SlideShare a Scribd company logo
Standar Kompetensi Guru Profesional 41
41
STANDAR KOMPETENSI GURU PROFESIONAL
Muh Idris
Dosen Tarbiyah STAI Luqman Al Hakim Surabaya
Abstract
With today’s learning and educational system, teacher is the first and main component between other
components (student, curriculum, the learning subject, learning purposes, teaching methods, means and tools of
learning, educational evaluation, and the learning environmental). Therefore, the existence of a professional
teacher is much needed in education. A professional teacher is someone that have special skills, educated and
trained in the field of teaching with a good performance, that makes him able to conduct his duty and function as
teacher with his experience and skills maximally in this field. A professional teacher must have competence
standards, such as: (1) pedagogic competence, (2) attitudinal competence, (3) professional competence, and (4) social
competence. Those competences have to be nationally standardize, therefore there is certain minimal skills criterion
and standards that have to posses and mastered by a teacher, that eventually can give objective evaluations to
guarantee and quality control both for the teacher and the educational environment (such as: by giving teacher
certification that have rank).
Key words : Competence, Teacher, Professional
Pendahuluan
Profesi guru pada saat ini banyak dipertanyakan dan dibicarakan orang, baik oleh orang
tua, masyarakat, pemerintah, pemerhati pendidikan, bahkan oleh guru itu sendiri, yang
menyangkut masalah kompetensi, profesionalisme, peningkatan kualitas pendidikan, kepribadian
sampai kesejahteraannya. Bahkan akhir-akhir ini, hampir setiap hari media massa (cetak dan
elektronik) selalu memuat berita tentang guru, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Dalam kaitannya dengan sistem pendidikan dan pembelajaran, maka guru merupakan
komponen yang pertama dan utama di antara komponen lainnya (siswa, kurikulum, materi
pelajaran, tujuan pembelajaran, metode pengajaran, sarana dan media pembelajaran, evaluasi
pendidikan, serta lingkungan pembelajaran).
Hal tersebut cukup beralasan, mengingat pertama, gurulah yang akan mewarnai seluruh
42
komponen pembelajaran yang ada sebagai suatu sistem yang saling berhubungan. Kedua,
gurulah yang akan menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Ketiga, karena peran, tugas,
posisi, dan tanggung jawabnya tidak bisa atau tidak mungkin dapat digantikan oleh yang lainnya,
sekalipun dengan teknologi yang canggih.1
Bahkan menurut J. Mortiner Adler, guru merupakan unsur manusiawi yang sangat
menentukan keberhasilan pendidikan.2
Demikian juga Arbert Shapero menambahkan, bahwa
guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam
upaya pendidikan sehari-hari di sekolah, lebih-lebih guru yang profesional dan unggul (the excellent
teacher) merupakan critical resource in any excellent teaching-learning activities.3
Dalam kaitan dengan uraian tersebut, maka guru yang profesional itu sangat dibutuhkan
kehadirannya dalam dunia pendidikan. Di mana guru merupakan profesi atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus dengan segala kompetensinya, yang tidak mungkin dapat dilakukan
oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.
Pengertian Guru Profesional
Guru adalah orang yang pekerjaan mata pencahariannya (profesinya) mengajar.4
Menurut
W.J.S. Poerwadarminto, guru adalah orang yang kerjanya mengajar.5
Sedangkan dalam Undang-
Undang Guru dan Dosen disebutkan, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
1 Karen Cale Rosenblun, Teaching Thingking Skill (Washington D.C: National Education Association, 1987),
14.
2 J. Mortiner Adler, The Paedeia Proposal: An Educational Manifesto (New York: Mac Millan Publishing Co,
Inc, 1992), 67.
3 Arbert Shapero, Managing Professional People: Understanding Creative Performance (New York: The Free
Press, A Devision of Mac Millan, Inc, 1985), 82.
4 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 330.
5 W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 335.
43
pendidikan menengah.6
Profesional berasal dari kata “profesi”, yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi
dengan pendidikan keahlian tertentu (ketrampilan, keguruan, dan sebagainya). Sedangkan
profesional itu sendiri adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian dan
keahlian khusus untuk menjalankannya.7
Profesional juga diartikan dengan pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.8
E. Mulyasa menambahkan, bahwa pekerjaan yang bersifat profesional merupakan
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memang khusus dipersiapkan untuk itu
dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh
pekerjaan lain.9
Mengingat tugas dan tanggung jawab yang begitu kompleksnya, maka profesi guru ini
juga memerlukan persyaratan khusus, antara lain: (1) menuntut adanya ketrampilan yang
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, (2) menekankan pada suatu
keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, (3) menuntut adanya tingkat
pendidikan keguruan yang memadai, (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari
pekerjaan yang dilaksanakannya, dan (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan
dinamika kehidupan.10
Selain persyaratan khusus tersebut, menurut hemat penulis, sebenarnya masih ada
persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi,
6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 ayat (1).
7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus BesarBahasa
Indonesia , 789.
8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 ayat (4).
9 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), 13.
10 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 15.
44
antara lain: (1) memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, (2)
memiliki klien/ obyek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan
muridnya, dan (3) diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya.
Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah bahwa jabatan profesional harus ditempuh
melalui jenjang pendidikan yang memang khusus dipersiapkan untuk itu. Demikian juga dengan
profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan pre service education, seperti Akta IV,
Diploma IV, S-1 keguruan baik keagamaan maupun umum, di samping juga adanya sertifikasi.
Dengan demikian, guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan keahlian
khusus, terdidik dan terlatih dalam bidang keguruan secara baik, sehingga ia mampu untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan dan pengalaman yang
maksimal di bidangnya.
Perihal teori tentang guru profesional, telah banyak dikemukakan oleh para pakar
pendidikan, seperti G.H. Rice dan D.W. Bishoprick dengan teori self control dan self direction-nya,
C.D. Glickman dengan teori kuadran guru-nya, dan Hanson dengan teori multi dimensi-nya.11
Menurut G.H. Rice dan D.W. Bishoprick, bahwa guru profesional adalah guru yang
mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Di mana
profesionalisme guru dipandang sebagai suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan
(ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan (immaturity) menjadi matang, dan dari diarahkan
oleh orang lain (other directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri. Di mana dengan guru-guru
