2. • S1 Kedokteran UPN Veteran Jakarta
• S2 Kedokteran Kerja Universitas Indonesia
Pendidikan Formal
• Pelatihan Hiperkes
• Pelatihan instruktur bidang kesehatan kerja
• Pelatihan K3RS sertifikasi BNSP
• Pelatihan AK3U sertifikasi Kemnaker
Pendidikan Non Formal
• Ketua Pengurus KAK3RS Cabang Jakarta
• Anggota IDI Cabang Jakarta Timur
• Pengurus IDKI Cabang Jakarta
Organisasi
• Dokter di PT Najya Karya Abadi
Pekerjaan
Hp 081283973585 / 081297578884
Email afrina.tanjung2022@gmail.com
3. TUJU
AN
UMU
M
TUJU
AN
KHUS
US
Mampu Melakukan Manajemen Risiko di RS
• Meningkatkan kemampuan dalam mempersiapkan pelaksanaan
manajemen risiko K3 di RS
• Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi risiko K3 di RS
• Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis risiko K3 di RS
• Meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengendalian risiko K3 di
RS
• Meningkatkan kemampuan dalam melakukan komunikasi dan partisipasi
K3 di RS
• Meningkatkan kemampuan dalam melakukan monitoring dan evaluasi
pengelolaan risiko K3 di RS
• Melakukan perbaikan berkesinambungan terkait manajemen risiko
4.
5. 1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja;
2. Undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;
3. Kepmenkes No 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Di Rumah Sakit
4. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja;
6. Permenkes No 48 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perkantoran
7. Permenkes No 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;
8. Permenkes No 52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
9. Perpres No 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja
10.Kepmenkes No 1128 Tahun 2022 Tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit
DASAR HUKUM
6. Standar TKRS 14
Program manajemen
risiko yang terintegrasi
digunakan untuk
mencegah terjadinya
cedera dan kerugian di
RS.
7. Maksud dan Tujuan TKRS 14
Manajemen risiko adalah proses yang proaktif
dan berkesinambungan meliputi identifikasi,
analisis, evaluasi, pengendalian, informasi
komunikasi, pemantauan, dan pelaporan risiko,
termasuk berbagai strategi yang dijalankan
untuk mengelola risiko dan potensinya.
8. Tujuan penerapan manajemen risiko untuk
mencegah terjadinya cedera dan kerugian di RS.
RS perlu menerapkan manajemen risiko dan
rencana penanganan risiko untuk memitigasi dan
mengurangi risiko bahaya yang ada atau mungkin
terjadi.
9. Beberapa kategori risiko yang harus diidentifikasi meliputi namun tidak terbatas pada risiko:
a) Operasional adalah risiko yang terjadi saat RS memberikan pelayanan kepada pasien baik
klinis maupun non klinis.
Risiko klinis yaitu risiko operasional yang terkait dengan pelayanan kepada pasien
(keselamatan pasien) meliputi risiko yang berhubungan dengan perawatan klinis dan
pelayanan penunjang seperti kesalahan diagnostik, bedah atau pengobatan.
Risiko non klinis yang juga termasuk risiko operasional adalah risiko PPI (terkait
pengendalian dan pencegahan infeksi misalnya sterilisasi, laundry, gizi, kamar jenazah, dll),
risiko MFK (terkait dengan fasilitas dan lingkungan, seperti kondisi bangunan yang
membahayakan, risiko yang terkait dengan ketersediaan sumber air dan listrik, dll.
Unit klinis maupun non klinis dapat memiliki risiko yang lain sesuai dengan proses
bisnis/kegiatan yang dilakukan di unitnya. Misalnya unit humas dapat mengidentifikasi
risiko reputasi dan risiko keuangan;
10. b) Risiko keuangan; risiko kepatuhan (terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku);
c) Risiko reputasi (citra RS yang dirasakan oleh
masyarakat);
d) Risiko strategis (terkait dengan rencana strategis
termasuk tujuan strategis RS);
e) Risiko kepatuhan terhadap hukum dan regulasi.
11. Proses manajemen risiko yang diterapkan di RS meliputi:
a) Komunikasi dan konsultasi.
b) Menetapkan konteks.
c) Identifikasi risiko sesuai kategori risiko
d) Analisis risiko.
e) Evaluasi risiko.
f) Penanganan risiko.
g) Pemantauan risiko.
12. Program manajemen risiko RS harus disusun setiap
tahun berdasarkan daftar risiko yang diprioritaskan
dalam profil risiko meliputi:
a) Proses manajemen risiko
b) Integrasi manajemen risiko di RS.
c) Pelaporan kegiatan program manajemen risiko.
d) Pengelolaan klaim tuntunan yang dapat
menyebabkan tuntutan.
