SlideShare a Scribd company logo
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
22
MANAJEMEN LIMBAH PABRIK KARET DALAM
RANGKA PENURUNAN KADAR BOD
(BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND)
Asramid Yasin1
1
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta, Jl. Raya Limo Kelurahan Limo Kecamatan Cinere, Depok Baru, Indonesia 16515, ID
Penulis (Sinta) : 5979653, email: asramidyasin@upnvj.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran manajemen limbah pabrik karet PT. Perkebunan
Nusantara VIII Cikumpay Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat dalam rangka penurunan kadar BOD
(Biological Oxygen Demand). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif teoretik. Data yang
dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penurunan kadar BOD disebabkan oleh pabrik tersebut melakukan manajemen limbah dengan cara
menerapkan konsep produksi bersih antara lain: (1) minimasi limbah yaitu mengurangi volume limbah,
menggunakan saluran limbah pipa tertutup, kolam rubber trap, New Nicola (asap cair) dan Food Grade yang
tingkat bahayanya lebih rendah, tidak boros dan murah, (2) pemanfaatan limbah yaitu limbah cair karet dijual
sebagai produk sampingan dan (3) pengolahan limbah yaitu menggunakan kolam IPAL yang terdiri dari 2
kolam anaerob dan 3 kolam fakultatif.
Kata Kunci: manajemen limbah cair karet dan penurunan kadar BOD
Abstract
The research is aimed at gaining a description of waste rubber factory management, Perkebunan Nusantara
VIII Company Kebun Cikumpay in Purwakarta Province of West Java to Reduction of Rate BOD (Biological
Oxygen Demand). The research used a theoretical descriptive method. Data have been collected by
observation, interview and documents. The results showed that the reduction of rate BOD caused by the
factory carried out the wastewater management by applying clean production concept for example: (1)
minimizing waste with lessening wastewater volume, using of the ditch through a closed pipe, rubber trap,
chemicals raw materials namely New Nicola (liquid smoke) and Food Grade with lower of hazard, more
efficient and more cheap. (2) reusing of waste for sale as by products and (3) wastewater treatment with using
of IPAL the consisted of 2 anaerobic and 3 facultative ponds.
Keywords: wastewater management of rubber and reduction of rate BOD
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
23
PENDAHULUAN
PT. Perkebunan Nusantara VIII
(Persero), disingkat PTPN VIII, adalah
Badan Usaha Milik Negara Indonesia
yang bergerak di bidang perkebunan teh,
karet, kina, kakao, kelapa sawit, dan getah
perca. PTPN VIII merupakan BUMN
yang bergerak pada sektor perkebunan
dengan kegiatan usaha meliputi
pembudidayaan tanaman, pengolahan, dan
penjualan komoditi perkebunan seperti
teh, karet dan sawit sebagai komoditi
utamanya, serta kakao dan kina sebagai
komoditi pendukungnya. Sampai saat ini,
PTPN VIII mengelola 41 kebun yang
tersebar di 11 kabupaten/kota di Jawa
Barat dan 2 kabupaten di Propinsi Banten.
Tanaman karet yang dikelola
PTPN VIII seluas 25.536 Ha tersebar di
14 kebun. Produksi karet yang dipasarkan
dalam negeri adalah 80 % sedangkan
sisanya sebesar 20 % di ekspor ke Asia,
Eropa dan Amerika. Dari 14 kebun karet
tersebut salah satu lokasi yang menjadi
wilayah kerja PTPN VIII terletak di
Kabupaten Purwakarta yang dikenal
dengan PTPN VIII Cikumpay.
PTPN VIII Cikumpay merupakan
perusahaan yang mengusahakan berbagai
tanaman di lahan perkebunannya, seperti
teh, kina, kakao, kelapa sawit dan karet.
Saat ini tanaman yang paling menunjang
dan sangat menguntungkan PTPN VIII
Cikumpay diantara tanaman-tanaman
tersebut adalah karet. Luas kebun karet di
PTPN VIII Cikumpay mencapai 3.072 ha,
luasan tersebut terdiri dari 1.800 ha
tanaman menghasilkan (TM), 800 ha
tanaman belum menghasilkan (TBM), dan
472 ha untuk kebun pembibitan, baik
pembibitan batang atas maupun batang
bawah, dan untuk pabrik pengolahan
pabrik karet (dua pabrik pengolahan).
Perkembangan industri di
Indonesia sampai saat ini masih terus
ditingkatkan, sejalan dengan kemajuan
pembangunan. Seiring dengan
meningkatnya pembangunan disektor
industri, maka akan menghasilkan dampak
yaitu berupa dampak positif dan dampak
negatif terhadap lingkungan. Dampak
positifnya berupa produk-produk yang
dapat dinikmati oleh manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Sedangkan dampak negatifnya berupa
pencemaran lingkungan yaitu
menghasilkan limbah dari kegiatan
industri tersebut. Karena itu pemerintah
menganjurkan kepada setiap industri agar
limbah yang dihasilkan dari kegiatan
industri terlebih dahulu melalui proses
pengolahan dan mengawasi mutu
limbahnya sebelum dibuang ke luar
sehingga tidak mengakibatkan perubahan
terhadap kualitas lingkungan secara
keseluruhan.
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
24
Salah satu industri yang erat
hubungannya dengan masalah lingkungan
adalah industri karet. Dari proses
pengolahan karet tersebut menghasilkan
limbah yang banyak mengandung
senyawa organik. Pengendalian
pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah
karet perlu mendapat perhatian yang
serius untuk dipelajari dan diteliti agar
tingkat pencemaran limbah yang dibuang
ke lingkungan berada dibawah baku mutu
lingkungan (BML) yang telah ditetapkan.
Hal ini memerlukan penanganan yang
terpadu antara pihak pemerintah, industri
dan masyarakat, juga diperlukan teknologi
pengolahan limbah karet yang murah dan
mudah dalam penanganannya.
Pengolahan limbah karet masih
menjadi masalah utama bagi negara-
negara produsen karet. Pembuangan
limbah yang belum diolah dengan optimal
terus menyumbang kerusakan lingkungan,
sehingga harus segera diatasi. Pengolahan
limbah masih menjadi masalah di negara
industri karet. Bau busuk dan limbah cair
adalah masalah besar dan harus terus
diatasi dengan komitmen semua pihak,
pengusaha, pemerintah, maupun peneliti.
Bau busuk yang dihasilkan proses
pembekuan karet alam sangat
mengganggu pernapasan. Sedangkan
limbah cair yang tidak dikelola dengan
baik seringkali langsung dibuang ke
sungai, sehingga merusak lingkungan.
Salah satu pabrik karet yang
melakukan pengolahan terhadap
limbahnya adalah PTPN VIII Cikumpay
Kabupaten Purwakarta Jawa Barat yang
mempunyai visi yakni “menjadi
perusahaan agribisnis terkemuka dan
terpercaya, mengutamakan pelanggan dan
kepedulian lingkungan dengan didukung
oleh sumber daya manusia yang
profesional”. Visi tersebut kemudian
diperkuat melalui salah satu misinya yakni
“terpakainya teknologi budidaya tepat
guna dan proses pengolahan yang efisien
dan ramah lingkungan, sehingga
menghasilkan produk komoditas dan
industri berkualitas.
Inilah merupakan alasan mengapa
peneliti menjadikan proses manajemen
limbah PTPN VIII Cikumpay sebagai
objek penelitian karena menurut Laporan
Hasil Penilaian Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup 2013
(Peringkat Proper) sesuai Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5
Tahun 2011 tentang Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup
disebutkan bahwa PTPN VIII Kebun
Karet Cikumpay Kabupaten Purwakarta
Jawa Barat termasuk dalam kategori
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
25
berperingkat BIRU yang artinya
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang telah melakukan upaya
pengelolaan lingkungan yang
dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan
dan/atau peraturan perundang-undangan,
dengan kata lain proses manajemen
limbah pabrik karet di PTPN VIII
Cikumpay telah memenuhi syarat baku
mutu lingkungan dan apabila dibuang ke
lingkungan atau badan air tidak
mencemari yang sesuai dengan Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup
No.51/MENLH/10/1995 adalah BOD5
150 mg/l, COD 300 mg/l, TSS 150 mg/l,
Amonia total 10 mg/l dan pH 6,0-9,0.
Namun berdasarkan hasil
peringkat yang diperoleh PTPN VIII
Kebun Karet Cikumpay belum mencapai
hasil yang maksimal yang diinginkan
yaitu peringkat HIJAU dan EMAS yaitu
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang telah secara konsisten
menunjukkan keunggulan lingkungan
(environmental excellency) dalam proses
produksi dan/atau jasa, melaksanakan
bisnis yang beretika dan bertanggung
jawab terhadap masyarakat.
Oleh karena itu mengingat akan
pentingnya melestarikan lingkungan hidup
agar tetap bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya, maka setiap pabrik karet harus
melakukan pengolahan terhadap
limbahnya dan mengawasi mutu
limbahnya sebelum dibuang ke
lingkungan atau badan air.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran proses manajemen
limbah pada pabrik karet PTPN VIII
Cikumpay Kabupaten Purwakarta Propinsi
Jawa Barat dalam Rangka Penurunan
Kadar BOD (Biological Oxygen Demand).
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif. Metode
penelitian deskriptif adalah sebuah metode
yang berusaha mendeskripsikan,
menginterpretasikan sesuatu, misalnya
kondisi atau hubungan yang ada, pendapat
yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi
atau tentang kecenderungan yang sedang
berlangsung. Pendekatan penelitian yang
digunakan adalah pendekatan teoritis.
Artinya, dalam pengolahan data, sejak
mereduksi, menyajikan, serta
memverifikasi dan menyimpulkan data
menggunakan interpretatif dari teori-teori
yang digunakan dalam penelitian ini.
Data yang dikumpulkan berupa
data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh langsung dari hasil
wawancara, observasi (pengamatan)
lapangan, diskusi dengan informan dan
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
26
key informan, diskusi dengan pakar,
catatan lapangan, dokumentasi dan
triangulasi. Data sekunder diperoleh
melalui telaah data yang resmi (hasil
laporan, penelitian dan lain-lain).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini maka yang
diteliti yaitu “Bagaimanakah proses
