Seni tradisi Islam di Indonesia berupa seni arsitektur, ukir, kaligrafi, tari, musik, pertunjukan, dan sastra. Kebudayaan tradisi Islami seperti halal bihalal, kupat, dan sekaten merupakan warisan budaya yang menghubungkan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal.
1. A. SENI TRADISI ISLAM
Agama Islam merupakan agama yang menyukai keindahan atau seni. Dengan demikian seni
tidaklah dilarang oleh ajaran Islam. Namun dkesenian dalam Islam harus tetap
memperhatikan keluhuran budi dan moral. Oleh karena itu kesenian yang tidak
mengindahkan norma-norma dan moral, maka tidak diperbolehkan dalam Islam, seperti
pornografi (gambar-gambar mesum) dan porno aksi (aksi atau tindakan mesum).
Kebebasan berkesenian sama halnya dengan kebebasan kita dalam berkata, bersikap, dan
bertingkah laku. Kita bebas bertindak dan berkata apapun, namun tidak boleh melanggar
aturan dan tata krama, serta tidak boleh menyakiti hati orang lain.
Seni-seni Islami yang berkembang di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Seni arsitektur
Kehadiran Islam telah mendorong lahirnya ciptaan-ciptaan baru dalam seni bangunan
yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat malsI, misalnya bangunan masjid
sebagai pusat beribadah s uu unImnl ,s nIsi malsIa saat t muuak luIsuk en na
s t su salst t nnas is s Iu nmsus uuus,ss au t s atiuuin ,s iu na
uu uuIus asImst auus sa
Karya seni arsitektur pengaruh Islam juga tampak dalam bangunan keraton-keraton
kerajaan Islam. Disamping itu, seni arsitektur juga tampak dalam makam-makam para
raja kerajaan Islam di Nusantara.
2. Seni ukir
Seni ukir pengaruh Islam juga berkembang di Nusantara. Seni ukir yang dimaksud adalah
berupa seni ukir hias untuk memperindah masjid di bagian mimbar dan bangunan makam
di bagian jirat, nisan-nisannya, cungkupnya, dan tiang-tiang cungkupnya. Seni ukir hias
itu antara lain berupa daun-daunan, bunga-bungaan (teratai), bukit-bukit karang,
pemandangan, dan ukiran kaligrafi.
3. Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni menulis indah dengan merangkaikan huruf-huruf Arab atau ayat
suci Al Qur'an, hadis, asma Allah SWT, shalawat maupun kata-kata hikmah sesuai
dengan bentuk yang diinginkan. Kaligrafi sebagai motif hiasan dapat dijumpai di masjid-
masjid kuno, seperti ukir-ukiran yang terdapat pada masjid di Jepara. at su as ,sIsaat
2. un sk Isaat-Isaat auus s an s us ,su tanImst inltas uslt satk ustu t ItIus k
t t k Isnmn ms s us ts lns Isaata
4. Seni tari
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat bentuk-bentuk tarian yang berkaitan dengan
bacaan shalawat. Misalnya pada seni rebana diikuti dengan tari-tarian zipin, bacaan
shalawat dengan menggunakan lagu-lagu tertentu.
5. Seni musik/suara
Dalam kebudayaan Islam kita juga mengenal seni musik berupa rebana, hadrah, qasidah,
nasyid dan gambus yang melantunkan lagu-lagu dengan syair yang Islami. Kita mengenal
grup/kelompok nasyid dan qasidah seperti Bimbo, Nidaria, Nasyidaria, Raihan, Snada
dan sebagainya.
Di jaman sekarang lantunan lagu-lagu Islami tidak hanya diiring musik rebana saja,
namun juga diiringi band, seperti lagu-lagu yang dilantunkan oleh grub band Ungu, Gigi,
dan grub band yang lain.
6. Seni pertunjukan
Berupa pagelaran wayang kulit yang merupakan perpaduan kebudayaan Jawa dengan
unsur keislaman. Bagi orang jawa, wayang bukan hanya sebagai tontonan, tetapi juga
tuntunan karena sarat dengan pesan-pesan moral yang menjadi filsafat hidup orang Jawa.
