KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP POLITIK”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Raha, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
1. Pengetian Globalisasi.............................................................................. 3
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia................... 4
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi
Dampak Globalisasi.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
Pendidikan Islam adalah salah satu aspek dari ajaran Islam. Karenanya tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan hidup manusia yang diharapkan dalam Islam, yaitu menciptakan pribadi sebagai hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP POLITIK”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Raha, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
1. Pengetian Globalisasi.............................................................................. 3
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia................... 4
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi
Dampak Globalisasi.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
Pendidikan Islam adalah salah satu aspek dari ajaran Islam. Karenanya tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan hidup manusia yang diharapkan dalam Islam, yaitu menciptakan pribadi sebagai hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
makalah Teori belajar konstruktivistik dan penerapannya dalam pembelajaran pai
1. Kelompok 4
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DAN PENERAPANNYA
DALAM PEMBELAJARAN PAI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Strategi Pembelajaran PAI
Dosen pengampu : Dr. Agus Pahrudin, M.Pd
Disusun Oleh :
Sela Nur Hidayah : 1811010311
Jenta Panani : 1811010402
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM /D/SEMESTER III
1440 H/ 2019 M
2. II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan atas kehadirat Allah swt, yang telah
memberikan limpahan kesehatan jasmani dan rohani serta rahmad dan karunia-
NYA, sehingga kami kelompok empat dapat menyelesaikan tugas makalah dari
mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI dengan judul “Teori Belajar
Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran PAI” , insyaallah telah
diselesaikan dengan baik.
Kemudian sholawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan pada
baginda tercinta nabi Muhammad SAW yang mudah-mudahan kita selaku umat-
NYA mendapat syafa’atul ‘uzma-NYA dihari akhir kelak. Atas tersusunnya
makalah ini, kami ucapkan terimakasih kepada selaku dosen kami bapak Dr.
Agus Pahrudin, M.Pd
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harap kritik dan saran yang
membangun agar sekiranya penyusunan makalah ini kurang baik akan bisa
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca, memahami dan mengamalkannya.
Bandarlampung, 30 September 2019
Kelompok 4
3. III
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................ I
KATA PENGANTAR...................................................................... II
DAFTAR ISI.................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 1
C. Tujuan..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar dalam teori Konstruktivistik .................... 2
B. Tujuan dan HasilPembelajaran Konstruktivistik.................... 3
C. Pengaplikasian teori belajar Konstruktivistik dalam
pembelajaran PAI.................................................................. 4
D. Model-Model pembelajaran yang relevan dengan Teori
belajar Konstruktivistik.......................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 9
B. Saran ..................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan
terutama pada proses belajar. Salah satu inovasi tersebut adalah
konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar
pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga
mereka mau mencoba memecahkan persoalannya.
Dalam makalah ini membahas bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar
konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam
mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang
dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena
dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang
siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Belajar menurut pandangan teori belajar Konstuktivistik?
2. Apa tujuan dan hasil Pembelajaran Konstuktivistik?
3. Bagaimana Pengaplikasian teori belajar Konstruktivistik dalam
pembelajaran PAI?
4. Apa model-model pembelajaran yang relevan dengan Teori belajar
Konstruktivistik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Belajar menurut pandangan
teori belajar Konstuktivistik.
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dan hasil Pembelajaran
Konstuktivistik.
3. Untuk mengetahui dan memahami Pengaplikasian teori belajar
Konstruktivistik dalam pembelajaran PAI.
4. Untuk mengetahui dan memahami model-model pembelajaran yang
relevan dengan Teori belajar Konstruktivistik.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar dalam Teori Konstruktivistik
Istilah Konstruktivistik bersifat membangun. Konstruktivistik adalah
sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar
atau mencari kebutuhanya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan
atau kebutuhanya dengan bantuan fasilitas orang lain. Teori konstruktivistik
merupakan suatu teori yang dikembangkan dari teori belajar kognitif piaget
yang menegaskan bahwa pengetahuan dibangun dalam fikiran anak melalui
akomodasi dan asimilasi.1
Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan
aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini,
guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan
siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat pemahaman yang lebih
tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata
– kata mereka sendiri.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut
konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik membina
sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan
merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka
berfikir yang telah ada dan dimilikinya. 2
1Ruseffendi, Teori konstruktivisme dalam Sistem Pembelajaran (Bandung : 2006), H. 133.