manajemen limbah pada pabrik karet
PTPN VIII Cikumpay Kabupaten
Purwakarta Propinsi Jawa Barat dalam
Rangka Penurunan Kadar BOD
(Biological Oxygen Demand)?”
Proses manajemen limbah pada
pabrik karet PTPN VIII Cikumpay
Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa
Barat terdiri dari 5 aspek yaitu: (1) Proses
Pengolahan Karet sehingga dapat
menghasilkan limbah cair, (2) Saluran Air
Limbah Cair Karet, (3) Bahan Kimia yang
Digunakan pada Pengolahan Karet,
(4) Kadar BOD pada Inlet Pabrik Karet,
dan (5) Kadar BOD pada Outlet IPAL.
Gambar 1.
Proses Manajemen Limbah Cair Karet pada PTPN VIII Cikumpay di Purwakarta Propinsi Jawa Barat dalam
Rangka Penurunan Kadar BOD
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
27
Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat
diketahui bahwa proses manajemen
limbah cair karet pada PTPN VIII
Cikumpay di Purwakarta Propinsi Jawa
Barat dalam rangka penurunan tingkat
pencemaran air, dilakukan manajemen
limbah dengan cara menerapkan konsep
produksi bersih (cleaner production) yang
meliputi: meminimasi sumber penghasil
limbah, penggunaan saluran limbah
melalui pipa tertutup, penggunaan kolam
rubber trap, penggunaan bahan baku
kimia yaitu New Nicola (asap cair) yang
tingkat bahayanya lebih rendah, tidak
boros dan harganya murah, penggunaan
instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
yang terdiri dari 2 kolam anaerob dan 3
kolam fakultatif serta penggunaan kembali
limbah cair karet (Reuse) untuk dijual
sebagai nilai tambah ekonomi.
Berdasarkan manajemen limbah yang
diterapkan oleh pabrik tersebut diperoleh,
pengendalian mutu limbah/lingkungan
yaitu debit limbah, beban pencemaran,
kadar limbah, kualitas air bersih serta
kualitas air dan pengendalian pencemaran
air telah memenuhi syarat standar baku
mutu yang ditetapkan pemerintah.
Dalam manajemen limbah seluruh
anggota organisasi baik pimpinan puncak,
menengah dan karyawan berkewajiban
untuk mencegah, mengurangi,
menanggulangi dan menghilangkan
limbah yang terjadi, hal tersebut dilakukan
karena sesuai dengan visi PT. Perkebunan
Nusantara VIII Kebun Cikumpay di
Purwakarta Propinsi Jawa Barat adalah
“menjadi perusahaan agribisnis terkemuka
dan terpercaya, mengutamakan pelanggan
dan kepedulian lingkungan dengan
didukung oleh SDM yang profesional”.
Hal penting dalam limbah cair
adalah perusahaan industri mengelola
limbahnya sebelum dilakukan
pembuangan dan setelah dilakukan
pembuangan sehingga dapat terjadi
penurunan kadar BOD agar tidak
mencemari lingkungan sekitarnya
terutama air permukaan tanah.
Pada proses pengolahan karet jenis
RSS, karyawan pabrik melakukan
manajemen limbah dengan cara produksi
bersih (cleaner production) yakni
mengumpulkan busa lateks yang terbuang
yang disimpan pada wadah (loyang) yang
sudah disiapkan sedangkan untuk busa
lateks, sisa air rendaman hasil pembekuan
lateks, sisa air dan berupa serum hasil
pengepresan dan sisa air pencucian alat
yang terbuang melalui saluran air limbah
dikumpulkan atau ditampung melalui
kolam rubber trap yang bertujuan untuk
menjebak limbah cair yang terbuang dari
hasil pengolahan karet RSS agar tidak
langsung masuk ke kolam IPAL sehingga
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
28
dapat mengurangi volume buangan/
konsentrasi buangan limbah.
Manajemen limbah pada dasarnya
bertujuan untuk mengendalikan
pencemaran yang disebabkan oleh
industri. Upaya manajemen limbah yang
pertama sekali diupayakan adalah
mereduksi limbah pada sumbernya dengan
cara mengurangi volume atau konsentrasi
limbah yang akan menyebar di lingkungan
terutama pada air permukaan tanah.
Pada proses pengolahan karet jenis
CR/SIR, karyawan pabrik melakukan
manajemen limbah dengan cara produksi
bersih (cleaner production) yakni
mengumpulkan sisa air dari pencucian
lump, serum dan sisa air dari penggilingan
lump dan sisa air perendaman compo yang
sudah tidak terpakai ditampung melalui
kolam rubber trap yang bertujuan untuk
menjebak limbah cair yang terbuang dari
hasil pengolahan karet CR/SIR agar tidak
langsung masuk ke kolam IPAL sehingga
dapat mengurangi volume buangan/
konsentrasi buangan limbah.
Konsep Cleaner Production
dicetuskan oleh United Nation
Environmental Program (UNEP) pada
bulan Mei 1989. UNEP menyatakan
bahwa cleaner production (produksi
bersih) merupakan suatu strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif, terpadu dan diterapkan secara
kontinu pada proses produksi, produk dan
jasa untuk meningkatkan ekoefisiensi
sehingga mengurangi risiko terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. Salah
satu teknik pelaksanaan produksi bersih
yaitu pengurangan atau eliminasi limbah
pada sumbernya melalui volume buangan
diperkecil dengan cara
mengkonsentrasikan limbah pada
umumnya untuk menghilangkan sejumlah
komponen yang dilakukan dengan
pengolahan fisik, misalnya pengendapan
atau penyaringan, komponen yang
terpisah dapat digunakan kembali.
Hal tersebut juga didukung oleh
Fischer dan Schot (1993:172) yang
menyatakan bahwa manajemen polusi
biasanya dibagi menjadi dua kategori:
pengendalian polusi dan pengurangan
polusi. Pengendalian polusi mengacu pada
pengolahan dari sebuah arus limbah untuk
membatasi emisi atau efluen kepada
lingkungan. Pengurangan polusi meliputi
mendesain kembali atau modifikasi dari
proses atau prosedur operasi sehingga
limbah yang dihasilkan pada dasarnya
berkurang. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian Nurmaliakasih, dkk., (2017)
dengan judul penelitian tentang
Penyisihan COD dan BOD Limbah Cair
Industri Karet PTPN IX Kebun Ngobo
Semarang dengan sistem Horizontal
Roughing Filtration (HRF) dan Plasma
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
29
Dielectric Barrier Discharge (DBD)
dimana diperoleh bahwa pretreatment
dengan menggunakan Horizontal
Roughing Filtration (HRF) dengan media
filter batu apung dapat menyisihkan
senyawa organik berupa BOD dari
konsentrasi awal sebesar 852 mg/l
menjadi 568 mg/l dengan efisiensi
penyisihan BOD sebesar 33,4%.
Pada proses pengolahan limbah cair
karet, karyawan pabrik melakukan
manajemen limbah dengan cara produksi
bersih (cleaner production) yakni langkah
pertama ialah mengumpulkan limbah cair
yang berasal dari pabrik pengolahan karet
RSS dan CR/SIR melalui kolam rubber
trap I dan II yang bertujuan untuk
menjebak limbah cair yang terbuang dari
hasil pengolahan karet agar tidak langsung
masuk ke kolam IPAL sehingga dapat
mengurangi volume buangan/konsentrasi
buangan limbah. Selain itu juga, untuk
dapat mengurangi limbah dilakukan
optimasi sarana dan prasarana pengolahan
karet seperti sistem perpipaan,
meniadakan kebocoran, ceceran, dan
terbuangnya bahan serta limbah. Langkah
kedua ialah limbah cair tersebut yang
sudah terkumpul/tertampung pada kolam
rubber trap I dan II akan dikeruk/disaring
sehingga komponen karet dan air terpisah
yang bertujuan untuk komponen karet
tersebut dapat digunakan kembali (Reuse)
untuk dilakukan pemanfaatan limbah
sedangkan langkah ketiga ialah komponen
air tersebut dialirkan menuju kolam IPAL
untuk dilakukan pengolahan limbah
hingga limbah cair yang dihasilkan
memenuhi standar baku mutu lingkungan
karena terjadi penurunan kadar BOD.
Hal tersebut juga didukung oleh
pendapat Barrow (2006:289) bahwa
manajemen limbah dan polusi berfokus
pada (1) pencegahan dan penghindaran,
atau pembuangan, (2) pengumpulan dan
buangan atau (3) reklamasi / pengolahan /
mitigasi (yang kadang-kadang menjadi
sulit dan mahal atau tidak mungkin).
Pencegahan meliputi menangkap limbah
atau polusi sebelum dibuang, sedangkan
penghindaran mencari pengembangan
tanpa melahirkan limbah atau polusi.
Sebuah hirarki dari keinginan dapat
disetujui. Berikut yang disokong di USA:
reuse, waste reduction, recycling,
resource recovery, incineration and
landfill.
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Hayati, dkk., (2015) dengan
judul penelitian tentang Pemanfaatan
Limbah Lumpur IPAL Pabrik Karet
sebagai Bahan Baku Composting dimana
diperoleh bahwa proses composting
limbah lumpur IPAL pabrik karet dengan
penambahan kotoran sapi dan serbuk
gergaji terbukti efektif menghasilkan
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
30
kompos dengan karakteristik fisik-kimia
yang memenuhi Permentan 2009 dan SNI
19-7030-2004, artinya pabrik karet
tersebut menerapkan prinsip reuse yaitu
pemanfaatan limbah lumpur IPAL pabrik
karet menjadi kompos.
Dalam penggunaan bahan baku atau
bahan kimia pada pengolahan karet RSS
dan CR atau SIR yang perlu diperhatikan
adalah hemat biaya, tingkat toksitasnya
atau bahayanya yang rendah serta
penggunaanya yang tidak boros. Diketahui
bahwa pada proses pengolahan karet jenis
RSS dan CR atau SIR, karyawan pabrik
melakukan manajemen limbah dengan
cara produksi bersih (cleaner production)
yakni bahan baku/kimia yang digunakan
adalah New Nicola dan Food Grade
karena tingkat bahayanya yang lebih
rendah, harganya yang murah serta
penggunaanya yang tidak boros.
Salah satu teknik pelaksanaan
produksi bersih yaitu pengurangan atau
eliminasi limbah pada sumbernya melalui
perubahan material input dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan bahan
berbahaya dan beracun yang masuk atau
digunakan dalam proses produksi
sehingga dapat menghindari terbentuknya
limbah B3 dalam proses produksi.
Chemical management (pengelolaan
bahan kimia) merupakan upaya perbaikan
pengelolaan bahan kimia agar dapat
diperoleh penghematan biaya, mengurangi
dampak lingkungan, meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja, dan
meningkatkan daya saing. Dalam
chemical management, dikenal 4 (empat)
prinsip dasar penanganan bahan kimia,
yaitu: eliminasi bahaya (dengan tidak
menggunakan bahan kimia berbahaya atau
dengan menggantinya dengan bahan yang
bahayanya lebih rendah), beri
jarak/penghalang antara bahan kimia
dengan pekerja, sediakan ventilasi,
