SlideShare a Scribd company logo
osteomielitis




                   Kelompok V :

     20906116               ISKANDAR ZULKARNAEN

     20906119               JUMRIATI

     10906111               FITRIADI

     20906131               RESKY ALVIANI

     20906149               WA ODE ASIH SRI AYU




     SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

                  MAKASSAR

                      2012


                        i
KATA PENGANTAR




       Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“OSTEOMIELITIS“

       Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen yang membimbing penulis

guna menyelesaikan makalah ini.

       Mungkin masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, tapi penulis

selalu berusaha agsar makalah yang dibuat bisa bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun

orang lain.

       penulis sangat berharap kepada siapa saja yang bisa memberikan kritik dan saran agar

kedepannya penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.




                                                          Makassar, 6 Desember 2012




                                                                  Penyusun




                                           ii
DAFTAR ISI



Halaman Judul .................................................................................................................        i

Kata Pengantar ................................................................................................................        ii

Daftar Isi .........................................................................................................................   iii

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................................                      1

           A. Latar Belakang ...............................................................................................           1

           B. Rumusan Masalah ..........................................................................................               1

           C. Tujuan ...........................................................................................................       2


BAB II : PEMBAHASAN ..............................................................................................                     3

           A. Definisi osteomielitis ..................................................................................                3

           B. Klasifikas osteomielitis ................................................................................                4

           C. Etiologi osteomielitis ....................................................................................              5

           D. Patofisiologi osteomielitis .............................................................................                6

           E. Manifestasi klinik osteomielitis ...................................................................                     7

           F. Evaluasi diagnostik osteomielitis ..................................................................                     8

           G. Pencegahan osteomielitis ..............................................................................                  8

           H. Penatalaksanaan ............................................................................................             9


BAB III : KONSEP KEPERAWATAN ..........................................................................                                12

BAB IV : PENUTUP .......................................................................................................               19

           A. Kesimpulan ....................................................................................................          19

           B. Saran ..............................................................................................................     20

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................                   21

                                                                         iii
BAB I

                                              PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Di Negara-negara berkembang osteomielitis masih merupakan masalah dalam bidang ortopedi.

  Sebelum ditemukannya antibiotik, osteomielitis masih merupakan salah satu penyebab kematian

  pada anak-anak. Keberhasilan pengobatan osteomielitis ditentukan oleh fakor-faktor diagnosis

  yang dini dan penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian antibiotik atau tindakan

  pembedahan. Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang disebabkan

  oleh invasi mokroorganisme (bakteri dan jamur). Diagnosis perlu ditegakkan sedini mungkin,

  terutama pada anak-anak sehingga pengobatan dapat segera dimulai dan perawatan

  pembedahan yang sesuai dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi dan kerusakan

  yang lebih lanjut pada tulang.




B. Rumusan masalah

  1. Apa definisi dari Osteomielitis?

  2. Apa saja klasifikasi osteomielitis?

  3. Bagaimana etiologi osteomiolitis?

  4. Bagaimana patofisiologi osteomiolitis?

  5. Apa saja manifestasi klinik osteomielitis?

  6. Bagaimana evaluasi diagnostik osteomielitis?

  7. Apa saja pencegahan osteomielitis?

  8. Apa saja penataklasanaan osteomielitis?

  9. Bagaimana konsep keperawatan osteomielitis?




                                                    iv
C. Tujuan

  1. Untuk mengetahui definisi dari Osteomielitis.

  2. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis.

  3. Untuk mengetahui etiologi osteomiolitis.

  4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomiolitis.

  5. Untuk mengetahui manifestasi klinik osteomielitis.

  6. Untuk mengetahui evaluasi diagnostik osteomielitis.

  7. Untuk mengetahui pencegahan osteomielitis.

  8. Untuk mengetahui penataklasanaan osteomielitis.

  9. Untuk mengetahui konsep keperawatan osteomielitis.




                                                     v
BAB II

                                                 PEMBAHASAN



A. DEFINISI

        Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi

    jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya

    tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekelilig jaringan tulang

    mati). Ostemielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau

    mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomylitis

    sebagai berikut :

     Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh

        staphylococcus areus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,1995).

     Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

     Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh

        staphylococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus infleunzae, infeksi yang hampir selal

        disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streptococcus da

        organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adlah infeksi lain.

     Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang

        disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang)

        sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang

        yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya

        aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi

        juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses(pengumpulan nanah) di jaringan

        lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
                                                     vi
B. KLASIFIKASI OSTEOMYELLITIS

  1. Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu :

     a. Osteomyelitis Primer       kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka.

     b. Osteomyelitis Sekunder           adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari

         suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria furunkel).

