrisi dilakukan dengan cara mengkabutkan akar tanaman dengan cairan bernutrisi. Proses pengaliran kabut ke tanaman ini yang dikendalikan oleh kontroler. Pada kebutuhan nutrisi pada tanaman perlu mempertimbangkan faktor seperti unsur hara, keasaman, dan kepekatan. Namun hal-hal ini tidak berkaitan langsung pada kelembaban. Jadi pada perancangan
  • 7. 7 alat ini, hal yang akan dikontrol adalah prototipe pengaturan kelembaban dengan referensi yang dapat diseuaikan. 3.2 Perancangan Hardware Hardware sistem ini terdiri dari keypad dan LCD sebagai reference. Kemudian mikorokontroler, driver motor, dan motor DC. Sensor yang digunakan adalah sensor kelembaban. 3.2.1 Perancangan Mekanik Bentuk mekanik yang direncanakan yaitu menggunakan box dengan kapasitas 21 liter dengan ukuran 350 mm x 200 mm x 300 mm. Kotak tersebut terbuat dari akrilik. Di bagian samping box tersebut, terdapat sebuah tabung berdiameter 90 mm dan tinggi 250 mm. Tabung ini berfungsi sebagai penampung cairan nutrisi untuk tanaman. Cairan nutrisi tersebut akan diubah menjadi kabut oleh ultrasonic mist maker. Kemudian terdapat konstruksi mekanik menyalurkan kabut tersebut ke dalam box untuk tanaman. Di dalam konstruksi mekanik terserbut terdapat kipas motor DC yang berfungsi untuk menyedot kabut dari tangki dan dialirkan ke kotak untuk tanaman. Berikut ini adalah gambar perancangan untuk pengaturan nutrisi dan pengkondisian lingkungan pada metode tanam aeroponik. Gambar 4. Desain Mekanik Sistem Aeroponik Dengan keluaran nutrisi yang dibuat sehalus kabut diharapkan nutrisi tersebut akan mengambang di sekitar akar. Karena cara menempel di akar dengan cara mengambang, maka nutrisi yang menempel di akar tanaman tersebut merata di seluruh bagian. Jadi proses penyerapan nutrisi oleh tanaman lebih optimal. 3.1.2 Perancangan Perangkat Lunak Perangkat lunak yang dibahas yaitu program yang diinputkan pada mikrokontroler. Perangkat lunak dibuat berdasarkan prinsip kerja alat yang akan dibuat. Program utama mengatur keseluruhan jalannya program meliputi fungsi- fungsi tertentu yang dibuthkan untuk sistem pengendalian seperti pembacaan hasil sensor dan pengendalian kipas penyuplai kabut.
  • 8. 8 Gambar 5. Alur Program Pengaturan Kondisi Lingkungan Aeroponik. Dalam mencari transfer function pada suatu plant dibutuhkan suatu analisis matematika, analisis tersebut menggunakan software Matlab pada komputer, dalam hal tersebut metode yang diterapkan pada matlab adalah metode RLS (Recursive Least Square), identifikasi dengan metode RLS ini adalah dengan menetapkan parameter estimasi awal dengan nol, selanjutnya setiap penambahan data pengukuran akan dikonfirmasikan estimasi parameter baru dengan penambahan faktor koreksi. Langkah metode RLS yang akang mencatatsetiap relasi data masukan dan keluaran dari suatu sistem fisik digambarkan sebagai diagram berikut Gambar 6. Alur RLS (Recursive Least Square) Langkah Identifikasi metode RLS pada alat ini dilakukan dengan : 1. Menetapkan parameter estimasi awal dengan nol. 2. Setiap penambahan data pengukuran akan dikonfirmasikan estimasi parameter baru dengan penambahan faktor koreksi 3. Proses identifikasi dilakukan dengan memberikan masukan step 4. Pemasukan step dilakukan dengan pemberian tegangan sebesar 5 Volt DC pada driver motor dengan sampling time yang ditentukan. 5. Dari hasil identifikasi dengan metode RLS orde 2 diperoleh hasil berupa parameter estimasi berupa transfer function diskret 6. Setelah melakukan Identifikasi akan diperoleh grafik perbandingan hasil pengukuran plant dan hasil permodelan. Sementara itu, dalam perancangan metode PI, dilakukan dengan melakukan tahapan-tahapan yaitu mulai dari identifikasi plant, Pengambilan data Input Output dan Pengujian pada Kelembaban
