BAB II membahas rancangan penulisan buku teks meliputi ukuran buku, tata letak, ukuran huruf dan spasi dalam baris, menentukan huruf, spasi dan struktur, diagram dan ilustrasi, serta anatomi buku.
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaRoHim MohaMad
Â
Untuk mengetahui secara langsung kondisi, keadaan dan bentuk layanan yang diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus, kita perlu turun langsung pada kondisi nyata di Sekolah Luar Biasa
Kriteria penulisan soal pilihan ganda yang baikAskaria Jonison
Â
Berisi kaidah-kaidah penulisan soal pilihan ganda yang baik. Disertai dengan penjelasan yang ringkas dan mudah dipahami oleh pembaca.
Kritik dan saran sangat diperlukan dalam perbaikan kedepannya.
Instrumen dan Pedoman Evaluasi Media PembelajaranUwes Chaeruman
Â
Media pembelajaran, sejatinya, harus dinyatakan layak terlebih dahulu sebelum digunakan. Oleh karenanya perlu uji mutu. Tulisan ini memberikan acuan tentang instrumen dan cara uji mutu media pembelajaran yang baik, khususnya media audio, video dan multimedia.
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaRoHim MohaMad
Â
Untuk mengetahui secara langsung kondisi, keadaan dan bentuk layanan yang diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus, kita perlu turun langsung pada kondisi nyata di Sekolah Luar Biasa
Kriteria penulisan soal pilihan ganda yang baikAskaria Jonison
Â
Berisi kaidah-kaidah penulisan soal pilihan ganda yang baik. Disertai dengan penjelasan yang ringkas dan mudah dipahami oleh pembaca.
Kritik dan saran sangat diperlukan dalam perbaikan kedepannya.
Instrumen dan Pedoman Evaluasi Media PembelajaranUwes Chaeruman
Â
Media pembelajaran, sejatinya, harus dinyatakan layak terlebih dahulu sebelum digunakan. Oleh karenanya perlu uji mutu. Tulisan ini memberikan acuan tentang instrumen dan cara uji mutu media pembelajaran yang baik, khususnya media audio, video dan multimedia.
Buku teks eksemplum KD 4.2 Menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakterist...Nurulbanjar1996
Â
Kalimantan adalah salah satu pulau di Indonesia yang menyimpan banyak cerita rakyat yang beranekaragam. Cerita rakyat tersebut banyak berkembang di masyarakat tetapi, seiring dengan perkembangan zaman cerita rakyat Kalimantan perlahan-lahan mulai dilupakan maka dari itu, kita harus melestarikan cerita rakyat tersebut. Agar tidak hilang ditelan zaman salah satu caranya adalah dengan membaca. Dengan membaca kita dapat mengetahui bermacam-macam cerita rakyat yang ada di Kalimantan. Selain membaca kita juga harus bisa berlatih menyusun cerita rakyat yang dikemas dalam bentuk teks eksemplum. Agar Anda memiliki kemampuan menyusun teks eksemplum berdasarkan struktur dan unsur kebahasaannya maka pada pembelajaran kali ini, Anda akan berlatih bagaimana cara menyusun teks eksemplum tersebut.
TINDAK TUTUR DALAM DIALOG FILM ANIMASI ADIT & SOPO JARWONurulbanjar1996
Â
Film yang di Sutradarai oleh Dana Riza ini menampilkan beberapa tokoh Animasi 3D yang menakjubkan, detail gambar serta penggunaan gerakan-gerakan tubuh yang benar-benar mirip meyerupai gerakan tubuh manusia pada umumnya.
Di film ini menampilkan latar belakang kehidupan di Indonesia seperti perkampungan, perumahan khas Indonesia serta nuansa alam yang di desain secara 3D. mengenai jalan cerita film ini pun bisa dibilang simpel, karena sesuai untuk di tonton oleh anak-anak yang di dalam film ini terdapat motivasi serta pembelajaran yang dapat diambil.
Karakter dalam film ini pun beragam dan tidak jauh dari ciri khas orang Indonesia, Sopo dan Jarwo yang menggambarkan 2 pemuda kerjanya serabutan yang selalu bertingkah laku konyol, kemudian kisah persahabatan antara Adit, Dennis, dan lain-lain yang diwarnai dengan petualangan tak terduga. Pada pengisi suara di film ini bekerja sama dengan Eltra Studio menggunakan logat daerah seperti jawa, betawi dan lainnya.
Tindak tutur dapat dikatakan sebagai satuan terkecil dari komunikasi bahasa yang memiliki fungsi dengan memperlihatkan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya tergantung pada kemampuan penutur dalam menghasilkan suatu kalimat dengan kondisi tertentu.
Analisis wacana mencakup sejumlah aktivitas yang sangat luas, mulai dari penyelidikan yang sempit fokusnya tentang bagaimana kata-kata seperti âohâ atau âwellâ digunakan dalam membicarakan sambil lalu, hingga kajian terhadap ideologi yang dominan dalam suatu kebudayaan sebagaimana direpresentasikan, misalnya dalam praktik-praktik pendidikan atau politiknya. Bila dibatasi pada masalah-masdalah linguistik, analisis wacana terfokus pada rekaman/catatan (lisan atau tulis proses untuk menggunakan bahasa dalam suatu konteks tertentu untuk mengekspresikan maksud. Biasanya ada banyak sekali kepentingan yang dicurahkan terhadap struktur wacana, dengan perhatian khusus yang dicurahkan pada apa yang membuat teks terbentuk dengan baik. Dalam prespektif kultural ini, fokusnya adalah pada topik-topik semacam ini, seperti hubungan eksplisit antara kalimat-kalimat dalam suatu teks yang menciptakan kohesi, atau pada unsur-unsur pengorganisasian teks yang merupakan ciri khas pengisahan cerita, misalnya sebagai ciri yang berbeda dari pengekspresian opini dan tipe-tipe teks lainnya.
Namun, dalam kajian wacana ini, perspektif pragmatik lebih dikhususkan. Prespektif ini cenderung memiliki fokus yang khusus pada aspek-aspek apa yang tidak dikatakan atau tidak ditulis (namun dikomunikasikan) dalam wacana yang sedang dianalisis. Agar dapat menyelidiki pragmatik wacana, kita terutama harus menguasai masalah-masalah interaksi sosial dan analisis percakapan, menatap kembali bentuk-bentuk dan struktur-struktur yang ada dalam teks, dan jauh lebih banyak memperhatikan konsep-konsep psikologis, seperti pengetahuan latar belakang keyakinan-keyakinan, dan harapan-harapan. Dalam pragmatik wacana, kita selalu mengenali apa yang ada dalam benak penutur atau penulis.
Struktur percakapan disebut juga organisasi percakapan. Struktur percakapan tidak dapat kita lihat dengan begitu jelas seperti halnya struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Struktur percakapan ini diperoleh berdasarkan pengamatan situasi-situasi ketika percakapan sedang terjadi. Analisis percakapan merupakan suatu rangkaian yang menarik dalam ilmu komunikasi. Pada dasarnya percakapan merupakan manifestasi dalam membangun sebuah interaksi. Dalam struktur percakapan terdapat âsuatu kesempatan bicaraâ atau hak untuk bicara. Kesempatan tersebut memotivasi seseorang berusaha untuk mengambil alih giliran yaitu pengambilan giliran. Kemungkinan adanya suatu perubahan siapa yang mendapat giliran bicara tersebut. Tempat terjadinya perubahan giliran yang mungkin tersebut disebut Tempat Relevansi Transisi (Transition Relevance Place atau TRP). Dalam setiap kelompok sosial, ada ciri-ciri pembicaraan ( atau tidak adanya pembicaraan) yang biasanya berkaitan dengan TRP.
