MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MATERI WORKSHOP HPJI 10 MARET.pptx
1. INTEGRASI KONSEP PEMBANGUNAN
BERKETAHANAN IKLIM DAN PENANGANAN
BUILD BACK BETTER AND SAFER YANG
BERORIENTASI UNIVERSAL DESAIN DALAM
DOKUMEN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH
Kupang, 12 Maret 2023
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur
3. IPCC MENGELUARKAN LAPORAN
TERBARU TENTANG PERUBAHAN IKLIM:
“KODE MERAH BAGI UMAT MANUSIA”
"Laporan terbaru IPCC
mengungkap, seluruh wilayah di
Bumi tengah mengalami dampak
perubahan iklim, termasuk naiknya
suhu dan permukaan air laut."
Kenaikan Suhu Bumi
Lampaui Batas
Aman
Pada 2030
AR6 Climate Change 2021:
The Physical Science Basis
Suhu permukaan global 1,09OC lebih tinggi
dalam sepuluh tahun antara 2011-2020
dibandingkan 1850-1900.
Lima tahun terakhir adalah suhu terpanas
dalam sejarah sejak 1850.
Tingkat kenaikan permukaan laut baru-
baru ini nyaris tiga kali lipat bila
dibandingkan dengan tahun 1901-1971.
Pengaruh manusia sangat mungkin (90%)
menjadi alasan utama mencairnya gletser
secara global sejak 1990-an dan
penurunan jumlah es di Laut Arktik.
4. Perubahan
curah hujan
± 2,5 mm/hari
Gelomban
g ekstrem
meningkat
>1,5 m
Kenaikan
muka laut
0,8-1,2 cm/tahun
Peningkatan
suhu
0,45-0,75°C
Sumber: Kajian Potensi Bahaya Iklim oleh Tim Ketahanan Iklim Kementerian PPN/Bappenas
5,8 juta km2 wilayah
perairan Indonesia
berbahaya bagi
Produksi beras
menurun
akan di
beberapa wilayah
kapal nelayan <10GT
1.800 km garis
pantai masuk
dalam kategori
sangat rentan
INDONESIA JUGA MENGHADAPI TANTANGAN AKIBAT
PERUBAHAN IKLIM
5. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP
PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN (SDGS)
Potensi
Kerugian
akibat
Perubahan
Iklim terhadap
PDB:
Perubahan Iklim sebagai
Goal no.13 dari SDG
Fenomena perubahan iklim yang ekstrim akan
berdampak secara luas terhadap aspek
kehidupan masyarakat dan menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit pada sektor
ekonomi, dan juga target pembangunan
lainnya, seperti ketahanan pangan,
pembangunan bidang kesehatan, infrastruktur,
dan ekosistem.
Rp 115 T
(Tanpa Intervensi)
Rp 57 T
(dengan Intervensi)
Dampak perubahan iklim selain menyebabkan
kerusakan lingkungan, juga kerugian ekonomi, sosial
berkepanjangan dalam proses pemulihannya
Potensi Kerugian
ekonomi sebagai
akibat dari dampak
Perubahan Iklim
Risiko terhadap pencapaian
target SDGs
6. • Pembangunan Rendah Karbon dan Berketahanan iklim
adalah kebijakan, rencana, program dan pelaksanaan
pembangunan yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi
rendah emisi gas rumah kaca dan sebagai bentuk upaya
penanggulangan dampak perubahan iklim, perbaikan
kualitas lingkungan dan mengurangi nilai potensi
kerugian akibat dampak perubahan iklim.
• Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim
meminimalisir trade-off antara pembangunan ekonomi
dan pelestarian lingkungan.
• Penyusunan kebijakan Pembangunan Rendah Karbon dan
Ketahanan Iklim dilakukan melalui pendekatan HITS
(Holistik, Integratif, Tematik dan Spasial).
