1. Meningkatnya kesadaran hukum masyarakat menyebabkan peningkatan kasus tenaga kesehatan disomasi atau dituntut karena malpraktek.
2. Malpraktek harus dibuktikan terdapat kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai standar profesi.
3. Upaya pencegahan malpraktek meliputi peningkatan komunikasi dengan pasien dan dokumentasi tindakan medis.
1. MALPRAKTEK DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Juni 20, 2009 oleh agungrakhmawan
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indicator
positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Sisi negatifnya adalah adanya
kecenderungan meningkatnya kasus tenaga kesehatan ataupun rumah sakit di somasi,
diadukan atau bahkan dituntut pasien yang akibatnya seringkali membekas bahkan
mencekam para tenaga kesehatan yang pada gilirannya akan mempengaruhi proses
pelayanan kesehatan tenaga kesehatan dibelakang hari. Secara psikologis hal ini patut
dipahami mengingat berabad-abad tenaga kesehatan telah menikmati kebebasan otonomi
paternalistik yang asimitris kedudukannya dan secara tiba-tiba didudukkan dalam
kesejajaran.
Masalahnya
tidak
setiap
upaya
pelayanan
kesehatan
hasilnya
selalu
memuaskan semua pihak terutama pasien, yang pada gilirannya dengan mudah
menimpakan beban kepada pasien bahwa telah terjadi malpraktek.
Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan
merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance
Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus
dibuktikan
bahwa
menerapkan
apakah
ilmu
benar
pengetahuan
telah
dan
terjadi
kelalaian
keterampilan
yang
tenaga
kesehatan
ukurannya
adalah
dalam
lazim
dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi
apakah
bukan
tersebut (risk
merupakan
of
resiko
treatment) karena
yang
melekat
perikatan
terhadap
dalam
suatu
transaksi
tindakan
teraputik
medis
antara
tenagakesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning
verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaa verbintenis).
Apabila tenaga tenaga kesehatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini
bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi
kesehatan dalam membuktikan ada dan tidaknya kesalahan.
Dalam
hal
tenaga
kesehatan
didakwa
telah
melakukan ciminal
malpractice,harus
dibuktikan apakah perbuatan tenaga kesehatan tersebut telah memenuhi unsur tidak
pidanya yakni :
a. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela
b. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah
(sengaja, ceroboh atau adanya kealpaan). Selanjutnya apabila tenaga perawatan dituduh
telah melakukan kealpaan sehingga mengakibatkan pasien meninggal dunia, menderita
2. luka, maka yang harus dibuktikan adalah adanya unsur perbuatan tercela (salah) yang
dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau kurang hati-hati ataupun kurang praduga.
Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan
dua cara yakni :
1. Cara langsung
Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :
1.
Duty (kewajiban)
Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslah
bertindak berdasarkan
(1)
Adanya indikasi medis
(2)
Bertindak secara hati-hati dan teliti
(3)
Bekerja sesuai standar profesi
(4)
Sudah ada informed consent.
1.
Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)
Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa
yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard
profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.
1.
2.
Direct Causation (penyebab langsung)
Damage (kerugian)
Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung)
antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak
ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan
jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan.
Sebagai
adagium
dalam
ilmu
pengetahuan
hukum,
maka
pembuktiannya
adanya
kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).
2. Cara tidak langsung
Cara
pasien,
sebagai
tidak
langsung
yakni
hasil
merupakan
dengan
layanan
cara
mengajukan
perawatan
pembuktian
yang
fakta-fakta
yang
(doktrin
res
mudah
diderita
ipsa
bagi
olehnya
loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:
a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai
b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan
c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak
3. ada contributory negligence.
gugatan pasien .
Upaya
1.
pencegahan
Upaya
pencegahan
malpraktek
malpraktek
dalam
:
pelayanan
kesehatan
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena
adanya malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hatihati,
yakni:
a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena
perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil
(resultaat
b.
verbintenis).
Sebelum
c. Mencatat
d. Apabila
melakukan
semua
terjadi
intervensi
tindakan
keragu-raguan,
agar
yang
selalu
dilakukan
dilakukan
konsultasikan
informed
consent.
rekam
medis.
dalam
kepada
senior
atau
dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
2. Upaya menghadapi tuntutan hukum
Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga
perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat
pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga kesehatan.
Apabila
tuduhan
kepada
kesehatan
kesehatan
merupakan criminal
dapat
malpractice,
melakukan
maka
tenaga
:
a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa
tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada,
misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi
merupakan risiko medik (risk of treatment),atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak
mempunyai sikap batin (men rea)sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang
dituduhkan.
b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk
pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak
unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri
dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah
pengaruh
daya
paksa.
Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa penasehat
hukum,
sehingga
yang
sifatnya
teknis
pembelaan
diserahkan
kepadanya.
Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar
4. ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat,
karena dalam peradilan
perdata,
pihak yang mendalilkan
harus membuktikan
di
pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan dalil
sebagai
dasar
gugatan
derita (damage) yang
bahwa
dialami
tergugat
penggugat.
(perawat)
bertanggung
Untuk
membuktikan
jawab
atas
adanya civil
malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara
sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan
kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan
kewajiban
dengan
adanya
rusaknya
kesehatan (damage), sedangkan
yang
harus
membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang
menguntungkan tenaga perawatan.