3. Tujuan manajemen SDM
1. Peningkatan Produktivitas kerja
2. Peningkatan Quality of work life
3. Peningkatan Kualitas SDM
4. Profit sharing
4. Rekruitment dan Seleksi
• 662]. Maksudnya: melawat untuk mencari ilmu pengetahuan
• Dalam rekruitmen harus dicari ahli taubat, ahli ibadah, ahli memuji Alloh,
menambah ilmu, ahli ruku’, sujud, amar ma’ruf nahi munkar, menjaga
hukum Alloh (yakni orang yang bagus spiritualnya, keilmuannya,
perilakunya, taat pada hukum).
• Maksud “MENGGEMBIRAKAN” : dapat diartikan : Memberikan suatu yang
dapat meringankan beban hidup, antara lain dengan memberikan
pekerjaan kepada orang yang baik dan mempunyai kompetensi/ilmu
6. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
PENGEMBANGAN DIRI SDM
•Saling menasihati merupakan salah satu bentuk dalam pengembangan SDM.
•Saling menasihati : pengembangan diri agar SDM dapat menjalankan kerja/amal
soleh dengan baik
•3 hal yang hrs dikembangkan : religiusitas, kerja profesional/ kinerja yang baik,
perilaku
7. HADITS
• Jarir berkata ; saya baiat pada Rasul membaca syahadat,
melakukan sholat, mengeluarkan zakat, mendengarkan dan
taat serta saling menasihati sesama muslim. (HR. Bukhori,
matan lain : Muslim 83-85, Turmudzi 1848, Nasa’i
4086,Ahmad 18363,Darimi 2428)
• Hadits ini memperkuat surat al-Ashr
8. Quality of Work Life
• Nabi bersabda ; bertaqwalah pada Allah di mana saja
berada, gantilah yang jelek dengan yang baik, bergaullah
dengan akhlak yang bagus. HR.Darimi (Matan lain ; At-
turmudzi 1910, Ahmad 20392, 20586)
• Hadits tersebut menunjukkan bahwa
kewajiban seorang muslim untuk selalu
meningkatkan Produktivitas kerja, Quality of
work life, dan Kualitas SDM
9. Mengembangkan orang lain dengan ilmu dan skill
• Nabi bersabda ; Muslim adalah orang yang menyelamatkan muslim
dengan lissan, tangannya, muhajirin adalah orang yang hijrah dari apa
yang dilarang Allah,(HR.Bukhori. Matan lain:Muslim 57, Nasai 4950, Abi
Daud 2122, Ahmad 6199, Darimi 2600)
• menyelamatkan muslim dengan lisan : memberikan ilmu agar
SDM mempunyai wawasan luas
• menyelamatkan muslim Dengan tangan : memberikan bekal
dengan skill
10. Kinerja : Ikhlas
•
•
َينِِّدال ُهَل َين ِ
صِلْخُم َ ه
َّللا ُوادُبْعَيِل الِإ واُرِمُأ اَم َو
ا واُتْؤُي َو َةالهصال واُميِقُي َو َءاَفَنُح
َكِلَذ َو َةاَكهلز
ِةَمِِّيَقْال ُِيند
(
٥
)
• Tidak diperintahkan kecuali hanya menyembah Allah dengan ikhlas
menaati-Nya semata-mata karena menjalankan perintah agama,
dan menjalankan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian
itu agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah, 98:5)
• Ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap individu diwajibkan
menaati perintah agama dan menjauhi larangannya dalam
semua aspek kehidupan, baik dalam ibadah ritual seperti solat
maupun dalam ibadah sosial termasuk dalam bekerja dengan
baik dan benar sesuai ajaran Islam
• Dalam bekerja harus ikhlas
11. Kinerja : kualitas
•
َو ىَثْنُأ ْوَأ ٍ
رَكَذ ْنِم اًحِلاَص َلِمَع ْنَم
هنَيِيْحُنَلَف ٌنِمْؤُم َوُه
ًةَبِِّيَط ًةاَيَح ُه
َك اَم ِنَسْحَأِب ْمُهَرْجَأ ْمُههنَي ِ
زَْجنَل َو
َونُلَمْعَي واُنا
(
٩٧
)
• Barangsiapa yang mengerjakan amall saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl, 16:97)
• Secara umum ayat tersebut menjelaskan tentang pahala bagi orang yang
beramal shaleh, yaitu kehidupan yang baik. Seseorang dinilai beramal shaleh
jika dapat memelihara nilai-nilai yang baik. Amal shaleh menurut Abduh adalah
perbuatan yang bermanfaat untuk pribadi, kelompok, dan manusia secara
keseluruhan (Shihab,2003, Vol.7:345).
• Adapun kalimat hayatan thoyyibah Para ulama salaf menafsirkan dengan
“kebahagiaan hidup” atau “rezeki yang halal” dan kebaikan-kebaikan lainnya.
(Lihat “Tafsir Ibnu Katsir”, 2/772).
• Jika dikaitkan dengan kinerja, maka ayat ini memberi motivasi agar melakukan amal yang
baik, sekecil apapun akan diberi pahala, tidak harus berupa materi atau uang tetapi
bekerja yang baik pun termasuk amal sholeh. Dengan demikian kinerja seseorang dapat
diukur dari seberapa jauh melaksanakan amal sesuai aturan agama, jujur dan dapat
dipercaya sehingga tidak terjadi manipulasi, penyalahgunaan wewenang, dan juga
penipuan yang bisa merugikan orang lain.