2
IndahSihPrihatini,“ImplementasiModelPembelajaran KonstruktivistikPada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama IslamDiSDN Babatagung DeketLamongan”, AKADEMIKA,
Volume 10, Nomor 2, Desember 2016.
6. 3
B. Tujuan dan Hasil Pembelajaran Konstuktivistik
Tujuan teori konstruktivisme adalah:
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
Membantu siswa untuk mengembangkan perngertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Tujuan belajar menurut paradigma konstruktivistik mendasarkan diri pada
tiga fokus belajar, yaitu: (1) proses, (2) tranfer belajar, dan (3) bagaimana
belajar.
Fokus yang pertama proses, mendasarkan diri pada nilai sebagai dasar
untuk mempersepsi apa yang terjadi apabila siswa diasumsikan belajar. Nilai
tersebut didasari oleh asumsi, bahwa dalam belajar, sesungguhnya siswa
berkembang secara alamiah. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran
hendaknya mengembalikan siswa ke fitrahnya sebagai manusia dibandingkan
hanya menganggap mereka belajar hanya dari apa yang dipresentasikan oleh
guru. Implikasi nilai tersebut melahirkan komitmen untuk beralih dari konsep
pendidikan berpusat pada kurikulum menuju pendidikan berpusat pada siswa.
Fokus yang kedua—transfer belajar, mendasarkan diri pada premis “siswa
dapat menggunakan dibandingkan hanya dapat mengingat apa yang dipelajari”.
Satu nilai yangdapat dipetik dari premis tersebut, bahwa meaningful learning
harus diyakini memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan rote
learning, dan deep understanding lebih baik dibandingkan senseless
memorization. Konsep belajar bermakna sesungguhnya telah dikenal sejak
munculnya psikologi Gestal dengan salah satu pelopornya Wertheimer (dalam
Mayer, 1999). Sebagai tanda pemahaman mendalam adalah kemampuan
mentransfer apa yang dipelajari ke dalam situasi baru.
Fokus yang ketiga—bagimana belajar (how to learn) memiliki nilai yang
lebih penting dibandingkan dengan apa yang dipelajari (what to learn).
7. 4
Alternatif pencapaian learning how to learn, adalah dengan memberdayakan
keterampilan berpikir siswa. Dalam hal ini, diperlukan fasilitas belajar untuk
ketarampilan berpikir. Belajar berbasis keterampilan berpikir merupakan dasar
untuk mencapai tujuan belajar bagaimana belajar (Santyasa, 2003).
Teori belajar Konstruktivisme dapat menampilkan unjuk kerja retensi dan
transfer. Siswa mencoba membuat gagasan tentang informasi yang diterima,
mencoba mengembangkan model mental dengan mengaitkan hubungan sebab
akibat, dan menggunakan proses-proses kognitif dalam belajar. Proses-proses
kognitif utama meliputi penyediaan perhatian terhadap informasi-informasi
yang relevan dengan selecting, mengorganisasi infromasiinformasi tersebut
dalam representasi yang koheren melalui proses organizing, dan
mengintegrasikan representasi-representasi tersebut dengan pengetahuan yang
telah ada di benaknya melalui proses integrating. Hasil-hasil belajar tersebut
secara teoretik menjamin siswa untuk memperoleh keterampilan penerapan
pengetahuan secara bermakna.
C. Pengaplikasian Teori Belajar Konstruktivistik dalam Pembelajaran PAI
Hakikat pembelajaran menurut teori Konstruktivisme adalah suatu proses
pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan
data. Teori belajar yang mencerminkan siswa memiliki kebebasan artinya
siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apa pun asal tujuan belajar dapat
tercapai.
Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan
pembelajaran, yaitu:
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide
yang mereka miliki,
2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,
3. Strategi siswa lebih bernilai,
4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
8. 5
Bila aplikasi teori konstruktivisme masuk kedalam pembelajaran PAI
khususnya di bidang Fiqh, maka para siswa akan membentuk :
1) Peserta didik akan membangun atau mengkonstruksi pengetahuan tentang
fiqh khususnya masalah shalat, dari hasil yang mereka dapatkan ketika
mereka duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah
2) Pembelajaran tentang ibadah shalat akan menjadi lebih bermakna karena
peserta didik sudah mengerti walaupun masih ada juga yang belum tahu,
namun dalam hal ini teori konstruktivisme yang diaplikasikan kedalam
pembelajaran dapat menumbuhkan respons yang positif karena stimulus
yang diberikan juga pengaruhnya lebih besar
3) Strategi pembelajaran hukum fiqh lebih sempurna
4) Peserta didik dapat berinteraksi penuh dengan metode pembelajaran
ibadah shalat, karena ibadah shalat tidak cukup hanya teoritis, tapi juga
harus di praktekkan
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler
mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran,
sebagai berikut:
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya
dengan bahasa sendiri, bila terapannya atau aplikasinya dapat membentuk
bahasa peserta didik sendiri dalam hal ibadah ‘amaliyah, contohnya:
peserta didik diajarkan untuk berwudhu terlebih dahulu kemudian baru
diajarkan tentang shalat, tentunya pelaksanaan yang demikian membuat
peserta didik dapat memberikan respons positif terhadap gaya bahasa yang
dia akan ungkapkan.
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, contohnya dalam
pembelajaran fiqh, peserta didik dapat diberikan kesempatan atau rehat
untuk berpikir karena dari segi pengalaman praktikum mereka juga tahu,
namun disini adalah bahwa selama apa yang peserta didik yakini, dan
lakukan adalah benar, tetapi pada kenyataannya masih banyak juga peserta
9. 6
didik yang belum paham betul tentang rukun-rukun shalat, sunnat-sunnat
dalam shalat dan sebagainya.
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, dalam
hal ini pendidik atau guru pada bidang studi fiqh dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik dalam mencoba terhadap gagasan yang
baru.
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa,
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,
6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.3
D. Model-model Pembelajaran dalam Teori Belajar Konstruktivistik
Model pembelajaran adalah pegembangan metode dan teknik dalam
pembelajaran. Dalam dunia pendidikan pengembangan metode dan teknik
pembelajaran pada umumnya menggunakan metode ceramah, metode
demonstrasi, metode diskusi, metode tutorial, metode simulasi, metode
praktikum, metode proyek.
Menurut pendapat Haitami Salim & Syamsul kurniawan model belajar
yang relevan dengan teori belajar Konstruktivistik dibagi menjadi tiga
kelompok metode pembelajaran yaitu, Metode Penyadaran, Metode
Pemahaman, dan Metode Praktik.
1. Metode Penyadaran
Metode ini berkonsentrasi pada kesadaran terhadap anak didik dalam
menyerap nilai-nilai pendidikan melalui hal hal berikut.
a) Amar ma’ruf nahi munkar, memesan kebaikan, kesabaran, dan
kedamaian. Setiap manusia diharapkan saling pesan memesan dalam
rangka meniti kebaikan dalam kehidupan. Jika kita menganggap diri
kita pengajar dan juga belajar, antara yang satu dengan yang lain tidak
akan pernah merasa lebih. Yang kecil belajar dari yang besar dan yang
3Sukardjo & Ukim Komaruddin,Landasan Pendidikan; Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta:Raja
Grafindo Persada,2009).H. 164
10. 7
besar mengajar yang kecil. Metode ini mencakup nilai demokrasi
dalam pendidikan.
b) Member mau’idzah dan nasihat. Secara umum Al-Qur’an
adalahmau’idzhah bagi orang mukmin. Ia juga menjabarkan
bahwamau’idzhah kadang-kadang juga bersumber dari para pemimpin,
orang tua, Nabi, Rasul, bahkan juga dari orang yang lebih kecil.
c) Pemberian ganjaran dan hukuman. Apabila teladan dan nasihat tidak
mampan, maka waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat
meletakkan persoalan di tempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah
hukuman.4 hukuman merupakan alat pendidikan yang apabila akan
digunakan harus difikirkan masak-masak, sebab hukuman belum tentu
merupakan alternative yang sangat tepat untuk diberikan kepada anak.
