Teks tersebut membahas tentang pengaruh sekularisme di Turki pasca runtuhnya kekhilafahan Utsmani. Sekularisme telah memengaruhi persepsi masyarakat Turki terhadap Islam dan kekhilafahan. Istilah 'khilafah' diganti dengan 'empire' dan banyak sejarah perjuangan Islam dihapus. Pengaruh ini terlihat dari sikap guide pariwisata yang acuh tak acuh terhadap tempat-tempat bersejarah Islam."
Sanksi berciuman dalam buku terbitan hizbut tahrir
Melihat sekilas tapak sekulerisme turki
1. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
January 21st, 2014 by kafi
Beberapa waktu lalu jubir Hizbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto menyempatkan diri
singgah di Istambul, Turki, ibukota Khilafah Islamiyah terakhir dari perjalanannya ke Tanah
suci. Berikut catatan singkat yang ditulisnya bagi pembaca.
“No, not empire but khilafah”, sergah saya ketika, Zaenab (28), guide yang memandu kami,
menjelaskan mengenai peta wilayah kekuasaan Khilafah Utsmani yang demikian luas terutama
semasa Khalifah Sulaiman “The Magnificent” dengan sebutan Ottoman Empire. Setelah
berdebat sejenak, dengan wajah agak kurang senang akhirnya dia mengalah dengan
mengatakan, “whatever you say”.
Sebenarnya Zaenab, yang sarjana sejarah spesialis Anatolia lulusan salah satu universitas
terkemuka di Turki, tidak salah. Di peta yang terpampang di bagian depan Istana Topkapi,
tempat para Khalifah Utsmani dulu tinggal, yang kini menjadi museum, memang tertulis
‘Ottoman Empire’. Begitu juga di semua brosur, dokumen atau buku-buku tertulis seperti itu.
Istana Topkapı adalah kediaman resmi para khalifah
Utsmani selama lebih dari 400 tahun (1465-1856). Istana ini
mulai dibangun pada tahun 1459 atas perintah Sultan
Muhammad al Fatih. Kompleks istana terdiri atas empat
lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil.
Pada puncaknya, istana ini dihuni oleh sekitar 4.000 orang.
Selain sebagai tempat tinggal kerajaan, istana digunakan
untuk acara-acara kenegaraan. Sekarang menjadi museum.
Di dalamnya tersimpan sejumlah barang penting seperti
mangkuk yang dulu digunakan oleh Nabi, jilbab Fatimah,
pedang Ali dan lainnya.
Tentu bukan tanpa sengaja pemerintah di sana mengganti
istilah khilafah dengan empire. Ini adalah bagian dari usaha keras pemerintahan Turki pasca
kekhilafahan diruntuhkan oleh Kemal Pasha untuk memaksakan sekulerisme dan menghapus
sama sekali semua yang terkait dengan Islam dan kekhilafahan. Selain melarang jilbab,
penggunaan simbol-simbol Islam, pengajaran Islam, Kemal juga melarang adzan dalam bahasa
Arab. Adzan harus dikumandangkan dalam bahasa Turki. Bukan hanya itu, ternyata semua
kosakata yang terkait dengan kekhilafahan juga dibuang. Buktinya ya tadi, istilah ‘khilafah’
diganti dengan ‘empire’ yang tidak lain bermakna kekaisaran. Menyebut khilafah dengan
impire tentu tidak tepat karena khilafah bukanlah kekaisaran. Karena itulah, saya memprotes
Zaenab. Tapi ternyata Zaenab, dan saya banyak lagi dari rakyat Turki, hanyalah korban saja
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
1/10
2. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
dari sekulerisme yang demikian panjang menyelimuti negeri yang pernah menjadi pusat daulah
Khilafah lebih dari 500 tahun.
++++
Pengaruh sekulerisme bukan hanya pada hilangnya istilah-istilah penting seperti khilafah, tapi
juga pada persepsi tentang Islam, syariah dan keagungan khilafah serta perjuangannya.