perlindungan pekerja dengan alat
pelindung diri (APD) (UNEP, 1989).
Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian Hakim, dkk., (2016) dengan
judul penelitian tentang Pengolahan
Limbah Cair Industri karet dengan
Kombinasi Proses Pretreatment dan
Membran Ultrafiltrasi dimana diperoleh
bahwa proses koagulasi berlangsung
efektif pada dosis koagulan Aluminium
Sulfat 250 mg/l dengan persentase
penyisihan yaitu BOD5 sebesar 58,71%
dan persentase rejeksi terbesar dihasilkan
pada tekanan 2 bar yaitu BOD5 sebesar
67,30%, artinya pengolahan limbah karet
secara kimia dapat menurunkan kadar
BOD.
PT. Perkebunan Nusantara VIII
Kebun Cikumpay selain melakukan
manajemen limbah cair sebelum dilakukan
pembuangan juga melakukan manajemen
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
31
limbah cair setelah dilakukan pembuangan
yaitu dengan cara pengolahan limbah
melalui kolam IPAL yang terdiri dari
proses fisika dan biologi yang bertujuan
untuk menurunkan kadar BOD dalam air
limbah sebelum dibuang ke lingkungan
khususnya air permukaan tanah sampai
memenuhi baku mutu lingkungan.
Untuk memenuhi baku mutu
lingkungan terlebih dahulu harus
memenuhi baku mutu limbah cair yaitu
batas maksimum limbah cair yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan
hidup dari suatu kawasan industri. Salah
satu baku mutu limbah cair yang harus
dipenuhi adalah kadar maksimum dari
parameter BOD artinya kadar BOD
tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang ke lingkungan hidup dengan cara
menerapkan teknologi pengolahan limbah
cair yaitu instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) tersebut sebagai bagian dari salah
satu manajemen limbah yaitu sebagai
upaya pengendalian mutu limbah/
pengendalian pencemaran air permukaan
tanah.
Berdasarkan upaya pengendalian
mutu limbah yang dilakukan PT.
Perkebunan Nusantara VIII Kebun
Cikumpay diperoleh kadar limbah cair
pada outlet kolam IPAL Tahun 2012-2014
untuk parameter BOD belum melampaui
baku mutu limbah cair karet bentuk
kering, hal ini dikarenakan pihak
perusahaan menerapkan konsep cleaner
production (produksi bersih) yaitu volume
buangan diperkecil dengan cara
mengkonsentrasikan limbah pada
umumnya untuk menghilangkan sejumlah
komponen berupa unsur karet, unsur kima
dan air yang dilakukan dengan
pengolahan fisik yakni pengendapan atau
penyaringan melalui rubber trap sehingga
unsur karet terpisah dengan unsur kimia
dan air, unsur karet yang terpisah dapat
digunakan kembali (reuse) menjadi
produk sampingan sedangkan unsur kimia
dan air tersebut selanjutnya diolah ke
kolam IPAL dimana volume atau
konsentrasi limbah yang ada di kolam
IPAL menjadi berkurang, selain itu juga
melakukan upaya efisiensi penggunaan air
dan bahan baku atau kimia dalam proses
pengolahan karet agar volume atau
konsentrasi limbah juga menjadi
berkurang.
Kemudian pada IPAL dilakukan
proses pengolahan limbah secara biologi.
Proses biologi menggunakan kolam-kolam
sebagai tempat proses perombakan zat-zat
organik. Kolam-kolam tersebut ada terdiri
dari 2 kolam anaerobik dan 3 kolam
fakultatif. Proses kolam anaerobik dimana
kedalaman kolam yang mencapai 3 meter
dengan masa penahanan 42 hari atau
lebih, menjaga agar suasana anaerobik
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
32
dapat merombak bahan-bahan organik
semaksimum mungkin melalui proses dan
lintasan bertahap serta berbeda-beda. Pada
limbah ini ada 3 komponen besar yaitu
karbohidrat, protein dan lemak yang
dirombak melalui enzim kemudian
dilanjutkan dengan proses hidrolisa dan
terakhir perombakan oleh bakteri
metanogen. Pada bagian ini bahan-bahan
organik dirombak menjadi asetat yang
kemudian dilanjutkan dengan perombakan
asetat menjadi gas methana dan
karbondioksida. Dalam keadaan seimbang
karbondioksida dirubah lagi menjadi air.
Bagian-bagian yang tidak
terdekomposisi masuk dalam kolam
fakultatif. Seluruh air limbah dialirkan
secara “over flow” menuju kolam
fakultatif. Kolam fakultatif mempunyai
kedalaman 2,5 meter dengan masa
penahanan 40 hari atau lebih. Lapisan
bawah masih dalam suasana anaerobik
karena adanya padatan organik yang
tinggi sukar ditembus cahaya matahari.
Pada lapisan tengah terdapat suasana
intermediate dimana terdapat bakteri yang
dapat hidup dalam kondisi dan situasi
aerobik maupun anaerobik. Pada sebagian
lapisan permukaan atas mulai ditumbuhi
alga yang menunjukkan bahwa proses
aerobik mulai berlangsung. Kondisi
limbah yang mulai menunjukkan
kejernihan dan dalam kondisi semacam itu
sangat baik menunjang kehidupan
ganggang.
Saat ini pengolahan limbah cair
pada PT. Perkebunan Nusantara VIII
kebun Cikumpay dilakukan secara
biologis yaitu dengan memanfaatkan
aktivitas mikroorganisme untuk
menguraikan senyawa kompleks yang
terkandung dalam limbah menjadi
senyawa, yang lebih sederhana melalui
suatu proses yang disebut biodegradasi.
Mikroorganisme bisa ditemukan dalam
bentuk fungi, bakteri, mikroalga, virus,
metazoa dan protozoa. Limbah cair karet
mengandung bahan organik dan nutrien
yang tinggi bagi alga, yaitu organisme
sederhana yang paling efisien
menggunakan sinar matahari sehingga
mampu mendegradasi bahan organik
limbah cair. Salah satu agen biologi
akuatik yang diduga turut berperan dalam
mendegradasi polutan dalam limbah cair
karet adalah mikroalga. Hal ini karena
mikroalga dapat tumbuh dalam kondisi
pertumbuhan alternatif dengan kondisi
daya adaptasi kuat. Alga (ganggang)
melakukan fotosintesis sehingga terdapat
penambahan oksigen dalam limbah dan
pada gilirannya mengoksidasi bahan
pencemar.
Kontaminan utama yang ditemukan
dalam air limbah adalah senyawa
biodegradable organik, senyawa organik
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
33
yang mudah menguap, padatan
tersuspensi, nutrisi (nitrogen dan fosfor),
dan mikroba patogen dan parasit. Pada
awalnya, persyaratan untuk pabrik
pengolahan adalah untuk menghilangkan
bahan organik dan padatan tersuspensi.
Upaya penelitian sekarang sedang
difokuskan pada penghapusan nutrisi (N,
P), bau, senyawa organik yang mudah
menguap, logam, dan organik beracun
setelah perjalanan mereka melalui instalasi
pengolahan air limbah (Bitton, 2005:214).
Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian Aspandi, dkk., (2014) dengan
judul penelitian tentang Evaluasi
Pengelolaan Air Limbah Pabrik Karet
(Crumb Rubber) dengan sistem lumpur
aktif dimana diperoleh bahwa proses
pengolahan limbah cair PT. Batanghari
Bengkulu Pratama adalah penyaringan,
pemisahan partikel kasar, bak aerasi dan
pengendapan partikel halus sebelum
pengolahan dan sesudah pengolahan.
Instalasi pengolahan air limbah
harus memiliki pengolahan biologis (atau
disebut pengolahan sekunder). Standar
pengolahan sekunder ditetapkan oleh EPA
untuk mencerminkan kinerja instalasi
pengolahan air limbah sekunder. Peraturan
berbasis teknologi ini berlaku untuk
semua instalasi pengolahan air limbah
kota dan mewakili tingkat minimum
kualitas limbah dicapai oleh pengolahan
sekunder, sebagaimana tercermin dalam
hal penghapusan Biochemical Oxygen
Demand (BOD5) dan total padatan
tersuspensi (TSS) (Quevauviller,
2006:15).
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Aspandi, dkk., (2014) dengan
judul penelitian tentang Evaluasi
Pengelolaan Air Limbah Pabrik Karet
(Crumb Rubber) dengan sistem lumpur
aktif dimana diperoleh bahwa kualitas air
limbah secara fisika dan kimia dengan
menggunakan lumpur aktif setelah
dibandingkan dengan nilai standar baku
mutu air limbah industri karet semua
parameter jauh dibawah standar baku
mutu air limbah industri karet dan
dinyatakan layak untuk dibuang ke
lingkungan
KESIMPULAN
Penurunan kadar BOD terjadi
karena PT. Perkebunan Nusantara VIII
Kebun Cikumpay di Purwakarta Propinsi
Jawa Barat menerapkan manajemen
limbah dengan penerapan konsep produksi
bersih (cleaner production) antara lain:
meminimasi sumber penghasil limbah,
penggunaan saluran limbah melalui pipa
tertutup, penggunaan kolam rubber trap,
penggunaan bahan baku kimia yang
tingkat bahayanya lebih rendah, tidak
boros dan harganya murah, penggunaan
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018
p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02
34
instalasi pengolahan air limbah yaitu 2
kolam anaerob dan 3 kolam fakultatif serta
penggunaan kembali limbah cair karet
(Reuse) untuk dijual sebagai nilai tambah
ekonomi. Berdasarkan manajemen limbah
yang diterapkan tersebut sehingga dapat
berdampak pada pengendalian mutu
limbah/lingkungan yaitu kadar BOD dapat
memenuhi syarat standar baku mutu yang
ditetapkan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Aspandi, dkk., 2014. Evaluasi Pengelolaan
Air Limbah Pabrik Karet (Crumb
Rubber) dengan Sistem Lumpur
Aktif. Tesis, Universitas Bengkulu.
Barrow, C.J., 2006. Environmental
Management for Sustainable
Development: Second Edition.
London: Routledge.
Bitton, G., 2005. Wastewater
Microbiology: Third Edition. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Fischer, K and Schot, J., 1993.
Environmental Strategies for
Industry: International
Perspectives on Research Needs
and Policy Implications. USA:
Island Press.
Hakim, W.N., dkk., 2016. Pengolahan
Limbah Cair Industri Karet dengan
Kombinasi Proses Pretreatment
dan Membran Ultrafiltrasi, Jom
FTEKNIK, vol. 3, no. 1, p. 8.
Hayati, F., dkk., 2015. Pemanfaatan
Limbah Lumpur IPAL Pabrik
Karet sebagai Bahan Baku
Composting, Jukung Jurnal Teknik
Lingkungan, vol. 1, no. 1, p. 58.
Nurmaliakasih, D.Y., dkk., 2017.
Penyisihan COD dan BOD Limbah
Cair Industri Karet dengan sistem
Horizontal Roughing Filtration
(HRF) dan Plasma Dielectric
Barrier Discharge (DBD), Jurnal
Teknik Lingkungan, vol. 6, no. 1,
p. 10.
Quevauviller, P., 2006. Wastewater
Quality Monitoring and Treatment.
England: John Wiley & Sons, Ltd.
United Nation Environmental Program
(UNEP), 1989. Global
Environmental Issues. Dublin:
Tycooly Publishing.