Lingkungan
Ekonomi
Sosial
RPJMN 2020-2024
(Ekonomi Hijau & Rendah Karbon)
Pembangunan Rendah Karbon dan
Berketahanan Iklim
7. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN: INTEGRASI PEMBANGUNAN
RENDAH KARBON DAN KETAHANAN IKLIM KE DALAM RPJMN
2020–2024 SEBAGAI IMPLEMENTASI MANDAT ARTICLE 3.4
UNFCCC MENUJU EKONOMI HIJAU
Article 3.4 UNFCCC
Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan
Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim
PN6:
Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim
sebagai agenda Prioritas Nasional dalam RPJMN 2020–2024
Pembangunan
Rendah
Karbon
Rendah Karbon
Laut & Pesisir
Penanganan
Limbah &
Ekonomi Sirkular
Pengembangan
Industri Hijau
Pembangunan
Energi
Berkelanjutan
Pemulihan
Lahan
Berkelanjutan
5 strategi utama Pembangunan Rendah Karbon di Indonesia
dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
seiring dengan menurunkan emisi GRK sebesar 27,3% di tahun
2024
Beberapa isu strategis yang dikaji oleh
Bappenas untuk mendukung
transformasi ekonomi Indonesia
menuju Ekonomi Hijau antara lain
kajian food loss and waste dan
Circular Economy
Ketahanan
Iklim
Laut &
Pesisir
Air Pertanian Kesehatan
Bappenas melakukan analisis terhadap sebaran
lokasi prioritas aksi ketahanan iklim pada 4 sektor
prioritas: kelautan & pesisir, air, pertanian, kesehatan
8. PENENTUAN LOKASI PRIORITAS
KETAHANAN IKLIM
Isu Perubahan Iklim Potensi Bahaya
Proyeksi Iklim Kelautan & Pesisir
• Proyeksi
iklim
atmosfer
ik
• Proyeksi iklim laut
• Potensi tinggi
gelombang yang dapat
berdampak pada
keselamatan pelayaran
• Tingkat kerentanan pesisir
Air
• Potensi kekeringan
• Potensi
penurunan
ketersediaa
n air
Pertanian
Potensi penurunan
produksi padi
Kesehatan
Potensi peningkatan kasus
DBD, Malaria, dan
Pneumonia
Potensi Kerugian
Ekonomi
Usulan Indikator
Litbang dari K/L
Indeks Risiko
Bencana Kabupaten/
Kota 2018
Data Kerentanan
Sosial-Ekonomi
SIDIK 2018
Validasi Lapangan
Validasi bermanfaat untuk
memverifikasi hasil desk study
(proyeksi iklim, potensi
bahaya, SIDIK, IRBI, potensi
kerugian ekonomi, dan usulan
kerentanan sectoral K/L;
Data dan informasi yang
bersifat lokal ini diperoleh
dari Pemerintah Daerah
setempat maupun dari
pengecekan lokasi secara
langsung
Lokasi Prioritas
Ketahanan Iklim
Super Prioritas
Top Prioritas
Prioritas
Potensi Bahaya Tinggi + Kerentanan Tinggi + IRBI Tinggi
Potensi Bahaya Tinggi + Kerentanan Tinggi/IRBI Tinggi
Potensi Bahaya Tinggi
9. LOKASI PRIORITAS AKSI KETAHANAN IKLIM
SEBARAN TINGKAT PRIORITAS DI TUJUH WILAYAH PEMBANGUNAN PADA 4
SEKTOR PRIORITAS
Sektor Kelautan dan Pesisir:
• Lokasi Super Prioritas terbanyak
berada di wilayah Sumatera (di pesisir
barat)
• Wilayah pesisir yang paling rentan
terhadap dampak perubahan iklim
yaitu di pulau Jawa-Bali, Sumatera,
dan Sulawesi
Sektor Air:
• Lokasi ini tersebar di hampir seluruh
Pulau Jawa-Bali, Nusa Tenggara,
dan di beberapa wilayah lainnya
Sektor Pertanian:
• Lahan pertanian sebagian besar
terdapat di Pulau Jawa-Bali,
Sumatera, dan Sulawesi
Sektor Kesehatan:
• Sebaran kasus DBD: Pulau Jawa-Bali,
Sulawesi, dan Nusa Tenggara
• Sebaran kasus malaria : Pulau Papua,
Nusa Tenggara, dan Maluku
• Sebaran kasus pneumonia: Pulau
Jawa-Bali
Dari 514
Kabupaten/Kota
42%
Kelautan
34%
Pesisir
40%
Air
71%
Pertanian
32%
Kesehatan
10. STRATEGI: Perlindungan
kawasan pesisir dan
keselamatan pelayaran
Sektor Kelautan & Pesisir
Kegiatan Inti
• Penyediaan kapal penangkap ikan
• Penyediaan bangunan/ vegetasi
pelindung pantai
• Penyediaan sistem informasi
peringatan dini dan navigasi
pelayaran
• Penyediaan dan perlindungan pada
sarana produksi perikanan budidaya
• dsb.