13. Elemen Penilaian TKRS 14
a) Direktur dan pimpinan RS berpartisipasi dan
menetapkan program manajemen risiko
tingkat RS meliputi poin a) sampai dengan d)
dalam maksud dan tujuan.
b) Direktur memantau penyusunan daftar risiko
yang diprioritaskan menjadi profil risiko di
tingkat RS.
14. Standar MFK 3
RS menerapkan Program
MFK terkait keselamatan di
RS.
15. Maksud dan tujuan MFK 3
• Keselamatan di dalam standar ini adalah memberikan
jaminan bahwa bangunan, prasarana, lingkungan,
properti, teknologi medis dan informasi, peralatan, dan
sistem tidak menimbulkan risiko fisik bagi pasien,
keluarga, staf, dan pengunjung.
• Program K3 staf diintegrasikan dalam Program MFK
terkait keselamatan sesuai ruang lingkup keselamatan
yang telah dijelaskan diatas.
16. • Pencegahan dan perencanaan penting untuk menciptakan fasilitas perawatan
pasien termasuk area kerja staf yang aman.
• Perencanaan yang efektif membutuhkan kesadaran RS terhadap semua risiko
yang ada di fasilitas.
• Tujuannya adalah untuk mencegah kecelakaan dan cedera serta untuk menjaga
kondisi yang aman, dan menjamin keselamatan bagi pasien, staf, dan lainnya,
seperti keluarga, kontraktor, vendor, relawan, pengunjung, peserta pelatihan,
dan peserta didik.
• RS mengembangkan dan menerapkan program keselamatan serta
mendokumentasikan hasil inspeksi fisik yang dilakukan.
• Penilaian risiko mempertimbangkan tinjauan proses dan evaluasi layanan baru
dan terencana yang dapat menimbulkan risiko keselamatan.
• Penting untuk melibatkan tim multidisiplin saat melakukan inspeksi
keselamatan di RS.
17. RS menerapkan proses untuk mengelola dan memantau keselamatan
yang meliputi:
a) Pengelolaan risiko keselamatan di lingkungan RS secara
komprehensif
b) Penyediaan fasilitas pendukung yang aman untuk mencegah
kecelakaan dan cedera, penyakit akibat kerja, mengurangi bahaya
dan risiko, serta mempertahankan kondisi aman bagi pasien,
keluarga, staf, dan pengunjung;
c) Pemeriksaan fasilitas dan lingkungan (ronde fasilitas) secara
berkala dan dilaporkan sebagai dasar perencanaan anggaran
untuk perbaikan, penggantian atau “upgrading”.
18. Elemen Penilaian MFK 3
a) RS menerapkan proses pengelolaan keselamatan RS meliputi
poin a) - c) pada maksud dan tujuan.
b) RS telah mengintegrasikan program K3 staf ke dalam program
MFK.
c) RS telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait
keselamatan di RS setiap tahun yang didokumentasikan dalam
daftar risiko/risk register.
d) RS telah melakukan pemantauan risiko keselamatan dan
dilaporkan setiap 6 (enam) bulan kepada pimpinan RS.
19. Standar PMKP 11
Komite/ Tim Penyelenggara Mutu
memandu penerapan program
manajemen risiko di RS
20. Maksud dan Tujuan PMKP 11
• Komite/ Tim Penyelenggara Mutu membuat daftar risiko tingkat
RS berdasarkan daftar risiko yang dibuat tiap unit setiap tahun.
• Berdasarkan daftar risiko tersebut ditentukan prioritas risiko yang
dimasukkan dalam profil risiko RS.
• Profil risiko tersebut akan menjadi bahan dalam penyusunan
Program manajemen risiko RS dan menjadi prioritas untuk
dilakukan penanganan dan pemantauannya.
• Direktur RS juga berperan dalam memilih selera risiko yaitu
tingkat risiko yang bersedia diambil RS dalam upayanya
mewujudkan tujuan dan sasaran yang dikehendakinya.
21. • Ada beberapa metode untuk melakukan analisis risiko secara
proaktif yaitu failure mode effect analysis (analisis modus
kegagalan dan dampaknya /FMEA/ AMKD), analisis kerentanan
terhadap bahaya/hazard vulnerability analysis (HVA) dan infection
control risk assessment (pengkajian risiko pengendalian
infeksi/ICRA).
• RS mengintegrasikan hasil analisis metode-metode tersebut
dalam program manajemen risiko RS.
• Pimpinan RS akan mendesain ulang proses berisiko tinggi yang
telah di analisis secara proaktif dengan melakukan tindakan untuk
mengurangi risiko dalam proses tersebut.