Entitas penggunaan bahasa dalam percakapan tersebut dapat dilihat dua aspek yaitu aspek isi percakapan dan aspek formal percakapan. Aspek isi percakapan ini meliputi topik yang menjadi pokok pembicaraan, dan penyampaian topik dalam percakapan. Adapun aspek formal percakapan meliputi hal-hal bagaimana percakapan itu bekerja, aturan-aturan yang dipatuhi, dan bagaimana mekanisme dalam memperoleh kesempatan bicara atau giliran bicara (turn-taking).
Giliran bicara (turn-taking) adalah waktu dimana penutur kedua mengambil alih giliran berbicara dari penutur sebelumnya, dan juga sebaliknya. Pengambilan giliran ini merupakan suatu bentuk aksi sosial yang berjalan menurut sistem pengaturan setempat secara konvensional. Pergantian dari setiap penutur berikutnya sangat dihargai. Pertukaran disertai dengan kesenyapan yang lama atau adanya overlaps. Apabila pertukaran yang disertai dengan kesenyapan yang lama diantara dua giliran, maka dirasakan percakapan yang terjadi terasa kaku. Jeda yang sangat pendek merupakan bentuk keragu-raguan, sedangkan jeda yang panjang menjadi kesenyapan
Pandangan kesantunan dalam kajian pragmatik diuraikan oleh beberapa ahli. Diantaranya adalah Leech, Robin Lakoff, Bowl dan Levinson. Prinsip kesantunan memiliki beberapa maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim penerimaan (approbation maxim), maksim kerendah hatian (modesty maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur (Dewa Putu Wijana, 1996).
Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Maksim-maksim tersebut menganjurkan agar kita mengungkapkan keyakinan-keyakinan dengan sopan dan menghindari ujaran yang tidak sopan
PENERAPAN PRINSIP KERJA SAMA PADA PERCAKAPAN LISAN TIDAK RESMI MAHASISWANurulbanjar1996
Â
Prinsip kerja sama adalah prinsip yang mengatur apa yang harus dilakukan oleh peserta tutur agar percakapannya terdengar koheren. Menurut Rustono (1999:53) penutur yang tidak memberikan kontribusi terhadap koherensi percakapan sama dengan tidak mengikuti prinsip kerja sama.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
KASUS BAHASA INDONESIA SEBAGAI PEMERSATU BANGSANurulbanjar1996
Â
Indonesia merupakan negara yang mempunyai ribuan pulau yang berjejer dari Sabang sampai Merauke. Hal itu lah yang memicu berkembangnya bahasa daerah. Saya pernah membaca buku yang didalam buku tersebut menginformasikan bahwa di negara tercinta kita Indonesia ini terdapat lebih dari 700 bahasa daerah baik yang masih digunakan oleh pemakainya atau sudah punah atau ditinggalkan oleh pemiliknya.
Bahasa Daerah memang merupakan bahasa ibu atau bahasa yang paling banyak dipakai oleh penuturnya di negara Indonesia ini tetapi dengan pemakaian bahasa daerah tersebut kita tidak bisa saling mengerti hal apa yang dibicarakan oleh pembicara atau penutur masing-masing pihak apalagi jika kita temui dalam kasus penutur yang berasal dari pulau kalimantan dan pulau jawa jika bertemu dan menggunakan bahasa asal mereka masing-masing kemungkinan besar pasti mengalami kesulitan untuk memahami bahasa dari masing-masing pihak. Dari kasus tersebut maka penutur tersebut pasti akan mengambil jalan tengahnya atau mencari bahasa yang keduanya saling mengerti yaitu bahasa pemersatu kita bahasa Indonesia.
Dalam penulisan buku teks, ada beberapa landasan yaitu
1. Landasan keilmuan, meliputi keakuratan materi, cakupan materi, dan pendukung materi
2. Landasan ilmu pendidikan dan keguruan terkait dengan hakikat belajar, pembelajaran kontekstual, pembelajaran model pakem, dan pengembangangan aktivitas, kreativitas dan motivasi siswa
3. Landasan kebutuhan siswa berkaitan dengan motivasi
4. Landasan keterbacaan materi dan bahasa yang digunakan, meliputi aspek komunikatif, dialogis, lugas,keruntutan, koheransi, kesesuaian, penggunaan istilah dan simbol.
KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 DAN PENULISAN BUKU TEKSNurulbanjar1996
Â
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dan Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 yang lalu telah memenuhi kedua dimensi tersebut.
Kurikulum 2013 dikembangkan beberapa faktor yakni tantangan internal dan tantangan eksternal. Pertama, adanya faktor tantangan internal, antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan.
Kedua, adanya tantangan eksternal, yang antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Nurulbanjar1996
Â
Sudah lama para ahli psikologi mengamati, mempelajari, dan melakukan penelitian bagaimana sesungguhnya manusia belajar. Penelitian-penelitian yang dilakukan menghasilkan berbagai teori yang kalau dikategorikan dapat dikelompokkan ke dalam tiga aliran/paham besar, yakni : (1) behaviorisme, (2) kognitivisme, dan (3) konstruktivisme. Masing-masing aliran itu melakukan pendekatan yang berbeda sehingga menghasilkan teori dan model belajar yang berbeda pula. Namun, perlu dipahami bahwa sungguhpun aliran dan teori itu berbeda, satu sama lain saling melengkapi. Teori belajar berikut diawali dengan behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
MEMAHAMI KOMPETENSI DASAR KURIKULUM BAHASA INDONESIA SMPNurulbanjar1996
Â
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.
Narrative Text adalah teks yang isinya merupakan cerita atau kisah tentang sesuatu. Contoh narrative text: cerita rakyat (folktale), cerita binatang (fable), Legenda (legend), cerita pendek (short story), dan sejenisnya. Di dalamnya terdapat konflik/puncak masalah yang diikuti dengan penyelesaian. Sebuah teks naratif adalah teks yang menghibur, menghibur dan berurusan dengan pengalaman nyata atau perwakilan dengan cara yang berbeda.
Struktur dari Narrative Text terdiri atas tiga bagian yakni :
Orientation
Pada bagian Orientation atau pengenalan berisi tentang informasi what, who,where, dan when. Biasanya terletak di paragraf pertama.
Complication
paragraf complication menjadi inti dari sebuah teks Narrative, complication ini menceritakan apa yang terjadi dengan pelaku dalam cerita tersebut. Umumnya, complication ini berisi gesekan antar pelaku peristiwa. Gesekan ini menimbulkan konflik atau pertentangan.
Resolution
Sebuah pertentangan harus ditutup dengan penyelesaian. Dalam sebuah text narrative, resolution bisa dengan penyelesaian yang menyenangkan juga kadang berakhir dengan penyelesaian yang menyedihkan.
Pada Narative Text, terdapat beberapa ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
âĸ Mengunakan bentuk Past Tense. Kenapa menggunakan past tense? karena menceritakan suatu kisah atau cerita dalam masa lampau. Misalnya : Climbed, Turned, Brought, dan sebagainya.
âĸ Menggunakan Nouns tertentu sebagai kata ganti orang, hewan dan benda tertentu dalam cerita. Misalnya : the king, the queen, dan sebagainya.
âĸ Menggunakan Time Connectives dan Conjunctions untuk mengurutkan kejadian-kejadian. Misalnya : then, before, after, soon, dan sebagainya.
âĸ Kejadian berurutan, setelah kejadian yang satu, kemudian yang kedua, dan selanjutnya.