Kegiatan Pendukung
• Pengembangan teknologi dan
sistem informasi kelautan
• Penyediaan asuransi nelayan
• Penyediaan diversifikasi
penghasilan nelayan
• Peningkatan kapasitas masyarakat
pesisir dan pemda
• dsb.
STRATEGI: Pengelolaan sumber
daya air untuk pemenuhan suplai
air bersih dan daya rusak air dari
potensi bencana iklim
Kegiatan Inti
• Penyediaan bangunan penampung air
• Rehabilitasi daerah tangkapan air
• Perlindungan sumber daya air lahan
gambut dan rawa
• Pencegahan kehilangan air
• Penanganan banjir
• dsb.
Sektor Air
Kegiatan Pendukung
• Pengembangan inovasi dan
teknologi perlindungan DAS
• Pengumpulan dan penyediaan
data informasi SDA
• Pengembangan pembiayaan SDA
• Peningkatan pemahaman SDA
• dsb.
STRATEGI: Climate Smart
Agriculture dalam
mempertahankan produksi pangan
Kegiatan Inti
• Penyediaan bangunan penampung
air irigasi
• Penyediaan jaringan irigasi
• Penerapan teknologi penambahan
debit air irigasi
• Perluasan lahan pertanian
• dsb.
Sektor Pertanian
Kegiatan Pendukung
• Penelitian dan pengembangan
teknologi pertanian
• Pengembangan SI pertanian
• Penyediaan kredit usaha tani
• Penyediaan asuransi pertanian
• Penyediaan alternatif pendapatan
petani
• dsb.
STRATEGI: Peningkatan kesehatan
lingkungan dan masyarakat untuk
mengantisipasi peningkatan KLB
DBD dan penyakit akibat perubahan
iklim lainnya
Kegiatan Inti
• Penambahan Fasilitas Kesehatan
• Peningkatan kesehatan lingkungan
permukiman
• dsb.
Sektor Kesehatan
Kegiatan Pendukung
• Pembiayaan kesehatan
• Peningkatan deteksi dini penyakit
dan kejadian luar biasa (KLB)
penyakit
• Penguatan regulasi kesehatan
• Pengembangan sistem informasi
kesehatan
• dsb.
STRATEGI DAN AKSI
KETAHANAN IKLIM
12. VISI MISI NUSA TENGGARA TIMUR
MISI
NUSA TENGGARA TIMUR
VISI
“NTT Bangkit Mewujudkan Masyarakat
Sejahtera Dalam Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”
Mewujudkan masyarakat
sejahtera, mandiri dan adil
Membangun NTT sebagai salah
satu gerbang dan pusat
pengembangan pariwisata nasional
(ring of beauty)
1
2
Meningkatkan ketersediaan dan
kualitas
infrastruktur untuk mempercepat
pembangunan
3
Meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia
Mewujudkan reformasi birokrasi
pemerintahan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik
4
5
smm
13. 2019
2020
2021
2022
2023
TRANSFORMASI STRUKTUR DAN KULTUR DALAM
PEMBANGUAN
PEMBANGUNAN BERPUSAT PADA SUMBER
DAYA MANUSIA
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI MENUJU
PADA INDUSTRI DAN BERBASIS PERTANIAN
PENGEMBANGAN MATA RANTAI
NILAI PARIWISATA
KEMANDIRIAN LOKAL
ARAH KEBIJAKAN PROVINSI NTT
Arahan RPJPN Visi Pembanguan
2005-2025 Indonesia Yang
Mandiri, Maju, Adil dan Makmur
Visi RPJPD Provinsi NTT 2005-2025
Nusa Tenggara Timur yang maju, mandiri, adil dan Makmur
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia”
Arahan RPJMN 2015-2019
Memantapkan pembangunan
secara menyeluruh diberbagai
bidang dengan menekankna
pencapaian daya saing
kompetitif perekonomian
berlandaskan keungghulan
sumberdaya alam dan sumber
daya manusia berkualitas serta
kemampuan IPTEK yang terus
meningkat
Arahan RPJMN 2020-2024
mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil
dan Makmur melalui percepatan