• Proses analisis risiko proaktif ini dilaksanakan minimal sekali
dalam setahun dan didokumentasikan pelaksanaannya.
22. Elemen penilaian PMKP 11
a) Komite/ Tim Penyelenggara Mutu memandu penerapan program manajemen
risiko yang di tetapkan oleh Direktur
b) Komite/ Tim Penyelenggara Mutu telah membuat daftar risiko RS
berdasarkan daftar risiko unit-unit di RS
c) Komite/ Tim Penyelenggara Mutu telah membuat profil risiko dan rencana
penanganan
d) Komite/ Tim Penyelenggara Mutu telah membuat pemantauan terhadap
rencana penanganan dan melaporkan kepada direktur dan representatif
pemilik/dewan pengawas setiap 6 (enam) bulan
e) Komite/ Tim Penyelenggara Mutu telah menyusun Program manajemen
risiko tingkat RS untuk ditetapkan Direktur
f) Komite/ Tim Penyelenggara Mutu telah memandu pemilihan minimal satu
analisis secara proaktif proses berisiko tinggi yang diprioritaskan untuk
dilakukan analisis FMEA setiap tahun.
23. MANAJEMEN RISIKO
MANAJEMEN
RISIKO
MENGAPA ?
BAGAIMANA ?
UNTUK
APA ?
Meminimalkan risiko K3 di RS pada tahap
yang tidak bermakna sehingga tidak
menimbulkan efek buruk terhadap
keselamatan dan kesehatan SDM RS,
pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan RS
Identifikasi potensi bahaya, penilaian
risiko, dan pengendalian risiko
Terciptanya lingkungan kerja yang sehat,
selamat, aman dan nyaman;
Meningkatkan produktivitas kerja;
Pemenuhan standar ???
24. FILOSOFI DI BALIK
MANAJEMEN RISIKO
‘plan for the best - prepare for the worst‘
‘merencanakan yang terbaik - bersiap untuk yang terburuk‘
a
PRINSIP DASAR
Manajemen risiko = Problem solving
(proaktif & prediktif ) (reaktif)
25.
26. BAHAYA
suatu keadaan/kondisi
yang dapat
mengakibatkan
(berpotensi)
menimbulkan kerugian
(cedera/injury/penyaki
t) bagi pekerja,
menyangkut
lingkungan kerja,
pekerjaan (mesin,
metoda, material),
pengorganisasian
pekerjaan, budaya
kerja dan pekerja lain
RISIKO
Probabilitas/kemungkinan
bahaya potensial menjadi
nyata, yang ditentukan
oleh frekuensi dan durasi
pajanan, aktivitas kerja,
serta upaya yang telah
dilakukan untuk
pencegahan dan
pengendalian tingkat
pajanan.
Kemungkinan/peluang
suatu hazard menjadi
suatu kenyataan, yang
bergantung pada:
1) pajanan, frekuensi,
konsekuensi
2) 2) dose-response
KONSEKUENSI
Akibat dari suatu
kejadian yang
dinyatakan secara
kualitatif atau
kuantitatif, berupa
kerugian, sakit, cedera,
keadaan merugikan
atau menguntungkan.
Bisa juga berupa
rentangan akibat-
akibat yang mungkin
terjadi dan
berhubungan dengan
suatu kejadian
30. 1. PERSIAPAN
/PENENTUAN
KONTEKS
30
Penentuan tanggung jawab
dan pelaksana kegiatan
manajemen risiko yang
terdiri dari karyawan,
kontraktor dan pihak ketiga
Penentuan
ruang lingkup
manajemen
risiko K3
Penentuan metode dan
waktu pelaksanaan
evaluasi manajemen
risiko K3
Penentuan semua aktivitas
(baik normal, abnormal
maupun emergensi), proses,
fungsi, proyek, produk,
pelayanan dan aset di
tempat kerja
31. 2. IDENTIFIKASI RISIKO
POTENSIAL
Kemampuan mengenali risiko adalah kunci utama manajemen risiko
Proses mengenali potensi bahaya/Risiko dilakukan terhadap :
1. Manusia yang melakukan
2. Proses kerja/cara kerja
3. Material/bahan yang digunakan bekerja
4. Alat/Mesin yang digunakan
5. Lingkungan Kerja
6. Posisi saat bekerja
7. Layout
36. FAKTOR RISIKO ERGONOMI
KERJA
1. Gerakan berulang
2. Beban berat
3. Sikap tubuh yang janggal/postur kaku
4. Beban statis (diam dlam satu pososi beban)
5. Tekanan langsung pada satu bagian tubuh
6. Peralatan yang tidak sesuai
7. Organisasi kerja yg tdk baik
Prosedur kerja tdk standar
Cara kerja tidak aman
8. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai
40. CARA MENGANGKAT YANG ERGONOMIS
a) Mula2 berjongkok utk mencari posisi
seimbang dgn kaki setengah terbuka,
merapatkan badan kearah benda, pada saat
benda akan terangkat punggung harus lurus,
dagu diangkat agar kepala dan badan tdk
cenderung membungkuk/sedapat mungkin
tegak lurus
b) Langkah mengangkat, pegangan tangan harus
kuat dan mengerahkan tenaga yg
ditanggung oleh tulang dan otot, tegakan dan
luruskan kaki, maka terangkatlah benda tsb.