âĸ Menggunakan Adverbs dan Adverbial Phrase untuk menunjukkan lokasi kejadian atau peristiwa. Misalnya : here, in the mountain, happily ever after, dan sebagainya.
A.Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa narrative text adalah teks yang berisi tentang kisah (fiksi / non fiksi / dongeng / cerita rakyat / dongeng / mitos / epik) dan plot yang terdiri dari klimaks cerita (komplikasi) kemudian diikuti oleh resolusi. Sebuah teks naratif adalah teks yang menghibur, menghibur dan berurusan dengan pengalaman nyata atau perwakilan dengan cara yang berbeda.
Struktur Narrative text ini adalah Orientation: berisi pengenalan tokoh dan tempat. Complication: Berisi puncak konflik/masalah dalam cerita. Resolution: Pemecahan masalah.
B.Saran
Saran yang ingin disampaikan oleh pemakalah adalah materi yang telah kami paparkan mungkin masih jauh dari kata sempurna, namun kami berharap materi yang telah kami paparkan bermanfaat dan berguna bagi para pembaca. Kritik dan saran sangat kami perlukan berhubung masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. TUGAS KELOMPOK
MENULIS BUKU TEKS 2
âMemahami Rancangan Buku Teksâ
Dosen : Noor Cahaya, M. Pd.
Oleh
Kelompok 5
Ermawati : (A1B114016)
Hendra Yani : (A1B114022)
Muhammad Firdaus : (A1B114080)
Muhammad Nasar Helmi : (A1B114035)
Niken Indah Wardani : (A1B114085)
Nurul Hidayah : (A1B114092)
Rieska Ananda : (A1B114095)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan
baik. Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di zaumul akhir.
Adapun tujuan pembuatan makalah tersebut yakni untuk memenuhi
tugas wajib mata kuliah Menulis Buku Teks 2.
Semoga makalah yang berjudul Memahami Rancangan Buku Teks
dapat memenuhi tugas wajib kami mata kuliah Menulis Buku Teks 2 dengan
sempurna dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Selain itu juga dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca, serta dapat dijadikan acuan pembaca
dalam pembuatan laporan pada tahun berikutnya.
Banjarmasin , 1 November 2016
Kelompok5
i
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.Ukuran Buku..............................................................................................3
B. Tata Letak..................................................................................................7
C. Ukuran Huruf dan Spasi dalam Baris........................................................8
D. Menentukan Huruf...................................................................................10
E. Spasi dan Struktur....................................................................................14
F. Diagram dan Ilustrasi..................................................................................20
G. Anatomi Buku............................................................................................23
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN............................................................................................26
SARAN........................................................................................................26
DAFTRAR PUSTAKA...............................................................................27
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buku adalah kumpulan dari lembaran kertas yang berisi
tulisan (pesan atau informasi) lalu dijilid menjadi satu serta
diberi cover. Ada jumlah minimal halaman pada buku,
menurut UNESCO, sebuah buku harus memiliki jumlah
halaman minimal 48 halaman. Buku memiliki banyak jenis
salah satunya buku berdasarkan peruntukkannya yang dibagi
mennjadi dua yaitu buku sekolah dan buku umum. Buku teks
pelajaran termasuk kedalam kategori buku sekolah.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
11 Tahun 2005 Pasal 1, buku teks pelajaran adalah buku acuan
wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi
pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan
ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan
kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun
berdasarkan Standar Nasiona Pendidikan .
Buku teks pelajaran dapat digunakan oleh guru serta
siswa. Dalam penulisan buku teks pelajaran ada standar yang
harus dipenuhi antara lain : kelayakan isi, bahasa, penyajian,
dan kegrafikaan buku teks pelajaran. Dalam penulisan buku
teks pun ada kemampuan yang harus dimiliki penulisnya
dalam menulis seperti penulis harus mengetahui apa yang ia
tulis dalam arti lain penulis harus menguasai materi yang akan
ditulis. Oleh karena itu dalam pembuatan atau penulisan buku
teks pelajaran tidaklah sembarangan, penulisannya harus
5. memerhatikan ke-4 standar tadi. Makalah ini akan membahas
tentang rancangan penulisan buku teks.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana rancangan penulisan buku teks ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui rancangan penulisan buku teks agar
memudahkan dalam pembuatan buku teks.
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Ukuran Buku
Ukuran buku akan menjadi acuan dalam merencanakan unsur-unsur desain
berikutnya. Oleh karena itu ukuran buku perlu direncanakan terlebih dahulu.
Menentukan ukuran buku yang tepat tidak selalu sederhana dan mudah. Di
samping factor kepraktisan penggunaanya, terdapat faktor-faktor lain yang
perlu diperhatikan, seperti jenis informasi yang disampaikan dan pemasaran,
ukuran kertas yang standar, dan yang paling utama adalah efesiensi
penggunaan bahan produksi, seperti kertas dan tinta cetak.
Agar kertas tidak banyak terbuang, ukuran buku mengacu pada standar
ukuran kertas yang ditetapkan oleh Internacional Organization for
Standardization (ISO). Ukuran kertas yang dibuat ISO dibagi dalam tiga seri
ukuran, yaitu A, B, dan C. Seri C adalah untuk amplop sehingga tidak
dibicarakan lebih lanjut. Perincian ukuran kertas seri A dan B adalah seperti
terlihat dalam table berikut ini,
Seri A Seri B
jenis Ukuran (mm) Jenis Ukuran (mm)
A0 841 x 1189 B0 1000 x1414
A1 594 x 841 B1 707 x 1000
A2 420 x 594 B2 500 x707
A3 297 x 420 B3 353 x 500
A4 210 x 297 B4 250 x 353
A5 148 x 210 B5 176 x 250
A6 105 x 148 B6 125 x 176
A7 74 x 105 B7 88 x 125
A8 52 x 74 B8 62 x 88
A9 37 x 52 B9 44x62
7. A10 26 x 37 B10 31 x 44
Dari kedua seri itu, di Inggris seri A lebih banyak dipergunakan khususnya
jenis A4 dan A5.
Dasar ISO membuat ukuran untuk masing-masing jenis ukuran itu adalah
bahwa dengan ukuran itu, bentuk dan proporsi kertas tetap sama seperti bentuk
aslinya sampai ukuran yang terkecil seperti terlihat pada gambar ini.
A1
A2 A3
A5 A4
A7 A6
8. Buku dicetak dengan melipat dari kertas dasarnya separuh : sekali, dua
kali, atau tiga kali lebih, maka semuanya akan dalam rasio 1:â2 sehingga tidak
ada kertas yang terbuang. Ukuran buku bergantung pada jenis/isi buku serta
pembaca sasaran. Sebagai panduan, ukuran buku berdasarkan pemakainya di
sekolah adalah sebagai berikut.
Ukuran dan bentuk buku teks pelajaran
Sekolah Ukuran buku Bentuk
SD/MI Kelas 1-3 A4 (210 x 297 mm) Vertikal atau landscape
A5 (148 x 210 mm) Vertikal atau landscape
B5 (176 x 250 mm) Vertikal atau landscape
SD/MI Kelas 4-6 A4 (210 x 297 mm) Vertikal atau landscape
A5 (148 x 210 mm) Vertikal
B5 (176 x 250 mm) Vertikal
SMP/MTs dan
SMA/MA
SMK/MAK
A4 (210 x 297 mm) Vertikal atau landscape
A5 (148 x 210 mm) Vertikal
B5 (176 x 250 mm) Vertikal
Penjilidan buku dapat pada bagian atas atau samping kiri serta
tampilannya dapat horizontal (landscape) atau vertikal (portrait). Teks dapat
disusun dalam satu, dua, tiga kolom. Panjang kalimat dalam satu baris
maksimal 10 kata dengan toleransi 10 persen. Ilustrasi ditempatkan meyatu
dengan teks. Komposisi ilustrasi dan teks bergantung pada jenis isi dan
pembaca sasaran. Sebagai panduan komposisi, komposisi ilustrasi dan teks
adalah sebagai berikut.