pembangunan diberbagai bidang
dengan menekankan
terbangunanyastrukutr
perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan
kompetitif diberbagai wilayah
yang didukung SDM berkualitas
dan berdaya saing
smm
BAPPELITBANGDA
PROV. NTT
14. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
ARAH KEBIJAKAN
TAHUN 2024 TAHUN 2025 TAHUN 2026
PENGUATAN EKONOMI DAN PEMANTAPAN
KUALITAS PELAYANAN DASAR
EKONOMI YANG KOKOH, INFRASTRUKTUR
YANG HANDAL DAN SDM YANG
BERKUALITAS
EKONOMI UNGGUL DAN SDM YANG
BERDAYA SAING
⮚ Pemberdayaan masyarakat dalam
mendukung peningkatan pendapatan
⮚ Pengembangan dan penguatan potensi-
potensi ekonomi local
⮚ Penuntasan pembangunan infrastruktur
dan peningkatan pelayanan dasar
⮚ Pencapaian dan pemenuhan SPM
⮚ Sinergitas pencapaian tujuan dan
pelaksanaan prioritas pembangunan
dengan kabupaten/kota serta
pemangku kepentingan lainnya
⮚ Pengembangan Rantai Nilai ekonomi
lokal
⮚ Penguatan system ekonomi masyarakat
⮚ Sinergitas tujuan pembangunan dan
pemangku kepentingan lainnya
⮚ Peningkatan kualitas hidup masyarakat
⮚ Ketersediaan dan pemantapan
infrastruktur
⮚ Kerjasama lintas daerah dan para
pemangku kepentingan dalam
pengelolaan ekonomi berkelanjutan
⮚ Peningkatan kualitas hidup masyarakat
BAPPELITBANGDA
PROV. NTT
15. BAPPELITBANGDA
PROV. NTT
TEMA & PRIORITAS DAERAH
TEMA : PEMULIHAN KESEHATAN DAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS HIDUP MASYARAKAT DAN KEMANDIRIAN LOKAL
3 6
2
1 4
5
PRIORITAS DAERAH
Pengembangan sumber daya lokal dan
kolaborasi dalam menguatkan rantai nilai untuk
meningkatkan daya saing industri pariwisata
berbasis masyarakat
PRIORITAS DAERAH
Penguatan system kesehatan daerah dan
peningkatan kualitas Pendidikan untuk
menciptakan sumberdaya manusia sehat,
Tangguh, cerdas, berintegritas dan produktif
PRIORITAS DAERAH
Transformasi sector pertanian berbasis
kolaboratif untuk meningkatkan produktivitas,
ketahanan pangan, pendapatan petani/nelayan
dan perluasan lapangan kerja
PRIORITAS DAERAH
Pemantapan kualitas infrastruktur untuk
akselerasi pertumbuhan ekonomi, peningkatan
konektivitas dan mutu pelayanan publik
PRIORITAS DAERAH
Pengembangan kompetensi ASN dan penerapan
system pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) serta
inovasi untuk meningkatkan kinerja birokrasi
PRIORITAS DAERAH
Pembangunan rendah karbon dengan
memanfaatkan energi baru terbarukan,
pelestarian lingkungan hidup serta
perubahan iklim dan kesiapsiagaan
menghadapi multi bencana
smm
16. SMM
CAPAIN INDIKATOR MAKRO 2021-2022
INDIKATOR
TARGET & CAPAIAN TARGET
2019 2021 2022
2023
(Baseline) Target Realisasi Target Realisasi
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,25 5,87-6,50 2,51 6,33-6,90
3,01 (y o y), 6,22 (q to q);
2,45 (c to c)
6,7-7,3
PDRB per Kapita (Rp. Juta) 20,62 20-23 20,58 20-25 20,58 (2021) 25-27
Indeks Pembangunan Manusia (poin) 65,23 65,54-67,00 65,28 67,35-69,00 65,28 (2021 70-71
Penduduk dibawah garis kemiskinan 20,62 21,00-19,63 20,44 19,35-16,15 20,05 15-12
Inflasi (%) 0,67 3,00-3,40 0,49 3,00-3,20
-0,93 % (m to m); 4,93 %
(y on y) 3,93 % (ytd)
3-3,2
Tingkat Stunting (%) 27,9 21,8 20,9 16,7 17,71 (agust0 12-10
Indeks Gini (point) 0,355 0,35-0,34 0,339 0,35-0,33 0,334 0,34 - 0,32