c) Langkah terakhir, meluruskan badan bagian
atas sehingga lurus dg kaki dan sedapat
mungkin tegak lurus dg lantai
15/02/2023 40
41.
42. Kenali Proses
Produksi dari
Awal hingga
Akhir
Kenali semua bahan/material yang digunakan Kenali semua alat/perkakas/mesin yang terlibat
Kenali Bahaya
& Risikonya
???
Latihan : Mengisi Tabel Pemetaan Risiko
47. JENIS-JENIS INSPEKSI:
47
1. Inspeksi Rutin
• Yaitu inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan secara rutin di setiap
tempat kerja, baik oleh pengawas maupun oleh petugas keselamatan kerja.
• Sering juga disebut “safety on the spot”
• Dalam hal ini, sasaran inspeksi adalah meyakinkan bahwa segala sesuatu
berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Baik dari segi manusia maupun dari
segi teknis.
2. Inspeksi Berkala
• Dilakukan secara berkala (misalnya setiap setahun, 6 bulan, dll)
• Contoh :Inspeksi tempat kerja oleh DEPNAKER diadakan setiap enam bulan
sekali.
• Dalam inspeksi tersebut ditinjau segenap aspek yang ada, baik secara teknis
maupun segi manusia.
• Laporan dan rekomendasi yang disampaikan kepada management.
48. JENIS INSPEKSI
48
3. inspeksi bagian kritis/khusus
inspeksi unit-unit yang baru selesai dibangun
inspeksi sehubungan dengan adanya kasus-kasus
khusus seperti pencemaran. penyakit akibat kerja,
keluhan-keluhan dari karyawan dan lain sebagainya
Item/bagian kritis adalah komponen dari mesin
peralatan atau struktur yang akan menimbulkan
masalah besar apabila rusak aus, salah pemakaian
atau pelaksanaan kerja yang tidak memadai ..
49. 4
KLASIFIKASI BAHAYA
BERDASARKAN UNSAFE ACTION
dan UNSAFE CONDITION
Bahaya klas – A : menyebabkan kecelakaan
fatal, pekerjaan ditangguhkan
Bahaya klas – B : menyebabkan luka serius,
kehilangan hari kerja, harus
diperbaiki sebelum 24 jam
Bahaya klas – C : menyebabkan kecelakaan
minor, tertundanya pekerjaan
harus diperbaiki sebelum 2 x
24 jam
50. CHECKLIST SYSTEM
ACCIDENT INVESTIGATIONS
ACCIDENT STATISTICS
SAFETY INSPECTIONS
SAFETY REVIEWS/ AUDITS
JOB SAFETY ANALYSIS
HAZOPS
FAILURE MODES & EFFECT ANALYSIS (FMEA)
FAULT TREE ANALYSIS (FTA)
EVENT TREE ANALYSIS (ETA)
QUALITATIF RISK ASSESSMENT (QRA)
Melakukan pengisian JSA form
51. PENGERTIAN JSA
JOB SAFETY ANALYSIS :
“Tata cara atau metode untuk meneliti bahaya yang ada
dalam setiap langkah kerja, kemudian mencari metode
untuk melenyapkan atau mengurangi bahaya tersebut.”
MENURUT OSHA : JOB HAZARD ANALYSIS
“Carefully studying and recording each step of a job,
identifying existing or potential job hazards (both safety and
health), and determining the best way to perform the job to
reduce or eliminate these hazards.”
52. JOB: DATE : ANALYSIS By :
JOB TITLE : SUPERVISOR : REVIEWID By :
DEPARTEMENT : SECTION : APPROVED By :
JOB SAFETY ANALYSIS
JOB STEP SEQUENCE POTENTIALACCIDENT RECOMMENDATION
REQUIRED PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT :
53. JOB: Mimindahkan Pompa Bahan
bakar
DATE : 08.04.2002 ANALYSIS By : J. WILSON
JOB TITLE : Memberbaiki Pompa SUPERVISOR : E. MOORE REVIEWID By : H. BROWN
DEPARTEMENT : MAINTENANCE SECTION : PUMP REPAIR APPROVED By : P. WILLIAM
LANGKAH KERJA POTENSI KECELAKAAN REKOMENDASI
1. Mematikan Pompa
2. Melepaskan komponen
listrik
3. Membuka valve masing-
masing sisi pompa.