Sekolah Ilustrasi Teks
Pra Sekolah 90:10
SD/MI Kelas I-III 60:40
9. SD/MI Kelas IV-VI 30:70
SMP/MTs 20:80
SMA/MA/SMK/MAK 10:90
Dalam merencanakan ukuran buku yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana, kapan, dan dimana buku ini akan dipergunakan. Unsur ini
berkaitan dengan :
īˇ Berat dan ukuran buku sesudah dicetak. Buku yang berat akan
berpengaruh pada cara membawa dan penyimpanannya ;
īˇ Cara menjilid buku yang berpengaruh pada kemudahan
membuka dan menggunakannya.
īˇ Cara penyimpanannya, apakah di rak atau di atas mej, buku
denga ukuran A4 sulit menempatkannya di rak buku yang
standar.
īˇ Ukuran dan jenis huruf :
ī§ Apakah akan dibaca dalam jarak dekat atau jauh ?
ī§ Di cahaya yang cukup terang?
ī§ Berbarengan dengan kegiatan lain? Misalnya buku resep
memasak.
ī§ Untuk orang muda/tua, dengan penglihatan yang
baik/buruk?
2. Bagaimana naskah itu akan digandakan/dicetak/ditampilkan.
īˇ Kesulitan apa yang ,ungkin dihadapi dengan ukuran yang sudah
ditetapkan?
īˇ Apakah ukuran buku yang sudah ditetapkan mempengaruhi cara
penggandakan/pencetakan/penampilannya?
īˇ Apakah buku ini akan difotocopi berulang sehingga dapat
mempengaruhi keterbacaannya?
3. Apakah perlu dikonsultasikan dengan ahli lain
10. īˇ Apakah peril dibicarakan kemungkinan kesulitan dengan
percetakan termasuk berkaitan kesesuaian ukuran buku dengan
mesin cetak yang tesedia
īˇ Apakah perlu dibicarakan dengan juru potret atau illustrator
berkaitan dengan gambar dan ilustrasi isi buku?
4. Bagaimana biaya produksi dan pemasaran
īˇ Bagaimana daya beli pembaca ?
īˇ Apakah perlu diiklankan ?
īˇ Apakah mutu kertas penting ?
īˇ Apakah memerlukan warna lain selain warna hitam ?
B. Tata Letak
Pertimbangan utama dalam membuat tata letak teks adalah kemudahan
bagi pembaca untuk melihat secara cepat keseluruhan isi naskah mulai dari judul,
subjudul, perincian subjudul, tabel, diagram, dan sebagainya. Tata letak buku teks
jelas berbeda dengan novel atau buku cerita karena struktur isi buku teks, pelajaan
lebih rumit. Selain struktur, juga perlu diperhatikan penggunaan buku teks
pelajaran di kelas. Buku teks pelajaran dipakai secara bertahap mengikuti pokok
bahasan yang berurutan. Disamping itu, siswa menggunakannya bersamaan
waktunya dengan berbagai kegiatan lain, misalnya sambil memperhatikna
penjelasan guru, sambil mengerjakan tugas, Sambil bediskusi, atau sambil
melakukan pengamatan. Tata letak buku teks pelajaran harus dirancang untuk
mendukung situasi belajar seperti itu.
Salah satu kelemahan buku teks pelajaran yang sering ditemukan adalah
bagin-bagian yang saling terkait secara fungsional tidak ditempatkan konsisten.
Misalnya, ilustrasi ditempatkan terpisah dari teks yang terkait, sehingga
membingungkan dan menyulitkan siswa belajar. Untuk menghindari kelemahan
yang demikian, sejak perencanaan awal sudah dibuat rancangan tata letak yang
mengatur tempat judul, subjudul, nomor halaman, judul berjalan ( running titles).
Kalau dalam mengatur tata letak secara tradisional meggunakan style sheet,
11. dengan menggunakan komputer, konsistensi tata letak judul, subjudul, ilustrasi,
teks, nomor halaman, dan judul berjalan dapat diatur lebih mudah. Disamping itu,
ukuran halaman, margin, dan jumlah baris perhalaman dan lebar kolom dapat
direncanakan dan dibuat secara konsisten dengan menggunakan komputer dalam
mengetik naskah.
Tata letak buku juga dipengaruhi oleh ukuran huruf dan spasi dalam setiap
baris yang akan dijelaskan berikut ini.
C. Ukuran Huruf dan Spasi dalam Baris
Sampai sekarang ini belum ada hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan
kuat untuk menentukan ukuran huruf dan spasi dalam bris, dan panjng baris untuk
buku teks pelajaran. Penelitian yang ada pada umumnya untuk teks yang
berkelanjutan, bukan seperti nasakab buku teks pelajaan yang memiliki subjudul
dan perincian. Di samping itu, tampilan teks yang diteliti adalah rata kiri dan
kanan yang mengakibatkan spasi antarkata dalam baris menjadi tidak konsisten.
1. Ukuran Huruf
Ukuran huruf diukur berdasarkan tinggi huruf dan dinyatakan
dalam satuan ukuran point. Satu point adalah sama dengan 0,0138 inch.
Ukuran yang lazim untuk buku teks pelajaran adalah 10, 11, dan 12 point.
Untuk catatan-catatan tertentu kadang-kadang dipakai huruf dengan
ukuran 6 atau 8 point yang terlalu kecil untuk dapat dibaca dengan mudah.
Cntoh ukuran huruf adalah sebagai berikut.
Ukuran hurufini adalah8 point.
Ukuran huruf ini adalah 10 point.
Ukuran huruf ini adalah 12 point.
Ukuran huruf ini adalah 16 point.
Ukuran huruf ini adalah18 point.
12. Ukuran huruf ini adalah 20 point.
Ukuran huruf ini adalah 22 point.
Ukuran huruf ini adalah 24 point.
Ukuran huruf 24 point biasanya dipakai untuk judul, ukuran 22 point
untuk subjudul.
Ukuran huruf yang sama dengan jenis huruf yang berbeda dapat
memberikan tampilan yang berbeda seperti contoh berikut ini.
Contoh ini dibuat dengan ukuran 12 point Book Antiqua
Contoh ini dibuat dengan ukuran 12 point Arial
Contoh ini dibuat dengan ukuran 12 point Palatino
Contoh ini dibuat dengan ukuran 12 point Tahoma
Contoh ini dibuat dengan ukuran 12 point Times New Roman
Contoh diatas menunjukkan tampilan huruf memberikan kesan yang
berbeda walaupun ukurannya sama (12 point). Oleh karena itu, dalam memilih
ukuran huruf yang perlu diperhatikan adalah dapat membuat banyak kata dalam
satu baris tanpa melanggar ketentuan jumlah kata dalam satu baris. Kemudian
memperhatikan keseimbangan antara spasi kata dengan spasi baris.