Indeks Pembangunan Gender (poin) 92,72 94 92,63 95 92,63 (2021) 95
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3,35 3,2-2,6 3,77 2,5-1,9 3,30 (Pebruari 2022) 1,9 -1,5
Rasio PAD (%) 23,90 25,31 28,07 30,12 32,24 (Agustus) 39,74
Emisi Gas Rumah Kaca (tCO2eq) 17.248.829 17.248.829 17.248.829 17.248.829 17.248.829* (2021) 17.248.829
Kebutuhan Investasi (Rp Triliun) 44,93 63,91 34,45 71,47 34,25 80,94
Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah
Poin)
60,37 65 61,50 69 61,50 (2021) 71
BAPPELITBANGDA
PROV. NTT
17. MENINGKTANYA
KETANGGUHAN BENCANA
DAERAH DAN ADAPTASI
TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
•INDEKS RESIKO
BENCANA :138
(POIN)
MENINGKATNYA
KUALITAS
LINGKUNGAN HIDUP
DAERAH
• IKLH : 69 (POIN)
TERWUJUDNYA
PEMANFAATAN RUANG &
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
• KESESUAIAN
PEMANFAATAN RUANG &
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG : 85
MENURUNNYA
EMISI GAS RUMAH
KACA
• EMISI GRK
17.248.829 tCO2eq
MENINGKATKAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS INFRASTRUKTUR UNTUK
MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN
Misi 3
MENJAMIN TERPENUHINYA DIMENSI KEBERLANJUTAN (SUSTAINABILITY)LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PEMBANGUNAN
TUJUAN 3.3
SASARAN
KEBIJAKAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM RPJMD P 2018 - 2023
STRATEGI
MENINGKTANYA
KETANGGUHAN BENCANA
DAERAH DAN ADAPTASI
TERHADAP PERUBAHAN
IKLIM
•Pengembangan
sistem informsi risiko
bencana dan edukasi
kebencanaan bagi
masyarakat
•Penguatan tatakelola
Resiko bencana
MENINGKATNYA KUALITAS
LINGKUNGAN HIDUP
DAERAH
• peningkatan kapasitas
pengelolaan
lingkungan
• Penegakan aturan dan
regulasi Lingkungan
TERWUJUDNYA PEMANFAATAN
RUANG & PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
• peningktan akses pelayanan
perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan
berhirarkhi
• Keterpaduan pengendalian &
pemanfaatan ruang sesuai
ketentuan
MENURUNNYA
EMISI GRK
• Inventarisasi &
rencana aksi mitigasi
GRK
•Perluasan RTH &
penanaman pohon
•Peningkatan
penggunaan EBT
22. 22
DKP
Pengelolaan Kelautan dan pesisir
PUPR
Perencanaan dan Pengendalian
pemanfaatan ruang
Dinas Pertanian &
Peternakan
Pengendalian bencana pertanian dan
peternakan
ESDM
• Konservasi Air Tanah
• Pemanfaatan EBT
BPBD
Penguatan Sistem dan Tata Kelola
Penanganan Resiko Bencana
DLHK
• Pengembangan Kualitas Hidup
Lingkungan Hidup
• Pelestarian Lingkungan Hidup
PERANGKAT DAERAH YANG BERHUBUNGAN
LANGSUNG TERKAIT ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
23. TANTANGAN & PERMASALAHAN IMPLEMENTASI
ADAPATASI PERUBAHAN IKLIM
1. Sektor LHK
Minimnya pengelolaan sampah : SDM & sarpras
Rendahnya sistem pengendalian pencemaran lingkungan
Rendahnya cakupan lahan kritis dan kerusakan hutan yang tertangani/direhabilitasi
Menurunnya kualitas DAS
2. Sektor Energi & Sumber Daya Mineral
Ketergantungan terhadap energi fossil masih sangat tinggi
Akses & Infrastruktur energi terbatas
Belum adanya regulasi yang mengatur pengelolaan energi di Daerah
Belum optimalnya pengelolaan potensi EBT
Pemanfaatan air tanah & energi yang belum memperhatikan isu keberlanjutan lingkungan dan dampaknya terhadap perubahan iklim global.
