Sesame Street can be considered a phenomenon in educational television, without which the face of educational television and research on television and children would be totally different. Shortly after it was first aired in the United States, many countries expressed interest in adopting the series. This paper looks at the international co-production format aired outside of the U.S. and explores patterns of adoption as well as its outcomes. In this format, approximately half of the materials are taken from the original series produced in the United States while the rest are made locally.
Television as a medium is unique in the sense that it provides an audiovisual experience that is shared among a large number of people. It is considered a powerful vehicle for socialization and hegemonization. Such effects are arguably at a more influential and widespread level in the age of globalization, which is characterized by the intensification of social processes, communication and economic interpenetration (Caruso, 2008). Through studying publications on the adaptations and use of the series in other countries, both on peer-reviewed journals and popular media, I aim to explore the patterns in this process, how local actors interact with the series, what changes in curriculum and production are made, and what effects it brings about. It is found that each country actively introduces and integrates its own goals and flavors into the series through a shared understanding of the importance of the medium, and the child as a learner. There are efforts to keep content, objectives and references culturally specific. The use of materials from the original series inevitably introduces certain American ideas, narratives or aesthetics, but their effects are not yet addressed in research.
Parent Education
Parent Coaching
Parent Learning Center
Back to Topics
To Medicate or Not [presentation]
The following presentation by Children’s Health Council Chief Psychiatrist and Medical Director Glen Elliott, Ph.D, M.D., explores treatment options for ADHD.
Tugas Mata Kuliah Profesi Pendidikan
Materi PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Mahasiswa Semester I FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, Prodi PGSD Tahun 2017
Tinggalkan jejak guys ^^
Jangan lupa di LIKE, COMMENT, SHARE yaa!!
2. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejumlah lembaga internasional yang
kompeten dan sangat berpengaruh
menempatkan Indonesia sebagai negara
yang terbelakang dalam sejumlah hal.
Sebagaimana yang dirilis di banyak media
massa menyebutkan bahwa menurut IIMD
(International Institute for Management
Development) menempatkan daya saing
Indonesia pada peringkat paling rendah dari
49 negara yang diteliti.
3. Daya saing merupakan analisis
mengenai kemampuan suatu
negara dalam mengembangkan
diri yang menyangkut berbagai
aspek sekaligus, seperti:
ekonomi, pendidikan,
pemerintahan, ketenagakerjaan,
dan lain-lain
4. Hal lain yang mengindikasikan
rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia adalah kualitas budi pekerti
para siswa yang memprihatinkan.
5. UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Mutu pendidikan ditentukan
oleh beberapa faktor
penting, yaitu menyangkut
input, proses, dukungan
lingkungan, sarana dan
prasarana. Penjabaran
lebih lanjut mengenai
faktor-faktor tersebut
bahwa input berkaitan
dengan kondisi peserta
didik
(minat, bakat, potensi, moti
vasi, sikap).
6. Proses berkaitan erat dengan penciptaan
suasana pembelajaran, yang dalam hal ini lebih
banyak ditekankan pada kreativitas pengajar
(guru), dukungan lingkungan berkaitan dengan
suasana atau situasi dan kondisi yang
mendukung terhadap proses pembelajaran
seperti lingkungan keluarga, masyarakat, alam
sekitar, sedangkan sarana dan prasarana
adalah perangkat yang dapat memfasilitasi
aktivitas pembelajaran, seperti gedung, alat-alat
laboratorium, komputer dan sebagainya.
7. Penjaminan mutu lewat sertifikasi
kompetensi akan mampu memberikan
kepercayaan kepada stakeholder. Jika
guru memiliki sertifikat kompetensi yang
merupakan pengakuan terhadap
kompetensi dan profesi untuk
melaksanakan tugas sebagai
guru, stakeholder akan percaya bahwa
guru yang akan
mendidik, mengajar, melatih dan
membimbing anak-anak yang mereka
percayakan akan mendapat pelayanan
optimal baik di dalam penyediaan fasilitas
pendidikan maupun dalam proses
pendidikan dan pembelajaran.
Diharapkan dengan upaya itu hasil
pendidikan yang dicapai juga akan lebih
baik.
8. Jika guru memiliki rasa confident
(percaya diri) akan kompetensi
yang dimilikinya, tidak akan
menimbulkan rasa was-was dan
khawatir yang berlebihan. Oleh
karena itu perlu sosialisasi
secara luas agar kebijakan
sertifikasi dan resertifikasi dapat
diterima secara positif, dan
bukan merupakan ancaman bagi
guru, tetapi justru dirasakan
dapat melindungi profesi guru
dan untuk membantu guru dalam
mencapai tingkat tertinggi
jabatan guru.