Pagi hari di penghujung bulan Desember 2013, menjelang keberangkatan menuju sejumlah
obyek, saya sempat berbebat kecil dengan calon guidekami, Ozgur Yigit (33), seorang sarjana
sastra Inggris yang sudah mendapat sertifikat sebagai guide profesional setelah menempuh
pelatihan khusus selama 1,5 tahun. Ozgur (dia sendiri lebih senang dipanggil Oscar) bersikeras
menyarankan kita untuk tidak usah mengunjungi Rumeli Hiseri, sebuah benteng peninggalan
Muhammad al Fatih. Katanya, ‘saya sarankan kalian tidak usah ke sana, tidak ada apa-apa di
sana, hanya sebuah benteng. Habis-habisin waktu saja. Kita bisa lihat itu dari laut saat nanti
kita naik kapal dalam program Boshporus Cruising’. Saya bilang, ‘Tidak’, memotong
omongan dia yang terus nyerocos menyarankan untuk tidak ke sana, ‘You know”, kata saya,
“kita semua ke sini itu untuk melihat tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah. Jadi kita
harus ke sana”. Tentu saja akhirnya dia mengalah, mengikuti kemauan kami.
Rumeli Hiseri adalah benteng yang dibangun oleh Muhammad al Fatih beberapa bulan
menjelang penyerangan ke Konstantinopel. Benteng ini terletak di tepi Selat Bosphorus di sisi
Eropa, tepat berhadapan denganAnadolu Hiseri, benteng yang sudah lebih dulu dibangun
oleh Sultan Murad, bapaknya Muhammad al Fatih, di sisi Asia.
Dalam kajian Muhammad al Fatih dan para sekondannya, untuk melumpuhkan Konstantinopel
harus ada strategi guna memutus jalur logistik dari daerah koloni Konstantinopel di wilayah
sekitar Laut Hitam. Caranya dengan memotong Selat Bosphorus sebagai satu-satunya jalur
menuju Konstantinopel dari wilayah itu. Dan dilihat oleh al Fatih, ternyata daerah di hadapan
Benteng Anadolu itulah titik dari Selat Bosphorus yang paling sempit. Lebarnya sekitar 660
meter. Akhirnya diputuslah untuk membangun benteng di daerah itu. Dalam waktu singkat,
pada bulan Desember 1452, sebelum April 1453 dilakukan penyerangan, benteng itu sudah
siap.
Benar, ketika melewati wilayah yang diapit oleh dua beteng itu, kapal-kapal musuh memang
dengan mudah masuk jangkauan tembakan meriam yang diletakkan sengaja hampir sejajar air
laut guna menyasar lambung kapal. Strategi ini terbukti ampuh. Sekian banyak kapal lawan
berhasil ditenggelamkan, dan lainnya melarikan diri. Tak ada lagi kapal musuh yang berani
lewat. Jalur logistik ke Konstantinopel putus! Jadi, jelas sekali Rumeli Hiseri sangat dahsyat
secara historis.
Ketika kami tiba di lokasi, terbentanglah di hadapan sebuah bangunan kuno berwarna coklat
tua keputihan. Inilah Benteng Rumeli (orang Turki menyebut Rumeli Hiseri). Tingginya berkisar
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
2/10
3. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
22 – 28 meter. Tinggi 3 menara dengan tiga pembantu utama al Fatih mencapai 70 meter.
Ketebalan dinding antara 4 hingga 7 meter. Menurut catatan sejarah, benteng yang luar biasa
ini hanya dibangun dalam waktu 4 bulan saja. Kebayang oleh kami bagaimana semangatnya
sekitar 4.000 pekerja ketika itu membangun benteng yang menjadi pijakan awal strategi
penaklukan Konstantinopel. Kini, di dalamnya masih bisa dilihat sejumlah meriam yang dulu
digunakan untuk menembak kapal-kapal musuh yang berlayar menyusuri Selat Boshporus
menuju Konstantinopel.
benteng rumeli
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
3/10
4. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
4/10
5. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
meriam di benteng rumeli
Tak salah kami memasukkan tempat ini dalam prioritas kunjungan. Boleh disebut inilah tempat
yang menjadi awal keberhasilan Muhammad al Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel. Tapi
mungkin karena memang sudah tipis spirit atau ghirah perjuangan umumnya anak-anak muda
Turki, tak banyak juga penjelasan yang kami dapat dari guide. Dia malah menyilakan kami
jalan sendiri. Dia sendiri menunggu di bawah, tidak mau menemani kami menyusuri detil
benteng yang sangat bersejarah ini.