  2. Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas :

     a. Steomyelitis akut

          Nyeri daerah lesi

          Deman, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional

          Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka

          Pembengkakan lokal

          Kemerahan

          Suhu raba hangat

          Gangguan fungsi

          Lab: anemia, leukositosis

     b. Steomyelitis kronis

          Ada luka, bernanag, berabu busuk, nyeri

          Gejala-gejala umum tidak ada

          Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur

          Lab: LED meningkat

  3. Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

          Staphylococcus (orang dewasa)


                                                    vii
Streplococcus (anak-anak)

           Pneumococcus dan Gonococcus



C. ETIOLOGI

   Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:

      Aliran darah

      Penyebaran langsung

      Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

        Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya

   terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).

        Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi

   tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan

   pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya. Bakteri yang

   menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang (penyakit Pott).

        Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama

   pembedahan        tulang   atau     dari      benda          yang   tercemar   yang   menembus      tulang.

   Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di

   dekatnya.

        Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau

   minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi

   penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes

   (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.




                                                         viii
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,

   kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita atritisbreumatoid, telah di rawat

   lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikostiroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi

   sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani

   pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi

   marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.



D. PATOFISIOLOGI

       Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% ingeksi tulang. Organisme

   patogenik lainnya sering dijumpai pada osteomyelitis meliputi proteus, pseudomonas dan ecerichia coli.

       Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan

   edema. Setelah 2 atau 3 hari , trobosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,

   mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar

   ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian

   akan terbentuk abses tulang.

       Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering hars dilakukan

   insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan

   mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak

   mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang

   terjadi pada jaringan lunak. Teradi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum.

   Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksis kronis yang tetap

   rentan mengeluarkan abses kembuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomyelitis tipe kronik.




                                                   ix
E. MANIFESTASI KLINIK

       Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan

   kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas

   tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.

       Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri

   tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan

   istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi,

   sering tidak terjadi.

       Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari

   penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa

   terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah

   menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota

   gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.

       Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis

   kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan

   gejala          selama         beberapa             bulan         atau        beberapa          tahun.

   Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang

   berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah

   terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran

   sinus) terbentuk.




                                                   x
F. EVALUASI DIAGNOSTIK

        Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada skening tulang dengan

   teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan kelainan, kecuali pada anak-anak. Tetapi hal ini tidak akan

   muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3 minggu setelah gejala pertama timbul.

   CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu

   dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya. Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan

   menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya

   sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang,diambil contoh jaringan tulang melalui sebuah jarum

   atau melalui pembedahan.



G. PENCEGAHAN

        Sasaran utamanya adalah pencegahan osteomyelitis. Penanganan infeksi local dapat menurunkan

  angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang.

  Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan

  dapat menurunkan insiden osteomyelitis pascaoperasi.

        Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan

   dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka

   pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya

   osteomyelitis.



H. PENATALAKSANAAN

        Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah

   terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk

   meningkatkan aliran darah.
                                                    xi
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, kultur darah dan kultur

abses dilakukan untuk mengidentifkasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi

disebabkan oleh dari satu patogen.

     Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan

asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau

sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sbelum aliran darah ke darah tersebut menurun

akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus-menerus sesuai waktu sangat penting

untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling

sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya.

Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.

Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

     Bila pasien tidak menunjukkan respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus

dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung

dengan larutan salin fisiologi steril. Tetapi antibiotika dianjurkan.

     Pada osteomyelitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan

sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat

sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam

menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati

diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.

     Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead spance) atau dipasang tampon agar

dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafing dikemudian hari. Dapat dipasang drainase

berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuanng debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin

normal selama 7 sampai8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.



                                                     xii
Rongga yang dibedridemen dapat diisi dengan graft tulang konselus untuk merangsang

penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh

darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah

yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asun darah; perbaikan asupan darah kemudian

akan memungkinkan penyembuhan tulang da eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan

secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang,

kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna

untuk mencegah terjadinya patah tulang.




                                               xiii
PENYIMPANGAN KDM
                              Bakteri staphylococcus areus


                                Invasif kedalam tulang              kurang pengetahuan

                                                                     Tentang penyakitnya
                                   Reaksi Imunologis

                                                                     Stressor meningkat
Tindakan invasif                      Osteomyelitis

                                                                         koping
Pintu masuknya           Merangsang pengeluaran zat bradikinin,          tdk adekuat
Agen infeksi                   cherotin dan prostaglandin

                                                                          Kecemasan
Fungsi proteksi                 Merangsang saraf efferent

kulit hilang
                                       thalamus


Resiko tinggi terhadap                 corteks                                     serebri
                                       Sakit/ketidaknyamanan

Penyebaran infeksi                                           pd waktu bergerak
                                        Nyeri                        (immobilisasi)


                                                             Ketidakmampuan turun

                                                                  Dari tempat tidur

                                                             Tertekannya permukaan
                                                             kulit terlalu lama




                                                             Gangguan intergritas kulit
                                         xiv
BAB III

                                         KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

   Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (misal, nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam)

      atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disetai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.

