1. SEKOLAH RAMAH ANAK
A. DEFINISI SEKOLAH RAMAH ANAK
Panduan Sekolah Ramah Anak yang disusun oleh Kemen PPPA tahun 2015 menyebutkan
bahwa definisi Sekolah Ramah Anak adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal
yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin,
memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan
perlakuan salah lainnya. Serta mendukung partisipasi anak di satuan pendidikan, terutama dalam
perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait
pemenuhan hak dan perlindungan anak.
SRA juga harus memastikan anak terhindar dari ancaman yang ada di sekolah. Seperti
ancaman dari kekerasan, karakter buruk, makanan tidak sehat, lingkungan yang membahayakan,
rokok, napza, dan bencana. Sampai dengan Juni 2018, sudah ada 8.599 Sekolah Ramah Anak yang
tersebar di 31 Provinsi dan 195 Kabupaten dan kota seluruh Indonesia.
B. DEFINISI KONSEP SEKOLAH RAMAH ANAK
Pada panduan tersebut juga dijelaskan bahwa konsep Sekolah Ramah Anak adalah program
untuk mewujudkan satuan pendidikan memiliki kondisi aman, bersih, sehat, peduli, dan
berbudaya lingkungan hidup. Program SRA juga diharapkan satuan pendidikan mampu menjamin
pemenuhan hak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya.
Serta mendukung partisipasi anak dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, dan pengawasan
satuan Pendidikan
Panduan itu juga menjelaskan bawa Sekolah Ramah Anak bukanlah membangun sekolah
baru, namun mengkondisikan sebuah sekolah menjadi nyaman bagi anak. Serta memastikan
sekolah memenuhi hak anak dan melindunginya, karena sekolah menjadi rumah kedua bagi anak
setelah rumahnya sendiri.
C. TUJUAN SEKOLAH RAMAH ANAK
Dalam Panduan Sekolah Ramah Anak dijelaskan bahwa tujuan Kebijakan Sekolah Ramah
Anak adalah untuk dapat memenuhi, menjamin, dan melindungi hak anak. Selain itu juga
memastikan bahwa satuan pendidikan mampu mengembangkan minat, bakat dan kemampuan
2. anak, serta mempersiapkan anak untuk bertanggung jawab kepada kehidupan yang toleran,
saling menghormati, dan bekerjasama untuk kemajuan dan semangat perdamaian.
Nantinya, satuan pendidikan diharapkan tidak hanya melahirkan generasi yang cerdas
secara intelektual, namun juga melahirkan generasi yang cerdas secara emosional dan spiritual.
Dari panduan tersebut dijelaskan bahwa Kebijakan Sekolah Ramah Anak disusun karena
melihat sebagian proses pendidikan selama ini masih masih menjadikan anak sebagai obyek dan
guru sebagai pihak yang selalu benar. Kenyataan ini mudah menimbulkan kejadian bullying di
sekolah/madrasah. Serta menyebabkan bersekolah tidak selalu menjadi pengalaman yang
menyenangkan bagi anak.
Selain ancaman mengalami bullying dan kekerasan yang dilakukan oleh guru maupun
teman sebaya, hingga saat ini masih dijumpai kriteria sekolah yang belum ramah anak. Contohnya,
anak bersekolah di bangunan yang tidak layak, sarana prasarana yang tidak memenuhi standar,
kehujanan, kebanjiran, bahkan kelaparan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga memaparkan hasil pengawasan kasus
pelanggaran anak di bidang pendidikan selama Januari hingga April 2019. KPAI mengatakan
bahwa pelanggaran hak anak mayoritas terjadi pada kasus perundungan.
D. PRINSIP SEKOLAH RAMAH ANAK
Dilansir Panduan Sekolah Ramah Anak oleh Kemen PPPA tahun 2015, Pembentukan dan
Pengembangan SRA didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Nondiskriminasi yaitu menjamin kesempatan setiap anak untuk menikmati hak anak untuk
pendidikan tanpa diskriminasi berdasarkan disabilitas, gender, suku bangsa, agama, dan latar
belakang orang tua.
2. Kepentingan terbaik bagi anak yaitu senantiasa menjadi pertimbangan utama dalam semua
keputusan dan tindakan yang diambil oleh pengelola dan penyelenggara pendidikan yang
berkaitan dengan anak didiK.
3. Hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan yaitu menciptakan lingkungan yang
menghormati martabat anak dan menjamin pengembangan holistik dan terintegrasi setiap
anaK.
4. Penghormatan terhadap pandangan anak yaitu mencakup penghormatan atas hak anak
untuk mengekspresikan pandangan dalam segala hal yang mempengaruhi anak di lingkungan
sekolah
3. 5. Pengelolaan yang baik. Yaitu menjamin transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keterbukaan
informasi, dan supremasi hukum di satuan Pendidikan
E. PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK
Beberapa program dari Kementerian/lembaga berbasiskan sekolah maupun program
inovatif dari sekolah untuk membantu mewujudkan Sekolah Ramah Anak antara lain:
1. Sekolah Adiwiyata (Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Kementerian
Pendidikan)
2. Sekolah/Madrasah Aman Bencana (BNPB)
3. Sekolah Hebat (Kemendikbud)
4. Sekolah Inklusif (Kemendikbud)
5. Sekolah Dasar Bersih Sehat (Kemendikbud)
6. Lingkungan Inklusif Rapat Pembelajaran (LIRP)-UNESCO
7. Children Friendly School (CSF) – UNICEF
8. Sekolah Sehat (Kemenkes)
9. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) – Kemenkes
10. Pangan Jajan Anak Sekolah (BPOM)
11. Warung Kejujuran (KPK)
12. Sekolah Bebas Napza (BNN)
13. Pesantren Ramah Anak (Kemenag)
14. Pendidikan Anak Merdeka
15. Komunitas Sekolah Rumah/Komunitas Belajar Mandiri
16. Sekolah Kehidupan Qoriyyah Thoyyibah
17. Indonesia Herritage Foundation dan lain-lain
Program-program yang mendukung ini selanjutnya diharapkan akan menjadi bagian dari
Sekolah Ramah Anak, sehingga semua pihak atau stakeholder yang terlibat dapat saling
bekerjasama mewujudkan Sekolah Ramah Anak.