yang memiliki pengetahuan yang luas, kematangan dan mampu menggerakkan dirinya sendiri,
maka diharapkan akan mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.12
Sedangkan C.D. Glickman menegaskan, bahwa seorang guru akan bekerja secara
profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (abality) yang tinggi dan motivasi
11
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar: Dalam Kerangka Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 5-6.
12
G.H. Rice and D.W. Brishoprick, Conceptual Models of Organization (New York: Maedith Corporation,
1971), 43.
45
(motivation) kesungguhan hati yang tinggi pula untuk bekerja dengan sebaik-baiknya.13
Uraian
lebih lanjut tentang teori kuadran guru Glickman, akan dibahas tersendiri.
Standar Kompetensi Guru
Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi dan kemampuan
seseorang, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif 14
Kompetensi guru (teacher competency) merupakan kemampuan dan kewenangan seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban profesinya di bidang pendidikan secara
bertanggung jawab dan layak.15
Sedangkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebutkan,
bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya.16
Kompetensi guru tersebut harus terstandarkan secara nasional, sehingga ada ukuran-
ukuran dan kriteria-kriteria ambang batas minimal kemampuan tertentu yang harus dimiliki serta
dikuasai oleh seorang guru, yang selanjutnya dapat diadakan penilaian secara obyektif untuk
penjaminan serta pengendalian mutu guru khususnya dan pendidikan pada umumnya (misalnya:
dengan setrtifikasi guru dalam jabatan).
Masalah standar nasional tersebut telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Di dalamnya
telah disebutkan, bahwa ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi, antara lain: (a)
standar isi, (b) standar proses, (c) standar kompetensi lulusan, (d) standar pendidik dan tenaga
kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar
13
C.D. Glickman, Developmental Supervision (Alexandria: Association for Supervision and Curriculum
Developmental, 1981), 48.
14
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, 4.
15
Ibid., 14.
16
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 ayat (10).
46
pembiayaan, dan (h) standar penilaian pendidikan.17
Selanjutnya, standar pendidik dan tenaga kependidikan (butir d) tersebut yang berkaitan
dengan kompetensi, meliputi antara lain: (1) kompetensi pedagogis, (2) kompetensi kepribadian,
(3) kompetensi profesional, dan (4) kompetensi sosial.18
Sedangkan ketentuan lebih lanjut secara
teknis, telah diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Pendidik, serta Permendiknas Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi
Guru dalam Jabatan.
Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliknya.19
Sedangkan Paulo Freire berpendapat, bahwa kompetensi pedagogis itu meliputi
kemampuan, antara lain: (1) memahami peserta didik, (2) merancang pembelajaran, termasuk
memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, (3) melaksanakan
pembelajaran, (4) merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, serta (5) mengembangkan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilinya.20
Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran memang perlu
mendapat perhatian yang serius, karena akan menentukan keberhasilan Proses Belajar Mengajar
17
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal
2 ayat (1).
18
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 10 ayat (1), dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3).
19
Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3) huruf a.
20
Paulo Freire, Pedagogi of the Oppressed (New York: The Continum Publishing Company, 1993), 76.
47
(PBM).
Dalam pemahaman terhadap peserta didik, sedikitnya terdapat empat hal yang harus
dipahami oleh guru, antara lain: (1) tingkat kecerdasan, (2) kreatifitas, (3) kondisi fisik, dan (4)
pertumbuhan serta perkembangan kognitif.
Dalam perancangan pembelajaran, sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu: (1)
identifikasi kebutuhan, (2) perumusan dan identifikasi kompetensi dasar, serta (3) penyusunan
program pembelajaran.
Guru juga harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik
dan dialogis. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses
dialogis antar sesama subyek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan
komunikatif. Karena tanpa komunikasi yang baik, maka tidak akan ada pendidikan yang sejati.
Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkomunikasikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan karena penerapan metode
konvensional, anti dialog, proses penjinakan, pewarisan pengetahuan yang menganggap anak
didik sebagai botol kosong yang harus diisi penuh, dan tidak bersumber pada realitas masyarakat.
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan
kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan cara antara lain: (1) penilaian kelas, (2) tes
kemampuan dasar, (3) penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, (4) benchmarking, dan (5)
penilaian program.
Sedangkan pengembangan peserta didik dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
potensi yang dimilikinya, yang dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain: (1)
kegiatan ekstra kurikuler (ekskul), (2) pengayaan dan remidial, (3) Bimbingan dan Konseling
(BK), dan sebagainya.
Kompetensi Kepribadian
48
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
disiplin, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.21
Sedangkan menurut M.A. May, bahwa kompetensi kepribadian itu meliputi kemampuan
antara lain: (1) memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, (2) memiliki kepribadian yang
dewasa, (3) memiliki kepribadian yang arif, (4) memiliki kepribadian yang berwibawa, dan (5)
memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.22
Kepribadin guru memang memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Karena akan mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan, dan pembentukan kepribadian peserta didik. Ini dapat dimaklumi, karena
manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya
sebagai teladan. Oleh karena itu wajar, ketika orang tua akan mendaftarkan anaknya ke suatu
sekolah, akan mencari tahu terlebih dahulu siapa guru-guru yang akan membimbing dan
mendidik anaknya.
Di samping harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil, disiplin, arif, dapat menjadi
teladan bagi peserta didik dan beakhlak mulia, maka seorang guru juga dituntut bagaimana dapat
memiliki dan menumbuhkan kewibawaannya sebagai seorang pendidik di depan peserta didiknya.
Setiap guru wajib memiliki seluruh unsur kompetensi personal atau kepribadian yang
memadai tersebut, karena kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi-
kompetensi yang lainnya. Sehingga guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai
pembelajaran, tetapi yang paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran itu
sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
Kompetensi Profesional
21
Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3) huruf b.
22
M.A. May, The Foundation of Personality Psikology of Work (P.S. Archillen: Mc Craw-Hill, Book Company,
1983), 32.
49