   Kaji adanya faktor risiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera,

      infeksi atau bedah ortopesi sebelumnya.

   Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan.

   Pada osteomyelitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.

   Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, cairan purulen

      dapat terlihat.

   Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.

   Pada osteomyelitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam

      hari.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

   1. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan

   2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidaknyamanan

   3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi proteksi kulit hilang

   4. Kerusakan intergritas kulit b/d pengeluaran nanah dari kulit

   5. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.




                                                     xv
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

  1. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan

      INTERVENSI                                           RASIONAL

       1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) 1. Membantu            membedakan

         dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul).        penyebab nyeri dan memberikan

                                                             informasi                     tentang

                                                             kemajuan/perbaikan          penyakit,

                                                             terjadinya      komplikasi,       dan

                                                             keefektifan intervensi.

       2. catat terhadap respon obat, dan laporkan pada    2. Nyeri berat yang tidak hilang

         dokter bila nyeri hilang.                            dengan tindakan rutin dapat

                                                              menunjukkan                terjadinya

                                                              komplikasi/kebutuhan terhadap

                                                              intervensi lebih lanjut.

       3. pantau tanda vital, catat peninggian suhu.       3. peninggian frekuensi jantung

                                                              dapat menunjukkan peningkatan

                                                              nyeri/ketidaknyamanan           atau

                                                              terjadi respons trhadap demam

                                                              dan proses inflamasi.



       4. Kalaborasi. Berikan obat antipiretik, contoh     4.Menurunkan         demam          dan

          asetaminofen.                                       inflamasi.




                                                   xvi
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidaknyamanan

    INTERVENSI                                            RASIONAL

     1. Instruksian    pasien   untuk/bantu     dalam 1. Meningkatkan aliran darah ke otot dan

        rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas         tulang untuk meningkatkan tonus otot,

        yang sakit dan yang tak sakit                       mempertahankan            gerak       sendi;

                                                            kontrakturatrofi, dan resorpsi kalsium

                                                            karena tidak digunakan.

     2. Bantu/dorong     perawatan      diri/kebersihan   2.Meningkatkan kekuatan otot dan

        (contoh mandi)                                      sirkulasi, meningkatkan kontrol

                                                            pasien        dalam       situasi,      dan

                                                            meningkatkan          kesehetan         diri

                                                            langsung.

     3. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. 3. Hipotensi postural adalah masalah

        Perhatikan keluhan pusing.                          umum menyertai tirah baring lama dan

                                                            dapat memerlukan intervensi khusus

                                                            (contoh      kemiringan    meja      dengan

                                                            peninggian secara bertahap sampai

                                                            posisi tegak).

     4. Ubah posisi secara periodik dan dorong 4.               Menjega/menurunkan               insiden

        untuk latihan batuk/napas dalam.                    komplikasi kulit/pernapasan (contoh

                                                            dekubitus, atelektasis pneumonia).



3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi proteksi kulit hilang



                                                  xvii
INTERVENSI                                           RASIONAL

     1. Observasi tanda-tanda infeksi peradangan,        1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi

        seperti demam. Kemerahan, adanya pus                yang biasanya telah mencentuskan

        pada luka, sputum purulen.                          keadaan      ketoasidosis       atau     dapat

                                                            mengalami infeksi nosokomial.

     2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan               2. Mencegah      timbulnya       infeksi silang

        melakukan cuci tangan yang baik pada                (infeksi nosokomial).

        semua orang yang berhubungan dengan

        pasien termasuk pasiennya sendiri.

     3. dorong keseimbangan antara aktivitas dan         3. menurunkan       komsumsi/           kebutuhan

        istirahat .                                         keseimbangan               oksigen        dan

                                                            memperbaiki        pertahanan           pasien

                                                            terhadap        infeksi,       meningkatkan

                                                            penyembuhan.

     4. diskusikan kebutuhan masukan nutrisi             4. malnutrisi      dapat         mempengaruhi

        adekuat.                                            kesehatan umum dan menurunkan

                                                            tahanan terhadap infeksi.

     5. berikan antibiotik sesuai indikasi               5. Dapat diberikan secara profilaksis bila

                                                            dicurigai     terjadinya      infeksi     atau

                                                            kontaminasi



4. Kerusakan intergritas kulit b/d pengeluaran nanah dari kulit

    INTERVENSI                                           RASIONAL


                                                 xviii
1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor,            1.Menentukan          garis      dasar     dimana

        sirkulasi, dan sensasi. Gambarkan lesi dan                 perubahan        pada       status      dapat

        amati perubahannya                                         dibandingkan dan melakukan intervensi

                                                                   yang tepat.