More Related Content

What's hot

Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
Rista Uyul
 
04buah
04buah04buah
04buah
deden marwan
 
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah SakitTeknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Anggi Nurbana Wahyudi
 
Pengolahan limbah di industri ikan
Pengolahan limbah di industri ikanPengolahan limbah di industri ikan
Pengolahan limbah di industri ikanDenik Jayanti
 
Proses pengolahan limbah cair dalam industri pengolahan gas
Proses pengolahan limbah cair dalam industri pengolahan gasProses pengolahan limbah cair dalam industri pengolahan gas
Proses pengolahan limbah cair dalam industri pengolahan gas
Yeni Hardika
 
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWITTEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
Hajrah Nanda Putri
 
PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI
PENANGANAN LIMBAH INDUSTRIPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI
PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI
Wulan Marayani
 
Penanganan limbah
Penanganan  limbahPenanganan  limbah
Penanganan limbah
salmafirda
 
PENCEMARAN LINGKUNGAN DISEBABKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT
PENCEMARAN LINGKUNGAN DISEBABKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWITPENCEMARAN LINGKUNGAN DISEBABKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT
PENCEMARAN LINGKUNGAN DISEBABKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT
DoniHermawan11
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
Linda Rosita
 
Penanggulangan limbah lndustri
Penanggulangan limbah lndustriPenanggulangan limbah lndustri
Penanggulangan limbah lndustriIkhwan To
 
Permasalahan Lingkungan Mendasari Pengelolaan Lingkungan Hidup
Permasalahan Lingkungan Mendasari Pengelolaan Lingkungan HidupPermasalahan Lingkungan Mendasari Pengelolaan Lingkungan Hidup
Permasalahan Lingkungan Mendasari Pengelolaan Lingkungan Hidup
Ida Ayu Lochana Dewi
 
Kelompok water treatment limbah cair pt gunung madu plantations
Kelompok water treatment limbah cair  pt gunung madu plantationsKelompok water treatment limbah cair  pt gunung madu plantations
Kelompok water treatment limbah cair pt gunung madu plantationsKetut Swandana
 
Kriteria disain ipal medis
Kriteria disain ipal medisKriteria disain ipal medis
Kriteria disain ipal medis
Angga Riefdianto
 
61 200-1-pb
61 200-1-pb61 200-1-pb
61 200-1-pb
Byox Olii
 
Materi persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pksMateri persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pks
ju adi
 
Limbah pangan
Limbah panganLimbah pangan
Limbah pangan
megasekeon
 
Hajrah nanda_pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi biogas dengan digest...
Hajrah nanda_pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi biogas dengan digest...Hajrah nanda_pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi biogas dengan digest...
Hajrah nanda_pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi biogas dengan digest...
Hajrah Nanda Putri
 

What's hot (20)

Pengolahan dan pemanfaatan limbah tekstil
Pengolahan dan pemanfaatan limbah tekstilPengolahan dan pemanfaatan limbah tekstil
Pengolahan dan pemanfaatan limbah tekstil
 
Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
 
04buah
04buah04buah
04buah
 
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah SakitTeknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
 
Pengolahan limbah di industri ikan
Pengolahan limbah di industri ikanPengolahan limbah di industri ikan
Pengolahan limbah di industri ikan
 
Proses pengolahan limbah cair dalam industri pengolahan gas
Proses pengolahan limbah cair dalam industri pengolahan gasProses pengolahan limbah cair dalam industri pengolahan gas
Proses pengolahan limbah cair dalam industri pengolahan gas
 
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWITTEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT
 
PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI
PENANGANAN LIMBAH INDUSTRIPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI
PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI
 
Penanganan limbah
Penanganan  limbahPenanganan  limbah
Penanganan limbah
 
PENCEMARAN LINGKUNGAN DISEBABKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT
PENCEMARAN LINGKUNGAN DISEBABKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWITPENCEMARAN LINGKUNGAN DISEBABKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT
PENCEMARAN LINGKUNGAN DISEBABKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT
 
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
PROPOSAL PKM PEMANFAATAN ARANG AKTIF ABU SEKAM PADI UNTUK PENJERNIHAN AIR LIM...
 
Penanggulangan limbah lndustri
Penanggulangan limbah lndustriPenanggulangan limbah lndustri
Penanggulangan limbah lndustri
 
Permasalahan Lingkungan Mendasari Pengelolaan Lingkungan Hidup
Permasalahan Lingkungan Mendasari Pengelolaan Lingkungan HidupPermasalahan Lingkungan Mendasari Pengelolaan Lingkungan Hidup
Permasalahan Lingkungan Mendasari Pengelolaan Lingkungan Hidup
 
Kelompok water treatment limbah cair pt gunung madu plantations
Kelompok water treatment limbah cair  pt gunung madu plantationsKelompok water treatment limbah cair  pt gunung madu plantations
Kelompok water treatment limbah cair pt gunung madu plantations
 
Kriteria disain ipal medis
Kriteria disain ipal medisKriteria disain ipal medis
Kriteria disain ipal medis
 
61 200-1-pb
61 200-1-pb61 200-1-pb
61 200-1-pb
 
Materi persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pksMateri persentase land aplikasi pks
Materi persentase land aplikasi pks
 
Limbah pangan
Limbah panganLimbah pangan
Limbah pangan
 
Hajrah nanda_pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi biogas dengan digest...
Hajrah nanda_pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi biogas dengan digest...Hajrah nanda_pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi biogas dengan digest...
Hajrah nanda_pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi biogas dengan digest...
 