7. Seni Sastra
Seni sastra yang berkembang pada zaman Islam umumnya berkembang di daerah sekitar
Selat Malaka (daerah Melayu) dan di Jawa. Ditinjau dari corak dan isinya, kesusastraan
zaman Islam dibagi menjadi beberapa jenis, meskipun pembagian itu tidak dapat
dilakukan secara tegas sebab sering terjadi suatu naskah dapat dimasukkan ke dalam dua
golongan sekaligus. Jenis-jenis karya sastra zaman Islam di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Hikayat
Hikayat adalah cerita atau dongeng yang biasanya penuh dengan keajaiban dan
keanehan. Tidak jarang hikayat berpangkaI pada tokoh-tokoh sejarah atau peristiwa yang
benar-benar terjadi.
3. b. Babad
Babad adaIah dongeng yang sengaja diubah sebagai cerita sejarah. DaIarn babad, tokoh,
tempat, dan peristiwa harnpir semua ada daIam sejarah, tetapi penggarnbarannya
diIakukan secara berlebihan. Contohnya Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad
Giyanti, dan Babad Pakepung.
Di daerah Melayu, babad dikenaI dengan nama sejarah sarasilah (siIsilah) atau tambo,
yang juga diberi juduI hikayat. Contohnya Tambo Minangkabau, Hikayat Raja-raja
Pasai, dan Hikayat Sarasilah Perak.
c. SuIuk
SuIuk adaIah kitab-kitab yang menguraikan soaI tasawuf. Kitab suluk sangat rnenarik
karena sifatnya pantheisme, yaitu menjeIaskan tentang bersatunya rnanusia dengan
Tuhan (mangunggaling kawulo lan Gusti). Pujangga-pujangga kerajaan dan para waIi
banyak menghasiIkan karya-karya sastra jenis suIuk ini, antara lain sebagai berikut.
Sunan Bonang mengernbangkan iImu suIuk daIam bentuk puisi yang dibukukan
daIam Kitab Bonang.
Hamzah Fansuri menghasilkan karya sastra dalam bentuk puisi yang bernafaskan
keislaman, misalnya Syair Perahu dan Syair dagang.
Syekh Yusuf, seorang ulama Makassar yang diangkat sebagai pujangga di kerajaan
Banten, berhasiI menulis beberapa buku tentang tasawuf.
B. KEBUDAYAAN TRADISI ISLAM
1. Halal Bihalal
Tradisi halal bihalal merupakan tradisi khas yang dilakukan bangsa Indonesia.
Dikatakan khas karena di Arab Saudi sebagai tempat awal mula Islam lahir tidak
ditemukan tradisi halal bihalal. Halal bihalal dilakukan pada bulan Syawal setelah
umat Islam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Dengan demikian tradisi
halal bihalal sangat erat kaitanya dengan perayaan Idul Fitri.
Tujuan kegiatan halal bihalal adalah untuk menjalin tali silaturahmi dan saling
memaafkan. Halal bihalal dilakukan di berbagai lapisan masyarakat, mulai tingkat
4. keluarga, RT, RW, Desa, Kecamatan bahkan di istana kepresidenan pun dilakukan
tradisi halal bihalal.
Tradisi Halal bihalal bersumber dari ajaran Islam, namun dalam perkembangannya
halal bihalal tidak hanya melibatkan umat Islam saja, namun sudah menjadi tradisi
nasional yang bernafaskan Islam.
Istilah Halal bihalal berasal dari bahasa Arab (halla atau halal) tetapi tradisi halal
bi halal itu sendiri bukan berasal dari Timur Tengah. Bahkan bisa jadi ketika arti kata
ini ditanyakan kepada orang Arab, mereka akan kebingungan dalam menjawabnya.