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.23
Sedangkan lebih khusus, ruang lingkup kompetensi profesional guru dapat dijabarkan,
sebagai beikut: (1) memahami, memilih, dan menentukan secara tepat jenis-jenis materi
pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta dididk, (2) menguasai,
menjabarkan dan mengembangkan materi standar (3) mengurutkan materi pembelajaran dengan
batasan ruang lingkupmya, (4) mengorganisasikan materi pembelajaran dengan teori elaborasi, (5)
memahami Standar Nasional Pendidikan (SNP), (6) memahami, menguasai dan dapat
menerapkan konsep dasar, landasan-landasan serta tujuan kependidikan, baik filosofis, psikilogis,
sosiologis dan sebagainya, (7) memahami dan dapat menerapkan teori belajar serta prinsip-
prinsip psikologi pendidikan dalam pembelajaran sesuai dengan taraf perkembangan peserta
didik, (8) memahami dan mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), (9)
mengelola kelas, (10) merumuskan tujuan pembelajaran, (11) memahami dan melaksanakan
pengembangan kemampuan peserta didik dalam materi pembelajaran, (12) memahami dan
melaksanakan penelitian dalam pembelajaran menurut bidang studinya masing-masing, (13)
memahami dan melaksanakan konsep pendidikan individual (14) memahami dan dapat
mnerapkan metode pengajaran yang bervariasi, (15) mampu mengembangkan dan
mendayagunakan berbagai alat, media dan sumber pembelajaran yang relevan, (16) mampu
mengelola. mengorganisasikan dan melaksanakan strategi pembelajaran yang relevan, (17)
menciptakan ilkim pembelajaran yang kondusif, dan (18) melaksanakan penilaian yang
sebenarnya (authentic Assessment).24
Dari uraian di atas nampak, bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang
harus dimiliki dan dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar.
23
Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3) huruf c.
24
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rodakarya, 2008), 136-137.
50
Sehingga seorang guru dituntut untuk menguasai keilmuan yang terkait dengan bidang
studinya.
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.25
Kompetensi sosial ini harus dimiliki dan dikuasai oleh guru memang cukup beralasan,
karena guru adalah makhluk sosial (homo socius) yang dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan
lingkungannya tidak dapat dilepaskan, yang tidak hamya terbatas pada pembelajaran di sekolah
saja. Di samping itu, karena guru juga sebagai pembina, tokoh, panutan, petugas dan agen
perubahan sosial masyarakatnya. Sehingga diharapkan guru merupakan kunci penting dalam
kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Teori Kuadran Guru Glickman
Untuk melengkapi penjelasan keempat kompetensi di atas (pedagogis, kepribadian,
profesional dan sosial) yang harus dikuasai serta dimiliki oleh guru, maka penulis perlu
menambahkan teori kuadran guru dari Glickman.
Menurut C.D. Glickman, bahwa seorang guru akan bekerja secara profesional bilamana
orang tersebut memiliki kemampuan (abality) yang tinggi pada level abstrak (high level of abstract)
dan motivasi (motivation) kesungguhan hati yang tinggi pula untuk bekerja dengan sebaik-baiknya
pada level komitmen (high level of commitment).26
Tingkat komitmen guru terbentang dalam satu garis kontinum , bergerak dari yang paling
rendah menuju yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang
25
Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3) huruf d.
26
C.D. Glickman, Developmental Supervision, 48.
51
mempunyai tanggung jawab dan motivasi dalam bekerja, kurang memberikan perhatian kepada
murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran pun sangat rendah. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen yang sangat
tnggi biasanya tinggi sekali tanggung jawab dan motivasi kerjanya, perhatiannya kepada murid,
demikian pula waktu dan tenaga yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat
banyak.
Sedangkan tingkat abstraksi yang dimaksudkan di sini adalah tingkat kemampuan berpikir
guru secara abstrak dalam mengelola pembelajaran , mengklasifikasikan masalah-masalah
pembelajaran (pengelolaan, disiplin, pengorganisasian dan minat murid), serta menentukan
alternatif pemecahannya. Tingkat level abstraksi guru ini juga terbentang dalam satu garis
kontinum, mulai dari yang rendah, menengah sampai tinggi. Guru yang memiliki tingkat abstraksi
yang tinggi adalah guru yang mampu mengelola tugas pembelajaran, menemukan berbagai
permasalahan dalam tugas, dan mampu secara mandiri memecahkannya, kemudian
merencanakan langkah-langkah tindakan pelaksanaannya, tanpa banyak meminta petunjuk dan
bantuan.
Dengan menggunakan dua variabel perkembangan di atas (komitmen dan abstraksi
guru), maka kita dapat mengukur serta mengklasifikasikan guru dengan level penyilangan.
Guru yang memiliki komitmen dan abstraksi yang rendah, tergolong guru yang gagal
(teacher drop outs). Guru yang memiliki komitmen tinggi, tetapi abstraksinya rendah, tergolong
guru tidak terfokus (unfocused worker). Guru yang memiliki komitmen rendah, tetapi abstraksinya
tinggi, tergolong guru kritis (analytical observers). Sedangkan guru yang memiliki komitmen dan
abstraksi yang tinggi, maka tergolong guru profesional (professional teachers). 27
Penjelasan ini,
sebagaimana nampak pada gambar berikut ini;
T
3
Guru Kritis
(Analytical observers)
4
Guru Profesional
(Professional Teachers)
52
R T
Level Komitmen
R
Level Abstraksi
Gambar 1. Paradigma Kategori Guru 28
Penutup
Demikian pembahasan masalah standar kompetensi guru profesional telah selesai. Penulis
berharap agar kita sebagai guru dapat melaksanakan tugas kependidikan sehari-hari dengan
penuh tanggung jawab dan dapat menjadi guru yang profesional dengan segala kompetensinya
sebagai bentuk amanah. Karena hanya dengan peran guru-guru profesional, maka tujuan
pendidikan dan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Sehingga pendidikan benar-benar
dapat sebagai agen perubahan (agent of change) bagi pembangunan bangsa, negara dan agama ke
depan.
27
Ibid, 49.
28
Ibid.
1
Guru yang Gagal
(Teacher Drop Outs)
2
Guru Tidak Terfokus
(Unfocused Worker)
53
Daftar Pustaka
Adler, J. Mortiner. The Paedeia Proposal: An Educational Manifesto. New York: Mac Millan Publishing
Co, Inc, 1992.
Bafadal, Ibrahim. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar: Dalam Kerangka Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Freire, Paulo. Pedagogi of the Oppressed. New York: The Continum Publishing Company, 1993.
Glickman, C.D. Developmental Supervision. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum
Developmental, 1981.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006.
-------, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
May, M.A. The Foundation of Personality Psikology of Work. P.S. Archillen: Mc Craw-Hill, Book
Company, 1983.
Poerwadarminto, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Rosenblun, Karen Cale. Teaching Thingking Skill. Washington D.C: National Education
Association, 1987.
Rice, G.H and D.W. Brishoprick. Conceptual Models of Organization. New York: Maedith
Corporation, 1971.
Shapero, Arbert. Managing Professional People: Understanding Creative Performance. New York: The
Free Press, A Devision of Mac Millan, Inc, 1985.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
54
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.