Business Plan
Business PlanBusiness Plan
Business Plan
 

Similar to MANAJEMEN LIMBAH PABRIK KARET DALAM RANGKA PENURUNAN KADAR BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND)

Iptek bagi masyarakat (ib m) sukaregang garut yang menghadapi masalah air li...
Iptek bagi masyarakat (ib m) sukaregang  garut yang menghadapi masalah air li...Iptek bagi masyarakat (ib m) sukaregang  garut yang menghadapi masalah air li...
Iptek bagi masyarakat (ib m) sukaregang garut yang menghadapi masalah air li...Alfi Nugraha
 
Artikel ilmiah pre uas 1
Artikel ilmiah pre uas 1Artikel ilmiah pre uas 1
Artikel ilmiah pre uas 1
FajarHidayat42
 
Workshop Technology & Engineering for Teacher - Wijanarko (Retech Solution In...
Workshop Technology & Engineering for Teacher - Wijanarko (Retech Solution In...Workshop Technology & Engineering for Teacher - Wijanarko (Retech Solution In...
Workshop Technology & Engineering for Teacher - Wijanarko (Retech Solution In...
sekolahbatasnegeri
 
Program 3 r di sektor industri
Program 3 r di sektor industriProgram 3 r di sektor industri
Program 3 r di sektor industriMahammad Khadafi
 
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunankomitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
Instansi
 
Jurnal Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Pengelolaan Limbah Indu...
Jurnal Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Pengelolaan Limbah Indu...Jurnal Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Pengelolaan Limbah Indu...
Jurnal Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Pengelolaan Limbah Indu...
HelenaDea1
 
Tugase
TugaseTugase
Tugase
taj ada
 
Plastik n sampah plastik pantau Januari 2021
Plastik n sampah plastik pantau Januari 2021 Plastik n sampah plastik pantau Januari 2021
Plastik n sampah plastik pantau Januari 2021
Biotani & Bahari Indonesia
 
Makalah II.12_Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob....pdf
Makalah II.12_Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob....pdfMakalah II.12_Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob....pdf
Makalah II.12_Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob....pdf
WibisonoYohanes
 
PROPER SOSIALISASI 2022.pptx
PROPER SOSIALISASI 2022.pptxPROPER SOSIALISASI 2022.pptx
PROPER SOSIALISASI 2022.pptx
FajarKurniawan341103
 
2.Biogas pembuatan-konstruks
2.Biogas pembuatan-konstruks2.Biogas pembuatan-konstruks
2.Biogas pembuatan-konstruks
KHRISTIAN MAUKO
 
SML KEL 1.pptx
SML KEL 1.pptxSML KEL 1.pptx
SML KEL 1.pptx
RistiWahyuni1
 
Tas Belanja Plastik.ppt
Tas Belanja Plastik.pptTas Belanja Plastik.ppt
Tas Belanja Plastik.ppt
ssuser0f32e8
 
Presentasi Perkembangan Pengelolaan Sampah di Provinsi Lampung 2020 s.d 2022....
Presentasi Perkembangan Pengelolaan Sampah di Provinsi Lampung 2020 s.d 2022....Presentasi Perkembangan Pengelolaan Sampah di Provinsi Lampung 2020 s.d 2022....
Presentasi Perkembangan Pengelolaan Sampah di Provinsi Lampung 2020 s.d 2022....
achmadjonviktorhamra
 
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawitPenerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawitDewi Wahyuningtyas
 
Beberapa istilah dalam ilmu lingkungan
Beberapa istilah dalam ilmu lingkunganBeberapa istilah dalam ilmu lingkungan
Beberapa istilah dalam ilmu lingkunganPuspita Eka Rohmah
 

Similar to MANAJEMEN LIMBAH PABRIK KARET DALAM RANGKA PENURUNAN KADAR BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND) (20)

Iptek bagi masyarakat (ib m) sukaregang garut yang menghadapi masalah air li...
Iptek bagi masyarakat (ib m) sukaregang  garut yang menghadapi masalah air li...Iptek bagi masyarakat (ib m) sukaregang  garut yang menghadapi masalah air li...
Iptek bagi masyarakat (ib m) sukaregang garut yang menghadapi masalah air li...
 
Artikel ilmiah pre uas 1
Artikel ilmiah pre uas 1Artikel ilmiah pre uas 1
Artikel ilmiah pre uas 1
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Workshop Technology & Engineering for Teacher - Wijanarko (Retech Solution In...
Workshop Technology & Engineering for Teacher - Wijanarko (Retech Solution In...Workshop Technology & Engineering for Teacher - Wijanarko (Retech Solution In...
Workshop Technology & Engineering for Teacher - Wijanarko (Retech Solution In...
 
Program 3 r di sektor industri
Program 3 r di sektor industriProgram 3 r di sektor industri
Program 3 r di sektor industri
 
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunankomitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
komitmen indonesia dalam upaya pengendalian iklim global dalam sektor perkebunan
 
Jurnal Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Pengelolaan Limbah Indu...
Jurnal Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Pengelolaan Limbah Indu...Jurnal Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Pengelolaan Limbah Indu...
Jurnal Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Pengelolaan Limbah Indu...
 
Tugase
TugaseTugase
Tugase
 
Plastik n sampah plastik pantau Januari 2021
Plastik n sampah plastik pantau Januari 2021 Plastik n sampah plastik pantau Januari 2021
Plastik n sampah plastik pantau Januari 2021
 
4292.pdf
4292.pdf4292.pdf
4292.pdf
 
Makalah II.12_Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob....pdf
Makalah II.12_Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob....pdfMakalah II.12_Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob....pdf
Makalah II.12_Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob....pdf
 
PROPER SOSIALISASI 2022.pptx
PROPER SOSIALISASI 2022.pptxPROPER SOSIALISASI 2022.pptx
PROPER SOSIALISASI 2022.pptx
 
2.Biogas pembuatan-konstruks
2.Biogas pembuatan-konstruks2.Biogas pembuatan-konstruks
2.Biogas pembuatan-konstruks
 
SML KEL 1.pptx
SML KEL 1.pptxSML KEL 1.pptx
SML KEL 1.pptx
 
Tas Belanja Plastik.ppt
Tas Belanja Plastik.pptTas Belanja Plastik.ppt
Tas Belanja Plastik.ppt
 
Presentasi Perkembangan Pengelolaan Sampah di Provinsi Lampung 2020 s.d 2022....
Presentasi Perkembangan Pengelolaan Sampah di Provinsi Lampung 2020 s.d 2022....Presentasi Perkembangan Pengelolaan Sampah di Provinsi Lampung 2020 s.d 2022....
Presentasi Perkembangan Pengelolaan Sampah di Provinsi Lampung 2020 s.d 2022....
 
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawitPenerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
Penerapan konsep ekologi industri pada kawasan industri kelapa sawit
 
Beberapa istilah dalam ilmu lingkungan
Beberapa istilah dalam ilmu lingkunganBeberapa istilah dalam ilmu lingkungan
Beberapa istilah dalam ilmu lingkungan
 

Recently uploaded

KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
d1051231039
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
muhammadnoorhasby04
 
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptxPenetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Erma753811
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
AzisRois1
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
d1051231072
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
LukmanulHakim572233
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
d1051231041
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
YUZANAPRATIWI
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
d1051231034
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
BrigittaBelva
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Biotani & Bahari Indonesia
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
ssuserb357a32
 

Recently uploaded (12)

KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
 
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...
 