4. Membuang atau
mengeluarkan sisa
cairan hidrokarbon dari
pompa
5. Melepas baut pompa
dan memindahkannya.
Kesetrum listrik
Kesetrum listrik
Ketegangan otot
Kebakaran dan ledakan
Terbakar panas
Rusak jaringan karena
ketegangan otot
Kaki patah atau memar
Jgn berdiri diarea yang basah,
pastikan listriknya ada groundednya.
Kunci panel listrik dari upaya
menghidupkan pompa (LOTO).
Jika valvenya keras atau berkarat,
lumasi dengan pelumas.
Jauhkan semua sumber api dan
sediakan APAR. Berdiri pada posisi
yang tidak akan terciprat cairan.
Gunakan tools yang tepat
Gunakan alat angkat
Lakukan cara mengangkat yg benar
Pastikan alat angkat dgn kapasitas
yang sesuai, kenakan sepatu safety
REQUIRED PERSONAL : PROTECTIVE EQUIPMENT : GLOVES, SAFETY SHOES, FACE SHIELD
JOB SAFETY ANALYSIS
55. 55
PENILAIAN RISIKO SECARA KUALITATIF
Metode ini menganalisa dan menilai suatu risiko dengan
cara membandingkan terhadap suatu deskripsi / uraian dari
parameter (peluang dan akibat) yang digunakan.
Umumnya pada metode ini menggunakan bentuk matriks
risiko dengan 2 parameter, yaitu: peluang dan akibat.
Risk Assessment
61. Strategi Kualitas Lanjutan: FMEA
(Analisa Moda dan Efek Kegagalan)
Cegah cedera dengan implementasi keselamatan menggunakan
redisain proses dengan FMEA
62.
63. • Seberapa sering penyebab terjadi?
• 10 = Sangat sering
• 1 = Sangat jarang
Kejadian
Langka
Umum
10 5 1
64.
65. PROBABILITY : LIKELIHOOD / FREQUENCY
Level DESKRIPSI
1
Very low
0–5% – extremely unlikely or virtually impossible
HAMPIR TIDAK MUNGKIN TERJADI
>5 thn/x
2
Low
6–20% – low but not impossible
JARANG TAPI BUKAN TIDAK MUNGKIN TERJADI
2-5 thn/x
3
Medium
21–50% – fairly likely to occur
MUNGKIN TERJADI / BISA TERJADI
1-2 thn/x
4
High
51–80% – more likely to occur than not
SANGAT MUNGKIN
Bebrp x /thn
5
Very high
81–100% – almost certainly will occur
HAMPIR PASTI AKAN TERJADI
Tiap mgg /bln
66. • Tentukan keparahan efek pada pasien
• 10 = Tertinggi (kematian)
• 1 = Pasien tidak peduli (bukan berarti
pasien senang)
Keparahan
10 5 1
4
67.
68. SKOR DAMPAK
1 2 3 4 5
INSGNIFICANT MINOR MODERATE MAJOR CATASTROPHIC
CIDERA
PASIEN
Tidak ada
cedera
Dapat diatasi
dengan
pertolongan
pertama
Berkurangnya
fungsi motorik /
sensorik
Setiap kasus yang
memperpanjang
perawatan
Cedera luas
Kehilangan
fungsi utama
permanent
Kematian
PELAYANAN/
OPERASIO
NAL
TERHENTI LEBIH
DARI 1 JAM
TERHENTI LEBIH
DARI 8 JAM
TERHENTI
LEBIH DARI 1
HARI
TERHENTI LEBIH
DARI 1 MINGGU
TERHENTI
PERMANEN
BIAYA /
KEUANGAN
KERUGIAN KECIL KERUGIAN LEBIH
DARI 0,1%
ANGGARAN
KERUGIAN LEBIH
DARI 0,25 %
ANGGARAN
KERUGIAN LEBIH
DARI 0,5%
ANGGARAN
KERUGIAN LEBIH
DARI 1%
ANGGARAN
PUBLIKASI RUMOR - MEDIA LOKAL
- WAKTU
SINGKAT
- MEDIA LOKAL
- WAKTU LAMA
MEDIA NASIONAL
KURANG DARI 3
HARI
MEDIA NASIONAL
LEBIH DARI 3 HARI
REPUTASI RUMOR DAMPAK KECIL
THD MORIL
KARYAWAN DAN
KEPERCAYAAN
MASYARAKAT
DAMPAK
BERMAKNA THD
MORIL KARYAWAN
DAN
KEPERCAYAAN
MASYARAKAT
DAMPAK SERIUS
THD MORIL
KARYAWAN DAN
KEPERCAYAAN
MASYARAKAT
MENJADI
MASALAH
BERAT BAGI PR
69. • Berapa besar kemungkinan kita
mendeteksi masalah sebelum itu memberi
efek pada pasien ?