More Related Content

What's hot

Hakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikanHakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikan
Ndang Pratama
 
Profesi kependidikan
Profesi kependidikanProfesi kependidikan
Profesi kependidikanLeo Da Mees
 
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Esensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi KependidikanEsensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi KependidikanAdy Setiawan
 
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKANPROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
harjunode
 
Makalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi GuruMakalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi Guru
EVI PAULINA SIMAREMARE
 
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikanProfesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikanNoldy Lasmana
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guru
emy mila
 
makalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanmakalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanSanti Susanti
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruIkhwan Mutaqin
 
Zoni erdiansyah.1102435
Zoni erdiansyah.1102435Zoni erdiansyah.1102435
Zoni erdiansyah.1102435
Zonierdiansyah
 
Kompetensi guru
Kompetensi  guruKompetensi  guru
Kompetensi guru
Dhek Prasetya
 
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruanKriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Anis Ilahi
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALAfifah Asra
 
Hakikat Profesi Kependidikan
Hakikat Profesi KependidikanHakikat Profesi Kependidikan
Hakikat Profesi Kependidikan
Michelle Rumawir
 
Makalah tik
Makalah tikMakalah tik
Makalah tik
uwidewi
 
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
R Nadhir
 

What's hot (20)

Hakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikanHakekat profesi kependidikan
Hakekat profesi kependidikan
 
Profesi kependidikan
Profesi kependidikanProfesi kependidikan
Profesi kependidikan
 
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Makalah guru profesional
Makalah guru profesionalMakalah guru profesional
Makalah guru profesional
 
Esensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi KependidikanEsensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi Kependidikan
 
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKANPROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
 
Makalah profesi keguruan
Makalah profesi keguruanMakalah profesi keguruan
Makalah profesi keguruan
 
Makalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi GuruMakalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi Guru
 
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikanProfesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
Profesional guru dalam peningkatan mutu kependidikan
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guru
 
makalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanmakalah profesi keguruan
makalah profesi keguruan
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guru
 
Zoni erdiansyah.1102435
Zoni erdiansyah.1102435Zoni erdiansyah.1102435
Zoni erdiansyah.1102435
 
Guru profesional
Guru profesionalGuru profesional
Guru profesional
 
Kompetensi guru
Kompetensi  guruKompetensi  guru
Kompetensi guru
 
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruanKriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
 
Hakikat Profesi Kependidikan
Hakikat Profesi KependidikanHakikat Profesi Kependidikan
Hakikat Profesi Kependidikan
 