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptxPenetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
Penetapan C-Organik Tanah (Walkley and Black Method).pptx
 
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptxinduksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
induksi K3LH karyawan baru pt kpp site IC.pptx
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
 
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
001-PPE Suma-Tata Laksana Perizinan Lingkungan.pptx
 
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap EkosistemStudi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistem
 
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.pptBAB III.  Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
BAB III. Undang-Undang PP Lingkungan Hidup.ppt
 
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
 
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfAnalisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdf
 
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdfPlastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
Plastik dan Sampah Pantauan Mei 2024.pdf
 
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan ErupsiSejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
Sejarah Gunung Merapi dan Catatan Erupsi
 

MANAJEMEN LIMBAH PABRIK KARET DALAM RANGKA PENURUNAN KADAR BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND)

  • 1. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 22 MANAJEMEN LIMBAH PABRIK KARET DALAM RANGKA PENURUNAN KADAR BOD (BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND) Asramid Yasin1 1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Jl. Raya Limo Kelurahan Limo Kecamatan Cinere, Depok Baru, Indonesia 16515, ID Penulis (Sinta) : 5979653, email: asramidyasin@upnvj.ac.id Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran manajemen limbah pabrik karet PT. Perkebunan Nusantara VIII Cikumpay Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat dalam rangka penurunan kadar BOD (Biological Oxygen Demand). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif teoretik. Data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kadar BOD disebabkan oleh pabrik tersebut melakukan manajemen limbah dengan cara menerapkan konsep produksi bersih antara lain: (1) minimasi limbah yaitu mengurangi volume limbah, menggunakan saluran limbah pipa tertutup, kolam rubber trap, New Nicola (asap cair) dan Food Grade yang tingkat bahayanya lebih rendah, tidak boros dan murah, (2) pemanfaatan limbah yaitu limbah cair karet dijual sebagai produk sampingan dan (3) pengolahan limbah yaitu menggunakan kolam IPAL yang terdiri dari 2 kolam anaerob dan 3 kolam fakultatif. Kata Kunci: manajemen limbah cair karet dan penurunan kadar BOD Abstract The research is aimed at gaining a description of waste rubber factory management, Perkebunan Nusantara VIII Company Kebun Cikumpay in Purwakarta Province of West Java to Reduction of Rate BOD (Biological Oxygen Demand). The research used a theoretical descriptive method. Data have been collected by observation, interview and documents. The results showed that the reduction of rate BOD caused by the factory carried out the wastewater management by applying clean production concept for example: (1) minimizing waste with lessening wastewater volume, using of the ditch through a closed pipe, rubber trap, chemicals raw materials namely New Nicola (liquid smoke) and Food Grade with lower of hazard, more efficient and more cheap. (2) reusing of waste for sale as by products and (3) wastewater treatment with using of IPAL the consisted of 2 anaerobic and 3 facultative ponds. Keywords: wastewater management of rubber and reduction of rate BOD
  • 2. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 23 PENDAHULUAN PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan teh, karet, kina, kakao, kelapa sawit, dan getah perca. PTPN VIII merupakan BUMN yang bergerak pada sektor perkebunan dengan kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan, dan penjualan komoditi perkebunan seperti teh, karet dan sawit sebagai komoditi utamanya, serta kakao dan kina sebagai komoditi pendukungnya. Sampai saat ini, PTPN VIII mengelola 41 kebun yang tersebar di 11 kabupaten/kota di Jawa Barat dan 2 kabupaten di Propinsi Banten. Tanaman karet yang dikelola PTPN VIII seluas 25.536 Ha tersebar di 14 kebun. Produksi karet yang dipasarkan dalam negeri adalah 80 % sedangkan sisanya sebesar 20 % di ekspor ke Asia, Eropa dan Amerika. Dari 14 kebun karet tersebut salah satu lokasi yang menjadi wilayah kerja PTPN VIII terletak di Kabupaten Purwakarta yang dikenal dengan PTPN VIII Cikumpay. PTPN VIII Cikumpay merupakan perusahaan yang mengusahakan berbagai tanaman di lahan perkebunannya, seperti teh, kina, kakao, kelapa sawit dan karet. Saat ini tanaman yang paling menunjang dan sangat menguntungkan PTPN VIII Cikumpay diantara tanaman-tanaman tersebut adalah karet. Luas kebun karet di PTPN VIII Cikumpay mencapai 3.072 ha, luasan tersebut terdiri dari 1.800 ha tanaman menghasilkan (TM), 800 ha tanaman belum menghasilkan (TBM), dan 472 ha untuk kebun pembibitan, baik pembibitan batang atas maupun batang bawah, dan untuk pabrik pengolahan pabrik karet (dua pabrik pengolahan). Perkembangan industri di Indonesia sampai saat ini masih terus ditingkatkan, sejalan dengan kemajuan pembangunan. Seiring dengan meningkatnya pembangunan disektor industri, maka akan menghasilkan dampak yaitu berupa dampak positif dan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak positifnya berupa produk-produk yang dapat dinikmati oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sedangkan dampak negatifnya berupa pencemaran lingkungan yaitu menghasilkan limbah dari kegiatan industri tersebut. Karena itu pemerintah menganjurkan kepada setiap industri agar limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri terlebih dahulu melalui proses pengolahan dan mengawasi mutu limbahnya sebelum dibuang ke luar sehingga tidak mengakibatkan perubahan terhadap kualitas lingkungan secara keseluruhan.
  • 3. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 24 Salah satu industri yang erat hubungannya dengan masalah lingkungan adalah industri karet. Dari proses pengolahan karet tersebut menghasilkan limbah yang banyak mengandung senyawa organik. Pengendalian pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah karet perlu mendapat perhatian yang serius untuk dipelajari dan diteliti agar tingkat pencemaran limbah yang dibuang ke lingkungan berada dibawah baku mutu lingkungan (BML) yang telah ditetapkan. Hal ini memerlukan penanganan yang terpadu antara pihak pemerintah, industri dan masyarakat, juga diperlukan teknologi pengolahan limbah karet yang murah dan mudah dalam penanganannya. Pengolahan limbah karet masih menjadi masalah utama bagi negara- negara produsen karet. Pembuangan limbah yang belum diolah dengan optimal terus menyumbang kerusakan lingkungan, sehingga harus segera diatasi. Pengolahan limbah masih menjadi masalah di negara industri karet. Bau busuk dan limbah cair adalah masalah besar dan harus terus diatasi dengan komitmen semua pihak, pengusaha, pemerintah, maupun peneliti. Bau busuk yang dihasilkan proses pembekuan karet alam sangat mengganggu pernapasan. Sedangkan limbah cair yang tidak dikelola dengan baik seringkali langsung dibuang ke sungai, sehingga merusak lingkungan. Salah satu pabrik karet yang melakukan pengolahan terhadap limbahnya adalah PTPN VIII Cikumpay Kabupaten Purwakarta Jawa Barat yang mempunyai visi yakni “menjadi perusahaan agribisnis terkemuka dan terpercaya, mengutamakan pelanggan dan kepedulian lingkungan dengan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional”. Visi tersebut kemudian diperkuat melalui salah satu misinya yakni “terpakainya teknologi budidaya tepat guna dan proses pengolahan yang efisien dan ramah lingkungan, sehingga menghasilkan produk komoditas dan industri berkualitas. Inilah merupakan alasan mengapa peneliti menjadikan proses manajemen limbah PTPN VIII Cikumpay sebagai objek penelitian karena menurut Laporan Hasil Penilaian Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 2013 (Peringkat Proper) sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa PTPN VIII Kebun Karet Cikumpay Kabupaten Purwakarta Jawa Barat termasuk dalam kategori
  • 4. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 25 berperingkat BIRU yang artinya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan, dengan kata lain proses manajemen limbah pabrik karet di PTPN VIII Cikumpay telah memenuhi syarat baku mutu lingkungan dan apabila dibuang ke lingkungan atau badan air tidak mencemari yang sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51/MENLH/10/1995 adalah BOD5 150 mg/l, COD 300 mg/l, TSS 150 mg/l, Amonia total 10 mg/l dan pH 6,0-9,0. Namun berdasarkan hasil peringkat yang diperoleh PTPN VIII Kebun Karet Cikumpay belum mencapai hasil yang maksimal yang diinginkan yaitu peringkat HIJAU dan EMAS yaitu penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat. Oleh karena itu mengingat akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya, maka setiap pabrik karet harus melakukan pengolahan terhadap limbahnya dan mengawasi mutu limbahnya sebelum dibuang ke lingkungan atau badan air. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran proses manajemen limbah pada pabrik karet PTPN VIII Cikumpay Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat dalam Rangka Penurunan Kadar BOD (Biological Oxygen Demand). METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan teoritis. Artinya, dalam pengolahan data, sejak mereduksi, menyajikan, serta memverifikasi dan menyimpulkan data menggunakan interpretatif dari teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara, observasi (pengamatan) lapangan, diskusi dengan informan dan