   2. Tutupi dan bersihkan luka dengan pembalut               2. Dapat mengurangi kontaminasi bakteri,

        steril     atau     barier   protektif,    misalnya        meningkatkan proses penyembuhan.

        DuoDerm, sesuai petunjuk.

   3.    Irigasi    lika;    bantu   denga        melakukan   3.     Membuang           jaringan    nekrotik/luka

        debridemen sesuai kebutuhan.                               eksudat         umtuk           meningkatkan

                                                                   penyembuhan.

   4. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh                   4. Mencegah kontaminasi luka.

        daerah luka.



5. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

   INTERVENSI                                                 RASIONAL

   1. Tinjau proses peyakit prognosis, dan 1. Memberikan pengetahuan dimana pasien

        harapan masa depan.                                        dapat membuat pilihan berdasarkan

                                                                   informasi.

   2.     Tekankan          pentingnya       melanjutkan 2. Keuntungan dari terapi obat-obatan

        farmakoterapeutik.                                         tergantung     pada       ketetapan     dosis,

                                                                   misalnya aspirin harus diberikan secara

                                                                   reguler      untuk     mendukung        kadar

                                                                   terapeutik darah 18-25 mg.


                                                       xix
3. Dorong dan berikan kesempatan untuk 3. Membuat perasaan terbuka dan bekerja

         pasien/orang terdekat untuk mengajukan            sama dan menghilangkan takut bahwa

         pertanyaan dan menyatakan masalah.                pasien kehilangan kontrol.

      4. Dorong orang terdekat berpartisipasi 4. Keterlibatan meningkatkan perasaan

         dalam asuhan, sesuai indikasi.                    berbagi, menguatkan perasaan berguna,

                                                           memberikan       kesempatan       untuk

                                                           mengakui kemampuan individu dan

                                                           dapat    memperkecil     tahut   karena

                                                           ketidaktahuan.

      5.Tunjukkan indikator positif pengobatan, 5. Meningkatkan perasaan berhasil/maju.

         contoh       perbaikan      dalam      nilai

         laboratorium, TD stabbil, berkurangnya

         kelelahan.




D. EVALUASI

  Hasil yang diharapkan

  a) Mengalami peredaan nyeri

    1) Melaporkan berkurang nyeri

    2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi

    3) Tidak mengalami ketindaknyamanan bila bergerak



                                                 xx
b) Peningkatan mobilitas fisik

   1) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri

   2) Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat

   3) Memperlihatkan pengguanaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman.

c) Tidak adanya penyebaran infeksi

   1) Memakai antibiotika sesuai resep

   2) Suhu badan normal

   3) Tidak adanya pembengkakan

   4) Tidak adanya pus

   5) angka leukosit dan laju endap darah kembalai normal

d) Menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/meningkatkan kesembuhan

e) -Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan

    -Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan




                                                 xxi
BAB IV

                                                PENUTUP


A. KESIMPULAN
  Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan

  lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan

  jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).

  Klasifikasi Osteomyellitis

  Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu :

  1. Osteomyelitis Primer      kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka.

  2. Osteomyelitis Sekunder        adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu

  focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria furunkel).

  Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas :

  a. Steomyelitis akut

  b. Steomyelitis kronis

   Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :

        Staphylococcus (orang dewasa)

        Streplococcus (anak-anak)

        Pneumococcus dan Gonococcus

      Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan

  kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas

  tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.




                                                   xxii
B. SARAN
     Sebagai perawat kita harus mengerti apa itu Osteomyelitis, apa penyebab, bagaimana

  gejalanya dan yang terpenting kita harus tahu tindakan apa yang harus kita berikan untuk

  membantu proses penyembuhan klien, makah kami mengharapkan para pembaca dapat

  memahami dengan baik isi makalah kami guna menambah sumber ilmu guna untuk

  melakukan tindakan keperawatan




                                          xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan &

pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, Jakarta :EGC,1999

Smeltzer, Suzanna C. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Saddarth, Editor edisi 8,

Jakarta : EGC,2001.

www.medicastore.com




                                            xxiv
xxv

More Related Content

What's hot

Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem MuskuloskeletalPemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Fransiska Oktafiani
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
Sri Nala
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
Amee Hidayat
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
pjj_kemenkes
 
Tuberkulosis ppt
Tuberkulosis pptTuberkulosis ppt
Tuberkulosis ppt
Gabriella Jermia
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
Desy Trisnasari
 
Osteoporosis
Osteoporosis Osteoporosis
Osteoporosis gustians
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Dokter Tekno
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
zulindarisma
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
Al-Ikhlas14
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Amee Hidayat
 
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologisKonsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
anisya nana
 
Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatan
Sukistinah
 

What's hot (20)

Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem MuskuloskeletalPemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
 
Askep polio mielitis
Askep polio mielitisAskep polio mielitis
Askep polio mielitis
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
Askep atresia ani
Askep atresia aniAskep atresia ani
Askep atresia ani
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Tuberkulosis ppt
Tuberkulosis pptTuberkulosis ppt
Tuberkulosis ppt
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Osteoporosis
Osteoporosis Osteoporosis
Osteoporosis
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
 
Retensi urine
Retensi  urineRetensi  urine
Retensi urine
 
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologisKonsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
 
Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatan
 

Viewers also liked

Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitisKANDA IZUL
 
Makalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoidMakalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoidawangsw
 
Makalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansiaMakalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansiaKANDA IZUL
 
Osteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationOsteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationgapini
 
Acute and Chronic Osteomyelitis - Infection of Bone
Acute and Chronic Osteomyelitis - Infection of BoneAcute and Chronic Osteomyelitis - Infection of Bone
Acute and Chronic Osteomyelitis - Infection of Bone
Rahul Singh
 

Viewers also liked (8)

Ppt osteomielitis
Ppt osteomielitisPpt osteomielitis
Ppt osteomielitis
 
Makalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoidMakalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoid
 
Askep osteomilitis
Askep osteomilitisAskep osteomilitis
Askep osteomilitis
 
Makalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansiaMakalah atritis reumatoid pada lansia
Makalah atritis reumatoid pada lansia
 
Osteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentationOsteomyelitis presentation
Osteomyelitis presentation
 
osteomylitis
osteomylitisosteomylitis
osteomylitis
 
Acute and Chronic Osteomyelitis - Infection of Bone
Acute and Chronic Osteomyelitis - Infection of BoneAcute and Chronic Osteomyelitis - Infection of Bone
Acute and Chronic Osteomyelitis - Infection of Bone
 
Osteomyelitis of jaw
Osteomyelitis of jawOsteomyelitis of jaw
Osteomyelitis of jaw
 

Similar to Makalah osteomalasitis

Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoidMakalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoidKANDA IZUL
 
Makalah fraktur
Makalah frakturMakalah fraktur
Makalah frakturKANDA IZUL
 
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
elfanidamayanti1
 
Askep lansia dg ra&terapi
Askep lansia dg ra&terapiAskep lansia dg ra&terapi
Askep lansia dg ra&terapi
potterkumaidi
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
FaringgaAlHafez2
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
pjj_kemenkes
 
Osteoartritis
OsteoartritisOsteoartritis
Osteoartritis
Penggalih Herlambang
 
Laporan modul 2
Laporan modul 2Laporan modul 2
Laporan modul 2
Mahasiswa
 
PPT Pleno Skenario B Blok 20_Kelompok G10.pptx
PPT Pleno Skenario B Blok 20_Kelompok G10.pptxPPT Pleno Skenario B Blok 20_Kelompok G10.pptx
PPT Pleno Skenario B Blok 20_Kelompok G10.pptx
Ilycysalll
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Vina Widya Putri
 
Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep Mastoiditis
Sri Nala
 
Makalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktekMakalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktek
guntur96
 
Gangguan dan kelainan pada tulang
Gangguan dan kelainan pada tulangGangguan dan kelainan pada tulang
Gangguan dan kelainan pada tulangWelly Andrei
 

Similar to Makalah osteomalasitis (20)

Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
Yataba askep osteomilitis dan borsistis AKPER PEMKAB MUNA
 
Yataba askep osteomilitis dan borsistis
Yataba askep osteomilitis dan borsistisYataba askep osteomilitis dan borsistis
Yataba askep osteomilitis dan borsistis
 
Makalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoidMakalah arthritis rheumatoid
Makalah arthritis rheumatoid
 
Makalah fraktur
Makalah frakturMakalah fraktur
Makalah fraktur
 
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
Laporan Hasil DKK Kelompok 3 B7M3 "Molekuler Osteoblast dan Osteoclast"
 
Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA
Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep lansia dg ra&terapi
Askep lansia dg ra&terapiAskep lansia dg ra&terapi
Askep lansia dg ra&terapi
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
 
Askep dislokasi
Askep dislokasiAskep dislokasi
Askep dislokasi
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Osteoartritis
OsteoartritisOsteoartritis
Osteoartritis
 
Laporan modul 2
Laporan modul 2Laporan modul 2
Laporan modul 2
 
Surgical nursing iv 2
Surgical nursing iv 2Surgical nursing iv 2
Surgical nursing iv 2
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
PPT Pleno Skenario B Blok 20_Kelompok G10.pptx
PPT Pleno Skenario B Blok 20_Kelompok G10.pptxPPT Pleno Skenario B Blok 20_Kelompok G10.pptx
PPT Pleno Skenario B Blok 20_Kelompok G10.pptx
 