Makalah tik
Makalah tikMakalah tik
Makalah tik
 
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
Makalah profesi kependidikan (syarat, kewajiban dan hak guru)
 

Similar to 27 article text-94-1-10-20191015

kualifikasi dan kompetensi guru.docx
kualifikasi dan kompetensi guru.docxkualifikasi dan kompetensi guru.docx
kualifikasi dan kompetensi guru.docx
Perpani (persatuan panahan indonesia)
 
Muzakarah profesi
Muzakarah profesiMuzakarah profesi
Muzakarah profesi
adesaadah
 
BAB 1.pptx
BAB 1.pptxBAB 1.pptx
BAB 1.pptx
jarjitsingh5
 
Presentation1 Kurikulum
Presentation1 KurikulumPresentation1 Kurikulum
Presentation1 Kurikulum
enok nopdiyanti
 
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranJabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranRizki septa wiratna
 
etika profesi guru
etika profesi guruetika profesi guru
etika profesi guru
harjunode
 
Jurnal last
Jurnal lastJurnal last
Jurnal last
jammaslinda
 
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN (1).docx
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN (1).docxMAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN (1).docx
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN (1).docx
MRafli21
 
Ppg kompetensi profesional
Ppg kompetensi profesionalPpg kompetensi profesional
Ppg kompetensi profesional
Nadya Ayunisa
 
Modul 4 kb 2
Modul 4 kb 2Modul 4 kb 2
Modul 4 kb 2
kasmuddin nanang
 
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruEmpat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruZaza Arifin
 
Ba' siti
Ba' sitiBa' siti
Ba' sitisujiadi
 
Profesionalisme guru
Profesionalisme guruProfesionalisme guru
Profesionalisme gurunadiahbsa
 
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptxWAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
b42894063
 
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptxWAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
b42894063
 

Similar to 27 article text-94-1-10-20191015 (20)

kualifikasi dan kompetensi guru.docx
kualifikasi dan kompetensi guru.docxkualifikasi dan kompetensi guru.docx
kualifikasi dan kompetensi guru.docx
 
Tajuk 1 done
Tajuk 1 doneTajuk 1 done
Tajuk 1 done
 
Tajuk 1 done
Tajuk 1 doneTajuk 1 done
Tajuk 1 done
 
Muzakarah profesi
Muzakarah profesiMuzakarah profesi
Muzakarah profesi
 
BAB 1.pptx
BAB 1.pptxBAB 1.pptx
BAB 1.pptx
 
Presentation1 Kurikulum
Presentation1 KurikulumPresentation1 Kurikulum
Presentation1 Kurikulum
 
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranJabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
 
etika profesi guru
etika profesi guruetika profesi guru
etika profesi guru
 
Jurnal last
Jurnal lastJurnal last
Jurnal last
 
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN (1).docx
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN (1).docxMAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN (1).docx
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN (1).docx
 
Ppg kompetensi profesional
Ppg kompetensi profesionalPpg kompetensi profesional
Ppg kompetensi profesional
 
Format Bahan Ajar - Kompetensi guru
Format Bahan Ajar - Kompetensi guruFormat Bahan Ajar - Kompetensi guru
Format Bahan Ajar - Kompetensi guru
 
Modul 4 kb 2
Modul 4 kb 2Modul 4 kb 2
Modul 4 kb 2
 
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruEmpat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
 
Ba' siti
Ba' sitiBa' siti
Ba' siti
 
Profesionalisme guru
Profesionalisme guruProfesionalisme guru
Profesionalisme guru
 
Profesionalisme
ProfesionalismeProfesionalisme
Profesionalisme
 
Prokep yang fixx
Prokep yang fixxProkep yang fixx
Prokep yang fixx
 
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptxWAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
 
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptxWAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
WAWANCARA HASIL PROFESI PENDIDIKAN CHARACTER BUILDING.pptx
 

Recently uploaded

LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
AjrunAzhiima
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
deamardiana1
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
mtsarridho
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
afaturooo
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
AssyifaFarahDiba1
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
MhdFadliansyah1
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
MiliaSumendap
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
BanjarMasin4
 

Recently uploaded (14)

LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
 

27 article text-94-1-10-20191015

  • 1. Standar Kompetensi Guru Profesional 41 41 STANDAR KOMPETENSI GURU PROFESIONAL Muh Idris Dosen Tarbiyah STAI Luqman Al Hakim Surabaya Abstract With today’s learning and educational system, teacher is the first and main component between other components (student, curriculum, the learning subject, learning purposes, teaching methods, means and tools of learning, educational evaluation, and the learning environmental). Therefore, the existence of a professional teacher is much needed in education. A professional teacher is someone that have special skills, educated and trained in the field of teaching with a good performance, that makes him able to conduct his duty and function as teacher with his experience and skills maximally in this field. A professional teacher must have competence standards, such as: (1) pedagogic competence, (2) attitudinal competence, (3) professional competence, and (4) social competence. Those competences have to be nationally standardize, therefore there is certain minimal skills criterion and standards that have to posses and mastered by a teacher, that eventually can give objective evaluations to guarantee and quality control both for the teacher and the educational environment (such as: by giving teacher certification that have rank). Key words : Competence, Teacher, Professional Pendahuluan Profesi guru pada saat ini banyak dipertanyakan dan dibicarakan orang, baik oleh orang tua, masyarakat, pemerintah, pemerhati pendidikan, bahkan oleh guru itu sendiri, yang menyangkut masalah kompetensi, profesionalisme, peningkatan kualitas pendidikan, kepribadian sampai kesejahteraannya. Bahkan akhir-akhir ini, hampir setiap hari media massa (cetak dan elektronik) selalu memuat berita tentang guru, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dalam kaitannya dengan sistem pendidikan dan pembelajaran, maka guru merupakan komponen yang pertama dan utama di antara komponen lainnya (siswa, kurikulum, materi pelajaran, tujuan pembelajaran, metode pengajaran, sarana dan media pembelajaran, evaluasi pendidikan, serta lingkungan pembelajaran). Hal tersebut cukup beralasan, mengingat pertama, gurulah yang akan mewarnai seluruh
  • 2. 42 komponen pembelajaran yang ada sebagai suatu sistem yang saling berhubungan. Kedua, gurulah yang akan menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Ketiga, karena peran, tugas, posisi, dan tanggung jawabnya tidak bisa atau tidak mungkin dapat digantikan oleh yang lainnya, sekalipun dengan teknologi yang canggih.1 Bahkan menurut J. Mortiner Adler, guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan.2 Demikian juga Arbert Shapero menambahkan, bahwa guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah, lebih-lebih guru yang profesional dan unggul (the excellent teacher) merupakan critical resource in any excellent teaching-learning activities.3 Dalam kaitan dengan uraian tersebut, maka guru yang profesional itu sangat dibutuhkan kehadirannya dalam dunia pendidikan. Di mana guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dengan segala kompetensinya, yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Pengertian Guru Profesional Guru adalah orang yang pekerjaan mata pencahariannya (profesinya) mengajar.4 Menurut W.J.S. Poerwadarminto, guru adalah orang yang kerjanya mengajar.5 Sedangkan dalam Undang- Undang Guru dan Dosen disebutkan, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan 1 Karen Cale Rosenblun, Teaching Thingking Skill (Washington D.C: National Education Association, 1987), 14. 2 J. Mortiner Adler, The Paedeia Proposal: An Educational Manifesto (New York: Mac Millan Publishing Co, Inc, 1992), 67. 3 Arbert Shapero, Managing Professional People: Understanding Creative Performance (New York: The Free Press, A Devision of Mac Millan, Inc, 1985), 82. 4 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 330. 5 W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 335.
  • 3. 43 pendidikan menengah.6 Profesional berasal dari kata “profesi”, yang berarti bidang pekerjaan yang dilandasi dengan pendidikan keahlian tertentu (ketrampilan, keguruan, dan sebagainya). Sedangkan profesional itu sendiri adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian dan keahlian khusus untuk menjalankannya.7 Profesional juga diartikan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.8 E. Mulyasa menambahkan, bahwa pekerjaan yang bersifat profesional merupakan pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.9 Mengingat tugas dan tanggung jawab yang begitu kompleksnya, maka profesi guru ini juga memerlukan persyaratan khusus, antara lain: (1) menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, (2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, (3) menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai, (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya, dan (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.10 Selain persyaratan khusus tersebut, menurut hemat penulis, sebenarnya masih ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi, 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 ayat (1). 7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus BesarBahasa Indonesia , 789. 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 ayat (4). 9 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 13. 10 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 15.
  • 4. 44 antara lain: (1) memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, (2) memiliki klien/ obyek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya, dan (3) diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya. Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah bahwa jabatan profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang memang khusus dipersiapkan untuk itu. Demikian juga dengan profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan pre service education, seperti Akta IV, Diploma IV, S-1 keguruan baik keagamaan maupun umum, di samping juga adanya sertifikasi. Dengan demikian, guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan keahlian khusus, terdidik dan terlatih dalam bidang keguruan secara baik, sehingga ia mampu untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan dan pengalaman yang maksimal di bidangnya. Perihal teori tentang guru profesional, telah banyak dikemukakan oleh para pakar pendidikan, seperti G.H. Rice dan D.W. Bishoprick dengan teori self control dan self direction-nya, C.D. Glickman dengan teori kuadran guru-nya, dan Hanson dengan teori multi dimensi-nya.11 Menurut G.H. Rice dan D.W. Bishoprick, bahwa guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Di mana profesionalisme guru dipandang sebagai suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan (ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan (immaturity) menjadi matang, dan dari diarahkan oleh orang lain (other directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri. Di mana dengan guru-guru yang memiliki pengetahuan yang luas, kematangan dan mampu menggerakkan dirinya sendiri, maka diharapkan akan mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.12 Sedangkan C.D. Glickman menegaskan, bahwa seorang guru akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (abality) yang tinggi dan motivasi 11 Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar: Dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 5-6. 12 G.H. Rice and D.W. Brishoprick, Conceptual Models of Organization (New York: Maedith Corporation, 1971), 43.