2. Panjang Baris dan Ukuan Huruf
Dalam merencanakan ukuran huruf perlu juga diperhatikan besarnya huruf
yang dapat menimbulkan masalah terhadap susunan atau tata kalimat. Misalnya,
disarakan untuk buku teks anak sekolah dasar kelas 1 sampai dengan kelas 2
menggunakan tidak lebih dari tiga sampai empat kata dalam satu kalimat, tetapi
dengan jumlah yang demikian bisa tidak sesuai dengan tata bahasa. Dengan
13. demikian, ketika memilih jenis dan ukuran huruf, perlu juga dipertimbangkan
besarnya huruf untuk masing-masing jenis huruf berbeda.
Perbedaan panjang baris akibat ukuran huruf yang berbeda dapat dilihat dalam
contoh berikut.
Pada suatu hari
Pada suatu hari
Pada suatu hari
Pada suatu hari
3. Spasi Kata
Banyak buku menggunakan format halaman dengan tampilan rata kiri dan rata
kanan sehingga kelihatan rapi. Namun, akibatnya adalah spasi antarkata berbeda-
beda. Agar spasi antarkata itu tidak terlalu jarang, maka diadakan pemenggalan
kata pada akhir baris yang dapat menimbulkan masalah ketika ada pergeseran kata
ketika dilakukan penyuntingan karena kata dipenggal dengan menggunakan tanda
strip (-) tidak dikembalikan seperti aslinya, padahal tempatnya sudah tidak di
akhir baris lagi. Spasi kata yang tidak konsisten dan pemenggalan kata
mengakibatkan ketidak nyamanan dalam membacanya. Oleh karena itu, sebaiknya
tidak menggunakan format rata tepi kiri dan kanan agar spasi kata tetap konsisten
dan tidak perlu melakukan pemenggalan kata. Spasi kata yang baik adalah 25%
dari ukuran huruf.
4. Spasi Baris
Spasi antara satu baris dengan baris berikutnya hendaknya tidak terlalu rapat
dan juga tidak terlalu renggang, karena kalau terlalu rapat atau terlalu renggang
akan menyulitkan pembacanya dan membuat mata cepat lelah. Kalau acuan untuk
14. spasi kata adalah 25% dari ukuran huruf, maka spasi antarkalimat tidak kurang
dari 125% dari ukuran huruf.
D. Menentukan Huruf
Sekarang ini terdapat banyak sekali jenis huruf yang dapat dijadikan
pilihan seperti terlihat dalam komputer atau sistem desktop. Kalau diamati dari
bentuknya, maka semua jenis huruf itu dapat dikategorikan ke dalam dua jenis,
yaitu huruf serif dan huruf sans-serif. Perbedaan antara kedua jenis huruf itu
adalah huruf serif mempunyai kait pada setiap ujung huruf sehingga dalam bahasa
Indonesia disebut huruf berkait, sedangkan huruf sans-serif tidak mempunyai kait
pada setiap ujung huruf sehingga disebut huruf tidak berkait. Berikut ini contoh
kedua jenis huruf itu.
1. Huruf Serif (berkait) dan huruf Sans-serif
Huruf serif (berkait)
Aa Bb Cc Dd Book Antiqua
Gg Hh Ii Kk Century
Contoh (Century) dalam kalimat:
Menjelang musim panas, siang hari lebih panjang daripada malam
hari di Sydney. Pukul 05.00 pagi hari, matahari sudah kelihatan di
ufuk timur dan baru terbenam pukul 20.00. perbedaan waktu antara
Sydney dan Jakarta adalah empat jam yang berarti matahari lebih
dahulu terbit di Sydney daripada di Jakarta. Ketika orang sudah
berangkat kerja di Sydney, penduduk Jakarta maish menikmati
tidurnya.
Huruf sans-serif (tidak berkait).
15. Aa Bb Cc Dd Arial
Gg Hh Ii Kk Calibri
Contoh (Arial) dalam kalimat:
Menjelang musim panas, siang hari lebih panjang daripada malam hari di
Sydney. Pukul 05.00 pagi hari, matahari sudah kelihatan di ufuk timur dan
baru terbenam pukul 20.00. perbedaan waktu antara Sydney dan Jakarta
adalah empat jam yang berarti matahari lebih dahulu terbit di Sydney,
penduduk Jakarta masih menikmati tidurnya.
Walaupun ukuran huruf sama, tampilan teks kelihatan berbeda
antara huruf serif dan huruf sans-serif. Teks yang menggunakan jenis
huruf sans-serif terkesan lebih tajam daripada yang menggunakan huruf
jenis serif dan lebih mudah dibaca, tetapi cepat melelahkan mata karena
bentuknya agak tajam. Oleh karena itu, jenis huruf san-serif cukup
mencolok kalau dipakai sevagai judul dan subjudul, teks dengan huruf
ukuran kecil, atau teks yang bukan kalimat seperti daftar pustaka, tabel,
atau catatan kaki, sedangkan jenis huruf serif dipergunakan untuk
isi/uraian dalam naskah.
Dilihat dari teori belajar, anak belajar dari yang sederhana ke yang rumit,
jenis huruf san-serif lebih sesuai untuk buku teks pelajaran kelas 1 dan 2 karena
bentuknya sederhana dan tidak rumit. Jenis huruf ini juga lebih jelas dan tajam
sehingga sesuai untuk anak yang baru belajar membaca dan menulis. Huruf serif
lebih sesuai untuk kelas yang lebih tinggi.
Sebagai paduan ukuran huruf untuk buku teks pelajaran adalah sebagai
berikut.
16. Tabel 9.4
Ukuran Huruf dan Bentuk Huruf
Sekolah Kelas Ukuran Huruf Bentuk Huruf
SD/MI 1 16Pt-24Pt Sans-serif
2 14Pt-16Pt Sans-serif dan
Serif
3-4 12Pt-14Pt Sans-serif dan
Serif
5-6 10Pt-11Pt Sans-serif dan
Serif
SMP/MTs 7-9 10Pt-11Pt Serif
SMA/MA/SMK/MAK 10-12 10Pt-11Pt Serif
2. Huruf Besar
Huruf besar secara terpisah/tersendiri lebih jelas dan lebih mencolok
daripada huruf kecil dan menarik perhatian. Namun, penggunaan huruf besar
untuk keseluruhan teks dalam kalimat panjang atau paragraf membuat tidak
menarik dan bahkan dapat menimbulkan kesulitan membacanya, seperti contoh
berikut ini:
MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS DAN UKURAN HURUF DAPAT
MEMBUAT TEKS BACAAN MENJADI BERVARIASI. AKAN TETAPI,
PENGGUNAAN TERLALU BANYAK JENIS DAN UKURAN HURUF
DALAM BUKU TEKS PELAJARAN DAPAT MEMBINGUNGKAN DAN
MEMBOSANKAN. OLEH KARANE ITU, PENGGUNAAN JENIS DAN
UKURAN HURUF DALAM BUKU TEKS HENDAKNYA DIPERHATIKAN
AGAR PENGGUNAAN JENIS DAN UKURAN HURUF ITUMEMANG
DIPERLUKAN DAN MEMPUNYAI MAKNA MEMBANTU PEMBACA
MEMAHAMI ISI BUKU, PENGGUNAAN HURUF BESAR SECARA
BERLEBIHAN JUGA DAPAT MEMBUAT PENYAJIAN TEKS JADI TIDAK
MENARIK.
17. Contoh penggunaan huruf besar untuk keseluruhan paragraf seperti di atas
ternyata tidak menyenangkan untuk untuk dibaca dan dapat mengaburkan
makna/isi paragraf itu. Huruf besar biasanya dipakai untuk memberikan
penekanan pada kata, frase, atatu kalimat pendek di samping mengikuti ketentuan
ejaan, seperti huruf pertama setiap awal kalimat, huruf awal nama diri, atau
singkatan. Cara lain untuk memberikan penekanan kata, frase, atau kalimat adalah
dengan memberi garis bawah pada kata, frase, atau kalimat; menggunakan huruf
italic (miring); dapat juga dengan menggunakan huruf bold (tebal).