Bukan hanya Oscar yang tak mewarisi ghirah perjuangan, guide kami hari berikutnya, Esra
(25), juga kurang lebih sama. Ketika menjelaskan detil isi istana Dolmabache, pengganti
Istana Topkapi, ia sama sekali tidak menyinggung satu peristiwa penting dalam episode akhir
Kekhilafahan Utsmani. Yakni ketika Kemal Pasha menghapus kekhilafahan dari Istana ini lah
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
5/10
6. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
ketika itu Sultan Abdul Majid, khalifah terakhir, diusir. Padahal itulah peristiwa besar yang telah
secara telak mengakhiri sistem kekhilafahan dan sekaligus kejayaan Islam berbilang abad
lamanya. Dan bagi Turki, peristiwa ini juga menjadi titik balik. Dari yang semula sebagai pusat
khilafah yang memimpin dunia Islam menjadi hanya sebuah negara sekuler, dan kini tengah
mengemis untuk menjadi anggota Uni Eropa.
Istana Dolmabache
bagian dalam istana Dolmabache
Juga ketika kami meminta diantar ke Menara Galata di Bukit Galata, dia mengatakan itu cuma
menara, tidak ada apa-apanya. “Paling kita naik ke puncak, melihat pemandangan kota
Istanbul dari atas, foto-foto, that’s all…”, cetusnya. Padahal bukit ini menyimpan sejarah amat
heroik, ketika di tengah kebuntuan setelah lebih dari satu bulan mengepung benteng
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
6/10
7. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
Konstantinopel tak kunjung berhasil, Muhammad al Fatih akhirnya menempuh cara yang sangat
mengejutkan lawan: menarik 70 kapal dalam semalam melintas Bukit Galata menuju Teluk
Tanduk Emas (The Golden Horne) agar bisa menyerang benteng dari arah belakang.
Sejarah membuktikan, langkah hebat Muhammad al Fatih inilah
yang kemudian menjadi faktor penentu kemenangan pasukan
Islam menaklukkan Konstantinopel. Memang sekarang Bukit
Galata sudah dipadati oleh pemukiman, termasuk pemukiman
orang-orang Yahudi yang memang dahulu sengaja ditempatkan
oleh khalifah di daerah ini sebagai bentuk perlindungan setelah
mereka melarikan diri dari inkuisisi paska Spayol dikuasi kaum
Katolik. Jalur pendakian kapal juga sudah tidak terlihat lagi. Tapi
dari puncak Menara Galata (tinggi 66 meter, diameter 16 meter),
rekonstruksi pergerakan pasukan Muhammad al Fatih bisa
dilakukan, dan getar heroik perjuangan 600 tahun lalu itu masih
bisa dirasakan.
++++
Pengaruh sekulerisme tampaknya demikian menghunjam dalam ke tubuh orang-orang Turki.
Secara sosial, mereka lebih mencitrakan diri sebagai bagian Eropa dari pada Asia. Memang
secara fisik, orang Turki kebanyakan mirip orang bule. Perempuannya berkulit putih, tinggi dan
berambut pirang. Tapi tak banyak dari mereka yang menutup aurat. Perempuan berkerudung
hanya satu dua. Laki perempuan bergaul amat bebas. Dan, ini yang ajaib, meski Muslim
umumnya mereka tidak menjalankan shalat. Termasuk tiga guide yang menemani kami,
semuanya tidak shalat. Padahal mereka Muslim, dan dengan fasih menjelaskan keistimewaan
masjid-masjid bersejarah yang kami kunjungi seperti Masjid Muhammad al Fatih, Masjid
Sulaimaniye dan Masjid Abu Ayyub al Anshari. Ketika kami masuk untuk shalat, mereka tetap
tinggal di luar. Ketika ditegur, Oscar malah menjawab dengan nada agak sedikit marah.
Masjid Abu
Ayyub al
Anshari
adalah
masjid yang
dibangun di
dekat makam
Abu Ayyub al Anshari, sahabat Nabi yang rumahnya
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
7/10
8. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
dulu dihampiri pertama kali oleh Rasulullah saat hijrah ke Madinah. Di masa Khalifah
Muawiyah, pada sekitar tahun 52 H, ternyata usaha untuk menaklukkan Konstantinopel sudah
dilakukan. Abu Ayyub al Anshari ikut terlibat langsung dalam usaha itu. Dia meninggal dalam
jihad. Dan sebelum meninggal, ia berwasiat agar jasadnya dikuburkan di daerah dekat musuh.
Berdasar wasiat ini, oleh shahabat yang lain jenasah itu lantas “diselundupkan” ke wilayah
Konstantinopel. Setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel, Muhammad al Fatih memerintah
untuk mencari makam shahabat Abu Ayyub al Anshari. Ditemukan di tempat yang sekarang ini
di bangun masjid cukup besar. Banyak orang berziarah ke sana.