  • 5. 45 (motivation) kesungguhan hati yang tinggi pula untuk bekerja dengan sebaik-baiknya.13 Uraian lebih lanjut tentang teori kuadran guru Glickman, akan dibahas tersendiri. Standar Kompetensi Guru Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi dan kemampuan seseorang, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif 14 Kompetensi guru (teacher competency) merupakan kemampuan dan kewenangan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban profesinya di bidang pendidikan secara bertanggung jawab dan layak.15 Sedangkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebutkan, bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.16 Kompetensi guru tersebut harus terstandarkan secara nasional, sehingga ada ukuran- ukuran dan kriteria-kriteria ambang batas minimal kemampuan tertentu yang harus dimiliki serta dikuasai oleh seorang guru, yang selanjutnya dapat diadakan penilaian secara obyektif untuk penjaminan serta pengendalian mutu guru khususnya dan pendidikan pada umumnya (misalnya: dengan setrtifikasi guru dalam jabatan). Masalah standar nasional tersebut telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Di dalamnya telah disebutkan, bahwa ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi, antara lain: (a) standar isi, (b) standar proses, (c) standar kompetensi lulusan, (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar 13 C.D. Glickman, Developmental Supervision (Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Developmental, 1981), 48. 14 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, 4. 15 Ibid., 14. 16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 ayat (10).
  • 6. 46 pembiayaan, dan (h) standar penilaian pendidikan.17 Selanjutnya, standar pendidik dan tenaga kependidikan (butir d) tersebut yang berkaitan dengan kompetensi, meliputi antara lain: (1) kompetensi pedagogis, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, dan (4) kompetensi sosial.18 Sedangkan ketentuan lebih lanjut secara teknis, telah diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pendidik, serta Permendiknas Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Kompetensi Pedagogis Kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya.19 Sedangkan Paulo Freire berpendapat, bahwa kompetensi pedagogis itu meliputi kemampuan, antara lain: (1) memahami peserta didik, (2) merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, (3) melaksanakan pembelajaran, (4) merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, serta (5) mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilinya.20 Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran memang perlu mendapat perhatian yang serius, karena akan menentukan keberhasilan Proses Belajar Mengajar 17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 2 ayat (1). 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 10 ayat (1), dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3). 19 Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3) huruf a. 20 Paulo Freire, Pedagogi of the Oppressed (New York: The Continum Publishing Company, 1993), 76.
  • 7. 47 (PBM). Dalam pemahaman terhadap peserta didik, sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami oleh guru, antara lain: (1) tingkat kecerdasan, (2) kreatifitas, (3) kondisi fisik, dan (4) pertumbuhan serta perkembangan kognitif. Dalam perancangan pembelajaran, sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu: (1) identifikasi kebutuhan, (2) perumusan dan identifikasi kompetensi dasar, serta (3) penyusunan program pembelajaran. Guru juga harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama subyek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikatif. Karena tanpa komunikasi yang baik, maka tidak akan ada pendidikan yang sejati. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkomunikasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan karena penerapan metode konvensional, anti dialog, proses penjinakan, pewarisan pengetahuan yang menganggap anak didik sebagai botol kosong yang harus diisi penuh, dan tidak bersumber pada realitas masyarakat. Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan cara antara lain: (1) penilaian kelas, (2) tes kemampuan dasar, (3) penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, (4) benchmarking, dan (5) penilaian program. Sedangkan pengembangan peserta didik dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, yang dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain: (1) kegiatan ekstra kurikuler (ekskul), (2) pengayaan dan remidial, (3) Bimbingan dan Konseling (BK), dan sebagainya. Kompetensi Kepribadian
  • 8. 48 Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.21 Sedangkan menurut M.A. May, bahwa kompetensi kepribadian itu meliputi kemampuan antara lain: (1) memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, (2) memiliki kepribadian yang dewasa, (3) memiliki kepribadian yang arif, (4) memiliki kepribadian yang berwibawa, dan (5) memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.22 Kepribadin guru memang memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Karena akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan pembentukan kepribadian peserta didik. Ini dapat dimaklumi, karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya sebagai teladan. Oleh karena itu wajar, ketika orang tua akan mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah, akan mencari tahu terlebih dahulu siapa guru-guru yang akan membimbing dan mendidik anaknya. Di samping harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil, disiplin, arif, dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan beakhlak mulia, maka seorang guru juga dituntut bagaimana dapat memiliki dan menumbuhkan kewibawaannya sebagai seorang pendidik di depan peserta didiknya. Setiap guru wajib memiliki seluruh unsur kompetensi personal atau kepribadian yang memadai tersebut, karena kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi- kompetensi yang lainnya. Sehingga guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi yang paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran itu sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Kompetensi Profesional 21 Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3) huruf b. 22 M.A. May, The Foundation of Personality Psikology of Work (P.S. Archillen: Mc Craw-Hill, Book Company, 1983), 32.
