3. KEPARAHAN (severity) & KEKERAPAN (Frekuensi)
KONDISI LAPANGAN
Tingkat resiko S1 x F1 - cara pengendalian : Papan Peringatan tidak ada
4. KONDISI LAPANGAN
Tingkat resiko S1 x F2 - cara pengendalian : Papan Peringatan
Sisa pekerjaan : 60 titik – peralatan Kerja operasi OK – 16 jam/hari
5. Kondisi Lapangan
Tingkat resiko S 1 X F 2
Cara Pengendalian : Area stock terpisah, disusun rapi, pondasi kuat
APD, Administrasi , Pemisahan
Sasaran : Nihil Kecelakaan
Program Kerja : Pembuatan Prosedur Kerja ?
7. TAHAPAN I.B.P.R
1. Mengidentifikasi seluruh proses / area yang ada dalam organisasi.
2. Mengidentifikasi sebanyak mungkin ‘Potensi Bahaya’ (aspek
bahaya) pada setiap proses / area yang telah diidentifikasi
sebelumnya. Identifikasi potensi bahaya dilakukan pada saat
proses berjalan normal, abnormal, emergency maupun dalam
keadaan maintenance.
3. Mengidentifikasi sebanyak mungkin ‘Tingkat Resiko Bahaya’
(dampak bahaya) yang berkaitan dengan setiap aspek yang
diidentifikasi.
4. Mengevaluasi besar kecilnya tingkat resiko bahaya untuk
menentukan prioritas pengendalian terhadap resiko yang mungkin
terjadi.
8. TINGKAT RESIKO BAHAYA (Dampak Bahaya)
“Perubahan apapun pada lingkungan / manusia baik
yang merugikan atau bermanfaat seluruhnya atau
sebagian hasil dari kegiatan, produk, jasa dari
organisasi. Dampak yang merugikan dapat berupa :
Kerugian, Cidera / Cacat, Kehancuran, Pencemaran
Lingkungan”.
Contoh Tingkat Resiko Bahaya :
* Terpeleset. * Kontaminasi tanah.
* Pencemaran air. * Pencemaran udara.
* Kebakaran. * Penurunan Pendengaran.
* Tersengat listrik. * Ledakan.
9. A2K4 - INDONESIA 9
CRANE ACCIDENT
Sudirman Palace
Building
(Under Construction)
Located in the front of
JSE
The Accident occurred
at 02.05 pm
May 24th, 2007
10. • Identifikasi Potensi Bahaya (aspek bahaya) dapat menggunakan
alat sebagai berikut :
a. Pendekatan data / dokumen masa lalu.
b. Penggunaan check list.
c. Penggunaan hasil audit.
d. Pendekatan sistem proses kerja
( input -> proses -> output).
• Penilaan Tingkat Resiko (dampak bahaya) adalah penentuan
besar kecilnya dampak dengan menganalisa berbagai dokumen
dan informasi yang tersedia baik berupa data primer / sekunder.
Dalam proses ini ada 2 variabel yang dianalisa, yaitu : ‘Tingkat
Kemungkinan’ dan ‘Tingkat Konsekwensi’.
11. Jumat, 08/06/2007 17:08 WIB.
Gondola Terhempas, Pekerja Nyaris Celaka Kasus jatuhnya tower
crane pada pembanguan proyek Pacific Place di Semanggi SCBD, Jakarta Selatan,
belum tuntas, tiba-tiba kecelakaan kerja kembali terjadi. Sebuah gondola terhempas
menyebabkan pekerja nyaris jatuh. (foto: fery usmawan).
<denaimuhardi@yahoo.com> Fri, 8 Jun 2007 21:20:00 -0700 (PDT) [K3_LH]
KECELAKAAN GONDOLA
12.
13. TINGKAT RESIKO = KEMUNGKINAN x KONSEKWENSI
• KEMUNGKINAN (Tingkat Keseringan), adalah variable
yang merefleksikan seberapa sering suatu dampak terjadi
dan berapa besar peluang terjadinya.
• KONSEKWENSI (Tingkat Keparahan) mempresentasikan
besarnya dampak kerugian yang dialami akibat terjadinya
resiko, aspek legal menjadi point tertinggi dalam penilaian
aspek keparahan.
PENILAIAN TINGKAT RESIKO
(DAMPAK BAHAYA)
14. 5 ( 5 )H ( 10 )H ( 15 )E ( 20 )E ( 25 )E
4 ( 4 )M ( 8 )H ( 12 )H ( 16 )E ( 20 )E
3 ( 3 )L ( 6 )M ( 9 )H ( 12 )E ( 15 )E
2 ( 2 )L ( 4 )L ( 6 )M ( 8 )H ( 10 )E
1 ( 1 )N ( 2 )L ( 3 )M ( 4 )H ( 5 )H
1 2 3 4 5
K
E
M
U
N
G
K
I
N
A
N
KESERIUSAN ( SEVERITY )
SCALE
TINGKAT BAHAYA ( RISK LEVEL )
15.
16. Tentukan Tingkat Bahaya ( Risk Level ) :
KATAGORI TINGKAT RESIKO
1. N (Negligible) :
Tidak memerlukan tindakan khusus.
2. L (Low Risk) :
Pemantauan untuk memastikan tindakan pengendalian
telah berjalan dengan baik .
3. M (Moderate) :
Perlukan perhatian dan tambahan Prosedur /WI.
4. H (High Risk) :
Perlu mendapatkan perhatian pihak Manajemen dan
tindakan perbaikkan
5. E (Extreme) :
Perlu segera dilakukan tindakan perbaikan
18. CARA MENGENDALIKAN RESIKO
(Hirarki Pengendalian )
1. ELIMINASI [ memodifikasi proses, metode / materi untuk menghilangkan
dampak K3].
2. SUBSITUSI [mengganti materi, zat atau proses dengan yang tidak/kurang
berdampak K3].
3. REKAYASA [ menyingkirkan atau memisahkan dampak K3 yang mungkin terjadi
dengan cara memberikan perlindungan, menyimpan di sesuatu tempat pada ruang
atau waktu terpisah].
4. ADMINISTRASI [menyesuaikan waktu dan kondisi dengan proses administrasi,
misalnya dg membuatkan standart operation procedure atau working instruction].
5. ALAT PELINDUNG DIRI [menyediakan alat pelindung diri yang sesuai &
memadai bagi semua karyawan guna menghindari keparahan dari dampak K3 yang
mungkin terjadi. APD ini digunakan sebagai upaya terakhir mengendalikan dampak].
20. Sistim Peringkat dalam Metoda Identifikasi
Resiko Rendah ( Peringkat I ) :
“ jarang terjadi “,dengan akibat berupa cedera ringan atau
dengan kerugian materi sedikit, tetap kerja
Resiko Sedang ( Peringkat II ):
“ mungkin terjadi “ dengan akibat Cacat atau kerugian material
sedang atau dengan hilangnya hari kerja
Resiko Tinggi ( Peringkat III ) :
“ sering terjadi “ dengan akibat Kematian atau dengan kerugian
materi sangat besar