• 10 = Tidak mungkin
• 1 = Pasti
Pendeteksian
5 1
Mungkin
Tidak mungkin
10
70.
71. RISIKO = EFEK X PROBABILITAS
Analisa risiko dapat dilakukan dengan metode kualitatif dengan melihat
efek bahaya potensial (efek) dan kemungkinan terjadinya (probabilitas).
Untuk mengetahui kategori risiko tinggi, sedang, atau rendah
3. ANALISA RISIKO
72. TERMASUK YANG PERLU DIPERHATIKAN ANALISIS RISIKO
72
Perilaku bekerja
Higiene perorangan
Kebiasaan selama bekerja yang
dapat meningkatkan risiko
gangguan kesehatan
73. BEBERAPA FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI PROBABILITAS
Lama dan frekuensi paparan
• Secara umum, makin lama atau sering seseorang terpapar bahaya,
maka makin besar kemungkinan mengalami kecelakan.
Kompetensi dari orang yang terpapar
• Sesorang yang belum mendapatkan training (belum kompeten) dalam
melakukan suatu pekerjaan, maka makin besar kemungkinan
mendapakan kecelakaan.
Peralatan dan kondisinya
• Peralatan yang dalam kondisi buruk/kurang (tidak aman) akan
memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan.
73
74. BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEK
Sifat dan Intensitas bahaya
• Jika seseorang terciprat asam kuat akan mengalami cedera lebih berat
jika dibanding terciprat asam lemah.
Lama dan frekuensi paparan
• Terpapar kebisingan selama 8 jam akan lebih parah jika dibandingkan
terpapar 8 menit dari mesin yang sama.
Ketersedian/kesiapsiagaan P3K
• Seseorang yang mendapat pertolongan segera dari tim P3K akan dapat
mengurangi keparahan akibat kecelakaan.
74
81. Membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria
standar yang digunakan.
Dalam tahapan ini diputuskan apakah pengendalian yang ada telah mencukupi atau perlu
dilakukan pengendalian tambahan.
Memutuskan mengenai risiko mana yang memerlukan pengendalian tambahan &
prioritas pengendaliannya.
4. EVALUASI RISIKO
83. HASIL
EVALUASI
RISIKO
DIANTARANYA
Gambaran tentang seberapa penting risiko
yang ada
Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu
ditanggulangi
Gambaran tentang kerugian yang mungkin
terjadi baik dalam parameter biaya ataupun
parameter lainnya
Masukan informasi untuk pertimbangan
tahapan pengendalian
84. Pengambilan tindakan-tindakan untuk mengeliminasi / mengurangi
kecenderungan dari paparan bahaya yang dapat menyebabkan kerugian-
kerugian fasyankes.
Upaya pengendalian potensi bahaya yang ditemukan di tempat kerja.
Pengendalian risiko perlu dilakukan sesudah menentukan prioritas risiko.
5. PENGENDALIAN RISIKO
Pengendalian Risiko dilakukan mengikuti hirarki kontrol
85.
86. Hierarki Pengendalian Risiko K3
Eliminasi Eliminasi Sumber Bahaya
Tempat Kerja
/Pekerjaan Aman
Mengurangi Bahaya
Substitusi Substitusi Alat/Mesin/Bahan
Pengendalian
Teknik
Modifikasi/Perancangan
Alat/Mesin/Tempat Kerja yang Lebih
Aman
Pengendalian
Administrasi
Prosedur, Aturan, Pelatihan, Durasi
Kerja, Tanda Bahaya, Rambu,
Poster, Label Tenaga Kerja Aman
Mengurangi Paparan
APD Alat Perlindungan Diri Tenaga Kerja
Pengendalian risiko merupakan suatu hierarki (dilakukan
berurutan sampai dengan tingkat bahaya berkurang menuju titik
yang aman).
87. CONTOH PENGENDALIAN
RISIKO K3RS
Containment, yaitu mencegah pajanan
Biosafety Program Management, support dari
pimpinan puncak
Compliance Assessment, meliputi audit,
annual review, incident dan accident statistics
Investigasi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja
Fire Prevention Program
Emergency Response Preparedness
Pemindahan Risiko (Risk transfer
88. • Compliance Assessment, meliputi audit, annual
review, incident dan accident statistics.