Demikian juga dengan kata silaturrahmi yang pemakaiannya telah salah kaprah. Yang
benar adalah silaturrahim
Halal bi Halal sebagai sebuah tradisi khas Islam Indonesia lahir dari sebuah proses
sejarah. Tradisi ini digali dari kesadaran batin tokoh-tokoh umat Islam masa lalu untuk
membangun hubungan yang harmonis (silaturrahim) antarumat. Dengan acara halal bi
halal, pemimpin agama, tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah akan berkumpul,
saling berkomunikasi dan saling bertukar informasi. Dari komunikasi yang terbangun
diharapkan berbagai persoalan akan dicarikan jalan keluarnya.
Pada acara halal bi halal semua orang mengucapkan mohon ma'af lahir dan batin.
Hal ini mengandung maksud bahwa ketika secara lahir telah mema'afkan yang ditandai
dengan berjabat tangan atau mengucapkan kata ma'af, maka batinnya juga harus dengan
tulus memaafkan dan tidak lagi tersisa rasa dendam dan sakit hati.
2. Kupatan (Bakdo Kupat)
Di Pulau Jawa bahkan sudah berkembang ke daerah-daerah lain terdapat tradisi
kupatan. Tradisi membuat kupat ini biasanya dilakukan seminggu setelah Idul Fitri.
Biasanya masyarakat berkumpul di suatu tempat seperti mushala dan masjid untuk
mengadakan selamatan dengan hidangan yang didominasi kupat (ketupat).
Kupat merupakan makanan yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman
(longsong) dari janur kuning (daun kelapa yang masih muda) tersebut banyak dijumpai
di pasar-pasar dalam bentuk matang atau hanya longsongnya dan bisa dimasak sendiri.
Dan saat ini ketupat menjadi maskot Hari Raya Idul Fitri.
5. Longsong yang terbuat dari daun kelapa tersebut diisi beras yang telah direndam
air, selanjutnya direbus berjam-jam hingga matang. Makanan pengganti nasi tersebut
biasa disajikan bersama sayur pelengkap, termasuk opor dan lainnya.
Ketupat memang sebagai makanan khas lebaran, walau dalam masyarakat Jawa
baru dijumpai seminggu setelah hari besar tersebut. Makanan itu ternyata bukan
sekadar sajian pada hari kemenangan, tetapi punya makna mendalam dalam tradisi
Jawa.
Oleh para Wali, tradisi membuat kupat itu dijadikan sebagai sarana untuk syiar
agama. Dalam tradisi tersebut dihadirkan upacara kupatan yang perlengkapannya
menggunakan ketan, kolak, dan apem (serabi) yang diberi wadah daun pisang yang
dibentuk sedemikian rupa menjadi takir.
Ketan sebagai perlambang yang diambil dari kata khatam (selesai), takir dari kata
zikir, dan apem dari kata afwan atau ampunan.
Oleh sebagian besar masyarakat, kupat juga menjadi singkatan atau di-jarwo
dhosok-kan menjadi rangkaian kata yang sesuai dengan momennya yaitu Lebaran.
Kupat adalah singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan menjadi simbol
untuk saling memaafkan.
3. Dugderan di Semarang
Tradisi dugderan merupakan tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat
Semarang, Jawa Tengah. Tradisi Dugderan dilakukan untuk menyambut datangnya
bulan puasa.
Tradisi dugderan biasanya diawali dengan pemberangkatan peserta karnaval dari
Balaikota Semarang. Diperkirakan sekitar pukul 12.15 WIB peserta karnaval
diberangkatkan dengan penyerahan penghargaan bagi peserta lomba “Warak Ngendog”
(semacam patung yang menjadi maskot dugderan). Acara karnaval ini diikuti seluruh
kecamatan. dan untuk memeriahkan acara tersebut juga menampilkan Warag Dugder.
Selanjutnya iring-iringan karnaval menuju masjid Kauman Semarang.