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & ErosiLaporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
Laporan Tutorial Atrisi, Abrasi, Abfraksi & Erosi
 
Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep Mastoiditis
 
Makalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktekMakalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktek
 
Gangguan dan kelainan pada tulang
Gangguan dan kelainan pada tulangGangguan dan kelainan pada tulang
Gangguan dan kelainan pada tulang
 

More from KANDA IZUL

Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaGangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaKANDA IZUL
 
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...KANDA IZUL
 
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...KANDA IZUL
 
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...KANDA IZUL
 
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...KANDA IZUL
 
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATJURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATKANDA IZUL
 
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...KANDA IZUL
 
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...KANDA IZUL
 
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...KANDA IZUL
 
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KANDA IZUL
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...KANDA IZUL
 
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...KANDA IZUL
 
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...KANDA IZUL
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitasKANDA IZUL
 
KONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKANDA IZUL
 
Proses keperawatan
Proses keperawatanProses keperawatan
Proses keperawatanKANDA IZUL
 
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945KANDA IZUL
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKANDA IZUL
 
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKANDA IZUL
 
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKANDA IZUL
 

More from KANDA IZUL (20)

Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaGangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
 
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
 
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
 
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
 
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
 
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATJURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
 
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
 
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
 
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
 
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
 
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
 
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
KONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGA
 