  • 9. 9 pembuatan model plant, pembuatan model hope, penetapan parameter kontrol, dan validasi kontrol closeloop, seperti yang digambarkan sebagai berikut. Gambar 7 Alur Perancangan Metode PI 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hardware Hardware alat ini terdiri dari mekanik yang mempunyai sebuah box berukuran 350x200x300 mm yang dihubungkan ke sebuah tangki yang di dalamnya terdapat ultrasonik mist maker untuk membuat kabut. Dalam tangki tersebut terdapat sebuah motor kipas DC yang berfungsi untuk mengalirkan kabut ke dalam box 4.1.1 Mekanik Secara keseluruhan, alat tampak seperti pada Gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 8. Gambar Mekanik setelah Terhubung dengan Sistem Pengaturan Level Nutrisi 4.2.2 Identifikasi Plant Identifikasi respon kelembaban ruangan diperlukan untuk menentukan transfer function hasil identifikasi dan transfer function model. Data-data pengukuran kelembaban yang diukur saat motor terhubung langsung dengan sumber tegangan dalam rangkaian terbuka tanpa kontroler. Data-data pengukuran digunakan untuk mendapatkan model melalui proses identifikasi. Dimana proses identifikasi adalah hubungan antara tegangan masukan motor yang konstan dan perubahan kelembaban ruangan hingga steady state. Model identifikasi yang dihasilkan merupakan transfer function tegangan masukan menjadi perubahan kelembaban ruangan yang teridentifikasi merupakan model matematika orde tiga. Gambar 9. Kenaikan Kelembaban Terhadap Waktu Hasil dari proses identifikasi putaran motor menghasilkan transfer function identifikasi: 𝐺𝑖 ( 𝑠) = 0.001931𝑠2 − 0.003177𝑠 + 0.05997 𝑠3 + 3.426𝑠2 + 18.36𝑠 + 0.06666 Gambar 10. Respon Kelembaban Hasil Identifikasi dan Plant Model matematika transfer function model identifikasi orde 3 disederhanakan menjadi model
  • 10. 10 matematika transfer function plant orde satu sebagai berikut : 𝐺𝑝 ( 𝑠) = K T 𝑠 + 1 = 0.901 280𝑠 + 1 4.2.3 Permodelan Plant dan Hope Melalui pengukuran respon model kecepatan putaran motor, maka respon kelembaban close loop tertutup dapat ditentukan sesuai dengan desain respon yang diinginkan. Dari transfer function respon plant hasil identifikasi diketahui transien respon kecepatan putaran mencapai nilai kerjanya pada 0.03 detik. yaitu : 𝐺𝑝 ( 𝑠) = 0.901 280𝑠 + 1 Transien respon akan dipercepat, maka transien respon desain yang diinginkan adalah : 𝐺ℎ ( 𝑠) = 0.901 140s + 1 Gambar 11. Transien Respon Kelembaban Plant dan Hope Dengan memperikan transfer function respon desain ini pada rangkaian tertutup bersama transfer function kontroler, dimaksudkan untuk mendapatkan transfer function closeloop yang sesuai dengan transfer function respon desain. 4.2.4 Penetapan Parameter Kontrol Setelah mendapatkan model respon kelembaban dan menetapkan model respon desain yang diinginkan, maka selanjutnya didapatkan transfer function kontrol PI, yaitu : 𝐺𝑐 ( 𝑠) = 621.5s + 2.22 280𝑠 Gambar 12 Respon Kontrol PWM Motor Penetapan parameter kontrol Kp dan Ti didapatkan (melalui rumus yang tercantum pada perancangan parameter kontrol), yaitu : Kp adalah 2,2198 dan dan Ti adalah 280. . Dari grafik gambar 4.8, menjelaskan pada kita bahwa perubahan ketinggian kontrol tehadap waktu mengikuti fungsi : 𝑓𝑘( 𝑡) = 222,3 + 1616,9 − 222,3 0,8 𝑡 = 222,3 + 1743,25 𝑥 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 Artinya percepatan perubahan ketinggian sangat tergantung pada waktu, dimana dalam kasus ini error sebagai masukan kontrol adalah konstan maka pada saat awal telah ada percepatan sebesar 222,3 kali dan laju pertambahan percepatan ketinggian adalah 1743,25 x waktu. 4.2.5 Penetapan Fungsi Close Loop Penetapan transfer function close loop dilakukan setelah transfer function respon plant, transfer function respon desain dan transfer function kontroler. Melalui pemecahan matematika, maka transfer function close loop dapat ditetapkan, yaitu: 𝐺𝑐𝑙 ( 𝑠) = 560s + 2 78400𝑠2 + 840𝑠 + 2 Dari grafik pada gambar 4.10, terbukti bahwa respon closeloop