Ritual dugderan akan dilaksanakan setelah shalat Asar yang diawali dengan
musyawarah untuk menentukan awal bulan Ramadan yang diikuti oleh para ulama.
usatl Ina,sss sa tinkemudian diumumkan kepada khalayak. Sebagai tanda
dimulainya berpuasa dilakukan pemukulan bedug. Hasil musyawarah ulama yang telah
dibacakan itu kemudian diserahkan kepada Kanjeng Gubernur Jawa Tengah. Setelah itu
6. Kanjeng Bupati Semarang (Walikota Semarang) dan Gubernur bersama-sama memukul
bedug kemudian diakhiri dengan doa.
euitus mu s,ss n u s tlsuas sus k Isas,s susi nuIs s s auutis ,s
uu n,n-n,n menyaksikan karnaval ini. Dalam acara ini biasanya juga dipentaskan
tarian Jipin yang dibawakan oleh 100 penari dari Semarang dan Demak
4. Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta
Tradisi Sekaten dilaksanakan setiap tahun di Karaton Surakarta Jawa Tengah dan
Keraton Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan dan dilestarikan sebagai wujud Mikul
Dhuwur Mendhem Jero (kegiatan mengenang jasa-jasa) dari Karaton Surakarta
maupun Yogyakarta terhadap perjuangan Walisongo yang telah berhasil menyebarkan
tuntunan Nabi Muhammad s.a.w. di tanah Jawa. Kelahiran Nabi Muhammad saw.
tersebut konon diperingati oleh para wali di keraton Demak selama seminggu, dari
tanggal 5-15 Rabiul Awwal. Peringatan yang lazim dinamai Maulud Nabi itu, oleh para
wali disebut Sekaten, yang berasal dari kata Syahadatain (dua kalimat Syahadat).
is tk Sekaten diadakan untuk melestarikan tradisi para wali dalam memperingati
kelahiran Nabi Muhammad saw. Sebagai tuntunan bagi umat manusia. Diharapkan
masyarakat yang datang ke Sekaten juga mempunyai motivasi untuk mendapatkan
berkah dan meneladani Nabi Muhammad saw.
Semangat perayaan Sekaten diharapkan dapat mendorong manusia meningkatkan
rasa tasamuh (toleran), bisa saling memaafkan dan berlapang dada, pandai bersyukur,
meningkatkan takwa, serta tidak takabur. nuIs si tinlsa ,s mu ln tiuls s t s t
wsltas s s nsut nasIIs assa
Dengan demikian, perayaan Sekaten pada hakikatnya diperuntukkan bagi mereka
yang menghendaki tuntunan; hal yang memang dikehendaki oleh Walisongo.
Dalam upacara Sekaten tersebut disuguhkan gamelan pusaka peninggalan dinasti
Majapahit yang telah dibawa ke Demak. Suguhan ini sebagai pertanda bahwa dalam
berdakwah para wali mengemasnya dengan menjalin kedekatan kepada msyarakat.
a s tat Iu suna sIuls tluais tus tKaraton Surakarta, tepatnya di Bangsal
Pagongan, Mesjid Agung Karaton Surakarta. Sedangkan di Yogyakarta dilaksanakan di
7. kompleks Masjid Gede Kauman dengan menyuguhkan dua gamelan pusaka keraton,
yaitu Kiai Nagawilaga dan Kiai Guntur Madu.
Gamelan yang disuguhkan di Surakarta adalah Gamelan Kyai Guntur Madu dan
Kyai Guntur Sari. Makna yang dapat diambil dari kedua gending gamelan itu adalah
sas s Iu s stSyahadat Tauhid, yakin pada adanya Allah SWT, dilambangkan
dalam gendhing ‘Rembu’, berasal dari kata Robbuna yang artinya Allah Tuhanku.
Ajaran lain yang disampaikan adalah Syahadat Rosul yang dikumandangkan dengan
Gendhing ‘Rangkung’, berasal dari kata Roukhun yang artinya Jiwa Besar atau Jiwa
Yang Agung. Jiwa besar dan agung itu adalah teladan dari Nabi Muhammad saw yang
berdakwah dengan sabar, tekun, ulet, pemaaf, dan sangat mencintai umatnya.
5. Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado
Di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya kawasan Kedaton Kutai Kartanegara juga
dieselenggarakan tradisi yang dinamakan dengan Kerobok Maulid. Istilah Kerobok
berasal dari Bahasa Kutai yang artinya berkerubun atau berkerumun oleh orang banyak.
Tradisi ini dilaksanakan dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW,
tanggal 12 Rabiul Awwal. Tradisi Kerobok Maulid dipusatkan di halaman Masjid Jami'
Hasanuddin, Tenggarong.
Kegiatan Kerobok Maulid ini diawali dengan pembacaan Barzanji di Masjid Jami
Hasanudin Tenggarong. Kemudian dari Keraton Sultan Kutai, puluhan prajurit
Kesultanan akan keluar dengan membawa usung-usungan yang berisi makanan kue
tradisional, puluhan bakul Sinto atau bunga/kembang rampai dan Astagona.
Usung-usungan ini kemudian dikelilingkan antara Keraton dan Kedaton Sultan dan
berakhir di Masjid Hasanuddin. Kedatangan prajurit keraton dengan membawa Sinto,
Astagona dan kue-kue di Masjid Hasanudin ini akan disambut dengan pembacaan
Asrakal yang kemudian membagi-bagikannya kepada warga masyarakat yang ada di
dalam Masjid.
Akhir dari upacara Kerobok ini ditandai dengan penyampaian hikmah maulid oleh
seorang ulama. Sementara itu bagi masyarakat penonton dan wisatawan yang berada di
luar masjid pihak Pemkab Kukar akan membagi-bagikan makanan berupa kue-kue secara
gratis.
8. Lain halnya di Kutai, untuk memperingati Maulid nabi Muhammad SAW warga
muslim di Kota Manado, Sulawesi Utara, menggelar tradisi pawai obor. Obor yang
dibawa berpawai oleh ribuan warga membuat jalan-jalan di Kota Manado terang. Bagi
warga muslim setempat pawai obor sudah jadi tradisi dan dilaksanakan turun-temurun
sebagai simbol penerangan. Lebih lanjur simbol penerangan itu bermakna bahwa
kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah membawa ajaran yang menjadi cahaya
penerang iman saat manusia hidup dalam kegelapan dalam kemusyrikan.
6. Grebeg Besar di Demak
Tradisi Grebeg Besar merupakan upacara tradisional yang setiap tahun
dilaksanakan di Kabupaten Demak Jawa Tengah. Tradisi ini dilaksanakan pada tanggal
10 Dzulhijjah bertepatan dengan datangnya Hari raya Idul Adha atau Idul Kurban.
a s tat t t ununm Iu s tu us u s luIsu Iu nmsus mnasi mu ans s wsltas s
slsI uu sussaa
Pada awalnya Grebeg Besar dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah tahun 1428 Caka dan
dimaksudkan sekaligus untuk memperingati genap 40 hari peresmian penyempurnaan
Masjid Agung Demak. Mesjid ini didirikan oleh Walisongo pada tahun 1399 Caka,
bertepatan 1477 Masehi. Tahun berdirinya masjid ini tertulis pada bagian
Candrasengkala ”Lawang Trus Gunaning Janmo”.
Pada tahun 1428 Caka tersebut Sunan Giri meresmikan penyempurnaan masjid
Demak. Tanpa diduga pengunjung yang hadir sangat banyak. ekesempatan ini
kemudian digunakan para Wali untuk melakukan dakwah Islam. Jadi, tujuan semula
Grebeg Besar adalah untuk merayakan Hari Raya Kurban dan memperingati peresmian
Masjid Demak.
Namun pada tahun 1970-an, tradisi Grebeg Besar ini hampir-hampir dilupakan
masyarakat, terbukti dengan semakin berkurangnya jumlah pengunjung yang datang.
Ketika itu Bupati Demak Drs. Winarno bersama Kepala Dinas Pariwisata Jateng Drs.