3. Huruf Miring
Huruf miring (italic) mulai dipergunakan untuk buku pada abad ke-16
dengan maksud agar dapat membuat lebih banyak huruf dalam satu baris karena
penggunaan huruf miring lebih padat sehingga dalam satu baris dapat diisi dengan
lebih banyak kata. Namun, sama dengan penggunaan huruf besar, kalau huruf
miring dipergunakan untuk banyak kata atau kalimat akan menimbulkan
kesukaran dan tidak menarik membacanya seperti terlihat dalam contoh berikut.
Teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat dan kecepatannya
sulit ditebak. Banyak informasi dapat disampaikan dan diperoleh dengan
menggunakan informasi serta tampilannya pun dapat dibuat menarik. Namun,
informasi dalam bentuk cetakan tetap sajamasih dipergunakan. Buku pelajaran,
novel , dan surat kabar masih diterbitkan dalam bentuk cetakan walaupun
diterbitkan juga di internet. Masih banyak orang yang merasa lebihnyaman
membaca informasi yang terceak karena tidak bergantung pada peralatan lain
serta hanya memerlukan cahaya untuk membacanya.
Apabila dipergunakan untuk teks yang panjang, ternyata huruf miring
kurang menyenangkan untuk dibaca dan dapat mengurangi motivasi membaca.
Huruf miring biasanya dipergunakan untuk memberikan penekanan pada kata,
frase, atau kalimat, penulisan kata-kata asing, dan menulis abstrak pada jurnal.
4. Angka
Angka Arab bila dituliskan secara berjejer untuk beberapa jenis huruf
menjadi tidak rata seperti contoh berikut.
18. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1234567890
Contoh di atas menunjukkan kepadatan dan kerataan angka-angka itu
berbeda walaupun menggunakan ukuran huruf yang sama (18 point). Hal ini perlu
diperhatikan ketika menulis beberapa angka dalam ribuan dan jutaan, khususnya
untuk teks buku pelajaran matematika yang menggunakan banyak angka.
E. Spasi dan Struktur
Spasi memegang peranan penting dalam memperjelas struktur isi teks
sehingga pembaca mudah memahami isi teks secara sistematis. Spasi
dibedakan menjadi dua , yaitu spasi antarkata dan spasi antarbaris. Spasi
antarkata memisahkan satu huruf dengan huruf lainnya serta satu kata dengan
kata lainnya dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terlalu rapat dan
sulit memisahkan satu kata dengan kata di depan atau di belakangnya, juga
tdak terlalu renggang sehingga sulit mengenal rangkaian kata dan maknanya.
Spasi antar baris memisahkan teks dari baris yang satu dengan baris
berikutnya dan juga dapat dipergunakan untuk memisahkan judul dengan
subjudul, subjudul dengan teks penjelasannya, serta satu paragraf dengan
paragraf lainnya. Dengan penggunaan spasi yang konstisten akan membantu
pembaca:
īˇ Mengidentifikasi struktur gagasan dalam teks,
īˇ Menentukan bagian mana yang diperlukan, dan
īˇ Mempercepat laju membaca.
Spasi pada hala,a dapat di bedakan ke dalam spasi vertikal dan spasi
horizontal yang penjelasannya adalah sebagai berikut .
19. 1. Spasi Vertikal
Spasi vertikal dibuat dengan membuat spasi yang lebih sesudah
judul bab, sebelum dan sesudah sub-subjudul, sehingga judul, subjudul,
dan sub-subjudul terlihat jelas. Sesudah judul/sub judul/ sub-subjudul
diawali dengan kalimat paragraf pertama mulai dari pinggir tanpa spasi
masuk kedalam. Kalimat paragraf berikutnya baru diberi spasi masuk
ke dalam untuk menunjukan pergantian paragraf. Pembuatan spasi
seperti ini termsuk tradisional dengan contoh sebagai berikut :
Umum
Buku teks pelajaran yang baik adalh yang disusun dengan
menacu pada kurikulum, memperhatikan kondisi lingkungan
belajar.
Uraian
Kurikulum merupakan acuan semua kegiatan belajar di
dalam dan juga di luar sekolah. Di dalam kurukulum
tercantum standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
diharapkan dapat dicapai oleh setiap siswa.
Dalam mengembangkan materi pokok, penulis buku
teks perlu memperhatikan karakteristik siswa termasuk
usia, pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan belajar
dan gaya belajarnya.
Evaluasi
Evaluasi merupakan komonen yang juga penting dalam
sistem pembelajaran. Bahan evaluasi juga harus dimuat
20. dalam buku teks pelajaran. Untuk menyusun bahan evaluasi
perlu diperhatikan tujuan pembelajaran atau kompetensi
siswa.
Spasi vertikal juga dapat disusun dengan menempatkan setiap
paragraf dan kalimat mulai dengan garis baru. Bentuk seperti ini akan
memerlukan ruang yang lebih banyak dan tidak terlihat keutuhan
gagasan dalam suatu paragraf. Namun, bentuk yang demikian tidak
menimbulkan masalah apabila setiap kalimat mengandung gagasan
terpisah dari kalimat lainnya.
Umum
Buku teks pelajaran yang baik adalh yang disusun dengan
menacu pada kurikulum, memperhatikan kondisi lingkungan
belajar.
Uraian
Kurikulum merupakan acuan semua kegiatan belajar di
dalam dan juga di luar sekolah. Di dalam kurukulum
tercantum standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
diharapkan dapat dicapai oleh setiap siswa.Dalam
mengembangkan materi pokok, penulis buku teks perlu
memperhatikan karakteristik siswa termasuk usia,
pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan belajar dan
gaya belajarnya.
Evaluasi
Evaluasi merupakan komonen yang juga penting dalam
sistem pembelajaran. Bahan evaluasi juga harus dimuat
21. dalam buku teks pelajaran. Untuk menyusun bahan evaluasi
perlu diperhatikan tujuan pembelajaran atau kompetensi
siswa.
Batas mengambang
Apabila spasi verikal dibuat secara konsisten pada setiap halaman maka
dapat terjadi hal berikut :
īˇ Baris terakhir pada halaman tertentu berakhir dengan sub-judul yang
terpisah dengan teks penjelasannya pada halaman dibaliknya. Keadaan
seperti ini disebut dengan istilah âjandaâ (window).
īˇ Baris pertama pada suatu halaman dimulai dengan sambungan kalimat
terakhir paragra pada halaman baliknya dan hanya terdiri dari beberapa
kata (tidak mencapai satu baris). Hal ini disebut dengan istilah âyatimâ
(orpans).
Kedua tampilan window dan orpan ini mengganggu alur membaca dan
dapat membuat pembaca membolak-balik halaman yang bersangkutan
untuk menggungkap isinya secara lengkap. Untuk mengatasi masalah
window, subjudul yang mengantung karena uraianya pada halaman
berikutnya dan paragraf yang berkelanjutan pada baris pertama
halaman berikutnya dipindahkan ke halaman berikutnya. Pemindahan
ini mengakibatkan spasi pada akhir halaman tidak sama dan keadaan ini
yang disebut dengan Batas mengambang (Floating baseline).