Proses keperawatan
Proses keperawatanProses keperawatan
Proses keperawatan
 
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKIT
 
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
 
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
 

Makalah osteomalasitis

  • 1. osteomielitis Kelompok V : 20906116 ISKANDAR ZULKARNAEN 20906119 JUMRIATI 10906111 FITRIADI 20906131 RESKY ALVIANI 20906149 WA ODE ASIH SRI AYU SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT MAKASSAR 2012 i
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “OSTEOMIELITIS“ Tak lupa penulis haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen yang membimbing penulis guna menyelesaikan makalah ini. Mungkin masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, tapi penulis selalu berusaha agsar makalah yang dibuat bisa bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun orang lain. penulis sangat berharap kepada siapa saja yang bisa memberikan kritik dan saran agar kedepannya penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Makassar, 6 Desember 2012 Penyusun ii
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................................. i Kata Pengantar ................................................................................................................ ii Daftar Isi ......................................................................................................................... iii BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1 C. Tujuan ........................................................................................................... 2 BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................................. 3 A. Definisi osteomielitis .................................................................................. 3 B. Klasifikas osteomielitis ................................................................................ 4 C. Etiologi osteomielitis .................................................................................... 5 D. Patofisiologi osteomielitis ............................................................................. 6 E. Manifestasi klinik osteomielitis ................................................................... 7 F. Evaluasi diagnostik osteomielitis .................................................................. 8 G. Pencegahan osteomielitis .............................................................................. 8 H. Penatalaksanaan ............................................................................................ 9 BAB III : KONSEP KEPERAWATAN .......................................................................... 12 BAB IV : PENUTUP ....................................................................................................... 19 A. Kesimpulan .................................................................................................... 19 B. Saran .............................................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 21 iii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Negara-negara berkembang osteomielitis masih merupakan masalah dalam bidang ortopedi. Sebelum ditemukannya antibiotik, osteomielitis masih merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak. Keberhasilan pengobatan osteomielitis ditentukan oleh fakor-faktor diagnosis yang dini dan penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian antibiotik atau tindakan pembedahan. Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang disebabkan oleh invasi mokroorganisme (bakteri dan jamur). Diagnosis perlu ditegakkan sedini mungkin, terutama pada anak-anak sehingga pengobatan dapat segera dimulai dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi dan kerusakan yang lebih lanjut pada tulang. B. Rumusan masalah 1. Apa definisi dari Osteomielitis? 2. Apa saja klasifikasi osteomielitis? 3. Bagaimana etiologi osteomiolitis? 4. Bagaimana patofisiologi osteomiolitis? 5. Apa saja manifestasi klinik osteomielitis? 6. Bagaimana evaluasi diagnostik osteomielitis? 7. Apa saja pencegahan osteomielitis? 8. Apa saja penataklasanaan osteomielitis? 9. Bagaimana konsep keperawatan osteomielitis? iv
  • 5. C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari Osteomielitis. 2. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis. 3. Untuk mengetahui etiologi osteomiolitis. 4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomiolitis. 5. Untuk mengetahui manifestasi klinik osteomielitis. 6. Untuk mengetahui evaluasi diagnostik osteomielitis. 7. Untuk mengetahui pencegahan osteomielitis. 8. Untuk mengetahui penataklasanaan osteomielitis. 9. Untuk mengetahui konsep keperawatan osteomielitis. v
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekelilig jaringan tulang mati). Ostemielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomylitis sebagai berikut :  Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus areus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,1995).  Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).  Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus infleunzae, infeksi yang hampir selal disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streptococcus da organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adlah infeksi lain.  Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses(pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot. vi
  • 7. B. KLASIFIKASI OSTEOMYELLITIS 1. Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu : a. Osteomyelitis Primer kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka. b. Osteomyelitis Sekunder adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria furunkel). 2. Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas : a. Steomyelitis akut Nyeri daerah lesi Deman, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka Pembengkakan lokal Kemerahan Suhu raba hangat Gangguan fungsi Lab: anemia, leukositosis b. Steomyelitis kronis Ada luka, bernanag, berabu busuk, nyeri Gejala-gejala umum tidak ada Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur Lab: LED meningkat 3. Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering : Staphylococcus (orang dewasa) vii
  • 8. Streplococcus (anak-anak) Pneumococcus dan Gonococcus C. ETIOLOGI Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara: Aliran darah Penyebaran langsung Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya. Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang (penyakit Pott). Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya. Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak. viii
  • 9. Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita atritisbreumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikostiroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi. D. PATOFISIOLOGI Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% ingeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dijumpai pada osteomyelitis meliputi proteus, pseudomonas dan ecerichia coli. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari , trobosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering hars dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Teradi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksis kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kembuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomyelitis tipe kronik. ix
  • 10. E. MANIFESTASI KLINIK Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi. Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut. Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk. x
  • 11. F. EVALUASI DIAGNOSTIK Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada skening tulang dengan teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan kelainan, kecuali pada anak-anak. Tetapi hal ini tidak akan muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3 minggu setelah gejala pertama timbul. CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya. Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang,diambil contoh jaringan tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan. G. PENCEGAHAN Sasaran utamanya adalah pencegahan osteomyelitis. Penanganan infeksi local dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomyelitis pascaoperasi. Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomyelitis. H. PENATALAKSANAAN Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah. xi
  • 12. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, kultur darah dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifkasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh dari satu patogen. Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sbelum aliran darah ke darah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus-menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan. Bila pasien tidak menunjukkan respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologi steril. Tetapi antibiotika dianjurkan. Pada osteomyelitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen. Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead spance) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafing dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuanng debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini. xii