24. 24
3. Sektor kebencanaan
• Minimnya pemahaman terkait dengan kebencanaan
• Belum semua kabupaten memiliki rencana kontijensi kebencanaan
• Minimnya ketersediana sarpras kebencanaan
4. Sektor ke PU an
• Rendahnya pengendalian terhadap pemanfaatan ruang
• Minimnya sarpras pengelolaan sampah
• Belum tersedianya rencana/masterplan pengelolaan sampah
• Minimnya sumber daya untuk penanganan Kawasan banjir
5. Sektor Pertanian dan Peternakan
• Minimnya pengendalian dan pengawasan peredaran benih/bibit yang berkualitas/rentan terhadap
perubahan iklim
• Minimnya pengetahuan dan kesadaran akan perubahan Iklim sektor Pertanian/Peternakan
• Belum sepenuhnya pemanfaatan limbah pertanian/peternakan
• Minimnya sumber daya pencegahan dan pemberantas serangan hama dan penyakit
6. Sektor Kelautan perikanan
• Minimnya luas kawasan konservasi perairan daerah yang dikelola
• Minimnya pengendalian pemanfaatan ruang laut khususnya terkait dengan konservasi perairan
daerah
26. 1. Mengembangkan strategi pembangunan rendah karbon dengan mengidentifikasi sejumlah isu pendukung untuk transisi yang
berkeadilan, keadilan gender, pemberdayaan perempuan, kebijakan dan regulasi keadilan antar generasi dan kebutuhan
kelompok khusus dalam situasi yang rentan
2. Dalam perencanaan memperhatikan strategi inklusif yang multi-dimensi pertama, dengan mengindentifikasi kelompok dan
sub-kelompok rentan yang lebih spesifik di tingkat nasional dan sub-nasional dengan menggunakan parameter inklusi sosial
yakni akses, tingkat pemahaman dan partisipasi. Inklusi ruang gunakan paremeter akses fasilitas seperti perumahan,
jangkauan layanan listrik, transportasi layanan publik dan lain-lain. Sementara inklusi ekonomi menyoroti parameter
kemanfaatan dari sisi mata pencarian dan kesejahteraan
3. Perlu adanya analisis aspek kelembagaan Pembangunan Berketahanan Iklim dengan tujuan antara lain: (i) memetakan
peran, tugas pokok dan fungsi para pihak agar memiliki interpretasi kewenangan yang tepat; (ii) mengoptimal sinkronisasi
kebijakan dan regulasi pusat dan daerah; dan (iii) meningkatkan peran kelembagaan dan penguatan sistem pendukung
4. Pelibatan pihak swasta dan stakeholder terkait dalam konsep pembangunan berketahanan iklim dan penanganan build back
better and safer yang berorientasi universal desain.
5. Mengintegrasikan tindakan adaptasi perubahan iklim dan pengurangan resiko bencana ke dalam kebijakan, strategi dan
perencanaan daerah
6. Pengaturan ulang arahan tata ruang khususnya bagi pemukiman dan pusat-pusat kegiatan yang berada pada lokasi rawan
bencana alam
7. Bangunan yang direncanakan harus memanfaatkan matahari dan iklim sebagai sumber energi primer dan dirancang untuk
mengakomodasi perubahan perubahan sebagai konsekwensi siklus iklim secara harian, musiman maupun tahunan dan
mengalami versi cuaca yang berbeda sesuai dengan keberadaannya pada suatu garis lintang geografis tertentu