2. Spasi Horizontal
Tujuan spasi horizontal adalah untuk mengelompokan gagasan
yang sejenis atau setara sehingga memudahkan untuk membaca dan
memahaminya. Kalau pemisahan gagasan itu dibuat secara vertikal
dalam spasi vertikal, dalam spasi horizontal pengelompokan atau
pemisahan dilakukan secara horizontal.
22. Salah satu cara memisahkan gagasan dalam teks secara
horizontal adalah dengan membuat paragraf yang terpisah dan secara
konvensional paragraf ditampilkan dalam format rata kiri dan rata
kanan yang mengakibatkan spasi antarkata tidak konsisten dan
mengakibatkan pemenggalan kata supaya spasi antarkata tidak terlalu
jauh. Kedua dibuat dalam bentuk rata pinggir kiri yang mengakibatkan
spasi antarkata konsisten dan terhindar dari pemenggalan kata. Hasil
penelitian menunjukan tidak ada perbedaan antara kedua bentuk
tampilan itu. Namun, terdapat indikasi bahwa bentuk tampilan rata kiri
dapat membantu kemudahan membaca bagi anak-anak dan orang
dewasa usia lanjut.
Berikut ini paragraf dengan spasi horizontal dengan berbagai
tampilan.
1. Rata kiri dan kanan
DKI Jakarta terdiri enam wilayah : Jakarta Utara,
Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta
Pusat, dan Pulau seribu. Jakarta Utara terdiri atas
kecamatan , Kelapa Gading , Pademangan , Penjaringan,
dan Tanjung Priok. Jakarta Timur terdiri dari Kecamatan
Cakung, Cipayung, Ciracas, Duren Sawit, Jatinegara,
Keramat Jati, Makasar , Matraman, Pasar Rebo, dan Pulo
Gadung.
2. Rata Kiri
DKI Jakarta terdiri enam wilayah : Jakarta Utara,
Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta
Pusat, dan Pulau seribu. Jakarta Utara terdiri atas
kecamatan , Kelapa Gading , Pademangan , Penjaringan
23. dan Tanjung Priok. Jakarta Timur terdiri dari Kecamatan
Cakung, Cipayung, Ciracas, Duren Sawit, Jatinegara,
Keramat Jati, Makasar , Matraman, Pasar Rebo, dan Pulo
Gadung.
3. DisesuaikanDenganKaidah Bahasa
DKI Jakarta terdiri enam wilayah : Jakarta Utara,
Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta
Pusat, dan Pulau seribu.
Jakarta Utara terdiri atas kecamatan , Kelapa Gading ,
Pademangan , Penjaringan dan Tanjung Priok.
Jakarta Timur terdiri dari Kecamatan Cakung, Cipayung,
Ciracas, Duren Sawit, Jatinegara, Keramat Jati, Makasar
, Matraman, Pasar Rebo, dan Pulo Gadung.
4. Menunjukan Struktur Isi Yang LebihJelas
DKI Jakarta terdiri enam wilayah : Jakarta Utara,
Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta
Pusat, dan Pulau seribu.
Jakarta Utara terdiri atas kecamatan , Kelapa
Gading , Pademangan , Penjaringan dan Tanjung
Priok.
24. Jakarta Timur terdiri dari Kecamatan Cakung,
Cipayung, Ciracas, Duren Sawit, Jatinegara,
Keramat Jati, Makasar , Matraman, Pasar Rebo,
dan Pulo Gadung
F. Diagram dan Ilustrasi
Huruf, kata, tanda baca, nomor, diagram, dan ilustrasi adalah
tanda/simbol/lambang yang mengandung makna dalam berkomunikasi. Secara
konvensional simbol itu dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu ikonik (iconic)
dan digital. Simbol ikonik adalah menggambarkan benda atau keadaan yang
sebenarnya, seperti fotografi, lukisan, ilustrasi, sedangkan contoh simbol digital
adalah huruf, kata, kode amorse, dan simbol semaphone. Untuk dapat memahami
pesan pada simbol, harus mengetahui arti kode-kode itu. Dalam buku teks
pelajaran kedua jenis simbol itu sering digabung, misalnya foto yang diberi
keterangan atau diagram yang diberiakan penjelasan. Berikut ini contoh
penggunaan simbol ikotik, simbol digital, dan gabungan anatara kedu simbol itu
dalam rambu-rambu lalu lintas.
1. Fungsi ilustrasi
Fungsi lustrasi adalah sebgai beikut.
īˇ Menarik perhatian pembaca: ilustrasi lebih menarik perhatian daripada
teks.
īˇ Membuat konsep lebih konkret : untuk menjelaskan perbedaan antara
kambing dan domba akan lebih nyata dan jelas kalau disajikan dalam bentuk
gambar daripada kalau dijelaskan kata.
īˇ Menghindarkan istilah-istilah teknis: dengan melihat gambar orang dapat
mengoperasikan peralatan elektronik, seperti televisi, mesin cuci, dan kamera.
īˇ Menjelaskan konsep visual: menunjukkan bentuk candi borobudur dan
candi prambanan.
īˇ Menjelaskan konsep spasial : menunjukkan luasnya Taman Mini Indonesia
Indah atau lokasi museum di Jakarta.
25. 2. Penggunaan Warna dalam Ilustrasi
Penggunaan warna dalam ilustrasi buku teks pelajaran berfungsi untuk
memberikan makna tertentu atau untuk estetika yang membuat daya tarik dan
menimbulkan motivasi. Ilustrasi harus diberi warna apabila warna itu fungsional
auat memiliki makna khusus. Misalnya, penggunaan warna dalam gambar
bendera adalah untuk memberikan makna tertentu. Untuk menunjukkan warna
hasil mencamput beberapa warna dalam mata pelajaran menggambar atau
melukis, tentu harus disesuaikan dengan warna yang sesungguhnya.
3. Tabel dan Grafik
Ilustrasi dapat juga dibuat dalam bentuk tabel dan grafik untuk
menyampaikan konsep/informasi secara menyeluruh tanpa menggunakan banyak
kata dan kalimat. Penggunaan tabel dan grafik dapat menghemat teks sehingga
lebih efisien. Di samping itu, pembaca dapat juga membuat tafsiran sendiri atas
informsi yng disampaikan dalam tabel grafik. Berikut ini diberikan penjelasan
lebih lanjut tentang tabel dan grafik.
Tabel
Tabel dapat memuat informais yang sederhana sampai dengan yang rumit
serta dapat muat hanya angka-angka(seperti tabel logaritma), kata-kata tanpa
angka (seperti tabel nama-nama kecamatan di jakarta berdasarkan wilayah), atau
campuran antara angka dan kata-kata(seperti jumlh penduduk jakarta berdasarkan
kecamatan).
Untuk dapat memahami informasi yang disampaikan melalui tabel pembaca perlu:
īˇ Memahami pola pikir dalam membuat tabel tersebut;
īˇ Mengetahui cara memperoleh informasi yang diperlukan dalam tabel yang
disajikan;
īˇ Mengetahui bagaimana menginterpretasi informasi yang diperoleh dari
tabel itu untuk memenuhi keperluannya atau masih perlu membandingkan
dengan informasi dari sumber yang lain.
26. Dalam memilih bentuk dan penyajian informasi pada tabel, penulis buku teks
pembelajaran hendaknya memperhatikan kemampuan siswa dalam membaca,
menafsirkan, dan menggunakan informasi yang disajikan dalam bentuk tabel.
Untuk membantu siswa membaca dan memahami informasi dalam tabel,
Hartley (1994:96) merujuk saran Ehrenberg (1977) sebagai berikut.
1. Bulatkan angka-angka sehingga siswa dapat dengan mudah membuat
perbandingan.