  • 13. Rongga yang dibedridemen dapat diisi dengan graft tulang konselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asun darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang da eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang. xiii
  • 14. PENYIMPANGAN KDM Bakteri staphylococcus areus Invasif kedalam tulang kurang pengetahuan Tentang penyakitnya Reaksi Imunologis Stressor meningkat Tindakan invasif Osteomyelitis koping Pintu masuknya Merangsang pengeluaran zat bradikinin, tdk adekuat Agen infeksi cherotin dan prostaglandin Kecemasan Fungsi proteksi Merangsang saraf efferent kulit hilang thalamus Resiko tinggi terhadap corteks serebri Sakit/ketidaknyamanan Penyebaran infeksi pd waktu bergerak Nyeri (immobilisasi) Ketidakmampuan turun Dari tempat tidur Tertekannya permukaan kulit terlalu lama Gangguan intergritas kulit xiv
  • 15. BAB III KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN  Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (misal, nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disetai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.  Kaji adanya faktor risiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopesi sebelumnya.  Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan.  Pada osteomyelitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.  Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, cairan purulen dapat terlihat.  Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.  Pada osteomyelitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidaknyamanan 3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi proteksi kulit hilang 4. Kerusakan intergritas kulit b/d pengeluaran nanah dari kulit 5. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan. xv
  • 16. C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan INTERVENSI RASIONAL 1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) 1. Membantu membedakan dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul). penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi. 2. catat terhadap respon obat, dan laporkan pada 2. Nyeri berat yang tidak hilang dokter bila nyeri hilang. dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut. 3. pantau tanda vital, catat peninggian suhu. 3. peninggian frekuensi jantung dapat menunjukkan peningkatan nyeri/ketidaknyamanan atau terjadi respons trhadap demam dan proses inflamasi. 4. Kalaborasi. Berikan obat antipiretik, contoh 4.Menurunkan demam dan asetaminofen. inflamasi. xvi
  • 17. 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d nyeri/ketidaknyamanan INTERVENSI RASIONAL 1. Instruksian pasien untuk/bantu dalam 1. Meningkatkan aliran darah ke otot dan rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas tulang untuk meningkatkan tonus otot, yang sakit dan yang tak sakit mempertahankan gerak sendi; kontrakturatrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan. 2. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan 2.Meningkatkan kekuatan otot dan (contoh mandi) sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan meningkatkan kesehetan diri langsung. 3. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. 3. Hipotensi postural adalah masalah Perhatikan keluhan pusing. umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus (contoh kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai posisi tegak). 4. Ubah posisi secara periodik dan dorong 4. Menjega/menurunkan insiden untuk latihan batuk/napas dalam. komplikasi kulit/pernapasan (contoh dekubitus, atelektasis pneumonia). 3. Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi proteksi kulit hilang xvii
  • 18. INTERVENSI RASIONAL 1. Observasi tanda-tanda infeksi peradangan, 1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi seperti demam. Kemerahan, adanya pus yang biasanya telah mencentuskan pada luka, sputum purulen. keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial. 2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan 2. Mencegah timbulnya infeksi silang melakukan cuci tangan yang baik pada (infeksi nosokomial). semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri. 3. dorong keseimbangan antara aktivitas dan 3. menurunkan komsumsi/ kebutuhan istirahat . keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan. 4. diskusikan kebutuhan masukan nutrisi 4. malnutrisi dapat mempengaruhi adekuat. kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi. 5. berikan antibiotik sesuai indikasi 5. Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi 4. Kerusakan intergritas kulit b/d pengeluaran nanah dari kulit INTERVENSI RASIONAL xviii
  • 19. 1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, 1.Menentukan garis dasar dimana sirkulasi, dan sensasi. Gambarkan lesi dan perubahan pada status dapat amati perubahannya dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat. 2. Tutupi dan bersihkan luka dengan pembalut 2. Dapat mengurangi kontaminasi bakteri, steril atau barier protektif, misalnya meningkatkan proses penyembuhan. DuoDerm, sesuai petunjuk. 3. Irigasi lika; bantu denga melakukan 3. Membuang jaringan nekrotik/luka debridemen sesuai kebutuhan. eksudat umtuk meningkatkan penyembuhan. 4. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh 4. Mencegah kontaminasi luka. daerah luka. 5. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan INTERVENSI RASIONAL 1. Tinjau proses peyakit prognosis, dan 1. Memberikan pengetahuan dimana pasien harapan masa depan. dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. 2. Tekankan pentingnya melanjutkan 2. Keuntungan dari terapi obat-obatan farmakoterapeutik. tergantung pada ketetapan dosis, misalnya aspirin harus diberikan secara reguler untuk mendukung kadar terapeutik darah 18-25 mg. xix
  • 20. 3. Dorong dan berikan kesempatan untuk 3. Membuat perasaan terbuka dan bekerja pasien/orang terdekat untuk mengajukan sama dan menghilangkan takut bahwa pertanyaan dan menyatakan masalah. pasien kehilangan kontrol. 4. Dorong orang terdekat berpartisipasi 4. Keterlibatan meningkatkan perasaan dalam asuhan, sesuai indikasi. berbagi, menguatkan perasaan berguna, memberikan kesempatan untuk mengakui kemampuan individu dan dapat memperkecil tahut karena ketidaktahuan. 5.Tunjukkan indikator positif pengobatan, 5. Meningkatkan perasaan berhasil/maju. contoh perbaikan dalam nilai laboratorium, TD stabbil, berkurangnya kelelahan. D. EVALUASI Hasil yang diharapkan a) Mengalami peredaan nyeri 1) Melaporkan berkurang nyeri 2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi 3) Tidak mengalami ketindaknyamanan bila bergerak xx
  • 21. b) Peningkatan mobilitas fisik 1) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri 2) Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat 3) Memperlihatkan pengguanaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman. c) Tidak adanya penyebaran infeksi 1) Memakai antibiotika sesuai resep 2) Suhu badan normal 3) Tidak adanya pembengkakan 4) Tidak adanya pus 5) angka leukosit dan laju endap darah kembalai normal d) Menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/meningkatkan kesembuhan e) -Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan -Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan xxi
  • 22. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Klasifikasi Osteomyellitis Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu : 1. Osteomyelitis Primer kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka. 2. Osteomyelitis Sekunder adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria furunkel). Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas : a. Steomyelitis akut b. Steomyelitis kronis Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :  Staphylococcus (orang dewasa)  Streplococcus (anak-anak)  Pneumococcus dan Gonococcus Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. xxii
  • 23. B. SARAN Sebagai perawat kita harus mengerti apa itu Osteomyelitis, apa penyebab, bagaimana gejalanya dan yang terpenting kita harus tahu tindakan apa yang harus kita berikan untuk membantu proses penyembuhan klien, makah kami mengharapkan para pembaca dapat memahami dengan baik isi makalah kami guna menambah sumber ilmu guna untuk melakukan tindakan keperawatan xxiii
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Doengoes, Marilynn E. Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan & pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, Jakarta :EGC,1999 Smeltzer, Suzanna C. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Saddarth, Editor edisi 8, Jakarta : EGC,2001. www.medicastore.com xxiv
  • 25. xxv