2. Metode Pemahaman
a) Penggunakan akal (rasio). Metode ini merupakan salah satu cara yang
dianjurkan Al-Qur’an yang dijelaskan dalam beberapa ayat. Dalam
metode ini manusia dianjurkan agar memfungsikan akal secara optimal
untuk mencari kebenaran dan kesalahan, serta untuk membedakan
antara yang haq dan yang batil. 5
b) Tamsil . Metode ini digunakan untuk memudahkan dalam menjelaskan
sesuatu yang immateri dengan cara yang mudah dengan memberikan
tamsil (perumpamaan) agar mudah di cerna oleh rasio.6 Tamsil ini
merupakan salah satu metode yang dominan digunakan untuk
menyampaikan pesan ilahi yang tertuang dalam kitab suci. Firman
Allah
َوَونُمِلاعْلالَاِإَاهُلِقْعاَيمَو ِاسَّنلِلَاُهب ِرْضَنُلاثْمَاألكْلِت
4Nur Uhbiyati, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,
2013),H.172
5Moh. Haitami Salim& Syamsul Kurniawan, Studi Pendidikan Islam, ( Jogjakarta : Ar-Ruzz Media,
2012),H.217
6Prof. Dr. H. Mohamad Surya, Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran, ( Bandung : Alfabeta
2015),hlmn. 108
11. 8
Artinya: Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk
manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu.
c) Mengambil pelajaran peristiwa masa lalu. Metode ini dipakai Al-
Qur’an ketika masa turun, yang mana Al-Qur’an diturunkan secara
gradual sesuai dengan situasi peristiwa. Al-Qur’an mengarahkan
manusia mencari pengalaman yang dijadikan pelajaran dan setiap
hambatan dicarikan upaya pemecahan. Peristiwa masa lalu merupakan
sarana yang efektif untuk menghubungkan materi pengajaran dengan
kondisi jiwa peserta didik untuk menghantarkan kepada kesuksesan.
Inilah rahasia Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan. Supaya melatih peserta didik agar
mampu berfikir kritis.
3. Metode Praktik
a) Penugasan. Al-Qur’an menganjurkan agar perbuatan didasari
pengetahuan, sehingga prilaku manusia adalah perilaku yang dapat
dipraktikkan secara langsung sesame orang lain.
b) Keteladanan. Pengaruh yang dominan dalam pendidikan adalah
melalui contoh untuk di praktikkan yang membantu perkembangan
jiwa peserta didik. Al-Qur’an sangat memperhatikan terhadap metode
ini untuk mengarahkan perjalanan masa depan manusia. Oleh karena
itu, Rasul diutus oleh golongan msnusia biasa untuk membuktikan
bahwa syari’t Allah yang diturunkan mungkin dilaksanakan manusia.
Metode ini tidak hanya digunakan dalam masalah ketrampilan, akan tetapi
juga untuk menanamkan nilai kepada peserta didik, sehingga tujuan yang
diharapkan adalah membentuk manusia yang ‘abid,shaleh, yang mampu
mengendalikan kehidupan bukan tertindas oleh kehidupan.
12. 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana
peserta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang
mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru
dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.
Tujuan teori konstruktivisme adalah:
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
Membantu siswa untuk mengembangkan perngertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Tujuan belajar menurut paradigma konstruktivistik mendasarkan diri pada
tiga fokus belajar, yaitu: (1) proses, (2) tranfer belajar, dan (3) bagaimana
belajar.