  • 11. 11 mengikut pola yang ditentukan pada respon desain. Gambar 13 Hubungan Respon Kelembaban Close Loop terhadap Hope 4.2.6 Simulasi Close Loop Transfer function respon closeloop akan menyesuaikan respon kelembaban mengikuti referensi kecepatan yang diinginkan atau yang diberikan. Sebelum diimplementasikan pada sistem sesungguhnya perlu dilakaukan simulasi menggunakan perangkat lunak Matlab. Gambar 14 Simulasi Respon Kelembaban setelah Dikontrol dan Referensi Dari grafik pada gambar 4.10, dapat dilihat apakah pada rangkaian tertutup (closeloop), responnya akan mengikut pola yang ditentukan pada respon desain. Pada grafik terlihat bahwa respon closeloop akan mengejar pencapaian amplitudo kelembaban yang diberikan melalui referensi, pencapaian ini tentunya tidak langsung terpenuhi tetapi melalui proses transisi. Proses transisi ini mengikuti pola dan waktu transisi yang telah didesain sebelumnya, dimana pola transisi ini juga berlaku pada saat pencapaian kelembaban yang lebih besar atau lebih kecil dari kelembaban sebelumnya. Pada saat proses pencapaian referensi kelembaban, ini tentunya akan terdapat perbedaan besar kelembaban aktual dan referensi. Perbedaan itu disebut error. Besar kecilnya error akan mempengaruhi pembangkitan sinyal kontrol, apabila error semakin besar maka besarnya penguatan sinyal kontrol untuk masukan motor akan lebih besar demikian juga sebaliknya dan apabila error semakin kecil atau tidak ada perbedaan antara kecepatan aktual dan referensi, maka peningkatan atau penurunan sinyal penguatan kontrol akan berhenti, dengan kata lain sinyal kontrol akan tetap. 5. KESIMPULAN Dari pembahasan tentang pengontrol kelembaban lingkungan pada aeroponik ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Fungsi alih model matematika pada plant pengaturan kelembaban aeroponik adalah : 𝐺𝑝 ( 𝑠) = K T 𝑠 + 1 = 0.901 280𝑠 + 1 2. Implementasi algoritma kontrol PI pada sistem pengaturan kelembaban di dalam sistem aeroponik dimana Kp adalah 2,2198 dan dan Ti adalah 280. Semakin besar nilai waktu transisinya maka nilai Kp akan semakin kecil untuk nilai Ti yang besar.
  • 12. 12 3. Error steady state untuk mencapai referensi kelembaban 84% sebesar 0%, untuk mencapai referensi kelembaban 86% sebesar 2,3256%, dan untuk mencapai referensi kelembaban 90% sebesar 0,573. DAFTAR PUSTAKA Rostika, Eti. 2012. Budidaya Tanaman Sayuran Daun Sistem Aeroponik. (online diakses tanggal25 Oktober 2014, http://bbpp- lembang.info/index.php/en/ar sip/artikel/artikel- pertanian/611-budidaya- hidroponik-tanaman-sayuran- daun-sistem-aeroponik). Manali, Oak. 2012. How Does an Ultrasonic Fogger Work. (online diakses tanggal 25 Oktober 2014, http://www.buzzle.com/articl es/ultrasonic-fogger-how- does-it-work.html). batamelektronika.wordpress.com. 2013. Arduino UNO dan Sensor DHT11 pada Serial Monitor. (online diakses tanggal 25 Oktober 2014, https://batamelektronika.wor dpress.com/pendidikan/ardui no-uno-dan-sensor-dht11- dengan-tampilan-lcd-16-x- 2/). Anhazt.2013. Bercocok Tanaman dengan Sistem Hidro Aero. (online diakses tanggal1 Januari 2015, http://niotolovo.blogspot.com /2013/06/bercocok-tanam- sayur-dengan-sistem.html) Hartanto, Thomas W.D. dan Prasetyo, Y.Wahyu Agung. Analysis dan Desain Sistem Kontrol dengan Matlab. Yogyakarta:Andi.2003 Lingga, Pinus, Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah, Bogor: Penebar Swadaya, 1984 Agus Hendra, Heru dan Andoko, Agus, Bertanam Syuran Hidroponik Ala Paktani Hydrofarm, Jakarta: Agro Media Pustaka, 2014 Arie Raharjo, Argohartono, “Peluang Pasar Hidroponik”, Trubus 529 , Desember 2013 Fadhillah, Rizky, “ Rupiah dari Hidroponik”, Trubus 530, Januari 2014 Hendra, Agus, “Enam Pilihan Hidroponik”, Trubus 529, Desember 2013 Nur Apriyanti, Rossy, “Hidroponik di Bawah Langit”, Trubus 513, Agustus 2012 Sayyidati Rohimah, Desi, “Ramu Hara Hidropoik Terbuka”, Trubus 513, Agustus 2012 Setyawan, Bondan, “Teknik Tanam Tanpa Tanah”, Trubus 529, Desember 2013