2. Buatkan jumlah rata-rata sehingga dapat diketahui dengan cepat posisi
masing-masing data.
3. Angka di dalam kolom lebih mudah dibandingkan angka dalam baris (lihat
contoh).
4. Urutkan angka di dalam kolom berdasarkan besarnya jumlah. Angka
paling besar ditempatkan sebelah atas untuk memudahkan berfikir dalam
berhitung.
Grafik
Data dapat disajikan dalam bentuk tampilan seperti line, graph, bar chart,
compound bar chart, pie chart, three dimensional display, dan two-dimensional
display. Pembuatan grafik itu dapat dilakukan dengna lebih cepat, akurat, dan
menarik dengna menggunakan program komputer. Data yang sama dapat
ditampilkan dalm berbagai bentuk penyjian.
Tujuan menampilkan data dalam bentuk grafik adalah untuk
menyampaikan data secara mudah dan komunikatif. Hasil bentuk grafik itu
bergantung pada jumlah data yang ditampilkan dan karakteristik pembacanya.
Data yang banyak dan dilihat dari berbagai unsur/variabel lebih baik disajikan
dalam bentuk grafik sederhana daripada dalam bentuk dua atau tiga dimensi.
Untuk membedakan data dari unsur/variabel sebaiknya menggunakan warna yang
berbeda.
Contoh, jumlah siswadi SMP Negeri x adalah sebanyak 232 siswa, dengan
perician sebagai berikut
kelas VII : 85 orang
kelas VIII : 76 orang
kelas IX :71 orang.
Ada berbagai bentuk tampilan data seperti yang dicontohkan di atas,
dalam memilih bentuk tampilan data itu yang perlu diperhatikan adalah bahwa
bentuk tampilan.
īˇ Menyederhanakan/meringkas data.
27. īˇ Memudahakan membaca data.
īˇ Memperjelas perbedaan data, dan
īˇ Memberikan daya tarik.
G. Anatomi Buku
Anatomi buku adalah unsur-unsur atau bagian-bagian pokok yang secara
fisik terdapat dalam sebuah buku. Anatomi buku dapat berbeda antara satu buku
dengan buku lainnya karena berbeda jenisnya. Misalnya, anatomi novel berbeda
dengan anatomi kamusdan anatomi atlas berbeda dengan anatomi komik.
Sungguhpun demikian, setiap fisik buku memiliki unsur-unsur pokok yang sama,
yaitu kulit (cover) dan isi buku.
Kulit buku berfungsi sebagai pelindung isi buku dan terbuat dari kertas
yang lebih tebal dari kertas isi buku. Kulit buku terdiri atas kulit depan dan kulit
belakang. Buku yang dijilid dengan lem atau jahit benang memiliki kulit
punggung. Pada umumnya isi buku terdiri atas bagian awal, bagian teks, dan
bagian belakang. Namun, komik, dan kamus biasanya tidak memiliki bagian
belakang buku karena tidak diperlukan.
Secara anatomis fisik buku teks pelajaran terdiri atas dua unsur pokok yaitu
kulit dan isi buku.
1. Kulit buku
Kulit buku terdiri atas kulit depan, kulit punggung, dan kulit belakang. Buku
memiliki kulit punggung apabila buku itu cukup tebal (lebih dari 100 halaman)
dan dijilid dengan lem (perfect binding) atau jahit benang. Buku yang dijilid
kawat biasanya kurang dari 100 halaman dan tidak menggunakan kulit punggung.
a. Kulit Depan atau Kulit Muka
Kulit depan buku memuat:
īˇ judul buku
īˇ subjudul (bila ada)
īˇ nama penulis
īˇ ilustrasi
īˇ nama penerbit
28. īˇ logo penerbit
b. Punggung Buku
pada punggung buku tercantum:
īˇ judul buku
īˇ subjudul buku (bila ada)
īˇ nama penulis
īˇ logo penerbit
c. Kulit Belakang
pada kulit belakang dicantumkan:
īˇ sinopsis buku
īˇ pembaca sasaran
īˇ riwayat singkat dan foto penulis
īˇ nomor ISBN dalam bentuk angka biasa atau bar kode.
2. Bagian Depan Buku
Bagian depan (preliminaries) buku teks pelajaran memuat:
īˇ halaman judul separuh/perancis (halaman kanan: i)
īˇ halaman kosong (halaman kiri: ii)
īˇ halaman judul utama (halaman kanan: iii)
īˇ halaman hak cipta/halaman katalog (halaman kiri: iv)
īˇ halaman daftar isi (halaman kanan: v)
īˇ halaman kata pengantar (halaman kanan: vi)
Nomor halaman dalam bagian depan buku teks dibuat dalam angka Romawi
kecil.
29. 3. Bagian Teks Buku
Bagian teks buku pelajaran memuat bahan pelajaran yang disampaikan
kepada siswa. Bagian teks ini terdiri atas:
īˇ judul bagian (kalau ada, halaman kanan)
īˇ halaman kosong (kalau judul bagian ada, halaman kiri)
īˇ judul bab (termasuk nomor bab, halaman kanan)
īˇ subjudul
īˇ sub-sub judul (bila ada)
īˇ setiap bagian dan bab baru dibuat pada halaman kanan.
Bagian teks buku pelajaran diveri nomor halaman dengan Arab dan diawali
dengan angka 1.
4. Bagian Belakang Buku
Bagian belakang buku terdiri atas:
īˇ glosari (bila perlu)
īˇ daftar pustaka
īˇ indeks (bila perlu)
Buku pelajaran yang menggunakan banyak istilah atau frase yang
mempunyai arti khusus dalam bidang ilmu tertentu dan dipergunakan berulang-
ulang dalam buku itu, hendaknya menggunakan glosari dan indeks.
30. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Naskah yang ditulis oleh penulis buku teks pelajaran akan dicetak dan
diterbitkan dalam wujud buku cetak untuk selanjutnya disebarluaskan oleh
penerbit. Naskah buku teks pelajaran perlu ditata dalam tampilan yang menarik,
mudah dibaca, praktis dipergunakan, tahan lama, dan ekonomis. Penulis buku teks
pelajaran perlu memahami bagaimana menata tampilan buku teks pelajaran
sehingga sejak awal dapat mempertimbangkan desain buku teks itu dalam menulis
naskahnya.
Desain buku teks pelajaran meliputi (1) ukuran buku, (2) ukuran huruf dan
spasi baris, (3) jenis huruf, (4) spasi dan susunan, (5) teknik menulis teks,
(6)ilustrasi, dan (7) anatomi buku teks pelajaran. Masing-masing unsur desain
buku teks pelajaran dipengaruhi oleh karakteristik pembaca sasaran dan jenis isi
buku teks dilihat dari disiplin ilmunya. Sebagai contoh, berdasarkan karakteristik
pembaca sasarn, desain buku teks pelajaran untuk siswa SD kelas I akan berbeda
dengan untuk kelas IV atau VI dan desain buku teks pelajaran untuk SD berbeda
dengan SMA. Berdasarkan karakteristik disiplin ilmu, desain buku matematika
berbeda dengan buku bahasa Indonesia.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis berharap semoga makalah yang telah di
susun ini, memberikan manfaat kepada para pembacanya, baik siswa, mahasiswa,
ataupun masyarakat luas. Jika di dalam penyusan makalah ini terdapat
31. kekurangan,penulis memohon maaf, dan berharap kiranya dapat diberikan saran
agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://dyka01.blogspot.co.id/2013/04/makalah-buku-teks.html
Sitepu. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. PT REMAJA ROSDAKARYA.
Bandung.