  • 5. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 26 key informan, diskusi dengan pakar, catatan lapangan, dokumentasi dan triangulasi. Data sekunder diperoleh melalui telaah data yang resmi (hasil laporan, penelitian dan lain-lain). HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini maka yang diteliti yaitu “Bagaimanakah proses manajemen limbah pada pabrik karet PTPN VIII Cikumpay Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat dalam Rangka Penurunan Kadar BOD (Biological Oxygen Demand)?” Proses manajemen limbah pada pabrik karet PTPN VIII Cikumpay Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat terdiri dari 5 aspek yaitu: (1) Proses Pengolahan Karet sehingga dapat menghasilkan limbah cair, (2) Saluran Air Limbah Cair Karet, (3) Bahan Kimia yang Digunakan pada Pengolahan Karet, (4) Kadar BOD pada Inlet Pabrik Karet, dan (5) Kadar BOD pada Outlet IPAL. Gambar 1. Proses Manajemen Limbah Cair Karet pada PTPN VIII Cikumpay di Purwakarta Propinsi Jawa Barat dalam Rangka Penurunan Kadar BOD
  • 6. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 27 Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat diketahui bahwa proses manajemen limbah cair karet pada PTPN VIII Cikumpay di Purwakarta Propinsi Jawa Barat dalam rangka penurunan tingkat pencemaran air, dilakukan manajemen limbah dengan cara menerapkan konsep produksi bersih (cleaner production) yang meliputi: meminimasi sumber penghasil limbah, penggunaan saluran limbah melalui pipa tertutup, penggunaan kolam rubber trap, penggunaan bahan baku kimia yaitu New Nicola (asap cair) yang tingkat bahayanya lebih rendah, tidak boros dan harganya murah, penggunaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang terdiri dari 2 kolam anaerob dan 3 kolam fakultatif serta penggunaan kembali limbah cair karet (Reuse) untuk dijual sebagai nilai tambah ekonomi. Berdasarkan manajemen limbah yang diterapkan oleh pabrik tersebut diperoleh, pengendalian mutu limbah/lingkungan yaitu debit limbah, beban pencemaran, kadar limbah, kualitas air bersih serta kualitas air dan pengendalian pencemaran air telah memenuhi syarat standar baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Dalam manajemen limbah seluruh anggota organisasi baik pimpinan puncak, menengah dan karyawan berkewajiban untuk mencegah, mengurangi, menanggulangi dan menghilangkan limbah yang terjadi, hal tersebut dilakukan karena sesuai dengan visi PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cikumpay di Purwakarta Propinsi Jawa Barat adalah “menjadi perusahaan agribisnis terkemuka dan terpercaya, mengutamakan pelanggan dan kepedulian lingkungan dengan didukung oleh SDM yang profesional”. Hal penting dalam limbah cair adalah perusahaan industri mengelola limbahnya sebelum dilakukan pembuangan dan setelah dilakukan pembuangan sehingga dapat terjadi penurunan kadar BOD agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya terutama air permukaan tanah. Pada proses pengolahan karet jenis RSS, karyawan pabrik melakukan manajemen limbah dengan cara produksi bersih (cleaner production) yakni mengumpulkan busa lateks yang terbuang yang disimpan pada wadah (loyang) yang sudah disiapkan sedangkan untuk busa lateks, sisa air rendaman hasil pembekuan lateks, sisa air dan berupa serum hasil pengepresan dan sisa air pencucian alat yang terbuang melalui saluran air limbah dikumpulkan atau ditampung melalui kolam rubber trap yang bertujuan untuk menjebak limbah cair yang terbuang dari hasil pengolahan karet RSS agar tidak langsung masuk ke kolam IPAL sehingga
  • 7. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 28 dapat mengurangi volume buangan/ konsentrasi buangan limbah. Manajemen limbah pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan pencemaran yang disebabkan oleh industri. Upaya manajemen limbah yang pertama sekali diupayakan adalah mereduksi limbah pada sumbernya dengan cara mengurangi volume atau konsentrasi limbah yang akan menyebar di lingkungan terutama pada air permukaan tanah. Pada proses pengolahan karet jenis CR/SIR, karyawan pabrik melakukan manajemen limbah dengan cara produksi bersih (cleaner production) yakni mengumpulkan sisa air dari pencucian lump, serum dan sisa air dari penggilingan lump dan sisa air perendaman compo yang sudah tidak terpakai ditampung melalui kolam rubber trap yang bertujuan untuk menjebak limbah cair yang terbuang dari hasil pengolahan karet CR/SIR agar tidak langsung masuk ke kolam IPAL sehingga dapat mengurangi volume buangan/ konsentrasi buangan limbah. Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation Environmental Program (UNEP) pada bulan Mei 1989. UNEP menyatakan bahwa cleaner production (produksi bersih) merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan ekoefisiensi sehingga mengurangi risiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Salah satu teknik pelaksanaan produksi bersih yaitu pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya melalui volume buangan diperkecil dengan cara mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan sejumlah komponen yang dilakukan dengan pengolahan fisik, misalnya pengendapan atau penyaringan, komponen yang terpisah dapat digunakan kembali. Hal tersebut juga didukung oleh Fischer dan Schot (1993:172) yang menyatakan bahwa manajemen polusi biasanya dibagi menjadi dua kategori: pengendalian polusi dan pengurangan polusi. Pengendalian polusi mengacu pada pengolahan dari sebuah arus limbah untuk membatasi emisi atau efluen kepada lingkungan. Pengurangan polusi meliputi mendesain kembali atau modifikasi dari proses atau prosedur operasi sehingga limbah yang dihasilkan pada dasarnya berkurang. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Nurmaliakasih, dkk., (2017) dengan judul penelitian tentang Penyisihan COD dan BOD Limbah Cair Industri Karet PTPN IX Kebun Ngobo Semarang dengan sistem Horizontal Roughing Filtration (HRF) dan Plasma
  • 8. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 29 Dielectric Barrier Discharge (DBD) dimana diperoleh bahwa pretreatment dengan menggunakan Horizontal Roughing Filtration (HRF) dengan media filter batu apung dapat menyisihkan senyawa organik berupa BOD dari konsentrasi awal sebesar 852 mg/l menjadi 568 mg/l dengan efisiensi penyisihan BOD sebesar 33,4%. Pada proses pengolahan limbah cair karet, karyawan pabrik melakukan manajemen limbah dengan cara produksi bersih (cleaner production) yakni langkah pertama ialah mengumpulkan limbah cair yang berasal dari pabrik pengolahan karet RSS dan CR/SIR melalui kolam rubber trap I dan II yang bertujuan untuk menjebak limbah cair yang terbuang dari hasil pengolahan karet agar tidak langsung masuk ke kolam IPAL sehingga dapat mengurangi volume buangan/konsentrasi buangan limbah. Selain itu juga, untuk dapat mengurangi limbah dilakukan optimasi sarana dan prasarana pengolahan karet seperti sistem perpipaan, meniadakan kebocoran, ceceran, dan terbuangnya bahan serta limbah. Langkah kedua ialah limbah cair tersebut yang sudah terkumpul/tertampung pada kolam rubber trap I dan II akan dikeruk/disaring sehingga komponen karet dan air terpisah yang bertujuan untuk komponen karet tersebut dapat digunakan kembali (Reuse) untuk dilakukan pemanfaatan limbah sedangkan langkah ketiga ialah komponen air tersebut dialirkan menuju kolam IPAL untuk dilakukan pengolahan limbah hingga limbah cair yang dihasilkan memenuhi standar baku mutu lingkungan karena terjadi penurunan kadar BOD. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Barrow (2006:289) bahwa manajemen limbah dan polusi berfokus pada (1) pencegahan dan penghindaran, atau pembuangan, (2) pengumpulan dan buangan atau (3) reklamasi / pengolahan / mitigasi (yang kadang-kadang menjadi sulit dan mahal atau tidak mungkin). Pencegahan meliputi menangkap limbah atau polusi sebelum dibuang, sedangkan penghindaran mencari pengembangan tanpa melahirkan limbah atau polusi. Sebuah hirarki dari keinginan dapat disetujui. Berikut yang disokong di USA: reuse, waste reduction, recycling, resource recovery, incineration and landfill. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hayati, dkk., (2015) dengan judul penelitian tentang Pemanfaatan Limbah Lumpur IPAL Pabrik Karet sebagai Bahan Baku Composting dimana diperoleh bahwa proses composting limbah lumpur IPAL pabrik karet dengan penambahan kotoran sapi dan serbuk gergaji terbukti efektif menghasilkan
  • 9. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 30 kompos dengan karakteristik fisik-kimia yang memenuhi Permentan 2009 dan SNI 19-7030-2004, artinya pabrik karet tersebut menerapkan prinsip reuse yaitu pemanfaatan limbah lumpur IPAL pabrik karet menjadi kompos. Dalam penggunaan bahan baku atau bahan kimia pada pengolahan karet RSS dan CR atau SIR yang perlu diperhatikan adalah hemat biaya, tingkat toksitasnya atau bahayanya yang rendah serta penggunaanya yang tidak boros. Diketahui bahwa pada proses pengolahan karet jenis RSS dan CR atau SIR, karyawan pabrik melakukan manajemen limbah dengan cara produksi bersih (cleaner production) yakni bahan baku/kimia yang digunakan adalah New Nicola dan Food Grade karena tingkat bahayanya yang lebih rendah, harganya yang murah serta penggunaanya yang tidak boros. Salah satu teknik pelaksanaan produksi bersih yaitu pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya melalui perubahan material input dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Chemical management (pengelolaan bahan kimia) merupakan upaya perbaikan pengelolaan bahan kimia agar dapat diperoleh penghematan biaya, mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, dan meningkatkan daya saing. Dalam chemical management, dikenal 4 (empat) prinsip dasar penanganan bahan kimia, yaitu: eliminasi bahaya (dengan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya atau dengan menggantinya dengan bahan yang bahayanya lebih rendah), beri jarak/penghalang antara bahan kimia dengan pekerja, sediakan ventilasi, perlindungan pekerja dengan alat pelindung diri (APD) (UNEP, 1989). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Hakim, dkk., (2016) dengan judul penelitian tentang Pengolahan Limbah Cair Industri karet dengan Kombinasi Proses Pretreatment dan Membran Ultrafiltrasi dimana diperoleh bahwa proses koagulasi berlangsung efektif pada dosis koagulan Aluminium Sulfat 250 mg/l dengan persentase penyisihan yaitu BOD5 sebesar 58,71% dan persentase rejeksi terbesar dihasilkan pada tekanan 2 bar yaitu BOD5 sebesar 67,30%, artinya pengolahan limbah karet secara kimia dapat menurunkan kadar BOD. PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cikumpay selain melakukan manajemen limbah cair sebelum dilakukan pembuangan juga melakukan manajemen