Model belajar yang relevan dengan teori belajar Konstruktivistik dibagi
menjadi tiga kelompok metode pembelajaran yaitu, Metode Penyadaran,
Metode Pemahaman, dan Metode Praktik.
B. Saran
Demikianlahmakalahini kami buat, kami sadarinijauhsekalidari kata
sempurna.Untukitukritikdan saran yang membangunsangat kami harapkan
demi kesempurnaanmakalahselanjutnya, dan kami
harapmakalahinidapatbermanfaatbagi yang membacanya.
13. 10
DAFTAR PUSTAKA
Arina Restiana, Psikologi Pendidikan Teori & Aplikasi(Malang : Universitas
Muhammadiyah 2015 )
Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Studi Pendidikan Islam, ( Jogjakarta
: Ar-Ruzz Media, 2012).
Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra, 2013).
Prof. Dr. H. Mohamad Surya, Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran,
( Bandung : Alfabeta 2015).
Ruseffendi, Teori konstruktivisme dalam Sistem Pembelajaran (Bandung : 2006).
Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme Teori dan Aplikasi dalam
Pembentukan Karakter (Bandung: Alfabeta 2013).
Sukardjo & Ukim Komaruddin, Landasan Pendidikan; Konsep dan Aplikasinya,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009).
Galih Pratomo, “Pelaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivistik Dalam
Kurikulum 2013 Di Sd Muhammadiyah Condongcatur” Journalartikel, Agustus
2015.
Indah Sih Prihatini, “Implementasi Model Pembelajaran Konstruktivistik Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SDN Babatagung Deket
Lamongan”, AKADEMIKA, Volume 10, Nomor 2, Desember 2016.
http://abdulwafi-jember.blogspot.com/2016/04/konstruktivisme-dalam-
pembelajaran-pai.html
14. 11
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Konstruktivis
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Tingkat Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas / Semester : III / 2 (genap)
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit
I. Standar Kompetensi
Menjelaskan sifat-sifat yang ada pada diri Rasullah Saw
II. Kompetensi Dasar
Menyajikan informasi tentang Sifat-sifat yang ada pada diri Rasulullah
Saw.
III. Indikator Pembelajaran
1. Menyebutkan dan menjelaskan sifat-sifat wajib Rasul
2. Menyebutkan dan menjelaskan sifat-sifat mustahil Rasul
IV. Materi
Sifat wajib dan mustahil pada Rasul.
V. Pendekatan, Sumber, Metoda, Media
a. Pendekatan : Konstruktivis
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa
yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi
lebih dinamis.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Model Konstruktivis
1. Tahap Pengetahuan Awal.
Pada tahap ini siswa didorong untuk mengungkapkan
pengetahuan awal tentang konsep yang akan dipelajari. Bila perlu
guru memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
problematis tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari
dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi
kesempatan untuk mengkomunikasikan,
mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
15. 12
2. Tahap Eksplorasi.
- Mengungkapkan Konsepsi Awal untuk membangkitkan motivasi
- Eksplorasi
- Diskusi dan Penjelasan Konsep
- Pengembangan dan Aplikasi Konsep
Pada tahap ini siswa diajak untuk menemukan konsep
melaluipenyelidikan, pengumpulan data, dan penginterpretasian
data melalui suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru.
Kegiatan eksplorasi dapat berupa pengamatan, percobaan, diskusi,
tanya jawab, mencari informasi melalui buku atau searhcing di
internet secara berkelompok. Pada tahap ini dirancang agar rasa
ingin tahu siswa tentang fenomena alam di sekelilingnya dapat
terpenuhi secara keseluruhan. Pada tahap ini guru memberi
kebebasan pada siswa untuk mengeksplorasi rasa
keingintahuannya.
3. Tahap Diskusi dan Penjelasan Konsep
Pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan solusi
yang didasarkan pada hasil observasinya. Tugas guru memberikan
penguatan bukan memberi informasi. Dengan demikian siswa
sendiri yang membangun pemahaman baru tentang konsep yang
sedang dipelajari. Bila konsepsinya/pengetahuan awalnya benar,
maka siswa menjadi tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya.
