Dokumen tersebut membahas tentang osteomielitis yang merupakan infeksi pada tulang. Dibahas definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, evaluasi diagnostik, pencegahan, dan penatalaksanaan osteomielitis serta konsep keperawatan yang terkait.
Acute and Chronic Osteomyelitis - Infection of BoneRahul Singh
Acute and Chronic Osteomyelitis - Infection of Bone
http://essentialinspiration4u.blogspot.com
Osteomyelitis is defined as an acute or chronic inflammatory process of bone, bone marrow and its structure secondary to infection with micro organisms.
Duration , Mechanism & Host response.
Duration - Acute / Subacute / Chronic
Mechanism - Heamatogenous (tonsil , lungs , ear/ GIT) - Exogenous (injection , open fractures)
Host response - Pyogenic / Granulomatous
Introduction of bacteria from :
Outside through a wound or continuity from a neighboring soft tissue infection
Hematogenous spread from a pre existing focus (most common route of infection)
1. osteomielitis
Kelompok V :
20906116 ISKANDAR ZULKARNAEN
20906119 JUMRIATI
10906111 FITRIADI
20906131 RESKY ALVIANI
20906149 WA ODE ASIH SRI AYU
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
MAKASSAR
2012
i
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“OSTEOMIELITIS“
Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen yang membimbing penulis
guna menyelesaikan makalah ini.
Mungkin masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, tapi penulis
selalu berusaha agsar makalah yang dibuat bisa bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun
orang lain.
penulis sangat berharap kepada siapa saja yang bisa memberikan kritik dan saran agar
kedepannya penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
Makassar, 6 Desember 2012
Penyusun
ii
3. DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Definisi osteomielitis .................................................................................. 3
B. Klasifikas osteomielitis ................................................................................ 4
C. Etiologi osteomielitis .................................................................................... 5
D. Patofisiologi osteomielitis ............................................................................. 6
E. Manifestasi klinik osteomielitis ................................................................... 7
F. Evaluasi diagnostik osteomielitis .................................................................. 8
G. Pencegahan osteomielitis .............................................................................. 8
H. Penatalaksanaan ............................................................................................ 9
BAB III : KONSEP KEPERAWATAN .......................................................................... 12
BAB IV : PENUTUP ....................................................................................................... 19
A. Kesimpulan .................................................................................................... 19
B. Saran .............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 21
iii
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Negara-negara berkembang osteomielitis masih merupakan masalah dalam bidang ortopedi.
Sebelum ditemukannya antibiotik, osteomielitis masih merupakan salah satu penyebab kematian
pada anak-anak. Keberhasilan pengobatan osteomielitis ditentukan oleh fakor-faktor diagnosis
yang dini dan penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian antibiotik atau tindakan
pembedahan. Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang disebabkan
oleh invasi mokroorganisme (bakteri dan jamur). Diagnosis perlu ditegakkan sedini mungkin,
terutama pada anak-anak sehingga pengobatan dapat segera dimulai dan perawatan
pembedahan yang sesuai dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi dan kerusakan
yang lebih lanjut pada tulang.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari Osteomielitis?
2. Apa saja klasifikasi osteomielitis?
3. Bagaimana etiologi osteomiolitis?
4. Bagaimana patofisiologi osteomiolitis?
5. Apa saja manifestasi klinik osteomielitis?
6. Bagaimana evaluasi diagnostik osteomielitis?
7. Apa saja pencegahan osteomielitis?
8. Apa saja penataklasanaan osteomielitis?
9. Bagaimana konsep keperawatan osteomielitis?
iv
5. C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Osteomielitis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis.
3. Untuk mengetahui etiologi osteomiolitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomiolitis.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik osteomielitis.
6. Untuk mengetahui evaluasi diagnostik osteomielitis.
7. Untuk mengetahui pencegahan osteomielitis.
8. Untuk mengetahui penataklasanaan osteomielitis.
9. Untuk mengetahui konsep keperawatan osteomielitis.
v
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekelilig jaringan tulang
mati). Ostemielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomylitis
sebagai berikut :
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus areus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,1995).
Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus infleunzae, infeksi yang hampir selal
disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streptococcus da
organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adlah infeksi lain.
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang
disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang)
sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang
yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi
juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses(pengumpulan nanah) di jaringan
lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
vi
7. B. KLASIFIKASI OSTEOMYELLITIS
1. Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu :
a. Osteomyelitis Primer kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka.
b. Osteomyelitis Sekunder adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari
suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria furunkel).
2. Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
Nyeri daerah lesi
Deman, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
Pembengkakan lokal
Kemerahan
Suhu raba hangat
Gangguan fungsi
Lab: anemia, leukositosis
b. Steomyelitis kronis
Ada luka, bernanag, berabu busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab: LED meningkat
3. Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
Staphylococcus (orang dewasa)
vii
8. Streplococcus (anak-anak)
Pneumococcus dan Gonococcus
C. ETIOLOGI
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:
Aliran darah
Penyebaran langsung
Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya
terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi
tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan
pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya. Bakteri yang
menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang (penyakit Pott).