• Safety Inspection dan Audit meliputi :
Kebutuhan (jenisnya) ditentukan berdasarkan karakteristik pekerjaan
(potensi bahaya dan risiko)
Dilakukan berdasarkan dan berperan sebagai upaya pemenuhan
standar tertentu
Dilaksanakan dengan bantuan cheklist (daftar periksa) yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan jenis kedua program
tersebut
89. PIRAMIDA KECELAKAAN
Cedera Serius / Kematian
Cedera Sedang / LTI
Cedera Ringan / Property Damage
Near-Miss / Hampir Insiden
Kondisi dan Tindakan
Tidak aman
20.000
600
30
10
1
90. PENYEBAB KECELAKAAN
Teori ……HW Heinrich
A. Tindakan tidak aman (TTA) 88%
- Tdk memakai APD
- Tdk mengikuti prosedure kerja
- Tidak mengikuti peraturan keselamatan kerja
- Bekerja sambil bergurau
B. Kondisi tidak aman (KTA) 10%
- Lantai kerja licin/berceceran oli-oli
- Tempat kerja berserakan barang-barang
- Pencahayaan yang kurang
- Kondisi tempat kerja berdebu
C. Lain-lain (2%)
95. LEMAHNYA
KONTROL
KERUGIAN
PENYEBAB
DASAR
PENYEBAB
LANGSUNG
INSIDEN
INSIDEN
l STRUCK AGAINST menabrak/bentur benda diam/bergerak
l STRUCK BY terpukul/tabrak oleh benda bergerak
l FALL TO jatuh dari tempat yang lebih tinggi
l FALL ON jatuh di tempat yang datar
l CAUGHT IN tusuk, jepit, cubit benda runcing
l CAUGHT ON terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar
l CAUGHT BETWEEN terpotong, hancur, remuk
l CONTACT WITH listrik, kimia, radiasi, panas, dingin
l OVERSTRESS terlalu berat, cepat, tinggi, besar
l EQUIPMENT FAILURE kegagalan mesin, peralatan
l EVIRONMENTAL RELEASE masalah pencemaran
96. LEMAHNYA
KONTROL
KERUGIAN
PENYEBAB
DASAR
PENYEBAB
LANGSUNG
INSIDEN
SEBAB
LANGSUNG
l PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK LAYAK
l APD KURANG, TIDAK LAYAK
l PERALATAN RUSAK
l RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS
l SISTEM PERINGATAN KURANG
l BAHAYA KEBAKARAN
l KEBERSIHAN KERAPIAN KURANG
l KEBISINGAN
l TERPAPAR RADIASI
l TEMPERATUR EXTRIM
l PENERANGAN TIDAK LAYAK
l VENTILASI TIDAK LAYAK
l LINGKUNGAN TIDAK AMAN
l OPERASI TANPA OTORISASI
l GAGAL MEMPERINGATKAN
l GAGAL MENGAMANKAN
l KECEPATAN TIDAK LAYAK
l MEMBUAT ALAT PENGAMAN
TIDAK BERFUNGSI
l PAKAI ALAT RUSAK
l PAKAI APD TIDAK LAYAK
l PEMUATAN TIDAK LAYAK
l PENEMPATAN TIDAK LAYAK
l MENGANGKAT TIDAK LAYAK
l POSISI TIDAK AMAN
l SERVIS ALAT BEROPERASI
l BERCANDA, MAIN-MAIN
l MABOK ALKOHOL, OBAT
l GAGAL MENGIKUTI PROSEDUR
PERBUATAN TAK AMAN KONDISI TAK AMAN
97. LEMAHNYA
KONTROL
KERUGIAN
PENYEBAB
DASAR
PENYEBAB
LANGSUNG
INSIDEN
SEBAB
DASAR
l PENGAWASAN / KEPEMIMPINAN
l ENGINEERING
l PENGADAAN (PURCHASING)
l KURANG PERALATAN
l MAINTENANCE
l STANDAR KERJA
l SALAH PAKAI/SALAH
MENGGUNAKAN
l KEMAMPUAN FISIK ATAU
PHISIOLOGI TIDAK LAYAK
l KEMAMPUAN MENTAL TIDAK
LAYAK
l STRESS FISIK ATAU PHISIOLOGI
l STRESS MENTAL
l KURANG PENGETAHUAN
l KURANG KEAHLIAN
l MOTIVASI TIDAK LAYAK
FAKTOR PRIBADI FAKTOR KERJA
99. CONTOH KASUS KECELAKAAN
Di sebuah lab RS terdapat 3 pekerja yang sedang bekerja,
A (perempuan 25 thn),B (perempuan 23 thn), C (laki laki 20
thn). A dan B sedang duduk di depan meja yang terdapat
bunsen sedang menyala, A bercanda menyenggol lengan
atas B, tangan B menyenggol bunsen menyala, bunsen
terjatuh membakar kursi kemudian seluruh ruangan, A
langsung lari keluar ruangan, tungkai kaki kanan B tertimpa
kursi, sambil terseok seok jalan keluar ruangan,sedangkan
C tidak dapat menyelamatkan diri terkurung diruangan
99
100. Accident Cost Iceberg
Biaya luka & sakit
* Pengobatan
US 1 * Biaya kompensasi
(Biaya yang tidak diasuransikan)
US 5 to US 50 * Kerusakan Gedung
Ledger Cost of Property * Alat dan perlengkapan
Damage( Uninsured Cost ) * Kerusakan Produk & Material
* Biaya perbaikan dan penggantian
* Exp. Suplai emergency &
perlengkapan
US 1 to US 3
Uninsured Miscellaneous Costs * Waktu Penyelidikan
* Upah yang dibayar akibat kehabisan waktu
* Lembur
* Waktu yang terpakai
* Waktu pengawasan ekstra.