Bila pengetahuan awalnya salah, maka eksplorasi akan merupakan
jembatan antarakonsepsi siswa dengan konsep baru.
4. Tahap Pengembangan dan Aplikasi Konsep
Pada tahap ini guru berusaha untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan
pemahaman konsepnya. Guru memunculkan isu-isu di lingkungan
yang dapat dipecahkan melalui pemahaman konsep yang telah
diperoleh. Dengan demikian diharapkan konsep yang dipelajarinya
akan menjadi bermakna. Penerapan model konstruktivis pada mata
pelajaran IPA di sekolah dasar dapat dilaksanakan
melalui kegiatan belajar percobaan dibawah ini :
VI. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Presentasi
Sumber : KT13 Mata Pelajaran PAI untuk Kelas III SD
Metoda : Presentasi, tanya jawab, diskusi
16. 13
Media : LKS
Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan awal
danPengetahua
Awal
10 Menit - Guru
mengucapkan
salam.
-Guru mengabsen
-Guru bertanya :”
Apa saja sifat-sifat
yang dimiliki
Rasulullah Saw?”
- siswa menjwab
salam.
-Siswa
menanggapi
pertanyaan guru
dan
mengemukakan
pendapatnya.
Eksplorasi 30 Menit Guru membagikan
LKS
Siswa melakukan
percobaan dengan
panduan LKS dan
mendiskusikannya
secara
berkelompok.
Diskusi dan
Penjelasan
Konsep
25 Menit -Guru memberi
kesempatan pada
setiap
kelompok untuk
mempresentasikan
hasil kerja
kelompoknya serta
menanggapi
pertanyaan
kelompok
lainnya.
-Siswa
menyimpulkan
hasil kerja
kelompok dan
hasil diskusi
kelas.
Pengembangan
dan Aplikasi
Konsep
15 Menit Guru menanyakan
konsep rangkaian
Sifat-sifat Rasullah
Saw yang dapat di
teladani dalam
kehidupan sehari-
Siswa
Menjelaskan Sifat
wajib dan mustahil
yang dimiliki
Rasullah Saw
.
17. 14
hari.
VII. Penilaian Pembelajaran
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Pengetahuan
No
Nama
Siswa
Sifat Wajib
Sifat
Mustahil
Kecapaian
Ya Tidak
b. Penilaian Sikap
NO
Nama
Siswa
Penilaian Tingkah Laku
Percaya diri Teiti Tanggung jawab
BT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1
2
3
MT : Mulai terlihat
MB : Mulai berkembang
SM : Sudah membudaya
18. 15
Penilaian Aspek Psikomor
Keterampilan siswa
1.
2.
VIII. Pengayaan
Peserta didik yang sudah menguasai materi mengerjakan soal pengayaan
yang telah disiapkan oleh guru berupa materi Sifat-sifat yang dimiliki
Rasulullah Saw. (Guru mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi
peserta didik yang berhasil dalam pengayaan).
IX. Remedial
Peserta didik yang belum menguasai materi akan dijelaskan kembali oleh
guru materi tentang Sifat-sifat yang dimiliki Rasulullah Saw. Guru akan
melakukan penilaian kembali (lihat point 7) dengan soal yang sejenis.
Remedial dilaksanakan pada waktu dan hari tertentu yang disesuaikan.
Contoh pada saat jam belajar, apabila masih ada waktu atau di luar jam
pelajaran (30 menit setelah jam pelajaran selesai).
X. Interaksi Guru Dengan Orang Tua
Guru meminta peserta didik memperlihatkan kolom “Ayo Berlatih” dalam
buku teks kepada orang tuanya dengan memberikan komentar dan paraf.
Cara lainnya dapat juga dengan mengunakan buku penghubung kepada
orang tua yang berisi tentang perubahan perilaku siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran atau berkomunikasi, baik langsung, maupun
memalui telepon, tentang perkembangan perilaku anaknya.