  • 10. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 31 limbah cair setelah dilakukan pembuangan yaitu dengan cara pengolahan limbah melalui kolam IPAL yang terdiri dari proses fisika dan biologi yang bertujuan untuk menurunkan kadar BOD dalam air limbah sebelum dibuang ke lingkungan khususnya air permukaan tanah sampai memenuhi baku mutu lingkungan. Untuk memenuhi baku mutu lingkungan terlebih dahulu harus memenuhi baku mutu limbah cair yaitu batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup dari suatu kawasan industri. Salah satu baku mutu limbah cair yang harus dipenuhi adalah kadar maksimum dari parameter BOD artinya kadar BOD tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan hidup dengan cara menerapkan teknologi pengolahan limbah cair yaitu instalasi pengolahan air limbah (IPAL) tersebut sebagai bagian dari salah satu manajemen limbah yaitu sebagai upaya pengendalian mutu limbah/ pengendalian pencemaran air permukaan tanah. Berdasarkan upaya pengendalian mutu limbah yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cikumpay diperoleh kadar limbah cair pada outlet kolam IPAL Tahun 2012-2014 untuk parameter BOD belum melampaui baku mutu limbah cair karet bentuk kering, hal ini dikarenakan pihak perusahaan menerapkan konsep cleaner production (produksi bersih) yaitu volume buangan diperkecil dengan cara mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan sejumlah komponen berupa unsur karet, unsur kima dan air yang dilakukan dengan pengolahan fisik yakni pengendapan atau penyaringan melalui rubber trap sehingga unsur karet terpisah dengan unsur kimia dan air, unsur karet yang terpisah dapat digunakan kembali (reuse) menjadi produk sampingan sedangkan unsur kimia dan air tersebut selanjutnya diolah ke kolam IPAL dimana volume atau konsentrasi limbah yang ada di kolam IPAL menjadi berkurang, selain itu juga melakukan upaya efisiensi penggunaan air dan bahan baku atau kimia dalam proses pengolahan karet agar volume atau konsentrasi limbah juga menjadi berkurang. Kemudian pada IPAL dilakukan proses pengolahan limbah secara biologi. Proses biologi menggunakan kolam-kolam sebagai tempat proses perombakan zat-zat organik. Kolam-kolam tersebut ada terdiri dari 2 kolam anaerobik dan 3 kolam fakultatif. Proses kolam anaerobik dimana kedalaman kolam yang mencapai 3 meter dengan masa penahanan 42 hari atau lebih, menjaga agar suasana anaerobik
  • 11. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 32 dapat merombak bahan-bahan organik semaksimum mungkin melalui proses dan lintasan bertahap serta berbeda-beda. Pada limbah ini ada 3 komponen besar yaitu karbohidrat, protein dan lemak yang dirombak melalui enzim kemudian dilanjutkan dengan proses hidrolisa dan terakhir perombakan oleh bakteri metanogen. Pada bagian ini bahan-bahan organik dirombak menjadi asetat yang kemudian dilanjutkan dengan perombakan asetat menjadi gas methana dan karbondioksida. Dalam keadaan seimbang karbondioksida dirubah lagi menjadi air. Bagian-bagian yang tidak terdekomposisi masuk dalam kolam fakultatif. Seluruh air limbah dialirkan secara “over flow” menuju kolam fakultatif. Kolam fakultatif mempunyai kedalaman 2,5 meter dengan masa penahanan 40 hari atau lebih. Lapisan bawah masih dalam suasana anaerobik karena adanya padatan organik yang tinggi sukar ditembus cahaya matahari. Pada lapisan tengah terdapat suasana intermediate dimana terdapat bakteri yang dapat hidup dalam kondisi dan situasi aerobik maupun anaerobik. Pada sebagian lapisan permukaan atas mulai ditumbuhi alga yang menunjukkan bahwa proses aerobik mulai berlangsung. Kondisi limbah yang mulai menunjukkan kejernihan dan dalam kondisi semacam itu sangat baik menunjang kehidupan ganggang. Saat ini pengolahan limbah cair pada PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cikumpay dilakukan secara biologis yaitu dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa kompleks yang terkandung dalam limbah menjadi senyawa, yang lebih sederhana melalui suatu proses yang disebut biodegradasi. Mikroorganisme bisa ditemukan dalam bentuk fungi, bakteri, mikroalga, virus, metazoa dan protozoa. Limbah cair karet mengandung bahan organik dan nutrien yang tinggi bagi alga, yaitu organisme sederhana yang paling efisien menggunakan sinar matahari sehingga mampu mendegradasi bahan organik limbah cair. Salah satu agen biologi akuatik yang diduga turut berperan dalam mendegradasi polutan dalam limbah cair karet adalah mikroalga. Hal ini karena mikroalga dapat tumbuh dalam kondisi pertumbuhan alternatif dengan kondisi daya adaptasi kuat. Alga (ganggang) melakukan fotosintesis sehingga terdapat penambahan oksigen dalam limbah dan pada gilirannya mengoksidasi bahan pencemar. Kontaminan utama yang ditemukan dalam air limbah adalah senyawa biodegradable organik, senyawa organik
  • 12. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 33 yang mudah menguap, padatan tersuspensi, nutrisi (nitrogen dan fosfor), dan mikroba patogen dan parasit. Pada awalnya, persyaratan untuk pabrik pengolahan adalah untuk menghilangkan bahan organik dan padatan tersuspensi. Upaya penelitian sekarang sedang difokuskan pada penghapusan nutrisi (N, P), bau, senyawa organik yang mudah menguap, logam, dan organik beracun setelah perjalanan mereka melalui instalasi pengolahan air limbah (Bitton, 2005:214). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Aspandi, dkk., (2014) dengan judul penelitian tentang Evaluasi Pengelolaan Air Limbah Pabrik Karet (Crumb Rubber) dengan sistem lumpur aktif dimana diperoleh bahwa proses pengolahan limbah cair PT. Batanghari Bengkulu Pratama adalah penyaringan, pemisahan partikel kasar, bak aerasi dan pengendapan partikel halus sebelum pengolahan dan sesudah pengolahan. Instalasi pengolahan air limbah harus memiliki pengolahan biologis (atau disebut pengolahan sekunder). Standar pengolahan sekunder ditetapkan oleh EPA untuk mencerminkan kinerja instalasi pengolahan air limbah sekunder. Peraturan berbasis teknologi ini berlaku untuk semua instalasi pengolahan air limbah kota dan mewakili tingkat minimum kualitas limbah dicapai oleh pengolahan sekunder, sebagaimana tercermin dalam hal penghapusan Biochemical Oxygen Demand (BOD5) dan total padatan tersuspensi (TSS) (Quevauviller, 2006:15). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aspandi, dkk., (2014) dengan judul penelitian tentang Evaluasi Pengelolaan Air Limbah Pabrik Karet (Crumb Rubber) dengan sistem lumpur aktif dimana diperoleh bahwa kualitas air limbah secara fisika dan kimia dengan menggunakan lumpur aktif setelah dibandingkan dengan nilai standar baku mutu air limbah industri karet semua parameter jauh dibawah standar baku mutu air limbah industri karet dan dinyatakan layak untuk dibuang ke lingkungan KESIMPULAN Penurunan kadar BOD terjadi karena PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cikumpay di Purwakarta Propinsi Jawa Barat menerapkan manajemen limbah dengan penerapan konsep produksi bersih (cleaner production) antara lain: meminimasi sumber penghasil limbah, penggunaan saluran limbah melalui pipa tertutup, penggunaan kolam rubber trap, penggunaan bahan baku kimia yang tingkat bahayanya lebih rendah, tidak boros dan harganya murah, penggunaan
  • 13. JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.7 No.1 Juni 2018 p-ISSN: 2303-2332; e-ISSN: 2597-8020 DOI : doi.org/10.21009/jgg.071.02 34 instalasi pengolahan air limbah yaitu 2 kolam anaerob dan 3 kolam fakultatif serta penggunaan kembali limbah cair karet (Reuse) untuk dijual sebagai nilai tambah ekonomi. Berdasarkan manajemen limbah yang diterapkan tersebut sehingga dapat berdampak pada pengendalian mutu limbah/lingkungan yaitu kadar BOD dapat memenuhi syarat standar baku mutu yang ditetapkan pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Aspandi, dkk., 2014. Evaluasi Pengelolaan Air Limbah Pabrik Karet (Crumb Rubber) dengan Sistem Lumpur Aktif. Tesis, Universitas Bengkulu. Barrow, C.J., 2006. Environmental Management for Sustainable Development: Second Edition. London: Routledge. Bitton, G., 2005. Wastewater Microbiology: Third Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Fischer, K and Schot, J., 1993. Environmental Strategies for Industry: International Perspectives on Research Needs and Policy Implications. USA: Island Press. Hakim, W.N., dkk., 2016. Pengolahan Limbah Cair Industri Karet dengan Kombinasi Proses Pretreatment dan Membran Ultrafiltrasi, Jom FTEKNIK, vol. 3, no. 1, p. 8. Hayati, F., dkk., 2015. Pemanfaatan Limbah Lumpur IPAL Pabrik Karet sebagai Bahan Baku Composting, Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, vol. 1, no. 1, p. 58. Nurmaliakasih, D.Y., dkk., 2017. Penyisihan COD dan BOD Limbah Cair Industri Karet dengan sistem Horizontal Roughing Filtration (HRF) dan Plasma Dielectric Barrier Discharge (DBD), Jurnal Teknik Lingkungan, vol. 6, no. 1, p. 10. Quevauviller, P., 2006. Wastewater Quality Monitoring and Treatment. England: John Wiley & Sons, Ltd. United Nation Environmental Program (UNEP), 1989. Global Environmental Issues. Dublin: Tycooly Publishing.