* Biaya perekrutan dan pelatihan pegawai
* Kerugian bisnis & goodwill
* Kinerja pegaeai yang cidera menurun
COST ICEBERG THEORY
Biaya yang
terlihat
Biaya
yang
tidak
terlihat
101. CONTOH KASUS KECELAKAAN
Seorang pekerja laundry dari rumah sakit ABC terkena
sterum listrik dan mengalami luka bakar dan pinsan.
Korban dilarikan ke IGD untuk mendapatkan pertolongan.
Bersarkan informasi yang ditemukan dilapangan diketahui
bahwa pekerja tersebut adalah pekerja baru (2 minggu)
dan belum mendapatkan training orientasi. Ditemukan
diruang laundry ada selang air dari mesin laundry yang
bocor sehingga lantai dalam keadaan basah, sementara
pekerja tsb tidak menggunakan alas kaki yang disediakan.
Ditemukan juga bahwa pekerja sedang mengecharge HP
dengan menggunakan kabel extension, dimana kabel
tersebut ada bagian yang terkelupas.
101
102. 6. KOMUNIKASI
KONSULTASI
Komunikasi dan konsultasi
merupakan pertimbangan penting
pada setiap langkah atau tahapan
dalam proses manajemen risiko
Sangat penting untuk mengembangkan rencana
komunikasi, baik kepada kontributor internal
maupun eksternal sejak tahapan awal proses
pengelolaan risiko
Komunikasi dan konsultasi termasuk didalamnya
dialog dua arah diantara pihak yang berperan di
dalam proses pengelolaan risiko dengan fokus
terhadap perkembangan kegiatan
Komunikasi internal dan eksternal yang efektif
penting untuk meyakinkan pihak pengelolaan
sebagai dasar pengambil keputusan
Persepsi risiko dapat bervariasi karena adanya
perbedaan dalam asumsi dan konsep, isu isu dan
fokus perhatian kontributor dalam hal hubungan
risiko dan isu yang dibicarakan
Kontributor membuat keputusan tentang risiko
yang dapat diterima berdasarkan pada persepsi
mereka terhadap risiko
Karena kontributor sangat berpengaruh pada pengambilan
keputusan maka sangat penting bagaimana persepsi mereka
tentang risiko sama halnya dengan persepsi keuntungan yang bisa
didapat dengan pelaksanaan pengelolaan risiko
103. 7. PEMANTAUAN DAN TELAAH ULANG
Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah
ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan.
Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung
perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan –
perubahan yang bisa terjadi
Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu untuk
dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh proses
pengelolaan risiko dengan optimal
104. PENERAPAN INSPEKSI
TEMPAT KERJA DENGAN PERSYARATAN
Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur
Inspeksi dilaksanakan bersama oleh dan wakil organisasi / unit yang
bertanggungjawab di bidang K3RS dan wakil SDM RS yang telah
memperoleh orientasi / workshop / pelatihan mengenai identifikasi
potensi bahaya
Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat
yang diperiksa
Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan
pada saat inspeksi
Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektivitasnya.
Laporan inspeksi diajukan kepada organisasi / unit yang bertanggungjawab
di bidang K3RS sesuai dengan kebutuhan
Pimpinan RS / organisasi / unit yang bertanggungjawab di bidang K3RS
menetapkan penanggungjawab untuk pelaksanaan tindakan perbaikan dari
hasil laporan pemeriksaan / inspeksi