9. STANDAR KOMPETENSI GURU
Tugas profesional guru dapat dipilah menjadi
empat fungsi sekalipun di dalam praktik
merupakan satu kesatuan terpadu saling
terkait, mendukung dan memperkuat satu
terhadap aspek yang lain. Empat fungsi yang
dimaksud adalah: 1) guru sebagai
pendidik, 2) guru sebagai pengajar, 3) guru
sebagai pelatih, dan 4) guru sebagai
pembimbing.
10. Khusus dalam perumusan standar
komptensi guru terlebih dahulu perlu dikaji,
dianalisis dan dibahas secara mendalam
semua aspek yang berkaitan dengan tugas
dan fungsi guru. Tim Penyusun Standar
Kompetensi Guru Pemula (SKGP)
merumuskan kompetensi guru dalam 4
(empat) rumpun yaitu: (1) Penguasaan
Bidang Studi; (2) Pemahaman tentang
Peserta Didik; (3) Penguasaan
Pembelajaran yang mendidik; dan (4)
Pengembangan Kepribadian dan
Keprofesionalan.
11. SERTIFIKASI GURU DAN LANDASAN YURIDISNYA
Sertifikasi kompetensi adalah proses
pemerolehan sertifikat kompetensi
guru yang dimaksudkan untuk
memberikan bukti tertulis terhadap
kinerja (performance) melaksanakan
tugas guru sebagai perwujudan
kompetensi yang dimiliki telah sesuai
dengan standar kompetensi guru yang
dipersyaratkan. Sertifikat kompetensi
adalah surat keterangan bukti atas
kompetensi dan hanya diberikan
setelah yang bersangkutan lulus
pendidikan profesi guru lembaga
pendidikan tinggi terpilih.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 61 ayat (1) menyatakan bahwa
sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi;
ayat (2) Ijazah diberikan kepada peserta didik
sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar
dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan
setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan yang terakreditasi;
13. Ayat (3) Sertifikat kompetensi
diberikan oleh penyelenggara
pendidikan dan/atau lembaga
pelatihan kepada peserta didik dan
warga masyarakat sebagai
pengakuan terhadap kompetensi
untuk melakukan pekerjaan
tertentu setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi atau lembaga
sertifikasi.
14. SERTIFIKASI GURU PEMULA
Sertifikasi guru pemula merupakan
proses pengujian kompetensi calon guru
sebagai dasar pengakuan terhadap
kompetensi untuk melakukan pekerjaan
sebagai guru setelah lulus uji kompetisi
yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan terakreditasi atau lembaga
sertifikasi. Dengan demikian tujuan
sertifikasi guru pemula adalah untuk
menentukan kelayakan seseorang
sebelum memasuki atau memangku
jabatan profesional sebagai guru, yang
dapat diberlakukan selama kurang lebih
lima tahun.
15. SERTIFIKASI GURU LANJUT
Sertifikasi guru lanjut merupakan proses
pengujian kompetensi calon guru sebagai
dasar pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan sebagai guru
berikutnya, setelah sertifikasi guru yang
dimiliki hampir habis masa berlakunya.
16. Peserta sertifikasi guru lanjut terdiri atas
dua kelompok. Kelompok pertama
adalah para guru sebidang dan
serumpun yang telah menjadi PNS
tetapi belum memiliki sertifikasi guru
pemula. Kelompok kedua adalah para
guru sebidang dan serumpun yang
telah memiliki sertifikasi guru sebagai
profesi (baik sertifikasi guru pemula
maupun sertifikasi guru lanjut) yang
telah hampir habis masa berlakunya.
17. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan
“Pendidikan Profesi dan Sertifikasi
: Upaya Meningkatkan Kualitas
Guru di Tengah Keterpurukan
Dunia Pendidikan” dapat
disimpulkan bahwa tiang dari
mutunya pendidikan di negeri ini
adalah Guru, maka dari itu guru
harus dipersiapkan melalui
pendidikan dalam jangka waktu
tertentu dengan seperangkat mata
kuliah serta beban SKS tertentu
sesuai dengan jenjangnya.
18. Pendidikan yang dimaksud adalah
untuk mendidik calon guru yang kelak
mampu melaksanakan tugas secara
profesional. Tugas profesional guru
dapat dipilah menjadi empat fungsi
sekalipun di dalam praktik merupakan
satu kesatuan terpadu saling
terkait, mendukung dan memperkuat
satu terhadap aspek yang lain. Empat
fungsi yang dimaksud adalah: 1) guru
sebagai pendidik, 2) guru sebagai
pengajar, 3) guru sebagai pelatih, dan
4) guru sebagai pembimbing.