  • 9. 49 Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.23 Sedangkan lebih khusus, ruang lingkup kompetensi profesional guru dapat dijabarkan, sebagai beikut: (1) memahami, memilih, dan menentukan secara tepat jenis-jenis materi pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta dididk, (2) menguasai, menjabarkan dan mengembangkan materi standar (3) mengurutkan materi pembelajaran dengan batasan ruang lingkupmya, (4) mengorganisasikan materi pembelajaran dengan teori elaborasi, (5) memahami Standar Nasional Pendidikan (SNP), (6) memahami, menguasai dan dapat menerapkan konsep dasar, landasan-landasan serta tujuan kependidikan, baik filosofis, psikilogis, sosiologis dan sebagainya, (7) memahami dan dapat menerapkan teori belajar serta prinsip- prinsip psikologi pendidikan dalam pembelajaran sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik, (8) memahami dan mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), (9) mengelola kelas, (10) merumuskan tujuan pembelajaran, (11) memahami dan melaksanakan pengembangan kemampuan peserta didik dalam materi pembelajaran, (12) memahami dan melaksanakan penelitian dalam pembelajaran menurut bidang studinya masing-masing, (13) memahami dan melaksanakan konsep pendidikan individual (14) memahami dan dapat mnerapkan metode pengajaran yang bervariasi, (15) mampu mengembangkan dan mendayagunakan berbagai alat, media dan sumber pembelajaran yang relevan, (16) mampu mengelola. mengorganisasikan dan melaksanakan strategi pembelajaran yang relevan, (17) menciptakan ilkim pembelajaran yang kondusif, dan (18) melaksanakan penilaian yang sebenarnya (authentic Assessment).24 Dari uraian di atas nampak, bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. 23 Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3) huruf c. 24 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rodakarya, 2008), 136-137.
  • 10. 50 Sehingga seorang guru dituntut untuk menguasai keilmuan yang terkait dengan bidang studinya. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.25 Kompetensi sosial ini harus dimiliki dan dikuasai oleh guru memang cukup beralasan, karena guru adalah makhluk sosial (homo socius) yang dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan lingkungannya tidak dapat dilepaskan, yang tidak hamya terbatas pada pembelajaran di sekolah saja. Di samping itu, karena guru juga sebagai pembina, tokoh, panutan, petugas dan agen perubahan sosial masyarakatnya. Sehingga diharapkan guru merupakan kunci penting dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat. Teori Kuadran Guru Glickman Untuk melengkapi penjelasan keempat kompetensi di atas (pedagogis, kepribadian, profesional dan sosial) yang harus dikuasai serta dimiliki oleh guru, maka penulis perlu menambahkan teori kuadran guru dari Glickman. Menurut C.D. Glickman, bahwa seorang guru akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (abality) yang tinggi pada level abstrak (high level of abstract) dan motivasi (motivation) kesungguhan hati yang tinggi pula untuk bekerja dengan sebaik-baiknya pada level komitmen (high level of commitment).26 Tingkat komitmen guru terbentang dalam satu garis kontinum , bergerak dari yang paling rendah menuju yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang 25 Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 28 ayat (3) huruf d. 26 C.D. Glickman, Developmental Supervision, 48.
  • 11. 51 mempunyai tanggung jawab dan motivasi dalam bekerja, kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pun sangat rendah. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen yang sangat tnggi biasanya tinggi sekali tanggung jawab dan motivasi kerjanya, perhatiannya kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak. Sedangkan tingkat abstraksi yang dimaksudkan di sini adalah tingkat kemampuan berpikir guru secara abstrak dalam mengelola pembelajaran , mengklasifikasikan masalah-masalah pembelajaran (pengelolaan, disiplin, pengorganisasian dan minat murid), serta menentukan alternatif pemecahannya. Tingkat level abstraksi guru ini juga terbentang dalam satu garis kontinum, mulai dari yang rendah, menengah sampai tinggi. Guru yang memiliki tingkat abstraksi yang tinggi adalah guru yang mampu mengelola tugas pembelajaran, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas, dan mampu secara mandiri memecahkannya, kemudian merencanakan langkah-langkah tindakan pelaksanaannya, tanpa banyak meminta petunjuk dan bantuan. Dengan menggunakan dua variabel perkembangan di atas (komitmen dan abstraksi guru), maka kita dapat mengukur serta mengklasifikasikan guru dengan level penyilangan. Guru yang memiliki komitmen dan abstraksi yang rendah, tergolong guru yang gagal (teacher drop outs). Guru yang memiliki komitmen tinggi, tetapi abstraksinya rendah, tergolong guru tidak terfokus (unfocused worker). Guru yang memiliki komitmen rendah, tetapi abstraksinya tinggi, tergolong guru kritis (analytical observers). Sedangkan guru yang memiliki komitmen dan abstraksi yang tinggi, maka tergolong guru profesional (professional teachers). 27 Penjelasan ini, sebagaimana nampak pada gambar berikut ini; T 3 Guru Kritis (Analytical observers) 4 Guru Profesional (Professional Teachers)
  • 12. 52 R T Level Komitmen R Level Abstraksi Gambar 1. Paradigma Kategori Guru 28 Penutup Demikian pembahasan masalah standar kompetensi guru profesional telah selesai. Penulis berharap agar kita sebagai guru dapat melaksanakan tugas kependidikan sehari-hari dengan penuh tanggung jawab dan dapat menjadi guru yang profesional dengan segala kompetensinya sebagai bentuk amanah. Karena hanya dengan peran guru-guru profesional, maka tujuan pendidikan dan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Sehingga pendidikan benar-benar dapat sebagai agen perubahan (agent of change) bagi pembangunan bangsa, negara dan agama ke depan. 27 Ibid, 49. 28 Ibid. 1 Guru yang Gagal (Teacher Drop Outs) 2 Guru Tidak Terfokus (Unfocused Worker)
  • 13. 53 Daftar Pustaka Adler, J. Mortiner. The Paedeia Proposal: An Educational Manifesto. New York: Mac Millan Publishing Co, Inc, 1992. Bafadal, Ibrahim. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar: Dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Freire, Paulo. Pedagogi of the Oppressed. New York: The Continum Publishing Company, 1993. Glickman, C.D. Developmental Supervision. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Developmental, 1981. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. -------, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. May, M.A. The Foundation of Personality Psikology of Work. P.S. Archillen: Mc Craw-Hill, Book Company, 1983. Poerwadarminto, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Rosenblun, Karen Cale. Teaching Thingking Skill. Washington D.C: National Education Association, 1987. Rice, G.H and D.W. Brishoprick. Conceptual Models of Organization. New York: Maedith Corporation, 1971. Shapero, Arbert. Managing Professional People: Understanding Creative Performance. New York: The Free Press, A Devision of Mac Millan, Inc, 1985. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
  • 14. 54 Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.