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di
dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau
minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes
(kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
viii
9. Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita atritisbreumatoid, telah di rawat
lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikostiroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi
marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
D. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% ingeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya sering dijumpai pada osteomyelitis meliputi proteus, pseudomonas dan ecerichia coli.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan
edema. Setelah 2 atau 3 hari , trobosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar
ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian
akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering hars dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak
mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak. Teradi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum.
Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksis kronis yang tetap
rentan mengeluarkan abses kembuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomyelitis tipe kronik.
ix
10. E. MANIFESTASI KLINIK
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan
kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas
tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.
Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri
tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan
istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi,
sering tidak terjadi.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari
penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa
terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah
menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota
gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis
kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan
gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang
berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah
terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran
sinus) terbentuk.
x
11. F. EVALUASI DIAGNOSTIK
Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada skening tulang dengan
teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan kelainan, kecuali pada anak-anak. Tetapi hal ini tidak akan
muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3 minggu setelah gejala pertama timbul.
CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu
dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya. Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan
menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya
sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang,diambil contoh jaringan tulang melalui sebuah jarum
atau melalui pembedahan.
G. PENCEGAHAN
Sasaran utamanya adalah pencegahan osteomyelitis. Penanganan infeksi local dapat menurunkan
angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang.
Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan
dapat menurunkan insiden osteomyelitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan
dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka
pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya
osteomyelitis.
H. PENATALAKSANAAN
Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah.
xi
12. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, kultur darah dan kultur
abses dilakukan untuk mengidentifkasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi
disebabkan oleh dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan
asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau
sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sbelum aliran darah ke darah tersebut menurun
akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus-menerus sesuai waktu sangat penting
untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling
sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya.
Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.
Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus
dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung
dengan larutan salin fisiologi steril. Tetapi antibiotika dianjurkan.
Pada osteomyelitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan
sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat
sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam
menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati
diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead spance) atau dipasang tampon agar
dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafing dikemudian hari. Dapat dipasang drainase
berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuanng debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin
normal selama 7 sampai8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
xii
13. Rongga yang dibedridemen dapat diisi dengan graft tulang konselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh
darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah
yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asun darah; perbaikan asupan darah kemudian
akan memungkinkan penyembuhan tulang da eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan
secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang,
kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna
untuk mencegah terjadinya patah tulang.
xiii
14. PENYIMPANGAN KDM
Bakteri staphylococcus areus
Invasif kedalam tulang kurang pengetahuan
Tentang penyakitnya
Reaksi Imunologis
Stressor meningkat
Tindakan invasif Osteomyelitis
koping
Pintu masuknya Merangsang pengeluaran zat bradikinin, tdk adekuat
Agen infeksi cherotin dan prostaglandin
Kecemasan
Fungsi proteksi Merangsang saraf efferent
kulit hilang
thalamus
Resiko tinggi terhadap corteks serebri
Sakit/ketidaknyamanan
Penyebaran infeksi pd waktu bergerak
Nyeri (immobilisasi)
Ketidakmampuan turun
Dari tempat tidur
Tertekannya permukaan
kulit terlalu lama
Gangguan intergritas kulit
xiv
15. BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (misal, nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam)
atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disetai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
Kaji adanya faktor risiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera,
infeksi atau bedah ortopesi sebelumnya.
Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan.
Pada osteomyelitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, cairan purulen
dapat terlihat.
Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
Pada osteomyelitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam
hari.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidaknyamanan
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi proteksi kulit hilang
4. Kerusakan intergritas kulit b/d pengeluaran nanah dari kulit
5. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
xv
16. C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) 1. Membantu membedakan
dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul). penyebab nyeri dan memberikan
informasi tentang
kemajuan/perbaikan penyakit,
terjadinya komplikasi, dan
keefektifan intervensi.
2. catat terhadap respon obat, dan laporkan pada 2. Nyeri berat yang tidak hilang
dokter bila nyeri hilang. dengan tindakan rutin dapat
menunjukkan terjadinya
komplikasi/kebutuhan terhadap
intervensi lebih lanjut.
3. pantau tanda vital, catat peninggian suhu. 3. peninggian frekuensi jantung
dapat menunjukkan peningkatan
nyeri/ketidaknyamanan atau
terjadi respons trhadap demam
dan proses inflamasi.
4. Kalaborasi. Berikan obat antipiretik, contoh 4.Menurunkan demam dan
asetaminofen. inflamasi.
xvi
17. 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidaknyamanan
INTERVENSI RASIONAL
1. Instruksian pasien untuk/bantu dalam 1. Meningkatkan aliran darah ke otot dan
rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas tulang untuk meningkatkan tonus otot,
yang sakit dan yang tak sakit mempertahankan gerak sendi;
kontrakturatrofi, dan resorpsi kalsium
karena tidak digunakan.
2. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan 2.Meningkatkan kekuatan otot dan
(contoh mandi) sirkulasi, meningkatkan kontrol
pasien dalam situasi, dan
meningkatkan kesehetan diri
langsung.
3. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. 3. Hipotensi postural adalah masalah
Perhatikan keluhan pusing. umum menyertai tirah baring lama dan
dapat memerlukan intervensi khusus
(contoh kemiringan meja dengan
peninggian secara bertahap sampai
posisi tegak).
4. Ubah posisi secara periodik dan dorong 4. Menjega/menurunkan insiden
untuk latihan batuk/napas dalam. komplikasi kulit/pernapasan (contoh
dekubitus, atelektasis pneumonia).
3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi proteksi kulit hilang
xvii
18. INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi tanda-tanda infeksi peradangan, 1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi
seperti demam. Kemerahan, adanya pus yang biasanya telah mencentuskan
pada luka, sputum purulen. keadaan ketoasidosis atau dapat
mengalami infeksi nosokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan 2. Mencegah timbulnya infeksi silang
melakukan cuci tangan yang baik pada (infeksi nosokomial).
semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.
3. dorong keseimbangan antara aktivitas dan 3. menurunkan komsumsi/ kebutuhan
istirahat . keseimbangan oksigen dan
memperbaiki pertahanan pasien
terhadap infeksi, meningkatkan
penyembuhan.
4. diskusikan kebutuhan masukan nutrisi 4. malnutrisi dapat mempengaruhi
adekuat. kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.
5. berikan antibiotik sesuai indikasi 5. Dapat diberikan secara profilaksis bila
dicurigai terjadinya infeksi atau
kontaminasi
4. Kerusakan intergritas kulit b/d pengeluaran nanah dari kulit
INTERVENSI RASIONAL
xviii
19. 1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, 1.Menentukan garis dasar dimana
sirkulasi, dan sensasi. Gambarkan lesi dan perubahan pada status dapat
amati perubahannya dibandingkan dan melakukan intervensi
yang tepat.
2. Tutupi dan bersihkan luka dengan pembalut 2. Dapat mengurangi kontaminasi bakteri,
steril atau barier protektif, misalnya meningkatkan proses penyembuhan.
DuoDerm, sesuai petunjuk.
3. Irigasi lika; bantu denga melakukan 3. Membuang jaringan nekrotik/luka
debridemen sesuai kebutuhan. eksudat umtuk meningkatkan
penyembuhan.
4. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh 4. Mencegah kontaminasi luka.
daerah luka.
5. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau proses peyakit prognosis, dan 1. Memberikan pengetahuan dimana pasien
harapan masa depan. dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.
2. Tekankan pentingnya melanjutkan 2. Keuntungan dari terapi obat-obatan
farmakoterapeutik. tergantung pada ketetapan dosis,
misalnya aspirin harus diberikan secara
reguler untuk mendukung kadar
terapeutik darah 18-25 mg.
xix
20. 3. Dorong dan berikan kesempatan untuk 3. Membuat perasaan terbuka dan bekerja
pasien/orang terdekat untuk mengajukan sama dan menghilangkan takut bahwa
pertanyaan dan menyatakan masalah. pasien kehilangan kontrol.
4. Dorong orang terdekat berpartisipasi 4. Keterlibatan meningkatkan perasaan
dalam asuhan, sesuai indikasi. berbagi, menguatkan perasaan berguna,
memberikan kesempatan untuk
mengakui kemampuan individu dan
dapat memperkecil tahut karena
ketidaktahuan.
5.Tunjukkan indikator positif pengobatan, 5. Meningkatkan perasaan berhasil/maju.
contoh perbaikan dalam nilai
laboratorium, TD stabbil, berkurangnya
kelelahan.
D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
a) Mengalami peredaan nyeri
1) Melaporkan berkurang nyeri
2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3) Tidak mengalami ketindaknyamanan bila bergerak
xx
21. b) Peningkatan mobilitas fisik
1) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
2) Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat
3) Memperlihatkan pengguanaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman.
c) Tidak adanya penyebaran infeksi
1) Memakai antibiotika sesuai resep
2) Suhu badan normal
3) Tidak adanya pembengkakan
4) Tidak adanya pus
5) angka leukosit dan laju endap darah kembalai normal
d) Menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/meningkatkan kesembuhan
e) -Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan
-Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan
xxi
22. BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan
lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Klasifikasi Osteomyellitis
Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka.
2. Osteomyelitis Sekunder adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu
focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
b. Steomyelitis kronis
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
Staphylococcus (orang dewasa)
Streplococcus (anak-anak)
Pneumococcus dan Gonococcus
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan
kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas
tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.
xxii
23. B. SARAN
Sebagai perawat kita harus mengerti apa itu Osteomyelitis, apa penyebab, bagaimana
gejalanya dan yang terpenting kita harus tahu tindakan apa yang harus kita berikan untuk
membantu proses penyembuhan klien, makah kami mengharapkan para pembaca dapat
memahami dengan baik isi makalah kami guna menambah sumber ilmu guna untuk
melakukan tindakan keperawatan
xxiii
24. DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan &
pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, Jakarta :EGC,1999
Smeltzer, Suzanna C. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Saddarth, Editor edisi 8,
Jakarta : EGC,2001.
www.medicastore.com
xxiv