Sementara
Masjid
Muhammad
al Fatih,
lebih dikenal
dengan
sebutan
Masjid
Sultanahmed, adalah masjid yang dibangun pertama kali oleh Muhammad al Fatih setelah
berhasil menaklukkan Konstantinopel. Lokasinya tidak jauh dari Aya Sophia, gereja terbesar di
masa Konstantin yang kemudian oleh al Fatih diubah menjadi masjid. Ia membangun masjid
Muhammad al Fatih untuk menandingi kemegahan Aya Sophia. Masjid ini memang sangat
megah dan besar. Empat tiang utamanya saja masing-masing berdiameter 5 meter. Interiornya
didominasi oleh keramik iznik kualitas terbaik yang didominasi warga biru dengan ornamen
yang sangat indah. Karena itu, masjid ini juga dikenal dengan sebutan The Blue Mosque.
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
8/10
9. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
Masjid Sulaimaniye
dibangun oleh Khalifah
Sulaiman al Qanuni. Di
masanya kekhilafahan
Ustmani mencapai
puncak kejayaannya.
Daerah kekuasaannya
meluas hingga
Rumania, Hongaria,
bahkan Austria. Ia
membangun masjid
yang juga sangat
megah. Tidak jauh dari
lokasi Masjid Muhammad al Fatih dan bersebelahan dengan Universitas Istanbul, salah satu
universitas terbesar di Turki. Kubah tunggalnya seberat 1000 ton menjulang tinggi disangga
oleh 4 tiang utama. Senada dengan Masjid al Fatih, interiornya juga didominasi oleh rangkaian
keramik iznik yang sangat indah. Meski sudah berumur lebih dari 500 tahun, tapi masjid ini
tampak masih kokoh.
++++
Kepada Esra yang tetap berdiri di luar masjid menunggui kami shalat di Masjid Sulaimaniye,
saya tanya, “kenapa nggak ikut shalat?”. Dengan enteng dia jawab, “I am working”. Lalu saya
tanya apakah memang begitu umumnya orang Turki, Muslim tapi tidak shalat? Dia jawab, “Iya”.
Dia lalu menjelaskan lebih jauh. Baru-baru ini ada survei yang menanyakan orientasi politik
keagamaan orang Turki, apakah islamis atau liberalis. Hasilnya, sekitar 60 persen liberalis dan
40 persen sisanya islamis. Tapi di antara yang islamis tadi ketika ditanya apakah melakukan
shalat, ternyata yang menjawab iya hanya 60 persen.
Terkait kehidupan sosial, khususnya soal pergaulan muda-mudi, saya tanya lagi, “Apakah
memang umumnya anak muda Turki begitu, bergaul bebas?”. Dia jawab, “Iya, utamanya di
kawasan pantai Istanbul”. “Apakah mereka biasa melakukan seks sebelum menikah?”. Dia
jawab lagi, “Iya”. “Hamil di luar nikah?”. “Oh, no..”
“Kalau gitu, lalu apa arti Islam buat mereka?” Dia jawab, “Sebagai social identity. Bahwa kami
adalah orang Islam”. “Lalu kenapa, mayoritas orang di sini tetap Islam meski sekian lama
mengalami sekulerisasi?”. Dia jawab, “Itu karena social influenz. Maksudnya, karena orang
sekitarlah kami tetap Muslim, dan tidak mungkin kami bukan muslim”.
“O, gitu” gumam saya. Karena itu bisa dimengerti kenapa meski secara statistik 97 persen,
malah ada yang bilang 99 persen penduduk Turki adalah Muslim, tapi ya itu, istilah kami hanya
Islam – KTP. Shalat kagak, nutup aurat emoh. Masjid-masjid besar tadi memang ramai ketika
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
9/10
10. 21/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Melihat Sekilas Tapak Sekulerisme Turki
waktu shalat, tapi oleh wisatawan. Sementara penduduk setempat anteng saja meski adzan
berkumandang keras. []
Baca juga :
1. Pengadilan Turki Menzalimi Wanita dan Mencerminkan Aib Sekulerisme Liberalisme
2. Abdullah Gul Rayakan 75 Tahun Masuknya Sekulerisme Dalam Konstitusi Turki
3. HT Turki: Kapitalisme, Demokrasi dan Sekulerisme Merupakan Sebab Mendasar
Tidak Adanya Ketenteraman!
4. Presiden Turki: Turki Bukan Negara Agama dan Tidak Ada Orientasi Terhadap
Agama
5. Press Release HT Turki Terkait Kunjungan Utusan Khusus Obama ke Turki
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/21/melihat-sekilas-tapak-sekulerisme-turki/
10/10