Sardjono, memiliki gagasan mengembangkan pariwisata untuk menambah daya tarik
pengunjung. Kemudian dibuatlah atraksi upacara penyerahan minyak jamas dari
Keraton Surakarta kepada Bupati Demak, diiringi prajurit ”Patangpuluhan” yang
jumlahnya empat puluh orang.
9. Pakaian prajurit ini dirancang oleh Dinas Pariwisata Jateng, sedangkan untuk aba-
aba baris-berbaris dilatih secara khusus oleh anak wayang kelompok ”Ngesti
Pandowo”. Juga masih ditambah lagi dengan atraksi pemotongan ”Tumpeng Sanga”
yang melambangkan Wali Sanga karena jumlah tumpengnya sembilan buah. Di luar
dugaan, dengan ditambahkannya even ini, pengunjung Grebeg Besar semakin banyak.
Upacara dimulai setelah melakukan salat Idul Adha di Masjid Agung Demak
kemudian diteruskan dengan prosesi iring-iringan prajurit yang mengawal minyak
jamas, minyak untuk memandikan pusaka, yang didatangkan dari Keraton Surakarta
Hadiningrat. Iring-iringan ini dimulai dari Pendopo Kabupaten Demak sampai ke
Makam Kadilangu. Begitu datang, sudah siap para kerabat dan keturunan yang
kemudian melakukan penjamasan peninggalan pusaka Sunan Kalijaga berupa Kutang
Ontokusumo, Keris Kyai Crubuk, dan Kyai Sengkelat.
7. Tradisi Rabu Kasan di Bangka
Tradisi Rebo Kasan dilaksanakan di Kabupaten Bangka setiap tahun, tepatnya pada
hari rabu terakhir bulan Safar. Hal ini sesuai dengan namanya, yakni Rabu Kasan berasal
dari kara Rabu Pungkasan (terakhir).
Upacara Rabu Kasan sebenarnya tidak hanya dilakukan di Bangka saja, namun di
daerah lain seperti di Bogor jawa Barat dan Gresik Jawa Timur. Pada dasarnya maksud
dari tradisi ini sama, yaitu untuk memohon kepada Allah SWT agar dijauhkan dari bala’
(musibah dan bencana).
Di Kabupaten Bangka, tradisi ini dipusatkan di desa Air Anyer Kecamatan
Merawang. Sehari sebelum upacara Rabu Kasan di Batam diadakan, semua penduduk
telah menyiapkan segala keperluan upacara tersebut seperti ketupat tolak balak, air wafak
dan makanan untuk dimakan bersama pada hari Rabu esok hari.
Tepat pada hari Rabu Kasan, kira-kira pukul 07.00 WIB semua penduduk yang
akan mengikuti upacara telah hadir ke tempat upacara dengan membawa sedulang
makanan, ketupat tolak bala sebanyak jumlah keluarga masing-masing. Setelah
berkumpul semua sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan baru acara segera dimulai.
Pertama berdirilah seorang di depan pintu masjid dan menghadap keluar lalu
mengumandangkan adzan.
10. Lalu disusul dengan pembacaan do’a bersama-sama. Selesai berdo’a semua yang
hadir menarik/melepaskan anyaman ketupat tolak balak yang terlah tersedia tadi, satu
persatu menurut jumlah yang dibawa sambil menyebut nama keluarganya masing-masing.
Setelah selesai acara melepaskan anyaman ketupat tolak balak tersebut baru mereka
makan.
Setelah makan bersama, lalu masing-masing pergi mengambil air wafak yang telah
disediakan termasuk untuk semua keluarganya yang ada di rumah masing-masing.
Setelah selesai acara ini mereka pulang dan bersilahturahmi ke rumah
tetangga/keluarganya.
Pada akhir-akhir ini banyak yang menggunakan kesempatan ini pada sore-sore harinya
terutama bagi muda mudi mencari hiburan di Pantai Air Anyer. Bahkan sekarang ini
makin banyak pengunjung yang datang dari luar kampung Air Anyer menyaksikan dan
berlibur ke Pantai Air Anyer pada setiap tahun diadakan acara Upacara Rabu Kasan ini.